Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

NAMA : DIAH LUFIANA PRADANI

NIM : 20171324

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

STIKES MUHAMMADIYAH KENDAL

2018/2019
DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. MASALAH UTAMA
Defisit perawatan diri

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan
dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (
Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan
aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2004).
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan
dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang
perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan
perawatan kebersihan untuk dirinya ( Tarwoto dan Wartonah 2000 ).
2. Jenis-Jenis Perawatan Diri
a. Kurang perawatan diri : Mandi / kebersihan.
Kurang perawatan diri (mandi) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan aktivitas mandi/kebersihan diri.
b. Kurang perawatan diri : Mengenakan pakaian / berhias.
Kurang perawatan diri (mengenakan pakaian) adalah gangguan
kemampuan memakai pakaian dan aktivitas berdandan sendiri.
c. Kurang perawatan diri : Makan.
Kurang perawatan diri (makan) adalah gangguan kemampuan untuk
menunjukkan aktivitas makan.
d. Kurang perawatan diri : Toileting.
Kurang perawatan diri (toileting) adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktivitas toileting sendiri (Nurjannah :
2004, 79 ).
3. Etiologi
Menurut Tarwoto dan Wartonah, (2000) Penyebab kurang perawatan diri
adalah sebagai berikut:
a. Kelelahan fisik
b. Penurunan kesadaran

Menurut Dep Kes (2000: 20), penyebab kurang perawatan diri adalah :

a. Faktor prediposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu
melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi deficit perawatan diri adalah
kurang penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual,
cemas, lelah/lemah yang dialami individu sehingga menyebabkan
individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal


hygiene adalah:

a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga
individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes mellitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain – lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.

Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene.

a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik
yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan
membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan
fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.
4. Tanda dan Gejala
Menurut Depkes (2000: 20) Tanda dan gejala klien dengan defisit
perawatan diri adalah:
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor.
2) Rambut dan kulit kotor.
3) Kuku panjang dan kotor
4) Gigi kotor disertai mulut bau
5) Penampilan tidak rapi
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif.
2) Menarik diri, isolasi diri.
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
1) Interaksi kurang.
2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
4) Cara makan tidak teratur BAK dan BAB di sembarang tempat,
gosok gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
Data yang biasa ditemukan dalam deficit perawatan diri adalah :
a. Data subyektif
1) Pasien merasa lemah
2) Malas untuk beraktivitas
3) Merasa tidak berdaya.
b. Data obyektif
1) Rambut kotor, acak – acakan
2) Badan dan pakaian kotor dan bau
3) Mulut dan gigi bau.
4) Kulit kusam dan kotor
5) Kuku panjang dan tidak terawatt

5. Mekanisme Koping
a. Regresi
b. Penyangkalan
c. Isolasi diri, menarik diri
d. Intelektualisasi
6. Rentang Respons Kognitif
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat
merawat diri sendiri adalah :
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
1) Bina hubungan saling percaya.
2) Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.
3) Kuatkan kemampuan klien merawat diri.
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri.
1) Bantu klien merawat diri
2) Ajarkan ketrampilan secara bertahap
3) Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung
1) Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.
2) Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.
3) Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien
misalnya, kamar mandi yang dekat dan tertutup.
7. Pohon Masalah
Gangguan pemeliharaan kesehatan

Defisit perawatan diri : mandi, toileting, makan, berhias.

Isolasi sosial
8. Diagnosa Keperawatan
Menurut Depkes (2000:32) diagnosa keperawatan yang muncul pada
pasien defisit perawatan diri sesuai dengan bagan 1.1 yaitu :
a. Gangguan pemeliharaan kesehatan
b. Defisit perawatan diri
c. Isolasi sosial
9. Fokus Intervensi
a. Diagnosa keperawatan: penurunan kemampuan dan motivasi merawat
diri.
1) Tujuan Umum.
Klien dapat meningkatkan minat dan motivasinya untuk
memperhatikan kebersihan diri.
2) Tujuan Khusus.
TUK I: Klien dapat membina hubungan saling percaya
dengan perawat. Kriteria evaluasi dalam berinteraksi klien
menunjukan tanda-tanda percaya pada perawat:
1. Wajah cerah, tersenyum
2. Mau berkenalan
3. Ada kontak mata
4. Menerima kehadiran perawat
5. Bersedia menceritakan perasaannya

Intervensi

1. Berikan salam setiap berinteraksi.


2. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat
berkenalan.
3. Tanyakan nama dan panggilan kesukaan klien.
4. Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi.
5. Tanyakan perasaan dan masalah yang dihadapi klien.
6. Buat kontrak interaksi yang jelas.
7. Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.
8. Penuhi kebutuhandasar klien.

TUK II : klien dapat mengenal tentang pentingnya kebersihan diri.

Tindakan keperawatan

Tindakan keperawatan untuk pasien kurang perawatan diri juga


ditujukan untuk keluarga sehingga keluarga mampu mengarahkan
pasien dalam melakukan perawatan diri.

1. Tindakan keperawatan untuk pasien


Tujuan:
a. Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
b. Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
c. Pasien mampu melakukan makan dengan baik
d. Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
Tindakan keperawatan :

a. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri untuk


melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri saudara dapat
melakukan tanapan tindakan yang meliputi:
1) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
2) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
3) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
4) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan
diri

Kriteria evaluasi :

a. Klien dapat menyebutkan kebersihan diri pada waktu 2 kali


pertemuan, mampu menyebutkan kembali kebersihan untuk
kesehatan seperti mencegah penyakit dan klien dapat
meningkatkan cara merawat diri.

Intervensi

a. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip


komunikasi terapeutik.
b. Diskusikan bersama klien pentingnya kebersihan diri dengan
cara menjelaskan pengertian tentang arti bersih dan tanda-
tanda bersih.
c. Dorong klien untuk menyebutkan 3 dari 5 tanda kebersihan
diri.
d. Diskusikan fungsi kebersihan diri dengan menggali
pengetahuan klien terhadap hal yang berhubungan dengan
kebersihan diri.
e. Bantu klien mengungkapkan arti kebersihan diri dan tujuan
memelihara kebersihan diri.
f. Beri reinforcement positif setelah klien mampu
mengungkapkan arti kebersihan diri.
g. Ingatkan klien untuk memelihara kebersihan diri seperti:
mandi 2 kali pagi dan sore, sikat gigi minimal 2 kali sehari
(sesudah makan dan sebelum tidur), keramas dan menyisir
rambut, gunting kuku jika panjang.

TUK III : Klien dapat melakukan kebersihan diri dengan bantuan


perawat.

Kriteria evaluasi

1. Klien berusaha untuk memelihara kebersihan diri seperti mandi


pakai sabun dan disiram pakai air sampai bersih, mengganti
pakaian bersih sehari–hari, dan merapikan penampilan.
Intervensi
2. Motivasi klien untuk mandi.
3. Beri kesempatan untuk mandi, beri kesempatan klien untuk
mendemonstrasikan cara memelihara kebersihan diri yang benar.
4. Anjurkan klien untuk mengganti baju setiap hari.
5. Kaji keinginan klien untuk memotong kuku dan merapikan
rambut.
6. Kolaborasi dengan perawat ruangan untuk pengelolaan fasilitas
perawatan kebersihan diri, seperti mandi dan kebersihan kamar
mandi.
7. Bekerjasama dengan keluarga untuk mengadakan fasilitas
kebersihan diri seperti odol, sikat gigi, shampoo, pakaian ganti,
handuk dan sandal.
TUK IV : Klien dapat melakukan kebersihan perawatan diri secara
mandiri.
Kriteria evaluasi
1. Setelah satu minggu klien dapat melakukan perawatan kebersihan
diri secara rutin dan teratur tanpa anjuran, seperti mandi pagi dan
sore, ganti baju setiap hari, penampilan bersih dan rapi.

Intervensi

1. Monitor klien dalam melakukan kebersihan diri secara teratur,


ingatkan untuk mencuci rambut, menyisir, gosok gigi, ganti baju dan
pakai sandal.
TUK V : Klien dapat mempertahankan kebersihan diri secara mandiri.

Kriteria evaluasi

1. Klien selalu tampak bersih dan rapi.

Intervensi

1. Beri reinforcement positif jika berhasil melakukan kebersihan diri.

TUK VI : Klien dapat dukungan keluarga dalam meningkatkan kebersihan


diri.

Kriteria evaluasi

1. Keluarga selalu mengingatkan hal–hal yang berhubungan dengan


kebersihan diri, keluarga menyiapkan sarana untuk membantu klien
dalam menjaga kebersihan diri, dan keluarga membantu dan
membimbing klien dalam menjaga kebersihan diri.

Intervensi

1. Jelaskan pada keluarga tentang penyebab kurang minatnya klien menjaga


kebersihan diri.
2. Diskusikan bersama keluarga tentang tindakanyang telah dilakukan klien
selama di RS dalam menjaga kebersihan dan kemajuan yang telah
dialami di RS.
3. Anjurkan keluarga untuk memutuskan memberi stimulasi terhadap
kemajuan yang telah dialami di RS.
4. Jelaskan pada keluarga tentang manfaat sarana yang lengkap dalam
menjaga kebersihan diri klien.
5. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan sarana dalam menjaga kebersihan
diri.
6. Diskusikan bersama keluarga cara membantu klien dalam menjaga
kebersihan diri.
7. Diskusikan dengan keluarga mengenai hal yang dilakukan misalnya:
mengingatkan pada waktu mandi, sikat gigi, mandi, keramas, dan lain-
lain.
STRATEGI PELAKSANAAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP 1) DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DS :
Klien mengatakan malas mandi dan lebih enak tidak ganti baju.
DO :

Klien terlihat kotor, rambut tidak disisir, baju agak kotor, bau dan
menolak diajak mandi.

2. Diagnosis Keperawatan
Defisit perawatan diri
3. Tujuan Tindakan Keperawatan
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
b. Klien dapat menjelaskan pentingnya kebersihan diri.
c. Klien dapat menjelaskan cara menjaga kebersihan diri.
d. Klien dapat melaksanakan perawatan diri dengan bantuan perawat.
e. Klien dapat melaksanakan perawatan diri secara mandiri.
4. Intervensi Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b. Menjelaskan kebersihan yang baik.
c. Membantu klien mempraktekkan cara kebersihan yang baik.
d. Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik dan kenalan
Assalamualaikum bu, selamat pagi
Perkenalkan nama saya Wanodya Budi Pratiwi, saya biasa dipanggil
Tiwik, saya dari Akper Muhammadiyah Kendal, hari ini saya dinas pagi
dari jam 07.00-14.00, saya yang akan merawat ibu selama ibu di rumah
sakit ini.
Nama ibu siapa, senangnya dipanggil apa ?
b. Evaluasi dan validasi data
Bagaimana perasaan ibu saat ini ?
Apakah ibu sudah mandi?
c. Kontrak
1) Topik
Baiklah bu, bagaimana kalau kita mendiskusikan tentang kebersihan
diri?
2) Waktu
Berapa lama kita akan berbincang-bincang ? Bagaimana kalau 10
menit saja ?
3) Tempat
Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, bu ?
Bagaimana kalau di ruang tamu saja ?

2. Fase Kerja
a. Masalah kebersihan diri
Berapa kali ibu mandi dalam sehari? Menurut ibu apa kegunaan mandi?
Apa alasan ibu sehingga tidak bisa merawat diri? Menurut ibu apa
manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri?
Kira-kira tanda-tanda orang yang merawat diri dengan baik seperti apa?
Kalau kita tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut ibu
yang bisa muncul?
Sekarang apa saja alat untuk menjaga kebersihan diri, seperti kalau kita
mandi, cuci rambut, gosok gigi apa saja yang disiapkan? Benar sekali,
ibu perlu menyiapkan pakaian ganti, handuk, sabun sikat gigi, odol,
shampo serta sisir. Wah bagus sekali, ibu bisa menyebutkan dengan
benar.
b. Masalah berdandan
Apa yang ibu lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan saja
Tina menyisir rambut? Bagaimana dengan bedakan? Apa tujuan kita
sisiran dan berdandan?
Jadi bisakah ibu sebutkan alat yang digunakan untuk berdandan? Betul,
bagus sekali sisir, bedak dan lipstik.
c. Masalah makan dan minum
Berapa kali ibu makan sehari? Iya bagus ibu makan 3 kali sehari. Kalau
minum sehari berapa gelas bu? Betul, minum 10 gelas perhari. Apa saja
yang disiapkan untuk makan? Dimana ibu makan?
Bagaimana cara makan yang baik menurut ibu? Apa yang dilakukan
sebelum makan? Apa pula yang dilakukan setelah makan?
d. Masalah BAB dan BAK
Berapa kali ibu BAB sehari? Kalau BAK berapa kali? Dimana biasanya
ibu BAB/BAK? Bagaimana membersihkannya? Kita sudah bicara
tentang kebersihan diri, berdandan, berpakaian, makan dan minum serta
BAB dan BAK.
Sekarang bisakah ibu cerita bagaimana cara melakukan mandi, keramas
dan gosok gigi. Ya benar.
Pertama ibu bisa siram seluruh tubuh ibu termasuk rambut lalu ambil
shampo gosokkan pada kepala ibu sampai berbusa lalu bilas sampai
bersih, selanjutnya ambil sabun, gosokkan diseluruh tubuh secara merata
lalu siram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai odol,
giginya disikat mulai dari arah atas ke bawah.
Gosok seluruh gigi ibu mulai dari depan ke belakang. Bagus lalu kumur-
kumur sampai bersih. Terakhir siram lagi seluruh tubuh ibu sampai
bersih lalu keringkan dengan handuk.
Ibu bagus sekali melakukannya. Selanjutnya ibu bisa pasang baju dan
sisir rambutnya dengan baik.
3. Fase Terminasi
a. Respon pasien terhadap tindakan
1) Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita mendiskusikan tentang
pentingnya kebersihan diri, manfaat dan alat serta cara melakukan
kebersihan diri?
2) Evaluasi obyektif
Sekarang coba ibu ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi? Apa saja
alat untuk menjaga kebersihan diri, bagaimana cara menjaga
kebersihan diri? Bagus sekali ibu sudah menjawabnya dengan benar.
Bagaimana perasaan ibu setelah mandi? Coba lihat dicermin, lebih
bersih dan segar ya.
b. Rencana tindak lanjut
Baiklah ibu. Kalau mandi yang paling baik sehari berapa kali bu? Ya
bagus mandi 2 kali sehari, sikat gigi 2 kali sehari, keramas 2 kali
seminggu. Nanti ibu masukkan ke jadwal ya bu.
Bila ibu melakukan tanpa bantuan, tulis M, bila ibu melakukan dengan
bantuan, tulis B dan bila tidak melakukan tulis T
c. Kontrak untuk pertemuan berikutnya
1) Topik
Baiklah ibu bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang
tentang cara berdandan. Apakah ibu bersedia?
2) Waktu
Kapan kita akan berbincang-bincang ? bagaimana kalau besok jam
08.00 WIB ?
3) Tempat
Dimana kita akan berbincang-bincang ? Bagaimana kalau di ruang
tamu saja ?
Baiklah sampai jumpa besok, Wassalamualaikum

STRATEGI PELAKSANAAN 2 (SP 2) DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DS :
a. Klien mengatakan sudah mandi
b. Klien mengatakan malas menyisir rambut
DO :

a. Klien terlihat lebih segar


b. Klien rambut terlihat tidak disisir
2. Diagnosis Keperawatan
Defisit perawatan diri
3. Tujuan Tindakan Keperawatan
a. Pasien dapat mengetahui pentingnya perawatan diri (Berdandan)
b. Pasien dapat mengetahui cara-cara melakukan perawatan diri
(Berdandan).
c. Pasien dapat melaksanakan perawatan diri (berdandan) dengan bantuan
perawat.
d. Pasien dapat melaksanakan perawatan diri (Berdandan) secara mandiri.
e. Pasien mendapatkan dukungan keluarga untuk meningkatkan perawatan
diri (Berdandan)
4. Intervensi Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Menjelaskan cara berdandan yang benar.
c. Membantu pasien mempraktikkan cara berdandan yang benar dan
memasukkan dalam jadwal.
d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik dan kenalan
Assalamualaikum bu, selamat pagi
Masih ingat dengan saya bu ? Ya, benar bu
b. Evaluasi dan validasi data
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? Apakah ibu sudah mandi?.
Tampak bersih sekali, rambut juga sudah disisir, kukunya sudah
digunting yah? Bagus sekali.
Kalau gosok giginya bagaimana? Bagus sekali ternyata sudah ibu
lakukan. Coba saya lihat jadwalnya? Bagus sekali ibu sudah
melakukannya.
Mandi 2 x sehari sudah dilakukan dengan mandiri, gosok gigi sehari juga
sudah, keramas 2 minggu sekali juga sudah mandiri, gunting kuku juga
sudah 1 x seminggu, kalau ini masih dibantu kemaren ya bu.
Yang masih dibantu sama suster nanti ibu melakukannya sendiri.
c. Kontrak
1) Topik
Masih ingat apa yang mau kita bicarakan hari ini. Hari ini kita akan
latihan berdandan. Apakah ibu bersedia?
2) Waktu
Berapa lama kita akan berbincang-bincang ? Bagaimana kalau 10
menit saja ?
3) Tempat
Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, bu ?
Bagaimana kalau di ruang tamu saja ?

2. Fase Kerja
Baiklah ibu, sebelum berdandan alat apa saja yang harus disiapkan? Ya
benar sekali sisir, bedak dan lipstik.
Bagaimana cara ibu berdandan? Apakah menyisir rambut dulu?
Bagaimana cara ibu menyisir? Sekarang sisir rambut dulu ya. Bagus sekali
coba lihat dikaca, sudah rapi?
Apa kebiasaan ibu berdandan apakah ibu memakai bedak? Lanjutkan dengan
merias muka, bagus, ibu tampak cantik.
Apakah ibu mau pakai lipstik? Iya pakainya tipis saja. Coba lihat dikaca
cantik ya.
3. Fase Terminasi
a. Respon pasien terhadap tindakan
1) Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan cara berdandan? Lebih
cantik dan rapi ya?
2) Evaluasi obyektif
Bisa ibu sebutkan lagi apa saja alat yang diperlukan untuk
berdandan? Yah bagus sekali. Sekarang coba sebutkan caranya
bagaimana? Wah ibu memang hebat Rencana tindak lanjut
b. RTL
Baiklah ibu kita sudah melakukan berdandan kita masukan kedalam
jadwal ya.
Berapa kali akan ibu lakukan? Dua kali sehari? Sehabis mandi yaa?
Jadi ibu bisa tulis dijadwal harian setiap habis mandi, ibu bisa langsung
berdandan.
Selanjutnya jangan lupa untuk melakukan sesuai jadwal yah bu, mandi 2
kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari juga, keramas 2 kali seminggu,
gunting kuku 1 kali seminggu, ganti baju dan berdandan habis mandi.
Bila ibu melakukan tanpa bantuan, tulis M, bila ibu melakukan dengan
bantuan, tulis B dan bila tidak melakukan tulis T
c. Kontrak untuk pertemuan berikutnya
1) Topik
Baiklah ibu besok kita akan ketemu lagi dan membicarakan tentang
kebutuhan dan latihan cara makan dan minum yang benar, apakah
ibu bersedia?
2) Waktu
Kapan kita akan berbincang-bincang ? bagaimana kalau besok jam
08.00 WIB ?
3) Tempat
Dimana kita akan berbincang-bincang ? Bagaimana kalau di ruang
tamu saja ?
Baiklah sampai jumpa besok, Wassalamualaikum

STRATEGI PELAKSANAAN 3 (SP 3) DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DS :
a. Klien mengatakan sudah mandi dan menyisir rambut
b. Klien mengatakan tidak tahu cara makan dan minum yang baik dan
benar
c. Klien mengatakan tidak tahu cara makan dan minum yang baik dan
benar.
DO :

a. Klien terlihat lebih segar dan rambut terlihat rapi


b. Klien terlihat berserakan ketika makan dan minum
2. Diagnosis Keperawatan
Defisit perawatan diri
3. Tujuan Tindakan Keperawatan
a. Pasien dapat mengetahui peralatan yang digunakan untuk makan.
b. Pasien dapat mengetahui cara-cara makan dan minum yang baik dan
benar
c. Pasien dapat melaksanakan makan dan minum yang baik dan benar
dengan bantuan perawat.
d. Pasien dapat melaksanakan cara makan dan minum yang baik secara
mandiri.
4. Intervensi Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Menjelaskan cara makan dan minum yang baik dan benar.
c. Membantu pasien mempraktikkan cara makan dan minum yang benar
dan memasukkan dalam jadwal.
d. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik dan kenalan
Assalamualaikum bu, selamat pagi
Masih ingat dengan saya bu ? Ya, benar bu
b. Evaluasi dan validasi data
Hari ini saya lihat ibu sudah bersih ya, rambut juga sudah disisir rapi,
pakai bedak, kukunya sudah digunting, bajunya juga cantik. Bagus
sekali.
Kalau gosok giginya bagaimana? Bagus sekali ternyata sudah ibu
lakukan. Coba saya lihat jadwalnya? Bagus sekali ibu sudah
melakukannya.
Mandi 2 x sehari sudah dilakukan dengan mandiri, gosok gigi sehari juga
sudah, keramas 2 minggu sekali juga sudah mandiri, gunting kuku juga
sudah 1 x seminggu, sudah dilakukan secara mandiri.
Jadi tina sudah bagus tentang kebersihan dirinya. Kalau berdandan
dilakukan sama siapa bu? Oh sudah sendiri bagus sekali.
Kalau berpakaiannya bagaimana? Dilakukan sendiri, bagus sekali.
c. Kontrak
1) Topik
Masih ingat apa yang mau kita bicarakan hari ini. Hari ini kita akan
bicara tentang kebutuhan makan dan minum, cara makan dan
minum. Apakah ibu bersedia?
2) Waktu
Berapa lama kita akan berbincang-bincang ? Bagaimana kalau 10
menit saja ?
3) Tempat
Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, bu ?
Bagaimana kalau di ruang tamu saja ?

2. Fase Kerja
Baiklah ibu, sekarang kita akan diskusikan tentang kebutuhan makan pada
orang dewasa seperti ibu dalam satu hari.
Kebutuhan makan perhari dewasa untuk perempuan antara 2000-2200 kalori
dan untuk laki-laki antara 2400-2800 kalori setiap hari.
Biasanya pada orang dewasa membutuhkan semua itu didapat dari makanan
seperti makanan pokok untuk memberi rasa kenyang : nasi, jagung, ubi jalar,
singkong, dll selain itu perlu juga lauk seperti : lauk hewani berupa daging
ayam, ikan dll serta lauk nabati seperti kacang-kacangan, hasil olahan tahu,
dan tempe. Sayur diberikan untuk memberikan rasa segar dan melancarkan
proses menelan makanan, karena biasanya dihidangkan dalam bentuk
berkuah : sayur dan umbian, kacang-kacangan, buah dan susu sebagai
pelengkap, akan lengkap ditinjau dari kecukupan gizi serta minum 8-10
gelas (2500ml) sehari.
Bagaimana ibu apakah sudah mengerti?
Kalau kita mau makan alatnya apa saja tina?
Jadi harus ada gelas piring dan sendok yah, sekarang piring gunanya untuk
apa? Ya benar sekali untuk menaruh makanan, selanjutnya sendok untuk
apa?
Kalau gelas disiapkan untuk apa? Bagus sekali Tina sudah bisa menjawab
dengan benar, bagaimana kebiasaan sebelum, saat maupun sudah makan?
Makan dimeja makan ya?
Sebelum makan kita harus cuci tangan pakai sabun. Ya mari kita praktekkan
setelah itu duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita berdoa dulu.
Silakan Tina yang pimpin. Bagus.
Mari kita makan. Saat makan kita harus menyiapkan makan satu-satu dengan
pelan-pelan. Ya mari kita makan. Setelah kita makan kita bereskan piring
dan gelas yang kotor. Ya betul dan kita akhiri dengan cuci tangan. Ya bagus.

3. Fase Terminasi
a. Respon pasien terhadap tindakan
1) Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita belajar makan dan minum?
2) Evaluasi obyektif
Alat apa saja yang kita gunakan untuk makan? Setelah makan apa
saja yang kita lakukan?.
b. RTL
Baiklah ibu kita sudah melakukan latihan cara makan dan minum kita
masukan kedalam jadwal ya. Berapa kali akan ibu mau makan? tiga kali
sehari? Kalau pagi jam berapa? Siang? Malam?
Jadi Tina bisa tulis dijadwal harian. Selanjutnya jangan lupa untuk
melakukan sesuai jadwal yah bu, mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali
sehari juga, keramas 2 kali seminggu, gunting kuku 1 kali seminggu,
ganti baju dan berdandan habis mandi pagi dan sore.
Bila ibu melakukan tanpa bantuan, tulis M, bila ibu melakukan dengan
bantuan, tulis B dan bila tidak melakukan tulis T
c. Kontrak untuk pertemuan berikutnya
1) Topik
Baik lah ibu besok kita akan ketemu lagi dan membicrakan tentang
BAB dan BAK, apakah ibu bersedia?
2) Waktu
Kapan kita akan berbincang-bincang ? bagaimana kalau besok jam
08.00 WIB ?
3) Tempat
Dimana kita akan berbincang-bincang ? Bagaimana kalau di ruang
tamu saja ?
Baiklah sampai jumpa besok, Wassalamualaikum
STRATEGI PELAKSANAAN 4 (SP 4) DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien
DS :
a. Klien mengatakan sudah mandi dan menyisir rambur
b. Klien mengatakan sudah makan pagi dengan baik
c. Klien mengatakan tidak tahu cara BAB dan BAK yang baik dan
benar.
DO :

a. Klien terlihat bersih dan segar. Rambut tersisir dengan rapi


b. Klien terlihat BAK sembarangan.
2. Diagnosis Keperawatan
Defisit perawatan diri
3. Tujuan Tindakan Keperawatan
a. Pasien dapat mengetahui cara-cara BAB dan BAK yang baik dan benar.
b. Pasien dapat melaksanakan cara BAB dan BAK yang baik secara
mandiri.
4. Intervensi Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien.
b. Menjelaskan cara BAB dan BAK yang baik dan benar.
c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

B. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik dan kenalan
Assalamualaikum bu, selamat pagi
Masih ingat dengan saya bu ? Ya, benar bu
b. Evaluasi dan validasi data
Bagaimana dengan perasaan ibu hari ini? Hari ini saya lihat ibu sudah
bersih ya, rambut juga sudah disisir rapi, pakai bedak, kukunya sudah
digunting, bajunya juga cantik.
Bagus sekali. Kalau gosok giginya bagaimana? Bagus sekali ternyata
sudah ibu lakukan.
Bagaimana makan dan minum hari ini? Jam berapa? Jam 8 ya. Coba saya
lihat jadwalnya? Bagus sekali ibu sudah melakukannya.
Mandi 2 x sehari sudah dilakukan dengan mandiri, gosok gigi sehari juga
sudah, keramas 2 minggu sekali juga sudah mandiri, gunting kuku juga
sudah 1 x seminggu, sudah dilakukan secara mandiri.
Jadi tina sudah bagus tentang kebersihan dirinya. Kalau berdandan
dilakukan sama siapa bu? Oh sudah sendiri bagus sekali.
Kalau berpakaiannya bagaimana? Dilakukan sendiri, bagus sekali. Kalau
makan dan minum masih dibantu yah.
Besok harus sudah melakukannya sendiri yah. Ibu bisa kan ibu pasti bisa
karena ibu hebat.
c. Kontrak
1) Topik
Masih ingat apa yang mau kita bicarakan hari ini. Hari ini kita akan
bicara tentang cara BAB dan BAK. Apakah ibu bersedia?
2) Waktu
Berapa lama kita akan berbincang-bincang ? Bagaimana kalau 10
menit saja ?
3) Tempat
Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, bu ?
Bagaimana kalau di ruang tamu saja ?

2. Fase Kerja
Baiklah ibu, ibu BAB dan BAK dikamar mandi yah? Hati-hati pakaian
jangan sampai kena ya. Lalu jongkok di WC?
Bagaimana cara ibu cebok? Bagus sebaiknya ibu cebok yang bersih setelah
BAB dan BAK. yaitu dengan menyiram air dari arah depan ke belakang.
Jangan terbalik ya.
Cara seperti ini berguna untuk mencegah masuknya kotoran /tinja yang ada
dianus kebagian kemaluan kita.
Setelah tina selesei cebok, jangan lupa tinja/air kencing tersebut dengan air
secukupnya sampai tinja / air kencing itu tidak tersisa dikaskus/ WC.
Jika Tina membersihkan membersihkan tinja/ air kencing seperti ini, berarti
Tina ikut mencegah penyebaran kuman berbahaya yang ada pada kotoran /
air kencing. Setelah selesei membersihkan tinja/air kencing, Tina perlu
merapikan pakaian sebelum keluar dari WC.
Pastikan resleting sudah tertutup dengan rapi. Dan setelah itu jangan lupa
cuci tangan pakai sabun ya bu.

3. Fase Terminasi
a. Respon pasien terhadap tindakan
1) Evaluasi subyektif
Bagaimana perasaan ibu setelah kita membicarakan cara BAB dan
BAK?
2) Evaluasi obyektif
Apa saja yang dilakukan saat BAB dan BAK? Bagus sekali bu. Nah,
sekarang coba ibu sebutkan cara perawatan diri yang telah kita
pelajari dan latih? Bagus sekali.
b. RTL
Baiklah ibu kita sudah melakukan latihan cara BAB dan BAK. masukan
kedalam jadwal ya. Selanjutnya jangan lupa untuk melakukan sesuai
jadwal yah bu, mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari juga, keramas
2 kali seminggu, gunting kuku 1 kali seminggu, ganti baju dan berdandan
2 kali sehari habis mandi pagi dan sore, makan 3 kali sehari dan minum
8-10 gelas sehari. BAB dan BAK ditempatnya.
Bagaimana bu bisa dilakukan sesuai jadwal. Bagus sekali ibu mau
mencoba melakukannya
Bila ibu melakukan tanpa bantuan, tulis M, bila ibu melakukan dengan
bantuan, tulis B dan bila tidak melakukan tulis T
c. Kontrak untuk pertemuan berikutnya
1) Topik
Baik lah ibu besok kita akan ketemu lagi dan membicrakan tentang
halusinasi, apakah ibu bersedia?
2) Waktu
Kapan kita akan berbincang-bincang ? bagaimana kalau besok jam
08.00 WIB ?
3) Tempat
Dimana kita akan berbincang-bincang ? Bagaimana kalau di ruang
tamu saja ?
Baiklah sampai jumpa besok, Wassalamualaikum

DAFTAR PUSTAKA

Boyd, M.A & Nihart, M.A, 1998. Psychiatric Nuersing cotemporary


Practice,Edisi 9th. Philadelphis: Lippincott Raven Publisrs.

Carpenito, L.J, 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan (terjemahan). Edisi 8,


Jakarta: EGC.

Keliat, B.A. 1997. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Keliat, B.A. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.


Kusuma, W.1997. Dari A sampai Z Kedaruratan Psiciatric dalam Praktek,
EdisiI. Jakarta: Profesional Books.

Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga
University Press.

Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatrik Terintegrasi Dengan


Keluarga, Edisi I. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Rawlins, R.P & Heacock, PE. 1998. Clinical Manual of Pdyshiatruc Nursing, Edisi
1. Toronto: the C.V Mosby Company.

Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan).
Edisi 3, EGC, Jakarta.

Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan


Jiwa (Terjemahan).Jakarta: EGC.

Townsend, M.C. 1998. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan


Psikiatri (terjemahan), Edisi 3. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai