Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita penjatkan ke Hadirat Tuhan Ynag Maha Esa kerena berkat
limpah Rahmat dan Karunia-nya sehingga Kami dalam menyusun makalah mengenai
Perubahan Psikososial pada Lansia.
Semoga dengan makalah ini kami Para Mahasiswa/i dapat memenuhi
kebutuhan sebagai bahan ajar, meski begitu, kami sadar bahwa makalah ini masih
banyak kekurangan serta mesih membutuhkan perbaikan dan penyemputrnaan.
Tak terlupakan kami mengucapkan terima kasih atas terselesaikannya
penyusunan makalah ini.
Akhir kata semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada kita semua. Amin

Gowa 01 November 2019

penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 1


BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 3
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 3
B. Tujuan ........................................................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 4
a. Pengertian Lansia .......................................................................................................... 4
b. Batasan Lansia .............................................................................................................. 4
c. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia .......................................................... 5
d. Masalah-masalah yang di Hadapi pada Lansia ........................................................... 13
e. Solusi Permasalahan.................................................................................................... 16
BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 19
Kesimpulan ......................................................................................................................... 19
Saran ................................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 20

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan jumlah lansia terjadi baik di negara maju maupun di negara sedang
berkembang. Gejala menuanya struktur penduduk (ageing population) juga terjadi
di Indonesia. Jika pada tahun 1990 jumlah lansia hanya sekitar 11 juta maka pada
tahun 2020 jumlah itu diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar 29 juta, dengan
peningkatan dari 6,3% menjadi 11,4% dari total populasi.
Proses penuaan akan berkaitan dengan proses degeneratif tubuh dengan segala
penyakit yang terkait, termasuk gangguan mobilitas dan alat gerak. Dengan
demikian, golongan lansia ini akan memberikan masalah kesehatan khusus yang
memerlukan bantuan pelayanan kesehatan tersendiri. Dengan usia lanjut dan sisa
kehidupan yang ada, kehidupan lansia terisi dengan 40% masalah kesehatan.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian lansia
2. Untuk mengetahui perubahan-perubahan lansia
3. Untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi lansia

3
BAB II
PEMBAHASAN
a. Pengertian Lansia
Lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, merupakan bagian dari proses
kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan di alami oleh setiap individu. Pada
tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental,
khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah
dimilikinya.
Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuan normal, seperti rambut
yang mulai memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman panca
indera, serta kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas
orang usia lanjut. Belum lagi mereka harus berhadapan dengan kehilangan-
kehilangan peran diri, kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang-orang yang
dicintai. Semua hal tersebut menuntut kemampuan beradaptasi yang cukup besar
untuk dapat menyikapi secara bijak (Soejono, 2000).
b. Batasan Lansia
Ada beberapa pendapat mengenai batasan umur lanjut usia yaitu:
1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
Lanjut usia meliputi : usia pertengahan yakni kelompok usia 46 sampai
59 tahun. Lanjut usia (Elderly) yakni antara usia 60-74 tahun. Usia lanjut tua
(Old) yaitu antara 75 sampai 90 tahun dan usia sangat tua (Very Old) yaitu usia
diatas 90 tahun.
2. Menurut Undang-undang nomor 13 tahun 1998
Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.
3. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro pengelompokkan lanjut usia
sebagai berikut :
Usia dewasa muda (Elderly adulthood) : 18 atau 20-25 tahun. Usia
dewasa penuh (Middle year) atau maturitas : 25-60 atau 65 tahun. Lanjut usia

4
(Geriatric Age) lebih dari 65 atau 70 tahun. Terbagi untuk umur 75-80 tahun
(Old) dan lebih dari 80 tahun (Very Old).

c. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia


1. Perubahan jasmani
Penuaan terbagi atas penuaan primer ( primary aging) dan penuaan
sekunder (secondary aging). Pada penuaan primer tubuh mulai melemah dan
mengalami penurunan alamiah. Sedangkan pada proses penuaan sekunder,
terjadi proses penuaan karena faktor-faktor eksteren, seperti lingkungan
ataupun perilaku. Berbagai paparan lingkungan dapat dapat mempengaruhi
proses penuaan, misalnya cahaya ultraviolet serta gas karbindioksida yang
dapat menimbulkan katarak, ataupun suara yang sangat keras seperti pada
stasiun kereta api sehingga dapat menimbulkan berkurangnya kepekaan
pendengaran. Selain hal yang telah disebutkan di atas perilaku yang kurang
sehat juga dapat mempengaruhi cepatnya proses penuaan, seperti merokok
yang dapat mengurangi fungsi organ pernapasan.
Penuaan membuat sesorang mengalami perubahan postur tubuh.
Kepadatan tulang dapat berkurang, tulang belakang dapat memadat sehingga
membuat tulang punggung menjadi telihat pendaek atau melengkung.
Perubahan ini dapat mengakibatkan kerapuhan tulang sehingga terjadi
osteoporosis, dan masalah ini merupakan hal yang sering dihadapi oleh para
lansia.
Penuaan yang terlihat pada kulit di seluruh tubuh lansia, kulit menjadi
semakin menebal dan kendur atau semakin banyak keriput yang terjadi.
Rambut yang menjadi putih juga merupakan salah satu cirri-ciri yang
menandai proses penuaan. Kulit yang menua menjadi menebal, lebih terlihat
pucat dan kurang bersinar. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lapisan
konektif ini dapat mengurangi kekuatan dan elasitas kulit, sehingga para lansia
ini menjadi lebih rentan untuk terjadinya pendarahan di bawah kulit yang
mengakibatkan kulit mejadi tampak biru dan memar. Pada penuaan kelenjar

5
ini mengakibatkan kelenjar kulit mengasilkan minyak yang lebih sedikit
sehingga menyebabkan kulit kehilangan kelembabanya dan mejadikan kulit
kering dan gatal-gatal. Dengan berkurangnya lapisan lemak ini resiko yang
dihadapi oleh lansia menjadi lebih rentan untuk mengalami cedera kulit.
Penuaan juga mengubah sistim saraf. Masa sel saraf berkurang yang
menyebabkan atropy pada otak spinal cord. Jumlah sel berkurang, dan masing-
masing sel memiliki lebih sedikit cabang. Perubahan ini dapat memperlambat
kecepatan transmisi pesan menuju otak. Setelah saraf membawa pesan,
dibutuhkan waktu singkat untuk beristirahat sehingga tiidak dimungkinkan
lagi mentrasmisikan pesan yang lain. Selain itu juga terdapat penumpukan
produksi buangan dari sel saraf yang mengalami atropy pada lapisan otak yang
menyebabkan lapisan plak atau noda.
Orang lanjut usia juga memiliki berbagai resio pada sitem saraf,
mislanya berbagai jenis infeksi yang diderita oleh seorang lansia juga dapat
mempengaruhi proses berfikir ataupun perilaku. Penyebab lain yang
menyebabkan kesulitan sesaat dalam proses berfikir dan perilaku adalah
gangguan regulasi glukosa dan metabolisme lansia yang mengidap diabetes.
Fluktuasi tingkat glukosa dapat menebabkan gangguan berfikr. Perubahan
signifikan dalam ingatan, berfikir atau perilakuan dapat mempengaruhi gaya
hidup seorang lansia. Ketika terjadi degenerasi saraf, alat-alat indra dapat
terpengaruh. Refleks dapat berkurang atau hilang.
Alat-alat indra persebtual juga mengalami penuaan sejalan dengan
perjalanan usia. Alat-alat indra menjadi kuranng tajam, dan orang dapat
mengalami kesulitan dalam membedakan sesuatu yang lebih detail, misalnya
ketika seorang lansia di suruh untuk membaca koran maka orang ini akan
mengalami kesulitan untuk membacanya, sehingga dibutuhkan alat bantu
untuk membaca berupa kacamata. Perubahan alat sensorik memiliki dampak
yang besar pada gaya hidup sesorang. Seseorang dapat mengalami masalah
dengan komunikasi, aktifitas, atau bahkan interaksi sosial.

6
Pendengaran dan pengelihatan merupakan indra yang paling banyak
mengalami perubahan, sejalan dengan proses penuaan indra pendengaran
mulai memburuk. Gendang telinga menebal sehingga tulang dalam telinga dan
stuktur yang lainya menjadi terpengaruh. Ketajaman pendengaran dapat
berkurang karena terjadi perubhan saraf audiotorik. Kerusakan indara
pendengaran ini juga dapat terjadi karena perubahan pada lilin telinga yang
biasa terjadi seiring bertambahnya usia.
Struktur mata juga berubah karena penuaan. Mata memproduksi lebih
sedikit air mata, sehingga dapat me,buat mata menjadi kering. Kornea menjadi
kurang sensitive. Pada usia 60 tahun, pupil mata berkurang sepertiga dari
ukuran ketika berusia 20 tahun. Pupil dapat bereaksi lebih lambat terhadap
perubahan cahaya gelap ataupun terang. Lensa mata menjadi kuning, kurang
fleksibel, dan apabila memandang menjadi kabur dan kurang jelas. Bantalan
lemak pendukung berkurang, dan mata tenggelam ke kantung belakang. Otot
mata menjadikan mata kurang dapat berputar secara sempurna, cairan di dalam
mata juga dapat berubah. Masalah yang paling yang paling umum dialami oleh
lansia adalah kesulitan untuk mengatur titik focus mata pada jarak tertentu
sehingga pandangan menjdi kurang jelas.
Perubahan fisik pada lansia lebih banyak ditekankan pada alat indera
dan sistem saraf mereka. Sistem pendengaran, penglihatan sangat nyata sekali
perubahan penurunan keberfungsian alat indera tersebut. Sedangkan pada
sistem sarafnya adalah mulai menurunnya pemberian respon dari stimulus
yang diberikan oleh lingkungan. Pada lansia juga mengalami perubahan
keberfungsian organ-organ dan alat reproduksi baik pria ataupun wanita. Dari
perubahan-perubahan fisik yang nyata dapat dilihat membuat lansia merasa
minder atau kurang percaya diri jika harus berinteraksi dengan lingkungannya
(J.W.Santrock, 2002 :198). Dari penjelasan di atas dapat di tarik kesimpulan
berkenaan dengan cirri-ciri fisik lansia yaitu sebagi berikut:
a. postur tubuh lansia mulai berubah bengkok (bungkuk),

7
b. kondisi kulit mulai kering dan keriput,
c. daya ingat mulai menurun,
d. kondisi mata yang mulai rabun,
e. pendengaran yang berkurang.
2. Perubahan Intelektual
Menurut david Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran
kemampuan mental merupakan bagian dari proses penuaan organisme sacara
umum, hampir sebagian besar penelitian menunjukan bahwa setelah mencapai
puncak pada usia antara 45-55 tahun, kebanyakan kemampuan seseorang
secara terus menerus mengalami penurunan, hal ini juga berlaku pada seorang
lansia.
Ketika lansia memperlihatkan kemunduran intelektualiatas yang mulai
menurun, kemunduran tersebut juga cenderung mempengaruhi keterbatasan
memori tertentu. Misalnya seseorang yang memasuki masa pensiun, yang tidak
menghadapi tantangan-tantangan penyesuaian intelektual sehubungan dengan
masalah pekerjaan, dan di mungkinkan lebih sedikit menggunakan memori
atau bahkan kurang termotivasi untuk mengingat beberpa hal, jelas akan
mengalami kemunduran memorinya. Menurut Ratner et.al dalam desmita
(20080 penggunaan bermacam-macam strategi penghafalan bagi orang tua ,
tidak hanya memungkinkan dapat mencegah kemunduran intelektualitas,
melinkan dapat menigkatkan kekuatan memori pada lansia tersebut.
Kemerosotan intelektual lansia ini pada umumnya merupakan sesuatau
yang tidak dapat dihindarkan, disebabkan berbagai faktor, seperti penyakit,
kecemasan atau depresi. Tatapi kemampuan intelektual lansia tersebut pada
dasarnya dapat dipertahankan. Salah satu faktor untuk dapat mempertahankan
kondisi tersebut salah satunya adalah dengan menyediakan lingkungan yang
dapat merangsang ataupun melatih ketrampilan intelektual mereka, serta dapat
mengantisipasi terjadinya kepikunan.

8
3. Perubahan Emosional
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi
dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia
kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan masalah yang dihadapi
(Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidak
ikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak kunjung
sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan
perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia.
Hal – hal tersebut di atas yang dapat menjadi penyebab lanjut usia
kesulitan dalam melakukan penyesuaian diri. Bahkan sering ditemui lanjut usia
dengan penyesuaian diri yang buruk. Sejalan dengan bertambahnya usia,
terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi dan ketakuatan akan
mengakibatkan lanjut usia semakin sulit melakukan penyelesaian suatu
masalah. Sehingga lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan
diri cenderung menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada masa-masa
selanjutnya.
Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah
kemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan akibat
perubahan perubahan fisik, maupun sosial psikologis yang dialaminya dan
kemampuan untuk mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam diri
dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan kemampuan
mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat memenuhi
kebutuhan– kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah baru.
Pada orang – orang dewasa lanjut atau lanjut usia, yang menjalani masa
pensiun dikatakan memiliki penyesuaian diri paling baik merupakan lanjut usia
yang sehat, memiliki pendapatan yang layak, aktif, berpendidikan baik,
memiliki relasi sosial yang luas termasuk diantaranya teman – teman dan
keluarga, dan biasanya merasa puas dengan kehidupannya sebelum pensiun
(Palmore, dkk, 1985). Orang – orang dewasa lanjut dengan penghasilan tidak

9
layak dan kesehatan yang buruk, dan harus menyesuaikan diri dengan stres
lainnya yang terjadi seiring dengan pensiun, seperti kematian pasangannya,
memiliki lebih banyak kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan fase pensiun
(Stull & Hatch, 1984).
Penyesuaian diri lanjut usia pada kondisi psikologisnya berkaitan
dengan dimensi emosionalnya dapat dikatakan bahwa lanjut usia dengan
keterampilan emosi yang berkembang baik berarti kemungkinan besar ia akan
bahagia dan berhasil dalam kehidupan, menguasai kebiasaan pikiran yang
mendorong produktivitas mereka. Orang yang tidak dapat menghimpun
kendali tertentu atas kehidupan emosinya akan mengalami pertarungan batin
yang merampas kemampuan mereka untuk berkonsentrasi ataupun untuk
memiliki pikiran yang jernih.
Ohman & Soares (1998) melakukan penelitian yang menghasilkan
kesimpulan bahwa sistem emosi mempercepat sistem kognitif untuk
mengantisipasi hal buruk yang mungkin akan terjadi. Dorongan yang relevan
dengan rasa takut menimbulkan reaksi bahwa hal buruk akan terjadi. Terlihat
bahwa rasa takut mempersiapkan individu untuk antisipasi datangnya hal tidak
menyenangkan yang mungkin akan terjadi. Secara otomatis individu akan
bersiap menghadapi hal-hal buruk yang mungkin terjadi bila muncul rasa takut.
Ketika individu memasuki fase lanjut usia, gejala umum yang nampak yang
dialami oleh orang lansia adalah “perasaan takut menjadi tua”. Ketakutan
tersebut bersumber dari penurunan kemampuan yang ada dalam dirinya.
Kemunduran mental terkait dengan penurunan fisik sehingga mempengaruhi
kemampuan memori, inteligensi, dan sikap kurang senang terhadap diri
sendiri.
Ditinjau dari aspek yang lain respon-respon emosional mereka lebih
spesifik, kurang bervariasi, dan kurang mengena pada suatu peristiwa daripada
orang-orang muda. Bukan hal yang aneh apabila orang-orang yang berusia
lanjut memperlihatkan tanda-tanda kemunduran dalam berperilaku emosional;

10
seperti sifat-sifat yang negatif, mudah marah, serta sifat-sifat buruk yang biasa
terdapat pada anak-anak.
Orang yang berusia lanjut kurang memiliki kemampuan untuk
mengekspresikan kehangatan dan persaan secara spontan terhadap orang lain.
Mereka menjadi kikir dalam kasih sayang. Mereka takut mengekspresikan
perasaan yang positif kepada orang lain karena melalui pengalaman-
pengalaman masa lalu membuktikan bahwa perasaan positif yang dilontarkan
jarang memperoleh respon yang memadai dari orang-orang yang diberi
perasaan yang positif itu. Akibatnya mereka sering merasa bahwa usaha yang
dilakukan itu akan sia-sia. Semakin orang berusia lanjut menutup diri, semakin
pasif pula perilaku emosional mereka.
4. Perubahan Spiritual
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat dengan
agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan hidup, harga
diri dan optimisme. Kebutuhan spiritual (keagamaan) sangat berperan
memberikan ketenangan batiniah, khususnya bagi para Lansia. Rasulullah
bersabda “semua penyakit ada obatnya kecuali penyakit tua”. Sehingga
religiusitas atau penghayatan keagamaan besar pengaruhnya terhadap taraf
kesehatan fisik maupun kesehatan mental, hal ini ditunjukan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Hawari (1997), bahwa :
a. Lanjut usia yang nonreligius angka kematiannya dua kali lebih besar
daripada orang yang religius.
b. Lanjut usia yang religius penyembuhan penyakitnya lebih cepat
dibandingkan yang non religious.
c. Lanjut usia yang religius lebih kebal dan tenang menghadapi operasi atau
masalah hidup lainnya.
d. Lanjut usia yang religius lebih kuat dan tabah menghadapi stres daripada
yang nonreligius, sehingga gangguan mental emosional jauh lebih kecil.

11
e. Lanjut usia yang religius tabah dan tenang menghadapi saat-saat terakhir
(kematian) daripada yang nonreligius.
5. Perubahan Sosial
Umumnya lansia banyak yang melepaskan partisipasi sosial mereka,
walaupun pelepasan itu dilakukan secara terpaksa. Orang lanjut usia yang
memutuskan hubungan dengan dunia sosialnya akan mengalami kepuasan.
Pernyataan tadi merupakan disaggrement theory. Aktivitas sosial yang banyak
pada lansia juga mempengaruhi baik buruknya kondisi fisik dan sosial lansia.
(J.W.Santrock, 2002, h.239).
6. Perubahan Kehidupan Keluarga
Sebagian besar hubungan lansia dengan anak jauh kurang memuaskan
yang disebabkan oleh berbagai macam hal. Penyebabnya antara lain :
kurangnya rasa memiliki kewajiban terhadap orang tua, jauhnya jarak tempat
tinggal antara anak dan orang tua. Lansia tidak akan merasa terasing jika antara
lansia dengan anak memiliki hubungan yang memuaskan sampai lansia
tersebut berusia 50 sampai 55 tahun.
Orang tua usia lanjut yang perkawinannya bahagia dan tertarik pada
dirinya sendiri maka secara emosional lansia tersebut kurang tergantung pada
anaknya dan sebaliknya. Umumnya ketergantungan lansia pada anak dalam hal
keuangan. Karena lansia sudah tidak memiliki kemampuan untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya. Anak-anaknya pun tidak semua dapat
menerima permintaan atau tanggung jawab yang harus mereka penuhi.
7. Perubahan Psiko-sosio Lansia
Masa penuaan yang terjadi pada setiap orang memiliki berbagai macam
penyambutan. Ada individu yang memang sudah mempersiapkan segalanya
bagi hidupnya di masa tua, namun ada juga individu yang merasa terbebani
atau merasa cemas ketika mereka beranjak tua. Takut ditinggalkan oleh
keluarga, takut merasa tersisihkan dan takut akan rasa kesepian yang akan
datang.

12
Keberadaan lingkungan keluarga dan sosial yang menerima lansia juga
akan memberikan kontribusi positif bagi perkembangan sosio-emosional
lansia, namun begitu pula sebaliknya jika lingkungan keluarga dan sosial
menolaknya atau tidak memberikan ruang hidup atau ruang interaksi bagi
mereka maka tentunya memberikan dampak negatif bagi kelangsungan hidup
lansia.

d. Masalah-masalah yang di Hadapi pada Lansia


Pada umumnya berbeda dengan pada dewasa muda, karena masalah pada lansia
merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat proses menua.
Proses ini menyebabkan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap penyakit
dan memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya.
Menurut Robert Kane dan Joseph Ouslander , penulis buku “ Essentials of
Clinical Geriatrics” , Permasalahan Lansia sering disebut dengan istilah 14 I.
1. Immobility (kurang bergerak):
Gangguan fisik, jiwa, dan faktor lingkungan dapat menyebabkan lansia
kurang bergerak. Penyebab yang paling sering adalah gangguan tulang, sendi
dan otot, gangguan saraf, dan penyakit jantung dan pembuluh darah.
2. Instability (berdiri dan berjalan tidak stabil dan mudah jatuh).
Akibat jatuh pada lansia pada umumnya adalah kerusakan bahagian
tertentu dari tubuh yang mengakibatkan rasa sakit, seperti patah tulang, cedera
pada kepala. Penyebab instabilitas dapat berupa faktor intrinsic, hal-hal yang
berkaitan dengan keadaan fisik tubuh penderita karena proses menua; dan
faktor ekstrinsik yang berasal dari luar tubuh seperti obat-obat tertentu dan
faktor lingkungan.

13
3. Incontinence (beser buang air senil).
Keluarnya air seni tanpa disadari, semakin banyak dan sering,
mengakibatkan masalah kesehatan atau lingkungan, khususnya lingkungan
keluarga. Untuk menghindari ini, lansia sering mengurangi minum. Upaya ini
justru menyebabkan lansia kekurangan cairan tubuh dan juga berkurangnya
kemampuan kandung kemih dalam menjalankan fungsinya.
4. Intellectual impairment (gangguan intelektual/dementia).
Gangguan intelektual merupakan kumpulan gejala klinik yang meliputi
gangguan fungsi intelektual dan ingatan yang cukup berat.
5. Infection (infeksi).
Kekurangan gizi, kekebalan tubuh: yang menurun adalah penyebab
utama lansia mudah mendapat penyakit infeksi. Selain itu berkurangnya fungsi
berbagai organ tubuh, terdapatnya beberapa penyakit sekaligus (komorbiditas)
yang menyebabkan daya tahan tubuh yang sangat berkurang, faktor
lingkungan, jumlah dan keganasan kuman akan mempermudah tubuh
mengalami infeksi.
6. Impairment of vision and hearing, taste, smell, communication,
convalescence, skin integrity (gangguan pancaindera, komunikasi, daya
pulih, dan kulit).
Akibat proses menua semua fungsi pancaindera dan otak berkurang.
Demikian juga gangguan pada saraf dan otot-otot yang digunakan untuk
berbicara dapat menyebabkn terganggunya komunikasi, daya pulih terhadap
penyakitpun berkurang sedangkan kulit menjadi lebih kering, rapuh dan
mudah rusak.
7. Impaction (sulit buang air besar).
Beberapa faktor yang mempermudah terjadinya ini adalah kurangnya
gerakan fisik, makanan yang kurang mengandung serat, kurang minum, akibat
obat-obat tertentu dan lain-lain. Akibatnya, pengosongan isi usus menjadi sulit
terjadi atau isi usus menjadi tertahan. Pada konstipasi, kotoran di dalam usus

14
menjadi keras dan kering, dan pada keadaan yang berat dapat terjadi akibat
yang lebih berat berupa penyumbatan pada usus disertai rasa sakit pada daerah
perut.
8. Isolation (depresi)
Perubahan status sosial, bertambahnya penyakit dan berkurangnya
kemandirian sosial serta perubahan-perubahan akibat proses menua menjadi
salah satu pemicu munculnya depresi pada lansia.
9. Inanition (kurang gizi )
Kekurangan gizi dapat disebabkan ketidaktahuan untuk memilih
makanan yang bergizi. Terutama karena isolasi sosial (terasing dari
masyarakat), gangguan pancaindera, kemiskinan, hidup seorang diri.
10. Impecunity (tidak punya uang)
Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental
akan berkurang secara perlahan-lahan, yang menyebabkan ketidakmampuan
tubuh dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaannya sehingga tidak
dapat memperoleh penghasilan.
11. Iatrogenesis (menderita penyakit akibat obat-obatan)
Masalah yang sering terjadi adalah menderita penyakit lebih dari satu
jenis sehingga membutuhkan obat yang banyak, apalagi penggunakan obat
dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan dokter. Hal ini dapat
menyebabkan timbulnya suatu penyakit akibat pemakaian berbagai macam
obat.
12. Insomnia (gangguan tidur)
Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh para
lansia, yakni sulit tidur, tidur tidak nyenyak, tidurnya banyak mimpi mudah
terbangun, jika terbangun sukar tidur kembali, terbangun dinihari, lesu setelah
bangun dipagi hari.

15
13. Immune deficiency (daya tahan tubuh yang menurun)
Daya tahan tubuh yang menurun selain disebabkan karena proses
menua, tetapi dapat pula karena berbagai keadaan seperti penyakit yang sudah
lama atau baru diderita. Selain itu dapat juga disebabkan penggunaan berbagai
obat, keadaan gizi yang kurang, penurunan fungsi organ-organ tubuh dan lain-
lain.
14. Impotence (impotensi)
Merupakan ketidakmampuan untuk mencapai dan atau
mempertahankan ereksi yang cukup untuk melakukan sanggama yang
memuaskan. Penyebab disfungsi ereksi pada lansia adalah hambatan aliran
darah ke dalam alat kelamin sebagai adanya kekakuan pada dinding pembuluh
darah (arteriosklerosis) baik karena proses menua maupun penyakit, dan juga
berkurangnya sel-sel otot polos yang terdapat pada alat kelamin serta
berkurangnya kepekaan dari alat kelamin pria terhadap rangsangan.

e. Solusi Permasalahan
Berkaitan dengan masalah yang sering dialami oleh orang yang berusia lanjut
dapat di tempuh melalui hal-hal sebagai berikut :
1. Berkanaan dengan Kesahatan Lansia ( fisik)
Orang yang telah lanjut usia identik dengan menurunnya daya tahan
tubuh dan mengalami berbagai macam penyakit. Lansia akan memerlukan obat
yang jumlah atau macamnya tergantung dari penyakit yang diderita.
Pemberian nutrisi yang baik dan cukup sangat diperlukan
lansia,misalnya pemberian asupan gizi yang cukup serta mengandung serat
dalam jumlah yang besar yang bersumber pada buah, sayur dan beraneka pati,
yang dikonsumsi dengan jumlah bertahap.
a. Minum air putih 1.5 – 2 liter, secara teratur
b. Olah raga teratur dan sesuai dengan kapasitas kemampuanya
c. Istirahat, tidur yang cukup

16
d. Minum suplemen gizi yang diperlukan
e. Memeriksa kesehatan secara teratur
2. Berkanaan dengan Emosi
Lebih mendekatkan diri kepada ALLAH dan menyerahkan diri kita
sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi
tenang.
Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak kesehatan,
merusak tubuh dan wajahpun menjadi nampak semakin tua. Stres juga dapat
menyebabkan atau memicu berbagai penyakit seperti stroke, asma, darah
tinggi, penyakit jantung dan lain-lain.
Tersenyum dan tertawa sangat baik, karena akan memperbaiki mental
dan fisik secara alami. Penampilan kita juga akan tampak lebih menarik dan
lebih disukai orang lain. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif
dan juga terbukti memiliki kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga
ampuh untuk mengendalikan emosi kita yang tinggi dan juga untuk
melemaskan otak kita dari kelelahan.
Rekreasi untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas selama
seminggu maka dilakukan rekreasi. Rekreasi tidak harus mahal, dapat
disesuaikan denga kondisi serta kemampuan.
Hubungan antar sesama yang sehat, pertahankan hubungan yang baik
dengan keluarga dan teman-teman, karena hidup sehat bukan hanya sehat
jasmani dan rohani tetapi juga harus sehat sosial. Dengan adanya hubungan
yang baik dengan keluarga dan teman-teman dapat membuat hidup lebih
berarti yang selanjutnya akan mendorong seseorang untuk menjaga,
mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya karena ingin lebih lama
menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai dan disayangi.

17
3. Berkanaan dengan Spiritual
Lebih mendekatkan diri kepada ALLAH dan menyerahkan diri kita
sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi
tenang.
Intropeksi terhadap hal-hal yang telah kita lakukan, serta lebih banyak
beribadah
Belajar secara rutin dengan cara, membaca surat-surat pendek atau ayat Al-
qur’an secara beransur-ansur.

18
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuan normal, seperti rambut
yang mulai memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman panca
indera, serta kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas
orang usia lanjut
Pada umumnya berbeda dengan pada dewasa muda, karena masalah pada lansia
merupakan gabungan dari kelainan-kelainan yang timbul akibat proses menua.
Proses ini menyebabkan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri serta mempertahankan
struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap penyakit
dan memperbaiki kerusakan yang diakibatkannya.

Saran
Sebaiknya lansia mendekatkan diri kepada sang pencipta, misal; shalat fardu
dan shalat sunnah, mengaji, dan lain-lain. Jangan terlalu banyak pikiran, istirahat
yang cukup, jangan terlalu sering minum kopi atau minuman yang mengandung
alkohol, hindari merokok, makan-makan yang sehat, olahraga sehat. Hidup sehat
pada saat lansia pasti menyenangkan.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://coinpot.co/mine/dogecoin/?ref=C13DC6D34E7F
http://mimynk03.blogspot.com/2015/01/perubahan-psikososial-pada-lansia.html

20

Anda mungkin juga menyukai