Anda di halaman 1dari 4

Dosa Besar Negara Terhadap Buruh Negeri

Furhandika Ade Santury


14010118120015

“Saya katakan bahwa cita-cita kita dengan keadilan sosial adalah satu masyarakat yang adil
dan makmur dengan menggunakan alat-alat industri, alat-alat teknologi yang sangat moderen.
Asal tidak dikuasai oleh sistem kapitalisme.”

-Soekarno-

Buruh merupakan salah satu elemen penggerak ekonomi negara yang cukup krusial.
Sebagai penggerak roda-roda produksi, buruh berperan besar dalam meningkatkan
perekonomian negara. Mereka bekerja dari pagi kepagi untuk memenuhi kebutuhan hidup dan
juga kebutuhan produksi pemilik modal. Tercatat, berdasarkan data yang diperoleh dari Badan
Pusat Statistik (BPS) , terdapat 125 juta dari total 260 juta total penduduk Indonesia yang bekerja
sebagai buruh aktif. Tentu ini merupakan presentase yang sangat besar, hampir separuh
penduduk Indoensesia bekerja sebagi buruh .Sayangnya, besaran jumlah buruh di Indonesia
tidak diimbangi dengan perlindungan dan penjaminan hak-haknya.
Dewasa ini, penegakkan hukum dan pengawasan yang lemah mengenai jaminan hak-hak
buruh di Indonesia masih menjadi permasalahan yang klasik dan terus terjadi. Buruh seakan
menjadi komoditas ekonomi yang digunakan untuk memompa produkstifitas perusahaan secara
terus menerus namun, keadaanya sendiri tidak pernah diperhatikan dengan baik. Bahkan, dapat
dikatakan bawasanya buruh seringkali cinderung mengalami eksploitasi. Persis seperti
kualifikasi yang disampaikan oleh Marx ;

“ Objek mendominasi Subjek, Produksi mendominasi Produsen “

Masih banyak banyak kasus pelanggaran hak-hak buruh oleh para kapital yang hingga
kini masih belum terselesaikan. Kasus paling kerap terjadi dan seringkali membuat geger
masyarakat ialah penggelapan uang karyawan oleh pengusaha. Ada pula beberapa perusahaan
yang melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) masal dan pemberian upah yang tidak
sesuai dengan standar upah minimum yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
Sebagai contoh, berdasarkan data yang didapat dari Federasi Serikat Pekerja Metal
Indonesia Cirebon Raya, ternyata tidak sedikit para pekerja atau buruh di Wilayah
Ciayumjakuning yang masih belum menerima pendapatan dibawah standar upah minimum
kota/kabupaten. Dalam kasus ini, terdapat puluhan perusahaan di Wilayah III Cirebon yang
belum membayar pekerjanya sesuai dengan standar. Tak tinggal diam, Serikat Kerja Metal
berusaha mengadukan hal ini kepada Dinas Tenaga Kerja Provinsi Jawa Barat, akan tetapi
masih belum membuahkan hasil yang nyata.
Jauh sebelum itu, terjadi pelanggaran hak buruh yang juga masih belum terselsaikan.
Sebanyak 254 eks-karyawan PT Modern Sevel Indonesia (MSI) belum memperoleh upah yang
totalnya senilai Rp7,2 miliar. Karyawan pengelola ritel Sevel Eleven (Sevel) itu sudah menuntut
haknya selama lebih dari satu tahun.
Belum lagi, kasus pelanggaran jam kerja oleh beberapa perusahaan. Ada pula beberapa
perusahaan yang belum mendaftarkan pekerjanya sebagai peserta Badan Penyelenggara
Jamninan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan. Bahkan kini, diera kepemimpinan Presiden Jokowi
dapat dikatakan prospek buruh masih begitubegitu saja. Padahal, dalam janji-janji
kampanyenya, ia bertekad untuk meningkatkan kesejahteraan buruh seta menjamin dan
melindungi seluruh hak-haknya . Akan tetapi , melihat kasus-kasus yang menimpa para buruh-
buruh di Indonesia sangatlah miris bahwa apa yang dijanjikan justru berbanding terbalik dengan
kenyataan.
Kesejahteraan buruh masih menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesakan oleh
pemerintah. Memang benar bila pemerintah tidak sepenuhnya berpangku tangan dalam masalah
ini, sudah ada beberapa langkah yang ditempuh pemerintah untuk mengupayakan kesejahteraan
buruh di Indonesia. Namun, sejauh ini kesejahteraan buruh tak kunjung membaik.
Guna memperbaiki kondisi kesejahteraan buruh, pemerintah setidaknya harus melakukan
perbaikan sekurang-kurangnya dalam 4 hal. Pertama, memberlakukan penentuan Upah
Minimum Provinsi berdasarkan kebutuhan dasar daerah . Ini merupakan satu tahapan paling
mendasar dalam upaya yang harus dilakukan pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan
buruh. .Melalui kebijakan tersebut, kenaikan upah buruh terjadi berdasarkan besaran yang
merujuk pada kebutuhan dasar setiap daerah.
Kedua, Pemerintah sebagai aktor yang memiliki kuasa penuh terhadap kontrol negara
harus berani secara tegas melindungi para pekerja melalui penegakkan aturan hal ini dikarenakan
pemerintah masih belum berani secara tegas menjadi garda terdepan penjamin hak-hak para
pekerja. Disisi lain, pemerintah wajib melakukan monitoring atau pengawasan secara ketat
terhadap seluruh perusahaan di Indonesia. Terlebih pemberlakuan otonomi daerah mampu
meningkatkan efektifitas pengawasan yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah. Pemerintah
harus memastikan segala bentuk regristrasi dan operasional perusahaan tidak menyalahi aturan.
Tidak hanya itu, dialog bipatrit anatar pengusaha dan buruh juga harus dikawal supaya tidak
menciptakan masalah baru. Dengan demikian hak-hak buruh oleh perusahaan dapat terjamin.
Ketiga, mengadakan Improvement Skill. Dalam menghadapi zaman yang kian maju,
pemerintah harus mencanangkan pelatihan kemampuan para pekerja agar dapat menghadapi
tantangan zaman yang serba teknologi. Dengan teknlogi yang semakin berkembang, perusahaan
akan mengunaknya untuk meningkatkan produktifitas perusahaan. Oleh karenanya dibutuh
kemampuan lebih para pegawai untuk ememnuhi kualifikasi yang dibutuhan nantinya. Gunan
memningkatkan kemapuan pekerja , pemerintah dapat mewajibkan program training kepada
seluruh burhh pada perusahaan –perusahaan di Indonesia. Dengan kemampuan yang mumpuni,
para buruh tidak perlu khawatir untuk bersaing pada revolusi industri 4.0.
Keempat, adanya jaminan sosial bagi buruh dan pekerja. Dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan pekerja dan buruh, dibutuhkan jaminan sosial yang menjamin segala aktivitas
buruh dalam bekerja. Sebenarnya dalam hal ini pemerintah telah menerbitkan sejumlah
kebijakan mendukung perlindungan social, diantaranya dengan menjaga daya beli dan menekan
pengeluaran. Perlindungan social diberikan melalui program sosial oleh Badan Penyelenggaraan
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan) yang memberikan Jaminan Kecelakaan
Kerja, Jaminan Kematian,dan Jaminan Hari Tua, dan Badan Penyelenggara Jamninan Sosial
(BPJS) Kesehatan yang memberikan jaminan kesehatan. Namun, sejauh ini masih ada sekitar
40% lebih pekerja yang masih belum terdaftar di Badan Penyelenggara Jamninan Sosial (BPJS)
Ketenagakerjaan. Oleh karenanya, pemerintah harus terus mendorong secara tegas perusahaan-
perusahaan yang masih belum mendaftarkan para pekerjanya. Selain itu, sebisa mungkin dalam
penerapanya, jaminan hari tua tidak hanya memberikan uang jaminan hari tua saja, akan tetapi
juga harus diikuti dengan berbagai proses yang tidak berblit-belit mulai dari ketentuan ataupun
syarat dan prasyaratnya.
Dalam mengupayakan kesejahteraan buruh memang benar pemerintah dituntut untuk
dominan dalam menyelsaikan segala persoalan. Akan tetapi sebagi objek yang sedang
diupayakan, pekeraja atau buruh juga harus bersikap kooperatif kepada pemerintah. Keduanya
harus saling bersinergis untuk samasama melakukan perbaikan melalui jalinan hubungan positif
yang harus dipelihara.
Seperti yang sudah dikatakan di muka, bahwa buruh memeiliki peran yang begitu besar
dalam mengegerakan ekonomi serta peningkatan ekonomi sekala mikro ataupun makro. Dengan
demikian keadaaan ekonomi nasional akan membaik dan akan menarik minat para investor untuk
berinvestasi di Indonesia.mn Maka sudah sepantasnya meraka mendapat kehihidupan yang
layak. Pemerintah harus segera menyelsaikan segala pokok permasalahan mengenai pekerja di
Indonesia terutama perihal kesejahteraan. Jika tidak, tentu ini akan menjadi dosa besar negara!

Anda mungkin juga menyukai