Anda di halaman 1dari 11

NAMA : NURHIKMA

NIM : 1761201280

KELAS : B1

1. Stesel Pajak

Dalam melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan


pembangunan nasional, pemungutan pajak merupakan salah satu wujud dari
pengabdian dan peran dalam wajib pajak. Ada beberapa jenis tata cara
pemungutan pajak, diantaranya yaitu stelsel pajak yang terbagi menjadi 3 yaitu :

a. Stelsel Nyata (Riel Stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata) sehingga


pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah
penghasilan yang sesungguhnya diketahui.

b. Stelsel Anggapan (Fictieve Stelsel)

Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang –
undang. Misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun
sebelumya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya
pajak yang terhutang untuk tahun pajak berjalan.

c. Stelsel Campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara kedua stelsel yang telah disebutkan
diatas. Pada awal tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan,
kemudian pada tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang
sebenarnya. Bila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar daripada pajak
menurut anggapan, maka wajib pajak harus menambah. Namun, bila lebih kecil
maka kelebihannya dapat diminta kembali atau dikompensasikan.

2. Mengenal Asas Pemungutan Pajak

Kita telah mengetahui bahwa pajak adalah sebuah dana yang perlu dibayarkan
oleh warga kepada pemerintah untuk membiayai aktivitas pemerintahan.
Penerimaan pajak itu akan membuat kehidupan pemerintahan terus bergulir.
Bahkan dapat dikatakan bahwa sumber utama dana negara ini berasal dari pajak
yang dibayarkan oleh rakyat.

Selain itu kita juga telah mengetahui apa saja objek pajak yang ditarik oleh
pemerintah. Mulai dari pajak penghasilan hingga pajak properti, semua jenis
tersebut sudah diatur dan dipungut berdasarkan undang-undang maupun produk
turunannya.

Nah, kali ini kami akan sekadar mengingatkan kepada anda soal beberapa asas
pemungutan pajak yang dituturkan oleh beberapa ahli ekonomi yang namanya
pasti sudah pernah anda kenal. Asas pemungutan pajak ini adalah dasar atau
pijakan mengapa anda perlu untuk memenuhi syarat pemungutan pajak sebagai
warga negara.
Untuk dapat mencapai tujuan dari pemungutan pajak, beberapa ahli yang
mengemukakan tentang asas Pemungutan pajak, antara lain:

Adam Smith, seorang ekonom berkebangsaan Skotlandia, menuliskan asas ini


pada buku Wealth of Nations yang sangat terkenal. Buku ini adalah buku pertama
yang menggambarkan sejarah perkembangan industri dan perdagangan di Eropa
serta dasar-dasar perkembangan perdagangan bebas dan kapitalisme. Adam
Smith adalah salah satu pelopor sistem ekonomi Kapitalisme.Pada bagian “The
Four Maxims“, asas pemungutan pajak didefinisikan sebagai berikut.

a. AsasEquality (asas keseimbangan dengan kemampuan atau asas keadilan):


pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara harus sesuai dengan
kemampuan dan penghasilan wajib pajak. Negara tidak boleh bertindak
diskriminatif terhadap wajib pajak.

b. Asas Certainty (asas kepastian hukum): semua pungutan pajak harus


berdasarkan UU, sehingga bagi yang melanggar akan dapat dikenai sanksi
hukum.

c. AsasConvinience of Payment (asas pemungutan pajak yang tepat waktu


atau asas kesenangan): pajak harus dipungut pada saat yang tepat bagi
wajib pajak (saat yang paling baik), misalnya disaat wajib pajak baru
menerima penghasilannya atau disaat wajib pajak menerima hadiah.

d. AsasEffeciency (asas efesien atau asas ekonomis): biaya pemungutan pajak


diusahakan sehemat mungkin, jangan sampai terjadi biaya pemungutan pajak
lebih besar dari hasil pemungutan pajak.
J. Langen, seorang profesor berkebangsaan Belanda yang menulis buku De
Grondbeginselen van het Ned. Belastingrecht, mengemukakan beberapa asas
pemungutan pajak sebagai berikut:

a. Asas daya pikul: besar kecilnya pajak yang dipungut harus berdasarkan besar
kecilnya penghasilan wajib pajak. Semakin tinggi penghasilan maka semakin tinggi
pajak yang dibebankan.

b. Asas manfaat: pajak yang dipungut oleh negara harus digunakan untuk
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk kepentingan umum.

c. Asas kesejahteraan:pajak yang dipungut oleh negara digunakan untuk


meningkatkan kesejahteraan rakyat.

d. Asas kesamaan: dalam kondisi yang sama antara wajib pajak yang satu dengan
yang lain harus dikenakan pajak dalam jumlah yang sama (diperlakukan sama).

e.Asas beban yang sekecil-kecilnya: pemungutan pajak diusahakan sekecil-


kecilnya (serendah-rendahnya) jika dibandinglan sengan nilai obyek pajak.
Sehingga tidak memberatkan para wajib pajak.

Adolf Wagner, seorang berkebangsaan Jerman, adalah seorang ekonom dan


politisi. Dia adalah pemipin dari Kathedersozialist, sebuah akademi sosialis, dan
penerima beasiswa bidang keuangan dan advokasi dalam agraria. Dalam salah
satu karyanya dia mengungkapkan paling tidak ada lima asas pemungutan pajak,
yaitu:

a. Asas politik finalsial: pajak yang dipungut negara jumlahnya memadadi


sehingga dapat membiayai atau mendorong semua kegiatan negara
b. Asas ekonomi: penentuan obyek pajak harus tepat Misalnya: pajak
pendapatan, pajak untuk barang-barang mewah
c. Asas keadilan: pungutan pajak berlaku secara umum tanpa diskriminasi,
untuk kondisi yang sama diperlakukan sama pula.
d. Asas administrasi: menyangkut masalah kepastian perpajakan (kapan,
dimana harus membayar pajak), keluwesan penagihan (bagaimana cara
membayarnya) dan besarnya biaya pajak.
e. Asas yuridis: segala pungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang.

Itu tadi beberapa asas pemungutan pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli
ekonomi yang diakui oleh masyarakat internasional. Benang merah yang
menghubungkan beberapa pendapat tentang asas itu paling tidak adalah
manfaat, kesetaraan, keadilan, dan hukum. Benang merah tersebut tentu
kemudian menjadi asas yang disepakati dan perlu dihidupi oleh pemerintah
Indonesia ketika melakukan pemungutan pajak. Kita, sebagai warga, perlu untuk
tetap mengawal ketat persoalan pajak ini.

3. Timbul dan Berakhirnya Utang Pajak

Timbulnya utang pajak dapat dilihat dari dua ajaran atau pendapat yang
mengatur tentang timbulnya utang pajak, yaitu :

1. Ajaran formil

Berdasarkan ajaran ini, utang pajak timbul karena fiskus mengeluarkan surat
ketetapan. Hal ini terjadi apabila pemungutan pajak dilakukan dengan official
assessment system, yaitu sistem pemungutan pajak di mana jumlah pajak yang
harus dibayar dihitung oleh fiskus, lalu fiskus akan mengirimkan surat
pemberitahuan terkait jumlah yang harus dibayar kepada wajib pajak.

2. Ajaran materil
Dalam ajaran materil, utang pajak timbul karena undang-undang dan karena ada
sebab-sebab yang mengakibatkan seseorang atau suatu pihak dikenakan pajak.
Adapun sebab-sebab yang dapat menyebabkan seseorang memiliki utang pajak
adalah :

Perbuatan, yaitu mendirikan bangunan, melakukan kegiatan impor atau ekspor,


serta bepergian keluar negeri.

Keadaan, yaitu memiliki tanah atau bumi dan bangunan, memperoleh


penghasilan, serta memiliki kendaraan bermotor.

Peristiwa atau kejadian, yaitu mendapat hadiah undian.

Berdasarkan Undang-Undang Perpajakan, utang pajak ini dapat dihilangkan


dengan lima cara, yaitu :

1. Pembayaran

Utang pajak dapat dihilangkan dengan cara wajib pajak atau penanggung pajak
membayar utang pajaknya kepada negara. Berdasarkan penjelasan tersebut,
utang pajak dapat dibayar oleh pihak lain yang bukan merupakan wajib pajak.

2. Kompensasi
Kompensasi dapat dilakukan apabila wajib pajak memiliki kelebihan dalam
membayar pajak. Kelebihan ini dapat digunakan untuk membayar pajak lainnya
yang terutang.

3. Kedaluwarsa

Utang pajak dapat dihapuskan apabila telah lewat jangka waktu berlakunya
sebagaimana yang terdapat dalam undang-undang. Dalam hal ini, kedaluwarsa
yang dimaksud adalah kedaluwarsa penagihan pajak.

4. Pembebasan

Utang pajak dapat hilang karena ditiadakan. Pembebasan di sini tidak benar-
benar menghilangkan pokok utang pajak, melainkan meniadakan sanksi
administratif terkait utang pajak.

5. Penghapusan

Hilangnya utang pajak dapat dilakukan dengan cara penghapusan. Penghapusan


utang pajak hampir sama dengan pembebasan utang pajak. Namun, penghapusan
utang pajak dilakukan karena kondisi tertentu dari wajib pajak, misalnya kondisi
keuangan wajib pajak yang tidak memungkinkan untuk membayar utang pajak.
Hal lain yang dapat menyebebabkan penghapusan utang pajak adalah sebagai
berikut :
Wajib pajak telah meninggal dunia dan tidak meninggalkan harta warisan
sehingga tidak ada harta yang dapat digunakan untuk membayar utang pajak.

Wajib pajak tidak mempunyai kekayaan lagi dengan dibuktikan oleh


pemerintah.

force majeur, yaitu suatu keadaan yang terjadi di luar kemampuan manusia dan
tidak dapat dihindari. Contoh : peperangan, bencana alam, dan lain-lain.

Berakhirnya Utang Pajak,

Setiap peristiwa perikatan, termasuk utang pajak, pada akhirnya akan jatuh
tempo dan harus berakhir, dan berakhirnya utang pajak disebabkan oleh :

Adanya pembayaran atau pelunasan Pajak

Pada umumnya utang pajak berakhir dengan pembayaran ke Kas Negara atau
tempat yang ditunjuk oleh negara misalnya : bank ( baik bank negara maupun
bank swasta ), kantor pos dan giro atau yang lainnya. Kalau wajib pajak telah
menyetor uang sebesar jumlah utang pajak berarti utang tersebut berakhir.

Kompensasi atau pengimbangan

Kompensasi dapat dilakukan atas pembayaran dan atas kerugian.Jadi dalam utang
pajak ada ketentuan yang bisa mengkonpensasikan antara utang piutang pajak.
Misalnya antara kelebihan satu jenis pajak dengan kekurangan pada jenis pajak
yang lain seperti kelebihan pada PPh dikompensasikan ke kekurangan PBB, atau
kelebihan pajak tahun yang lalu dengan utang pajak berjalan untuk pajak sejenis.
Penghapusan Utang Pajak

Penghapusan ini diberikan berhubungan dengan keadaan ekonomi wajib pajak


yang bersangkutan, misalnya wajib pajak mengalami kebangkrutan atau harta
benda wajib pajak habis terkena bencana alam atau sebab lainnya. Untuk
menentukan wajib pajak ini pailit atau tidak diperlukan penyelidikan yang
seksama oleh fiskus agar dapat dipertanggungjawabkan .

Daluwarsa atau lewat waktu

Daluwarsa yaitu jika dalam jangka waktu tertentu suatu utang pajak tidak ditagih
oleh pemungutnya, maka utang pajak tersebut dianggap lunas dan tidak dapat
ditagih lagi. Dengan demikian utang pajak akan berakhir jika telah melewati waktu
daluwarsa. Menurut UU Nomor 9 tahun 1994, utang pajak akan daluwarsa setelah
lampau waktu 10 ( sepuluh ) tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak atau
berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak yang bersangkutan.

Pembebasan Pajak

Pembebasan pada umumnya diberikan hanya untuk dendanya saja bukan pokok
pajaknya. Tetapi mungkin juga terjadi pembebasan pajak dalam rangka
pelaksanaan fungsi mengatur, misalnya adanya fasilitas“tax holiday” yaitu fasilitas
pembebasan dari pembayaran pajak dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan
tertentu pula.

D. Tarif Pajak
Tarif pajak merupakan dasar pengenaan pajak atas objek pajak yang menjadi
tanggung jawab wajib pajak.

Biasanya tarif pajak berupa persentase yang sudah ditentukan oleh pemerintah.

Ada berbagai jenis tarif pajak dan setiap jenis pajak pun memiliki nilai tarif pajak
yang berbeda-beda.

Secara struktural, tarif pajak dibagi menjadi 4 jenis, antara lain:

Tarif Progresif (a progressive tax rate).

Tarif Degresif (a degressive tax rate).

Tarif Proporsional (a proportional tax rate).

Tarif Tetap/regresif (a fixed tax rate).

Tarif Progresif

Tarif pajak progresif merupakan tarif pungutan pajak yang mana persentase akan
naik sebanding dengan dasar pengenaan pajaknya.

Tarif Degresif

Tarif degresif ini kebalikan dari tarif progresif. Artinya, tarif pajak ini merupakan
tarif pajak yang persentasenya akan lebih kecil dari jumlah yang dijadikan dasar
pengenaan pajak tinggi. Atau, persentase tarif pajak akan semakin rendah ketika
dasar pengenaan pajaknya semakin meningkat.
Tarif Proporsional

Tarif proporsional merupakan tarif yang persentasenya tetap meski terjadi


perubahan terhadap dasar pengenaan pajak. Jadi, seberapa pun jumlah objek
pajak, persentasenya akan tetap.

Tarif Tetap/Regresif

Tarif tetap atau tarif pajak regresif adalah tarif pajak yang nominalnya tetap tanpa
memerhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya.

Anda mungkin juga menyukai