Nuhimanis
Nuhimanis
NIM : 1761201280
KELAS : B1
1. Stesel Pajak
Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang –
undang. Misalnya, penghasilan suatu tahun dianggap sama dengan tahun
sebelumya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditetapkan besarnya
pajak yang terhutang untuk tahun pajak berjalan.
c. Stelsel Campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara kedua stelsel yang telah disebutkan
diatas. Pada awal tahun besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan,
kemudian pada tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang
sebenarnya. Bila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar daripada pajak
menurut anggapan, maka wajib pajak harus menambah. Namun, bila lebih kecil
maka kelebihannya dapat diminta kembali atau dikompensasikan.
Kita telah mengetahui bahwa pajak adalah sebuah dana yang perlu dibayarkan
oleh warga kepada pemerintah untuk membiayai aktivitas pemerintahan.
Penerimaan pajak itu akan membuat kehidupan pemerintahan terus bergulir.
Bahkan dapat dikatakan bahwa sumber utama dana negara ini berasal dari pajak
yang dibayarkan oleh rakyat.
Selain itu kita juga telah mengetahui apa saja objek pajak yang ditarik oleh
pemerintah. Mulai dari pajak penghasilan hingga pajak properti, semua jenis
tersebut sudah diatur dan dipungut berdasarkan undang-undang maupun produk
turunannya.
Nah, kali ini kami akan sekadar mengingatkan kepada anda soal beberapa asas
pemungutan pajak yang dituturkan oleh beberapa ahli ekonomi yang namanya
pasti sudah pernah anda kenal. Asas pemungutan pajak ini adalah dasar atau
pijakan mengapa anda perlu untuk memenuhi syarat pemungutan pajak sebagai
warga negara.
Untuk dapat mencapai tujuan dari pemungutan pajak, beberapa ahli yang
mengemukakan tentang asas Pemungutan pajak, antara lain:
a. Asas daya pikul: besar kecilnya pajak yang dipungut harus berdasarkan besar
kecilnya penghasilan wajib pajak. Semakin tinggi penghasilan maka semakin tinggi
pajak yang dibebankan.
b. Asas manfaat: pajak yang dipungut oleh negara harus digunakan untuk
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk kepentingan umum.
d. Asas kesamaan: dalam kondisi yang sama antara wajib pajak yang satu dengan
yang lain harus dikenakan pajak dalam jumlah yang sama (diperlakukan sama).
Itu tadi beberapa asas pemungutan pajak yang dikemukakan oleh beberapa ahli
ekonomi yang diakui oleh masyarakat internasional. Benang merah yang
menghubungkan beberapa pendapat tentang asas itu paling tidak adalah
manfaat, kesetaraan, keadilan, dan hukum. Benang merah tersebut tentu
kemudian menjadi asas yang disepakati dan perlu dihidupi oleh pemerintah
Indonesia ketika melakukan pemungutan pajak. Kita, sebagai warga, perlu untuk
tetap mengawal ketat persoalan pajak ini.
Timbulnya utang pajak dapat dilihat dari dua ajaran atau pendapat yang
mengatur tentang timbulnya utang pajak, yaitu :
1. Ajaran formil
Berdasarkan ajaran ini, utang pajak timbul karena fiskus mengeluarkan surat
ketetapan. Hal ini terjadi apabila pemungutan pajak dilakukan dengan official
assessment system, yaitu sistem pemungutan pajak di mana jumlah pajak yang
harus dibayar dihitung oleh fiskus, lalu fiskus akan mengirimkan surat
pemberitahuan terkait jumlah yang harus dibayar kepada wajib pajak.
2. Ajaran materil
Dalam ajaran materil, utang pajak timbul karena undang-undang dan karena ada
sebab-sebab yang mengakibatkan seseorang atau suatu pihak dikenakan pajak.
Adapun sebab-sebab yang dapat menyebabkan seseorang memiliki utang pajak
adalah :
1. Pembayaran
Utang pajak dapat dihilangkan dengan cara wajib pajak atau penanggung pajak
membayar utang pajaknya kepada negara. Berdasarkan penjelasan tersebut,
utang pajak dapat dibayar oleh pihak lain yang bukan merupakan wajib pajak.
2. Kompensasi
Kompensasi dapat dilakukan apabila wajib pajak memiliki kelebihan dalam
membayar pajak. Kelebihan ini dapat digunakan untuk membayar pajak lainnya
yang terutang.
3. Kedaluwarsa
Utang pajak dapat dihapuskan apabila telah lewat jangka waktu berlakunya
sebagaimana yang terdapat dalam undang-undang. Dalam hal ini, kedaluwarsa
yang dimaksud adalah kedaluwarsa penagihan pajak.
4. Pembebasan
Utang pajak dapat hilang karena ditiadakan. Pembebasan di sini tidak benar-
benar menghilangkan pokok utang pajak, melainkan meniadakan sanksi
administratif terkait utang pajak.
5. Penghapusan
force majeur, yaitu suatu keadaan yang terjadi di luar kemampuan manusia dan
tidak dapat dihindari. Contoh : peperangan, bencana alam, dan lain-lain.
Setiap peristiwa perikatan, termasuk utang pajak, pada akhirnya akan jatuh
tempo dan harus berakhir, dan berakhirnya utang pajak disebabkan oleh :
Pada umumnya utang pajak berakhir dengan pembayaran ke Kas Negara atau
tempat yang ditunjuk oleh negara misalnya : bank ( baik bank negara maupun
bank swasta ), kantor pos dan giro atau yang lainnya. Kalau wajib pajak telah
menyetor uang sebesar jumlah utang pajak berarti utang tersebut berakhir.
Kompensasi dapat dilakukan atas pembayaran dan atas kerugian.Jadi dalam utang
pajak ada ketentuan yang bisa mengkonpensasikan antara utang piutang pajak.
Misalnya antara kelebihan satu jenis pajak dengan kekurangan pada jenis pajak
yang lain seperti kelebihan pada PPh dikompensasikan ke kekurangan PBB, atau
kelebihan pajak tahun yang lalu dengan utang pajak berjalan untuk pajak sejenis.
Penghapusan Utang Pajak
Daluwarsa yaitu jika dalam jangka waktu tertentu suatu utang pajak tidak ditagih
oleh pemungutnya, maka utang pajak tersebut dianggap lunas dan tidak dapat
ditagih lagi. Dengan demikian utang pajak akan berakhir jika telah melewati waktu
daluwarsa. Menurut UU Nomor 9 tahun 1994, utang pajak akan daluwarsa setelah
lampau waktu 10 ( sepuluh ) tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak atau
berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak yang bersangkutan.
Pembebasan Pajak
Pembebasan pada umumnya diberikan hanya untuk dendanya saja bukan pokok
pajaknya. Tetapi mungkin juga terjadi pembebasan pajak dalam rangka
pelaksanaan fungsi mengatur, misalnya adanya fasilitas“tax holiday” yaitu fasilitas
pembebasan dari pembayaran pajak dalam jangka waktu tertentu untuk tujuan
tertentu pula.
D. Tarif Pajak
Tarif pajak merupakan dasar pengenaan pajak atas objek pajak yang menjadi
tanggung jawab wajib pajak.
Biasanya tarif pajak berupa persentase yang sudah ditentukan oleh pemerintah.
Ada berbagai jenis tarif pajak dan setiap jenis pajak pun memiliki nilai tarif pajak
yang berbeda-beda.
Tarif Progresif
Tarif pajak progresif merupakan tarif pungutan pajak yang mana persentase akan
naik sebanding dengan dasar pengenaan pajaknya.
Tarif Degresif
Tarif degresif ini kebalikan dari tarif progresif. Artinya, tarif pajak ini merupakan
tarif pajak yang persentasenya akan lebih kecil dari jumlah yang dijadikan dasar
pengenaan pajak tinggi. Atau, persentase tarif pajak akan semakin rendah ketika
dasar pengenaan pajaknya semakin meningkat.
Tarif Proporsional
Tarif Tetap/Regresif
Tarif tetap atau tarif pajak regresif adalah tarif pajak yang nominalnya tetap tanpa
memerhatikan jumlah yang dijadikan dasar pengenaan pajaknya.