Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Bahasa
Indonesia ini tepat pada waktunya. Makalah Bahasa Indonesia ini disusun untuk
memenuhi tugas dalam perkuliahan Bahasa Indonesia semester awal. Makalah ini
membahas mengenai Sejarah, Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak dosen atas segala
arahan dan bimbingan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat memberi manfaat kepada pembaca dan
utamanya kepada kami sendiri. Kami menyadari, bahwa masih banyak kesalahan
dan kekurangan pada makalah ini. Hal ini karena keterbatasan kemampuan dari
kami. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak guna penyempurnaan makalah ini.

Banjarbaru, September 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………….i
Daftar Isi………………………………………………………………………..ii
BAB I : Pendahuluan
I.1. Latar Belakang………………………………………………………………1
I.2. Rumusan Masalah…………………………………………………………...1
I.3. Tujuan Penulisan…………………………………………………………….1
BAB II : Pembahasan
II.1. Sejarah Bahasa Indonesia…………………………………………………..2
II.2. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia………………………………….6
BAB III : Penutup
III.1. Kesimpulan………………………………………………………………..9
III.2. Saran………………………………………………………………………10
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan
bahasa penghubung antar etnis yang mendiami kepulauan n u s a n t a r a . S e l a i n
itu Bahasa Melayu juga menjadi bahasa penghubung antara
s u k u - s u k u , menjadi bahasa transaksi perdagangan internasional di
kawasan kepulauan nusantara yang digunakan oleh berbagai suku
Bangsa Indonesia dengan para pedagang asing. Pemerintah kolonial Hindia-
Belanda menyadari bahwa bahasa Melayu dapat dipakai untuk membantu
administrasi bagi kalangan pegawai pribumi k a r e n a p e n g u a s a a n
Bahasa Belanda oleh para pegawai pribumi dinilai lemah.
Dengan bersandarkan pada Bahasa Melayu yang kian merajalela di Indonesia,
maka sarja dari Bangsa Belanda mulai melakukan penerbitan-penerbitan karya
sastra yang memakai Bahasa Melayu selain itu mereka juga telak melakukan
promosi bahasa ke sekolah-sekolah kaum pribumi pada masa penjajahan, seiring
berjalannya waktu mulailah tumbuh kesadaran akan keinginan untuk memiliki
bahsa sendiri yaitu Bahasa Indonesia.
Dari pernyataan-pernyataan diatas penulis sangat tertarik untuk membahas dan
mendeskripsikan mengenai “Sejarah, Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia”.
Karena Masyarakat Indonesia sendiri belum tahu banyak tentang bagaimana
perjalanan Bahasa Indonesia sampai saat ini, serta kedudukan dan fungsi Bahasa
Indonesia sebagai bahasa pemersatu Bangsa Indonesia.

I.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah Bahasa Indonesia ?
2. Bagaimana kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia ?

I.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui bagaiman sejarah Bahasa Indonesia.
2. Untuk mengetahui kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Sejarah Bahasa Indonesia


a) Sebelum kemerdekaan
Bahasa Indonesia atau berakar dari bahasa melayu. Bahasa Indonesia
tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu, yang sudah dipakai berabad-
abad sebagai bahasa pergaulan (lingua franca), bukan saja di Kepelauan
Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh wilayah Asia Tenggara.
Berbagai fakta sejarah menunjukkan bahwa bahasa Melayu sudah digunakan
secara meluas sejak dahulu. Misalnya, prasasti tertua yang ditulis dalam
bahasa Melayu dengan huruf Pallawa berasal dari abad ke-7. Masuknya Islam
ke Indonesia sekitar abad ke-13 atau sebelumnya membawa pengaruh pada
tradisi tulis dalam bahasa Melayu. Huruf Arab mulai digunakan untuk menulis
bahasa Melayu.
Berdasarkan bukti sejarah bahwa pada zaman Kerajaan Sriwijaya di
Sumatra dan Kerajaan Majapahit di Jawa, bahasa Melayu sudah berfungsi
sebagai :
1. Bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan-aturan
hidup dan sastra;
2. Bahasa perhubungan antarsuku di indonesia;
3. Bahasa niaga dalam transaksi perdagangan, baik antarsuku yang ada di
indonesia maupun terhadap pedagang-pedagang yang datang dari luar
indonesia;
4. Bahasa resmi kerajaan, baik pada masa pemerintahan sriwijaya maupun
pada masa pemerintahan majapahit.
Pada masa penjajahan Belanda, bahasa Melayu juga tetap dipakai
sebagai bahasa perhubungan yang luas. Pemerintah Belanda tidak mau
menyebarkan pemakaian bahasa Belanda pada penduduk pribumi. Dengan
demikian, komunikasi di antara pemerintah dan penduduk Indonesia dan di
antara penduduk Indonesia yang berbeda bahasanya sebagian besar dilakukan
dengan bahasa Melayu. Selama masa penjajahan Belanda, terbit banyak surat
kabar yang ditulis dengan bahasa Melayu.

2
Melalui perjalanan sejarah yang panjang, akhirnya pada tanggal 28
Oktober 1928 melalui ikrar Sumpah Pemuda, bangsa Indonesia menerima
bahasa Melayu sebagai bahsa nasional bangsa Indonesia dengan nama bahasa
Indonesia. Butir ketiga dari ikrar Sumpah Pemuda merupakan pernyataan
tekad kebahasaan yang mengindikasikan bahwa bangsa Indonesia,
“menjunjung bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia”. Sejak itulah bahasa
Indonesia secara perlahan tumbuh dan berkembang terus. Sejak zaman
prakemerdekaan hingga saat ini perkembangannya menjadi demikian pesatnya
sehingga bahasa Indonesia telah menjelma menjadi bahasa modern.

b) Sesudah Kemerdekaan
Sehari sesudah proklamasi Kemerdekaan, pada tanggal 18 Agustus
ditetapkan Undang-Undang Dasar 1945 yang didalamnya terdapat pasal 36,
yang menyatakan bahwa, “ Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”. Dengan
demikian, di samping kedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia
juga berkedudukan sebagai bahasa Negara. Sebagai bahasa Negara, bahasa
Indonesia dipakai dalam semua urusan yang berkaitan dengan pemerintahan
dan negara.
Sesudah kemerdekaan, bahasa Indonesia mengalami perkembangan
yang pesat, setiap tahun jumlah pemakai bahasa Indonesia semakin
bertambah. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan sebagai
bahasa Negara semakin kuat. Perhatian terhadap bahasa Indonesia baik dari
pemerintah maupun masyarakat sangat besar. Pemerintah Orde Lama dan
Orde Baru menaruh perhatian yang besar terhadap perkembangan bahasa
Indonesia, di antaranya melalui pembentukan lembaga yang mengurus
masalah kebahasaan yang sekarang menjadi Pusat Bahasa dan
penyelenggaraan Kongres Bahasa Indonesia. Perubahan ejaan bahasa
Indonesia dari Ejaan Van Ophuijsen ke Ejaan Soewandi hingga Ejaan yang
disempurnakan (EYD) selalu mendapat tanggapan dari masyarakat.

3
 Ejaan yang pernah berlaku di Indonesia :
1) Ejaan Van Ophuijsen
Pada tahun 1901 ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang disebut
Ejaan van Ophuijsen, ditetapkan. Ejaan tersebut dirancang oleh van
Ophuijsen dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma'moer dan
Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan
ini adalah sebagai berikut :
 Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang.
 Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.
 Tanda diakritik, seperti koma ain(‘) dan tanda trema, untuk menuliskan
kata-kata ma'moer, 'akal, ta', pa', dinamai'.
2) Ejaan Soewandi
Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan Soewandi diresmikan menggantikan
ejaan van Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan ejaan
Republik. Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pergantian
ejaan itu adalah sebagai berikut.
 Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru, itu, umur.
 Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata
tak, pak, maklum, rakjat.
 Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2, ber-jalan2, ke-
barat2-an.
 Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun,
disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang.
3) Ejaan yang disempurnakan (EYD)
Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia
meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu
berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan
pemakaian ejaan itu.

4
Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa
Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12
Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang
berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975
memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Pada tahun
1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat
Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal
9 September 1987.
Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sebagai berikut :
1. Perubahan Huruf
Ejaan Soewandi Ejaan yang Disempurnakan
dj djalan, djauh j jalan, jauh
j pajung, laju y payung, layu
nj njonja, bunji ny nyonya, bunyi
sj isjarat, masjarakat sy isyarat, masyarakat
tj tjukup, tjutji c cukup, cuci
ch tarich, achir kh tarikh, akhir
2. Huruf-huruf di bawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan
Soewandi sebagai unsur pinjaman abjad asing, diresmikan
pemakaiannya.
f maaf, fakir
v valuta, universitas
z zeni, lezat
3. Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap
dipakai
a:b=p:q
Sinar-X

5
4. Penulisan di- atau ke- sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata depan
dibedakan, yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan
kata yang mengikutinya, sedangkan di atau ke sebagai kata depan
ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.
di- (awalan) di (kata depan)
ditulis di kampus
dibakar di rumah
dilempar di jalan
dipikirkan di sini
ketua ke kampus
kekasih ke luar negeri
kehendak ke atas
5. Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2.
anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat

II.2 Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia


a) Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional ditetapkan melalui
ikrar Sumpah Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Sebagai bahasa
nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai
(1) kebanggaan nasional,
(2) lambang identitas nasional,
(3) alat pemersatu berbagai suku bangsa, dan
(4) alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya.
Sebagai lambang kebanggaan nasional, bahasa Indonesia mencerminkan
nilai-nilai social budaya yang mendasari rasa kebangsaan. Bangsa
Indonesia harus merasa bangga karena adanya bahasa Indonesia yang
dapat menyatukan berbagai suku bangsa yang berbeda. Ini menunjukkan
bahwa bangsa Indonesia sanggup mengatasi perbedaan yang ada. Atas
dasar kebanggaan inilah, bahasa Indonesia terpelihara dan berkembang
serta rasa kebanggaan memakainya senantiasa terbina.

6
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia kita junjung tinggi
di samping bendera dan lambang Negara kita. Untuk membangun
kepercayaan diri yang kuat, sebuah bangsa memerlukan identitas, di
antaranya dapat diwujudkan melalui bahasanya. Dengan adanya sebuah
bahasa yang dapat mengatasi berbagai bahasa dan suku bangsa yang
berbeda dapat mengindentikkan diri sebagai suatu bangsa melalui bahasa
tersebut.
Berkat adanya bahasa nasional, kita dapat berhubungan satu dengan yang
lainnya sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman sebagai akibat
perbedaan latar belakang budaya dan bahasa dapat terhindarkan. Kalau
tidak ada sebuah bahasa, seperti bahasa Indonesia yang bias menyatukan
suku-suku bangsa yang berbeda, akan banyak muncul masalah
perpecahan bangsa, dan kita dapat bepergian keseluruh pelosok tanah air
dengan memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satu-satunya alat
komunikasi.
Sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya, bahasa Indonesia
memungkinkan berbagai suku bangsa yang berbeda itu mencapai
keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu
meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai social
budaya serta bahasa daerah yang bersangkutan. Dengan demikian, kitas
dapat meletakkan kepentingan nasional di atas kepentingan daerah
(kesukuan) atau golongan.
b) Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Negara
Bahasa Indonesia dikukuhkan sebagai bahasa Negara pada 18 Agustus
1945 dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, pasal 36. Sebagai
Negara, bahasa Indonesia berfungsi
(1) bahasa resmi kenegaraan,
(2) bahasa pengantar dalam dunia pendidikan,
(3) alat perhubungan di tingkat nasional untuk kepentingan pembangunan
dan pemerintahan, dan
(4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

7
Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai untuk
urusan-urusan kenegaraan. Dalam hal ini pidato-pidato resmi, dokumen
dan surat-surat resmi harus ditulis dalam bahasa Indonesia. Upacara-
upacara kenegaraan juga dilangsungkan dengan menggunakan bahasa
Indonesia. Pemakaian bahasa Indonesia dalam acara-acara kenegaraan
sesuai dengan UUD 1945 mutlak dilakukan.
Sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan, bahasa Indonesia
merupakan satu-satunya bahasa yang dapat memenuhi kebutuhan akan
bahasa yang seragam dalam pendidikan di Indonesia. Bahasa Indonesia
merupakan bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai
taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, kecuali di daerah-daerah
yang menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa pengantar sampai
dengan tahun ketiga pendidikan dasar.
Sebagai alat perhubungan di tingkat nasional untuk kepentingan
pembangunan dan pemerintahan, bahasa Indonesia dipakai bukan saja
sebagai alat komunikasi timbale-baik antara pemerintah dan masyarakat
luas, dan bukan saja sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarsuku,
melainkan juga sebagai alat perhubungan dalam masyarakat yang sama
latar belakang social budaya dan bahasanya. Kalau ada lebih dari satu
bahasa yang digunakan sebagai alat perhubungan, keefektifan
pembangunan dan pemerintahan akan tergangggu karena akan diperlukan
waktu yang lebih lama dalam berkomunikasi. Bahasa Indonesia dapat
mengatasi hambatan ini.
Sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan
teknologi, bahasa Indonesia merupakan satu –satunya bahasa Indonesia
yang memenuhi syarat untuk itu karena bahasa Indonesia telah
dikembangkan untuk keperluan tersebut dan bahasa ini dimengerti oleh
sebagian besar masyarakat Indonesia. Pada saat yang sama pula bahasa
Indonesia dipergunakan sebagai alat untuk menyatakan nilai-nilai social
budaya nasional.

8
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Sesuai dengan uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai
sejarah, kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia sebagai berikut :
1) Sejarah Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia berasal atau berakar dari Bahasa Melayu yang
telah digunakan sejak abad 7, pada era kekuasaan Kerajaan Sriwijaya,
pada saat itu Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa perhubungan.
Bermula dari ikrar sumpah pemuda yang tertuang pada butir ketiga
bahwa Bahasa Indonesia adalah bahasa yang digunakan sebagai alat
pemersatu bangsa dan merupakan jati diri Bangsa Indonesia. Dan secara
yuridis Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional tertuang pada Bab XV
pasal 36 UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agutus 1945.
2) Kedudukan Bahasa Indonesia
Sesuai yang tercantum pada Bab XV pasal 36 UUD 1945 dan pada
ikrar sumpah pemuda bahwa Bahasa Indonesia memiliki kedudukan
sebagai bahasa negara dan Sebagai bahasa nasional serta Bahasa Indonesia
merupakan alat yang dapat mempersatukan Bangsa Indonesia.
3) Fungsi Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia memiliki dua banyak fungsi dimana Bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional memiliki fungsi sebagai lambang
kebanggan nasional, identitas nasional, alat pemersatu, alat perhubungan
antardaerah, sedangkan sebagai bahasa negara Bahasa indonesia memiliki
fungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar dala dunia
pendidikan, alat penghubungan tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pembangunan serta pemerintahan, pengembangan budaya
nasional.

9
III.2 Saran
1. Kita harus mengerti sejarah yang telah dilalaui Bahasa Indonesia secara lebih
dalam, sehingga kita dapat lebih memaknai Bahasa Indonesia itu sendiri dan
tetap mempeliharanya serta mengembangkannya.
2. Kita harus mengetahui kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia baik sebagai
bahasa nasional maupun sebagai bahasa negara.
3. Penggunaan Bahasa Indonesia harus sesuai kedudukan dan fungsinya.
4. Kita harus Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.

10
DAFTAR PUSTAKA

Tim pengajaran Bahasa Indonesia Universitas Hasanuddin.(2008).Bahasa


Indonesia.Makassar:UPT MKU UNHAS
https://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Indonesia
https://www.facebook.com/notes/bahasa-kita-bahasa-indonesia/dari-ejaan-van-
ophuijsen-hingga-eyd/31216869100
http://coretanwnh.blogspot.com/2013/09/sejarah-fungsi-dan-kedudukan-
bahasa.html

11

Anda mungkin juga menyukai