Makalah Kelompok 1 B.indonesia
Makalah Kelompok 1 B.indonesia
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Bahasa
Indonesia ini tepat pada waktunya. Makalah Bahasa Indonesia ini disusun untuk
memenuhi tugas dalam perkuliahan Bahasa Indonesia semester awal. Makalah ini
membahas mengenai Sejarah, Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak dosen atas segala
arahan dan bimbingan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat memberi manfaat kepada pembaca dan
utamanya kepada kami sendiri. Kami menyadari, bahwa masih banyak kesalahan
dan kekurangan pada makalah ini. Hal ini karena keterbatasan kemampuan dari
kami. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak guna penyempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar………………………………………………………………….i
Daftar Isi………………………………………………………………………..ii
BAB I : Pendahuluan
I.1. Latar Belakang………………………………………………………………1
I.2. Rumusan Masalah…………………………………………………………...1
I.3. Tujuan Penulisan…………………………………………………………….1
BAB II : Pembahasan
II.1. Sejarah Bahasa Indonesia…………………………………………………..2
II.2. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia………………………………….6
BAB III : Penutup
III.1. Kesimpulan………………………………………………………………..9
III.2. Saran………………………………………………………………………10
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Melalui perjalanan sejarah yang panjang, akhirnya pada tanggal 28
Oktober 1928 melalui ikrar Sumpah Pemuda, bangsa Indonesia menerima
bahasa Melayu sebagai bahsa nasional bangsa Indonesia dengan nama bahasa
Indonesia. Butir ketiga dari ikrar Sumpah Pemuda merupakan pernyataan
tekad kebahasaan yang mengindikasikan bahwa bangsa Indonesia,
“menjunjung bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia”. Sejak itulah bahasa
Indonesia secara perlahan tumbuh dan berkembang terus. Sejak zaman
prakemerdekaan hingga saat ini perkembangannya menjadi demikian pesatnya
sehingga bahasa Indonesia telah menjelma menjadi bahasa modern.
b) Sesudah Kemerdekaan
Sehari sesudah proklamasi Kemerdekaan, pada tanggal 18 Agustus
ditetapkan Undang-Undang Dasar 1945 yang didalamnya terdapat pasal 36,
yang menyatakan bahwa, “ Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”. Dengan
demikian, di samping kedudukan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia
juga berkedudukan sebagai bahasa Negara. Sebagai bahasa Negara, bahasa
Indonesia dipakai dalam semua urusan yang berkaitan dengan pemerintahan
dan negara.
Sesudah kemerdekaan, bahasa Indonesia mengalami perkembangan
yang pesat, setiap tahun jumlah pemakai bahasa Indonesia semakin
bertambah. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan sebagai
bahasa Negara semakin kuat. Perhatian terhadap bahasa Indonesia baik dari
pemerintah maupun masyarakat sangat besar. Pemerintah Orde Lama dan
Orde Baru menaruh perhatian yang besar terhadap perkembangan bahasa
Indonesia, di antaranya melalui pembentukan lembaga yang mengurus
masalah kebahasaan yang sekarang menjadi Pusat Bahasa dan
penyelenggaraan Kongres Bahasa Indonesia. Perubahan ejaan bahasa
Indonesia dari Ejaan Van Ophuijsen ke Ejaan Soewandi hingga Ejaan yang
disempurnakan (EYD) selalu mendapat tanggapan dari masyarakat.
3
Ejaan yang pernah berlaku di Indonesia :
1) Ejaan Van Ophuijsen
Pada tahun 1901 ejaan bahasa Melayu dengan huruf Latin, yang disebut
Ejaan van Ophuijsen, ditetapkan. Ejaan tersebut dirancang oleh van
Ophuijsen dibantu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma'moer dan
Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan
ini adalah sebagai berikut :
Huruf j untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang.
Huruf oe untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer.
Tanda diakritik, seperti koma ain(‘) dan tanda trema, untuk menuliskan
kata-kata ma'moer, 'akal, ta', pa', dinamai'.
2) Ejaan Soewandi
Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan Soewandi diresmikan menggantikan
ejaan van Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan ejaan
Republik. Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pergantian
ejaan itu adalah sebagai berikut.
Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru, itu, umur.
Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata
tak, pak, maklum, rakjat.
Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2, ber-jalan2, ke-
barat2-an.
Awalan di- dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya, seperti kata depan di pada dirumah, dikebun,
disamakan dengan imbuhan di- pada ditulis, dikarang.
3) Ejaan yang disempurnakan (EYD)
Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia
meresmikan pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu
berdasarkan Putusan Presiden No. 57, Tahun 1972. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai patokan
pemakaian ejaan itu.
4
Karena penuntun itu perlu dilengkapi, Panitia Pengembangan Bahasa
Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12
Oktober 1972, No. 156/P/1972 (Amran Halim, Ketua), menyusun buku
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan yang
berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975
memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Pada tahun
1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan surat
Putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal
9 September 1987.
Beberapa hal yang perlu dikemukakan sehubungan dengan Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sebagai berikut :
1. Perubahan Huruf
Ejaan Soewandi Ejaan yang Disempurnakan
dj djalan, djauh j jalan, jauh
j pajung, laju y payung, layu
nj njonja, bunji ny nyonya, bunyi
sj isjarat, masjarakat sy isyarat, masyarakat
tj tjukup, tjutji c cukup, cuci
ch tarich, achir kh tarikh, akhir
2. Huruf-huruf di bawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam Ejaan
Soewandi sebagai unsur pinjaman abjad asing, diresmikan
pemakaiannya.
f maaf, fakir
v valuta, universitas
z zeni, lezat
3. Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap
dipakai
a:b=p:q
Sinar-X
5
4. Penulisan di- atau ke- sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata depan
dibedakan, yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangkai dengan
kata yang mengikutinya, sedangkan di atau ke sebagai kata depan
ditulis terpisah dengan kata yang mengikutinya.
di- (awalan) di (kata depan)
ditulis di kampus
dibakar di rumah
dilempar di jalan
dipikirkan di sini
ketua ke kampus
kekasih ke luar negeri
kehendak ke atas
5. Kata ulang ditulis penuh dengan huruf, tidak boleh digunakan angka 2.
anak-anak, berjalan-jalan, meloncat-loncat
6
Sebagai lambang identitas nasional, bahasa Indonesia kita junjung tinggi
di samping bendera dan lambang Negara kita. Untuk membangun
kepercayaan diri yang kuat, sebuah bangsa memerlukan identitas, di
antaranya dapat diwujudkan melalui bahasanya. Dengan adanya sebuah
bahasa yang dapat mengatasi berbagai bahasa dan suku bangsa yang
berbeda dapat mengindentikkan diri sebagai suatu bangsa melalui bahasa
tersebut.
Berkat adanya bahasa nasional, kita dapat berhubungan satu dengan yang
lainnya sedemikian rupa sehingga kesalahpahaman sebagai akibat
perbedaan latar belakang budaya dan bahasa dapat terhindarkan. Kalau
tidak ada sebuah bahasa, seperti bahasa Indonesia yang bias menyatukan
suku-suku bangsa yang berbeda, akan banyak muncul masalah
perpecahan bangsa, dan kita dapat bepergian keseluruh pelosok tanah air
dengan memanfaatkan bahasa Indonesia sebagai satu-satunya alat
komunikasi.
Sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarbudaya, bahasa Indonesia
memungkinkan berbagai suku bangsa yang berbeda itu mencapai
keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu
meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai social
budaya serta bahasa daerah yang bersangkutan. Dengan demikian, kitas
dapat meletakkan kepentingan nasional di atas kepentingan daerah
(kesukuan) atau golongan.
b) Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Negara
Bahasa Indonesia dikukuhkan sebagai bahasa Negara pada 18 Agustus
1945 dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, pasal 36. Sebagai
Negara, bahasa Indonesia berfungsi
(1) bahasa resmi kenegaraan,
(2) bahasa pengantar dalam dunia pendidikan,
(3) alat perhubungan di tingkat nasional untuk kepentingan pembangunan
dan pemerintahan, dan
(4) alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
7
Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai untuk
urusan-urusan kenegaraan. Dalam hal ini pidato-pidato resmi, dokumen
dan surat-surat resmi harus ditulis dalam bahasa Indonesia. Upacara-
upacara kenegaraan juga dilangsungkan dengan menggunakan bahasa
Indonesia. Pemakaian bahasa Indonesia dalam acara-acara kenegaraan
sesuai dengan UUD 1945 mutlak dilakukan.
Sebagai bahasa pengantar dalam pendidikan, bahasa Indonesia
merupakan satu-satunya bahasa yang dapat memenuhi kebutuhan akan
bahasa yang seragam dalam pendidikan di Indonesia. Bahasa Indonesia
merupakan bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan mulai
taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, kecuali di daerah-daerah
yang menggunakan bahasa daerahnya sebagai bahasa pengantar sampai
dengan tahun ketiga pendidikan dasar.
Sebagai alat perhubungan di tingkat nasional untuk kepentingan
pembangunan dan pemerintahan, bahasa Indonesia dipakai bukan saja
sebagai alat komunikasi timbale-baik antara pemerintah dan masyarakat
luas, dan bukan saja sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarsuku,
melainkan juga sebagai alat perhubungan dalam masyarakat yang sama
latar belakang social budaya dan bahasanya. Kalau ada lebih dari satu
bahasa yang digunakan sebagai alat perhubungan, keefektifan
pembangunan dan pemerintahan akan tergangggu karena akan diperlukan
waktu yang lebih lama dalam berkomunikasi. Bahasa Indonesia dapat
mengatasi hambatan ini.
Sebagai alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan
teknologi, bahasa Indonesia merupakan satu –satunya bahasa Indonesia
yang memenuhi syarat untuk itu karena bahasa Indonesia telah
dikembangkan untuk keperluan tersebut dan bahasa ini dimengerti oleh
sebagian besar masyarakat Indonesia. Pada saat yang sama pula bahasa
Indonesia dipergunakan sebagai alat untuk menyatakan nilai-nilai social
budaya nasional.
8
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Sesuai dengan uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai
sejarah, kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia sebagai berikut :
1) Sejarah Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia berasal atau berakar dari Bahasa Melayu yang
telah digunakan sejak abad 7, pada era kekuasaan Kerajaan Sriwijaya,
pada saat itu Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa perhubungan.
Bermula dari ikrar sumpah pemuda yang tertuang pada butir ketiga
bahwa Bahasa Indonesia adalah bahasa yang digunakan sebagai alat
pemersatu bangsa dan merupakan jati diri Bangsa Indonesia. Dan secara
yuridis Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional tertuang pada Bab XV
pasal 36 UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18 Agutus 1945.
2) Kedudukan Bahasa Indonesia
Sesuai yang tercantum pada Bab XV pasal 36 UUD 1945 dan pada
ikrar sumpah pemuda bahwa Bahasa Indonesia memiliki kedudukan
sebagai bahasa negara dan Sebagai bahasa nasional serta Bahasa Indonesia
merupakan alat yang dapat mempersatukan Bangsa Indonesia.
3) Fungsi Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia memiliki dua banyak fungsi dimana Bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional memiliki fungsi sebagai lambang
kebanggan nasional, identitas nasional, alat pemersatu, alat perhubungan
antardaerah, sedangkan sebagai bahasa negara Bahasa indonesia memiliki
fungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar dala dunia
pendidikan, alat penghubungan tingkat nasional untuk kepentingan
perencanaan dan pembangunan serta pemerintahan, pengembangan budaya
nasional.
9
III.2 Saran
1. Kita harus mengerti sejarah yang telah dilalaui Bahasa Indonesia secara lebih
dalam, sehingga kita dapat lebih memaknai Bahasa Indonesia itu sendiri dan
tetap mempeliharanya serta mengembangkannya.
2. Kita harus mengetahui kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia baik sebagai
bahasa nasional maupun sebagai bahasa negara.
3. Penggunaan Bahasa Indonesia harus sesuai kedudukan dan fungsinya.
4. Kita harus Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
10
DAFTAR PUSTAKA
11