Anda di halaman 1dari 8

TUGAS TEORI POLITIK KLASIK

LAPORAN BACA

DI SUSUN OLEH :

ABDUL ROHMAN
170810150004

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


PRODI ILMU POLITIK
2015
PEMIKIRAN POLITIK ISLAM DAN KRISTEN

Dalam pemikiran politik Islam dan Kristen ini ada beberapa ilmuan-ilmuan
yang menjelaskan tentang teori politiknya, diantaranya dari Islam ada pemikiran
politik Ibnu Taimiyah dan pemikiran politik Ibnu Khaldun. Di lain pihak ada
pemikir-pemikir Kristen yaitu ada pemikiran politik Santo Agustinus dan
pemikiran politik Thomas Aquinas.

1. PEMIKIRAN POLITIK IBNU TAIMIYAH (661-728)

Dalam pemikirannya, politik itu memiliki dasar agama yang berpegang pada
Al-Qur’an dan As-Sunah, mengapa harus demikian ? karena menurutnya suatu
kerusakan itu bisa diatasi apabila umat kembali pada Al-Kiatab dan As-Sunnah.
Politik yang seperti ini menurutnya sangat ideal untuk dilakukan atau di terapkan
untuk mengembalikan umat islam kepada kemuliaan, kekuatan dan kesatuannya
yang pada saat itu sedang mengalami kehancuran yang diakibatkan penyerangan
pasukan Tartar terhadap Bagdad, Syam dan Mesir serta penyerangan pasukan
Salib atas Mesir dan Syam.
Adapun unsur-unsur politik yang berlandaskan agama yaitu:
Yang pertama menunaikan Amanat, hal ini sesuai dengan firman Allah
SWT pada surah An-Nisa ayat 58 yang berbunyi “Sesungguhnya allah menyuruh
kamu untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil”. Dalam penunaian amanat menurut Ibnu Taimiyah ada
dua hal yaitu kepemimpinan dan harta. Raja atau sultan haru mengangkat para
pejabat berdasarkan kualitasnya, bukan karena kedekatan, uang, atau kedudukan
sosial dan dalam pengelolaan harta atau kekayaan negara itu di kelola dan di
tanggung jawab oleh seruluh umat, bukan hanya tanggungjawab penguasa tetapi
tanggungjawab semua umat.
Yang kedua pelaksanaan Hukum, dalam pelaksanaan hukum pidana Ibnu
Taimiyah membaginya menjadi dua, yaitu hukum pidana yang berkaitan dengan
hak Allah dan hukum pidana yang berkaitan dengan hak manusia. Hukum pidana
yang berkaitan dengan hak Allah yaitu yang manfaatnya berkenaan dengan
seluruh umat, misalnya hukuman bagi penyamun, pencuri, pezina, peminum
minuman keras. Hukum pidana yang berkaitan dengan hak manusia, yaitu
berkenaan dengan hak-hak jiwa, misalnya hukum qisas.
Yang ketiga musyawarah dan perlunya menyelenggarakan pemerintahan.
Musyawarah itu sangat penting, karena selain untuk memecahkan masalah,
musyawarah juga dapat mempererat tali persaudaraan antar umat dan Allah juga
sudah memerintahkannya yang demikian itu kepada para nabinya. Oleh karena itu
untuk melakukan hal-hal tersebut, kita memerlukan suatu pemerintahan yang
dapat mengatur hubungan antar umat dan mengelola urusan umat, dalam hal ini
adalah menjadi sebuah kewajiban agama.
2. PEMIKIRAN POLITIK IBNU KHALDUN (1332-1406)
Ibnu Khaldun berpendapat bahwa suatu organisasi kemasyarakatan itu
sangat penting, karena tanpanya hidup dari suatu masyarakat tidak akan sempurna
dan yang paling fundamental adalah tiadak akan terwujudnya atau terlaksananya
perintah Allah SWT untuk memakmurkan alam dan mengangkat manusia sebagai
Khalifah di muka bumi ini.
Faktor-faktor geografi yang mempengaruhi politik yaitu :

Tempat tinggal menurut Ibnu Khaldun berpengaruh bagi peradaban,


misalnya yang bertempat tinggal di wilayah yang beriklim ekstrem, kebudayaan
dan peradabannya tidak akan berkembang, dan pola berpikirpun akan
terpengaruhi oleh iklim di bagian bumi tempat ia tinggal, misalnya bangsa Arab,
Romawi, Persia yang telah memberikan kontribusi besar terhadap sejarah
peradaban dan kebudayaan dunia. Macam makanan juga berpengaruh pada
orientasi, prilaku manusia dan politiknya.
TEORI ASHABIYAH
Untuk mewujudkan atau membentuk suatu pemerintahan negara yang baik
Ibnu Khaldun mengemukakan teorinya yaitu Ashabiyah ( solidaritas kelompok )
yang mempunyai makna solidaritas yang ditunjukan setiap individu terhadap
keturunan dan golongannya. Teori ashabiyah ini ia ambil dari mempelajari dan
membandingkan pola tingkah laku masyarakat Nomad (Badui) dengan
masyarakat Urban (kota), yang mana masyarakat nomad ini adalah masyarakat
yang membatasi diri dari kebutuhan-kebutuhan pokok, lebih berani dari
masyarakat kota, memencilkan diri dari masyarakat kota, tidak tunduk pada
aturan-aturan kekuasaan atau pendidikan formal yang akan melemahkan jiwa dan
keberanian merekan dan bergantung pada ashabiyah. Adapun masyarakat urban
atau kota adalah masyarakat yang yang memerhatikan kemewahan dan
kesempurnaan dalam kehidupannya sehari-hari, malas dan suka yang mudah-
mudah dan keamanan bergantung pada tentara.
Dari perbandingan masyarakat nomad dengan masyarakat kota diatas
akhirnya Ibnu Khaldun menyimpulkan bahwa suatu negara akan berdiri kokoh
dengan memiliki ashabiah dalam diri setiap individu masyarakat dan dapat
dikatakan masyarakat nomad lebih mampu memiliki kekuasaan dari pada
masyarakat lainnya. Sehingga teori ashabiah ini menjadi jalan lahirnya teori
loyalitas dewasa ini.
Tentunya dalam ashabiyah itu sangat perlu pemimpin, yang mana pemimpin
itu terbentuk pada keturunan yang khusus dan sempit, tidak pada keturunan yang
umum. Karena pemimpin hanya dapat dilaksanakan dengan kekuasaan, solidaritas
kelompok yang dimiliki pemimpin harus lebih kuat dari pada solidaritas lain yang
ada sehingga ia memperoleh kekuasaan dan sanggup memimpin rakyatnya dengan
baik.
Tujuan dari ashabiyah itu sendiri adalah untuk mencapai suatu kekuasaan,
Ibnu Khaldun berkata “bahwa umat manusia secara naluri membutuhkan kekuatan
sebagai pencegah atau pemimpin dalam suatu komunitas agar mereka tidak saling
menyakiti. Dalam hal ini kekuatan yang dimaksudkan adalah kekuasaan, karena
kekuasaan adalah simbol dari kekuatan sehinnga dapat memerintah dengan paksa.
Dan ashabiyah mendorong orang menyatukan usaha untuk tujuan yang sama,
untuk mempertahankan diri dan menolak atau mengalahkan musuh.” Jadi
kekuasaan merupakan tujuan akhir dari ashabiyah, jika satu ashabiyah telah
mencapai maksud tersebut (kekuasaan) maka suku yang menjadi pengikut
ashabiyah turut memegang kekuasaan baik secara langsung atau bantuan saja.
Adapun kaitannya ashabiyah dengan etika dan agama, Ibnu Khaldun
menyatakan bahwa ashabiyah itu tidak hanya di hubungkan dengan kekuatan fisik
saja, melainkan dengan kekuatan maknawi yang berpusat pada etika, ia berkata
“tabiat manusia itu mendirikan negara, karena didalamnya ada implikasi-implikasi
sosial. Berdasarkan fitrahnya dan kekuatan rasionalnya manusia lebih dekat
dengan sisi kebaikan dari pada sisi keburukan oleh karena itu kekuasaan dan
politik itu lebih cocok dengan kebaikan. Sehingga politik dan kekuasaan itu
merupakan perwakilan Tuhan, untuk menjalankan hukum-hukum yang berlaku
bagi hamba-hamba-Nya. Tujuan dibentuknya hukum itu tiada lain hanya untuk
kebaikan umat dan menjaga perdamian dunia.
Menurut Khaldun luas wilayah suatu negara itu harus berdasarkan
banyaknya atau seberapa besar kekuatan para pendukungnya dan bila batas negara
melampai batas itu maka batas-batas negara tidak akan terjaga dan musuh akan
mudah melakukan penyerangan. Dengan demikian batas negara tergantung
kepada jumlah rakyatnya.
Usia dari sebuah negara menurut Khaldun tidak akan melampaui 120 tahun,
di karenakan negara itu diibaratkan seperti manusia yang lahir, berkembang, lalu
musnah dan usia dari manusia itu menurut para tabib dan astrolog adalah 120
tahun. Dan umur dari dinasti juga jarang yang melampaui tiga generasi atau
keturunan, satu generasi di hitung 40 tahun, seperti firman Allah dalam surah Al-
Ahqaf ayat 15.
Teransisi negara dari primitif menuju peradaban, seperti masyarakat nomad
yang pada awalnya sangat primitif secara perlahan berkembangan dengan
ashabiyahnya dimana mereka menuju titik kemajuan sampai titik kehancuran,
maka disinilah para ashabiyah-ashabiyah yang lain muncul untuk mengganti dan
menapaki lima tahapan dari mulai lahir hingga musnah.
SISTEM PEMERINTAHAN
Dalam sistem pemerintahan yang diutarakan Ibnu Khaldun itu berbentuk
kerajaan, Khilafah, dan Imamah. Adanya pemerintahan itu sangat penting untuk
mengendalikan masyarakat, oleh karena itu diperlukan seseorang yang dapat
mengendalikan masyarakat, dialah pemimpin sekaligus penguasa. Dan peminpin
itu tidak akan bisa menjalankan pemerintahannya sendirian oleh karena itu
dibantu oleh:
1. Wazarah (kementrian), yang berfungsi atau bertugas memberi bantuan
secara umum atau mengelola urusan ketentaraan, persenjataan,
peperangan dan seluruh aspek penjagaan keamanan lainnya.
2. Hijabh (Pengurus Rumah Tangga Istana), bertugas melindungi khalifah
dari kesibukan menemui rakyat dan yang mengizinkan atau melarang
seseorang menemui khalifah.
3. Departemen Keuangan dan Perpajakan, bertugas menarik pajak,
menjaga hak-hak negara dalam masalah pemasukan dan pembelanjaan
negara dan lain-lain.
4. Departemen Korespondensi dan Kearsipan, bertugas mencatat hal-hal
penting saat pengadilan dan pada forum-forum umum.
5. Kepolisian, bertugas mengamankan dan memberikan vonis
6. Departemen Angkatan Laut, bertugas mengamankan dan sebagai
angkatan perang.

3. PEMIKIRAN POLITIK SANTO AGUSTINUS (354-430)

Agustinus ini lebih kepada menceritakan riwayat hidupnya yang dimana ia


adalah seorang yang menganut ajaran manikeisme, yaitu ajaran yang
dikembangkan oleh Mani, yang inti dari ajarannya adalah bahwa dalam kehidupan
ini selalu terjadi konflik permanen antara penguasa terang dengan penguasa
kegelapan. Ajaran manikeisme juga menolak adanya dosa dalam ajaran kristen.
Agustinus hidup dengan bergelimang dosa selama empat belas tahun,
karena ia hidup dengan seorang wanita yang tidak ia nikahi, sampai akhirnya ia
memiliki seorang anak yang bernama Adeodatus. Pada tahun 383 M, ia pergi ke
Roma dan Milan, di Roma ia menjadi seorang guru dan meninggalkan ajaran
manikeismenya setelah mengalami pergolakan batin dan krisis spiritual serta
moralitas. Pergolakan itu menjadikan dia seorang yang skeptis dan ia menemukan
kebenaran dari ajaran-ajarannya pemikir yunani yaitu plato, yang akhirnya
menjadikan ia sebagai Neo-Platonis.
Akan tetapi setelah ia bertemu dengan Santo Ambrosius yang seorang
bishop, kemudian Agustinus sadar dan bertobat. April 387 M, ia memeluk ajaran
Katholik. Adapun karyanya Agustinus yaitu diantaranya City of God yang
merefleksikan tentang negara dan kekuasaan. Menurutnya negara dan kekuasaan
adalah sebuah produk interaksi-dialetis antara dirinya dengan realitas sosio-politik
yang mengitarinya.
Negara Tuhan versus Negara Duniawi, Agustinus menganalogikan negara
Tuhan dengan negara duniawi sebagai tubuh (raga) dan jiwa, yang mana tubuh
itu fanna sedang jiwa itu abadi walaupun tubuh kita hancur. Dengan titik tolak
seperti inilah negara ideal yang harus di bangun oleh umat kristiani adalah
semacam negara persemakmuran kristiani, ini adalah istilah lain dari negara
tuhan. Keadilan adalah nilai fundamental dalam negara tuhan, tanpa keadilan
tidak akan mungkin negara tuhan itu bisa terbentuk.
Konsep keadilan plato di trasformasikan kedalam konsep keagamaan,
dengan kata lain Agustinus mengkristenkan ajaran Plato. Unsur penting yang
harus ada dalam negara tuhan yaitu unsur perdamaian., oleh karena itu negara
mempunyai kewajiban menegakan perdamaian dan negara Allah ditandai dengan
iman, ketaatan dan kasih Allah, menjungjung tinggi nilai-nilai moralitas terpuji
seperti kejujuran, keadilan, keluhuran budi, keindahan dan lain-lain.
4. PEMIKIRAN POLITIK THOMAS AQUINAS (1226-1274 M)

Hukum Alam, Negara, dan Kekuasaan. Apa itu hukum alam ? yaitu
partisipasi mahluk rasional dalam hukum abadi. Sebagai mahluk rasional maka
manusia memiliki insting dan akal budi merupakan dua esensi kodrati yang
menjadikan manusia mahluk politik. negara merupkan lembaga sosial yang paling
tinggi dan luas yang berfungsi menjamin manusia memenuhi kebutuhan fisiknya.
Negara merupakan suatu sistem tujuan yang hirarkis, yang mana posisinya
paling tinggi memerintah, menata,membimbing dan mengatur yang berada di
bawahnya. Konsep hierarki menjadi sangat penting dalam pemikiran thomas
karena dalam hubungan negara duniawi dengan kekuasaan tuhan harus dipahami
dalam kontes kierarkis. Dan tujuan dari konsep ini adalah kesenangan.
Tugas dan kewajiban penguasa yang utama adalah mengusahakan
kesejahtraan dan kebajikan hidup bersama, oleh karena itu penguasa dituntut
untuk memungkinkan rakyat memenuhi kebutuhan-kebutuhan materialnya, yaitu
kebutuhan sandang, pangan.
Bentuk pemerintahan atau negara yang terbaik menurut Thomas adalah
Monarki, karena pemerintahan yang diperintah oleh satu orang itu akan
memungkinkan terciptanya perdamaian dan persatuan negara dan menetralisir
adanya perbedaan pandangan, tujuan dan cita-cita negara yang plural, serta hal ini
juga sesuai dengan hakikat hukum kodrat yang dimana alam selalu diperintah oleh
satu oknum. Misalnya tubuh manusia yang semua anggota-anggotanya digerakan
oleh satu oknum yaitu hati.
PERADABAN RENAISANS

Zaman renaisans adalah zaman dimana peradaban Barat mulai bersianar.


Bagi sejarawan zaman renaisans ini sangat penting bagi peradaban eropa,
dikarenakan manusia berhasil mencapai prestasi gemilang dalam bidang seni,
filsafat, literatur, sains, politik. Dan yang membidani lahirnya zaman ini adalah
perkembangan kapitalisme dan merkantilisme di Italia dan kawasan di sekitar
Mediterania, lahir dan berkembangnya sistem perbankan, industri-industri
manufaktur, terjadinya perang salib yang membuat perdagangan terjadi antara
barat (Kristen) dan timur (Islam) dan akibat perang salib juga terjadi transmisi
peradaban dunia Islam ke Barat.
Kelahiran Renaisans juga dilatarbelakangi oleh konflik antara agama
Kristen dengan ilmu pengetahuan atau kaum cendekiawan, yang mana para
cendekiawan ini menuntut kebebasan berfikir dan berkarya serta penggantian
dogma agama dengan rasionalisme.

Anda mungkin juga menyukai