Madu mengandung banyak nutrisi yang berguna untuk kesehatan manusia.
Keunggulan madu terdapat pada kandungan enzim dan karbohidratnya. Enzim diastase dan invertase pada madu mengubah karbohidrat kompleks menjadi karbohidrat yang lebih sederhana. Kandungan utama dalam madu adalah monosakarida yang mudah dicerna oleh tubuh. Madu merupakan satu-satunya produk hasil peternakan yang tidak memerlukan proses pengolahan terlebih dahulu. Pada zaman dahulu manusia mengambil madu dari sarang lebah di hutan dan meminum langsung tanpa ragu karena yakin akan kemurniannya. Hal tersebut berbeda dengan kondisi pada saat ini. Sekarang dipasaran banyak ditemukan madu dengan berbagai merek dan kemasan yang belum jelas kemurniannya. Madu memiliki banyak manfaat sehingga banyak dikonsumsi walaupun dengan harganya yang relatif mahal. Kondisi ini dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk memalsukan madu. Konsumen sulit membedakan madu murni maupun madu tidak murni, karena perbedaannya tidak selalu mudah terlihat. Analisis laboratorium dapat digunakan untuk mendeteksi kemurnian madu, namun analisis ini relatif mahal dan kurang praktis. Hampir 90% madu yang terdapat di pasar Indonesia saat ini adalah madu tidak murni (Kompasiana, 2011). Banyak cara yang dilakukan orang untuk memalsukan madu. Madu yang dipalsukan dibuat dari berbagai macam pemalsu, diantaranya air tebu, gula pasir, gula aren, air tape, minyak kelapa, sukrosa, fruktosa, glukosa, gelatin, sagu dan sukrosa, Carboxy Methyl Cellulose (CMC), dan bahkan untuk mendapatkan busa digunakan air kapuk. Pemalsuan madu dapat merugikan konsumen karena madu yang tidak murni memiliki komposisi yang berbeda dengan madu murni. Kajian kemurnian madu komersial yang beredar di kota Bogor diperlukan karena Bogor merupakan tempat dimana terdapat banyak madu komersial yang beredar. Pengujian kemurnian madu dengan cara tradisional menggunakan uji sifat fisik dan kandungan komponen madu. Pengujian tradisional efektif untuk mengidentifikasi pemalsuan madu dengan menggunakan pemalsu sukrosa, fruktosa, glukosa, gelatin, sagu dan sukrosa, dan CMC. Hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengujian kemurnian madu yang efektif diantaranya adalah uji larut, uji ikan mentah, uji keruh, uji pemanasan, dan uji segienam (Rachmawaty, 2011). Sejauh ini pengujian tersebut belum menerapkan kuantifikasi dan standarisasi dalam setiap metodenya. Untuk menjaga akurasinya maka diperlukan adanya kuantifikasi dalam setiap metode untuk digunakan sebagai standar pengujian.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk (1) menyempurnakan uji kemurnian yang
efektif dengan pengkuantifikasian setiap metode pengujian dan kemudian digunakan untuk (2) mengkaji persentase tingkat kemurnian madu komersial yang beredar di kota Bogor. Pengujian kemurnian madu dilengkapi dengan uji tambahan yaitu uji bawang dan uji daging, yang kemudian diperkuat dengan analisis kimianya