Anda di halaman 1dari 18

RADIASI BENDA HITAM

Dalam fisika, benda hitam (black body) adalah obyek yang menyerap seluruh
radiasi elektromagnetik yang jatuh kepadanya.Tidak ada radiasi yang dapat keluar
atau dipantulkannya.Namun, dalam fisika klasik, secara teori benda hitam
haruslah juga memancarkan seluruh panjang gelombangenergi yang mungkin,
karena hanya dari sinilah energi benda itu dapat diukur.Istilah "benda hitam"
pertama kali diperkenalkan oleh Gustav Robert Kirchhoff pada tahun 1862.
Cahaya yang dipancarkan oleh benda hitam disebut radiasi benda hitam

Meskipun namanya benda hitam, tidaklah harus benar-benar hitam karena dia juga
memancarkan energi.Jumlah dan jenis radiasi elektromagnetik yang
dipancarkannya bergantung pada suhu benda hitam tersebut.Benda hitam dengan
suhu di bawah sekitar 700 Kelvin hampir semua energinya dipancarkan dalam
bentuk gelombang inframerah, sangat sedikit dalam panjang gelombang
tampak.Semakin tinggi temperatur, semakin banyak energi yang dipancarkan
dalam panjang gelombang tampak dimulai dari merah, jingga, kuning dan putih.

Dalam laboratorium, benda yang paling mendekati radiasi benda hitam adalah
radiasi dari sebuah lubang kecil pada sebuah rongga.Cahayaapa pun yang
memasuki lubang ini akan dipantulkan dan energinya diserap oleh dinding-
dinding rongga berulang kali, tanpa memerdulikan bahan dinding dan panjang
gelombang radiasi yang masuk (selama panjang gelombang tersebut lebih kecil
dibandingkan dengan diameter lubang). Lubang ini (bukan rongganya) adalah
pendekatan dari sebuah benda hitam. Jika rongga dipanaskan, spektrum yang
dipancarkan lubang akan merupakan spektrum kontinu dan tidak bergantung pada
bahan pembuat rongga. Spektrum yang teramati tidak dapat dijelaskan dengan
teori elektromagnetik klasik dan mekanika statistik.Teori ini meramalkan
intensitasi yang tinggi pada panjang gelombang rendah (yaitu, frekuensi tinggi);
suatu ramalan yang dikenal sebagai bencana ultraungu.

1
Masalah teoretis ini dipecahkan oleh Max Planck, yang menganggap bahwa
radiasi elektromagnetik dapat merambat hanya dalam paket-paket, Gagasan ini
belakangan digunakan oleh Einstein untuk menjelaskan efek
fotolistrik.Perkembangan teoretis ini akhirnya menyebabkan digantikannya teori
elektromagnetik klasik dengan mekanika kuantum.Saat ini, paket-paket tersebut
disebut foton.

A. INTENSITAS RADIASI
1. Hukum Stefan-Boltzmann
Pada tahun 1879 seorang ahli fisika dari Austria, Josef Stefan melakukan
eksperimen untuk mengetahui karakter universal dari radiasi benda hitam.Ia
menemukan bahwa daya total per satuan luas yang dipancarkan pada semua
frekuensi oleh suatu benda hitam panas (intensitas total) adalah sebanding dengan
pangkat empat dari suhu mutlaknya. Sehingga dapat dirumuskan:

I = e σ T4

dengan I menyatakan intensitas radiasi pada permukaan benda hitam pada semua
frekuensi, T adalah suhu mutlak benda, dan σ adalah tetapan Stefan-Boltzman,
yang bernilai 5,67 × 10-8 Wm-2K-4. Gambar berikut memperlihatkan spektrum
cahaya yang dipancarkan benda hitam sempurna pada beberapa suhu yang
berbeda.Grafik tersebut memperlihatkan bahwa antara antara panjang gelombang
yang diradiasikan dengan suhu benda memiliki hubungan yang sangat rumit.

2
Untuk kasus benda panas yang bukan benda hitam, akan memenuhi hukum yang
sama, hanya diberi tambahan koefisien emisivitas yang lebih kecil daripada 1
sehingga:

I total = e.σ.T 4
Intensitas merupakan daya per satuan luas, maka persamaan diatas dapat ditulis
sebagai:
𝑄
𝑃= = 𝑒𝜎𝐴𝑇 4
𝑡
dengan:
P = daya radiasi (W)
Q = energi kalor (J)
A = luas permukaan benda (m2)
e = koefisien emisivitas
T = suhu mutlak (K)

Beberapa tahun kemudian, berdasarkan teori gelombang elektromagnetik cahaya,


Ludwig Boltzmann (1844 – 1906) secara teoritis menurunkan hukum yang
diungkapkan oleh Joseph Stefan (1853 – 1893) dari gabungan termodinamika dan
persamaan-persamaan Maxwell. Oleh karena itu, persamaan diatas dikenal juga
sebagai Hukum Stefan-Boltzmann, yang berbunyi:
“Jumlah energi yang dipancarkan per satuan permukaan sebuah benda hitam
dalam satuan waktu akan berbanding lurus dengan pangkat empat temperatur
termodinamikanya”.

2. Hukum pergesera wien


Bila suhu benda terus ditingkatkan, intensitas relative dari spectrum cahaya yang
dipancarkan berubah. Ini menyebabkan pergeseran dalam warna-warna spectrum
yang diamati, yang dapat digunakan untuk menaksir suhu suatu benda seperti
pada gambar :

3
Grafik Pergeseran Wien

Gambar diatas menunjukkan grafik antara intensitas radiasi yang dipancarkan oleh
suatu benda hitam terhadap panjang gelombang (grafik I – l ) pada berbagai suhu.
Total energi kalor radiasi yang dipancarkan adalah sebanding dengan luas di
bawag grafik. Tampak bahwa total energi kalor radiasi radiasi meningkat dengan
meningkatnya suhu ( menurut hokum Stefan- Bolztman. Energi kalor sebanding
dengan pangkat empat suhu mutlak.

Radiasi kalor muncul sebanding suatau spectra kontinu, bukan spectra diskret
seperti garis-garis terang yang dilihat dalam spectra nyala api. Atau garis-garis
gelap yang dapat dilihat dalam cahaya matahari (garis Fraunhofer) (Spektra
adalah bentuk tunggal spectrum) Sebagai gantinya, semua panjang gelombang
hadir dalam distribusi energi kalor yang luas ini. Jika suhu bendahitam
meningkat, panjang gelombang untuk intensitas maksimum (lm) bergeser ke nilai

4
panjang gelombang yang lebih pendek.Pengukuran spectra benda hitam
menunjukkan bahwa panjang gelombang untuyk intensitas maksimum (lm)
berkurang dengan meningkatnya suhu, seperti pada persamaan berikut :

𝜆𝑚 . 𝑇 = 𝐶

λm = panjang gelombang dengan intensitas maksimum (m)


T = suhu mutlak benda hitam (K)
C = tetapan pergeseran Wien = 2,90 x 10-3 m K

Pada suhu yang lebih tinggi (dalm orde 1000 K ) benda mulai berpijar merah,
seperti besi dipanaskan. Pada suhu diatas 2000 K benda pijar kuning atau keputih-
putihhan, seperti besi berpijar putih atau pijar putih dari filament lampu pijar.

Jika suatu benda padat dipanaskan maka benda itu akan memancarkan radiasi
kalor. Pada suhu normal, kita tidak menyadari radiasi elektromagnetik ini karena
intensitasnya rendah.Pada suhu lebih tinggi ada cukup radiasi inframerah yang
tidak dapat kita lihat tetapi dapat kita rasakan panasnya jika kita mendekat ke
benda tersebut.

3. Perumusan Rayleigh dan Jeans


Kurva yang didapatkan dari percobaan sebelumnya merupakan hasil yang empiris,
yakni diperoleh dan disimpulkan sebagai hasil pengamatan atau percobaan.Pada
masa itu para ilmuwan mencoba mencari penjelasan atas kenyataan empiris
tersebut.Pada masa tersebut pula dua ilmuwan, yakni Lord Rayleigh (1842-1919)
dan Sir James Hopward Jeans (1877-1946) mencoba menggunakan teori kinetik
gas dalam fisika klasik untuk mengolah hasil empiris tersebut.

Menurut fisika klasik mengenai ekuipartisi energi, energi rata-rata setiap derajat
kebebasan pada suhu T adalah ½ kT. Maka energi total untuk setiap getaran
gelombang menjadi kT, dengan k adalah tetapan Stefan-Boltzmann.

5
Meskipun mustahil untuk dapat menghitung besarnya kecepatan setiap partikel
gas dalam suatu ruang, teori maxwell dapat mengaitkan kecepatan setiap partikel
tersebut terhadap banyaknya partikel di dalam suatu kotak dan dijabarkan melalui
kurva distribusi Maxwell.Disini Rayleigh-Jeans melihat bahwa kurva yang
dijabarkan oleh maxwell serupa dengan hasil yang diperoleh pada intensitas
spektrum radiasi kalor Karena sebaran energi kinetik diwakili oleh sebaran
kecepatan karena energi kinetik dapat dinyatakan dalam kecepatan.Oleh karena
itu mereka beranggapan bahwa ada kemiripan antara sifat panas benda dan radiasi
kalor.

Penyimpangan persamaan Rayleigh-Jeans yang sangat jauh ini selanjutnya diberi


istilah katastropi ultraviolet karena l mendekati nol. Hal ini sangat menyimpang
dari hasil empiris yang menunjukkan bahwa intensitas akan mendekati nol
jika l yang mengecil, intensitas akan membesar. Bahkan intensitas akan menuju
tak hingga jika l yang besar. Akan tetapi hasil matematis yang didapatkan mereka
untuk l mendekati tak hingga maka intensitas akan mendekati nol. Hal ini sesuai
dengan hasil empiris untuk l yang membesar, intensitas akan semakin kecil dan
jika lBerdasarkan prinsip ekuipartisi energi, persaman matematis yang didapatkan
oleh Rayleigh dan Jeans menunjukkan bahwa untuk
Hal tersebut disebabkan mereka beranggapan bahwa energi yang dimiliki oleh
setiap spektrum gelombang bersifat kotinu. Artinya, energi gelombang dapat
memiliki sembarang nilai dalam batas yang ditentukan.Sehingga didapatkan nilai
energi yang mungkin dengan jumlah yang tak terhingga.Dan anggapan tersebut
menghasilkan suatu fungsi yang mengakibatkan ketidaksesuaian dengan hasil
eksperimen pada panjang gelombang pendek.

4. Teori Max Planck


Kegagalan teori Rayleigh-Jeans mendorong seorang fisikawan jerman Max
Planck (1858-1947) untuk mencoba melakukan pendekatan lain.

6
Planck menyadari pentingnya untuk memasukkan konsep energi maksimum
dalam perhitungan teoritis radiasi benda hitam. Menurut Planck, energi yang
diserap atau yang dipancarkan oleh getaran-getaran yang timbul di dalam rongga
benda hitam merupakan paket-paket atau kuanta. Besarnya energi setiap paket
merupakan kelipatan bilangan asli dari hf dengan h adalah tetapan Planck yang
besarnya 6,63 𝑥 10−34 Js dan f adalah frekuensi paket energi. Secara matematis,
perumusan plank dapat dituliskan seperti:
𝐸 = 𝑛ℎ𝑓
dengan n adalah kelipatan bilangan asli.

Planck membuat aturan bahwa energi setiap modus getar tidak boleh lebih dari
energi rata-rata yang dimiliki radiasi (kT).Akan tetapi, karena energi yang
mungkin dimilki oleh modus getar nhf, berarti semakin tinggi frekuensi, semakin
kecil kemungkinan untuk tidak melebihi kT.

Hubungan kuantum Planck menunjukkan bahwa ekuipartisi energi dan setiap


jenis getaran memiliki energi total yang berbeda-beda. Menurut Planck, teori
klasik gagal menjelaskan radiasi benda hitam pada panjang gelombang pendek
karena pada daerah itu kuanta energinya sangat besar sehingga hanya sedikit jenis
getaran yang tereksitasi. Berkurangnya jenis getaran yang tereksitasi
mengakibatkan getaran tertekan dan radiasi akan menurun menuju nol pada
frekuensi yang tinggi. Oleh karena itu rumus Planck dapat terhindar dari
catastropi ultraviolet.

Persamaan yang menujukkan besarnya energi per satuan luas yang dipancarkan
oleh suatu benda hitam yang terdistribusi diantara berbagai panjangnya telah
diturunkan oleh Max Planck pada 1900 dengan menggunakan teori kuantum,
yaitu sebagai berikut,

E=(2πc^2h)/λ^2[1/(e^(hc/λkT)-1)]

7
Pada persamaan tersebut, c adalah kecepatan rambat cahaya, λ adalah panjang
gelombang cahaya dan T adalah suhu mutlak permukaan benda hitam. Konstanta
k dan h dihitung berdasarkan data eksperimen, yakni klPada persamaan tersebut, c
adalah kecepatan rambat cahaya,

𝑘 = 1, 38 𝑥 10−23 𝐽𝐾 −1(disebutkonstanta Boltzmann)


ℎ = 6,63 𝑥 10−34 𝐽𝑠 (disebut konstanta Planck)

maks T = 2,898 x 10−3 mK.lmaks) dan suhu mutlak (T) suatu benda hitam telah
diturunkan oleh Wien yang disebut sebagai hukum pergeseran wien,
yaknilHubungan antara panjang gelombang energi maksimum.

Menurut Planck, atom-atom pada dinding rongga benda hitam memiliki sifat
seperti osilator harmonik. Energi yang dimiliki oleh osilator-osilator harmonik
tersebut hanya pada nilai-nilai f tertentu.Nilai-nilai tersebut merupakan kelipatan
bilangan asli dari hf, yakni hf, 2hf, 3hf, dan seterusnya.Osilator harmonik tersebut
tidak boleh memiliki energi selain harga-harga tersebut.Oleh Planck energi
osilator itu dikatakan terkuantisasi.

B. PENERAPAN RADIASI BENDA HITAM


Setelah kita membahas konsep radiasi benda hitam, kali ini kita akan mempelajari
penerapannya. Dengan menggunakan prinsip radiasi benda hitam, kita dapat
menentukan daya yang dipancarkan oleh matahari, suhu matahari, dan radiasi
yang dipancarkan oleh tubuh manusia.

1. Penentuan Suhu Permukaan Matahari


Suhu permukaan matahari atau bintang dapat ditentukan dengan mengukur daya
radiasi matahari yang diterima bumi. Dengan menggunakan hukum Stefan-
Boltzmann, total daya yang dipancarkan oleh matahari adalah:
PM = I.A

8
Jika diketahui:

I = e .σ . TM4
A = luas permukaan matahari = 4πRM
e=1
maka PM = e . σ . TM44πRM
Matahari memancarkan daya yang sama ke segala arah. Dengan demikian bumi
hanya menyerap sebagian kecil, yaitu:
𝜋𝑅𝐵 2 4 2 𝜋𝑅𝐵 2
𝑃𝑎𝑏𝑠 = 𝑃𝑀 ( ) = (𝜎𝑇𝑀 )(4𝜋𝑅𝑀 ) ( )
4𝜋𝐷2 4𝜋𝐷2

Keterangan:
PM : daya yang dipancarkan matahari (watt)
TM : suhu permukaan matahari (K)
RM : jari – jari matahari (m)
σTM4 : laju radiasi matahari (watt/m2)
Pabs : daya yang diserap bumi (watt)
RB : jari-jari bumi (m)
D : jarak matahari ke bumi (m)

Meskipun bumi hanya menyerap sebagian daya dari matahari, namun bumi
mampu memancarkan daya ke segala arah. Besar daya yang dipancarkan bumi
adalah:

𝑃𝑒𝑚𝑡 = (𝜎𝑇𝐵 4 )(4𝜋𝑅𝐵 2 )

Keterangan:
Pemt : daya yang dipancarkan bumi (watt)
TB : suhu permukaan bumi (K)

9
Misalnya bumi berada dalam kesetimbangan termal maka daya yang diserap bumi
sama dengan daya yang dipancarkan. Dengan demikian suhu permukaan matahari
adalah:

2𝐷
𝑇𝑀 = 𝑇𝐵 √
𝑅𝑀

2. Radiasi Energi yang Dipancarkan Manusia


Penerapan radiasi benda hitam juga dapat diterapkan pada benda-benda yang tidak
berada dalam kesetimbangan radiasi.Sebagian besar energi manusia diradiasikan
dalam bentuk radiasi elektromagnetik, khususnya inframerah.Untuk dapat
memancarkan suatu energi, tubuh manusia harus menyerap energi dari lingkungan
sekitarnya. Total energi yang dipancarkan oleh manusia adalah selisih antara
energi yang diserap dengan energi yang dipancarkan.

PT = Ppancar – Pserap
Dengan memasukkan hukum Stefan-Boltzmann diperoleh totalenergi yang
dipancarkan manusia sebagai berikut.
PT = σAe(T4 – To4)

10
EFEK FOTOLISTRIK

Efek fotolistrik adalah pengeluaran elektron dari suatu permukaan (biasanya


logam) ketika dikenai, dan menyerap, radiasi elektromagnetik (seperti cahaya
tampak dan radiasi ultraungu) yang berada di atas frekuensi ambang tergantung
pada jenis permukaan.Istilah lama untuk efek fotolistrik adalah efek Hertz (yang
saat ini tidak digunakan lagi). Hertz mengamati dan kemudian menunjukkan
bahwa elektrode diterangi dengan sinar ultraviolet menciptakan bunga api listrik
lebih mudah.

Efek fotolistrik membutuhkan foton dengan energi dari beberapa electronvolts


sampai lebih dari 1 MeV unsur yang nomor atomnya tinggi.Studi efek fotolistrik
menyebabkan langkah-langkah penting dalam memahami sifat kuantum cahaya,
elektron dan mempengaruhi pembentukan konsep Dualitas gelombang-
partikel.fenomena di mana cahaya mempengaruhi gerakan muatan listrik termasuk
efek fotokonduktif (juga dikenal sebagai fotokonduktivitas atau photoresistivity ),
efek fotovoltaik , dan efek fotoelektrokimia .

Foton dari sinar memiliki energi karakteristik yang ditentukan oleh frekuensi
cahaya. Dalam proses photoemission, jika elektron dalam beberapa bahan
menyerap energi dari satu foton dan dengan demikian memiliki lebih banyak
energi daripada fungsi kerja (energi ikat elektron) dari materi, itu dikeluarkan.
Jika energi foton terlalu rendah, elektron tidak bisa keluar dari materi.Peningkatan
intensitas sinar meningkatkan jumlah foton dalam berkas cahaya, dan dengan
demikian meningkatkan jumlah elektron, tetapi tidak meningkatkan energi setiap
elektron yang dimemiliki.Energi dari elektron yang dipancarkan tidak tergantung
pada intensitas cahaya yang masuk, tetapi hanya pada energi atau frekuensi foton
individual.Ini adalah interaksi antara foton dan elektron terluar.

Elektron dapat menyerap energi dari foton ketika disinari, tetapi mereka biasanya
mengikuti prinsip "semua atau tidak" .Semua energi dari satu foton harus diserap

11
dan digunakan untuk membebaskan satu elektron dari atom yang mengikat, atau
energi dipancarkan kembali.Jika energi foton diserap, sebagian energi
membebaskan elektron dari atom, dan sisanya dikontribusi untuk energi kinetik
elektron sebagai partikel bebas.

Tidak ada elektron yang dilepaskan oleh radiasi di bawah frekuensi ambang,
karena elektron tidak mendapatkan energi yang cukup untuk mengatasi ikatan
atom.Elektron yang dipancarkan biasanya disebut fotoelektron dalam banyak buku
pelajaran.

Efek fotolistrik banyak membantu penduaan gelombang-partikel, dimana sistem


fisika (seperti foton dalam kasus ini) dapat menunjukkan kedua sifat dan kelakuan
seperti-gelombang dan seperti-partikel, sebuah konsep yang banyak digunakan
oleh pencipta mekanika kuantum. Efek fotolistrik dijelaskan secara matematis
oleh Albert Einstein yang memperluas kuanta yang dikembangkan oleh Max
Planck.

Hukum emisi fotolistrik:


1. Untuk logam dan radiasi tertentu, jumlah fotoelektro yang dikeluarkan
berbanding lurus dengan intensitas cahaya yg digunakan.
2. Untuk logam tertentu, terdapat frekuensi minimum radiasi. di bawah frekuensi
ini fotoelektron tidak bisa dipancarkan.
3. Di atas frekuensi tersebut, energi kinetik yang dipancarkan fotoelektron tidak
bergantung pada intensitas cahaya, namun bergantung pada frekuensi cahaya.
4. Perbedaan waktu dari radiasi dan pemancaran fotoelektron sangat kecil,
kurang dari 10−9 detik.

Teori Gelombang Tentang Efek Fotolistrik

Selanjutnya, marilah kita pelajari bagaimana pandangan teori gelombang dan teori
kuantum (foton) untuk menjelaskan peristiwa efek fotolistrik ini.Dalam teori

12
gelombang ada dua besaran yang sangat penting, yaitu frekuensi (panjang
gelombang) dan intensitas.

Ternyata teori gelombang gagal menjelaskan tentang sifat-sifat penting yang


terjadi pada efek fotolistrik, antara lain :

a. Menurut teori gelombang, energi kinetik elektron foto harus bertambah


besar jika intensitas foton diperbesar. Akan tetapi kenyataan menunjukkan
bahwa energi kinetik elektron foto tidak tergantung pada intensitas foton
yang dijatuhkan.
b. Menurut teori gelombang, efek fotolistrik dapat terjadi pada sembarang
frekuensi, asal intensitasnya memenuhi. Akan tetapi kenyataannya efek
fotolistrik baru akan terjadi jika frekuensi melebihi harga tertentu dan
untuk logam tertentu dibutuhkan frekuensi minimal yang tertentu agar
dapat timbul elektron foto.
c. Menurut teori gelombang diperlukan waktu yang cukup untuk melepaskan
elektron dari permukaan logam. Akan tetapi kenyataannya elektron
terlepas dari permukaan logam dalam waktu singkat (spontan) dalam
waktu kurang 10-9 sekon setelah waktu penyinaran.
d. Teori gelombang tidak dapat menjelaskan mengapa energi kinetik
maksimum elektron foto bertambah jika frekuensi foton yang dijatuhkan
diperbesar.

Teori Kuantum Tentang Efek Fotolistrik

Teori kuantum mampu menjelaskan peristiwa ini karena menurut teori kuantum
bahwa foton memiliki energi yang sama, yaitu sebesar hf, sehingga menaikkan
intensitas foton berarti hanya menambah banyaknya foton, tidak menambah
energi foton selama frekuensi foton tetap.

Menurut Einstein energi yang dibawa foton adalah dalam bentuk paket, sehingga
energi ini jika diberikan pada elektron akan diberikan seluruhnya, sehingga foton

13
tersebut lenyap. Oleh karena elektron terikat pada energi ikat tertentu, maka
diperlukan energi minimal sebesar energi ikat elektron tersebut. Besarnya energi
minimal yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari energi ikatnya disebut
fungsi kerja (Wo) atau energi ambang. Besarnya Wo tergantung pada jenis logam
yang digunakan. Apabila energi foton yang diberikan pada elektron lebih besar
dari fungsi kerjanya, maka kelebihan energi tersebut akan berubah menjadi energi
kinetik elektron. Akan tetapi jika energi foton lebih kecil dari energi ambangnya
(hf<Wo) tidak akan menyebabkan elektron foto. Frekuensi foton terkecil yang
mampu menimbulkan elektron foto disebut frekuensi ambang.Sebaliknya panjang
gelombang terbesar yang mampu menimbulkan elektron foto disebut panjang
gelombang ambang. Sehingga hubungan antara energi foton, fungsi kerja dan
energi kinetik elektron foto dapat dinyatakan dalam persamaan :
E = Wo + Ek atau Ek = E – Wo
sehingga Ek = hf – hfo = h (f – fo)

Grafik hubungan antara Ek dengan f

dengan :
Ek = energi kinetik maksimum elektron foto
h = konstanta Planck
f = frekuensi foton
fo = frekuensi ambang

14
Cabang dari fisika yang menjelaskan mengenai fenomena efek fotolistrik adalah
fisika kuantum.Syarat agar elektron tersebut dapat keluar dari logam adalah
adanya pemberian energi dari foton yang melewati ambang batas dari kerja
minimal logam tersebut. Secara matematis dapat ditulis dengan:

𝐾𝐸 = ℎ𝑓 − 𝑊𝑜
KE = energi kinetik yang terekstasi dari metal karena adanya foton
hf = energi dari foton yang dikenakan terhadap logam
Wo = fungsi kerja dari sebuah logam yang juga merupakan energi ambang agar
elektron dapat keluar dari logam.

Fungsi kerja dari logam ini bergantung terhadap jenis logam yang disinari oleh
cahaya. Misalnya energi ambang atau energi yang dibutuhkan oleh elektron pada
besi akan berbeda dengan energi ambang pada zink. Adapun energi ambang ini
sama dengan energi foton pada frekuensi ambang.

𝑊0 = ℎ𝑓𝑜

di mana fo adalah frekuensi ambang dari foton (cahaya). Oleh karena itu efek
fotolistrik sangat tergantung dengan frekuensi cahaya yang diberikan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efek Fotolistrik
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi fotolistrik ini yaitu :
1. Faktor yang mempengaruhi keluar atau tidaknya elektron adalah frekuensi
dari cahaya dan jenis logam yang dipakai.
2. Frekuensi cahaya mempengaruhi energi kinetik dari elektron oleh karena itu,
seberapa cepatnya elektron bergerak setelah keluar dari logam ditentukan
oleh frekuensi cahaya
3. Banyak atau tidaknya elektron yang keluar ditentukan oleh besarnya
intensitas cahaya yang diberikan.

Karakteristik dari efek fotolistrik di atas tidak dapat dijelaskan menggunakan teori
gelombang cahaya. Diperlukan cara pandang baru dalam mendeskripsikan cahaya

15
dimana cahaya tidak dipandang sebagai gelombang yang dapat memiliki energi
yang kontinu melainkan cahaya sebagai partikel.

Perangkat teori yang menggambarkan cahaya bukan sebagai gelombang tersedia


melalui konsep energi diskrit atau terkuantisasi yang dikembangkan oleh Planck
dan terbukti sesuai untuk menjelaskan spektrum radiasi kalor benda hitam.Konsep
energi yang terkuantisasi ini digunakan oleh Einstein untuk menjelaskan
terjadinya efek fotolistrik. Di sini, cahaya dipandang sebagai kuantum energi yang
hanya memiliki energi yang diskrit bukan kontinu yang dinyatakan sebagai E = hf.

Konsep penting yang dikemukakan Einstein sebagai latar belakang terjadinya efek
fotolistrik adalah bahwa satu elektron menyerap satu kuantum energi. Satu
kuantum energi yang diserap elektron digunakan untuk lepas dari logam dan
untuk bergerak ke pelat logam yang lain. Hal ini dapat dituliskan sebagai

Energi cahaya = Energi ambang + Energi kinetik maksimum elektron

E = W0 + Ekm

hf = hf0 + Ekm

Ekm = hf – hf0

Persamaan ini disebut persamaan efek fotolistrik Einstein. Perlu diperhatikan


bahwa W0 adalah energi ambang logam atau fungsi kerja logam, f0 adalah
frekuensi ambang logam, f adalah frekuensi cahaya yang digunakan, dan Ekm
adalah energi kinetik maksimum elektron yang lepas dari logam dan bergerak ke
pelat logam yang lain. Dalam bentuk lain persamaan efek fotolistrik dapat ditulis
sebagai:

1
𝑚𝑣 2 = ℎ𝑓 − ℎ𝑓0
2

16
Dimana m adalah massa elektron dan ve adalah dan kecepatan elektron. Satuan
energi dalam SI adalah joule (J) dan frekuensi adalah hertz (Hz). Tetapi, fungsi
kerja logam biasanya dinyatakan dalam satuan elektron volt (eV) sehingga perlu
diingat bahwa 1 eV = 1,6 × 10−19 J.

Potensial Penghenti

Gerakan elektron yang ditandai sebagai arus listrik pada gejala efek fotolistrik
dapat dihentikan oleh suatu tegangan listrik yang dipasang pada rangkaian. Jika
pada rangkaian efek fotolistrik dipasang sumber tegangan dengan polaritas
terbalik (kutub positif sumber dihubungkan dengan pelat tempat keluarnya
elektron dan kutub negatif sumber dihubungkan ke pelat yang lain), terdapat satu
nilai tegangan yang dapat menyebabkan arus listrik pada rangkaian menjadi nol.

Arus nol atau tidak ada arus berarti tidak ada lagi elektron yang lepas dari
permukaan logam akibat efek fotolistrik.Nilai tegangan yang menyebabkan
elektron berhenti terlepas dari permukaan logam pada efek fotolistrik disebut
tegangan atau potensial penghenti (stopping potential). Jika V0 adalah potensial
penghenti, maka

Ekm = eV0

1
𝑚𝑣 2 = 𝑒𝑣0
2

Persamaan ini pada dasarnya adalah persamaan energi. Perlu diperhatikan bahwa
e adalah muatan elektron yang besarnya 1,6 × 10−19 C dan tegangan dinyatakan
dalam satuan volt (V).

Aplikasi Efek fotolistrik

Efek fotolistrik merupakan prinsip dasar dari berbagai piranti fotonik (photonic
device) seperti lampu LED (light emitting device) dan piranti detektor cahaya
(photo detector).

17
REFERENSI

https://id.wikipedia.org/wiki/Benda_hitam

http://rahmifis.blogspot.com/2012_11_01_archive.html (Di Akses Rabu, 29 Maret


2015, jam 21:33)
Diposkan oleh Novianty Sukma Jaya di 07.44 rabu 29 april 2015

http://termodinamika-noviantysj.blogspot.co.id/2015/04/radiasi-benda-hitam.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Efek_fotolistrik

https://aktifisika.wordpress.com/2010/02/22/sifat-partikel-dari-cahaya-efek-
fotolistrik/

http://fisikazone.com/efek-fotolistrik/

http://ramliyana-fisika.blogspot.co.id/2013/05/efek-fotolistrik-dan-penerapannya-
dalam.html

18

Anda mungkin juga menyukai