Anda di halaman 1dari 11

7

BAB II

DASAR TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

Seperti diketahui Idiopathic (Autoimmune) Thrombocytopenic

Purpura (ITP/ ATP) merupakan kelainan autoimmune dimana

autoantibodi IgG dibentuk untuk mengikat trombosit. Tidak jelas apakah

antigen pada permukaan trombosit dibentuk. Meskipun antibodi

antitrombosit dapat mengikat komplemen, trombosit tidak rusak oleh lisis

langsung. Insiden tersering pada usia 20 – 50 tahun dan lebih sering pada

wanita dibanding laki-laki (2:1). (Arief Mansjoer., dkk, 1999, 556).

2. Etiologi

Tidak diketahui, kebanyakan mungkin disebabkan mekanisme

imun yang menghancurkan trombosit. Peranan Aglutinin trombosit pada

saat ini masih belum jelas. Pada beberapa kasus terjadi sesudah suatu

infeksi virus, misalnya rubela. Biasanya juga terdapat kelemahan pada

endotel pembuluh darah. (John Rendle Short., dkk, 1994, 172)

3. Patofisiologi

Idiopatik trombositopeni purpura merupakan penyakit autoimmun.

Hal ini diketahui dengan ditemukannya zat anti terhadap trombosit dalam
8

darah penderita.pada saat antigen masuk ke dalam tubuh melalui sistem

pembuluh darah maka tubuh dengan sendirinya membentuk antibodi

untuk menghancurkan antigen yang masuk. Ketika antigen telah hilang

seharusnya antibodi berhenti diproduksi oleh oleh tubuh akan tetapi pada

kasus ini antibodi terus diproduksi oleh tubuh sehingga menempel pada

trombosit lalu ketika sampai pada hati dan limpa trombosit yang menyatu

dengan antibodi dihancurkan oleh makrophag karena diangap sebagai zat

asing sehingga menyebabkan keadaan trombositopeni.

4. Tanda dan gejala

ITP banyak terjadi pada masa anak, tersering dipresipitasi oleh

infeksi virus dan biasanya dapat sembuh sendiri, sebaliknya pada orang

dewasa biasanya menjadi kronik dan jarang mengikuti suatu infeksi virus.

Pasien secara umum tampak baik dan tidak demam. Keluhan yang

dapat ditemukan adalah perdarahan mukosa dan kulit. Perdarahan yang

paling umum adalah epistaksis, perdarahan mulut, menoragia, purpura dan

petekie.

Pada pemeriksaan fisik terlihat pasien dalam keadaan baik dan

tidak terdapat penemuan abnormal lain, selain yang berhubungan dengan

perdarahan.
9

5. Penatalaksanaan

a) Beberapa pasien ITP mengalami remisi spontan dan sebagian

besar akan memerlukan pengobatan. Pengobatan inisial dengan

prednison 1-2 mg/kgBB. Prednison bekerja pertama kali dengan

menurunkan afinitas makropag dari limpa coated trombosit. Terapi dosis

tinggi prednison juga dapat menurunkan ikatan antibodi pada

permukaan tombosit dan terapi jangka panjang dapat menurunkan

produksi antibodi. Perdarahan seringkali dapat berkurang dalam satu

hari setelah awal penggunaan prednison. Efek ini berperan dalam

mempertahankan stabilitas vaskuler. Hitung trombosit biasanya akan

meningkat dalam satu minggu dan respon pengobatan sebagian besar

selalu tampak dalam tiga minggu. Sekitar 80% dari pasien yang

berespon terhadap pengobatan dan hitung trombosit biasanyaakan

kembali normal. Terapi dosis tinggi harus perlahan-lahan diturunkan

(taperingoff). Dosis pemeliharaan prednison ditujukan untuk tetap

mempertahankan hitung trombosit yang stabil yaitu antara 200.000 –

500.000 Permm3. Resiko perdarahan kecil dengan hitung trombosit lebih

besar dari 50.000/ml.

b) Splenektomi merupakan terapi definitif bagi pasien ITP dewasa.

Splenektomi diindikasikan bila pasien tidak berespon pada pemberian

prednison dosis awal atau dois tinggi untuk mempertahankan hitung

trombosit yang adekuat. Splenektomi dapat tetap aman meskipun hitung


10

trombosit < 10.000/ml. Sekitar 80% dari pasien splenektomi akan

mengalami remisi baik parsial atau sempurna.

c) Imunoglobulin dosis tinggi iv (400mg/kgBB) selama tiga sampai

lima hari, mempunyai efektifitas tinggi (90%) dalam meningkatkan

hitung trombosit dengan cepat, yaitu satu sampai lima hari. Namun

pengobatan ini sangat mahal dan efeknya hanya berakhir satu sampai

dua minggu. Terapi imunoglobulin harus diberikan pada situasi gawat

seperti persiapan operasi pada pasien dengan trombositopenia berat.

d) Pada pasien yang gagal baik pada terapi prednison atau splenektomi

dapat digunakan danazol 600 mg/hari yang telah berespon terhadap 50%

kasus.

e) Imunosupresif seperti vinkristin, infus vinblastin, azatioprin, dan

siklosfomid, dapat digunakan pada kasus-kasus refrakter.

f) Tranfusi trombosit jarang diberikan pada pengobatan ITP. Tranfusi

hanya diberikan pada kasus-kasus perdarahan berat yang mengancam

jiwa untuk mempertahankan hemostasis.

B. Asuhan Keperawatan

Dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap klien, penulis

menggunakan pendekatan proses keperawatan. Proses keperawatan adalah metode

sistematis dimana secara langsung perawat bersama klien secara bersama

menentukan masalah keperawatan sehingga membutuhkan asuhan keperawatan,


11

membuat perencanaan dan rencana implementasi serta mengevaluasi hasil asuhan

keperawatan. (Taylor, C., Lilis C., Lemone. P. 1989)

Menurur Potter (1985: hal 64 – 85) mengatakan proses keperawatan

mempunyai beberapa tahap yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, tindakan keperawatan dan evaluasi.

1. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan

untuk mengumpulkan informasi tentang klien, agar dapat mengidentifikasi

mengenai masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan baik fisik,

mental, sosial dan spiritual.

Menurut Gaffar La Ode (1999: hal 57) pengkajian adalah langkah awal

dari proses keperawatan secara keseluruhan. Terdiri dari lima tahap yaitu

pengumpulan, pengelompokan atau pengorganisasian serta menganalisa dan

merumuskan diagnosa keperawatan.

Adapun data yang ditemukan pada klien trombositopenia menurut Tucker

Susan Martin (1998, hal 205 – 206) adalah:

a) Observasi/ temuan

- Perdarahan ringan sampai berat

- Kulit: mudah memar, petekie, ekimosis, epistaksis

- Perdarahan gusi, bula berisi darah

- Muntah berwarna hitam atau hematemesis

- Sputum dengan darah


12

- Hematuria

- Tes guaiak positif

- Menstruasi banyak

- Serebral: sakit kepala, bicara kacau, malaise

- Ekstremitas kebas dan nyeri

- Riwayat keluarga perdarahan

b) Pemeriksaan laboratorium/ diagnostik

- Trombosit kurang dari 100.000/mm3.

- Masa perdarahan memanjang

- Masa koagulasi normal

- Penurunan Hb

- Peningkatan kerapuhan kapiler

- Sumsum tulang: peningkatan jumlah megakariosit

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan status atau

masalah kesehatan aktual atau potensial (Gaffar. 1999: hal 61).

Diagnosa keperawatan dapat bersifat nyata (aktual), bersifat beresiko

tinggi atau cenderung (potensial) dan bersifat kemungkinan (possible). Untuk

diagnosa keperawatan yang nyata, rumusan diagnosa adalah masalah atau

problem (P) sehubungan dengan penyebab/ etiologi (E) yang ditandai oleh tanda-

tanda atau simptom (S), biasanya disingkat PES.


13

Menurut Tucker Susan Martin (1998: hal 205 – 206) diagnosa keperawatan

pada klien trombositopenia adalah:

a) Perubahan perlindungan yang berhubungan dengan abnormal profil

darah/ trombositopenia.

b) Perubahan membran mukosa oral yang berhubungan dengan cedera

fisik

c) Nyeri yang berhubungan dengan agen fisik yang diakibatkan dari

tekanan saraf sekunder terhadap perdarahan.

d) Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang mendapat

informasi yang akurat mengenai proses penyakit, nutrisi, aktivitas dan

pengobatan.

3. Perencanaan

Perencanaan dalam proses keperawatan lebih dikenal dengan rencana

asuhan keperawatan, yang merupakan tahap selanjutnya setelah pengkajian dan

penentuan diagnosa keperawatan.

Adapun unsur-unsur di tahap perencanaan adalah sebagai berikut:

a) Memprioritaskan masalah, yaitu menentukan masalah apa yang

memerlukan perhatian atau prioritas masalah yang ditemukan.

b) Perumusan tujuan, yaitu tujuan administrasi ditetapkan dalam bentuk

jangka panjang atau jangka pendek, harus jelas, dapat diukur dan

realistis.
14

c) Penentuan tindakan keperawatan yaitu perawat mempertimbangkan

beberapa alternatif tindakan keperawatan dan melaksanakan tindakan

yang mungkin berhasil/ mengurangi atau memecahkan masalah klien.

d) Rasionalisasi adalah alasan dari adanya atau dilakukannya tindakan

keperawatan.

Adapun perencanaan yang dilakukan menurut Susan Martin Tucker pada

klien trombositopenia adalah sebagai berikut:

a) Perubahan perlindungan yang berhubungan dengan abnormal profil

darah (trombositopenia):

1) Periksa tanda vital

2) Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi napas

3) Kaji status neurologis

4) Kaji kulit dan membran mukosa terhadap perdarahan

5) Pertahankan tirah baring bila terjadi perdarahan

6) Gunakan handuk dan pakaian yang lembut untuk mandi

7) Hindari trauma untuk mencegah perdarahan

8) Periksa urin dan feces terhadap perdarahan setiap hari

9) Pantau pemeriksaan laboratorium

10) Berikan tranfusi darah trombosit bila diperlukan

b) Perubahan membran mukosa oral yang berhubungan dengan cedera

fisik

1) Kaji integritas membran mukosa

2) Ukur intake dan output


15

3) Berikan cairan 2500 ml/hari

4) Timbang berat badan setiap hari

5) Berikan oral hygiene

6) Pertahankan diet yang disukai atau dipesankan

c) Nyeri yang berhubungan dengan agen fisik yang diakibatkan dari

tekanan saraf sekunder terhadap perdarahan

1) Kaji nyeri (lokasi, durasi, intensitas dan faktor predisposisi)

skala nyeri 0 – 10

2) Baringkan pasien untuk memberikan rasa nyaman

3) Siapkan tempat tidur yang dapat diatur untuk mencegah

konstriksi

4) Letakkan benda-benda dalam jangkauan pasien

5) Berikan aplikasi dingin atau hangat sesuai dengan keinginan

pasien

6) Atur pengunjung berdasarkan keinginan pasien

7) Gunakan tindakan penghilang rasa nyeri

8) Pantau efektifitas analgesik bila diperlukan

d) Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang mendapat

informasi yang akurat mengenai proses penyakit, nutrisi, aktivitas dan

pengobatan.

1) Bicarakan tanda dan gejala kekambuhan untuk dilaporkan pada

dokter

2) Peragakan metode pemeriksaan darah dalam urine dan feces


16

3) Ingatkan pasien untuk tidak mendonorkan darahnya

4) Jelaskan perlunya menghindari trauma

5) Gunakan produk perawatan kulit dan mulut yang nonabrasif

6) Jelaskan pentingnya hygiene oral yang teratur

7) Jelaskan pentingnya mempertahankan diet yang seimbang

dengan hidrasi adekuat

8) Jelaskan pentingnya untuk menyeimbangkan waktu aktivitas

dan istirahat

9) Ajarkan tentang nama-nama obat, dosis, waktu pemberian dan

efek samping

4. Pelaksanaan

Pelaksanaan adalah pengelolaan dari rencana keperawatan yang telah

disusun pada tahap perencanaan pelaksanaan yang bertujuan untuk memenuhi

kebutuhan klien secara optimal.

Tahap pelaksanaan merupakan bentuk tindakan yang direncanakan

sebelumnya yang disesuaikan dengan waktu pelaksanaan tindakan.

5. Evaluasi

Penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik tentang

kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara yang

berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.


17

Evaluasi asuhan keperawatan merupakan tahap akhir proses keperawatan

yang bertujuan untuk menilai hasil dari keseluruhan tindakan keperawatan yang

dilakukan, dituliskan dalam catatan perkembamgan yang berfungsi untuk

mendokumentasikan keadaan klien baik berupa keberhasilan maupun ketidak

berhasilan berdasarkan masalah yang ada.

Evaluasi ini dapat bersifat formatif yaitu evaluasi yang dilakukan secara

terus menerus untuk menilai hasil tindakan yang dilakukan, yang juga disebut

tujuan jangka pendek. Dan dapat pula bersifat sumatif yaitu evaluasi yang

dilakukan sekaligus pada akhir dari semua tindakan keperawatan yang disebut

dengan mengevaluasi pencapaian tujuan jangka panjang.

Anda mungkin juga menyukai