Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Medika Respati Vol.

14 No 3 Juli 2019 ISSN : 1907 – 3887 (Print), ISSN : 2685-1156 (Online)

PENGARUH TERAPI YOGA “PRANAYAMA” DAN AROMATHERAPY


TERHADAP PENURUNAN TINGKAT NYERI RHEUMATOID
ARTHRITIS PADA LANSIA
DI PANTI WREDHA BUDHI DHARMA YOGYAKARTA 2019
Effect of yoga "pranayama" and aromatherapy therapy on rheumatoid arthritis pain levels in elderly
In Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta 2019

Nova maulana

STIKES Surya Global


Email : novamaulana6@gmail.com

Abstrak
Latar belakang : Proses menua mengakibatkan perubahan struktur dan fungsi tubuh. Manifestasi klinisnya
adalah para lanjut usia akan menngalami nyeri pada lutut dan sendi lain jika berjalan, merupakan kelainan dari
rheumatoid arthritis. Nyeri hampir tidak terpisahkan dari rheumatoid arthritis, dimana diketahui penyakit
terbanyak yang diderita lansia adalah penyakit sendi (52,3%) dan kasus penderita rheumatoid arthritis di
Yogyakarta dan Semarang 5,4%-5,8%, hal ini berarti ketergantungan terhadap obat diusahakan seminimal
mungkin. Cara-cara pengobatan non-farmakologi seperti Terapi Yoga “Pranayama” dan Aromatherapy dapat
dipakai untuk menurunkan nyeri. Tujuan : Mengetahui pengaruh terapi yoga “pranayama” dan Aromatherapy
terhadap penurunan tingkat nyeri theumatoid arthritis pada lansia di Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta.
Metode : Metode penelitian ini menggunakan metode pre-eksperimental, dengan pendekatan pretest-posttest,
dengan 20 responden menggunakan teknik purposive sampling. Uji analisis penelitian ini adalah wilcoxon
dengan menggunakan SPSS 16,0 for windows. Hasil : Hasil dari penelitian ini adalah ada pengaruh pemberian
terapi yoga “pranayama” terhadap penurunan tingkat nyeri theumatoid arthritis pada lansia di panti wredha budhi
dharma yogyakarta, dimana nilai z uji wilcoxon sebesar -3.976 dengan nilai P value : 0.000 dimana p< 0.05
maka Ho ditolak. Kesimpulan : Ada pengaruh pemberian terapi yoga “pranayama” dan Aromatherapy terhadap
penurunan tingkat nyeri theumatoid arthritis pada lansia di Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta.

Kata kunci : Lansia, Terapi Yoga “Pranayama”, Aromatherapy, Nyeri Rheumatoid Arthritis

Abstrac

Background: The aging process results in changes in body structure and function. The clinical manifestation is
that the elderly will experience pain in the knee and other joints when walking, is a disorder of rheumatoid
arthritis. Pain is almost inseparable from rheumatoid arthritis, which is known that most diseases suffered by the
elderly are joint disease (52.3%) and cases of rheumatoid arthritis sufferers in Yogyakarta and Semarang 5.4% -
5.8%, this means that dependence on drugs is sought as minimal as possible. Non-pharmacological treatment
methods such as "Pranayama" Yoga Therapy and Aromatherapy can be used to reduce pain. Objective: To
determine the effect of "pranayama" yoga therapy and aromatherapy on the reduction in the level of pain of
theumatoid arthritis in the elderly at the Budha Dharma Nursing Home in Yogyakarta. Methods: This research
method uses a pre-experimental method, with a pretest-posttest approach, with 20 respondents using a purposive
sampling technique. Test analysis of this research is Wilcoxon using SPSS 16.0 for Windows. Results: The
results of this study were the effect of giving "pranayama" yoga therapy to the reduction in the level of pain of
theumatoid arthritis in the elderly at the nursing home of Buddhist Dharma Yogyakarta, where the z value of
Wilcoxon test was -3.976 with a P value: 0.000 where p <0.05 then Ho rejected. Conclusion: There is an effect
of giving "pranayama" and Aromatherapy yoga therapy to the reduction in the level of pain of theumatoid
arthritis in the elderly at Buddy Dharma Nursing Home in Yogyakarta.
Keywords: Elderly, "Pranayama" Yoga Therapy, Aromatherapy, Rheumatoid Arthritis Pain

217


Jurnal Medika Respati Vol. 14 No 3 Juli 2019 ISSN : 1907 – 3887 (Print), ISSN : 2685-1156 (Online)

PENDAHULUAN Berdasarkan data Badan Pusat


Berdasarkan data WHO, yang Statistik (BPS) pada tahun 2007, jumlah lansia
menyatakan pada abad 21 jumlah penduduk di Indonesia mencapai 18,96 juta orang. Dari
yang lanjut usia semakin meningkat. Di jumlah tersebut, 14% diantaranya berada di
wilayah asia pasifik, jumlah kaum lanjut usia Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, atau
akan bertambah pesat dari 410 juta tahun merupakan daerah paling tinggi jumlah
2007 menjadi 733 juta pada tahun 2025, dan lansianya. Disusul Provinsi Jawa Tengah
diperkirakan menjadi 1,3 miliar pada tahun (11,16%), Jawa Timur ( 11,14%), dan Bali
2050. (11,02) (Menkokesra dalam Murwani ,2010).
Indonesia merupakan Negara ke-4 Manusia lansia adalah seseorang yang karena
yang jumlah penduduknya paling banyak di usianya mengalami perubahan biologis, fisik,
dunia, dan sepuluh besar memiliki penduduk kejiwaan, dan sosial. Perubahan ini akan
paling tua di dunia. Tahun 2020 jumlah kaum memberikan pengaruh pada seluruh aspek
lansia akan bertambah 28,8 juta (11% dari kehidupan, termasuk kesehatannya. Oleh
total populasi) dan menjelang tahun 2050 karena itu, kesehatan manlansia perlu
diperkirakan 22% warga Indonesia berusia 60 mendapat perhatian khusus dengan tetap
tahun keatas. Berarti semakin hari jumlah dipelihara dan ditingkatkan agar sesuai dengan
penduduk lansia kian banyak dan butuh solusi martabat kemanusiaan (UU Kesehatan No. 36
khusus untuk mengatasinya (Kementrian Tahun 2009 Pasal 138 ayat 1).
Sosial RI, 2008). Adapun lansia yaitu setelah usia diatas
Peningkatan jumlah ini akan 65 tahun manusia akan menghadapi sejumlah
membawa dampak terhadap berbagai aspek permasalahan. Permasalahan pertama adalah
kehidupan, baik pada lansia, keluarga dan penurunan kemampuan fisik hingga kekuatan
masyarakat. Secara individu, proses penuaan fisik berkurang, aktifitas menurun, sering
merupakan proses alami yang tidak dapat mengalami gangguan kesehatan yang
dihindari, ditandai dengan tahap-tahap menyebabkan kehilangan semangat.
penurunan pada fisik, mental, sosial maupun Diperkirakan mulai tahun 2010 akan terjadi
spiritual (Hawari, 2007 dalam Astini, 2011). ledakan jumlah penduduk lanjut usia. Hasil
Semua yang mengalami lansia akan terjadi prediksi menunjukkan bahwa persentase
perubahan-perubahan struktur dan fungsi. penduduk lanjut usia akan mencapai 9,77
Perubahan itu sangat berjalan mulus sehingga persen dari total penduduk pada tahun 2010
tidak menimbulkan ketidak- mampuan atau dan 11,34 pada tahun 2020 (Murwani, 2010).
dapat terjadi sangat nyata dan berakibat Jumlah penduduk lanjut usia atau yang
ketidakmampuan total (Murwani, 2010). berusia 60 tahun ke atas di Kota Yogyakarta
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan,

218


Jurnal Medika Respati Vol. 14 No 3 Juli 2019 ISSN : 1907 – 3887 (Print), ISSN : 2685-1156 (Online)

yaitu pada tahun 2005 sebesar 6,13 % dan tersebut mengalami gangguan fisik sehingga
pada tahun 2007 sebanyak 92 % dari total tidak dapat masuk kerja (Purwoastuti, 2009).
48.092 jiwa, sedangkan jumlah pra lansia atau Rheumatoid Arthritis adalah penyakit
yang berumur 45 tahun sampai dengan 59 kelainan pada sendi yang menimbulkan nyeri
tahun pada tahun 2007 adalah 60.472 jiwa. dan kaku pada sistem muskuloskeletal (sendi,
Usia harapan hidup juga mengalami tulang, jaringan ikat dan otot) dan dianggap
peningkatan yaitu pada tahun 2005 usia sebagai satu keadaan sebenarnya terdiri atas
harapan hidup untuk laki-laki 66,38 tahun dan lebih dari 100 tipe kelainan yang berbeda.
untuk perempuan 70,25 tahun sedangkan pada Penyakit ini utamanya mengenai otot-otot
tahun 2007 jumlah harapan hidup untuk laki- skelet, tulang, ligamentum, tendon dan
laki 67,1 tahun dan untuk perempuan 71,1 persendian pada laki-laki maupun wanita
tahun (Murwani, 2010). dengan segala usia. Memang ada penyakit
Dari hasil studi tentang kondisi sosial rheumatoid arthritis yang dapat menimbulkan
ekonomi dan kesehatan lanjut usia (lansia) kematian, tetapi sangat jarang terjadi dan
yang dilaksanakan Komnas Lansia disepuluh biasanya telah diderita selama berbulan-bulan
provinsi tahun 2006, diketahui bahwa penyakit sampai bertahun-tahun. Hal yang paling
terbanyak yang diderita lansia adalah penyakit ditakuti dari penyakit rheumatoid arthritis ini
sendi (52,3%), hipertensi (38,8%), anemia bila tidak diobati dengan benar adalah akan
(30,7%), dan katarak (23%). Penyakit- menimbulkan kecacatan baik ringan seperti
penyakit tersebut penyebab utama disabilitas kerusakaan sendi maupun berat badan seperti
pada lansia (Roehadi, 2008). kelumpuhan. Hal ini mungkin akan
Sedangkan menurut Zeng Q.Y tahun menyebabkan berkurangnya kualitas hidup
2008 prevalensi nyeri rheumatoid arthritis di seseorang yang berakibat terbatasnya aktivitas,
indonesia mencapai 23,6%-31,3%. Penderita depresi sampai berimbas pada status sosial
rheumatoid arthritis di dunia maupun di ekonomi seseorang atau sebuah keluarga,
indonesia sangatlah banyak dan semakin kenyamanan, dan masalah yang disebabkan
meningkat. Keluhan yang sering muncul oleh penyakit rheumatoid arthritis tidak hanya
seperti nyeri pada persendian. Meningkatnya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada
jumlah rheumatoid arthritis seiring mobilitas dan aktivitas sehari-hari tetapi juga
meningkatnya jumlah lansia di dunia tiap efek sistemik yang tidak jelas tetapi dapat
tahunnya. Hasil perkiraan menyebutkan sekitar menimbulkan kegagalan organ dan kematian
35 juta kasus penyakit rheumatoid arthritis atau mengakibatkan masalah seperti rasa
yang disebut arthritis (radang sendi) terdapat nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra
di Amerika Serikat. Banyak diantara penderita diri serta gangguan tidur (Aqila, 2010).

219


Jurnal Medika Respati Vol. 14 No 3 Juli 2019 ISSN : 1907 – 3887 (Print), ISSN : 2685-1156 (Online)

Efek dari penyakit terhadap tubuh manajemen nyeri non-farmakologi lebih


yaitu akan menimbulkan rasa nyeri (Guyton ekonomis dan tidak ada efek samping jika
dan Hall, 1997). Setiap individu pernah dibandingkan dengan penggunaan manajemen
mengalami nyeri dalam tingkatan tertentu. nyeri farmakologi. Selain mengurangi
Nyeri merupakan alasan yang paling umum ketergantungan pasien terhadap obat-obatan.
orang mencari perawatan kesehatan. Beberapa teknik manajemen nyeri non-
Walaupun merupakan salah satu dari gejala farmakologi antara lain teknik distraksi,
yang paling sering terjadi dibidang medis, Therapy Musik, Massage atau pijatan, Guided
nyeri merupakan salah satu yang paling sedikit Imaginary, relaksasi, akupuntur dan Stimulasi
dipahami. Individu yang merasakan nyeri kutan (Windy, 2008).
merasa tertekan atau menderita dan mencari Pengobatan rheumatoid arthritis pada
upaya untuk menghilangkan nyeri. Perawat umumnya hanya mengurangi gejala dan tidak
menggunakan berbagai intervensi untuk menyembuhkan atau memberantas penyakit
menghilangkan nyeri dan mengembalikan sesungguhnya. Kebanyakan penderita
kenyamanan. Perawat tidak dapat melihat atau berusaha mengobati sendiri dengan minum
merasakan nyeri yang klien rasakan. Nyeri jamu karena obat modern sering memiliki efek
bersifat subyektif, tidak ada dua kejadian nyeri samping pada lambung serta ketergantungan.
yang sama menghasilkan respon atau perasaan Biasanya, penyembuhan gejala rheumatoid
yang identik pada setiap individu. Nyeri dapat arthritis ini membutuhkan waktu yang cukup
merupakan faktor utama yang menghambat lama. Pada kelompok usila, gejala rheumatoid
kemampuan dan keinginan individu untuk arthritis dapat dikurangi dengan melakukan
pulih dari suatu penyakit bahkan menyebabkan olahraga teratur dan sesuai. Selain itu, ada
frustasi, baik bagi klien maupun bagi tenaga beberapa ramuan tradisional yang dapat
kesehatan. mengurangi atau mengobati gejala rheumatoid
Nyeri yang sangat hebat dan arthritis. Obat herbal tradisional dapat
berlangsung dalam waktu yang lama, perlu dimanfaatkan sebagai obat pengganti atau obat
alternatif penurunan nyeri yang efisien baik itu penunjang obat modern. Penggunaan obat
secara medis (farmakologi) dan non medis tradisional umumnya cukup aman, tetapi
(non farmakologi) (Smeltzer & Bare, 2002). penggunaan oleh penderita gastritis kadang-
Menurut Subu (2005) penanganan nyeri kadang menimbulkan keluhan nyeri lambung,
dengan teknik non-farmakologi merupakan terutama ramuan yang mengandung jahe
modal utama untuk meningkatkan (Fauzan, 2011).
kenyamanan bagi penderita nyeri. Di pandang Yoga “Pranayama” sangat baik
dari segi biaya dan manfaat, penggunaan dilakukan untuk penurunan tingkat nyeri pada
lansia karena pada Yoga “Pranayama” ini

220


Jurnal Medika Respati Vol. 14 No 3 Juli 2019 ISSN : 1907 – 3887 (Print), ISSN : 2685-1156 (Online)

merupakan terapi yang menggunakan gerakan Terdiri dari 26 lansia perempuan menderita
yang lebih ringan, yaitu hanya melakukan rheumatoid arthritis dan 12 orang lansia laki-
teknik pengaturan nafas, sehingga sangat baik laki. Dari hasil wawancara yang dilakukan
untuk lansia yang mengalami proses mereka mengakui mengalami nyeri pada
penurunan fungsi tubuh, dibandingkan dengan daerah kaki terutama lutut atau ekstremitas
melakukan senam lansia yang merupakan bawah. Nyeri yang dirasakan berbeda-beda, 14
terapi yang banyak memerlukan gerakan, orang mengatakan nyeri ringan, 21 orang
sedangkan untuk lansia, sangat susah untuk mengatakan nyerinya sedang dan 3 orang
melakukan gerakan itu karena faktor mengatakan mengalami nyeri yang berat.
penurunan fungsi tubuh yang dialami. Apalagi Selain itu peneliti juga melakukan studi
dengan menggunakan obat analgesik, perbandingan untuk membandingkan jumlah
dikhawatirkan akan memperburuk kondisi rheumatoid arrthritis.
ginjal lansia yang sudah mengalami penurunan
Tabel 1 Perbandingan Jumlah Penderita
fungsi tubuh (Tamsuri, 2007).
Rheumatoid Arthritis di
Pada penelitian ini, peneliti Yogyakarta tahun 2019
menggunakan lansia sebagai subyek
No Nama Tempat Jumlah
penelitian, dimana pada lansia sering Panti Wredha Budhi 38
1
Dharma Yoyakarta (48,7%)
mengalami penyakit rheumatoid arthritis dan
25
dalam rheumatoid arthritis terdapat gejala 2 PSTW Abiyoso Sleman
(32%)
nyeri yang biasanya timbul pada pagi dan PSTW Perandan 15
3
PedudarYogyakarta (19,2%)
malam hari. Selain itu peneliti memilih Sumber : Depkes RI, 2019
melakukan Terapi Yoga “Pranayama” pada
nyeri rheumatoid arthritis karena dianggap Berdasarkan tabel diatas peneliti
lebih efektif dilakukan dibandingkan pada melakukan studi perbandingan antara Panti
nyeri yang lain misalnya pada nyeri post op, Wredha Budhi Dharma Yoyakarta, dengan
karena pada nyeri post op biasanya berskala PSTW Abiyoso Sleman dan PSTW Perandan
tinggi, dan disarankan tidak untuk melakukan Pedudar Yogyakarta pada tanggal 6 April
banyak gerakan, apalagi tarikan nafas pada 2014. Pada tabel diatas menunjukkan bahwa di
Yoga Pranayama, akan menyebabkan nyeri Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta,
yang diderita pasien akan semakin tinggi. penderita rheumatoid arthritis tercatat lebih
Berdasarkan studi pendahuluan yang banyak dibandingkan PSTW Abiyoso Sleman
dilakukan di Panti Wredha Budhi Dharma dan PSTW Perandan Pedudar Yogyakarta.
Yogyakarta pada tanggal 7 April 2014 dengan Untuk itu peneliti memutuskan untuk
cara observasi dan wawancara didapatkan data melakukan penelitian dengan judul Pengaruh
38 orang lansia menderita rheumatoid arthritis. Terapi Yoga “Pranayama” terhadap Penurunan
Tingkat Nyeri Rheumatoid Arthritis pada

221


Jurnal Medika Respati Vol. 14 No 3 Juli 2019 ISSN : 1907 – 3887 (Print), ISSN : 2685-1156 (Online)

lansia penderita Rheumatoid Arthritis di Panti nyeri sebelum dan setelah dilakukan perlakuan
Wredha Budhi Dharma Yogyakarta. (posttest) (Nursalam, 2011).
Berdasarkan data yang diperoleh dari perawat Populasi dan Sampel Penelitian
di Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta, 1. Populasi
untuk penatalaksanaan nyeri pada penderita Populasi dalam penelitian ini adalah
rheumatoid arthritis menggunakan metode keseluruhan objek atau objek yang diteliti
farmakologis dengan analgetik yang yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
dikolaborasikan dengan dokter. Obat-obatan (Notoatmojo, 2012). Populasi dalam penelitian
yang sering digunakan seperti neoremacyl, dan ini adalah seluruh lansia penghuni Panti
asam mefenamat. Penatalaksanaan nyeri non- Wredha Budhi Dharma Yogyakarta sebanyak
farmakologis seperti Terapi Yoga 62 lansia.
“Pranayama”, tidak pernah digunakan. 2. Sampel
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti Sampel adalah sebagian yang diambil dari
tertarik untuk mengadakan penelitian tentang keseluruhan objek kriteria sampel yang diteliti
pengaruh pemberian Terapi Yoga dan dianggap mewakili seluruh populasi
“Pranayama” terhadap Penurunan Tingkat (Notoatmojo, 2012). Teknik pengambilan
Nyeri Rheumatoid Arthritis Pada Lansia di sampel yang digunakan adalah Purpoisve
Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta Sampling yaitu pengambilan sampel yang
karena belum pernah dilakukan penelitian yang berdasarkan pada suatu pertimbangan
semacam ini ditempat tersebut. tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri,
berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi
METODE PENELITIAN yang sudah diketahui sebelumnya
Jenis Penelitian (Notoatmojo, 2012).
Penelitian ini merupakan penelitian yang Teknik ini dilakukan atas pertimbangan
menggunakan jenis penelitian pre tertentu seperti waktu, biaya, tenaga sehingga
eksperimental, dengan rancangan penelitian tidak dapat mengambil sampel dalam jumlah
one group pretest-posttes design. Rancangan besar dan jauh (Saryono, 2010). Adapun
penelitian ini mengungkapkan hubungan sebab sampel dipilih dari populasi penelitian dengan
akibat dengan cara melibatkan satu kelompok kriteria yaitu:
subyek, tanpa adanya kelompok pembanding a. Kriteria inklusi yaitu:
atau kontrol. Peneliti melakukan observasi 1) Lansia yang memiliki penyakit
pertama (pretest) untuk mengetahui nyeri rheumatoid arthritis.
sebelum dilakukan perlakuan, setelah 2) Lansia yang tidak mempunyai
perlakuan dilakukan pengukuran lagi untuk gangguan pendengaran.
mengetahui akibat dari perlakuan sehingga 3) Dapat berkomunikasi secara verbal dan
memungkinkan peneliti mengetahui perbedaan kooperatif.

222


Jurnal Medika Respati Vol. 14 No 3 Juli 2019 ISSN : 1907 – 3887 (Print), ISSN : 2685-1156 (Online)

4) Lansia tidak mengalami gangguan


jiwa. 1) Data Primer
5) Mampu diajak berkomunikasi. Data primer adalah secara langsung
6) Skala nyeri 1-6 (ringan - sedang). diambil dari objek penelitian oleh peneliti
7) Lansia yang belum pernah mengikuti perorangan maupun organisasi (Riwidikdo,
Terapi Yoga “Pranayama” dan 2009). Data primer diperoleh dengan teknik
pemberian aroma terapi. pengumpulan data melalui wawancara dan
8) Lansia yang bersedia mengikuti menggunakan lembar observasi yang disusun
Terapi Yoga “Pranayama” dan oleh peneliti. Secara umum lembar observasi
pemberian aroma terapi atau menjadi berisi tentang biodata responden, skala nyeri
responden. sebelum dilakukan pemberian Terapi Yoga
9) Lansia yang tidak memiliki riwayat “Pranayama” dan Aroma Terapi (pretest) dan
komplikasi. skala nyeri setelah pemberian Terapi Yoga
b. Kriteria ekslusi yaitu: . “Pranayama” dan aroma terapi (postest).
1) Lansia yang mengalami gangguan Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti
pendengaran dan komunikasi. sendiri, dimana sebelum dilakukan tindakan,
2) Lansia yang merokok. skala nyeri diukur terlebih dahulu dengan
3) Lansia yang tidak mau mengikuti menggunakan skala nyeri numerik, dimana:
terapi pranayama “Yoga” dan a. Skala nyeri 0 = tidak ada nyeri
pemberian aroma terapi atau tidak b. Skala nyeri 1-3 = nyeri ringan
mau menjadi responden. c. Skala nyeri 4-6 = nyeri sedang
4) Lansia yang mengalami penyakit d. Skala nyeri 7-9 = nyeri berat
komplikasi. e. Skala nyeri 10 = nyeri sangat berat
5) Lansia yang mengalami gangguan Kemudian dilakukan Terapi Yoga
pernafasan. “Pranayama” dan pemberian aroma terapi
Berdasarkan observasi yang dilakukan selama 20 menit selama dua minggu dan
oleh peneliti, jumlah sampel dalam penelitian setelah dua minggu perlakuan peneliti
ini adalah yang memenuhi kriteria inklusi mengukur kembali skala nyeri dengan
sebanyak 20 orang responden. menggunakan skala numerik. Dalam hal ini
Metode Pengumpulan Data skala nyeri yang digunakan adalah skalanyeri
Pengumpulan data adalah suatu proses numerik karena lebih sederhana daripada skala
pendekatan kepada subyek dan proses nyeri yang lain dan lebih sering digunakan.
pengumpulan karakteristik subyek yang 2) Data Sekunder
diperlukan dalam suatu penelitian (Nursalam, Data yang dikumpulkan mencakup profil
2011). Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta dan
data sekunder yang berkaitan dengan masalah,

223


Jurnal Medika Respati Vol. 14 No 3 Juli 2019 ISSN : 1907 – 3887 (Print), ISSN : 2685-1156 (Online)

landasan teori serta bahan penelitian yang karakteristik responden berdasarkan umur,
diperoleh melalui data dari Panti Wredha terbagi atas umur 60 tahun sebanyak 7 orang
Budhi Dharma Yogyakarta, artikel, jurnal, (35%), umur 61 tahun sebanyak 5 orang
skripsi, dan study kepustakaan. (25%), umur 62 tahun sebanyak 2 orang
(10%), umur 63 tahun sebanyak 3 orang (15%)
HASIL dan umur 65 tahun sebanyak 3 orang (15%).
Karakteristik responden Karakteristik berdasarkan jenis kelamin,
Responden dalam penelitian ini adalah mayoritas responden lansia merupakan
lansia penderita rheumatoid arthritis dan perempuan sebanyak 15 orang (75%) dan laki
mengalami nyeri yang berada di Panti Wredha – laki sebanyak 5 orang (25%). Karakteristik
Budhi Dharma Yogyakarta. Penelitian ini responden berdasarkan pendidikan, mayoritas
dilakukan di Panti Wredha Budhi Dharma responden berpendidikan SD sebanyak 11
Yogyakarta pada tanggal 4 Juli s.d 4 Agustus orang (55%) dan SMP sebanyak 9 orang
2014, data yang diperoleh dari penelitian (45%).
meliputi karakteristik responden menurut
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan. Tingkat Nyeri Rheumatoid Arthritis pada
Distribusi frekuensi dapat dilihat pada tabel Lansia di Panti Wredha Budhi Dharma
berikut : Yogyakarta Sebelum pemberian Terapi
Tabel 2 Distribusi Karakteristik Responden Yoga “Pranayama”dan Aroma Terapi.
di Panti Wredha Budhi Dharma
Yogyakarta 2019
Tabel 3 Tingkat Nyeri Rheumatoid
Arthritis pada Lansia di Panti
Karakteristik Frekuensi Prosentase Wredha Budhi Dharma
Umur : Yogyakarta Sebelum Pemberian
60 tahun 7 35% Terapi Yoga “Pranayama” dan
61 tahun 5 25% Aroma Terapi 2019
62 tahun 2 10%
63 tahun 3 15%
65 tahun 3 15% Karakteristik Frekuensi Prosentase
Total 20 100% Nyeri ringan 3 15%
Jenis kelamin : Nyeri sedang 17 85%
Laki – laki 5 25% Nyeri berat 0 0%
Perempuan 15 75% Total 20 100%
Total 20 100% Sumber : Data Primer 2019
Pendidikan :
SD 11 55% Dari data tabel 3 diatas diketahui
SMP 9 45%
Total 20 100% bahwa karakteristik nyeri responden sebelum
Sumber : Data Primer 2019 diberikan perlakuan senam yoga, mayoritas
dalam kategori nyeri sedang sebanyak 17
Dari data tabel 2 tentang distribusi orang (85%), nyeri ringan sebanyak 3 orang
karakteristik responden, diketahui bahwa (15%), sedangkan nyeri berat tidak ada (0%).

224


Jurnal Medika Respati Vol. 14 No 3 Juli 2019 ISSN : 1907 – 3887 (Print), ISSN : 2685-1156 (Online)

Tingkat Nyeri Rheumatoid Arthritis pada


Lansia di Panti Wredha Budhi Dharma
Yogyakarta Setelah Pemberian Terapi
Yoga “Pranayama” dan Aroma Terapi

Tabel 4 Tingkat Nyeri Rheumatoid Dari data tabel 4 diatas diketahui


Arthritis pada Lansia di Panti
bahwa karakteristik nyeri responden setelah
Wredha Budhi Dharma
Yogyakarta Setelah Pemberian diberikan perlakuan senam yoga, mengalami
Terapi Yoga “Pranayama” dan
penurunan dimana mayoritas dalam kategori
Aroma Terapi 2019
nyeri ringan sebanyak 18 orang (90%), nyeri
Karakteristik Frekuensi Prosentase
sedang sebanyak 2 orang (10%), sedangkan
Nyeri ringan 18 90%
Nyeri sedang 2 10% nyeri berat tidak ada (0%).
Nyeri berat 0 0%
Total 20 100%
Sumber : data primer 2019

Pengaruh pemberian Terapi Yoga “Pranayama” dan Aroma Terapi terhadap Penurunan
Tingkat Nyeri Rheumatoid Arthritis Pada Lansia di Panti Wredha Budhi Dharma Yogyakarta

Tabel 5 Uji kolmogorov smirnov


Pre Post umur Jenis pendidikan
kelamin
N 20 20 20 20 20
Normal Mean 5.35 2.60 1.40 1.75 1.45
Parametersa Std. Deviation .587 .681 .506 .444 .510
Most Extreme Absolute .324 .311 .382 .463 .361
Differences Positive .324 .311 .382 .287 .361
Negative -.266 -.222 -.378 -.463 -.309
Kolmogorov-Smirnov Z 1.451 1.391 1.683 2.071 1.614
Asymp. Sig. (2-tailed) .030 .042 .009 .000 .011

Test distribution is Normal.


Dari tabel 5 diatas diketahui bahwa p < 0.05). Artinya bahwa analisa data tersebut
distribusi data pada nilai kolmogorov smirnov dapat digunakan pada uji wilcoxon.
yaitu bahwa data penelitian tidak terdistribusi
normal yang ditunjukkan oleh nilai Asymp.Sig
(2-tailed) pada masing – masing data kurang
dari nilai p yang ditetapkan sebesar 0.05 (nilai

225


Jurnal Medika Respati Vol. 14 No 3 Juli 2019 ISSN : 1907 – 3887 (Print), ISSN : 2685-1156 (Online)

Tabel 6 Uji wilcoxon pemeriksaan fisik diagnostik tidak ditemukan


N Mean Sum of adanya kelainan somatik yang obyektif
Rank Ranks
sebagai penyebab nyeri (Styaningsih, 2005).
Pos tes-pre tes 20a 10.50 210.00
Negative Ranks Menurut Potter & Perry (2006), beberapa
Positive Ranks 0b .00 .00 faktor yang mempengaruhi nyeri adalah : usia,
Ties 0c
Total 20 jenis kelamin, kebudayaan, makna nyeri,
Sumber :Data Primer 2019 perhatian, kecemasan, keletihan, pengalaman
Postes < pretes sebelumnya, gaya koping, dukungan keluarga
Pretes > Postes
Postes=pretes dan sosial. Berdasarkan teori dari Potter &
Perry (2006) diatas, hal ini sesuai dengan data
PEMBAHASAN yang diperoleh oleh peneliti dalam penelitian
Tingkat Nyeri Rheumatoid Arthritis pada ini dimana usia responden yang mengalami
Lansia di Panti Wredha Budhi Dharma
Yogyakarta sebelum pemberian Terapi nyeri dari 20 orang responden adalah usia 60
Yoga “Pranayama” dan Aroma Terapi tahun sebanyak 7 orang (35%) dengan
responden jenis kelamin perempuan sebanyak
Dari hasil penelitian pada data tabel 2
15 orang (75%) dan sisanya yang 5 orang
diatas diketahui bahwa karakteristik nyeri
adalah laki – laki (25 %) serta responden
responden sebelum diberikan perlakuan senam
merupakan lansia penghuni panti jompo yang
yoga dan relaksasi aroma terapi, mayoritas
otomatis kurang mendapat perhatian dan
dalam kategori nyeri sedang sebanyak 17
dukungan penuh dari keluarga.
orang (85%), nyeri ringan sebanyak 3 orang
Rheumatoid arthritis merupakan suatu
(15%), sedangkan nyeri berat tidak ada (0%).
istilah tentang sekelompok penyakit
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik,
(gabungan dari 100 penyakit) dengan
emosi, dan perilaku. Cara yang paling baik
manifestasi klinis berupa pembengkakkan
untuk memahami pengalaman nyeri, akan
jaringan sekitar sendi dan tendon, kelainan
membantu untuk menjelaskan tiga komponen
terutama terjadi pada sendi, penyakit
fisiologis berikut, yakni resepsi, persepsi dan
rheumatoid arthritis dapat pula mengenai
reaksi (A.Potter & Perry, 2006).
ekstra artikular (Arif Muttaqin, 2008).
Pasien dengan nyeri fisiologi jarang
Sedangkan menurut Aqila Smart (2010),
memeriksakan diri ke dokter, karena nyeri
rheumatoid arthritis adalah penyakit kelainan
mudah hilang dengan analgetika ringan atau
pada sendi yang menimbulkan nyeri dan kaku
tanpa pengobatan, misalnya gigitan nyamuk.
pada system Autoimun.
Keluhan nyeri yang memaksa penderita
Dari hasil penelitian Merta (2014) yang
mengunjungi dokter adalah pasien dengan
meneliti tentang “Pengaruh Pranayama
nyeri inflamasi dan nyeri neuropatik,
“Yoga” terhadap Penurunan Tekanan Darah
keduanya sering disebut nyeri klinis. Diagnosa
Pada Lansia Penderita Hipertensi di Banjar
psikogenesis ditegakkan bila dalam berbagai
226


Jurnal Medika Respati Vol. 14 No 3 Juli 2019 ISSN : 1907 – 3887 (Print), ISSN : 2685-1156 (Online)

Dinas Darmawinangun Wilayah Kerja kesehatan. Latihan senam Yoga yang


Puskesmas Kubu II Karangasem Bali” dilakukan secara teratur dapat menurunkan
diketahui bahwa mayoritas tekanan darah risiko terserang stroke karena dapat
responden dalam kategori tinggi sebesar 56% meningkatkan sirkulasi dan merangsang suplai
dari 50 orang responden. darah keseluruh tubuh terutama ke otak. Untuk
pasien stroke, latihan Yoga yang dapat
Tingkat Nyeri Rheumatoid Arthritis pada dilakukan adalah asana (sikap fisik) dan
Lansia di Panti Wredha Budhi Dharma
pranayama (pernafasan yang terkendali).
Yogyakarta setelah pemberian Terapi Yoga
“Pranayama” dan Aroma Terapi Teknik pernafasan yoga
mengendalikan pernafasan dan pikiran.
Dari data tabel 3 diatas diketahui
Latihan ini dapat menguatkan sistem
bahwa karakteristik nyeri responden setelah
pernafasan, menenangngkan sistem saraf,
diberikan perlakuan senam yoga, mengalami
membantu mengurangi atau menghilangkan
penurunan dimana mayoritas dalam kategori
berbagai kecanduan,dapat meredakan nyeri
nyeri ringan sebanyak 18 orang (90%), nyeri
dan dapat menguatkan sistem kekebalan
sedang sebanyak 2 orang (10%), sedangkan
tubuh. Pernafasan juga memainkan peranan
nyeri berat tidak ada (0%)
penting dalam metabolisme tubuh yaitu proses
Yoga merupakan satu kesatuan tubuh,
tubuh menguraikan nutrisi (Weller, 2001).
pikiran, dan jiwa. Kesatuan antara
Manfaat yoga secara nyata dari latihan ini
individualitas dan inteligensi surgawi yang
adalah berkurangnya kelelahan, pikiran dan
mengatur jagat raya. Yoga juga merupakan
emosi menjadi tenang sehingga nyeri
suatu keadaan disaat semua elemen dan
rheumatoid arthritis yang dirasakan oleh para
kekuatan yang membentuk organisme biologis
lansia dapat berkurang (Worby, 2007).
menjalin interaksi yang harmonis dengan alam
Dari hasil peneltian Merta (2014),
semesta.
diketahui bahwa terjadi penurunan tekanan
Aspekfisik dari Yoga (Hatha Yoga)
darah pada lansia setelah diberikan terapi
menggunakan berbagai pose dan focus
Yoga “Pranayama”. Dimana sebelum
pernafasan, konsentrasi dan disiplin. Hasilnya
pemberian Terapi Yoga “Pranayama”
adalah kesatuan yang lebih besar antara
mayoritas tekanan darah responden dalam
pikiran, jiwa, dan tubuh. Yoga tidak memiliki
kategori tinggi sebesar 56% dan setelah
batasan, siapa saja yang ingin belajar Yoga,
diberikan perlakuan mengalami penurunan
tidak memandang usia, tipe tubuh, pengalaman
tekanan darah dalam kategori normal yaitu
ataupun kemampuan fisik, semua orang dapat
sebesar 65.3%.
belajar Yoga (Anonim, 2007).
Seni latihan fisik dan olah nafas yang berasal
Pengaruh pemberian Terapi Yoga
dari India ini ternyata dapat melatih pikiran “Pranayama” dan Aroma Terapi terhadap
Penurunan Tingkat Nyeri Rheumatoid
dan dapat mengatasi beberapa gangguan
227


Jurnal Medika Respati Vol. 14 No 3 Juli 2019 ISSN : 1907 – 3887 (Print), ISSN : 2685-1156 (Online)

Arthritis Pada Lansia di Panti Wredha arthritis yang dirasakan oleh para lansia dapat
Budhi Dharma Yogyakarta
berkurang (Worby, 2007).
Mekanisme latihan pernafasan yoga
Dari analisa hasil penelitian pada tabel
terhadap perubahan fisik yang terjadi pada
6 uji statistik pada uji wilcoxon didapatkan
tubuh diawali dengan terciptanya suasana
nilai Z sebesar -3.976 dan Asymp.sig nya
relaksasi alam sadar yang secara sistematis
sebesar 0.000 (nilai p). Hal ini menunjukkan
membimbing pada keadaan relaks yang
bahwa pengaruh pemberian Terapi Yoga
mendalam. Terciptanya suasana relaksasi akan
“Pranayama” terhadap Tingkat Nyeri
menghilangkan suara-suara dalam pikiran
Rheumatoid Arthritis Pada Lansia di Panti
sehingga tubuh akan mampu untuk
Wredha Budhi Dharma Yogyakarta
melepaskan ketegangan otot. Ketika tubuh
menunjukkan hasil yang signifikan.
mulai santai, nafas akan menjadi lambat dan
Pranayama adalah ilmu eksak yang
dalam, sehingga sistem pernafaan dapat
merupakan angga keempat dalam Astangga
beristirahat. Melambatnya ritme pernafasan ini
Yoga. “Tasmin Sati Svasa
akan membuat detak jantung akan menjadi
Prasvasayorgativicchedah Pranayamah”.
lebih lambat dan memberikan pengaruh positif
Regulasi pernafasan atau control Prana adalah
terhadap keseluruhan sistem sirkulasi dan
menghentikan inhalasi dan exhalasi pernafasan
jantung untuk beristirahat dan mengalami
yang dilakukan setelah melakukan posisi
proses peremajaan.
duduk atau asana (Siwananda, 2009).
Sistem saraf simpatis yang selalu siap
Pranayama merupakan suatu teknik yang
beraksi menerima pesan “aman” untuk
penuh kekuatan untuk meningkatkan integrasi
melakukan reelaksasi sedangkan sistem saraf
antara system saraf dan system pernafasan.
parasmpatis akan memberikan respon untuk
Teknik pernafasan yoga
relaksasi. Selain sistem saraf simpatis, pesan
mengendalikan pernafasan dan pikiran.Latihan
untuk relaksasi juga diterima oleh kelnjar
ini dapat menguatkan sistem pernafasan,
endokrin yang bertanggung jawab terhadap
menenangngkan sistem saraf, membantu
sebagian besar keadaan emosi dan fisik
mengurangi atau menghilangkan berbagai
(Worby, 2007)
kecanduan,dapat meredakan nyeri dan dapat
Hasil penelitian yang peneliti lakukan
menguatkan sistem kekebalan tubuh.
sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa
Pernafasan juga memainkan peranan penting
metode pereda nyeri non-farmakologis
dalam metabolisme tubuh yaitu proses tubuh
terbukti dapat menurunkan nyeri dan
menguraikan nutrisi (Weller, 2001). Manfaat
mempunyai resiko efek samping yang sangat
yoga secara nyata dari latihan ini adalah
rendah (Smeltzer dan Bare,2002). Salah satu
berkurangnya kelelahan, pikiran dan emosi
metode dalam penurun
menjadi tenang sehingga nyeri rheumatoid

228


Jurnal Medika Respati Vol. 14 No 3 Juli 2019 ISSN : 1907 – 3887 (Print), ISSN : 2685-1156 (Online)

rasa nyeri secara non-farmakologis adalah 2. Tingkat nyeri pada lansia yang menderita
dengan Terapi Yoga “Pranayama”. rheumatoid arthritis setelah pemberian
Dari hasil penelitian Merta (2014) Terapi Yoga “Pranayama” dan Aroma
yang meneliti tentang “Pengaruh Pranayama Terapi di Panti Wredha Budhi Dharma
“Yoga” terhadap Penurunan Tekanan Darah Yogyakarta dalam kategori ringan sebesar
Pada Lansia Penderita Hipertensi di Banjar 90 %.
Dinas Darmawinangun Wilayah Kerja 3. Ada Pengaruh pemberian Terapi Yoga
Puskesmas Kubu II Karangasem Bali” hasil “Pranayama” dan Aroma Terapi terhadap
penelitian pada uji Wilcoxon menunjukkan Tingkat Nyeri Rheumatoid Arthritis Pada
bahwa ada perbedaan tekanan darah sebelum Lansia di Panti Wredha Budhi Dharma
pemberian Terapi Yoga “Pranayama” dengan Yogyakarta.dimana nilai Z uji wilcoxon
tekanan darah setelah pemberian Terapi Yoga sebesar -3.976 dengan signifikansi sebesar
“Pranayama” dengan nilai signifikan 0,000. 0.000.
Dan dari hasil penelitian Melindasari (2014)
yang meneliti tentang “Pengaruh Hidroterapi DAFTAR PUSTAKA
(Perendaman Kaki dengan Air Hangat) Anonim. 2007. Fear Management, Mengelola
Ketakutan memacu evolusi diri. Jakarta.
terhadap Intensitas Nyeri Rematik pada Lansia
Gramedia Pustaka Utama.
dengan Rematik di Panti Wredha Budhi
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu
Dharma Yogyakarta”. Dimana hasil
Pendekatan Praktek. Edisi Revisi VI.
penelitian menunjukkan ada pengaruh yang Jakarta: Rineka Cipta.
signifikan dari pemberian Hidroterapi
Bali India Foundation. 2008. Yoga for Health :
(Perendaman Kaki dengan Air Hangat) The Voice of Bali April 3th Edition BIF.
Bali
Intensitas Nyeri Rematik pada Lansia dengan
sebesar 0.000 pada uji Wilcoxon. Chen K.M., Chen M.H., Lin M.H., Fan J.T.,
Lin H.S., Li C.H. 2010. Effect Of Yoga
On Sleep Quality and Depressionin Elder
KESIMPULAN in Assisted Living Facilities. Findings:
School of Nursing, Fooyin University,
Dari hasil penelitian yang telah dibahas pada
Taiwan,
bab sebelumnya, maka dapat dibuat ROC.http://www.pubmedcentral.nih.gov/
[Diakes 4 Pebruari 2012]
kesimpulan sebagai berikut :
1. Tingkat nyeri pada lansia yang menderita Chopra, D. 2009. Everyday Imortality. Ebury
Publislily
rheumatoid arthritis sebelum pemberian
Terapi Yoga “Pranayama” dan Aroma Depkes RI, 2014. Sistem Kesehatan Nasional.
Http://www.depkes.go.id/download/SKN
Terapi di Panti Wredha Budhi Dharma
%finab:pdfdiakes tgl 15 desember 2013
Yogyakarta dalam kategori sedang sebesar jam 09.00 wib
85 %.
Dewi, 2008. Pengaruh Yoga bagi penurunan
kecemasan. Yogyakarta. Stikes Surya
Global.
229


Jurnal Medika Respati Vol. 14 No 3 Juli 2019 ISSN : 1907 – 3887 (Print), ISSN : 2685-1156 (Online)

Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik :


Erfandi. 2009. Tentang Nyeri. Jakarta : EGC
http://forbetterhealth.wordpress.com/200
9/01/20/tentang-nyeri/. Diakses pada Nursalam, 2011. Konsep Dan Penenrapan
tanggal 22 Oktober 2013 Metodologi Penelitian Keperawatan:
Pedoman Skripsi , Tesis Dan Instumental
Guyton, A.C and Hall, J.E,. 2001. Buku Ajar Penelitian Keperawatan. Jakarta;
Fisiologi Kedokteran . Jakarta: EGC. Salemba Medika

Herdman, T. 2010. Diagnosis Keperawatan: Potter, P.A & Perry, A.G.,(2006), Buku Ajar
Definisi dan klasifikasi 2009-2011.(M. Fundamental Keperawatan :Konsep,
Sumawarti, D. Widiarti, & E. Tlar, Prosesdan Praktek,Vol 1,Ed 5alih Bahasa
Trans.). Jakarta: EGC Yasmin A. Jakarta : EGC

Hutapea, R. 2005. Sehat dan ceria di uasi Prasetyo. 2010. Pengaruh Stimulasi Slow
senja, melamgkah dengan anggun. Stroke Back Massage Terhadap
Jakarta: Renika cipta.
Riwidikdo, H. 2008. Statistik Kesehatan
Hutapea, R. 2005. Sehat dan ceria di uasi Belajar Mudah Tehnik Analisis Data
senja, suatu awal baru. Jakarta: Renika Dalam Penelitian Kesehatan (Plus
cipta. Aplikasi Software SPSS).Yogyakarta :
Mitra Cendekia Press
Junaidi, I. 2010. Hipertensi: Pengenalan,
Pencegahan, dan Pengobatan. Jakarta: Saryono. 2010. Metodologi Penelitian
Bhuana Ilmu Populer Kesehatan: penuntun praktis bagi pemula.
Yogyakarta : Mitra Cendikia
Kisworo, B. 2008. Pengapuran Sendi
Osteoartritis, Seminar Pengapuran Sendi, Siwananda, Sri Swami. 2000. The Science of
Penyakit Rematik Dan Operasi Pranayama. A Divine Life Society.
Penggantian Sendi Untuk Masyarakat Publication. Himalayas, India
Awam Dan Tenaga Medis, Yogyakarta22
nov 2008 Smart, A. 2010. Rematik Dan Asam Urat.
Yogyakarta: A+plus book
Melinda. 2014. Pengaruh Hidroterapi
(Perendaman Kaki dengan Air Hangat) Smeltzer, S.C., Bare, B.G. 2002. Buku Ajar
terahadap Intensitas Nyeri Rematik pada Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Lansia dengan Rematik di Panti Wredha Suddarth; volume 2. Edisi 8. Jakarta:
Budhi Dharma Yogyakarta EGC

Merta. 2014. Pengaruh Pranayama “Yoga” Sodikin. 2005. Penangannan Nyeri Non Infasif
terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Majalah Keperawatan Bina Sehat,
Lansia Penderita Hipertensi di Banjar Ed. 004/BS/PPNI/2001. Jakarta: Yayasan
Dinas Darmawinangun Wilayah Kerja Kesejahteraan Warga Perawat Pusat
Puskesmas Kubu II Karangasem Bali.
Stikes Surya Global Styaningsih. 2005. Prespektif Penatalaksanaan
Nyeri Terkini. Naskah Dipresentasikan
Murwani, A. 2010. Gerontik Konsep Dasar Dalam Seminar Nasional Keperawatan
dan Asuhan Keperawatan Home Care dan
Komunitas. Fitra Maya : Yogyakarta Subu, M.A. 2005 . Pain Management, Naskah
Dipresentasikan Dalam Seminar
Notoatmojo, S. 2012. Metodologi Penelitian Nasional Kep; Perspektif
Kesehatan. Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Penatalaksanaan nyeri Terkini, Poltekes
Cipta. Yogyakarta.

230


Jurnal Medika Respati Vol. 14 No 3 Juli 2019 ISSN : 1907 – 3887 (Print), ISSN : 2685-1156 (Online)

Tamsuri, A. 2007. Konsep dan Pemasangan Infus Di Rsud Sumedang :


penatalaksanaan nyeri. Jakarta : EGC. https://:pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/up
Tingkat Nyeri Rematik Pada Penderita loads/2009/12/respon_nyeri_infant.pdf+d
Osteoarthritis di Panti Werdha Griya aftar+pustaka+windy+manajemen+nyeri
Asih Lawang Malang. Stikes Surya &hl=id&gl=id&pid=bl&srcid diakses
Global Yogyakarta tanggal 2 November 2012 jam 21.37

WHO, 2010. Http://Statistik penduduk dunia.


Diakses oktober 2013

Windy. 2008. Respon Nyeri Infant Dan Anak


Yang Mengalami Hospitalisasi Saat

231

Anda mungkin juga menyukai