Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Bina Mulia Hukum, Volume 1, Nomor 1, September 2016 [ISSN 2528-7273]

Ar kel diterima 04 April 2016, ar kel direvisi 27 Mei 2016, ar kel diterbitkan 02 September 2016

ASAS KESEIMBANGAN PADA PERJANJIAN KREDIT PERBANKAN


DENGAN NASABAH PELAKU USAHA KECIL
E y Mulya *

Abstrak

Perjanjian kredit perbankan merupakan perjanjian baku yang isinya ditentukan secara sepihak oleh pihak
bank, dengan tujuan efisiensi. Pelaku usaha kecil dengan karakteris knya yang khas, sangat memerlukan
dana untuk pengembangan usahanya sehingga menyetujui apa yang diperjanjikan dalam perjanjian kredit
walaupun sangat memberatkan. Perjanjian kredit terkadang memuat klausula eksonerasi/eksemsi berupa
menambah hak dan/atau mengurangi kewajiban bank, sehingga permasalahannya adalah bagaimana
penerapan asas keseimbangan dalam pembuatan perjanjian kredit perbankan dengan nasabah pelaku
usaha kecil. Bank dalam merancang, merumuskan dan menetapkan perjanjian kredit dengan pelaku usaha
kecil, wajib mendasarkan pada ketentuan dalam SE OJK No. 13/SEOJK.07/2014 Tentang Perjanjian Baku.
Perjanjian kredit dilarang memuat klausula eksonerasi berupa pengalihan kewajiban bank kepada
nasabah, dan menyatakan pemberian kuasa dari nasabah kepada bank, baik secara langsung maupun dak
langsung juga dilarang memuat klausula yang memiliki indikasi penyalahgunaan keadaan. Penerapan asas
keseimbangan para pihak dalam melaksanakan perjanjian kredit yang telah disepaka dengan i kad baik,
sebagai penerapan asas keadilan dan kewajaran dilarang memuat klausul yang isinya menyatakan bahwa
nasabah tunduk pada peraturan baru, tambahan, lanjutan dan perubahan yang dibuat secara sepihak oleh
bank oleh karenanya isi perjanjian hendaknya dak rumit dengan menggunakan bahasa Indonesia
sederhana disesuaikan dengan jenis kredit yang diberikan, mengingat karakteris k dan pelaku usaha kecil.

Kata kunci: asas, perjanjian, baku, kredit, usaha kecil.

Abstract

The credit agreement is a standard agreement with determined unilaterally by the bank for efficiency. Small
businesses with its unique characteris cs, is in need of funds to develop their business so as to agree on
what agreed in the credit agreement, although very burdensome. Credit agreements some mes include a
clause on the exonera on/eksemsi form of add rights and/or reduce the obliga ons of the bank, so the
problem is how the applica on of the principle of balance in making a bank loan agreement with small
business customers. Bank in designing, formula ng and establishing credit agreements with small
businesses, based on the mandatory provisions in OJK SE No. 13/SEOJK.07/2014 about Standard
Agreement. The credit agreement must not contain the exonera on clause in the form of the transfer of
bank liabili es to customers, and express authoriza on from the customer to the bank, either directly or
indirectly shall not contain clauses that have indica ons of abuse situa on. Applica on of the principle
balance of the par es in implemen ng the credit agreement have been agreed in good faith, as the

* Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran, Jl. Dipa Ukur 35 Bandung, email: etmul21@gmail.com.

36
E y Mulya
Asas Keseimbangan pada Perjanjian Kredit Perbankan dengan Nasabah Pelaku Usaha Kecil 37

applica on of the principle of jus ce and fairness banned contains a clause sta ng that the customer is
subject to the new regula ons, addi onal, secondary and changes made unilaterally by the bank. The
contents of credit agreement need not be complicated, use the Indonesian language simple sentence
adjusted to the type of credit, given the characteris cs of small businesses.

Keywords: principle, agreement, standard, credit, small business.

Pendahuluan Untuk mengatasi hambatan kekurangan


Kredit merupakan salah satu kegiatan usaha modal untuk kegiatan usahanya, usaha kecil meng-
bank dalam penyaluran dana kepada masyarakat, akses pembiayaan melalui perbankan, khususnya
sebagai lembaga intermediasi harus dapat men- kredit perbankan. Pelaku usaha kecil dengan karak-
jalankan fungsinya dengan baik dan maksimal. teris knya yang sedikit menyulitkan itu, karena
Disamping itu berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang sangat memerlukan dana untuk pengembangan
No. 7 Tahun 1992 sebagaimana di ubah dengan usahanya sehingga menyetujui apa yang diper-
Undang-undang No. 10 Tahun 1998 selanjutnya di janjikan dalam perjanjian kredit menerima saja
sebut UU Perbankan, perbankan Indonesia ber- syarat-syarat yang diberikan oleh pihak Bank
tujuan menunjang pelaksanaan pembangunan walaupun hal itu sangat memberatkan, karena jika
nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, dak demikian pelaku usaha kecil dak akan men-
pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional dapatkan pinjaman kredit.
kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Pemberian kredit dari bank kepada nasabah
Pemberian kredit membantu masyarakat semakin debitur didasarkan pada perjanjian kredit, per-
berkembang khususnya pada sektor riil yang janjian kredit berisi kesepakatan tentang hak dan
diusahakan oleh pengusaha kecil, dan akan men- kewajiban masing-masing pihak antara bank
ciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat se- dengan nasabah debitur, yang akan menjadi
hingga kesejahteraan masyarakat akan meningkat. undang-undang bagi para pihak yang mem-
Beberapa karakteris k yang paling melekat buatnya. Asas ini membentuk suatu hubungan
pada sebagian besar usaha kecil antara lain, konraktual serta meletakan hak dan kewajiban ter-
rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) hadap para pihak sesuai dengan yang disepaka
sehingga berpengaruh terhadap manajemen bersama. Dalam prak k perbankan perjanjian
pengelolaan usahanya, rendahnya produk fitas kredit di buat secara tertulis dan dalam bentuk
dan kualitas barang yang dihasilkan kurang perjanjian baku.
kompe f. Umumnya usaha kecil tumbuh secara Perjanjian baku sudah lama digunakan dalam
tradisional, kurangnya inovasi dan sulit dalam berbagai kontrak, penggunaan perjanjian baku ber-
mengadopsi teknologi baru, serta sulitnya akses kaitan erat dengan kemajuan dibidang ekonomi
pemasaran ke pasar yang potensial. Terutama yang menuntut efisiensi dalam pengeluaran biaya,
sekali kendala yang dihadapi usaha kecil adalah waktu dan tenaga. Perjanjian baku merupakan
lemahnya struktur permodalan dan kurangnya perjanjian yang syarat-syaratnya dibakukan atau
akses untuk menguatkan struktur modal tersebut. ditentukan oleh salah satu pihak saja, sedangkan
Jurnal Bina Mulia Hukum
38 Volume 1, Nomor 1, September 2016

pihak lainnya hanya dapat menyetujuinya saja. Disamping itu ada pula klausula dalam per-
Secara ekonomi penggunaan klausula baku dalam janjian kredit yang dak mencerminkan asas
perjanjian baku mempunyai keuntungan prak s, keadilan: “…..Provisi dan biaya2 lain dak dapat di
mengurangi negosiasi yang bertele-tele dan peng- minta kembali oleh debitur sekalipun fasilitas
hematan biaya, namun secara hukum memberi kredit dak jadi dipergunakan….” Dan perjanjian
kedudukan yang dak seimbang bagi para pihak kredit yang memuat klausula eksonerasi/eksemsi
karena salah satu pihak biasanya terpaksa me- antara lain: “….. dan biaya-biaya lain yang mbul
nerima persyaratan yang sudah dibakukan oleh karena dan untuk pelaksanaan perjanjian kredit
pihak lain. dan lain-lain yang terkait dengan perjanjian kredit
Adanya ke dakseimbangan kedudukan para ini ….”
pihak dalam suatu perjanjian, sering menyebabkan Permasalahan yang akan dianalisis dalam
pihak yang kedudukan lebih rendah akan meng- tulisan ini adalah mengenai bagaimana bank
alami keadaan yang kurang menguntungkan. Ke- menerapkan asas keseimbangan dalam pem-
dakseimbangan dalam perjanjian dapat diman- buatan perjanjian kredit dengan pelaku usaha kecil.
faatkan oleh pihak yang dominan, yang menga-
kibatkan pihak bank memiliki potensi untuk Pembahasan
melakukan penyalahgunaan keadaan misalnya Penerapan Asas Keseimbangan, Keadilan, dan
dalam perjanjian kredit memuat klausula ekso- Kewajaran dalam Pembuatan Perjanjian Kredit
nerasi/eksemsi berupa menambah hak dan/atau Perbankan dengan Pelaku Usaha Kecil
mengurangi kewajiban bank, atau mengurangi hak Pelaku usaha kecil terdapat dalam se ap
dan/atau menambah kewajiban nasabah debitur. sektor ekonomi, sehingga paling berperan ter-
Ada berbagai klausula dalam perjanjian kredit hadap perkembangan perekonomian nasional. Di
antara bank dengan pelaku usaha kecil dalam Indonesia UMKM telah menjadi bagian pen ng
prak k yang dak mencerminkan asas kesi- dari sistem perekonomian di Indonesia. Hal ini di-
mbangan antara lain adalah: “…..Bank berhak dan karenakan UMKM merupakan unit-unit usaha yang
dengan ini diberi kuasa oleh debitur, untuk lebih banyak jumlahnya dibandingkan usaha
sewaktu-watu tanpa persetujuan debitur untuk industri berskala besar dan memiliki keunggulan
mendebet rekening tabungan/giro dan atau dalam menyerap tenaga kerja lebih banyak dan
rekening-rekening lainnya milik debitur yang ada juga mampu mempercepat proses pemerataan
pada bank untuk pembayaran utang…”. Isi klausula sebagai bagian dari pembangunan.¹
tersebut menunjukan bahwa bank diberi ke- Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20
kuasaan yang luas untuk mendebet rekening milik Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil Dan
debitur. Kemudian ada klausula yang menyatakan: Menengah yang dimaksud dengan: Usaha Kecil
“….Besarnya bunga, jadwal angsuran, denda dan adalah usaha ekonomi produk f yang berdiri
biaya-biaya lain dapat berubah sewaktu-waktu sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau
sesuai dengan ketetapan bank ….” klausula badan usaha yang bukan merupakan anak
tersebut debitur dinyatakan mengiku ketentuan perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang
yang akan ditentukan kemudian oleh bank. dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik lang-

¹ Dewi Anggraini dan Syahrir Hakim Nasu on,“Peranan Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi Pengembangan”, Jurnal Ekonomi dan
Keuangan Vol. 1, No. 3, Februari 2013, hlm. 106.
E y Mulya
Asas Keseimbangan pada Perjanjian Kredit Perbankan dengan Nasabah Pelaku Usaha Kecil 39

sung maupun dak langsung dari usaha menengah hanya dalam perjanjian baku melarang memuat
atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha klausula eksonerasi/eksemsi yaitu yang isinya
Kecil. Kriteria usaha kecil yaitu memiliki kekayaan menambah hak dan/atau mengurangi kewajiban
bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta bank, atau mengurangi hak dan/atau menambah
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp kewajiban nasabah debitur. Disamping itu dilarang
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dak memuat klausula yang dapat menimbulkan
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau penyalah-gunaan keadaan yaitu suatu kondisi
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp dalam Perjanjian Baku yang memiliki indikasi pe-
300.000.000,00 ( ga ratus juta rupiah) sampai nyalahgunaan keadaan. Misalnya terhadap kondisi
dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua ini bank memanfaatkan kondisi Debitur yang
milyar lima ratus juta rupiah). mendesak karena kondisi tertentu atau dalam
Usaha Kecil memiliki krakteris k yang berbeda keadaan darurat dan secara sengaja atau dak
dengan usaha lain dalam sejumlah aspek, termasuk sengaja bank dak menjelaskan manfaat, biaya dan
aspek orientasi pasar, sistem organisasi dan mana- risiko dari produk dan/atau layanan yang di-
jemen yang diterapkan di dalam usaha, mekanisme tawarkan.
dalam proses produksi, sumber-sumber dari Se ap perjanjian, khususnya perjanjian kredit
bahan-bahan baku, modal dan lokasi usaha.² antara bank dengan nasabah wajib menerapkan
Berdasarkan karakteris k tersebut Usaha Kecil me- asas-asas dalam perjanjian. Terkait dengan SE OJK
miliki kelemahan-kelemahan yang menimbulkan tentang perjanjian baku, bank wajib menerapkan
permasalahan dalam mengembangkan usahanya, asas keseimbangan dalam perjanjian kredit. Asas
secara umum masih menghadapi permasalahan keseimbangan adalah asas yang menghendaki
klasik yaitu rendahnya produk vitas. Keadaan ini kedua belah pihak memenuhi dan melaksanakan
secara langsung berkaitan dengan rendahnya perjanjian yang telah disepaka . Kreditur memiliki
kualitas sumber daya manusia khususnya dalam kekuatan untuk menuntut prestasi dan jika
manajemen, organisasi, teknologi, dan pemasaran. diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi
Permodalan merupakan faktor utama yang di- melalui kekayaan debitur, tetapi kreditur juga
perlukan untuk mengembangkan suatu unit usaha. mempunyai beban untuk melaksanakan perjanjian
Kurangnya permodalan karena pada umumnya itu dengan i kad baik. Disini dapat terlihat bahwa
usaha kecil merupakan usaha perorangan atau kedudukan kreditur yang kuat diimbangi dengan
perusahaan yang sifatnya tertutup, yang me- kewajibannya untuk memperha kan i kad baik
ngandalkan modal dari si pemilik yang jumlahnya sehingga kedudukan kreditur dan debitur menjadi
sangat terbatas. seimbang. Kedudukan bank yang dominan di
Dalam pembuatan perjanjian kredit dengan bandingkan dengan kedudukan nasabah pelaku
nasabah debitur pelaku usaha kecil, bank harus usaha kecil, maka i kad baik sangat di perlukan
memenuhi asas keseimbangan, keadilan, dan dalam melaksanakan perjanjian kredit oleh bank
kewajaran, sebagaimana di atur dalam SE OJK hal ini bertujuan untuk menghindari hal-hal yang
tentang perjanjian baku. Tidak ada penjelasan dapat mengarah pada ke dakadilan. I kad baik
secara spesifik mengenai penerapan asas tersebut, sebagaimana Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata, bahwa

² Tulus T.H.Tambunan, UMKM di Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta: 2009,hlm 4.


Jurnal Bina Mulia Hukum
40 Volume 1, Nomor 1, September 2016

suatu perjanjian harus didasari i kad baik, ar nya Hakikat dari keadilan adalah dipenuhinya
pelaksanaan suatu perjanjian itu harus didasarkan segala sesuatu yang merupakan hak dan kewajiban
pada norma kepatutan atau sesuatu yang dirasakan dalam hubungan hidup kemanusiaan. Hal ini
sesuai dengan yang patut dalam masyarakat. didasarkan pada konsep yang mendasari keadilan
Penerapan asas keseimbangan dalam per- yaitu keseimbangan antara hak dan kewajiban.³
janjian kredit dijabarkan dalam perumusan hak dan Asas keadilan menuntut ndakan secara propo-
kewajiban para pihak, sebagai indikator penentu sional, sesuai, seimbang, selaras dengan hak se ap
penjabarannya tampak pada posisi seimbang orang, sedangkan asas kewajaran menekankan
antara hak dan kewajiban masing-masing pihak agar bank memperha kan nilai-nilai yang berlaku
dalam perjanjian kredit. Keseimbangan para pihak di tengah masyarakat, baik itu berkaitan dengan
hanya akan terwujud apabila para pihak berada moral, adat is adat. Dalam menerapkan asas
pada posisi yang sama kuat, namun Bank sebagai keadilan dan kewajaran, perjanjian kredit di larang
pihak yang dominan sedangkan nasabah pelaku memuat klausul yang isinya menyatakan bahwa
usaha kecil sebagai pihak yang lemah kese- nasabah debitur tunduk pada peraturan baru,
imbangan sulit terwujud. Dengan demikian OJK tambahan, lanjutan dan/atau perubahan yang di-
sebagai pengatur dan pengawas perbankan se- buat secara sepihak oleh bank.
harusnya campur tangan dalam pembuatan Ke ka merancang, merumuskan, mene-
perjanjian kredit, dimana perjanjian kredit di buat tapkan, perjanjian kredit dalam bentuk baku, bank
oleh bank harus di ketahui dan disetujui oleh OJK wajib mendasarkan pada ketentuan mengenai
serta menentukan klausula tertentu yang harus pelarangan memuat klausul yang menyatakan
dimuat atau dilarang dalam suatu perjanjian kredit pengalihan tanggung jawab; pemberian kuasa dari
khususnya dengan pelaku usaha kecil. nasabah kepada bank, baik secara langsung
Bank memberikan kredit kepada pelaku usaha maupun dak langsung, untuk melakukan segala
kecil di dasari tujuan ingin mengembangkan usaha ndakan sepihak atas barang yang diagunkan oleh
kecil yang membutuhkan tambahan modal untuk nasabah, kecuali ndakan sepihak tersebut
pengembangan usaha. Bank memberikan per- dilakukan berdasarkan peraturan perundang-
ha an yang lebih besar pada golongan ekonomi undangan; menyatakan bahwa nasabah tunduk
lemah atau pengusaha kecil dalam rangka mening- pada peraturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau
katkan taraf hidup rakyat banyak dengan mem- perubahan yang dibuat secara sepihak oleh bank
fasilitasi permodalan bagi usaha kecil melalui kredit dalam masa nasabah memanfaatkan kredit per-
perbankan, dengan bunga yang rendah dan per- bankan; menyatakan bahwa nasabah memberi
syaratan yang mudah sehingga dak memberatkan kuasa kepada bank untuk pembebanan hak
para pelaku usaha. Hal ini sesuai dengan tujuan tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan atas per-
perbankan yaitu menunjang pelaksanaan pem- janjian kredit dimanfaatkan oleh nasabah secara
bangunan nasional dalam rangka meningkatkan angsuran.
pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas Format perjanjian kredit sebagai perjanjian
nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat baku yang diatur dalam SE OJK tentang perjanjian
banyak. baku adalah bahwa perjanjian kredit yang memuat

³ Abdulkadir, Pancasila, Pustaka Ashari, Jakarta: 2005, hlm 40.


E y Mulya
Asas Keseimbangan pada Perjanjian Kredit Perbankan dengan Nasabah Pelaku Usaha Kecil 41

hak, kewajiban dan persyaratan yang mengikat Bank dalam merancang, merumuskan, dan
nasabah secara hukum, wajib menggunakan huruf, menetapkan perjanjian kredit khususnya dengan
tulisan, simbol, diagram, tanda, is lah, frasa yang pelaku usaha kecil, wajib mendasarkan pada
dapat dibaca, dan/atau kalimat yang sederhana ketentuan sebagaimana yang diatur dalam SE OJK
dalam Bahasa Indonesia yang mudah dimenger Nomor. 13/SEOJK.07/2014 Tentang Perjanjian
oleh nasabah. Bank wajib memberikan penjelasan Baku. Perjanjian kredit dilarang memuat klausula
yang belum dipahami oleh nasabah, baik secara eksonerasi/eksemsi yang menyatakan pengalihan
tertulis di dalam perjanjian kredit, maupun secara tanggung jawab atau kewajiban bank kepada
lisan sebelum menantandatangani perjanjian nasabah debitur, serta menyatakan pemberian
kredit, apabila nasabah menemukan ke dak- kuasa dari nasabah debitur kepada bank, baik
jelasan. secara langsung maupun dak langsung dan di-
Dalam perjanjian kredit wajib memuat per- larang memuat klausula yang memiliki indikasi
nyataan sebagai berikut: “perjanjian ini telah penyalahgunaan keadaan.
disesuaikan dengan ketentuan peraturan per- Isi perjanjian kredit antara bank dengan pe-
undang-undangan termasuk ketentuan peraturan laku usaha kecil dengan menggunakan bahasa
Otoritas Jasa Keuangan”, ar nya se ap perjanjian Indonesia dan kalimat yang sederhana serta di
kredit yang di buat oleh bank sudah di perbaiki dan sesuaikan dengan jenis kredit yang diberikan,
diperbaharui serta disesuaikan dengan ketentuan mengingat karakteris k dari pelaku usaha kecil
yang di keluarkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tersebut. Penerapan asas keseimbangan para pihak
dengan menerapkan asas keseimbangan, keadilan, dalam perjanjian memenuhi dan melaksanakan
dan kewajaran. perjanjian kredit yang telah disepaka dengan
Bank yang melanggar ketentuan Peraturan i kad baik, sedangkan dalam menerapkan asas
Otoritas Jasa Keuangan dikenakan sanksi admi- keadilan dan kewajaran, perjanjian kredit di larang
nistra f, antara lain berupa: Peringatan tertulis; memuat klausul yang isinya menyatakan bahwa
Denda yaitu kewajiban untuk membayar sejumlah nasabah debitur tunduk pada peraturan baru,
uang tertentu; Pembatasan kegiatan usaha; Pem- tambahan, lanjutan dan/atau perubahan yang di-
bekuan kegiatan usaha; dan Pencabutan izin buat secara sepihak oleh bank.
kegiatan usaha. Untuk mewujudkan keseimbangan perjanjian
kredit yang telah dibuat bank untuk pelaku usaha
Penutup kecil disarankan harus diketahui dan di setujui oleh
Untuk menciptakan keseimbangan hak dan ke- OJK. Bank sebaiknya memberikan waktu yang
wajiban dari para pihak dalam hal ini bank dan cukup bagi nasabah untuk membaca dan me-
nasabah pelaku usaha kecil sebagai debitur, per- mahami perjanjian kredit sebelum menanda-
janjian kredit perlu memuat asas keseimbangan, tanganinya. Isi perjanjian kredit antara bank
keadilan, dan kewajaran yang merupakan pe- dengan pelaku usaha kecil dak perlu rumit-rumit,
doman serta menjadi rambu dalam mengatur dan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan
membentuk perjanjian kredit yang akan dibuat kalimat yang sederhana serta di sesuaikan dengan
sehingga pada akhirnya akan menjadi perikatan jenis kredit yang diberikan, mengingat karakteris k
yang berlaku bagi para pihak, yang dapat dipak- dari pelaku usaha kecil tersebut.
sakan pelaksanaan atau pemenuhannya.
Jurnal Bina Mulia Hukum
42 Volume 1, Nomor 1, September 2016

Da ar Pustaka Hilman Tisnawan, “Akta Oten k dalam Pembuatan


Buku Perjanjian Kredit”, Januari 2010, Volume 8,
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, Nomor 1, Bule n Hukum Perbankan dan
Rajawali Pers, Jakarta: 2012. Kebanksentralan.
Riduan Syahrani, Seluk beluk dan Asas-asas Hukum R.M. Panggabean, “Keabsahan Perjanjian dengan
Perdata, PT. Alumni, Bandung: 2006. Klausul Baku”, Jurnal Hukum No. 4 Vol. 17
Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Oktober 2010.
Perlindungan yang Seimbang Bagi Para Pihak
Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Peraturan Perundang-undangan
Pustaka Utama Grafi , Jakarta: 2009. Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Tulus T.H.Tambunan, UMKM di Indonesia, Ghalia Undang-undang No. 7 Tahun 1992 sebagaimana di-
Indonesia, Jakarta, 2009. ubah dengan Undang-undang No.10 Tahun
1998 tentang Perbankan.
Jurnal Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Dewi Anggraini dan Syahrir Hakim Nasu on, Mikro Kecil Menengah (UMKM).
“Peranan Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No. 13/SEOJK.
Pengembangan”, Jurnal Ekonomi dan Ke- 07/2014 Tentang Perjanjian Baku
uangan Vol. 1, No. 3, Februari 2013.
H.Akh.Munif, “Kontrak Standard Dalam Perjanjian
Sewa Beli Rumah Dan Akibat Hukumnya,
Jurnal Yus a Volume 8, No.1, Nop 2008.

Anda mungkin juga menyukai