PEMBAHASAN
2
membentuk duktus laktiferosa utama menuju puting payudara. Duktus
laktiferosa melebar membentuk ampula atau sinus, tepat di dasar puting
payudara dan terbuka ke eksterior melalui duktus ejektorius.
Puting payudara dikelilingi oleh areola, suatu daerah berfigmen yang
ukurannya bervariasi, yang bertambah gelap saat hamil serta kaya akan
pasokan pembuluh darah dan serat saraf sensorik. Disekitar puting payudara
terdapat tuberkel Montgomeri-kelenjar sebasae yang mengalami hipertrofi
dan menjadi menonjol saat hamil, menghasilkan pelumas dan memberi
perlindungan. Pemakaian sabun dalam jumlah besar dapat meningkatkan
resiko kerusakan puting payudara, terutama kekeringan dan retak. Kepekaan
puting payudara dan daerah disekitarnya sangat meningkat segera setelah
persalinan. Pengisapan menyebabkan influks impuls saraf averen ke
hipotalamus yang mengontrol laktasi dan perilaku ibu.
Setiap lobus mengandung 20-40 lobulus, yang masing-masing
mengandung 10-100 alveolus, satuan fisiologis glandular. Sel alveolus
berbentuk kuboid pada payudara non hamil dan berubah mencolok untuk
memperlihatkan karakteristik sekretrorik penuh selama masa menyusui. Sel
alveolus mengeluarkan susu ke dalam lumen duktus halus. Sel sekretrorik
dikelilingi oleh sel mioepitel (kontraktil) peka-oksitosin, yang penting dalam
penyemprotan (ejeksi) air susu. Duktus juga dikelilingi oleh sel kontraktil yang
membuka duktus secara lebar sewaktu terjadi reflek penyemprotan susu
untuk membantu memperlancar aliran ASI.
3
B. Fisiologi Payudara dan Laktasi
Laktasi dapat dianggap terdiri atas dua fase: laktogenesis, inisiasi laktasi,
dan galaktopoiesis, pemeliharaan sekresi air susu. Inisiasi laktasi berkaitan
dengan penurunan estrogen, progestron, dan mungkin hPL dari sirkulasi ibu
saat persalinan. Dua hormon terpenting yang berperan dalam laktasi adalah
prolaktin, yang merangsang produksi air susu,dan oksitosin, yang berperan
dalam penyemprotan (ejeksi) susu.
Prolaktin Oksitosin
Sumber Kelenjar hipofisis anterior Kelenjar hipofisis posterior
(tetapi disintesis di
hipotalamus)
Pengendali utama Pengangkatan inhibisi Jalan saraf
dopamine
Faktor modulasi Secara positif dirangsang Neurotransmiter
oleh estrogen, TSH, VIP
Respons puncak 30 menit 30 detik
Rangsangan Pengisapan Pengisapan, mendengar,
melihat, atau memikirkan
bayi
Sel sasaran Sel alveolus Sel mioepitel
Efek Sintesis usus Penyemprotan susu
4
menyebabkan pelepasan prolaktin dari sel hipofisis anterior. Sekresi
prolaktin dimodifikasi oleh estrogen dan TSH. Penelitian pada tikus
membuktikan bahwa VIP, yang dibebaskan dari kelenjar hipofisis,
merupakan faktor pembebas prolaktin yang kuat dan memengaruhi aliran
darah payudara. Banyaknya sinyal yang memengaruhi pembebasan prolaktin
menunjukkan bahwa terdapat sumbu neuroendokrin yang kompleks (ben-
Jonathan, Laudon,& Garris, 1991). Endorfin beta menghambat inhibisi
dopamin atas prolaktin dan MSH merangsang pembebasan prolaktin dengan
menurunkan ambang laktotrof (Porter et al, 1994).
Kadar prolaktin mulai meningkat dalam 10 menit setelah pengisapan,
memuncak sekitar 30 menit setelah stimulasi awal, kemudian secara
progresif turun ke kadar basal dalam 3 jam. Penundaan sekresi prolaktin
setelah pengisapan ini menghasilkan konsep bahwa peningkatan prolaktin
merupakan “pesanan untuk makanan berikutnya”. Stimulasi aerola
merupakan hal penting bagi pelepasan prolaktin;tekanan negatif saja belum
memadai dan denevarsi puting payudara mencegah pengeluaran prolaktin
sebagai respons terhadap stimulasi payudara.
Kadar prolaktin turun mendadak sekitar 2 jam sebelum persalinan,
kemudian secara drastis pulih. Fluktuasi dalam kadar prolaktin ini mungkin
berkaitan dengan perubahan konsentrasi estrogen. Kadar prolaktin
tampaknya penting untuk memulai laktasi, tetapi kadar hormon ini jauh
berkurang setelah 6 minggu dengan kecepatan yang bergantung pada
frekuensi dan lama pengisapan (johnston & Amico,1986). Kadar puncak
prolaktin sebagai respons terhadap pengisapan juga turun secara progresif.
Prolaktin dilepaskan secara berdenyut (pulsatile). Tampak irama sekresi
prolaktin yang diurnal, dengan kadar dalam darah lebih tinggi saat tidur.
Hubungan kuantitatif pasti antara kadar prolaktin dan produksi susu tidak
jelas. Pada masa nifas dini ,bromokriptin, suatu agonis reseptor dopamin D2 ,
menyebabkan penurunan kadar prolaktin dan menghilangkan sekresi susu.
Penghambat reseptor dopamin (misalnya metoklopramid,
haloperidol,domperidon dan sulpirid) meningkatkan kadar prolaktin dan
produksi susu. Dopamin berkaitan dengan reseptor di hipofisis dan
mengalami internalisasi yang menyebabkan peningkatan penguraian
5
prolaktin di dalam granula sekretorik. Namun, wanita yang sudah diopersi
hipofisisnya dan kadar prolaktinnya tepat di atas kadar nonhamil dapat
menyusui bayinya. Bukti- bukti tampaknya mengisyarakatkan bahwa
diperlukan suatu kadar prolaktin ambang tetapi kemudian tidak terdapat
korelasi antara kadar prolaktin dan produksi susu (Howie et al ,1980)
Prolaktin berikatan dengan reseptor di sel aveolus sekretorik, bekerja di
beberapa tempat untuk meningkatkan sintesis beberapa komponen susu,
termasuk kasein, laktalbumin, dan asam lemak. Selama kehamilan,
mitokondria berproliferasi dan aparatus biosintetik sel,retikulum endoplasma
dan badan Golgi, mengalami perkembangan.
- Biosintesis susu
Sel sekretorik alveolus membuat atau mengekstraksi komponen susu,
yang kemudian disekresikan ke dalam lumen alveolus. Sel disatukan di dekat
permukaan apikal mereka oleh taut-taut erat. Membran plasma di bagian
apeks memiliki permukaan yang halus dengan sedikit mikrovilus dan berbeda
dari membran basal yang berlipat-lipat, yang mempermudah penyerapan
substrat, misalnya asam amino,glukosa, asetat, dan lemak dari ruang
ekstrasel. Protein,lemak, dan laktosa disintesis di sel dan dikemas ke dalam
vesikel. Vesikel ini bergerak ke apeks sel tempat berlangsungnya
eksositosis.
Komposisi makan ibu dapat memengaruhi komponen air susu, terutama
zat yang mengalir dari darah ke susu hanya dengan sedikit modifikasi oleh
sel alveolus, misalnya lemak. Butir – butir lemak disekresikan oleh suatu
mekanisme apokrin, yaitu butir-butir tersebut dibungkus oleh membran sel.
Air,elektrolit, dan konstituen larut-air berdifusi menembus membran alveolus
melalui pori-pori sehingga makanan ibu dapat tercemin di dalamnya, atau
disalurkan oleh sistem transportasi aktif. Kalsium, asam amino, glukosa,
magnesium dan natrium diangkut secara aktif. Sel darah yang besar
mengikuti rute parasel, menyelinap di antara sel alveolus.
- Oksitosin
6
oksitosin. Oksitosin merangsang sel miopitel sehingga kantung alveolus
tertekan, tekanan meningkat, dan duktus memendek dan melebar. Walaupun
sekresi oksitosin berada di bawah reflex neuroendokrin yang serupa dengan
yang terjadi pada prolactin, secara fisiologis hormone ini independen.
Sintesis oksitosin di hipotalamus, dan pembebasannya dari lobus posterior
kelenjar hipofisis, meningkat sebagai respon terhadap tindakan memegang
bayi, mendengar tangisannya, atau membayangkan sedang menyusui seta
stimulasi taktil pada putting payudara. Oksitosin dibebaskan dalam letupan
singkat yang berlangsung kurang dari 1 menit sebagai respon terhadap
rangsangan. Umumnya, respon terbesar adalah terhadap bayi yang
menangis sebelum minum sehingga pelepasan maksimum oksitosin mungkin
terjadi sebelum pengisapan dimulai. Di antara menyusui, terjadi pelepasan
oksitosin secara berdenyut mungkin sebagai respon terhadap tangisan bayi
lain atau bayangan sekilas bayi. Tidak seperti sekresi prolactin, reflex
penyemprotan susu dapat dikondisikan seperti yang diperlihatkan oleh petani
susu yang memukul mukul embel ember mereka untuk merangsang
pengeluaran oksitosin dan susu yang banyak. Demikian juga, tangisan bayi
sering dapat memicu sekresi oksitosin yang merupakan alasan perawatan
rooming in (tidur dekatdengan tempat tidur ibu) sering menyebabkan
keberhasilan menyusui.
Reflex ejeksi susu sangat peka terhadap inhibisi oleh stress fisik dan
psikologis, misalnya emosi, rasa lelah, rasa malu, dan rasa khawatir. System
limbic, yang mengoordinasikan respons tubuh terhadap emosi, berperan
dalam pengeluaran oksitosin. Mekanismenya mungkin berupa inhibisi
pengeluaran oksitosin oleh katekolamin serta vasokontriksi adrenergic
pembuluh dara payudara yang membatasi akses oksitosin ke sel mioepitel.
Wanita yang mengalami masalah dalam aliran ASI nya sering terbantu oleh
penutupan payudara dengan handuk hanga yang tampaknya membantu
aliran darah dan akses oksitosin.
Yang mengejutkan, denervasi kelenjar mamaria pada hewan percobaan
tampaknya tidak banyak berefek pada produksi susu. Hal ini mengisyaratkan
bahwa jalur saraf aferen mungkin tidak terlalu penting seperti interaksi
neurotransmitter. Transmitter yang diperkirakan berperan megendalikan
7
reflex penyemprotan susu adalah noradlenalin, beta endorphin, serotonin,
dan dopamine. Seperti pada control sekresi prolactin, banyaknya factor yang
memengaruhi sekresi oksitosin mengisyaratkan bahwa jalur tersebut jauh
lebih rumit daripada semula diperkirakan. Stimulasi pada saluran reproduksi
wanita, terutama vagina dan serviks, meningkatkan pelepasan oksitosin
sehingga sewaktu koitus dapat keluar dari payudara.
Oksitosin berikatan dengan reseptor spesifik di sel mioepitel di sekitar sel
penghasil susu dan dengan sel longitudinal di dinding duktus. Kontraksi sel
mioepitel menyebabkan pengeluaran susu ke dalam duktus, yang memendek
karena sel longitudinal berkontraksi. Kontraksi yang dipicu oleh oksitosin
menimbulkan gelombang tekanan di dalam payudara dan bertanggung jawab
menimbulkan sensasi tertusuk-tusuk yang timbul sewaktu menyusui. Apabila
reflex penyemprotan susu sudah terbentuk, susu dapat secara spontan
disemprotkan dari kedua payudara.
Denyut sekresi oksitosin meningkat dalam amplitudnya selama
persalinan dan berperan dalam penguatan umpan alik positif. Oksitosin
berkaitan dengan perubahan perilaku ibu dan peningkatan kewaspadaan
selama persalinan. Sekresi oksitosin yang berdenyut yang dipicu oleh
menyusui menimbulkan efek pada uterus, yaiu merangsang kontrksi dan
involusi uterus. Kontraksi ini, atau after pains, terasa semakin kuat oleh
wanita multipara. Wanita yang tidak ingin menyusui bayinya mungkin merasa
perubahan-perubahan fisiologis pada payudaranya saat persalinan tidak
mengeakan.
8
b. Penghisapan nonnutritif kemudian mulai secara bertahap menggantikan
penghisapan nutritive seiring dengan progesi menyusui. Penghisapan
tipe ini ditandai oleh penghisapan ringan cepat yang berselang seling
dengan istirahat.
Diperkirakan pola penghisapan jempol mencermikan kedua tipe
tersebut. Bayi yang menysui memiliki dua irama penghisapan jempol
berbeda dan cenderung memasukan pangkal jempol ke dalam mulutnya.
Walaupun penghisapan nonnutritive tidak banyak menyebabkan
pemindahan susu, penghisapan ini tetap efektif untuk merangsang
pelepasan oksitosin sehingga tetap penting untuk keberhasilan
menyusui.
Jumlah susu yang dihasilkan bervariasi, ibu dapat meghasilkan
tambahan susu untuk disimpan mengisyaratkan bahwa kapasitas sintetik
payudara melebihi kebutuhan normal bayi. Bayi yang diberi minum
sesukanya akan mengkonsumsi susu dalam jumlah berbeda-beda
dengan waktu yang berbeda-beda. Pendapat bahwa bayi yang
menentukan produksi susu melalui control local ditunjang oleh kolerasi
erat antara derajat pengosongan payudara dan kecpatan pembentukan
susu. Sebagian wanita menyusui secara eksklusif dari satu payudara
(dan sama sekali tidak dari payudara yang lain). Factor auokrin yang
mampu mengatasi pengendalian hormone sentral pertama kali ditemukan
di kambing dan disebut factor inhibiting lactation (FIL). Protein factor
inhibitorik ini juga ditemukan dalam fraksi whey ASI. Factor ini disekresi
dari sel alveolus dan menumpuk di susu. Factor ini menghambat
pengeluaran laktosa, mungkin mungkin dengan menghambat kerja
prolaktin sehingga merupaka mekanisme untuk menyesuaikan pasokan
dengan kebutuhan. Apabila susu tidk dikeluarkan dari payudara,
konsentrasi factor meningkat dan menghambat kerja prolactin sehingga
kecepatan sintesis susu berkurang. Hal ini membantu menjelaskan
mengapa asupan makanan ibu relative tidak banyak berpengaruh pada
jumlah susu yang dihasilkan.
- Involusi
9
Setelah berhenti menyusui, involusi berlangsung sekitar 3 bulan.
Susu menumpuk di alveolus dan duktus laktiferosa halus, yang
menyebabkanperegangan dan atrofi mekanis sel epitel dan rupture
dinding alveolus sehingga terbentuk ruang-ruang besar. Dengan
demikian, sekresi susu ditekan oleh factor mekanis local,bukan oleh
berkurangnya kadar prolactin. Fagositosis sel dan debris kelenjar
menyebabkan struktur lobules asinus menjadi lebih sedikit dan lebih kecil.
Lumen alveolus semkin menciut dan mungkin menghilang. Lapisan
alveolus berubah dari satu lapisan sekretorik menjadi lapisan ganda
nonsekretorik. Apabila menyusui dihentikan secara mendadak, proses
berlangsung lebih intensif dan nyeri. Payudara tetap lebih besar setelah
laktasi karena endapan lemak dan jaringan ikat meningkat. Involusi
setelah laktasi erbeda dengan atrofi structural dan hilangnya jaringan
lemak yang terjadi pada sel payudara pascamenopouse yang
kekurangan estrogen.
Komponen ASI
Air 87,8 %
Protein (Lactalbumin) 1,5 %
(Caseinogen) (60 %)
(40 % - soft curd)
CHO (Lactose) 7%
Fat 3,5 %
Mineral Salts 0,2 %
Vitamins Varles (low in vit K, low in vit D)
Kilojoules/100 ml 280
Immunoglobulins IgA, IgG, IgM + other protective factors :
i.e. lactoferrin
Kandungan dan komponen ASI (Fraser&Cooper, 2009)
10
a. Air
ASI mengandung air sebanyak 87.5%, oleh karena itu bayi yang
mendapat cukup ASI tidak perlu lagi mendapat tambahan air walaupun
berada di tempat yang mempunyai suhu udara panas. Kekentalan ASI
sesuai dengan saluran cerna bayi, sedangkan susu formula lebih kental
dibandingkan ASI. Hal tersebut yang dapat menyebabkan terjadinya
diare pada bayi yang mendapat susu formula.
b. Lemak dan asam lemak
c. Karbohidrat
11
meningkatkan penyerapan kalsium dan juga mendorong pertumbuhan
lactobacillus, yang meningkatkan keasaman usus sehingga dapat
mengurangi pertumbuhan organisme pathogen.
d. Protein
ASI mengandung lebih sedikit protein daripada air susu jenis mamalia
lain, dan hal ini menyebabkan tampilan ASI yang lebih bening. Bayi yang
diberi ASI lebih sedikit menghadapi masalah alergi daripada bayi yang
diberi susu formula. Hal ini mungkin disebabkan mukosa usus bayi
bersifat permeabel terhadap protein sebelum usia 6-9 bulan, sedangkan
protein dalam susu sapi bersifat alergen. Secara khusus, laktoglobulin
beta sapi, yang tidak memiliki unsur protein ASI, mampu menimbulkan
respon antigenic pada bayi atopic. Albumin serum sapi telah dikenali
sebagai pemicu terjadinya diabetes mellitus.
e. Vitamin
Semua vitamin yang dibutuhkan untuk gizi dan kesehatan yang baik
disuplai oleh ASI, dan meskipun jumlah yang ada beragam dari ibu yang
satu dengan ibu yang lainnya, tidak ada variASI normal yang
menimbulkan risiko pada bayi.
12
memenuhi kebutuhan vitamin D pada batasan rendah dari
kisaran normal. Namun, bayi dengan ibu berkulit gelap yang
tinggal di daerah yang beriklim sedang dan bayi premature dapat
berisiko mengalami kekurangan vitamin D. Jika dibutuhkan
suplemen, lebih aman memberikannya pada ibu menyusui.
Vitamin E. Meskipun vitamin ini terdapat dalam ASI, perannya
mASIh kurang jelas. Tampaknya vitamin ini mencegah oksidASI
asam lemak polyunsaturated dan mencegah beberapa jenis
anemia yang rentan dialami oleh bayi premature.
Vitamin K. Vitamin ini penting untuk sintesis factor pembekuan
darah. Vitamin ini terdapat dalam ASI dan diserap secara efisien.
Karena vitamin ini larut dalam lemak, konsentrASInya jauh lebih
besar dalam kolostrum dan hindmilk berlemak tinggi.
13
bioavailabilitas zat besi dalam ASI jauh lebih tinggi: 70% zat besi
dalam ASI dapat diserap, sedangkan hanya 10% jumlah zat besi
yang dapat diserap dalam susu formula. Perbedaan ini
disebabkan rangkaian interaksi kompleks yang terjadi di usus.
Bayi yang diberikan susu sapi segar atau susu formula dapat
mengalami anemia karena terjadinya perdarahan kecil di usus.
Kalsium. Kalsium lebih efisien diserap dari ASI dibanding susu
pengganti ASI karena perbandingan kalsium:fosfor ASI yang lebih
tinggi. Susu formula bayi, yang berasal dari susu sapi, tidak
terelakkan memiliki kandungan fosfor lebih tinggi daripada ASI,
dan dilaporkan meningkatkan resiko tetanus pada neonatus.
Zinc. Defisiensi mineral kelumit ini dapat menebabkan kegagalan
bertumbuh dan lesi kulit tipikal. Meskipun zinc lebih banyak
terdapat pada susu formula dibanding ASI, bioavailabilitasnya
lebih besar daripada ASI. Bayi yyang diberi ASI mampu
mempertahankan kadar zinc dalam plasma tetap tinggi dibanding
bayi yang diberi susu formula, bahkan meskipun konsentrASI zinc
yang terdapat didalamnya tiga kali lebih banyak daripada ASI.
g. Factor anti-infeksi
Leukosit. Selama 10 hari pertama, terdapat jumlah sel darah
putih per millimeter yang lebih banyak didalam ASI daripada
dalam darah. Makrofag dan neutrophil merupakan leukosit yang
paling banyak ditemukkan dalam ASI, dan leukosit tersebut
mengelilingi dan menghancurkan bakteri berbahayam lewat
aktifitas fagositik.
Imunoglobin. Ada lima tipe imunoglobin yang telah
teridentifikASI dalam ASI: IgA, IgG, IgM, IgE, dan IgD. Dari
semuanya yang paling penting adalah IgA, yang tampak
disintesis dan disimpan dalam payudara. Meskipun jumlah IgA
diserap oleh bayi, sebagian besar tidak diserap. Fungsi lainnya
adalah ‘melapis’ epitelium lambung dan melindungi permukaan
mukosa dari masuknya bakteri pathogen dan enterovirus. Selain
14
itu, memberi perlindungan terhadap Echerichia colli, salmonella,
shigela, streptokokus, stafilokokus, pneumokokus, poliovirus dan
rotavirus.
Lisozim, lisozim membunuh bakteri dengan cara merusak
dinding selnya. KonsentrASI lisozim meningkat seiring dengan
lamanya laktasi.
Laktoferin. Laktoferin berikatan dengan zat besi dalam usus
sehingga mencegah e.colli yang berpotensi pathogen
mendapatkan zat besi untuk bertahan hidup. Laktoferin juga
memiliki aktivitas antivirus (terhadap HIV, CMV, dan HSV),
dengan mengganggu penyerapan atau penetrASI virus, atau
keduanya.
Factor bifidus. Factor bifidus pada ASI menngkatkan
pertumbuhan bASIlus Gram positif yang terdapat didalam flora
usus, khususnya lactobacillus bifidus, yang melemahkan
perkembangbiakan pathogen. Bayi yang diberi susu formula yang
berasal dari susu sapi lebih berpotensi untuk mempunyai bASIlus
pathogen dalam flora ususnya.
Hormone dan factor pertumbuhan. Faktor pertumbuhan
epidermal dan factor pertumbuhan mirip-insulin adalah factor
pertumbuhan dan peptide pengatur yang ditemukan dalam ASI
dan kolostrum yang paling banyak diteliti. Factor tersebut
merangsang saluran pencernaan bayi agar sempurna lebih cepat,
dan memperkuat sifat sawar epitelium pencernaan. Ketika
membrane bocor yang melapisi usus telah sempurna, hal
tersebut cenderung menghambat keluarnya molekul besar dan
menjadi lebih tahan terhadap mikroorganisme. Waktu pemberian
susu pertama kali juga berdampak signifikan terhadap
permeabilitas usus, yang turun dengan nyata jika pemberian susu
pertama kali dilakukan segera setelah lahir.
15
2.2 Proses Laktasi dan Menyusui
16
Bayi yang mendapatkan ASI akan memiliki tumbuh kembang yang
baik. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan berat badan bayi dan kecerdasan
otaknya. Selain itu,dengan menghisap payudara, koordinasi saraf
menelan, menghisap dan bernafas yang terjadi pada bayi baru lahir
dapat lebih sempurna.
5. Mengurangi kejadian karies dentis
Insidensi karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh
lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI. Kebiasaan
menyusui dengan botol atau dot akan menyebabkan gigi lebih lama
kontak dengan dengan susu formula sehingga gigi menjadi lebih asam.
6. Mengurangi kejadian maloklusi
Penyebab maloklusi rahang adalah kebiasaan lidah yang mendorong
ke depan akibat menyusui dengan botol dan dot.
3. Aspek psikologis
17
Perasaan bangga dan dibutuhkan membuat ibu senantiasa
memperhatikan bayinya sehingga tercipta hubungan atau ikatan batin
antara ibu dan bayi.
Manfaat ASI dilihat dari aspek ekonomi adalah ASI tidak perlu dibeli,
mudah dan praktis, mengurangi biaya berobat (bayi yang diberi susu formula
sering mengalami diare). Manfaat ASI ditinjau dari aspek psikologis adalah
dengan memberikan ASI, maka kebahagiaan keluarga menjadi bertambah,
kejiwaan ibu baik dan tercipta kedekatan antara ibu, bayi dan anggota
keluarga.
18
Kesehatan ibu juga mempunyai peranan penting dalam pembentukan
ASI, terutama kesehatan emosi dan sikap. Ibu yang stress, cemas, nyeri dan
ragu akan menghambat/menghalangi reflek oksitosin.
Makan dan minum lebih banyak yang dikonsumsi ibu dalam masa
menyusui tidak dengan sendirinya meningkatkan produksi ASI. Dalam tubuh
terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan sewaktu-waktu
apabila diperlukan. Akan tetapi jika makanan ibu terus menerus tidak
mengandung cukup asupan zat gizi yang diperlukan oleh ibu ataupun
bayinya, tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat ASI tidak dapat
bekerja secara sempurna dan akhirnya dapat juga berpengaruh terhadap
produksi ASI.
19
Bagi ibu yang beera, menyusui tidak perlu dihentikan. Ibu bekerja
harus tetap memberikan ASI-nya dan jika memungkinkan bayi dapay
dibawa ketempat kerja. Apabila tidak memungkinkan, ASI dapat diperah
kemudian disimpan.
20
4. Jika tidak ada ruang untuk menyimpan boto ASI, sebaiknya ASI
jangan disimpan lebih dari 3x24 jam
5. ASI hasil pompa dapat disimpan dalam freezer bisa bertahan sampai
3 bulan. Namun, jangan menyimpan ASI dibagian pintu freezer
karena perubahan dan variasi suhu dan udara terbesar.
21
a. Membersihkan putting susu dengan air atau minyak sehingga epitel
yang lepas tidak menumpuk.
b. Putting susu dipjat setiap mandi sehingga menonjol untuk
memudahkan isapan abyi.
c. Bila putting susu belum menonjol dapat dibantu dengan pompa susu.
- Posisi dan perlekatan menyusui
Hal terpenting dalam posisi menyusui adalah posisi dimana ibu nyaman
dan merasa rileks. Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara
menyusui dapat dilakukan dengan duduk, berdiri, atau berbaring
22
7. Jika bayi sudah selesai menyusui, ibu mengeluarkan putting dari
mulut bayi dengan cara memasukan jari kelingking ibu diantara mulut
dan payudara.
8. Menyendawakan bayi dengan menyandarkan bayi di pundak atau
menelungkupkan bayi melintang kemudian menepuk-nepuk punggung
bayi.
23
4. Dagu bayi menempel pada payudara ibu
5. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih
banyak masuk
6. Hidung bayi mendekati atau hingga menyentuh payudara
7. Mulut bayi mencakup sebanyak mungkin areola, lingkar areola atas
terlihat lebih banyak bila disbanding dengan areola bawah.
8. Lidah bayi menopang putting dan areola bagian bawah
9. Bibir bawah bayi melengkung keluar.
10. Bayi tampak menghisap kuat dengan irama perlahan
11. Putting susu tidak merasa nyeri
12. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
13. Kepala bayi agak menengadah.
14. Bayi mengsihap kuat dan dalam secara perlahan, kadang disertai
dengan berhenti sesaat
- Latch On
- Let Down
Tanda-tanda dari refleks let-down berbeda antara satu sama lain. ASI
mulai keluar dari payudara yang tidak digunakan untuk meyusui.
Perasaan dan keluarnya air ASI ini merupakan tanda dari refleks let-
down.
Kram dan kontraksi uterus pada rahim karena hormone dalam refleks
let-down berupa oksitosin selain menstimulasi juga menyebabkan
kontaksi otot-otot rahim untuk itu, proses menyusi membantu rahim
24
untuk kembali ke ukuran awal sebelum melahirkan. Proses kram ini
merupakanproses normal dan salah satu tanda berhasilnya proses
menyusui. Rasa kram ini akan menghilang dalam satu minggu dan
selanjutnya.
25
e. Mengatasi puting susu datar atau terbenam supaya dapat dikeluarkan
sehingga siap untuk menyusui
Teknik perawatan payudara
a. Tempelkan kapas yang sudah diberi mnyak kelapa atau baby oil selama
kurang lebih 5 menit, kemudian puting susu dibersihkan
b. Tempelkan kedua telapak tangan di antara kedua payudara
c. Pengurutan dimulai ke arah atas, ke samping, lalu ke arah bawah.
Dalam pengurutan posisi tangan kiri ke arah sisi kiri, telapa tangan
kanan ke arah sisi kanan.
d. Pengurutan diteruskan ke bawah, ke sampng selanjutnya melintang, lalu
telapak tangan mengurut kedepan kemudian kedua tangan dilepaskan
dari payudara ulangi gerakan 20-30 kali
e. Tangan kiri menopang payudara kiri, lalu 3 jari tangan kanan membuat
gerakan memutar sambil menekan mulai dari pangkal payudara sampai
pada puting susu. Lakukan tahap yang sama pada payudara kanan
lakukan 2 kali gerakan pada tiap payudara
f. Satu tangan meopang payudara, sedangkan tangan yang lain mengurut
payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi payudara. Lakukan tahap
yang sama pada kedua payudara. Lakukan gerakan ini sekitar 30 kali
g. Selesai pengurutan, payudara dikompres dengan air hangat dan air
dingan secara bergantian selama kurang lebih 5 menit, keringkan
payudara dengan handuk bersih, kemudian gunakan bra yang bersih
dan menopang
26
salah satu proses yang mempengaruhi proses laktasi aadalah proses
pengembangan jaringan penghasil.
Menurut Varney (2007) hal yang umum terjadi pada masa menyusui
adalah ketidaknyamanan payudara dan puting susu, penyerapan dan tidur
bayi, masalah medis, dan masalah gaya hidup.
Lecet pada puting susu adalah salah satu alasan yang paling umum
pada wanita yang mempercepat penyapihan. Kesan klinis menunjukkan
bahwa awal ketidaknyamanan puting susu disebabkan oleh posisi dan
perlekatan bayi yang tidak tepat. Nyeri dan lecet dapat segera hilang
dengan perbaikan posisi dan perlekatan bayi pada payudara. Pada kasus
terjadinya abrasi dan fisura puting susu dan areola, nyeri banyak
berkurang dengan perbaikan posisi dan letak bayi. Akan tetapi, hilangnya
nyeri tidak dapat terjadi hingga kulit yang lecet benar-benar sembuh.
Nyeri puting susu yang tidak hilang dengan cara perbaikan posisi dan
perlekatan bayi mungkin mengalami komplikasi akibat:
27
Riset tentang berbagai terapi topical pereda menunjukkan bahwa tidak
ada terapi yang terbaik daripada memperbaiki posisi dan, dalam salahsatu
studi, pemberian kompres hangat.
2. Ketidaknyamanan payudara
Ketidaknyamanan pada payudara laktasi mungkin disebabkan
pembesaran, duktus tersumbat, mastitis, abses, dan proses lain.
a. Pembesaran payudara
Adalah kondisi penuh yang berlebihan pada payudara. Payudara
yang mengalami pembesaran cenderung panas dan nyeri dengan
kulit tegang dan mengkilat. Jadwal menyusui yang dibatasi
diperkirakan merupakan determinan utama pembesaran payudara.
Untuk mencegah pembesaran dan untuk menghilangkannya jika
terjadi, ibu dianjurkan untuk menyusui bayinya, dan dengan posisi
yang nyaman. Pemulihan terbaik distensi payudara adalah dengan
cara menyusui. Jika bayi tidak mampu menghisap payudara yang
sangat bengkak, rendam dengan air hangat, kompres dingin, dan
atau melakukan penekanan payudara secara perlahan hingga air
susu mulai mengalir dan payudara sedikit melunak.
b. Duktus tersumbat
Disebut juga kongesti payudara. Merupakan kejadian yang hamper
umum pada minggu-minggu pertama menyusui. Sumbatan duktus
diperkirakan terjadi akibat hambatan aliran ASI karena tekanan (mis.
Pembesaran, bra dan pakaian yang ketat). Banyak klinisi
menganjurkan perubahan orientasi posisi bayi sehingga dagu bayi
menekan segmen payudara yang tersumbat. Payudara tersumbat
yang tidak ditangani dapat berkembang menjadi mastitis.
c. Mastitis
Mastitis adalah inflamasi yang ditandai dengan satu atau lebih
segmen payudara tampak panas, merah, dan meradang. Ibu
mengalami peningkatan suhu dan perasaan malaise. Penanganan
khusu di Amerika Serikat meliputi 10-14 hari penggunaan antibiotic
diklosasilin atau kloksasilin dalm dosis 500 mg empat kali sehari.
28
Penanganan antibiotic penting untuk dijalani sampai selesai karena
mastitis telah dinyatakan dapat terjadi kembali apabila penanganan
tidak tuntas.memastikan drainase yang adekuat pada payudara yang
terkena merupakan hal penting untuk pemecahan masalah ini, dan
diselesaikan dengan menyusui yang kontinu. Bantu ibu untuk
memperbaiki cakupan mulut bayi oada puting dan areola dan
perlekatan bayi pada payudara. Ibu mungkin perlu menghentikan
aktivitas lain selama beberapa hari untuk berfokus pada menyusui,
istirahat, dan perawatan diri. Pengobatan antiinflamasi seperti
ibuprofen juga dapat bermanfaat.
d. Abses
Adalah pengumpulan pus terlokalisasi di payudara, dibentuk oleh sel
yang mengalami disintegrasi dan dikelilingi oleh area yang mengalami
inflamasi. Sebagian besar abses perlu dilakukan insisi oembedahan
dan mungkin cairan dialirkan ke luar. Menyusui pada payudara yang
tidak terkena dianjurkan selama terapi. Keamanan menyusui pada
payudara yang terkena cenderung bergantung pada lokasi drain.
Pengeluaran air susu dengan tangan atau pompa harus dilanjutkan
jika menyusui ditangguhkan pada payudara yang terkena.
Konseling perlu diberikan, terutama pada ibu yang baru pertama kali
mempunyai anak dan belum mengetahui cara menyusui yang benar.
1. Dukungan psikologis
Agar menyusui lebih berhasil, seorang ibu memerlukan rasa percaya diri
yaitu:
a. Ibu yakin bahwa ia dapat menyusui dan ASI adalah yang terbaik untuk
bayinya. Ibu juga harus yakin bahwa ASI akan mencukupi kebutuhan
bayinya, terutama pada awal bulan setelah lahir. Produksi ASI tidak
bergantung pada ukuran payudara.
29
b. Diperlukan dukungan psikologis dari:
Keluarga dekat, terutama wanita seperti ibu, ibu mertua, kakak wanita,
atau teman wanita lain yang telah berpengalaman dan berhasil dalam
menyusui.
Suami yang mengerti bahwa ASI adalah makaan yang baik untuk
bayinya merupakan pendukung yang baik demi keberhasilan menyusui.
Petugas kesehatan.
d. Bayi hanya diberi ASI saja selama 6 bulan pertama (ASI eksklusif).
e. Perhatikan cara/ posisi menyusui yang benar, yaitu puting dan areola
payudara harus masuk ke dalam mulut bayi agar terhindar dari lecet.
g. Teruskan menyusui walaupun ibu atau bayi sedang sakit. Kecuali jika ibu
atau bayi sakit berat, sesuai dengan petunjuk dokter.
30
2.2.10 Relaktasi
Relaktasi adalah upaya untuk memulai kembali pemberian ASI yang
sempat terhenti setelah beberapa hari, minggu, bahkan bulan. Relaktasi
dapat dilakukan pada ibu yang belum pernah memberikan ASI pada
bayinya dan juga dapat dilakukan pada ibu yang pernah memberikan ASI
namun sempat terhenti. Program relaktasi bertujuan untuk ibu yang
berubah pikiran untuk menyusui kembali bayinya dengan ASI.
1. Persiapan Awal
Jika telah mantap memutuskan untuk melakukan relaktasi, berikut
adalah persiapan awal yang dapat Anda lakukan:
Pastikan cukup makan dan minum. Mulai meningkatkan konsumsi
protein dan cairan ke dalam menu makan sehari-hari untuk membantu
mempercepat tubuh dalam memproduksi ASI.
Mintalah kepada dokter obat yang dapat membantu tubuh dalam
memproduksi ASI, atau mulai mengkonsumsi jamu ataupun jenis
makanan lainnya yang dipercaya dapat meningkatkan produksi ASI.
Banyak beristirahat. Mulailah mendelegasikan pekerjaan-pekerjaan
rumah yang sekiranya bisa didelegasikan, karena akan
menghabiskan hampir seluruh waktu bersama bayi selama minggu-
minggu pertama program relaktasi.
Kurangi jadwal kegiatan diluar rumah, dalam minggu-minggu pertama
masa relaktasi sedapat mungkin menghabiskan waktu 24 jam dalam
sehari bersama bayi.
Tingkatkan skin to skin contact dengan bayi. Tidurlah bersamanya
baik pada malam maupun siang hari, dekaplah dan gendonglah buah
hati sesering mungkin. Katakan kepadanya bahwa sangat
mencintainya, dan ingin memberikan yang terbaik bagi bayi, yaitu ASI.
Sebisanya mungkin seluruh pekerjaan yang berkaitan dengan bayi
dikerjakan oleh sendiri. Memandikan, menggantikan popok,
menidurkan dan mengajaknya bermain.
31
Berlatih memposisikan bayi pada payudara. Cobalah dengan
berbagai cara untuk menemukan kembali posisi yang paling nyaman
ketika mulai menyusui.
32
Lamanya berhenti menyusui dapat dijadikan tolak ukur kasar
mengenai jangka waktu relaktasi. Misalnya, jika baru berhenti
menyusui 2 hari, maka akan membutuhkan 2 hari untuk menghasilkan
kembali pasokan ASI. Namun, jika telah berhenti menyusui selama 1
bulan, mungkin akan dibutuhkan 1 bulan pula untuk menghasilkan
ASI kembali.
Relaktasi lebih mudah jika bayi sangat muda (kurang dari 3 bulan),
daripada jika bayi berumur lebih dari 6 bulan. Namun, relaktasi
dimungkinkan pada usia berapa saja.
Relaktasi lebih mudah jika bayi baru saja berhenti menyusu
dibandingkan dengan bayi yang sudah lebih lama berhenti menyusu.
Namun, relaktasi dimungkinkan kapan saja.
Pastikan bahwa ketika menyusui, posisi badan ibu, posisi badan dan
posisi pelekatan bayi sudah benar, nyaman dan tepat. Secara perlahan,
kurangi dan hentikan pemberian makanan (susu formula) lewat botol
yang menggunakan dot bayi. Gantilah dengan metode pemberian
melalui cangkir, sendok, pipet ataupun dengan jari tangan. Sebaiknya
ibu tidak memberikan empeng pada bayi. Gantilah kebiasaan comfort
sucking bayi pada empeng dengan comfort sucking pada payudara.
Jika bayi menolak mengisap payudara yang ’kosong’, dapat diberikan
susu (formula atau ASIP) pada saat bayi sedang mengisap payudara
melalui cara berikut ini:
Selama masa relaktasi ini, periksalah secara teratur hal-hal sebagai
berikut untuk memastikan bahwa bayi tidak kekurangan makanan: (a)
kenaikan berat badannya, yaitu sekurangnya 500gr dalam sebulan, dan
(2) frekuensi harian BAK (5-6 kali) dan BAB (minimal 1 kali) pada bayi.
33
diperlukan untuk menghasilkan ASI kembali lebih lama dari yang
diperkirakan.
Hal-hal berikut ini dapat dijadikan tolak ukur jangka waktu relaktasi,
namun sekali lagi ditegaskan bahwa setiap wanita membutuhkan durasi
yang berbeda-beda untuk meningkatkan atau menghasilkan pasokan
ASI.
4. Kenyataan dan Harapan
Yang terpenting adalah hindari segala perasaan negatif, terutama
perasaan kecewa, jika ternyata setelah berakhirnya masa relaktasi
pasokan ASI tidak sebanyak sebelum berhenti menyusui. Memberikan
bayi ASI, berapapun jumlah, sangat jauh lebih bermanfaat daripada
tidak memberikan ASI sama sekali. Jadi, walaupun pada akhirnya tetap
harus memberikan susu formula bersamaan dengan ASI, ibu dan bayi
dapat bersama-sama menikmati kembali kedekatan fisik dan batin,
serta masa-masa hangat kegiatan breastfeeding.
5. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan relaktasi dan induksi laktasi
a. Hal yang berhubungan dengan bayi
Keberhasilan terletak pada hisapan bayi yang dipengaruhi oleh:
Keinginan bayi untuk menyusu. Keberhasilan relaktasi dan
induksi laktasi akan terjadi bila bayi segera menyusu saat
didekatkan pada payudara. Pada awalnya bayi memerlukan
bantuan untuk dapat melekat dengan benar pada payudara.
Salah satu penelitian relaktasi menemukan bahwa 74% bayi
menolak untuk segera menyusu pada awal laktasi yang
disebabkan karena bayi kesulitan melekat pada payudara dan
memerlukan bantuan tenaga kesehatan yang terlatih untuk
mengatasinya. Penolakan pada awal laktasi bukan berarti bayi
akan selalu menolak menyusu pada ibu, diperlukan kesabaran
ibu untuk menghadapi hal ini.
Usia bayi. Akan lebih mudah melakukan relaktasi ataupun
induksi laktasi pada bayi baru lahir sampai bayi berusia kurang
dari 8 minggu. Walaupun demikian Thorley melaporkan
34
keberhasilan relaktasi pada ibu-ibu dengan anak berusia lebih
dari 12 bulan.
Lamanya waktu laktasi terhenti (breastfeeding gap).
Umumnya relaktasi akan lebih mudah bila waktu terhentinya
laktasi belum lama, tetapi Thorley melaporkan keberhasilan
relaktasi pada anak berusia lebih dari 12 bulan yang sudah
lama terhenti laktasinya.
Pengalaman makan bayi selama terhentinya laktasi. Seema
melaporkan kesulitan mengajari bayi untuk menyusu bila bayi
tersebut sudah terbiasa menggunakan botol susu. Penelitian
Lang dkk. menemukan bayi dengan berat lahir rendah yang
diberikan minum dengan cangkir pada fase transisi perubahan
pemberian minum, akan lebih mudah menyusu pada ibu
dibandingkan mereka yang mendapat minum dengan
menggunakan botol susu.
Sudah mendapat makanan pendamping. Relaktasi dan
induksi laktasi akan sulit dilakukan pada bayi yang sudah
mendapat makanan pendamping. Dianjurkan untuk tidak
mengenalkan makanan pendamping sebelum bayi berusia 6
bulan, kecuali saat bayi sudah berusia 4-5 bulan tidak
mengalami kenaikan berat badan sesuai dengan umur dan jenis
kelamin bayi.
b. Hal yang berhubungan dengan ibu
Faktor tersebut adalah:
Motivasi ibu. Ibu mempunyai motivasi yang kuat
karena mengetahui laktasi sangat penting dalam
mendukung kesehatan bayi. Di Papua, ibu termotivasi untuk
melakukan relaktasi ketika mengetahui bahayanya penggunaan
susu formula. Keinginan ibu untuk mengeratkan hubungan batin
dengan anak adopsinya juga menjadi salah satu dasar induksi
laktasi.
35
Lamanya waktu dari berhentinya laktasi (lactation gap).
Umumnya makin pendek waktu terhentinya laktasi, makin
mudah ibu untuk melakukan relaktasi, namun Agarwal dan Jain
melaporkan keberhasilan relaktasi dalam 2 minggu walaupun
laktasi sudah terhenti selama 14 minggu.
Kondisi payudara ibu. Adanya infeksi atau luka pada payudara
maupun bentuk puting yang terbenam menjadikan alasan ibu
menghentikan laktasi. Setelah infeksi teratasi dan ibu mendapat
bimbingan laktasi, motivasi ibu muncul untuk menyusui anaknya
kembali.
Kemampuan ibu untuk berinteraksi dengan bayinya dan
dukungan dari keluarga, lingkungan dan tenaga kesehatan.
Ibu melihat bayi memiliki minat untuk menyusu, rasa kasih
sayang antara ibu dan bayi terjalin sehingga ibu tergerak untuk
memberikan air susunya kepada bayi. Tentunya bagi ibu
bekerja apabila hal ini mendapat dukungan dari tempatnya
bekerja, relaktasi ataupun induksi laktasi akan berhasil
dilakukan.
Pengalaman laktasi sebelumnya. Ibu yang
memiliki pengalaman laktasi sebelumnya tidak terlalu
mempengaruhi kemampuan relaktasinya. Nemba menemukan
11 dari 12 ibu yang belum pernah menyusui mampu
melakukan laktasi dalam 5-13 hari setelah mengikuti protokol
induksi laktasi. Seema melaporkan tidak terdapat
perbedaan keberhasilan relaktasi antar ibu yang baru memiliki
anak satu dibandingkan dengan ibu yang sudah memiliki
anak lebih dari satu orang.
36