Anda di halaman 1dari 20

UNIVERSITAS TADULAKO

STATUS NEUROLOGI

BAGIAN ILMU PENYAKIT SYARAF

Dokter Muda:

KELOMPOK 17

Mirna Aulia Awanis N 111 17 002


Azizah Azmi Aulia N 111 17 021
Evy Afrianti A Darise N 111 17 022
Tiara Nopianti N 111 17 026
Ni Made Swiki Andriani N 111 17 048
Nurul Fitriani N 111 17 082

Pembimbing : dr. Isnaniah Sp.s

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
BAGIAN NEUROLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN & ILMU KESEHATAN No. Status :
UNIVERSITAS TADULAKO No. Register :
STATUS NEUROLOGI

Nama : Tn.N Tgl Pemeriksaan : 7 november 2017


Umur : 23 Thn dr. Pembimbing : dr Isnaniah Sp.s
Kelamin : Laki-laki Bangsal/kamar
Agama : Islam Masuk RS. Tgl..................jam........
Suku/bangsa : Kaili Keluar RS. Tgl..................jam........
Alamat : Jln Rajamoili Meninggal Tgl...................jam........

Diagnosa Masuk : Epilepsi


Diagnosa Keluar : Code :

1. ANAMNESE :
1. Keluhan Utama : Kejang
2. Anamnese terpimpin :
- Informasi mengenai keluhan utama
Paisen masuk rumah sakit dengan keluhan kejang beberapa jam sebelum masuk rumah
sakit. Kejang yang dialami sudah2 kali serangan dengan durasi kejang 3-5 menit dan
setelah serangan. Setelah kejang ada perbaikan kesadaran. Kejang dialami saat pasien
sedang berbaring. Kejang dialami pada seluruh tubuh dengan tangan terlentang, kedua
kaki lurus dan ekstremitas kaku serta mata melihat keatas. Pada saat kejang terjadi
pasien mengompol dan mengeluhkan bahwa lidah pasien tergigit dan terdapat luka
pada bagian lidah. Sebelum kejang pasien sedang melakukan aktivitas perkuliahan.
Pasien mengeluhkan baru pertama kali mengalami kejang seperti ini.

- Informasi riwayat penyakit terdahulu (penyakit yang mungkin mendasari KU dan


penyakit – penyakit yang pernah diderita)

Riwayat Trauma Kepala (-)

- Anamnese tentang pekerjaan/keluarga/hobbi dan sebagainya

Pasien merupakan seorang mahasiswa


II. PEMERIKSAAN FISIS
Pemeriksaan umum
- Kesan : Sakit sedang - Tensi : 110/70 - Anemi : (-/-)
- Kesadaran : Composmentis - Nadi : 82 x/m - Ikterus : (-/-)
- Gizi : Baik - Suhu : 36,7˚C - Sianose : (-)
- Pernafasan : 18 x/m
TORAKS : - Inspeksi : simetris bilateral
- Palpasi : simetris
* Paru-paru : - Perkusi : sonor (+/+)
- Auskultasi : Vesikular (+/+)
*Jantung : - Perkusi : Batas Jantung Normal
- Auskultasi : Bunyi BJ1/BJ2 murni regular
ABDOMEN : - Inspeksi : Tampak datar kesan normal
- Palpasi/Perkusi : Lemas/Tegang : lemas
Hepar : Tidak Ada Pembesaran
Lien : Tidak Ada Pembesaran
Pemeriksaan Psikiatris
- Emosi dan afek : Baik - Penyerapan : Baik
- Proses berfikir : Baik - Kemauan : Baik
- Kecerdasan : Sesuai Taraf Pendidikan - Psikomotor : Baik
Status Neurologis : G C S = E4 V5 M6
1. Kepala : - Posisi : Sentral - Bentuk/ Ukuran :
Normocephali
- Penonjolan : - - Auskultasi :-
2. Nervus cranialis :
- N.I (olfaktorius) : Normal
Penghidu : Normosmia
- N.II (optikus) : OD OS
- Ketajaman Penglihatan 6/6 6/6
- Lapangan Penglihatan Normal Normal
- N.III, IV, VI
- Celah kelopak mata
- Ptosis (-/-) (-/-)
- Exoftalmus (-/-) (-/-)
- Posisi bola mata Sentral Sentral
- Pupil : - Ukuran/bentuk ±2,5 m/bulat ±2,5 m/bulat
- Isokor/anisokor isokor isokor
- Refleks cahaya langsung
/tak langsung RCL(+)/RCTL(+) RCL(+)/RCTL(+)
- Refleks akomodasi Normal Normal
- Gerakan bola mata :
- Parese kearah (-/-) (-/-)
- Nistagmus (-/-) (-/-)

- N.V (Trigeminus) :
*Sensibilitas : - N.V1 : Normal
- N.V2 : Normal
- N.V3 : Normal
*Motorik : Inspeksi
(istirahat/menggigit) : Normal
*Refleks dagu/masseter : Normal
*Refleks Cornea : Normal

- N.VII (Facialis) :
*Motorik : m. Frontalis m. Orbik. okuli m. orbik. Oris
- istirahat : Simetris Simetris Simetris
- Gerakan mimik : Simetris Simetris Simetris
*Pengecap 2/3 lidah bagian depan : TDP

- N. VIII (Auskultasi) :
*Pendengaran : Normal
*Test rinne/weber : TDP
*fungsi vestibularis : TDP

- N. IX/X (Glossopharingeus/vagus) :
*Posisi arkus pharinks (istirahat/AAH) : Simetris
*Refleks telan/muntah : Normal
*Pengecap 1/3 lidah bagian belakang : TDP
*Fonasi : Normal
*Takikardi/bardikardi : (-)

- N. XI (Accecorius) :
*Memalingkan kepala dengan/tanpa tahanan : Normal
*Angkat bahu : Normal

- N. XII (Hypoglosus)
*Deviasi lidah :-
*Fasciculasi :-
*Atrofi :-
*Tremor :-
*Ataxia :-

3. Leher :
*Tanda-tanda perangsangan selaput otak : - Kaku kuduk : -
- Kernig’s sign: -
*Kelenjar Lymphe :
*Arteri karotis : Palpasi : TDP
Auskultasi : TDP
*Kelenjar gondok : Tidak Ada Pembesaran
4. Abdomen :
*Refleks kulit dinding perut : Normal
5. Kolumna vetebralis :
- inspeksi : TDP - palpasi : TDP
- pergerakan : TDP - perkusi : TDP
6. Extremitas : Superior Inferior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
- Motorik ................. ................. ................. .................
 Pergerakan B B B B
 Kekuatan 5 5 5 5
 Tonus otot N N N N
 Bentuk otot Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
- Otot yang terganggu :
- Refleks fisiologis :
 Biceps ++ ++ KPR ++ ++
 Triceps ++ ++ APR ++ ++
 Radius .....TDP...... ......TDP...... TDP TDP
 Ulna .....TDP.... .....TDP....

- Klonus Lutut : -/-


Kaki : -/-
- Refleks patologis : Hoffman : -/- Babinski : -
Tromner : -/- Chaddock : -
Gordon : -
Schaefer : -
Oppenheim: -
- Sensibilitas :
 Ekstroseptif :
- Nyeri Normal Normal Normal Normal
- Suhu TDP TDP TDP TDP
- Rasa raba halus TDP TDP TDP TDP
 Propioseptif
- Rasa sikap Normal Normal Normal Normal
- Rasa nyeri dalam Normal Normal Normal Normal
 Fungsi kortikal
- Rasa diskriminasi TDP TDP TDP TDP
- stereognosis TDP TDP TDP TDP

7. Pergerakan abnormal yang spontan : (-)


8. Gangguan koordinasi :
- tes jari hidung : Normal - tes tumit : Normal
- tes pronasi-supinasi : Normal - tes pegang jari : Normal
9. Gangguan keseimbangan: Tes romberg : normal
10. Gait : normal
11. pemeriksaan fungsi luhur
- reaksi emosi : Baik - fungsi psikosensorik (gnosis) :TDP
- fungsi bicara : Baik
- intelegensia : Baik - fungsi psikomotorik (praksia) : TDP

III. PEMERIKSAAN LABORATORIUM


- Darah :-

- Urine :-

- LCS :-

IV. PEMERIKSAAN RADIOLOGI dan PEMERIKSAAN LAIN

CT SCAN

V. RESUME
Pasien laki-laki berumur 23 tahun, keluhan konvulsi beberapa jam sebelum masuk rumah sakit.
Konvulsi yang dialami sudah 2 kali serangan dengan durasi konvulsi 3-5 menit . Setelah
konvulsi ada perbaikan kesadaran. Konvulsi dialami saat pasien sedang berbaring. Konvulsi
dialami pada seluruh tubuh dengan ekstremitas atas ekstensi.Ekstremitas bawah ekstensi dan
ekstremitas kaku serta orbita terlihat ke superior. Pada saat konvulsi pasien miksi dan
mengeluhkan bahwa lidah pasien tergigit.. Pasien mengeluhkan baru pertama kali mengalami
konvulsi seperti ini.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal. Pemeriksaan neurologis
E4V5M6, rangsang meninges (-), Nn Cranial dalam batas normal. Pemeriksaan motorik reflex
fisiologis normal, reflex patologis dalam batas normal.

VI. DIAGNOSA
Kalau dapat ditetapkan :
- Diagnosa klinis : Kejang general tonik
- Diagnosa topis : Cerebri
- Diagnosa etiologi : Epilepsi

VII. DIAGNOSA BANDING :

Kejang Non Epilepsi


Pseudoseizzure

VIII. TERAPI

IX. PROGNOSA
- Qua ad vitam : dubia ad bonam
- Qua ad sanationem : dubia ad bonam

X. ANJURAN

EEG
XI. FOLLOW UP

Learning Objective

1. Faktor resiko bangkitan epilepsy


2. Tindakan pertama yang harus dilakukan pada pasien bangkitan epilepsy
3. Etilogi bangkitan epilepsi
4. Pemeriksaan penunjang pada bangkitan epilepsi
5. Klasifikasi bangkitan epilepsi
6. Bagaimana mekanisme terjadinya bangkitan epilepsi
7. Bagaimana farmakologi terapi bangkitan epilepsy
8. Diagnosis pasien bangkitan epilepsy pada skenario
9. Bagaimana prognosis
10. Epidemiologi bangkitan epilepsi

Jawaban :
1) Faktor resiko epilepsi
2) Pemeriksaan penunjang pada pasien epilepsi

a. Pemeriksaan CT scan digunakan untuk mendeteksi lesi pada otak, fokal abnormal,
serebro vascular abnormal, dan perubahan degenerative serebral. Pemindaian CT
digunakan mendeksi perbedaan kerapatan jaringan yang sering terjadi pada klien dengan
epilepsi
b. Elektroensefalografi (EEG) melengkapi bukti diagnostik dalam proporsi substansial
dari pasien epilepsy dan membantu dalam mengklasifikasikan tipe kejang. Kelainan EEG
yang sering dijumpai pada penderita epilepsi disebut epileptiform discharge atau
epileptiform activity. Kadang-kadang rekaman EEG dapat menentukan focus serta jenis
epilepsi, apakah fokal, multifocal, kortikal, subkortikal, misalnya “Petit Mall”. Spasme
infantile mempunyai gambaran hipsaritmia. Akan tetapi 8-12% penderita epilepsi
mempunyai rekaman EEG yang normal. Gambaran normal EEG pada neonatus biasanya
menunjukan gelombang bervoltase lebih rendah dengan frekuensi 3-5 cps, kurang teratur
dan sinkron. Pada epilepsi EEG dapat membantu kita menegakan diagnosis serta
menentukan jenis serta fokusnya, dengan demikian dapat membantu kita memilh obat
yang cocok (misalnya hipsaritmia dengan kortikosteroid, petit mal dengan dilantin,
luminal).
c. Dilakukan pengkajian fisik dan neurologi, hematologi, dan pemeriksaan serologic.
d. Pemeriksaan labolatorium meliputi : Pemeriksaan darah tepi rutin, kadar gula darah
dan elektrolit sesuai indikasi. Hitung darah lengkap dilakukan pada klien dengan trauma
kepala karena dapat terjadi peningkatan atau penurunan yang mencolok pada jumlah
hematokrit dan trombosit. Elektrolit seperti Ca total, dan magnesium serum sering kali
diperiksa pada saat pertama kali terjadi serangan kejang karena akan terdapat perubahan
pada jumlah elektrolit tersebut., uji glukosa biasa dilakukan pada bayi dan anak kecil
yang mengalami epilepsi untuk mendeteksi adanya hipoglikemia yang biasanya terjadi.

3) Etiologi epilepsi

4) Tindakan pertama pada pasien epilepsy


5) Klasifikasi angkitan epilepsy
Gejala dan tanda dari epilepsi dibagi berdasarkan epilepsi, yaitu : klasifikasi dari 1)
Kejang parsial Lesi yang terdapat pada kejang parsial berasal dari sebagian kecil dari otak
atau satu hemisfer serebrum. Kejang terjadi pada satu sisi atau satu bagian tubuh dan
kesadaran penderita umumnya masih baik. a. Kejang parsial sederhana Gejala yang
timbul berupa kejang motorik fokal, femnomena halusinatorik, psikoilusi, atau emosional
kompleks. Pada kejang parsial sederhana, kesadaran penderita masih baik. b. Kejang
parsial kompleks Gejala bervariasi dan hampir sama dengan kejang parsial sederhana,
tetapi yang paling khas terjadi adalah penurunan kesadaran dan otomatisme. c. Kejang
umum sekunder Bangkitan parsial sederhana atau parsial kompleks yang dalam waktu
singkat berubah menjadi bangkitan umum (biasanya tonik-klonik) 2) Kejang umum Lesi
yang terdapat pada kejang umum berasal dari sebagian besar dari otak atau kedua
hemisfer serebrum. Kejang terjadi pada seluruh bagian tubuh dan kesadaran penderita
umumnya menurun. a. Kejang Absans Hilangnya kesadaran sessat (beberapa detik) dan
mendadak disertai amnesia. Serangan tersebut tanpa disertai peringatan seperti aura atau
halusinasi, sehingga sering tidak terdeteksi. b. Kejang Atonik Hilangnya tonus mendadak
dan biasanya total pada otot anggota badan, leher, dan badan. Durasi kejang bisa sangat
singkat atau lebih lama. c. Kejang Mioklonik Ditandai dengan kontraksi otot bilateral
simetris yang cepat dan singkat. Kejang yang terjadi dapat tunggal atau berulang. d.
Kejang Tonik-Klonik Sering disebut dengan kejang grand mal. Kesadaran hilang dengan
cepat dan total disertai kontraksi menetap dan masif di seluruh otot. Mata mengalami
deviasi ke atas. Fase tonik berlangsung 10 - 20 detik dan diikuti oleh fase klonik yang
berlangsung sekitar 30 detik. Selama fase tonik, tampak jelas fenomena otonom yang
terjadi seperti dilatasi pupil, pengeluaran air liur, dan peningkatan denyut jantung. e.
Kejang Klonik Gejala yang terjadi hampir sama dengan kejang mioklonik, tetapi kejang
yang terjadi berlangsung lebih lama, biasanya sampai 2 menit. f. Kejang Tonik Ditandai
dengan kaku dan tegang pada otot. Penderita sering mengalami jatuh akibat hilangnya
keseimbangan,

6) Mekanisme bangkitan epilepsy


5) Gejala dan tanda dari epilepsi dibagi berdasarkan epilepsi, yaitu : klasifikasi dari 1)
Kejang parsial Lesi yang terdapat pada kejang parsial berasal dari sebagian kecil dari otak
atau satu hemisfer serebrum. Kejang terjadi pada satu sisi atau satu bagian tubuh dan
kesadaran penderita umumnya masih baik. a. Kejang parsial sederhana Gejala yang
timbul berupa kejang motorik fokal, femnomena halusinatorik, psikoilusi, atau emosional
kompleks. Pada kejang parsial sederhana, kesadaran penderita masih baik. b. Kejang
parsial kompleks Gejala bervariasi dan hampir sama dengan kejang parsial sederhana,
tetapi yang paling khas terjadi adalah penurunan kesadaran dan otomatisme. c. Kejang
umum sekunder Bangkitan parsial sederhana atau parsial kompleks yang dalam waktu
singkat berubah menjadi bangkitan umum (biasanya tonik-klonik) 2) Kejang umum Lesi
yang terdapat pada kejang umum berasal dari sebagian besar dari otak atau kedua
hemisfer serebrum. Kejang terjadi pada seluruh bagian tubuh dan kesadaran penderita
umumnya menurun. a. Kejang Absans Hilangnya kesadaran sessat (beberapa detik) dan
mendadak disertai amnesia. Serangan tersebut tanpa disertai peringatan seperti aura atau
halusinasi, sehingga sering tidak terdeteksi. b. Kejang Atonik Hilangnya tonus mendadak
dan biasanya total pada otot anggota badan, leher, dan badan. Durasi kejang bisa sangat
singkat atau lebih lama. c. Kejang Mioklonik Ditandai dengan kontraksi otot bilateral
simetris yang cepat dan singkat. Kejang yang terjadi dapat tunggal atau berulang. d.
Kejang Tonik-Klonik Sering disebut dengan kejang grand mal. Kesadaran hilang dengan
cepat dan total disertai kontraksi menetap dan masif di seluruh otot. Mata mengalami
deviasi ke atas. Fase tonik berlangsung 10 - 20 detik dan diikuti oleh fase klonik yang
berlangsung sekitar 30 detik. Selama fase tonik, tampak jelas fenomena otonom yang
terjadi seperti dilatasi pupil, pengeluaran air liur, dan peningkatan denyut jantung. e.
Kejang Klonik Gejala yang terjadi hampir sama dengan kejang mioklonik, tetapi kejang
yang terjadi berlangsung lebih lama, biasanya sampai 2 menit. f. Kejang Tonik Ditandai
dengan kaku dan tegang pada otot. Penderita sering mengalami jatuh akibat hilangnya
keseimbangan.

7) Bagaimana farmako terapi bangkitan epilepsy


Jawab :
Penatalaksanaan dalam epilepsi, secara umum ada 2 hal yaitu :
a. Tatalaksana fase akut (saat kejang)
Tujuan pengelolaan pada fase akut adalah mempertahankan oksigenasi otak yang
adekuat, mengakhiri kejang sesegera mungkin, mencegah kejang berulang, dan
mencari faktor penyebab. Serangan kejang umumnya berlangsung singkat dan
berhenti sendiri. Pengelolaan pertama untuk serangan kejang dapat diberikan
diazepam per rektal dengan dosis 5 mg bila berat badan anak < 10 kg atau 10 mg bila
berat badan anak > 10 kg. Jika kejang masih belum berhenti, dapat diulang setelah
selang waktu 5 menit dengan dosis dan obat yang sama. Jika setelah dua kali
pemberian diazepam per rektal masih belum berhenti, maka penderita dianjurkan
untuk dibawa ke rumah sakit
Pengobatan epilepsi Tujuan utama pengobatan epilepsi adalah membuat penderita
epilepsi terbebas dari serangan epilepsinya. Serangan kejang yang berlangsung
mengakibatkan kerusakan sampai kematian sejumlah sel-sel otak. Apabila kejang
terjadi terus menerus maka kerusakan sel-sel otak akan semakin meluas dan
mengakibatkan menurunnya kemampuan intelegensi penderita. Karena itu, upaya
terbaik untuk mengatasi kejang harus dilakukan terapi sedini dan seagresif mungkin.
Pengobatan epilepsi dikatakan berhasil dan penderita dinyatakan sembuh apabila
serangan epilepsi dapat dicegah atau dikontrol dengan obatobatan sampai pasien
tersebut 2 tahun bebas kejang. Secara umum ada tiga terapi epilepsi, yaitu
1) Terapi medikamentosa
Merupakan terapi lini pertama yang dipilih dalam menangani penderita
epilepsi yang baru terdiagnosa. Jenis obat anti epilepsi (OAE) baku yang biasa
diberikan di Indonesia adalah obat golongan fenitoin, karbamazepin,
fenobarbital, dan asam valproat. Obat-obat tersebut harus diminum secara
teratur agar dapat mencegah serangan epilepsi secara efektif. Walaupun
serangan epilepsi sudah teratasi, penggunaan OAE harus tetap diteruskan
kecuali ditemukan tanda-tanda efek samping yang berat maupun tanda-tanda
keracunan obat. Prinsip pemberian obat dimulai dengan obat tunggal dan
menggunakan dosis terendah yang dapat mengatasi kejang
2) Terapi bedah
Merupakan tindakan operasi yang dilakukan dengan memotong bagian yang
menjadi fokus infeksi yaitu jaringan otak 24 yang menjadi sumber serangan.
Diindikasikan terutama untuk penderita epilepsi yang kebal terhadap
pengobatan. Berikut ini merupakan jenis bedah epilepsi berdasarkan letak
fokus infeksi
a. Lobektomi temporal
b. Eksisi korteks ekstratemporal
c. Hemisferektomi
d. Callostomi
3) Terapi nutrisi
Pemberian terapi nutrisi dapat diberikan pada anak dengan kejang berat
yang kurang dapat dikendalikan dengan obat antikonvulsan dan dinilai dapat
mengurangi toksisitas dari obat. Terapi nutrisi berupa diet ketogenik
dianjurkan pada anak penderita epilepsi.
8) Diagnosis bangkitan epilepsy
Jawab :
Diagnosis epilepsi didasarkan atas anamnesis dan pemeriksaan klinis dengan hasil
pemeriksaan EEG atau radiologis. Namun demikian, bila secara kebetulan melihat
serangan yang sedang berlangsung maka epilepsi (klinis) sudah dapat ditegakkan.
1) Anamnesis
Anamnesis merupakan langkah terpening dalam melakukan diagnosis epilepsi.
Dalam melakukan anamnesis, harus dilakukan secara cermat, rinci, dan menyeluruh
karena pemeriksa hampir tidak pernah menyaksikan serangan yang dialami penderita.
Anamnesis dapat memunculkan informasi tentang trauma kepala dengan kehilangan
kesadaran, ensefalitis, malformasi vaskuler, meningitis, gangguan metabolik dan
obat-obatan tertentu. Penjelasan dari pasien mengenai segala sesuatu yang terjadi
sebelum, selama, dan sesudah serangan (meliputi gejala dan lamanya serangan)
merupakan informasi yang sangat penting dan merupakan kunci diagnosis.
Anamnesis (auto dan aloanamnesis), meliputi :
a. Pola / bentuk serangan
b. Lama serangan
c. Gejala sebelum, selama, dan sesudah serangan
d. Frekuensi serangan
e. Faktor pencetus
f. Ada / tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang
g. Usia saat terjadinya serangan pertama
h. Riwayat kehamilan, persalinan, dan perkembangan
i. Riwayat penyakit, penyebab, dan terapi sebelumnya
j. Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga
2) Pemeriksaan fisik umum dan neurologis
Pada pemeriksaan fisik umum dan neurologis, dapat dilihat adanya tanda-tanda
dari gangguan yang berhubungan dengan epilepsi seperti trauma kepala, gangguan
kongenital, gangguan neurologik fokal atau difus, infeksi telinga atau sinus.
Sebabsebab terjadinya serangan epilepsi harus dapat ditepis melalui pemeriksaan
fisik dengan menggunakan umur dan riwayat penyakit sebagai pegangan. Untuk
penderita anak-anak, pemeriksa harus memperhatikan adanya keterlambatan
perkembangan, organomegali, perbedaan ukuran antara anggota tubuh dapat
menunjukan awal ganguan pertumbuhan otak unilateral.
3) Pemeriksaan penunjang
a. Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan EEG merupakan pemeriksaan penunjang yang paling sering
dilakukan dan harus dilakukan pada semua pasien epilepsi untuk menegakkan
diagnosis epilepsi. Terdapat dua bentuk kelaianan pada EEG, kelainan fokal pada
EEG menunjukkan kemungkinan adanya lesi struktural di otak. Sedangkan
adanya kelainan umum pada EEG menunjukkan kemungkinan adanya kelainan
genetik atau metabolik.
b. Neuroimaging Neuroimaging atau yang lebih kita kenal sebagai pemeriksaan
radiologis bertujuan untuk melihat struktur otak dengan melengkapi data EEG.
Dua pemeriksaan yang sering digunakan Computer Tomography Scan (CT Scan)
dan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Bila dibandingkan dengan CT Scan
maka MRI lebih sensitif dan secara anatomik akan tampak lebih rinci. MRI
bermanfaat untuk membandingkan hippocampus kiri dan kanan.
9) Prognosis bangkitan epilepsi
Jawab :
Prognosis epilepsi tergantung pada beberapa hal, diantaranya jenis epilepsi, faktor
penyebab, saat pengobatan dimulai, dan ketaatan minum obat. Prognosis epilepsi cukup
menggembirakan. Pada 50-70% penderita epilepsi serangan dapat dicegah dengan obat-
obat, sedangkan sekitar 50% pada suatu waktu akan dapat berhenti minum obat.
Prognosis epilepsi dihubungkan dengan terjadinya remisi serangan baik dengan
pengobatan maupun status psikososial, dan status neurologis penderita. Batasan remisi
epilepsi yang sering dipakai adalah 2 tahun bebas serangan (kejang) dengan terapi. Pada
pasien yang telah mengalami remisi 2 tahun harus dipertimbangkan untuk penurunan
dosis dan penghentian obat secara berkala.
10) Epideiologi bangkitan epilepsi?
Jawab :
Kejang merupakan kelainan neurologi yang paling sering terjadi pada anak, di
mana ditemukan 4 – 10 % anak-anak mengalami setidaknya satu kali kejang pada 16
tahun pertama kehidupan. Studi yang ada menunjukkan bahwa 150.000 anak mengalami
kejang tiap tahun, di mana terdapat 30.000 anak yang berkembang menjadi penderita
epilepsi.
Faktor resiko terjadinya epilepsi sangat beragam, di antaranya adalah infeksi SSP,
trauma kepala, tumor, penyakit degeneratif, dan penyakit metabolik. Meskipun terdapat
bermacam-macam faktor resiko tetapi sekitar 60 % kasus epilepsi tidak dapat ditemukan
penyebab yang pasti. Berdasarkan jenis kelamin, ditemukan bahwa insidensi epilepsi
pada anak laki – laki lebih tinggi daripada anak perempuan.
Epilepsi paling sering terjadi pada anak dan orang lebih tua (di atas 65 tahun).
Pada 65 % pasien, epilepsi dimulai pada masa kanak-kanak. Puncak insidensi epilepsi
terdapat pada kelompok usia 0-1 tahun, kemudian menurun pada masa kanak-kanak, dan
relatif stabil sampai usia 65 tahun. Menurut data yang ada, insidensi per tahun epilepsi
per 100000 populasi adalah 86 pada tahun pertama, 62 pada usia 1 – 5 tahun, 50 pada 5 –
9 tahun, dan 39 pada 10 – 14 tahun.

Anda mungkin juga menyukai