Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH :
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu selama
proses penyusunan makalah ini.Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah
ini, karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk melengkapi
segala kekurangan dan kesalahan dari makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
Kultur tunas apikal dan aksilar sudah banyak dilakukan pada berbagai tanaman. Tunas
aksilar menghasilkan tunas lebih banyak dan lebih responsif dibandingkan dengan tunas
apikal.Hal serupa juga ditegaskan oleh peneliti bahwa panjang tunas yang dihasilkan oleh tunas
apikal lebih panjang dibandingkan tunas aksilar, hal tersebut dikarenakan hormone endogen pada
tanaman tersebar dengan jumlah berbeda dalam setiap bagian tanaman.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Apa yang dimaksud dengan tunas dan bagaimana prosesnya?
Apa yang dimaksud dengan kultur jaringan dan kultur tunas ?
Apa jenis tumbuhan yang berkembang biak dengan tunas?
Apa saja manfaat dari kultur tunas?
1.3 TUJUAN
Untuk mengetahui pengertian tunas dan prosesnya
Untuk mengetahui pengertian kultur jaringan dan kultur tunas
Untuk mengetahui jenis tumbuhan apa yang berkembang biak dengan tunas
Untuk mengetahui manfaat dari kultur tunas
BAB II
PEMBAHASAN
Tunas merupakan salah satu jenis proses perkembangbiakan yang tidak melalui proses
perkawinan terlebih dahulu. Tumbuh dan perkembangan tunas biasanya akan berhubungan erat
dengan beberapa hormon pertumbuhan yang ada di dalam tumbuhan itu sendiri. secara normal
tunas merupakan proses munculnya individu tumbuhan baru pada beberapa bagian dari
tumbuhan, secara normal bisanya bagian yang sering memunculkan tunas adalah pada bagian
pucuk dan juga ketiak daun.Hal ini dikarenakan kedua bagian tersebut masih memiliki
beberapa jaringan yang berkembang terus menerus. Keberadaan sebuah jaringan tumbuhan
muda yang terus membelah sangat mempengaruhi munculnya tunas, jaringan tersebut adalah
meristem apikal. Sedangkan hormon tumbuhan yang mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan
sendiri memiliki beberapa jenis seperti contohnya hormon auksin dan juga sitokinin.
Namun, beberapa tumbuhan yang berkembang biak dengan tunas, tidak hanya
berkembang dengan proses yang normal. Ada juga beberapa jenis tumbuhan yang mampu
berkembang dengan menggunakan tunas yang tumbuh secara tidak normal. Kondisi tunas
seperti ini biasa disebut sebagai tunas adventif.
Proses pembentukan tunas ini sendiri berhubungan erat dengan letak jaringan tumbuhan
itu sendiri. pada kondisi normal maka tunas akan dapat tumbuh pada bagian ujung tumbuhan
tersebut. Asupan nutrisi yang cukup dan memadai akan menjadi salah satu unsur utama yang
digunakan untuk membentuk sebuah tunas baru. Pada hal tersebut maka jaringan yang sangat
berperan aktif dalam pembentukan tunas adalah jaringan meristem.Biasanya jaringan meristem
ini ditemukan pada ujung muda tumbuhan dan juga ujung bagian agar. Pada daerah tersebut
jaringan meristem ini sendiri akan terus membelah terus menerus. Namun, pada beberapa jenis
tumbuhan ada juga yang dapat menjadikan jaringan meristem ini sebagai pembentuk individu
baru. Salah satu proses yang dapat kita temukan adalah munculnya tunas baru pada bagian
batang dan juga pada bagian akar. kedua kondisi tersebut merupakan contoh dai proses
pembentukan tunas adventif.
Proses berkembang biak adalah sebuah kebutuhan mendasar. Proses yang satu ini sangat
di butuhkan oleh setiap makhluk hidup yang ada di muka bumi. hal tersebut karena proses
berkembang biak merupakan salah satu faktor utama untuk dapat mempertahankan populasi
jenisnya. Dalam proses berkembang biak ini kita mengenal dua golongan pembagian utama.
Pembagian ini sendiri berdasarkan proses reproduksi yang mereka lakukan. Pada bagian
tersebut kita mengenal perkembangbiakan generatif dan juga perkembangbiakan vegetatif.
Atau, jika disederhanakan adalah perkembangbiakan secara kawin dan tak kawin. Kedua
proses reproduksi tersebut dapat kita temukan baik pada dunia hewan maupun dunia
tumbuhan. Pada dasarnya kedua proses tersebut memiliki tujuan yang sama,yaitu sama-
sama bertujuan untuk menghasilkan individu-individu baru. Namun, hanya prosesnya saja
yang berbeda satu sama lain.Pada dunia tumbuhan pun, kita mengenal beberapa contoh
perkembangbiakan generatif pada tumbuhan, dan juga perkembangbiakan vegetatif pada
tumbuhan. Keduanya, memiliki contoh masing-masing. Pada perkembangbiakan generative
merupakan proses jatuhnya benang sari pada putik, yang kemudian di ikuti dengan proses
pertemuan sel gamet. Dalam hal tersebut proses yang terjadi kurang lebih akan sama dengan
proses fertilisasi pada hewan. Sedangkan pada perkembangbiakan vegetative merupakan
sebuah perkembangbiakan yang tidak diikuti dengan proses pertemuan sel gamet.Proses
perkembangbiakan vegetatif pada dunia tumbuhan sendiri bisa dikatakan cukup banyak dan
beragam.
Kultur jaringan tanaman adalah suatu teknik untuk menumbuhkan sel, jaringan
ataupun irisan organ tanaman di laboratorium pada suatu media buatan yang mengandung
nutrisi yang aseptik (steril) untuk menjadi tanaman secara utuh. Kondisi steril merupakan suatu
syarat mutlak keberhasilan pelaksanaan kultur jaringan, sehingga kondisi ini harus tetap dijaga
selama proses kultur berlangsung. Walaupun hanya satu spora jamur atau hanya satu sel bakteri
yang masuk ke media kultur, maka pekerjaan kultur akan gagal dan tidak akan dihasilkan
tanaman baru.Kultur jaringan tanaman didasari oleh teori totipotensi sel (cellular totipotency)
yang menyebutkan bahwa setiap sel tanaman memiliki kapasitas untuk beregenerasi
membentuk tanaman secara utuh.
Kultur tunas adalah isolasi dan pertumbuhan aseptic ujung tunas atau meristem
secara invitro yang bertujuan untuk mendapatkan klon-klon tanaman atau untuk konservasi
plasma nutfah. Hal ini sesuai dengan literal Zulkarnai (2009) yang menyatakan bahwa teknik
kultur meristem mungkin paling banyak digunakan untuk tujuan memproduksi klon-klon
secara cepat.Beberapa faktor keberhasilan perbanyakan tanaman secara invitro adalah
pemilihan bahan eksplan.Hal ini sesuai degan literatur Purnomo Ningsih (2003) yang
menyatakan bahwa bahan eksplan yang masih ada adalah eksplan yang baik untuk tanaman
secara invitro. Semakin tua organ tanaman eksplan maka proses pembuahan regenerasi sel
cenderung menurun. Media yang digunakan dalam kultur tunas, yaitu menggunakan media
MS dengan penambahan NAA dan BAP yang merupakan zat pengatur tumbuh auksin dan
sitokinin. BPA dan NAA berfungsi untuk memacu tunas dari eksplan bekecambah. Hal ini
sesuai dengan literature Sugiarto (2013) yang menyatakan bahwa media terbaik untuk
perumbuhan kultur tunas yaitu media memacu multiplikasi tunas dari eksplan kecambah,
yaitu MS dengan penambahan BPA 0,3 ppm demikian pula dengan eksplan invitro. Tujuan
kultur tunas adalah untuk mendapatkan tanaman yang memiliki sifat yang sama seperti
induknya.Hal ini sesuai dengan literature yang menyatakan bahwa Andini (2001) yang
menyatakan bahwa tujuan kultur tunas adalah untuk mendapatkan tanaman yang memiliki
sifat yang sama seperti induknya.
Ujung tunas tersebut menggunakan eksplan bakal tunas apikal atau tunas aksilar,
berukuran 3-20 mm, menyertakan beberapa primordia daun dan jaringan pembuluh. Eksplan
bakal tunas aksilar dapat berupa ‘nodal segment’ (irisan buku) karena pada irisan buku (buku
merupakan bekas tempat daun tumbuh) terdapat bakal tunas aksilar. Eksplan ditanam pada media
induksi tunas (media dengan kandungan sitokinin) untuk memunculkan ‘pre-existing’ tunas yang
ada dalam eksplan.
Tunas dalam jumlah banyak bisa muncul (multiplikasi tunas), namun bisa juga hanya
dihasilkannya satu tunas dari satu eksplan. Jika dihasilkannya banyak tunas, tunas-tunas tersebut
disubkultur ke media perakaran (media dengan auksin) untuk dihasilkannya plantlet. Namun jika
yang muncul hanya satu tunas, maka dilakukan kultur ‘nodal segment’ kembali dari satu tunas
yang dihasilkan tersebut. Caranya yaitu dengan jalan menanam kembali irisan buku (node) yang
dihasilkan oleh tunas tersebut. Penanaman ‘nodal segment’umumnya dilakukan dengan posisi
irisan buku ‘tidur’.Tunas yang muncul kemudian bisa disubkultur ke media perakaran untuk
dihasilkannya plantlet. Proses ini bisa diulang kembali untuk diperoleh lebih banyak plantlet.
Munculnya bakal tunas aksilar sebagai bahan eksplan pada tanaman induk dapat dilakukan
dengan menstimulasinya. Contohnya pada tanaman Aglaonema sp.
Buku (node) pada batang disuntik dengan 30 μl BAP (konsentrasi 30ppm) untuk
memunculkan benjolan yang berupa bakal tunas aksilar (Mariani et al, 2011). Bakal tunas aksilar
ini kemudian diambil untuk dijadikan bahan eksplan. Perlakuan ini mempercepat pertumbuhan
tunas aksilar secara in vitro dibandingkan dengan menanam irisan buku secara in vitro tanpa
perlakuan.Perbanyakan tanaman dengan kultur ujung tunas ini sukses dilakukan untuk tanaman
pisang. Metode ini disebutkan superior (dibandingkan perbanyakan pisang secara konvensional
dengan sucker) dalam hal hasil optimal yang diperoleh, keseragaman bibit, kebersihan bibit
karena bebas penyakit serta sifat true to type yang diturunkan (Ngomuo et al. 2014).
Kesimpulan
Kultur tunas adalah isolasi dan pertumbuhan aseptic ujung tunas atau meristem
secara invitro yang bertujuan untuk mendapatkan klon-klon tanaman atau konservasi plasma
nutfah. Kultur tunas di dasari oleh teknik kultur jaringan atau kultur in-vitro yang dimana teknik
tersebut menumbuhkan organ, jaringan, sel (atau protoplas) tanaman secara in vitro.
Perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan ini tergolong perbanyakan secara vegetatif
dan anakan yang dihasilkan akan sama dengan induknya (true-to type). Selain sifat true to type
pada anakannya, teknik perbanyakan dengan cara ini lebih efisien karena dari bahan tanam yang
berukuran kecil akan dihasilkan anakan dalam jumlah banyak. Selain itu, area yang dibutuhkan
untuk proses perbanyakan juga jauh lebih sedikit dibandingkan perbanyakan vegetatif
konvensional. Bibit tanaman yang dihasilkan dengan kultur ini juga lebih bagus dan sehat,
sehingga untuk tujuan perdagangan bibit, maka bibit yang dihasilkan akan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA