Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karuniaNya, sehungga kami dapat menyelesaikan makalah ini, walaupun jauh dari
kesempurnaan.
Adapun tujuan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu mata kuliah Filsafat
Kemuhammadiyah, Kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan.
Kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi menyempurnakan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, 28 Oktober 2019

PENULIS

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................1


DAFTAR ISI .................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................3
1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................................3
1.2 RUMUSAN MASALAH ........................................................................................................3
1.3 TUJUAN ................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................................4
2.1 Konteks Historis Kelahiran Muhammadiyah .........................................................................4
2.1.1 Sejarah Berdirinya Muhammadiyah ....................................................................................4
2.1.2 Visi dan Misi Muhammadiyah .............................................................................................8
2.1.3 Faktor Internal dan Eksternal Lahirnya Muhammadiyah ...............................................8
2.1.4 Perkembangan Muhammadiyah di Indonesia ...................................................................11
2.1.5 Muhammadiyah Pada Masa Orde Lama ...........................................................................12
2.1.6 Muhammadiyah Pada Masa Orde Baru .............................................................................12
2.1.7 Maksut dan Tujuan Muhammadiyah .................................................................................13
2.2 Profil KH. Ahmad Dahlan .....................................................................................................14
2.3 Agenda Muhammadiyah di Era Reformasi ...........................................................................19
2.4 Gerak Muhammadiyah Se-abad Melintasi Zaman ..............................................................22
2.4.1 Komitmen Gerakan ..............................................................................................................23
2.4.2 Pandangan Keagamaan ........................................................................................................24
2.4.3 Pandangan Tentang Kehidupan ...........................................................................................27
2.4.4 Tanggung jawab Kebangsaan dan Kemanusiaan .............................................................28
2.4.5 Agenda dan Langkah Kedepan ............................................................................................29
BAB III PENUTUP ......................................................................................................................32
Kesimpulan ...................................................................................................................................32
Saran .............................................................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................33
2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama
organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga Muhammadiyah juga dapat
dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW.
Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang
terjadi dalam proses dakwah. Penyimpangan ini sering menyebabkan ajaran Islam bercampur-
baur dengan kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi.
Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan
masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama yang
bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia
dalam segala aspeknya.
Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan kepada perintah-
perintah Al Quran, diantaranya dalam QS. Ali Imran ayat 104 yang artinya:
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung.”
Ayat tersebut, menurut para tokoh Muhammadiyah, mengandung isyarat untuk bergeraknya
umat dalam menjalankan dakwah Islam secara teorganisasi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Konteks Historis Kelahiran Muhammadiyah ?
2. Profil KH. Ahmad Dahlan ?
3. Agenda Muhammadiyah di Era Reformasi ?
4. Gerak Muhammadiyah Se-Abad Melintasi Zaman ?
1.3 Tujuan Masalah
1. Mengetahui Konteks Historis Kelahiran Muhammadiyah
2. Mengetahui Profil KH. Ahmad Dahlan
3. Mengetahui Agenda Muhammadiyah di Era Reformasi
4. Mengetahui Gerak Muhammadiyah Se-Abad Melintasi Zaman
3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konteks Historis Kelahiran Muhammadiyah


2.1.1 Sejarah Berdirinya Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan di Kampung Kauman Yogyakarta pada 8 Dzulhijjah 1330
H/18 November 1912 oleh Muhammad Darwis yang kemudian dikenali sebagai K.H. Ahmad
Dahlan. Beliau adalah pegawai kesultanan Kraton Yogyakarta sebagai seorang Khatib dan
sebagai pedagang. Melihat keadaan umat Islam pada waktu itu dalam keadaan jumud, beku dan
penuh dengan amalan-amalan yang bersifat mistik, beliau tergerak hatinya untuk mengajak
mereka kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya berdasarkan Al-Qur’an dan Hadis. Oleh
kerana itu beliau memberikan pengertian keagamaan di rumahnya di tengah kesibukannya
sebagai Khatib dan pedagang.
Kelahiran dan keberadaan Muhammadiyah pada awal berdirinya tidak lepas dan
merupakan menifestasi dari gagasan pemikiran dan amal perjuangan Kyai Haji Ahmad Dahlan
(Muhammad Darwis) yang menjadi pendirinya. Setelah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci
dan bermukim yang kedua kalinya pada tahun 1903, Kyai Dahlan mulai menyemaikan benih
pembaruan di Tanah Air. Gagasan pembaruan itu diperoleh Kyai Dahlan setelah berguru kepada
ulama-ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari
Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih
dari Maskumambang; juga setelah membaca pemikiran-pemikiran para pembaru Islam seperti
Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan
Rasyid Ridha. Dengan modal kecerdasan dirinya serta interaksi selama bermukim di Ssudi
Arabia dan bacaan atas karya-karya para pembaru pemikiran Islam itu telah menanamkan benih
ide-ide pembaruan dalam diri Kyai Dahlan. Jadi sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai Dahlan
justru membawa ide dan gerakan pembaruan, bukan malah menjadi konservatif.
Embrio kelahiran Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi untuk mengaktualisasikan
gagasan-gagasannya merupakan hasil interaksi Kyai Dahlan dengan kawan-kawan dari Boedi
Oetomo yang tertarik dengan masalah agama yang diajarkan Kyai Dahlan, yakni R. Budihardjo
dan R. Sosrosugondo. Gagasan itu juga merupakan saran dari salah seorang siswa Kyai Dahlan
di Kweekscholl Jetis di mana Kyai mengajar agama pada sekolah tersebut secara ekstrakulikuler,
4
yang sering datang ke rumah Kyai dan menyarankan agar kegiatan pendidikan yang dirintis Kyai
Dahlan tidak diurus oleh Kyai sendiri tetapi oleh suatu organisasi agar terdapat kesinambungan
setelah Kyai wafat. Dalam catatan Adaby Darban, ahli sejarah dari UGM kelahiran Kauman,
nama ”Muhammadiyah” pada mulanya diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat Kyai
Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu, seorang Ketib Anom Kraton Yogyakarta
dan tokoh pembaruan yang kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta, yang kemudian
diputuskan Kyai Dahlan setelah melalui shalat istikharah (Darban, 2000: 34). Artinya, pilihan
untuk mendirikan Muhammadiyah memiliki dimensi spiritualitas yang tinggi sebagaimana
tradisi kyai atau dunia pesantren.
Gagasan untuk mendirikan organisasi Muhammadiyah tersebut selain untuk
mengaktualisasikan pikiran-pikiran pembaruan Kyai Dahlan, menurut Adaby Darban (2000: 13)
secara praktis-organisatoris untuk mewadahi dan memayungi sekolah Madrasah Ibtidaiyah
Diniyah Islamiyah, yang didirikannya pada 1 Desember 1911. Sekolah tersebut merupakan
rintisan lanjutan dari ”sekolah” (kegiatan Kyai Dahlan dalam menjelaskan ajaran Islam) yang
dikembangkan Kyai Dahlan secara informal dalam memberikan pelajaran yang mengandung
ilmu agama Islam dan pengetahuan umum di beranda rumahnya. Dalam tulisan Djarnawi
Hadikusuma yang didirikan pada tahun 1911 di kampung Kauman Yogyakarta tersebut,
merupakan ”Sekolah Muhammadiyah”, yakni sebuah sekolah agama, yang tidak diselenggarakan
di surau seperti pada umumnya kegiatan umat Islam waktu itu, tetapi bertempat di dalam sebuah
gedung milik ayah Kyai Dahlan, dengan menggunakan meja dan papan tulis, yang mengajarkan
agama dengan dengan cara baru, juga diajarkan ilmu-ilmu umum.
Maka pada tanggal 18 November 1912 Miladiyah bertepatan dengan 8 Dzulhijah 1330
Hijriyah di Yogyakarta akhirnya didirikanlah sebuah organisasi yang bernama
”MUHAMMADIYAH”. Organisasi baru ini diajukan pengesahannya pada tanggal 20 Desember
1912 dengan mengirim ”Statuten Muhammadiyah” (Anggaran Dasar Muhammadiyah yang
pertama, tahun 1912), yang kemudian baru disahkan oleh Gubernur Jenderal Belanda pada 22
Agustus 1914. Dalam ”Statuten Muhammadiyah” yang pertama itu, tanggal resmi yang diajukan
ialah tanggal Miladiyah yaitu 18 November 1912, tidak mencantumkan tanggal Hijriyah. Dalam
artikel 1 dinyatakan, ”Perhimpunan itu ditentukan buat 29 tahun lamanya, mulai 18 November
1912. Namanya ”Muhammadiyah” dan tempatnya di Yogyakarta”. Sedangkan maksudnya
(Artikel 2), ialah: a. menyebarkan pengajaran Igama Kangjeng Nabi Muhammad Shallalahu
5
‘Alaihi Wassalam kepada penduduk Bumiputra di dalam residensi Yogyakarta, dan b.
memajukan hal Igama kepada anggauta-anggautanya.”
Terdapat hal menarik, bahwa kata ”memajukan” (dan sejak tahun 1914 ditambah dengan
kata ”menggembirakan”) dalam pasal maksud dan tujuan Muhammadiyah merupakan kata-kunci
yang selalu dicantumkan dalam ”Statuten Muhammadiyah” pada periode Kyai Dahlan hingga
tahun 1946 (yakni: Statuten Muhammadiyah Tahun 1912, Tahun 1914, Tahun 1921, Tahun
1931, Tahun 1931, dan Tahun 1941). Sebutlah Statuten tahun 1914: Maksud Persyarikatan ini
yaitu:
1) Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran Igama di Hindia Nederland
2) Memajukan dan menggembirakan kehidupan (cara hidup) sepanjang kemauan agama Islam
kepada lid-lidnya.
Dalam pandangan Djarnawi Hadikusuma, kata-kata yang sederhana tersebut mengandung
arti yang sangat dalam dan luas. Yaitu, ketika umat Islam sedang dalam kelemahan dan
kemunduran akibat tidak mengerti kepada ajaran Islam yang sesungguhnya, maka
Muhammadiyah mengungkap dan mengetengahkan ajaran Islam yang murni itu serta
menganjurkan kepada umat Islam pada umumnya untuk mempelajarinya, dan kepada para ulama
untuk mengajarkannya, dalam suasana yang maju dan menggembirakan.
Pada AD Tahun 1946 itulah pencantuman tanggal Hijriyah (8 Dzulhijjah 1330) mulai
diperkenalkan. Perubahan penting juga terdapat pada AD Muhammadiyah tahun 1959, yakni
dengan untuk pertama kalinya Muhammadiyah mencantumkan ”Asas Islam” dalam pasal 2 Bab
II., dengan kalimat, ”Persyarikatan berasaskan Islam”. Jika didaftar, maka hingga tahun 2005
setelah Muktamar ke-45 di Malang, telah tersusun 15 kali Statuten/Anggaran Dasar
Muhammadiyah, yakni berturut-turut tahun 1912, 1914, 1921, 1934, 1941, 1943, 1946, 1950
(dua kali pengesahan), 1959, 1966, 1968, 1985, 2000, dan 2005. Asas Islam pernah dihilangkan
dan formulasi tujuan Muhammadiyah juga mengalami perubahan pada tahun 1985 karena
paksaan dari Pemerintah Orde Baru dengan keluarnya UU Keormasan tahun 1985. Asas Islam
diganti dengan asas Pancasila, dan tujuan Muhammadiyah berubah menjadi ”Maksud dan tujuan
Persyarikatan ialah menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud
masyarakat utama, adil dan makmur yang diridlai Allah Subhanahu wata’ala”. Asas Islam dan
tujuan dikembalikan lagi ke ”masyarakat Islam yang sebenar-benarnya” dalam AD
Muhammadiyah hasil Muktamar ke-44 tahun 2000 di Jakarta.
6
Kelahiran Muhammadiyah sebagaimana digambarkan itu melekat dengan sikap,
pemikiran, dan langkah Kyai Dahlan sebagai pendirinya, yang mampu memadukan paham Islam
yang ingin kembali pada Al-Quran dan Sunnah Nabi dengan orientasi tajdid yang membuka
pintu ijtihad untuk kemajuan, sehingga memberi karakter yang khas dari kelahiran dan
perkembangan Muhammadiyah di kemudian hari. Kyai Dahlan, sebagaimana para pembaru
Islam lainnya, tetapi dengan tipikal yang khas, memiliki cita-cita membebaskan umat Islam dari
keterbelakangan dan membangun kehidupan yang berkemajuan melalui tajdid (pembaruan) yang
meliputi aspek-aspek tauhid (‘aqidah), ibadah, mu’amalah, dan pemahaman terhadap ajaran
Islam dan kehidupan umat Islam, dengan mengembalikan kepada sumbernya yang aseli yakni
Al-Quran dan Sunnah Nabi yang Shakhih, dengan membuka ijtihad.
Mengenai langkah pembaruan Kyai Dahlan, yang merintis lahirnya Muhammadiyah di
Kampung Kauman, Adaby Darban (2000: 31) menyimpulkan hasil temuan penelitiannya sebagai
berikut:”Dalam bidang tauhid, K.H A. Dahlan ingin membersihkan aqidah Islam dari segala
macam syirik, dalam bidang ibadah, membersihkan cara-cara ibadah dari bid’ah, dalam bidang
mumalah, membersihkan kepercayaan dari khurafat, serta dalam bidang pemahaman terhadap
ajaran Islam, ia merombak taklid untuk kemudian memberikan kebebasan dalam ber-ijtihad.”.
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia
mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-
jauhnya.”(QS. An-Nisa, ayat 116)
Faktor utama yang mendorong berdirinya Muhammadiyah adalah hasil pendalaman K.H.
Ahmad Dahlan terhadap Al Qur’an dalam menelaah, membahas, meneliti dan mengkaji
kandungan isinya. Dalam surat Ali Imran ayat 104 dikatakan bahwa: “ Dan hendaklah ada
diantara kamu sekalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada
yang ma’ruf dan mencegah yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung”. Memahami
seruan diatas, K.H. Ahmad Dahlan tergerak hatinya untuk membangun sebuah perkumpulan,
organisasi atau perserikatan yang teratur dan rapi yang tugasnya berkhidmad pada pelaksanaan
misi dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar di tengah masyarakat.

7
2.1.2 Visi dan Misi Muhammadiyah
1. Visi
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah
dengan watak tajdid yang dimilikinya senantiasa istiqomah dan aktif dalam
melaksanakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar di semua bidang dalam upaya
mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil’alamin menuju terciptanya/terwujudnya
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
Hadist yang menerangkan:
َ‫لى هللاِ قَا َل أَد َْو ُم َها َو ِإ ْن قَ َّل َوقَا َل ا ْكلَفُ ْوا مِن‬
َ ِ‫ي األ َ ْع َما ِل أ َ َحبُّ إ‬
ُّ َ ‫ي صلم أ‬
ُّ ِ‫سئِ َل النَّب‬ ْ َ‫ي هللاُ َع ْن َها قَال‬
ُ :‫ت‬ ِ ‫شةَ َر‬
َ ‫ض‬ َ ِ‫َع ْن َعائ‬
‫ (رواه البخارى‬. َ‫)األ َ ْع َما ِل َما ت ُ ِط ْيقُ ْون‬
Artinya :” Dari Aisyah r.a. berkata : Nabi pernah ditanya :”Manakah amal yang paling
dicintai Allah? Beliau bersabda :”Yang dilakukan secara terus menerus meskipun
sedikit”. Beliau bersabda lagi :”Dan lakukanlah amal-amal itu, sekadar kalian sanggup
melakukannya.” (HR. Bukhari)
2. Misi
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf nahi munkar memiliki misi:
1.Menegakkan keyakinan tauhid yang murni sesuai dengan ajaran Allah SWT yang
dibawa oleh para Rasul sejak Nabi Adam as. hingga Nabi Muhammad saw.
2.Memahami agama dengan menggunakan akal fikiran sesuai dengan jiwa ajaran Islam
untuk menjawab dan menyelesaikan persoalan-persoalan kehidupan.
3. Menyebar luaskan ajaran Islam yang bersumber pada Al-Qur’an sebagai kitab Allah
terakhir dan Sunnah Rasul untuk pedoman hidup umat manusia.
4. Mewujudkan amalan-amalan Islam dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.
2.1.3 Faktor Internal dan Eksternal Lahirnya Muhammadiyah
a. Faktor obyektif yang bersifat Internal
Kelemahan dan praktek ajaran Islam.
Kelemahan praktek ajaran agama Islam dapat dijelaskan melalui dua bentuk,
1. Tradisionalisme
Pemahaman dan praktek Islam tradisionalisme ini ditandai dengan
pengukuhan yang kuat terhadap khasanah intelektual Islam masa lalu dan
menutup kemungkinan untuk melakukan ijtihad dan pembaharuan-pembaharuan
8
dalam bidang agama. Paham dan praktek agama seperti ini mempersulit agenda
ummat untuk dapat beradaptasi dengan perkembangan baru yang banyak datang
dari luar (barat). Tidak jarang, kegagalan dalam melakukan adaptasi itu
termanifestasikan dalam bentuk-bentuk sikap penolakan terhadap perubahan dan
kemudian berapologi terhadap kebenaran tradisional yang telah menjadi
pengalaman hidup selama ini.
2. Sinkretisme
Pertemuan Islam dengan budaya lokal disamping telah memperkaya
khasanah budaya Islam, pada sisi lainnya telah melahirkan format-format
sinkretik, percampuradukkan antara sistem kepercayaan asli masyarakat-budaya
setempat. Sebagai proses budaya, percampuradukkan budaya ini tidak dapat
dihindari, namun kadang-kadang menimbulkan persoalan ketika
percampuradukkan itu menyimpang dan tidak dapat dipertanggungjawabkan
dalam tinjauan aqidah Islam. Orang Jawa misalnya, meski secara formal mengaku
sebagai muslim, namun kepercayaan terhadap agama asli mereka yang animistis
tidak berubah. Kepercayaan terhadap roh-roh halus, pemujaan arwah nenek
moyang, takut pada yang angker, kuwalat dan sebagainya menyertai kepercayaan
orang Jawa. Islam, Hindu, Budha dan animisme hadir secara bersama-sama dalam
sistem kepercayaan mereka, yang dalam aqidah Islam banyak yang tidak dapat
dipertanggung jawabkan secara Tauhid.
3. Kelemahan Lembaga Pendidikan Islam
Lembaga pendidikan tradisional Islam, Pesantren, merupakan sistem
pendidikan Islam yang khas Indonesia. Transformasi nilai-nilai keIslaman ke
dalam pemahaman dan kesadaran umat secara institusional sangat berhutang budi
pada lembaga ini. Namun terdapat kelemahan dalam sistem pendidikan Pesantren
yang menjadi kendala untuk mempersiapkan kader-kader umat Islam yang dapat
tumbuh dan berkembang sesuai dengan zaman. Salah satu kelemahan itu terletak
pada materi pelajaran yang hanya mengajarkan pelajaran agama, seperti Bahasa
Arab, Tafsir, Hadist, Ilmu Kalam, Tasawwuf dan ilmu falak. Pesanteren tidak
mengajarkan materi-materi pendidikan umum seperti ilmu hitung, biologi, kimia,
fisika, ekonomi dan lain sebagainya, yang justru sangat diperlukan bagi umat
9
Islam untuk memahami perkembangan zaman dan dalam rangka menunaikan
tugas sebagai khalifah di muka bumi ini. Ketiadaan lembaga pendidikan yang
mengajarkan kedua materi inilah yang menjadi salah satu latar belakang dan sebab
kenapa KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah, yakni untuk melayani
kebutuhan umat terhadap ilmu pengetahuan yang seimbang antara ilmu agama
dan ilmu duniawi.
b. Faktor Objektif yang Bersifat Eksternal
1. Kristenisasi
Faktor objektif yang bersifat eksternal yang paling banyak mempengaruhi
kelahiran Muhammadiyah adalah kristenisasi, yakni kegiatan-kegiatan yang
terprogram dan sistematis untuk mengubah agama penduduk asli, baik yang muslim
maupun bukan, menjadi kristen. Kristenisasi ini mendapatkan peluang bahkan
didukung sepenuhnya oleh pemerintah Kolonialisme Belanda. Missi Kristen, baik
Katolik maupun Protestan di Indonesia, memiliki dasar hukum yang kuat dalam
Konstitusi Belanda. Bahkan kegiatan-kegiatan kristenisasi ini didukung dan dibantu
oleh dana-dana negara Belanda. Efektifitas penyebaran agama Kristen inilah yang
terutama mengguggah KH. Ahmad Dahlan untuk membentengi ummat Islam dari
pemurtadan.
2. Kolonialisme Belanda
Penjajahan Belanda telah membawa pengaruh yang sangat buruk bagi
perkembangan Islam di wilayah nusantara ini, baik secara sosial, politik, ekonomi
maupun kebudayaan. Ditambah dengan praktek politik Islam Pemerintah Hindia
Belanda yang secara sadar dan terencana ingin menjinakkan kekuatan Islam, semakin
menyadarkan umat Islam untuk melakukan perlawanan. Menyikapi hal ini, KH.
Ahmad Dahlan dengan mendirikan Muhammadiyah berupaya melakukan perlawanan
terhadap kekuatan penjajahan melalui pendekatan kultural, terutama upaya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui jalur pendidikan.
3. Gerakan Pembaharuan Timur Tengah
Gerakan Muhammadiyah di Indonesia pada dasarnya merupakan salah satu
mata rantai dari sejarah panjang gerakan pembaharuan yang dipelopori oleh Ibnu
Taymiyah, Ibnu Qayyim, Muhammad bin Abdul Wahhab, Jamaluddin al-Afgani,
10
Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dan lain sebagainya. Persentuhan itu terutama
diperolah melalui tulisan-tulisan Jamaluddin al-Afgani yang dimuat dalam majalah
al-Urwatul Wutsqa yang dibaca oleh KH. Ahmad Dahlan. Tulisan-tulisan yang
membawa angin segar pembaharuan itu, ternyata sangat mempengaruhi KH. Ahmad
Dahlan, dan merealisasikan gagasan-gagasan pembaharuan ke dalam tindakan amal
yang riil secara terlembaga.Dengan melihat seluruh latar belakang kelahiran
Muhammadiyah, dapat dikatakan bahwa KH. Ahmad Dahlan telah melakukan
lompatan besar dalam beritijtihad. Prinsip-prinsip dasar perjuangan Muhammadiyah
tetap berpijak kuat pada al-Quran dan Sunnah, namun implementasi dalam
operasionalisasinya yang memeiliki karakter dinamis dan terus berubah-ubah sesuai
dengan perkembangan zaman Muhammadiyah banyak memungut dari berbagai
pengalaman sejarah secara terbuka (misalnya sistem kerja organisasi yang banyak
diilhami dari yayasan-yayasan Katolik dan Protestan yang banyak muncul di
Yogyakarta waktu itu.
2.1.4 Perkembangan Muhammadiyah di Indonesia
1. Muhammadiyah Pada Masa Penjajahan
Pada masa ini, perintisan yang dilakukan K.H.A.Dahlan mengarah pada ajakan untuk
melaksanakan islam secara benar sesuai dengan tuntunan AL-Qur’an dan As-sunah
shahihah, wujud rintisan K.H.A.Dahlan antara lain :
a) Pada tahun 1898, beliau meluruskan arah kiblat secara benar dengan serong kearah barat
laut 24,5 derajat.
b) Bermula dari sekolah yang dirintis di teras rumah K.H.A Dahlan dan akhirnya beliau
membangun gedung standard school med de Qur’an hingga akhirnya pendidikan
Muhammadiyah terus berkembang.
c) K.H.A Dahlan yang dibantu K.H.Suja’ merintis RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta
pada 15 Februari1923.
d) Pada tahun 1922, didirikan mushala khusus wanita.
Pada 23 Februari 1923, K.H.A Dahlan wafat. Namun perjuangan Muhammadiyah tetap
dilanjutkan oleh murid-murid beliau dan terus mengalami perkembangan seperti :
a) H. Karim Amrullah yang bergelar H. Rasul pemimpin perkumpulan Sandi Aman di
Padang bergabung dengan Muhammadiyah.
11
b) Dipercayakannya Consul-Consul di luar pulau Jawa kepada :
1. AR Sutan Mansyur consul untuk pulau Sumatera.
2. M.Hasan Tjorong consul untuk pulau Kalimantan.
3. D.Muntu consul untuk pulau Sulawesi.
4. Muhammadiyah Pada Masa Kemerdekaan
Rasa kecintaan Muhammadiyah terhadap tanah air dibuktikan dengan di bentuknya
perkumpulan Hisbul Wathan yang berarti pembela tanah air. Beberapa aktivisnya yaitu bapak
Sarbini dan Jend.Sudirman.
Setelah Indonesia merdeka, putera terbaik Muhammadiyah Ki Bagus Hadikusuma menjadi
anggota BPUPKI untuk merumuskan Pancasila.Pada 17 Agustus 1945, Muhammadiyah
membidani lahirnya partai Masyumi yang diresmikan pada 7 November 1945.
2.1.5 Muhammadiyah Pada Masa Orde Lama

Kemenangan Partai Masyumi pada 1955, membuat PKI dan antek-anteknya menaruh dendam
hingga menuduh Masyumi terlibat dalam pemberontakan PRRI di Sumatera. PKI membujuk
penguasa pada saat itu untuk membubarkan Masyumi yang tentu akan mengancam eksistensi
Muhammadiyah. Tetapi,keputusan tertingi tetap di tangan presiden Soekarno.
Dampak dari permasalahan tersebut, banyak tokoh Masyumi yang notabene
aktivis Muhammadiyah dijebloskan ke penjara yakni :
a) Buya HAMKA
b) Mr.Kasman Singidimejo
c) dr.Yusuf Wibisono
Pada 1959, dikeluarkan dekrit presiden yang memberi waktu pada Masyumi untuk membubarkan
diri. Lalu dalam rangka menyelamatkan Muhammadiyah dari hasutan PKI terhadap presiden,
diberikanlah predikat “Anggota Setia Muhammadiyah” kepada Ir.Soekarno.
2.1.6 Muhammadiyah Pada Masa Orde Baru

Pada masa ini, Muhammadiyah menata kembali organisasinya dan turut membantu

pemerintah dalam menumpas PKI. Namun setelah cukup lama berkuasa, mulai terjadi

penyelewengan-penyelewengan. Semua organisasi Massa dan politik tidak ada yang boleh

menentang kata-kata pemerintah. Pada 1977, munculnya krisis moneter yang menyerang bangsa

12
Indonesia. Hal ini mendorong para aktivis untuk ikut bersama gelombang masyarakat untuk

melengserkan rezim orde baru. Akhirnya pada 22 Mei 1998, rezim orde baru tumbang, dan

digantikan dengan Masa Reformasi yang satu diantara penggeraknya ialah Prof. DR.H.Amien

Rais.

2.1.7 Maksud dan Tujuan Muhammadiyah


Rumusan maksud dan tujuan Muhammadiyah sejak berdiri hingga sekarang ini telah
mengalami beberapa kali perubahan redaksional, perubahan susunan bahasa dan istilah. Tetapi,
dari segi isi, maksud dan tujuan Muhammadiyah tidak berubah dari semula. Pada waktu pertama
berdirinya Muhamadiyah memiliki maksud dan tujuan sebagai berikut:
a) Rumusan pertama Menyebarkan pengajaran Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wa sallam kepada penduduk bumi-putra, di dalam residensi Yogyakarta. Dan
Memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya.
b) Rumusan kedua terjadi setelah muhammadiyah meluas ke berbagai daerah di luar
Yogyakarta. Memperhatikan jumlah cabang yang ada di luar Yogyakarta maka
maksud dan tujuan muhammadiyah harus direvisi sesuaii dengan keadaan riil yang
dialaminya. Adapun isinya adalah memajukan dan menggembirakan pengajaran
dan pelajaran agama Islam di Hindia Belanda, serta memajukan dan
menggembirakan hidup sepanjang kemauan Agama Islam kepada sekutu-
sekutunya.
c) Rumusan ketiga rumusan ketiga ini terjadi ketika masa pendudukan Jepang di
Indonesia. Pemerintahan fasis ini mengharuskan terjadinya perubahan redaksional
yang sesuai dengan yang dikehendakinya. Maka rumusanya adalah sesuai dengan
kepercayaan untuk mendirikan kemakmuran bersamaseluruh Asia Timur Raya
dibawah pimpinan Dai Nippon, dan memang diperintahkan oleh Allah maka
perkumpulan ini:
1) Hendaknya menyiarkan agama Islam, serta melatihkan hidup yang selaras
dengan tuntunannya.
2) Hendak melakukan pekerjaan perbaikan umum.
3) Hendak memajukan pengetahuan dan keepandaian serta budi pekerti yang baik
kepada anggoya-anggotanya.
13
d) Rumusan keempat terjadi setelah Muktamar Muhammadiyah ke 31 di Yogyakarta.
Adapaun rumusanya adalah menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam
sehingga dapat mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
e) Rumusan kelima ini diubah pada Muktamar Muhammadiyah ke 34 di Yogyakarta.
Perubahan ini hanya pada redaksionalnya saja dari kata dapat mewujudkan menjadi
terwujudnya. Sihingga rumusan resminya adalah, Menegakkan dan menjunjung
tinggi agama Islam terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.
f) Rumusan keenam terjadi pada Muktamar Muhammadiyah ke 41 di Surakarta. Pada
tahun itu Muhammadiyah harus merubah maksud dan tujuan azaznya, dikarenakan
kehadiran Undang-undang nomor 8 tahun 1985 tentang kewajiban setiap ormas,
baik agama maupun non agama untuk mencantumkan asas pancasila. Adapun
maksud dan tujuan hasil Muktamar ke 41 itu adalah menegakkan dan menjunjung
tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama, adil, dan makmur yang
diridhai Allah SWT.
g) Rumusan ketujuh Muhammadiyah adalah gerakan Islam, Dakwah Amar ma’ruf
Nahi Munkar, berasaskan Islam yang bersumber pada al Qur’an dan As-Sunnah.
2.2 Profil KH. Ahmad
Beliau dikenal sebagai pendiri Muhammadiyah, salah satu organisasi islam terbesar
di Indonesia. Beliau juga merupakan seorang ulama dan salah satu tokoh pembaaharuan
islam di Indonesia. Berkat perjuangan jasa-jasa KH Ahmad Dahlan, Pemerintah Indonesia
menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepadanya. Berikut Profil dan biografi KH
Ahmad Dahlan dan sejarah perjuangan KH Ahmad Dahlan.
Kyai Haji Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868, Nama kecil KH
Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwis. Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang
bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya.
Pendiri Muhammadiyah ini termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik
Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor penyebaran
agama Islam di Jawa.
Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq, Maulana ‘Ainul
Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng
Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo, Kyai
14
Ilyas, Kyai Murtadla, KH Muhammad Sulaiman, KH Abu Bakar, dan Muhammad Darwisy
(Ahmad Dahlan).
Riwayat Pendidikan KH Ahmad Dahlan
Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun. Pada
periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu
dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah.
Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad
Dahlan. Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua tahun.
Menikah Dengan Nyai Ahmad Dahlan
Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru dari
pendiri NU, KH Hasyim Asyari. Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah,
sepupunya sendiri, anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai
Ahmad Dahlan, seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah.
Dari perkawinannya dengan Siti Walidah, KH Ahmad Dahlan mendapat enam orang
anak yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah.
Disamping itu KH Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah.
la juga pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH Ahmad
Dahlan juga mempunyai putera dari perkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik Adjengan
Penghulu) Cianjur yang bernama Dandanah. Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin
Pakualaman Yogyakarta.
Bergabung Dengan Organisasi Budi Utomo
Dengan maksud mengajar agama, pada tahun 1909 Kiai Dahlan masuk Boedi Oetomo
– organisasi yang melahirkan banyak tokoh-tokoh nasionalis. Di sana beliau memberikan
pelajaran-pelajaran untuk memenuhi keperluan anggota.
Pelajaran yang diberikannya terasa sangat berguna bagi anggota Boedi Oetomo
sehingga para anggota Boedi Oetomo ini menyarankan agar ia membuka sekolah sendiri
yang diatur dengan rapi dan didukung oleh organisasi yang bersifat permanen.
Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari nasib seperti pesantren tradisional yang
terpaksa tutup bila kiai pemimpinnya meninggal dunia.
Mendirikan Muhammadiyah

15
Saran Boedi Oetomountuk membuka sekolah sendiri yang diatur dengan rapi dan
didukung oleh organisasi yang bersifat permanen kemudian ditindaklanjuti Kiai Dahlan
dengan mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama Muhammadiyah pada 18 November
1912 (8 Dzulhijjah 1330).Organisasi ini bergerak di bidang kemasyarakatan dan
pendidikan. Melalui organisasi inilah beliau berusaha memajukan pendidikan dan
membangun masyarakat Islam.
Pemikiran KH Ahmad Dahlan
Pemikiran KH Ahmad Dahlan bahwa Islam hendak didekati serta dikaji melalui
kacamata modern sesuai dengan panggilan dan tuntutan zaman, bukan secara
tradisional.Beliau mengajarkan kitab suci Al Qur’an dengan terjemahan dan tafsir agar
masyarakat tidak hanya pandai membaca ataupun melagukan Qur’an semata, melainkan
dapat memahami makna yang ada di dalamnya.Dengan demikian diharapkan akan
membuahkan amal perbuatan sesuai dengan yang diharapkan Qur’an itu sendiri. Menurut
pengamatannya, keadaan masyarakat sebelumnya hanya mempelajari Islam dari kulitnya
tanpa mendalami dan memahami isinya.
Sehingga Islam hanya merupakan suatu dogma yang mati. Di bidang pendidikan, ia
mereformasi sistem pendidikan pesantren zaman itu.Yang menurutnya tidak jelas
jenjangnya dan tidak efektif metodenya lantaran mengutamakan menghafal dan tidak
merespon ilmu pengetahuan umum.
Maka KH Ahmad Dahlan mendirikan sekolah-sekolah agama dengan memberikan
pelajaran pengetahuan umum serta bahasa Belanda. Bahkan ada juga Sekolah
Muhammadiyah seperti H.I.S. met de Qur’an. Sebaliknya, beliau pun memasukkan
pelajaran agama pada sekolah-sekolah umum.
Ia terus mengembangkan dan membangun sekolah-sekolah. Sehingga semasa
hidupnya, beliau telah banyak mendirikan sekolah, masjid, langgar, rumah sakit, poliklinik,
dan rumah yatim piatu.
Kegiatan dakwah pun tidak ketinggalan. Beliau semakin meningkatkan dakwah
dengan ajaran pembaruannya. Di antara ajaran utamanya yang terkenal, beliau mengajarkan
bahwa semua ibadah diharamkan kecuali yang ada perintahnya dari Nabi Muhammad
SAW.

16
Beliau juga mengajarkan larangan ziarah kubur, penyembahan dan perlakuan yang
berlebihan terhadap pusaka-pusaka keraton seperti keris, kereta kuda, dan tombak.
Di samping itu, beliau juga memurnikan agama Islam dari percampuran ajaran agama
Hindu, Budha, animisme, dinamisme, dan kejawen.
Mendirikan Aisyiyah
Di bidang organisasi, pada tahun 1918, beliau membentuk organisasi Aisyiyah yang
khusus untuk kaum wanita. Pembentukan organisasi Aisyiyah, yang juga merupakan bagian
dari Muhammadiyah ini.
Mendirikan Hizbul Wathan
Karena menyadari pentingnya peranan kaum wanita dalam hidup dan perjuangannya
sebagai pendamping dan partner kaum pria. Sementara untuk pemuda, Kiai Dahlan
membentuk Padvinder atau Pandu – sekarang dikenal dengan nama Pramuka – dengan
nama Hizbul Wathan disingkat H.W.Di sana para pemuda diajari baris-berbaris dengan
genderang, memakai celana pendek, berdasi, dan bertopi. Hizbul Wathan ini juga
mengenakan uniform atau pakaian seragam, mirip Pramuka sekarang.
Pembentukan Hizbul Wathan ini dimaksudkan sebagai tempat pendidikan para
pemuda yang merupakan bunga harapan agama dan bangsa. Sebagai tempat persemaian
kader-kader terpercaya.
Ini sekaligus menunjukkan bahwa Agama Islam itu tidaklah kolot melainkan
progressif. Tidak ketinggalan zaman, namun sejalan dengan tuntutan keadaan dan kemajuan
zaman.
Tokoh Pembaharu Islam
Karena semua pembaruan yang diajarkan Kyai Dahlan ini agak menyimpang dari
tradisi yang ada saat itu, maka segala gerak dan langkah yang dilakukannya dipandang
aneh. Sang Kiai sering diteror seperti diancam bunuh, rumahnya dilempari batu dan kotoran
binatang.Ketika mengadakan dakwah di Banyuwangi, beliau diancam akan dibunuh dan
dituduh sebagai kiai palsu. Walaupun begitu, beliau tidak mundur. Beliau menyadari bahwa
melakukan suatu pembaruan ajaran agama (mushlih) pastilah menimbulkan gejolak dan
mempunyai risiko.
Dengan penuh kesabaran, masyarakat perlahan-lahan menerima perubaban yang
diajarkannya. Tujuan mulia terkandung dalam pembaruan yang diajarkannya.
17
Segala tindak perbuatan, langkah dan usaha yang ditempuh Kiai ini dimaksudkan
untuk membuktikan bahwa Islam itu adalah Agama kemajuan. Dapat mengangkat derajat
umat dan bangsa ke taraf yang lebih tinggi.Usahanya ini ternyata membawa dampak positif
bagi bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Banyak golongan intelektual dan
pemuda yang tertarik dengan metoda yang dipraktekkan Kiai Dahlan ini sehingga mereka
banyak yang menjadi anggota Muhammadiyah.
Dalam perkembangannya, Muhammadiyah kemudian menjadi salah satu organisasi
massa Islam terbesar di Indonesia. Melihat metoda pembaruan KH Ahmad Dahlan
ini.Beliaulah ulama Islam pertama atau mungkin satu-satunya ulama Islam di Indonesia
yang melakukan pendidikan dan perbaikan kehidupan um’mat, tidak dengan pesantren dan
tidak dengan kitab karangan, melainkan dengan organisasi.
Sebab selama hidup, beliau diketahui tidak pernah mendirikan pondok pesantren
seperti halnya ulama-ulama yang lain. Dan sepanjang pengetahuan, beliau juga konon
belum pernah mengarang sesuatu kitab atau buku agama.
Muhammadiyah sebagai organisasi tempat beramal dan melaksanakan ide-ide
pembaruan Kiai Dahlan ini sangat menarik perhatian para pengamat perkembangan Islam
dunia ketika itu. Para sarjana dan pengarang dari Timur maupun Barat sangat memfokuskan
perhatian pada Muhammadiyah.Nama Kiai Haji Akhmad Dahlan pun semakin tersohor di
dunia. Dalam kancah perjuangan kemerdekaan Republik Indonesia, peranan dan sumbangan
beliau sangatlah besar. Kiai Dahlan dengan segala ide-ide pembaruan yang diajarkannya
merupakan saham yang sangat besar bagi Kebangkitan Nasional di awal abad ke-20.
Kiai Dahlan menimba berbagai bidang ilmu dari banyak kiai yakni KH Muhammad
Shaleh di bidang ilmu fikih; dari KH Muhsin di bidang ilmu Nahwu-Sharaf (tata bahasa);
dari KH Raden Dahlan di bidang ilmu falak (astronomi).Dari Kiai Mahfud dan Syekh KH
Ayyat di bidang ilmu hadis; dari Syekh Amin dan Sayid Bakri Satock di bidang ilmu Al-
Quran, serta dari Syekh Hasan di bidang ilmu pengobatan dan racun binatang.
KH Ahmad Dahlan Wafat
Pada usia 54 tahun, tepatnya pada tanggal 23 Februari 1923, Kiai Haji Akhmad
Dahlan wafat di Yogyakarta. Beliau kemudian dimakamkan di kampung Karangkajen,
Brontokusuman, wilayah bernama Mergangsan di Yogyakarta.
Gelar Pahlawan Nasional
18
Atas jasa-jasa Kiai Haji Akhmad Dahlan maka negara menganugerahkan kepada
beliau gelar kehormatan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Gelar kehormatan
tersebut dituangkan dalam SK Presiden RI No.657 Tahun 1961, tgl 27 Desember 1961.
Kisah tentang KH Ahmad Dahlan juga diangkat ke layar lebar pada tahun 2010
dengan judul film ‘Sang Pencerah‘ yang menceritakan tentang kisah KH Ahmad Dahlan
dan terbentuknya Muhammadiyah.Tokoh KH Ahmad Dahlan sendiri dibintangi oleh Iksan
Tarore sebagai Tokoh Ahmad Dahlan Muda dan kemudian Lukman Sardi sebagai KH
Ahmad Dahlan. Film ini sendiri disutradarai oleh Hanung Bramatyo. Itulah profil dan
biografi KH Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah dan sejarah perjuangannya.
Semoga bermanfaat
2.3 Agenda Muhammadiyah di Era Reformasi

Keberadaan Muhammadiyah sebagai organisasi masyarakat dapat dikatakan sudah sangat


tua. Peransertanya di dalam membangun perada banbangsa Indonesia sangat terasa di berbagai
pelosok nusantara, dari Sabang sampai Merauke, bahkan hingga Mancanegara. Kiprahnya di
dunia dakwah, sosial dan kemanusiaan membuat nama Muhammadiyah semakin diingat oleh
seluruh lapisan masyarakat.
Muhammadiyah yang lahir dari rasa keprihatinan terhadap kondisi Rakyat Indonesia
yang pada saat itu dalam penguasaan penjajahan serta kemiskinan dan rendahnya tingkat
pendidikan rakyatnya, membuat Kyai H. Ahmad Dahlan tergerak memperbaiki kondisi rakyat
dan bangsa Indonesia dari kesengsaraan.
Muhammadiyah didirikan oleh Kyia H. Ahmad Dahlan di desaKauman, Yogyakarta pada
tanggal 8 Djulhijjah 1330 H atau bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 M.
Muhammadiyah di dirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan untuk usaha memurnikan ajaran islam yang
saat itu sangat dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat mistik. Pada masa kepemimpinannya pada
tahun 1912-1923, pengaruh Muhammadiyah masih sebatas di Karesidenan Yogyakarta,
Surakarta, Pekalongan dan Pekajangan.
Pada tahun 1925, Muhammadiyah mulai menyebar ke Sumatera Barat dengan membuka
cabang di Batang, Agama oleh Abdul Karim Amrullah. Sejak saat itu, Muhammadiyah
menyebar luas dengan cepat keseluruh Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan hingga pada tahun
1938 Muhammadiyah telah menyebar ke seluruh Indonesia. Perkembangan Muhammadiyah
sejak berdirinya berjalan setahap demi setahap namun pasti. Dengan kepiawaian pemimpinnya,
19
K.H. Ahmad Dahlan, yang memiliki kepribadian yang santun yang senantiasa memperlihatkan
toleransi dan pengertian kepada masyarakat maka dengan mudah mendapatkan sambutan yang
simpatik.
Dalam penyebaran Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan di bantu oleh beberapa tokoh
penting yang tersebar di berbagai daerah, diantaranya, Jend.Sudirman, Abdul Malik Karim
Amrullah, Ki Bagus Hadi kusumo dan lain lain. Para tokoh diantaranya terlibat dalam
peperangan melawan Belanda seperti Jend.Sudirman.Sedangkan Ki Bagus Hadi kusumo juga
mempunyai peran penting dalam proses persiapan kemerdekaan dengan ikut andil dalam Badan
Penyelidikan Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK) dan Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) dengan mengusulkan Islam sebagai Dasar Negara pada tahun 1945.
Pada tanggal 22 Juni 1945 lahirlah Piagam Jakarta dengan menjadikan Pancasila sebagai
Dasar Negara pada Rancangan Muka dimah/ Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan pada
tanggal 18 Agustus 1945. Pada Mukta marke – 41 di Surakarta pada tahun 1985,
Muhammadiyah menerima Pancasila sebagai asas organisasi, maka sejalan dengan perubahan
sosial politik di Indonesia, Muhammadiyah juga melakukan perubahan sikap yang sangat
mendasar, salah satunya dengan merubah Anggaran Dasar dengan Pancasila sebagai Asas
Tunggal organisasi. Lalu pada Muktamar yang ke – 44 di Jakarta pada tahun 2000 setelah
turunnya rezim Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto, Muhammadiyah merubah
anggaran dasarnya mengembalikan Asas Dasarnya yang Pancasila menjadi ke Asas awalya itu
Islam sebagai asas organisasi. Dalam Bab 1 tentang Nama, Identitas dan Tempat Kedudukan
Pasal 1 dan 2 berbunyi: “ Muhammadiyah adalah Gerakan Islam dan Dakwah Amar Ma’ruf Nahi
Munkar Berasaskan Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.”
Sejak berdirinya, Muhammadiyah lebih memusatkan perhatiannya kepada Dakwah, Sosial
dan Kemanusiaan sebagai realisasi dari keimanan para anggotanya kepada Allah SWT.
Muhammadiyah sebagai lembaga masyarakat tidak melibatkan diri kepada kekuatan politik
bahkan juga tidak terlibat dalam posisi kekuasaan negara tetapi untuk menjamin hak
warganya, maka Muhammadiyah membebaskan mereka untuk berkiprah di dalam organisasi
politik manapun yang sah termasuk posisi kenegaraan.
Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi terbesar di Indonesia memiliki peranan
penting dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya di bidang
Politik.Beberapa tokoh penting Muhammadiyah turut berperan aktif dalam catur perpolitikan
20
Indonesia, salah satunya yaitu Prof. Dr. H. M. Amin Rais yang pernah menjabat sebagai
Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 1995 – 1998.Berdasarkan sidang Tanwir
Muhammadiyah I di Denpasar Bali pada tahun 2002 dan di Makasar tahun 2003, Prof. Dr. H.M.
Amin Rais diberikan rekomendasi untuk tampil dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden
Republik Indonesia tahun 2004. Bersama dengan calon wakil presiden RI Ir. Siswono, Prof. Dr.
H.M. Amin Rais diharapkan mampu mereformasikan Indonesia menjadi Negara yang bersih dari
Kolusi,Korupsi dan Nepotisme. Muhammadiyah memang tidak melibatkan dirinya secara
langsung pada perpolitikan namun hanya kader-kadernya saja yang memang memiliki potensi
atau bakat yang terjun kedunia politik dengan catatan tetap membawa misi dakwah
Muhammadiyah yaitu Amar Ma’ruf Nahi Munkar di partai manapun. Meskipun muhammadiyah
tidak melibatkan diri dalam politik, namun Muhammadiyah juga memiliki agenda politik di era
reformasi, agenda ituantara lain:
1. Konsep pandangan Politik Muhammadiyah yang komprehensifdansistematik, yang
berangkatdaripandangankeagamaan (Amar Ma’rufNahiMunkar) danhasilpemikiranijtihad
yang menjadimetodepemahaman Islam dalamMuhammadiyah.
2. Sistemasi ulang pemikiran formal Muhammadiyah dengan menyusun konsep baru yang
lebih arti kulatif dala strategi perjuangan Muhammadiyah.
3. Fungsi Muhammadiyah sebagai kelompok Kepentingan. Lobi-lobi politik, penciptaan opini
publik, pendukungan atau penentangan kebijakan publik dalam politik praktis.
4. Pendidikan politik bagi masyarakat.
Tokoh pemuda Muhammadiyah lainnya yang berperan aktif dalam politik era reformasi
yaitu Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin (ketua PP Muhammadiyahthn 2005 – 2010) berperan
aktif dalam berbagai forum nasional ataupun internasional dalam upaya membina persatuan
bangsa dalam keragaman serta kedamaian.
Salah satu agenda utama yang menjadi perhatiannya adalah dengan melakukan
pembaharuan di berbagai bidang Amal Usaha Muhammadiyah agar bisa memberikan kontribusi
lebih besar kepada masyarakat luas berdasarkan prinsip-prinsip yang tersusun
dalam Muqaddimah Anggaran Dasar, yaitu:

21
Pada kesempatan berbeda, Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin di dalam Republikan
Newsroom hari Senin, 05 Januari 2009 di Jakarta menghimbau kepada warga Muhammadiyah
untuk melakukan pembaharuan di berbagai amal usaha yang ada, dikelola dengan baik sehingga
dapat memberikan kontribusi yang lebih besar kepada msyarakat luas yang merupakan juga
amanah dari pendiri Muhammadiyah, K.H. Ahmad Dahlan.Saat ini tidak banyak organisasi
Islam yang hadir di awal abad ke 21 yang mampu bertahan dalam menghadapi tantangan
zaman.Muhammadiyah terbukti mampu tetap berdiri, tetap berkiprah dan menjadi satu satunya
organisasi yang paling luas penyebarannya dari Sabang sampai Merauke hingga ke Manca
negara.
2.4 Gerak Muhammadiyah Se-abad Melintasi Zaman
Pada hakikatnya merupakan rahmat dan karunia Allah Subhanahu wa Ta‟ala yang patut
disyukuri oleh seluruh warga Persyarikatan. Dengan modal keikhlasan dan kerja keras segenap
anggota disertai dukungan masyarakat luas Muhammadiyah tidak kenal lelah melaksanakan misi
da‟wah dan tajdid dalam memajukan kehidupan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan. Gerakan
kemajuan tersebut ditunjukkan dalam melakukan pembaruan pemahaman Islam, pendidikan,
kesehatan, kesejahteraan sosial, serta berperan dalam perjuangan kemerdekaan dan
pembangunan bangsa di negeri ini. Namun disadari pula masih terdapat sejumlah masalah atau
tantangan yang harus dihadapi dan memerlukan langkah-langkah strategis dalam usianya yang
cukup tua itu. Perjuangan Muhammadiyah yang diwarnai dinamika pasang-surut itu tidak lain

22
untuk mencapai tujuan terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya serta dalam rangka
menyebarkan misi kerisalahan Islam sebagai rahmatan lil-`alamin di bumi Allah yang terhampar
luas ini. Karena itu dengan senantiasa mengharapkan ridha dan pertolongan Allah SWT
Muhammadiyah dalam usia dan kiprahnya jelang satu abad ini menyampaikan pernyataan
pikiran (zhawahir al-afkar/statement of mind) sebagai berikut
2.4.1 Komitmen Gerakan
1. Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang mengemban misi da‟wah dan tajdid, berasas
Islam, bersumber pada al-Quran dan as-Sunnah, dan bertujuan mewujudkan masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah sesuai jatidirinya senantiasa istiqamah
untuk menunjukkan komitmen yang tinggi dalam memajukan kehidupan umat, bangsa,
dan dunia kemanusiaan sebagai wujud ikhtiar menyebarluaskan Islam yang bercorak
rahmatan lil-`alamin. Misi kerisalahan dan kerahmatan yang diemban Muhammadiyah
tersebut secara nyata diwujudkan melalui berbagai kiprahnya dalam pengembangan amal
usaha, program, dan kegiatan yang sebesar-besarnya membawa pada kemaslahatan hidup
di dunia dan akhirat bagi seluruh umat manusia di muka bumi ini.
2. Muhammadiyah dalam usianya jelang satu abad telah banyak mendirikan taman kanak-
kanak, sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit, balai pengobatan, rumah yatim piatu,
usaha ekonomi, penerbitan, dan amal usaha lainnya. Muhammadiyah juga membangun
masjid, mushalla, melakukan langkah-langkah da‟wah dalam berbagai bentuk kegiatan
pembinaan umat yang meluas di seluruh pelosok Tanah Air. Muhammadiyah bahkan tak
pernah berhenti melakukan peran-peran kebangsaan dan peran-peran kemanusiaannya
dalam dinamika nasional dan global. Kiprah Muhammadiyah tersebut menunjukkan bukti
nyata kepada masyarakat bahwa misi gerakan Islam yang diembannya bersifat amaliah
untuk kemajuan dan pencerahan yang membawa pada kemaslahatan rnasyarakat yang
seluas-luasnya. Peran kesejarahan yang dilakukan Muhammadiyah tersebut berlangsung
dalam dinamika yang beragam. Pada masa penjajahan sejak berdirinya tahun 1330
H/1912 M, Muhammadiyah mengalami cengkeraman politik kolonial sebagaimana
halnya dialami oleh seluruh masyarakat Indonesia saat itu, tetapi Muhammadiyah tetap
berbuat tak kenal lelah untuk kemerdekaan dan kemajuan bangsa. Setelah Indonesia
merdeka pada masa awal dan era Orde Lama Muhammadiyah mengalami berbagai situasi
sulit akibat konflik politik nasional yang kompleks, namun Muhammadiyah tetap
23
berkiprah dalam da‟wah dan kegiatan kemasyarakatan. Pada era Orde Baru di bawah
rezim kekuasaan yang melakukan depolitisasi (pengebirian politik), deideologisasi
(pengebirian ideologi), clan kebijakan politik yang otoriter, Muhammadiyah juga terus
berjuang mengembangkan amal usaha dan aktivitas da‟wah Islam. Sedangkan pada masa
reformasi, Muhammadiyah memanfaatkan peluang kondisi nasional yang terbuka itu
dengan melakukan revitalisasi dan peningkatan kualitas amal usaha serta aktivitas
da‟wahnya. Melalui kiprahnya dalam sejarah yang panjang itu Muhammadiyah telah
diterima oleh masyarakat luas baik di tingkat lokal, nasional, dan internasional sebagai
salah satu pilar kekuatan Islam yang memberi sumbangan berharga bagi kemajuan
peradaban umat manusia.
3. Kiprah dan langkah Muhammadiyah yang penuh dinamika itu masih dirasakan belum
mencapai puncak keberhasilan dalam mencapai tujuan dan cita-citairya, sehingga
Muhammadiyah semakin dituntut untuk meneguhkan dan merevitalisasi gerakannya ke
seluruh lapangan kehidupan. Karena itu Muhammadiyah akan melaksanakan tajdid
(pembaruan) dalam gerakannya sehingga di era kehidupan modern abad ke-21 yang
kompleks ini sesuai dengan Keyakinan dan Kepribadiannya dapat tampil sebagai pilar
kekuatan gerakan pencerahan peradaban di berbagai lingkungan kehidupan.

2.4.2 Pandangan Keagamaan


1. Muhammadiyah dalam melakukan kiprahnya di berbagai bidang kehidupan untuk
kemajuan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan dilandasi oleh keyakinan dan
pemahaman keagamaan bahwa Islam sebagai ajaran yang membawa misi kebenaran
Ilahiah harus didakwahkan sehingga menjadi rahmatan lil-`alamin di muka bumi ini.
Bahwa Islam sebagai Wahyu Allah yang dibawa para Rasul hingga Rasul akhir zaman
Muhammad Saw., adalah ajaran yang mengandung hidayah, penyerahan diri, rahmat,
kemaslahatan, keselamatan, dan kebahagiaan hidup umat manusia di dunia dan akhirat.
Keyakinan dan paham Islam yang fundamental itu diaktualisasikan oleh Muhammadiyah
dalam bentuk gerakan Islam yang menjalankan rnisi dakwah dan tajdid untuk
kemaslahatan hidup seluruh umat manusia.
2. Misi da‟wah Muhammadiyah yang mendasar itu merupakan perwujudan dari semangat
awal Persyarikatan ini sejak didirikannya yang dijiwai oleh pesan Allah dalam Al-Quran
Surat Ali-Imran 104, yang artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat
24
yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang
munkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung”. Kewajiban dan panggilan da‟wah
yang luhur itu menjadi komitmen utama Muhammadiyah sebagai ikhtiar untuk menjadi
kekuatan Khaira Ummah sekaligus dalam membangun masyarakat Islam yang ideal
seperti itu sebagaimana pesan Allah dalam AI-Quran Surat Ali-Imran ayat 110, yang
artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada
yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”. Dengan merujuk
pada Firman Allah daiarn AI-Quran Surat Ali Imran 104 dan 110, Muhammadiyah
menyebarluaskan ajaran Islam yang komprehensif dan multiaspek itu melalui da‟wah
untuk mengajak pada kebaikan (Islam), al-amr bi al-ma’ruf wa al-nahy `an al-munkar
(mengajak kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar), sehingga umat
manusia memperoleh keberuntungan lahir dan batin dalam kehidupan ini. Da‟wah yang
demikian mengandung makna bahwa Islam sebagai ajaran selalu bersifat
tranformasional; yakni dakwah yang membawa perubahan yang bersifat kemajuan,
kebaikan, kebenaran, keadilan, dan nilai-nilai keutamaan lainnya untuk kemaslahatan
serta keselamatan hidup umat manusia tanpa membeda-bedakan ras, suku, golongan,
agama, dan lain-lain.
3. Kyai Haji Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah dikenal sebagai pelopor
gerakan tajdid (pembaruan). Tajdid yang dilakukan pendiri Muhammadiyah itu bersifat
pemurnian (purifikasi) dan perubahan ke arah kemajuan (dinamisasi), yang semuanya
berpijak pada pemahaman tentang Islam yang kokoh dan luas. Dengan pandangan Islam
yang demikian Kyai Dahlan tidak hanya berhasil melakukan pembinaan yang kokoh
dalam akidah, ibadah, dan akhlak kaum muslimin, tetapi sekaligus melakukan pembaruan
dalam amaliah mu‟amalat dunyawiyah sehingga Islam menjadi agama yang
menyebarkan kemajuan. Semangat tajdid Muhammadiyah tersebut didorong antara lain
oleh Sabda Nabi Muhammad s.a.w., yang artinya: “Sesungguhnya Allah mengutus
kepada umat manusia pada setiap kurun seratus tahun orang yang memperbarui ajaran
agamanya” (Hadits diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abi Hurairah). Karena itu melalui
Muhammadiyah telah diletakkan suatu pandangan keagamaan yang tetap kokoh dalam
25
bangunan keimanan yang berlandaskan pada Al-Quran dan As-Sunnah sekaligus
mengemban tajdid yang mampu membebaskan manusia dari keterbelakangan menuju
kehidupan yang berkemajuan dan berkeadaban.
4. Dalam pandangan Muhammadiyah, bahwa masyarakat Islam yang sebenar-- benarnya
yang menjadi tujuan gerakan merupakan wujud aktualisasi ajaran Islam dalam struktur
kehidupan kolektif manusia yang memiliki corak masyarakat tengahan (ummatan
wasatha) yang berkemajuan baik dalam wujud sistem nilai sosial-budaya, sistem sosial,
dan lingkungan tisik yang dibangunnya. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang
memiliki keseimbangan antara kehidupan lahiriah dan batiniah, rasionalitas dan
spiritualitas, aqidah dan muamalat, individual dan sosial, duniawi dan ukhrawi, sekaligus
menampilkan corak masyarakat yang mengamalkan nilai-nilai keadilan, kejujuran,
kesejahteraan, kerjasama, kerjakeras, kedisiplinan, dan keunggulan dalam segala
lapangan kehidupan. Dalam menghadapi dinamika kehidupan, masyarakat Islam
semacam itu selalu bersedia bekerjasarna dan berlomba-lomba dalam serba kebaikan di
tengah persaingan rasar-bebas di segala lapangan kehidupan dalam semangat “berjuang
menghadapi tantangan” (al jihad li al-muwajjahat) lebih dari sekadar “berjuang melawan
musuh” (al jihad li al-mu’aradhah). Masyarakat Islam yang dicitacitakan Muhammadiyah
memiliki kesamaan karakter dengan masyarakat madani, yaitu masyarakat kewargaan
(civil-society) yang memiliki keyakinan yang dijiwai nilai-nilai Ilahiah, demokratis,
berkeadilan, otonom, berkemajuan, dan berakhlak-mulia (al-akhlaq alkarimah).
Masyarakat Islam yang semacam itu berperan sebagai syuhada `ala alnas di tengah
berbagai pergumulan hidup masyarakat dunia. Karena itu, masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya yang bercorak “madaniyah” tersebut senantiasa menjadi masyarakat
yang serba unggul atau utama (khaira ummah) dibandingkan dengan masyarakat lainnya.
Keunggulan kualitas tersebut ditunjukkan oleh kemampuan penguasaan atas nilai-nilai
dasar dan kemajuan dalam kebudayaan dan peradaban umat manusia, yaitu nilai-nilai
ruhani (spiritualitas), nilai-nilai pengetahuan (ilmu pengetahuan dan tekonologi), nilai-
nilai materi (ekonomi), nilai-nilai kekuasaan (politik), nilai-nilai keindahan (kesenian),
nilai-nilai normatif berperilaku (hukum), dan nilai-nilai kemasyarakatan (budaya) yang
lebih berkualitas. Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya bahkan senantiasa memiliki
kepedulian tinggi terhadap kelangsungan ekologis (lingkungan hidup) dan kualitas
26
martabat hidup manusia baik laki-laki maupun perempuan dalam relasi-relasi yang
menjunjungtinggi kemaslahatan, keadilan, dan serba kebajikan hidup. Masyarakat Islam
yang demikian juga senantiasa menjauhkan diri dari perilaku yang membawa pada
kerusakan (fasad fi al-ardh), kedhaliman, dan hal-hal lain yang bersifat menghancurkan
kehidupan.

2.4.3 Pandangan tentang Kehidupan


1. Muhammadiyah memandang bahwa era kehidupan umat manusia saat ini berada dalam
suasana penuh paradoks. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan clan teknologi yang
sangat luar biasa dibarengi, dengan berbagai dampak buruk seperti lingkungan hidup
yang tercemar (polusi) clan mengalami eksploitasi besar-besaran yang tak terkendali,
berkembangnya nalar-instrumental yang memperlemah naluri-naluri alami manusia, lebih
jauh lagi melahirkan sekularisasi kehidupan yang menyebabkan manusia kehilangan
keseimbangankeseimbangan hidup yang bersifat religius. Kemajuan kehidupan modem
yang melahirkan antitesis postmodern juga diwarnai oleh kecenderungan yang bersifat
serba-bebas (supraliberal), serba-boleh (anarkhis), dan serba-menapikan nilai (nihilisme),
sehingga memberi peluang semakin terbuka bagi kemungkinan anti-agama (agnotisme)
dan anti-Tuhan (atheisme) secara sistematis. Demokrasi, kesadaran akan hak asasi
manusia, dan emansipasi perempuan juga telah melahirkan corak kehidupan yang lebih
egaliter dan berkeadilan secara meluas, tetapi juga membawa implikasi pada .kebebasan
yang melampau batas dan egoisme yang serba liberal, yang jika tanpa bingkai moral dan
spiritual yang kokoh dapat merusak hubungan-hubungan manusia yang harmoni.
2. Dalam memasuki babak baru globalisasi, selain melahirkan pola hubungan positif
antarbangsa dan antarnegara yang serba melintasi, pada saat yang sama melahirkan hal-
hal negatif dalam kehidupan umat manusia sedunia. Di era global ini masyarakat
memiliki kecenderungan penghambaan terhadap egoisme (ta’bid alnafs), penghambaan
terhadap materi (ta’bid al-mawad), penghambaan terhadap nafsu seksual (ta’bid al-
syahawdt), dan penghambaan terhadap kekuasaan (ta’bid al-siyasiyyah) yang menggeser
nilai-nilai fitri (otentik) manusia dalam bertauhid (keimanan terhadap Allah SWT) dan
hidup dalam kebaikan di dunia dan akhirat. Globalisasi juga telah mendorong
ekstrimisme baru berupa lahirnya fanatisma primordial agama, etnik, dan kedaerahan
yang bersifat lokal sehingga membangun sekat-sekat baru dalam kehidupan.
27
Perkembangan global pasca perang-dingin (keruntuhan Komunisme) juga ditandai
dengan pesatnya pengaruh Neo-liberalisme yang semakin mengokohkan dominasi
Kapitalisme yang lebih memihak kekuatankekuatan berjuasi sekaligus kian
meminggirkan kelompok-kelompok masyarakat yang lemah (dhu’afa- ) dan tertindas
(mustadh’afin), sehingga melahirkan ketidakadilan global yang baru. Namun globalisasi
dan alam kehidupan modern yang serba maju saat ini juga dapat dimanfaatkan oleh
gerakan-gerakan Islam seperti Muhammadiyah untuk memperluas solidaritas umat
manusia sejagad baik sesama umat Islam (ukhuwah islamiyyah) maupun dengan
kelompok lain (`alaqah insaniyyah), yang lebih manusiawi dan berkeadaban tinggi.
3. Karena itu Muhammadiyah niengajak seiuruh kekuatan masyarakat, bangsa, dan dunia
untuk semakin berperan aktif dalam melakukan ikhtiar-ikhtiar pencerahan di berbagai
iapangan dan lini kehidupan sehingga kebudayaan umat manusia di alaf baru ini menuju
pada peradaban yang berkemajuan sekaligus bermoral tinggi.

2.4.4 Tanggungjawab Kebangsaan dan Kemanusiaan


1. Muhammadiyah memandang bahwa bangsa Indonesia saat ini tengah berada dalam
suasana transisi yang penuh pertaruhan. Bahwa keberhasilan atau kegagalan dalam
menyelesaikan krisis multiwajah akan menentukan nasib perjalanan bangsa ke depan.
Masalah korupsi, kerusakan moral dan spiritual, pragmatisme perilaku politik,
kemiskinan, pengangguran, konflik sosial, separatisme, kerusakan lingkungan, dan
masalah-masalah nasional lainnya jika tidak mampu diselesaikan secara sungguh-
sungguh, sistematik, dan fundamental akan semakin memperparah krisis nasional. Wabah
masalah tersebut menjadi beban nasional yang semakin berat dengan timbulnya berbagai
musibah dan bencana nasional seperti terjadi di Aceh, Nias, dan daerah-daerah lain yang
memperlemah daya tahan bangsa. Krisis dan masalah tersebut bahkan akan semakin
membebani tubuh bangsa ini jika dipertautkan dengan kondisi sumberdaya manusia,
ekonomi, pendidikan, dan infrastruktur nasional maupun lokal yang jauh tertinggal dari
kemajuan yang dicapai bangsa lain.
2. Bangsa Indonesia juga tengah berada dalam pertaruhan ketika berhadapan dengan
perkembangan dunia yang berada dalam cengkeraman globalisasi, politik global, dan
berbagai tarik-menarik kepentingan internasional yang diwarnai hegemoni dan
ketidakadilan di berbagai bidang kehidupan. Indonesia bahkan menjadi lahan paling
28
subur dan tempat pembuangan limbah sangat mudah dari globalisasi dan pasar bebas
yang berwatak neo-liberal. Jika tidak memiliki daya adaptasi, filter, dan integritas
kepribadian yang kookoh maka bangsa ini juga akan terombang-ambing dalam hegemoni
dan liberalisasi politik global yang penuh konflik clan kepentingan. Pada saat yang sama
bangsa ini juga tengah berhadapan dengan relasi-relasi baru yang diba.wa oleh
multikulturalisme yang memerlukan orientasi kebudayaan dan tatanan sosial baru yang
kokoh.
3. Dalam menghadapi masalah dan tantangan internal maupun eksternal itu bangsa
Indonesia memerlukan mobilisasi seluruh potensi dan „kemampuan baik berupa
sumberdaya manusia, sumberdaya alam, modal sosial-kultural, dan berbagai dayadukung
nasional yang kuat dan dikelola dengan sebaik-baiknya. Dalam kondisi yang sangat
penuh pertaruhan dan sarat tantangan tersebut rnaka sangat diperlukan kepemimpinan
yang handal dan visioner baik yang didukung kemampuan masyarakat yang mandiri baik
di ingkat nasional maupun lokal agar berbagai masalah, tantangn, dan potensi bangsa ini
mampu dihadapi serta dikelola dengan sebaik-baiknya.
4. Bangsa Indonesia yang mayoritas muslim juga tidak lepas dari perkembangan yang
dihadapi saudara-saudaranya di dunia Islam. Mayoritas dunia Islam selain dililit oleh
masalah-masalah nasional masing-masing, pada saat yang sama berada dalam dominasi
dan hegemoni politik Barat yang banyak merugikan kepentingankepentingan dunia Islam.
Sementara antar dunia Islam sendiri selain tidak terdapat persatuan yang kokoh, juga
masih diwarnai oleh persaingan dan konflik yang sulit dipertemukan, sehingga semakin
memperlemah posisi umat Islam dalam percaturan internasional. Kendati begitu, masih
terdapat secercah harapan ketika Islam mulai berkembang di neger-negeri Barat dan
terjadi perkembangan alam pikiran baru yang membawa misi perdamaian, kemajuan, dan
menjadikan Islam sebagai rahmat bagi alam semesta.

2.4.5 Agenda dan Langkah Ke Depan


1. Dalam menghadapi masalah bangsa, umat Islam, dan umat manusia sedunia yang bersifat
kompleks dan krusial sebagaimana digambarkan itu Muhammadiyah sebagai salah satu
kekuatan nasional akan terus memainkan peranan sosialkeagamaannya sebagaimana
selama ini dilakukan dalam perjalanan sejarahnya. Usia jelang satu abad telah menempa
kematangan Muhammadiyah untuk tidak kenal lelah dalam berkiprah menjalankan misi
29
da‟wah dan tajdid untuk kemajuan umat, bangsa, dan dunia kemanusiaan. Jika selama ini
Muhammadiyah telah menorehkan kepeloporan dalam pemurnian dan pembaruan
pemikrian Islam, pengembangan pendidikan Islam, pelayanan kesehatan dan
kesejahteraan, serta dalam pembinaan kecerdasan dan kemajuan masyarakat maka pada
usianya jelang satu abad ini Muhammadiyah selain melakukan revitalisasi gerakannya
juga berikhtiar untuk menjalankan peran-peran baru yang dipandang lebih baik dan lebih
bermasalahat bagi kemajuan peradaban.
2. Peran-peran baru sebagai wujud aktualisasi gerakan da‟wah dan tajdid yang dapat
dikembangkan Muhammadiyah antara lain dalam menjalankan peran politik kebangsaan
guna mewujudkan reformasi nasional dan mengawal perjalanan bangsa tanpa terjebak
pada politik-praktik (politik kepartaian) yang bersifat jangka pendek dan sarat konflik
kepentingan. Dengan bingkai Khittah Ujung Pandang tahun 1971 dan Khittah Denpasar
tahun 2002, Muhammadiyah secara proaktif metajalankan peran dalam pemberanrasan
korupsi, penegakan supremasi hukum, memasyarakatkan etika berpolitik, pengembangan
sumberdaya manusia, penyclamatan lingkungan hidup dan sumberdaya alam,
memperkokoh integrasi nasional, membangun karakter dan moral bangsa, serta peran-
peran kebangsaan iainnya yang bersifat pencerahan. Muhammadiyah juga akan terus
menjalankan peran dan langkah-langkah sistematik dalam mengembangkan kehidupan
masyarakat rnadani (civil society) melalui aksi-aksi da‟wah kultural yang mengrah pada
pembentukan m.asyarakat Indonesia yang demokratis, otonom, berkeadilan, dan
berakhlak mulia.
3. Dalam pergaulan internasional dan dunia Islam, Muhammadiyah juga terpanggil untuk
menjalankan peran global dalam membangun tatanan dunia yang lebih damai, adil, maju,
dan berkeadaban. Muhammadiyah menyadari pengaruh kuat globalisasi dan ekspansi
neo-liberal yang sangat mencengkeram perkembangan masyarakat dunia saat ini. Dalam
perkembangan dunia yang sarat permasalahan dan tantangan yang kompleks di abad ke-
21 itu Muhammadiyah dituntut untuk terus aktif memainkan peran kerisalahannya agar
umat rnanusia sedunia tidak terseret pada kehancuran olelkeganasan globalisasi dan neo-
liberal, pada saat yang sama dapat diarahkari menuju pada keselamatan hidup yang lebih
hakiki serta memiliki peradaban yang lebih maju dan berperadaban mulia.

30
4. Khusus bagi umat Islam baik di tingkat lokal, nasional, maupun global Muhammadiyah
dituntut untuk terus mamainkan peran da‟wah dan tajdid secara lebih baik sehingga kaum
muslimin menjadi kekuatan penting dan menentukan dalam perkembangan kebudayaan
dan peradaban di era modern yang penuh tantangan ini. Era kebangkitan Islam harus
terus digerakkan ke arah kemajuan secara signifikan dalam berbagai bidang kehidupan
umat Islam. Umat Islam harus tumbuh menjadi khaira ummah yang memiliki martabat
tinggi di hadapan komunitas masyarakat lain di tingkat lokal, nasional, dan global. Di
tengah dinamika umat Islam yang semacam itu Muhammadiyah harus tetap istiqamah
dan terus melakukan pembaruan dalam menjalankan dan mewujudkan misi Islam sebagai
rahtnatan lil-`alamin di bumi Allah yang tercinta ini. Demikian Pernyataan Pikiran
Muhammadiyah Jelang Satu Abad sebagai ungkapan keyakinan, komitmen, pemikiran,
sikap, dan ikhtiar mengenai kehadiran dirinya sebagai Gerakan Islam yang mengemban
misi da‟wah dan tajdid dalam memasuki usianya hampir seratus tahun. Pernyataan
Pikiran Muhammadiyah Jelang Satu Abad tersebut menjadi bingkai dan arah bagi
segenap anggota dan pimpinan Persyarikatan baik dalam menghadapi perkembangan
kehidupan maupun dalam melaksanakan usaha-usaha menuju tercapainya tujuan
Muhammadiyah yaitu menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga
terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benamya. Akhirnya, dengan senantiasa
memohon ridha dan karunia Allah SWT., semoga kiprah Muhammadiyah di pentas
sejarah ini membawa kemasalahatn bagi hidup umat manusia dan menjadi rahmat bagi
alam semesta. Nashr min Allah wa fath qarib.

31
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Nama


organisasi ini diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, sehingga Muhammadiyah juga
dapat dikenal sebagai orang-orang yang menjadi pengikut Nabi Muhammad SAW.
2. Keberadaan Muhammadiyah sebagai organisasi masyarakat dapat dikatakan sudah sangat
tua. Peransertanya di dalam membangun peradaban bangsa Indonesia sangat terasa di
berbagai pelosok nusantara, dari Sabang sampai Merauke, bahkan hingga Mancanegara.
Kiprahnya di dunia dakwah, sosial dan kemanusiaan membuat nama Muhammadiyah
semakin diingat oleh seluruh lapisan masyarakat.
3. Muhammadiyah didirikan oleh Kyia H. Ahmad Dahlan di desaKauman, Yogyakarta pada
tanggal 8 Djulhijjah 1330 H atau bertepatan dengan tanggal 18 November 1912 M.
Muhammadiyah di dirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan untuk usaha memurnikan ajaran
islam yang saat itu sangat dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat mistik. Pada masa
kepemimpinannya pada tahun 1912-1923, pengaruh Muhammadiyah masih sebatas di
Karesidenan Yogyakarta, Surakarta, Pekalongan dan Pekajangan.

SARAN
1. Sebagai warga umat Islam Muhammadiyah, kita harus mempertahankan dan meneruskan
perjuangan KH. Ahmad Dahlan dari segala bentuk yang dapat menghancurkan agama
Islam.
2. Sebagai umat Islam yang beriman dan bertaqwa pada-Nya, kita tidak seharusnya
melakukan hal-hal yang dilarang Islam seperti yang bersifat mistik.

32
DAFTAR PUSTAKA

Ismaun. FilsafatKemuhammadiyahan: SuatuPaparanRingkas. Uhamka Press, 2010.


PWM Jatim, AD – ART danKhittahMuhammadiyah, 2002.
https://seowaps.wordpress.com/2014/03/16/peran-politik-muhammadiyah-era-reformasi/

33

Anda mungkin juga menyukai