DISUSUN OLEH :
2019
AKHLAK DALAM KELUARGA
Tujuan Perkawinan
a. Menjadikan Pasangan sebagai pusat perhatian (sejak awal tidur – bangun tidur
yang lihat hanya pasangan)
Memberi nafkah zahir dan batin, Suami hendaknya menyadari bahwa istri
adalah suatu ujian dalam menjalankan agama. (At-Taubah: 24)
Seorang istri bisa menjadi musuh bagi suami dalam mentaati Allah dan
Rasul- Nya. (At-Taghabun: 14)
Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah, yang paling baik
akhlaknya dan paling ramah terhadap istrinya/keluarganya. (Tirmudzi)
Suami tidak boleh kikir dalam menafkahkan hartanya untuk istri dan
anaknya.(Ath-Thalaq: 7)
a. Berbakti kepada suami baik dikala suka maupun duka, diwaktu kaya
maupun miskin
d. Menghargai usaha atau jerih payah suami dan bahkan membantu suami
dalam menyelesaikan kesulitan yang dihadapinya
e. Isteri menyadari dan menerima dengan ikhlas bahwa kaum laki-laki adalah
pemimpin kaum wanita. (An-Nisa’: 34)
Keberhasilan anak bukan karena guru, tapi dengan orang tuanya. Anak
berprestasi bukan karena gurunya, tapi karena orang tuanya sudah mencetak
generasi yang seperti itu. Sebaik-baik orang tua adalah orang tua yang mampu
membuat anaknya menjadi generasi rabbani, yang memiliki akhlak dan adab
seperti Rasulullah SAW. Semoga dengan informasi tentang cara mengajarkan
akhlak yang baik kepada anak ini, kita bisa menjadikan anak menjadi generasi
rabbani dan beradab. Orang tua harus lebih memperhatikan, membimbing, dan
mendidik anak dengan baik, sehingga tercapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
۟ ُواٱللَّ َه َو ْليَقُول
ََ واقَ ْو ًًل
سدِيدًا ۟ ُوا َعلَ ْي ِه ْمفَ ْليَتَّق
۟ ُض َٰعَفًاخَاف ۟ َو ْليَ ْخشَٱلَّذِينَلَ ْوت ََر ُك
ِ ًوا ِم ْنخ َْل ِف ِه ْمذ ُ ِ ِّريَّة
Ada beberapa langkah yang dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam peranannya
mendidik anak, antara lain:
Orang tua adalah perantara perwujudan kita. Kalaulah mereka itu tidak
ada, kitapun tidak akan pernah ada. Kita tahu bahwa perwujudan itu disertai
dengan kebaikan dan kenikmatan yang tak terhingga banyaknya., berbagai rizki
yang kita peroleh dan kedudukan yang kita raih. Orang tua sering kali
mengerahkan segenap jerih paya mereka untuk menghindarkan bahaya dari diri
kita. Mereka bersedia kurang tidur agar kita bisa beristirahat. Mereka memberikan
kesenangan-kesenangan kepada kita yang tidak bisa kita raih sendiri. Mereka
memikul berbagai penderitaan dan mesti berkorban dalam bentuk yang sulit kita
bayangkan.
Menghardik kedua orang tua dan berbuat buruk kepada mereka tidak
mungkin terjadi kecuali dari jiwa yang bengis dan kotor, berkurang dosa, dan
tidak bisa diharap menjadi baik. Sebab, seandainya seseorang tahu bahwa
kebaikan dan petunjuk Allah SWT mempunyai peranan yang sangat besar,
berbuat baik kepada orang adalah kewajiban dan semestinya mereka
diperlakukan dengan baik, bersikap mulia terhadap orang yang telah
membimbing, berterima kasih kepada orang yang telah memberikan kenikmatan
sebelum dia sendiri bisa mendapatkannya, dan yang telah melimpahinya dengan
berbagai kebaikan yang tak mungkin bisa di balas. Orang tua adalah orang-orang
yang bersedia berkorban demi anaknya, tanpa memperdulikan apa balasan yang
akan diterimanya.
Kalau ibu merawat jasmani dan rohaninya sejak kecil secara langsung,
maka bapak pun merawatnya, mencari nafkahnya, membesarkannya, mendidiknya
dan menyekolahkannya, disanping usaha ibu. Kalau mulai mengandung sampai
masa muhariq (masa dapat membedakan mana yang baik dan buruk), seorang ibu
sangat berperan, maka setelah mulai memasuki masa belajar, ayah lebih tampak
kewajibannya, mendidiknya dan mempertumbuhkannya menjadi dewasa, namun
apabila dibandingkan antara berat tugas ibu dengan ayah, mulai mengandung
sampai dewasa dan sebagaimana perasaan ibu dan ayah terhadap putranya, maka
secara perbandingan, tidaklah keliru apabila dikatakan lebih berat tugas ibu dari
pada tugas ayah. Coba bandingkan, banyak sekali yang tidak bisa dilakukan oleh
seorang ayah terhadap anaknya, yang hanya seorang ibu saja yang dapat
mengatasinya tetapi sebaliknya banyak tugas ayah yang bisa dikerjakan oleh
seorang ibu. Barangkali karena demikian inilah maka penghargaan kepada ibunya.
Walaupun bukan berarti ayahnya tidak dimuliakan, melainkan hendaknya
mendahulukan ibu daripada mendahulukan ayahnya dalam cara memuliakan
orang tua.
Seorang anak menurut ajaran Islam diwajibkan berbuat baik kepada ibu
dan ayahnya, dalam keadaan bagaimanapun. Artinya jangan sampai si anak
menyinggung perasaan orang tuanya, walaupun seandainya orang tua berbuat
lalim kepada anaknya, dengan melakukan yang tidak semestinya, maka jangan
sekali-kali si anak berbuat tidak baik, atau membalas, mengimbangi ketidakbaikan
orang tua kepada anaknya, Allah SWT tidak meridhainya sehingga orang tua itu
meridhainya. Allah berfirman Firman Surat Al-Luqman : 14
َير
ُ صِ يو ِل َوا ِلدَ ْي َكَإ ِلَي َّْال َم
َ صالُ ُه ِفي َعا َم ْي ِنأ َ ِنا ْش ُك ْر ِل َ َسانَ ِب َوا ِلدَ ْي ِه َح َملَتْ ُهأ ُ ُّم ُه َو ْهنًا َعل
َ ىو ْهن ٍَو ِف ِ ْ ص ْين
َ َااْل ْن َّ َو َو
Menurut ukuran secara umum, si orang tua tidak sampai akan menganiaya
kepada anaknya. Kalaulah itu terjadi penaniayaan orang tua kepada anaknya
adalah disebakan perbuatan si anak itu sendiri yang menyebabkan marah dan
penganiayaan orang tua kepada anaknya. Didalam kasus demikian seandainya si
orang tua marah kepada anaknya dan berbuat aniaya sehingga ia tiada ridha
kepada anaknya, Allah SWT pun tidak meridhai si anak tersebut lantaran orang
tua.
Segala sikap orang tua terutama ibu memberikan refleksi yang kuat
terhadap sikap si anak. Dalam hal berkata pun demikian. Apabila si ibu sering
menggunakan kata-kata halus kepada anaknya, si anak pun akan berkata halus.
Kalau si ibu atau ayah sering mempergunakan kata-kata yang kasar, si anakpun
akan mempergunakan kata-kata kasar, sesuai yang digunakan oleh ibu dan
ayahnya. Sebab si anak mempunyai insting menir yang lebih mudah ditiru adalah
orang yang terdekat dengannya, yaitu orang tua, terutama ibunya. Agar anak
berlaku lemah lembut dan sopan kepada orang tuanya, harus dididik dan diberi
contoh sehari-hari oleh orang tuanya bagaimana sianak berbuat, bersikap, dan
berbicara. Kewajiban anak kepada orang tuanya menurut ajaran Islam harus
berbicara sopan, lemah-lembut dan mempergunakan kata-kata mulia.
Sebagai pedoman dalam memberikan perlakuan yang baik kepada kedua
orang tua, ingatlah Firman Allah dalam surah Al Isra ayat 23 dan 24 sebagai
berikut :
Artinya :
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. jika
salah seorang di antara keduanya atau Kedua-duanya sampai berumur lanjut
dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya Perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka Perkataan yang mulia.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan
ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka
berdua telah mendidik aku waktu kecil".
Dalam ayat ini ada kalimat “Litaskunû”, supaya kalian memperoleh atau
merasakan sakinah. Jadi sakinah itu ada pada diri dan pribadi perempuan. Laki-
laki harus mencarinya di dalam diri dan pribadi perempuan. Tapi perlu diingat
laki-laki harus menjaga sumber sakinah, tidak mengotori dan menodainya. Agar
sumber sakinah itu tetap terjaga, jernih dan suci, dan mengalir tidak hanya pada
kaum bapak tetapi juga anak-anak sebagai anggota rumah tangga, dan gerasi
penerus.
Dalam bahasa Arab “Sakinah” sendiri memiliki arti tenang, aman, damai,
serta penuh kasih sayang. Pastinya konteks Keluarga Sakinah ini adalah idaman
bagi setiap Muslim. “Mawaddah” sendiri berarti Cinta, kasih sayang yang tulus
kepada pasangan dan keluarganya. Dengan sifat ini diharapkan keluarga Muslim
dapat bertahan sekalipun harus mendapatkan cobaan dalam dinamika rumah
tangganya. “Wa Rahmah” terdiri dari dua kata, yaitu “Wa” yang berarti dan, dan
“Rahmah” yang berarti Rahmat, karunia, berkah, dan anugerah. Tentunya hal ini
diharapkan agar keluarga senantiasa berada di jalan yang benar dan mendapatkan
segala Rahmat disisi Allah SWT.
c. Warmth, joy and humor (Kehangatan, kegembiraan dan humor), adanya saling
percaya dan keceriaan diantara keluarga
h. Warmth, joy and humor (Kehangatan, kegembiraan dan humor), adanya saling
percaya dan keceriaan diantara keluarga
َس ْرتَ ُه َوإِ ْنت ََر ْكت َ ُهلَ ْميَزَ ْْلَع َْو َج
َ يالضلَ ِعأَع ََْل ُهفَإِ ْنذَ َه ْبتَتُ ِقي ُم ُه ََك
ِّ ِ ِش ْيءٍ ف ِ اءفَإِنَّ ْال َم ْرأَة َ ُخ ِلقَتْ ِم ْن
َ ضلَع ٍَوإِنَّأَع َْو َج ِ سَ ِِّصوابِالن
ُ ا ْست َْو
َاء
ِ سَ ِِّصوابِالن
ُ فَا ْست َْو
“Nasehatilah isteri-isteri kalian dengan cara yang baik, karena sesungguhnya para
wanita diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok dan yang paling bengkok dari
tulang rusuk adalah bagian atasnya (paling atas), maka jika kalian (para suami)
keras dalam meluruskannya (membimbingnya), pasti kalian akan
mematahkannya. Dan jika kalian membiarkannya (yakni tidak membimbingnya),
maka tetap akan bengkok. Nasehatilah isteri-isteri (para wanita) dengan cara yang
baik.” (Muttafaqun ‘alaihi. Hadits shohih, dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu
‘anhu)
1. Berdzikir
1) Jangan Melihat ke Belakang ; Setiap orang pasti memiliki masa lalu baik
yang bagus maupun yang kelam. Termasuk pasangan. Di masa lalu pun mungkin
ada sepenggal kisah tak mengenakkan yang pernah mewarnai rumah tangga. Jika
tak ingin terseret dalam arus negatif, lupakan hal-hal buruk yang pernah terjadi.
Sambutlah masa depan dengan senyuman. Setiap orang pernah melakukan
kesalahan dan berhak untuk menjadi lebih baik. Termasuk, jangan mengingat-
ingat lagi mantan orang yang dicintai saat belum menikah dulu. Tidak ada
gunanya dan hanya menghalangi kebahagiaan untuk hadir dalam kehidupan
Bunda dan Sista.
2) Selalu Berpikir Objektif ; Saat kalut menghadapi suatu hal, kadang kala
pikiran jadi ruwet dan segalanya tampak suram. Ini terjadi jika Bunda dan Sista
ikut terpancing secara emosional. Padahal, masalah apapun itu, termasuk konflik
dengan suami maupun anak-anak, membutuhkan pikiran yang jernih untuk
menyelesaikannya.
Apalagi jika muncul pihak ketiga yang berusaha memprovokasi. Beri jeda waktu
agar pikiran menjadi dingin dan lepas dari segala beban emosional. Setelah
merasa tenang, barulah mencari solusi diawali dengan saling mendengarkan
antara kedua pihak.
4) Saling Percaya ; Kunci dari sebuah hubungan adalah rasa percaya. Tanpa
rasa saling percaya , kehidupan rumah tangga tentu tak akan berjalan mulus. Rasa
aman, nyaman, tenteram yang menjadi salah satu tujuan pernikahan tidak akan
muncul. Bagaimana bisa tenang kalau Bunda dan Sista selalu gelisah, curiga dan
khawatir memikirkan sedang apa si dia di luar sana? Jangan-jangan dia ketemu
sama klien yang cantik bukan main, jangan-jangan dia melihat seseorang yang
lebih solehah dan membandingkannya dengan kita. Begitu pula jika suami berlaku
demikian. Kuncinya, selalu khusnudzan dan jangan sia-siakan kepercayaan yang
diberikan suami.
5) Kebutuhan Seks ; Perkawinan tanpa seks bisa dibilang seperti sayur tanpa
garam. Hambar. Ya, seks memang perlu. Dan meski aktivitas seks sebetulnya
bertujuan untuk memperoleh keturunan, namun manusia perlu juga
mengembangkan seks untuk mencapai kebahagiaan bersama pasangan hidupnya.
Prinsip hubungan seks yang baik adalah adanya keterbukaan dan kejujuran dalam
mengungkapkan kebutuhan Anda masing-masing. Intinya, kegiatan seks adalah
untuk saling memuaskan, namun perlu dihindari adanya kesan mengeksploitasi
pasangan. Kegiatan seks yang menyenangkan akan memberikan dampak positif
bagi Bunda/Sista dan suami.
6). Hindari Pihak Ketiga; Setelah ijab qabul terucap dan sah menjadi
pasangan suami-istri, dalam tatanan masyarakat Bunda/Sista telah diperhitungkan
sebagai seorang ratu rumah tangga dari keluarga yang dipimpin oleh suami. Saat
ada urusan bermasyarakat, tak lagi dianggap sebagai bagian dari keluarga lama
tapi telah menjadi kelompok tersendiri. Maka ketika timbul permasalahan,
selesaikanlah berdua saja. Tentunya suami-istri lebih banyak mengetahui keadaan
dan arah rumah tangga ke depan. Tak perlulah melibatkan orang lain. Banyak
cerita tentang membesarnya konflik justru setelah pihak ketiga terlibat maupun
sengaja dilibatkan, entah itu mertua, saudara ipar, tetangga, dan sebagainya.
Kalau pun ingin mendapat nasehat atau memiliki sudut pandang yang berbeda,
maka mintalah pada seseorang yang sudah teruji pengalaman hidupnya, yang telah
diketahui baik akhlaknya dan yang kemungkinan tidak akan melibatkan emosi
pribadi dalam memberikan nasehat.
Meski sepele, pujian atau perhatian sangat besar pengaruhnya bagi suami lho, dan
sebaliknya. Memberikan pujian ringan seperti “Masakan Mama hari ini luar biasa,
lho!” atau “Wah, Papa tambah keren pakai dasi itu.” Ucapan-ucapan sepele seperti
itu akan memberikan dorongan/semangat yang luar biasa. Pasangan Anda pun
akan merasa dihargai.
9) Jaga Spiritualitas Rumah Tangga ; Salah satu pijakan yang paling utama
seseorang rela berumah tangga adalah karena adanya ketaatan pada syariat Allah.
Padahal, kalau menurut hitung-hitungan materi, berumah tangga itu melelahkan.
Justru di situlah nilai pahala yang Allah janjikan. Ketika masalah nyaris tidak
menemui ujung pangkalnya, kembalikanlah itu kepada sang pemilik masalah,
Allah SWT. Sertakan rasa baik sangka kepada Allah SWT. Dan ambil hikmahnya
dari setiap masalah. Membangun keluarga yang Sakinah merupakan sebuah
awalan yang baik untuk menciptakan kondisi masyarakat yang ideal.
Pada dasarnya inti ajaran setiap agama, khususnya dalam hal ini Islam,
sangat menganjurkan dan menegakkan prinsip keadilan dan bahkan menghormati
terhadap perempuan, bahkan prinsip yang utama adalah menciptakan rasa aman
dan tentram dalam keluarga, sehingga tercipta rasa saling asih, saling cinta, saling
melindungi dan saling menyangi.
DAFTAR RUJUKAN
1. Moh. Shochib, Pola Asuh Orang Tua, Jakarta: Rineka Cipta, 2000