Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TB PADA LANSIA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah CCSA Komunitas

Oleh :
Ismi Kharisma F 220110166066 Sifa Nuraini 220110166074

Puji Adi K 220110166067 Sadarul Khalam 220110166075

Alis Sandra P 220110166068 Iis Yulianti 220110166076

Resna Junjunan 220110166069 Intan Rukmana 220110166077

Sri Purnama A 220110166070 Arjun 220110166078

Fatimah N 220110166071 Alfi Kusuma Dewi 220110166079

Lena Murni M 220110166072 Indriani Sri Astuti 220110166080

Desi Dwi R.F 220110166073 Sandra Aditya Farhan 220110166081

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : TB PADA LANSIA


Subtopik : Pencegahan dan penanganan TB
Tempat : Kampung Babakan Ngantay RW 06 Desa
Tanjung Kamuning Kecamatan Tarogong Kaler
Narasumber : Mahasiswa Kelompok 5

1. Karakteristik Audience
Audience berada di RW 06 Desa Tanjung Kamuning
Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut. Kebanyakan
penduduk bermata pencaharian sebagai buruh dan wiraswasta.
Lingkungan rumah di RW 06 termasuk lingkungan padat
penduduk.

2. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti pembelajaran mengenai pencegahan dan
penanggulangan TB pada lansia, warga yang ada di RW 06 Desa

Tanjung Kamuning Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten


Garut dapat mengetahui pencegahan dan penanggulangan TB
pada lansia

3. Standar Kompetensi
Setelah mengikuti penyuluhann mengenai Pencegahan dan
penyuluhan TB pada lansia diharapakan warga dapat :

- Warga bisa mengetahui apa itu TB


- Warga bisa mengetahui gejala dari TB dengan benar
- Warga bisa mengetahui penyebab TB
- Warga bisa mengetahui dan mempraktekkan pencegahan
TB
- Warga dapat mengetahui cara penularan TB
- Warga dapat mengetahui pengobatan TB dengan benar
- Warga dapat mengetahui persyaratan rumah sehat

4. Pokok Bahasan
a. Pencegahan TB
b. Penanganan TB
c. Syarat Rumah Sehat

5. Subpokok Bahasan
- Definisi TB
- Penyebab TB
- Gejala TB
- Pencegahan TB
- Pengobatan TB
- Penanganan TB
- Syarat Rumah Sehat

6. Materi Pengajaran
(dilampirkan)

7. Strategi Pembelajaran
Metode yang digunakan :
- Ceramah
- Diskusi
Media yang digunakan nya yaitu :
- Power Point
- Proyektor

8. Kegiatan Belajar-Mengajar
Tahap Kegiatan Kegiatan Metode Media Alokasi
Pendidik Peserta Didik Waktu
Persiapan a. Menyiapkan Memasuki - - 5 menit
(Pra area pertemuan ruangan
Kegiatan) b. Menyiapkan
media
Kegiatan a. Memberi salam a. Menjawab Diskusi - 5 menit
Pembukaan dan salam dan
memperkenalk mendengarka
an diri n
b. Menjelaskan b. Mendengark
maksud dan an
tujuan Mendengark
c. Melakukan an dan
kontrak waktu menyetujui
d. Menyebutkan kontrak
materi apa saja waktu
yang akan c. Mendengark
disampaikan an dan
memperhatik
an
Uraian a. Menjelaskan a. Mendengark Diskusi a.Infocus 30
Materi Definisi TB an dan menit
b. Menjelaskan b. Memberi tanya b.Leaflet
Penyebab pertanyaan jawab

TB kepada
pemateri
c. Menjelaskan c. Menjawab
Gejala TB pertanyaan

d. Menjelaskan evaluasi dari

Pencegahan pemateri

TB
e. Menjelaskan
Pengobatan
TB
f. Menjelaskan
Penanganan
TB
g. Menjelaskan
Syarat
Rumah Sehat
h. Memberikan
kesempatan
kepada warga
untuk bertanya
i. Mengevaluasi
pemahamam
warga dengan
memberi
pertanyaan
terkait materi
yang telah
diberikan
Kegiatan a. Mengucapkan a. Mendengark - - 5 menit
penutup terima kasih an
atas b. Membalas
kebersediaan salam
peserta
b. Mengucapkan
salam
Total Waktu 45
menit

9. Daftar Pustaka

10.Evaluasi
Evaluasi proses
a. Berapa jumlah audien yang hadir?
b. Apakah audien antusias terhadap materi penyuluhan?
c. Apakah kegiatan berjalan tertib?
d. Apakah audien aktif mengajukan pertanyaan?

Evaluasi Hasil
a. Apakah peserta mampu menyebutkan penyebab penyakit
TB
b. Apakah 75% audien mampu menyebutkan tempat gejala
TB
c. Apakah 75% audien mampu menyebutkan pencegahan
TB
d. Apakah 75% audien mampu menyebutkan pengobatan
TB
e. Apakah 75% audien mampu menyebutkan penanganan
TB
f. Apakah 75% audien mampu menyebutkan syarat rumah
sehat
lampiran
MATERI PEMBELAJARAN
A. DEFINISI
TBC atau tuberculosis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
kuman mycobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru
(suarni,2009).
B. GEJALA TBC
1. Gejala utama
Batuk terus menerus dan berdahak selama 2 minggu atau lebih
2. Gejala tambahan
a. Dahak bercampur darah
b. Batur darah
c. Sesak napas dan nyeri dada
d. Badan lemah, napsu makan menurun, berat badan menurun
e. Berkeringat malam walau tanpa kegiatan
f. Demam riang lebih dari 1 bulan
C. FAKTOR RESIKO
1. Umur
Umur merupakan faktor resiko terhadap kejadian TB. Sekitar 75% pasien
TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis yaitu pada
umur 15 – 50 tahun. Pada usia produktif mayoritas orang banyak
menghabiskan waktu dan tenaga untuk bekerja, dimana tenaga banyak
terkuras serta waktu istirahat kurang sehingga daya tahan tubuh menurun
ditambah lagi dengan lingkungan kerja yang padat dan berhubungan dengan
banyak orang yang kemungkinan sedang menderita TB. Kondisi kerja seperti
ini memudahkan seseorang pada usia produktif lebih berpeluang terinfeksi
TB.
2. Jenis Kelamin
Pada umumnya penderita TB lebih banyak terjadi pada laki-laki
dibandingkan pada perempuan. Berdasarkan hasil survei yang di lakukan
pada seluruh penderita TB di Kabupaten Karo didapatkan bahwa penderita
TB pada laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan yaitu
60,4% pada laki-laki dan 22% pada perempuan. Hal ini disebabkan karena
pada umumnya seorang laki-laki dituntut bekerja lebih keras untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari terutama yang berusia produktif,
bahkan terkadang masih ada yang bekerja meskipun sudah tua.
Dibandingkan dengan seorang perempuan yang pada umumnya terinfeksi
TB setelah persalinan akibat proses persalinan yang kurang bersih atau
terinfeksi HIV yang mengakibatkan kekebalan tubuh menurun. Angka
kejadian TB pada laki-laki cukup tinggi pada semua usia, tetapi pada
perempuan angka kejadian TB cenderung menurun setelah melampaui usia
subur. Selain itu, laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok
sehingga memudahkan terjangkitnya TB. Kebiasaan merokok meningkatkan
resiko untuk terinfeksi TB paru sebanyak 2,2 kali.
3. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan sebagai faktor predisposisi terhadap kejadian TB di
kelompok masyarakat. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi prilaku.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin mudah
menerima informasi atau pengetahuan tentang TB. Seseorang dengan tingkat
pengetahuan yang memadai mempunyai dasar pengembangan daya nalar dan
merupakan jalan untuk memudahkan orang tersebut menerima motivasi.
4. Sosial ekonomi
Kejadian TB biasanya berkaitan dengan faktor sosial ekonomi. Menurut
WHO (2011), 90% penderita TB di dunia menyerang kelompok sosial
ekonomi rendah atau miskin. Kemiskinan (sosial ekonomi rendah)
merupakan keadaan yang mengarah pada kondisi kerja yang buruk,
perumahan yang terlalu padat, lingkungan yang buruk serta malnutrisi (gizi
buruk) karena kurangnya kemapuan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Keadaan ini dapat menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh sehingga
memudahkan terjadinya infeksi TB.
Tingkat sosial ekonomi ditentukan oleh unsur-unsur seperti : pendidikan,
pekerjaan dan penghasilan. Hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek
kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan. Tingkat sosial ekonomi
terutama penghasilan sangat berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan hidup
seseorang dan keluarga. Sebuah keluarga dengan kondisi perekonomian baik
tentunya dapat memenuhi segala kebutuhan termasuk kebutuhan akan
kesehatan, sedangkan keluarga dengan ekonomi rendah harus selektif dalam
pengeluaran karena pada umumnya mereka lebih mementingkan kebutuhan
hidup sehari-hari sehingga hal-hal yang turut mendukung kesehatan sering
kali diabaikan. Hal ini yang memicu munculnya penyakit di masyarakat
termasuk TB.
5. Kepadatan
Kepadatan penghuni rumah sangat mempengaruhi terjadinya penularan
penyakit terutama penyakit yang menular melalui udara seperti TB. Semakin
padat penghuni di dalam rumah maka perpindahan penyakit akan semakin
mudah dan cepat, apalagi terdapat anggota keluarga yang menderita TB
dengan BTA positif. Daerah perkotaan (urban) yang lebih padat
penduduknya lebih besar peluang terjadinya kontak dengan penderita TB
dibandingkan di daerah pedesaan (rural). Selain itu, perumahan yang padat
juga berkaitan dengan peningkatan kejadian TB.
Berdasarkan penelitian Atmosukarto dan Soewasti (2000), didapatkan bahwa
: 1) Keluarga penderita TB mempunyai kebiasaan tidur dengan balita
mempunyai resiko terkena TB 2,8 kali dibanding dengan yang tidur terpisah;
2) Tingkat penularan TB di lingkungan keluarga penderita cukup tinggi,
dimana seorang penderita rata-rata dapat menularkan kepada 2 – 3 orang di
dalam rumahnya; 3) Besar resiko terjadinya penularan untuk keluarga
dengan penderita lebih dari 1 orang adalah 4 kali dibanding dengan keluarga
yang hanya 1 orang penderita TB.
6. Keadaan jendela dan ventilasi
Ruangan dengan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan
membawa pengaruh bagi penghuninya. Salah satu fungsi ventilasi adalah
menjaga aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Luas ventilasi
rumah yang < 10% dari luas lantai (tidak memenuhi syarat kesehatan) akan
mengakibatkan berkurangnya konsentrasi oksigen dan bertambahnya
konsentrasi karbondioksida yang bersifat racun bagi penghuninya.
Disamping itu, tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan peningkatan
kelembaban ruangan karena terjadinya proses penguapan cairan dari kulit
dan penyerapan. Kelembaban ruangan yang tinggi akan menjadi media yang
baik untuk tumbuh dan berkembang biaknya bakteri-bakteri patogen seperti
M. tuberculosis. Fungsi kedua ventilasi adalah untuk membebaskan udara
ruangan dari bakteri-bakteri terutama bakteri patogen seperti M.
tuberculosis, karena di situ selalu terjadi aliran udara yang terus menerus.
Bakteri yang terbawa oleh udara akan selalu mengalir. Selain itu, luas
ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan mengakibatkan
terhalangngya proses pertukaran aliran udara dan sinar matahari yang masuk
ke dalam rumah, akibatnya basil TB yang ada di dalam rumah tidak dapat
keluar dan ikut terhisap bersama udara pernafasan.

7. Kelembaban

Rumah yang tidak memiliki kelembaban yang memenuhi syarat


kesehatan akan membawa pengaruh bagi penghuninya. Kelembaban
udara yang memenuhi syarat kesehatan dalam rumah adalah 40 –
60%. Rumah yang lembab merupakan media yang baik bagi
pertumbuhan mikroorganisme antara lain bakteri, spiroket, ricketsia
dan virus. Mikroorganisme tersebut dapat masuk ke dalam tubuh
melalui udara. Selain itu, kelembaban yang tinggi dapat menyebabkan
membran mukosa hidung menjadi kering sehingga kurang efektif
dalam menghadang mikroorganisme. M. tuberculosis seperti halnya
bakteri lain, akan tumbuh dengan baik pada lingkungan dengan
kelembaban tinggi karena air membentuk lebih dari 80% volume sel
bakteri dan merupakan hal yang essensial untuk pertumbuhan dan
kelangsungan hidup sel bakteri.

8. Suhu dan pencahayaan

Suhu dalam rumah akan membawa pengaruh bagi penguninya. Suhu


rumah yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan meningkatkan
kehilangan panas tubuh dan tubuh akan berusaha menyeimbangkan
dengan suhu lingkungan melalui proses evaporasi. Kehilangan panas
tubuh ini akan menurunkan vitalitas tubuh dan merupakan predisposisi
untuk terkena infeksi terutama infeksi saluran nafas oleh agen yang
menular. M. tuberculosis memiliki rentang suhu yang disukai, tetapi di
dalam rentang ini terdapat suatu suhu optimum saat mereka tumbuh
pesat. M. tuberculosa merupakan bakteri mesofilik yang tumbuh baik
pada suhu 25 – 40 ºC, akan tetapi akan tumbuh secara optimal pada
suhu 31 – 37 ºC.
Cahaya matahari mempunyai sifat membunuh bakteri terutama bakteri
M. tuberculosis. Bakteri ini dapat mati oleh sinar matahari langsung.
Oleh sebab itu, rumah dengan standar pencahayaan yang buruk sangat
berpengaruh terhadap kejadian TB. Kuman tuberkulosis dapat
bertahan hidup pada tempat yang sejuk, lembab dan gelap tanpa sinar
matahari sampai bertahun-tahun dan mati bila terkena sinar matahari,
sabun, lisol, karbol dan panas api. Rumah yang tidak masuk sinar
matahari mempunyai resiko menderita tuberkulosis 3-7 kali
dibandingkan dengan rumah yang dimasuki sinar matahari.

9. Kebiasaan merokok

Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian tidak disebutkan bahwa


kebiasaan merokok bukan merupakan faktor yang mempengaruhi
kejadian TB, akan tetapi pola hidup seseorang dengan kebiasaan
merokok dapat memicu kemungkinan tertular TB. Sebanyak 71
responden yang mempunyai kebiasaan merokok terdapat 64 orang
(70,3%) yang menderita TB. Hal ini dapat disebabkan karena orang-
orang dengan kebiasaan merokok beresiko lebih tinggi terhadap
penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) dibandingkan dengan
yang tidak merokok.

D. PENGOBATAN
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penulara dan
pencegahan terjadinya resistensi kuman terhadap OAT. Pengobatan
tuberculosis dilakukan dengan prinsip-prinsip dimana OAT harus
diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Pemakaian OAT
Kombinasi Dosis Tetap (OAT KDT) sangat dianjurkan. Untuk menjamin
kepatuhan pasien meminum obat maka perlu pengawasan langsung (DOT
atau Directly Observed Treatment ). Oleh seorang Pengawas Menelan
Obat. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan
lanjutan.
Tahap intensif adalah suatu tahap dimana pasien mendapat obat setiap hari
untuk mencegah terjadinya resistensi obat. Bila pengobatan tahap intensif
diberikan secara tepat, biasanya pasien menular menjadi tidak menular
dalam kurun waktu 2 minggu sebagian besar pasien TB BTA positif
menjadi BTA negative dalam 2 bulan. Sedangkan tahap lanjutan adalah
tahap dimana pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama untuk membunuh kuman sehingga
mencegah terjadinya kekambuhan.
E. PENANGANAN
Penanganan TBC atau dikenal sebagai strategi DOTS (Directly Observed
Treatment short – course).Telah terbukti sebagai strategi penanganan yang
efektif.
F. PENCEGAHAN PENULARAN
a. Mengobati Pasien TB BTA+ untuk memutus rantai penularan
b. Menganjurkan penderita untuk menutup hidung dan mulut bila batuk
dan bersin menggunakan tissue.
c. Jika batuk berdahak, dahak sebaiknya ditampung dalam tempat khusus
berisi lisol 5% atau dahak nya ditimbun dengan tanah.
d. Tidak membuang dahak sembarangan.
e. Meningkatkan kondisi rumah dan lingkungan yang sehat.
f. Penderita TB dianjurkan tidak satu kamar dengan keluarganya
terutama selama 2 bulan.
g. Mengunakan alat makan khusus
G. PENCEGAHAN TERJADINYA PENYAKIT TB
a. Lakukan Pola Hidup Bersih dan sehat
b. Pastikan pastikan rumah anada merupakan rumah sehat
H. Syarat Rumah sehat
a. Rumah sehat
1. Pengertian Rumah Sehat
Menurut WHO, 2001, perumahan sehat merupakan konsep dari
perumahan sebagai faktor yang dapat meningkatkan standar
kesehatan penghuninya. Konsep tersebut melibatkan pendekatan
sosiologis dan teknis pengelolaan faktor resiko dan berorientasi
pada lokasi bangunan, kualifikasi, adaptasi, manajemen,
penggunaan dan pemeliharaan rumah serta lingkungan sekitarnya.
Unsur yang melibatkan apakah rumah tersebut memiliki
penyediaan air minum dan sarana yang memadai untuk memasak,
mencuci, menyimpan makanan, serta membuang kotoran manusia
maupun limbah lainnya.
2. Syarat-syarat Pengelolaan Rumah Sehat
a) Dinding
Dinding rumah yang terbuat dari tembok adalah baik. Pada
dasarnya dinding yang terbuat dari tembok untuk kondisi
geografis beriklim tropis khususnya kurang cocok karena selain
mahal dari segi ekonomi juga kurang mendapatkan penerangan
alamiah yang cukup apalagi bila ventilasinya tidak optimal.
b) Atap
Atap rumah yang terbuat dari genteng umumnya dipakai untuk
daerah perkotaan maupun pedesaan. Atap dari genteng sangat
cocok untuk daerah beriklim tropis seperti di Indonesia ini
karena dapat menciptakan suhu yang sejuk dalam rumah. Atap
dari seng dan asbes sebaiknya tidak digunakan, karena selain
mahal juga menimbulkan suhu panas didalam rumah (Mukono,
2000).
c) Ventilasi
Ventilasi rumah memiliki banyak fungsi. Fungsi pertama
adalah untuk menjaga pertukaran aliran udara dalam rumah
tersebut agar tetap segar dan optimal. Hal ini berarti
keseimbangan O2 yang diperlukan untuk penghuni rumah
tersebut tetap terjaga. Ventilasi alamiah adalah di mana aliran
udara di dalam ruangan tersebut terjadi secara alamiah melalui
jendela, lubang angin maupun lubang yang berasal dari dinding
dan sebagainya. Ventilasi buatan adalah ventilasi yang
menggunakan alat khusus untuk mengalirkan udara, misalnya
kipas angin dan mesin penghisap udara (AC). Ventilasi yang
baik berukuran 10% sampai 20% dari luas lantai. Ventilasi
yang baik akan memberikan udara segar dari luar, suhu
optimum 22-24°C dan kelembapan 60% (Kusnoputranto dan
Suzanna, 2000).
d) Pencahayaan
Rumah yang sehat memerlukan pencahayaan dari cahaya yang
cukup dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk
dalam rumah akan menyebabkan berkembangnya beberapa
bakteri, karena dalam hal ini pencahayaan yang kurang akan
menjadi media yang sangat baik untuk berkembang biaknya
bakteri-bakteri tersebut khususnya bakteri patogen. Serta akan
menimbulkan beberapa masalah kesehatan atau penyakit.
e) Sarana Penyediaan Air
Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Di dalam tubuh
manusia sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa
sekitar 55-60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak
sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penyediaan air bersih adalah: (1).
mengambil air dari sumber air yang bersih; (2). mengambil dan
menyimpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta
menggunakan gayung khusus untuk mengambil air; (3).
memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh
binatang, anak-anak, dan sumber pengotoran. Jarak antara
sumber air minum dengan sumber pengotoran seperti
septictank, tempat pembuangan sampah dan air limbah harus
lebih dari 10 meter; (4). mengunakan air yang direbus; (5).
mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang
bersih dan cukup (Depkes RI, 2000).
f) Sarana Pembuangan Tinja
Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari
kesehatan lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak menurut
aturan memudahkan terjadinya penyebaran penyakit tertentu
yang penulurannya melalui tinja antara lain penyakit diare.
Syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan kesehatan
adalah : (1). tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya;
(2). tidak mengotori air permukaan di sekitarnya; (3). tidak
mengotori air dalam tanah di sekitarnya; (4). kotoran tidak
boleh terbuka sehingga dapat dipakai sebagai tempat lalat
bertelur atau perkembangbiakan vektor penyakit lainnya; (5).
tidak menimbulkan bau; (6).
pembuatannya murah; (7). mudah digunakan dan dipelihara
(Notoatmodjo, 2003).
g) Jenis Lantai Rumah
Syarat rumah yang sehat jenis lantai yang tidak berdebu pada
musim kemarau dan tidak basah pada musim penghujan. Lantai
rumah dapat terbuat dari: ubin atausemen, kayu, dan tanah yang
disiram kemudian dipadatkan. Lantai yang basah dan berdebu
dapat menimbulkan sarang penyakit
h) Sampah
Pengelolaan sampah yang baik adalah dengan cara
dikumpulkan dan kemudian dilakukan pengangkutan.
Pengumpulan sampah menjadi tanggung jawab masing-masing
rumah tangga yang dalam hal ini menghasilkan sampah.
Selanjutnya untuk kemudian dilakukan pemusnahan. Hal ini
dilakukan untuk sampah yang berbentuk sampah padat, yakni
bisa dilakukan pembakaran dalam tungku pembakaran,
ditimbun dalam tanah, maupun dibuat pupuk. Dengan demikian
akan tercipta lingkungan dalam rumah yang bersih dan
menyehatkan (Evierni dkk, 2010).
i) Air Limbah
Cara pengelolaan air limbah dapat dilakukan dengan cara yang
sederhana yakni dengan melakukan pengenceran terlebih
dahulu. Pengenceran ini dilakukan untuk menurunkan
konsentrasi dari air limbah itu sendiri, kemudian baru dibuang.
Cara lain adalah dengan membuat kolam oksidasi. Pada
umumnya cara ini adalah memanfaaatkan cahaya langsung dari
sinar matahari, ganggang, bakteri dan oksigen dalam
pembersihan secara alamiah. Cara selanjutnya adalah dengan
membuat saluran irigasi yakni dengan membuat parit terbuka
untuk saluran pembuangan air limbah.
j) Kelembaban
Kelembaban rumah yang tinggi dapat mempengaruhi
penurunan daya tahan tubuh seseorang dan meningkatkan
kerentanan tubuh terhadap penyakit terutama penyakit infeksi.
Kelembaban juga dapat meningkatkan daya tahan hidup
bakteri. Kelembaban dianggap baik jika memenuhi 40-70% dan
buruk jika kurang dari 40% atau lebih dari 70%. Kelembaban
berkaitan erat dengan ventilasi karena sirkulasi udara yang
tidak lancar akan mempengaruhi suhu udara dalam rumah
menjadi rendah sehingga kelembaban udaranya tinggi.
k) Memberikan Kebutuhan Psikologis
Kebutuhan psikologis berfungsi untuk menjamin privacy bagi
penghuni rumah. Perlu adanya kebebasan untuk kehidupan
keluarga yang tinggal dalam rumah tersebut secara normal.
Penataan ruang dalam rumah sebaiknya diatur agar memenuhi
rasa keindahan dan kenyamanan. Selain itu diperlukan adab
sopan santun dalam lingkungan perumahan agar tercipta
keharmonisan dalam pergaulan (Kusnoputranto dan Suzanna,
2000).

Anda mungkin juga menyukai