Anda di halaman 1dari 21

Pendidikan dalam Islam

Nama Kelompok :
 Deny Nova A.S 201843500101
 Reynaldi 201843500839
A. Pengantar

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting, bahkan paling penting dalam
mengembangkan peradaban. Seperti halnya dengan perkembangan peradaban Islam, dalam
mencapai kejayaan umat islam tidak akan tercapai kecuali dengan pendidikan Islam.
Pendidikan Islam tidak akan sempurna jika seluruh generasi umat Islam. Oleh sebab itu di
dalam Al-Qur’an telah ditetapkan proses awal pendidikan. Dalam sejarah telah lahir beberapa
tokoh pendidikan Islam yang dapat dijadikan rujukan dalam membentuk dan membina
kepribadian sehingga tercipta kebudayaan ummah yang kuat dan tangguh.

Pendidikan Islam secara umum adalah upaya sistematis untuk membantu anak didik
agar tumbuh berkembang melalui aktualisasi potensi diri berdasarkan kaidah-kaidah moral
Al-Quran, ilmu pengetahuan dan keterampilan hidup (life-skill). Akan tetapi, walaupun telah
dilakukan usaha-usaha pembaharuan pendidikan islam, namun dunia pendidikan masih saja
dihadapkan pada beberapa problem. Al-Quran dan sunah seharusnya ditempatkan sebagai
sumber otentik pengembangan pemikiran teoritis atau pun praktis bagi dasar, tujuan, proses
maupun rumusan panduan/petunjuk dalam pendidikan. Namun saat ini umat islam belum
optimal dalam pengembangan pendidikan.

Kemandekan dan kejumudan pemahaman terhadap Al-Quran dan Al-Sunah dalam


bidang pendidikan mempunyai implikasi yang luas dalam dunia pendidikan yang di kalangan
pemeluknya dikenal dengan “Pendidikan Islam”. Hingga hari ini, dunia pendidikan dan
gerakan-gerakan Islam dalam berbagai ragam konsentrasi dan aliran pemahaman sulit
menumbuhkan tradisi intelektual kritis sebagai etika dasar penafsiran terhadap kedua sumber
teks utama islam (Al-Quran dan Al-Sunah) tersebut. Namun demikian seharusnya terus
dilakukan upata-upaya kreatif inovatif dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu, untuk
mengetahui bagaimana pemecahan problem-problem pendidikan Islam saat ini, maka usaha-
usaha pembaharuan pendidikan Islam lewat pemikiran yang mendalam perlu dilakukan dan
menjadi sangat penting.

Menurut Soekarno dan Ahmad Supardi, pendidikan Islam terjadi sejak Nabi
Muhammad S.A.W diangkat menjadi Rasul Allah di Mekkah dan beliau sendiri sebagai
gurunya. Pendidikan masa kini merupakan proto type yang terus menerus dikembangkan
oleh umat Islam untuk kepentingan pendidikan pada zamannya. Pendidikan Islam mulai
dilaksanakan Rasulullah setelah mendapat perintah dari Allah agar beliau menyeru kepada
Allah, sebagaimana termaktub dalam Al-Quran surat Al-Mudatsir (74) ayat 1-7. Menyeru
berarti mengajak, dan mengajak berarti membimbing, membimbing berarti mengarahkan,
mengarahkan berarti mendidik.

Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan


berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya memunculkan
kehidupan sosial yang cerdas, terampil, bermoral dan bertanggung jawab. Sayangnya,
sekalipun institusi-institusi pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun
institusi-institusi tersebut masih belum memproduksi individu-individu yang beradab.
Sebabnya, visi misi dan tujuan pendidikan yang seharusnya mengarah kepada terbentuknya
manusia yang beradab terabaikan. Penekanan kepada pentingnya anak didik supaya hidup
dengan nilai-nilai kebaikan, spiritual dan moralitas juga terabaikan. Akibatnya kondisi
masyarakat menunjukkan kecenderungan moral menjadi merosot, krisis spiritual
menggerogoti masyarakat dan identitas budaya mulai luntur.

Saat ini, banyak institusi pendidikan telah berubah menjadi industri bisnis yang
memiliki visi dan misi yang pragmatis. Pendidikan diarahkan untuk melahirkan individu-
individu pragmatis yang bekerja untuk meraih kesuksesan materi dan profesi sosial yang akan
memakmurkan diri, perusahaan dan negara. Pendidikan dipandang secara ekonomis dan
dianggap sebagai investasi yang merupakan tujuan utama, ingin segera dan secepatnya diraih
supaya modal yang selama ini dikeluarkan akan menuai keuntungan. Sistem pendidikan
seperti ini sekalipun akan memproduksi anak didik yang memiliki status pendidikan yang
tinggi, namun status tersebut tidak akan menjadikan mereka sebagai individu-individu yang
beradab.

Pendidikan yang bertujuan pragmatis dan ekonomis sebenarnya merupakan pengaruh


dari paradigma pendidikan Barat yang sekular. Dalam budaya Barat sekular, tingginya
pendidikan seseorang tidak berkorespondensi dengan kebaikan dan kebahagiaan individu
yang bersangkutan. Dampak dari hegemoni pendidikan Barat terhadap kaum Muslimin
adalah banyaknya dari kalangan Muslim memiliki pendidikan yang tinggi, namun dalam
kehidupan nyata mereka belum menjadi Muslim-Muslim yang baik dan berbahagia. Masih
ada kesenjangan antara tingginya gelar pendidikan yang diraih dengan rendahnya moral serta
Akhlak kehidupan Muslim. Ini terjadi disebabkan visi dan misi pendidikan yang pragmatis.

Mempelajari pendidikan dalam berbagai unsurnya secara sungguh-sungguh menjadi


sangat mendesak bagi setiap generasi muda Islam.

B. Pengertian Pendidikan Islam

1. Pengertian Bahasa (Etimologi)

Dalam kamus bahasa Indonesia kata pendidikan merupakan kata jadian yang berasal
kata didik yang diberi awalan pe dan akhiran an yang berarti proses pengubahan sikap dan
tatalaku seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia.

Di kalangan tokoh pendidikan Islam ada tiga istilah yang umum digunakan dalam
pendidikan Islam, sebelum mempelajari apa itu pendidikan. Yaitu al-Tarbiyah (pengetahuan
tentang al-rabb), al-Ta’lim (ilmu teoritik, kreativitas, komitmen tinggi dalam
mengembangkan ilmu, serta sikap hidup yang menjunjung tinggi nilai-nilai ilmiah), al-Ta’dib
(integrasi ilmu dan iman yang membuahkan amal).

a. Istilah Tarbiyah

Kata Tarbiyah berasal dari kata dasar “rabba”, “yurabbi” menjadi “tarbiyah” yang
mengandung arti memelihara, membesarkan dan mendidik. Dalam statusnya sebagai khalifah
berarti manusia hidup di alam mendapat kuasa dari Allah untuk mewakili dan sekaligus
sebagai pelaksana dari peran dan fungsi Allah di alam. Dengan demikian manusia sebagai
bagian dari alam memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang bersama alam
lingkungannya. Tetapi sebagai khalifah Allah maka manusia mempunyai tugas untuk
mengolah, memelihara dan melestarikan alam dan lingkungan alam.

Dalam bentuk kata kerja, kata ini dapat dijumpai di dalam Al-Qur’an seperti pada
Surat Asy-Syu’ara’ ayat 18 dan Al-Isra’ ayat 24.

Artinya : Berkata (Firaun): Bukankah kami telah mengasuh (mendidikmu) dalam


keluarga kami semenjak kamu kecil dan menghabiskan beberapa tahun dari umurmu ? (Q.S.
Asy-Syu’ara’: 18)

Artinya : ... ya Tuhan kasihanilah keduanya (orang tua) sebagaimana keduanya telah
mendidikku semenjak aku kecil (Q.S. Al-Isra’: 24)

b. Istilah Al-Ta’lim

Secara Etimologi, Ta’lim berkonotasi pembelajaran, yaitu semacam proses transfer


ilmu pengetahuan. Hakikat ilmu pengetahuan bersumber dari Allah SWT. Adapun proses
pembelajaran (ta’lim) secara simbolis dinyatakan dalam informasi Al-Qur’an ketika
penciptaan Adam A.S. oleh Allah SWT, ia menerima pemahaman tentang konsep ilmu
pengetahuan langsung dari penciptanya. Proses pembelajaran ini disajikan dengan
menggunakan konsep ta’lim yang sekaligus menjelaskan hubungan antara pengetahuan
Adam A.S. dengan tuhannya. (Jalaluddin, 2001:122).

c. Istilah Al-Ta’dib

Menurut Al-Attas, istilah yang paling tepat untuk menunjukkan pendidikan Islam
adalah Al-Ta’dib, konsep ini didasarkan pada Hadis Nabi yang artinya :

“Tuhan telah mendidikku, maka ia sempurnakan pendidikanku” (HR. Al-Askary dari Ali
r.a).

Al-Ta’dib berarti pengenalan dan pengetahuan secara berangsur-angsur ditanamkan


ke dalam diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di
dalam tatanan penciptaan. Dengan pendekatan ini pendidikan akan berfungsi sebagai
pembimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat dalam tatanan
wujud dan kepribadiannya.

Dari ketiga kata bahasa arab tersebut kita melihat bahwa kata tarbiyah mempunyai
pengertian yang lebih luas dan lebih cocok dipakai untuk kata pendidikan dibandingkan
dengan kata ta’dib dan ta’lim. Kata ta’lim lebih dititikberatkan kepada pengajaran karena
lebih terfokus kepada pengetahuan, kecerdasan dan keterampilan sebagaimana ayat yang
telah kita kutip di atas, sedangkan pendidikan lebih luas dari sekadar pengajaran. Sementara
itu, kata ta’dib lebih banyak mengacu kepada pendidikan Akhlak dan budi pekerti
sebagaimana yang dianut oleh para ahli pendidikan, seperti Prof. Zakiah Daradjat dan Abdur-
Rahman An-Nahlawi. Meskipun demikian, Muhammad Naquib Al-Attas yang mengatakan
bahwa kata ta’dib lebih cocok dipakai untuk kata pendidikan karena kata ta’dib mencakup
wawasan ilmu dan amal yang merupakan esensi pendidikan Islam. Lain lagi dengan Abdul
Fattah Jalal yang menyatakan bahwa kata ta’lim lebih luas daripada kedua kata lainnya.
Alasannya adalah firman Allah pada ayat 151 dari Surat Al-Baqarah yang berbunyi :

Artinya : Sebagaimana Kami telah mengirim Rasul dari jenis kamu yang
membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kitab
dan hikmah serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui. (Q.S. Al-Baqarah: 151)

Dari pengertian lugawi di atas dapat kita simpulkan bahwa pendidikan merupakan
proses mengubah keadaan anak didik dengan berbagai cara untuk mempersiapkan masa
depan yang baik baginya.

Abdur Rahman, Al-Bani misalnya menyimpulkan dari ketiga kata bahasa Arab yang
sudah kita sebutkan tadi bahwa pendidikan itu memiliki empat unsur, yaitu :

a. Menjaga dan memelihara fitrah anak menjelang dewasa (balig)

b. Mengembangkan seluruh potensi

c. Mengarahkan seluruh fitrah dan potensi menuju kesempurnaan

d. Melaksanakannya secara bertahap

Dari pendapat Al-Bani ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
pendidikan dalam hal ini ialah pendidikan Islam yang meliputi unsur-unsur memelihara dan
mengembangkan potensi atau fitrah anak didik secara bertahap sesuai dengan
perkembangannya.

2. Pengertian Istilah (Terminologi)

Pendidikan sebagai suatu bahasan ilmiah sangat sulit untuk didefinisikan. Muhammad
Al-Naquib Al-Attas mengatakan bahwa konferensi internasional pertama tentang pendidikan
muslim (1977) ternyata belum berhasil menyusun suatu definisi pendidikan yang dapat
disepakati oleh para ahli pendidikan secara bulat. Berikut ini akan dikemukakan pengertian
pendidikan dan pendidikan Islam yang diberikan para ahli.

a. Pengertian Pendidikan

1. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuh dan
berkembangnya anak-anak segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak tersebut agar
mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan setinggi-tingginya.

2. Dalam Ensiklopedi Indonesia dinyatakan bahwa pendidikan adalah proses membimbing


manusia dari kebodohan menuju ke kecerahan pengetahuan. Lebih lanjut dikatakan bahwa
proses tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dresure atau paksaan, latihan
utnuk membentuk kebiasaan dan pendidikan untuk membentuk kata hati.
3. Dalam sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang
dilakukan oleh manusia dewasa untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.

4. Marimba, seorang pakar filsafat pendidikan merumuskan bahwa pendidikan adalah


bimbingan atau tuntutan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian utama.

5. Muhammad Naquib Al-Attas yang menjadikan kata ta’dib sebagai pijakannya menjelaskan
bahwa pendidikan itu merupakan pengenalan dan pengakuan yang ditanamkan secara
berangsur-angsur ke dalam diri manusia (peserta didik) tentang keberadaan segala sesuatu
sehingga dapat membimbingnya ke arah pengenalan dan pengakunya adanya Tuhan.

6. Berkaitan dengan itu seorang pakar pendidikan Barat, Rupert C. Lodge mengemukakan
bahwa pendidikan dapat dilihat dari pengertian luas dan pengertian sempit. Dalam arti yang
luas, ia mengatakan bahwa pendidikan itu menyangkut seluruh pengalaman peserta didik,
baik pengalamannya dengan pendidik, orang tua, teman sepermainan maupun yang
diperolehnya dari alam lingkungan selain manusia, seperti hewan (dalam arti sempit,
pendidikan hanya sekadar pengajaran di sekolah).

Selanjutnya berikut ini pendapat beberapa tokoh Muslim tentang pengertian


pendidikan Islam :

1. Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani


berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut
ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian lain sering kali beliau mengatakan kepribadian
utama tersebut dengan istilah kepribadian muslim, yakni kepribadian yang memiliki nilai-
nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam dan
bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.

2. Menurut Abdur Rahman An-Nahlawi, pendidikan Islam adalah pengaturan pribadi dan
masyarakat sehingga dapat memeluk Islam secara logis dan sesuai secara keseluruhan baik
dalam kehidupan individu maupun kolektif.

3. Menurut Burlian Shomad, pendidikan Islam ialah pendidikan yang bertujuan membentuk
individu menjadi makhluk yang bercorak diri, berderajat tinggi menurut ukuran Allah dan sisi
pendidikannya untuk mewujudkan tujuan itu adalah ajaran Allah.

4. Menurut Musthafa Al-Ghulayani, pendidikan islam ialah menanamkan akhlak yang mulia
di dalam jiwa anak pada masa pertumbuhannya dan menyiraminya dengan air petunjuk dan
nasihat, sehingga akhlak itu menjadi salah satu kemampuan (meresap dalam) jiwanya
kemudian buahnya berwujud keutamaan kebaikan, dan cinta bekerja untuk kemanfaatan
tanah air.

Dari beberapa definisi yang dikemukakan para ahli di atas jelaslah pengertian
pendidikan itu dapat dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu pendidikan dalam arti luas
dan pendidikan dalam arti sempit.
Pengertian pendidikan dalam arti sempit adalah usaha sadar (usaha yang direncanakan
waktu, tempat dan biaya, diprogram, diorganisasikan, diukur dan dievaluasi) yang dilakukan
oleh manusia dewasa (pendidik profesional) untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, atau latihan bagi peserta didik menjadi dewasa untuk berperan
dimasa yang akan datang.

Pendidikan dalam arti luas adalah segala proses interaksi yang terjadi antara
seseorang dengan lingkungan sekitarnya. Berupa bimbingan, arahan dan latihan untuk
menumbuhkan dan mengembangkan segala potensi dalam diri manusia baik secara mental,
moral dan fisik untuk menghasilkan manusia dewasa dan bertanggung jawab sebagai
makhluk yang berbudi luhur.

Sedangkan pendidikan Islam adalah suatu proses bimbingan pembelajaran dan


tuntunan serta pelatihan terhadap manusia (peserta didik) yang memungkinkan seseorang
(peserta didik) dapat mengarahkan kehidupannya berlandaskan ajaran Islam yang mencakup
semua aspek kehidupan yang dibutuhkan agar dapat melaksanakan peran, tugas dan fungsi
sebagai hamba yang taat, tunduk dan patuh serta berserah diri kepada Allah serta sebagai
khalifah (pemimpin dan wakil tuhan) di bumi untuk mengolah memelihara dan melestarikan
bumi.

Hakikat pendidikan Islam adalah segala upaya dan usaha untuk menjadikan manusia
dewasa sesuai dengan ajaran Islam. Dan perlu kita ketahui bahwa di dalam “pendidikan”
mempunyai pengertian suatu proses bimbingan, tuntunan atau pimpinan yang didalammya
mengandung beberapa unsur-unsur yang harus diperhatikan, diantaranya adalah :

1. Didalam bimbingan ada pembimbingnya (pendidik) dan yang dibimbing


(terdidik/peserta didik).

2. Bimbingan mempunyai arah yang bertitik tolak pada dasar pendidikan dan berakhir
pada tujuan pendidikan.

3. Bimbingan berlangsung pada suatu tempat, lingkungan atau lembaga pendidikan


tertentu.

4. Bimbingan merupakan proses, maka harus proses ini berlangsung dalam jangka waktu
tentu.

5. Di dalam bimbingan harus mempunyai bahan yang aka disampaikan pada anak didik
untuk mengembangkan pribadi seperti yang di inginkan.

6. Didalam bimbingan menggunakan metode tertentu.

Dalam proses pendidikan ada beberapa komponen atau unsur utama yang mesti ada,
yaitu Pendidik, peserta didik, tujuan pendidikan, materi pendidikan dan cara atau metode
pendidikan.

1) Pendidik
Pada ayat 4 dan 5 surat al-alaq dijelaskan bahwa pendidik pertama adalah Allah SWT.
Allah mengajar manusia menulis dengan menggunakan pena. Dia memberikan pengetahuan
kepada manusia tentang segala sesuatu yang belum diketahuinya.

2) Peserta Didik

Peserta didik adalah manusia tanpa menyebutkan batas dan ketentuan lain. Dengan
kata lain, semua manusia merupakan peserta didik tanpa batas waktu dan tempat. Ini dapat
dilihat pada ayat ke-5 surat Al-Alaq.

3) Tujuan

Tujuan pendidikan disini ialah agar manusia mempunyai pengetahuan sehingga dapat
beribadah dan bersujud serta mendekatkan diri kepadanya. Itu berarti bahwa tujuan
pendidikan untuk mendapatkan ridhonya. Masalah ini terlihat dengan jelas dalam ayat 1,5
dan 19 surat Al-Alaq.

4) Materi

Secara eksplisit materi pendidikan tergambar dalam Surat Al-‘Alaq ayat 1 dan 3
(membaca), ayat 4 (menulis), dan ayat 2 (mengenal diri melalui proses penciptaan secara
biologis). Di samping itu, secara implisit Surat Al-‘Alaq menyatakan bahwa materi
pendidikan dalam Islam itu terpadu, tidak terbagi antara ilmu agama dan ilmu umum. Dengan
kata lain, tidak ada dikotomi ilmu pengetahuan yang akan diajarkan karena pada hakikatnya
ilmu itu hanya satu, yaitu bersumber dari Allah SWT sebagai pendidik utama. Hal ini dapat
disimpulkan dari ayat 1 dan 3. Ayat tersebut menyatakan bahwa Tuhan memerintahkan
membaca tanpa menyebutkan objek yang harus dibaca. Jadi, apa saja boleh dibaca untuk
mendapatkan informasi.

Jadi, objek ilmu pengetahuan adalah ayat-ayat Allah yang tertulis berupa sumber
ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits dan segala ciptaan Allah yang tidak tertulis
berupa alam semesta dan seisinya.

5) Metode

Metode adalah cara yang dipakai oleh pendidik agar bahan, materi yang ditetapkan
dalam kurikulum dapat dicapai secara efektif dan efisien. Secara eksplisit metode pendidikan
yang tergambar di dalam surat Al-‘Alaq adalah sebagai berikut :

a) Pembiasaan dan pengalaman,

b) Mauziah (ayat 19),

c ) Targhib wa tarhib (ayat 8, 15-18), dan

d ) Hiwar khitabi ta’ridi (ayat 9-10).

6) Alat
Pena merupakan sarana untuk memperoleh dan mewariskan ilmu pengetahuan.
Dengan pena, ilmu pengetahuan akan ditulis lalu dibaca oleh generasi sekarang dan yang
akan datang sehingga informasi tersebut menjadi berkembang dan dapat dikembangkan oleh
generasi selanjutnya (ayat 4).

C. Sumber Pendidikan Islam

Sumber pendidikan Islam adalah ayat tertulis yaitu Al-Qur’an dan Al-Sunnah dan
ayat tidak tertulis yaitu alam semesta dan seisinya, serta ijtihad dalam bidang pendidikan
berupa pemikiran-pemikiran ulama tentang pendidikan. Al-Qur’an dan Al-Sunnah bukan
hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata, namun justru
karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia
dan dibolehkan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan. Alam jagat raya bukan hanya
dijadikan obyek ilmu pengetahuan, namun juga dapat dijadikan sumber pendidikan karena di
dalamnya memuat rahasia kebesaran Tuhan. Pemikiran para ulama juga dapat dijadikan
sumber pendidikan Islam, banyak karya ulama-ulama berupa kitab-kitab yang memuat
tentang yang dapat dijadikan sumber pendidikan.

Banyak sekali ayat Al-Qur’an yang mengandung implikasi pendidikan. Diantaranya


adalah surat Al-Imran : 190-191, Ad-Dukhan : 38-39, Al-Anbiya’ : 16-18, dan masih banyak
lagi.

D. Tujuan Pendidikan

Samsul Nizar menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai
keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia secara menyeluruh dan seimbang yang
dilakukan melalui latihan jiwa, akal fikiran diri manusia yang rasional, perasaan dan indera.
Karena itu pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta
didik. Aspek spiritual, intelektual, imajinasi, fisik, ilmiyah dan bahasa baik secara individu
maupun kolektif, dan mmendorong semua aspek tersebut berkembang ke arah kebaikan
kesempurnaan. Tujuan akhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang
sempurna kepada Allah SWT, baik secaara pribadi maupun kolektif.

Menurut Ali Asraf yang dikutip Abudin Natta mengatakan bahwa pendidikan
seharusnya menimbulkan pertumbuhan yang seimbang dari kepribadian total manusia
melalui latihan spiritual, intelek, rasional diri, perasaan dan kepekaan tubuh manusia.

Menurut M. Arifin tujuan pendidikan Islam adalah perwujudan nilai-nilai Islami


dalam pribadi manusia pendidikan yang diikhtiarkan oleh pendidik muslim melalui proses
terminal pada hasil (produk) yang berkepribadian Islam yang beriman, bertaqwa dan berilmu
pengetahuan yang sanggup mengembangkan dirinya menjadi hamba Allah yang taat. Lebih
lanjut M. Arifin mengemukakan bahwa tujuan akhir pendidikan Islam pada hakikatnya
adalah realisasi dari cita-cita ajaran Islam itu sendiri yang membawa misi kesejahteraan umat
manusia sebagai hamba Allah lahir batin, dunia dan akhirat.
Senada dengan hal di atas An-Nahlawi menjelaskan bahwa tujuan pendidikan Islam
adalah merealisasikan penghambaan kepada Allah dalam kehidupan manusia baik secara
pribadi, maupun secara sosial.

Abdurrahman Saleh Abdullah menjelaskan tujuan umum pendidikan Islam adalah


membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah atau sekurang-kurangnya mempersiapkan ke
jalan yang mengacu kepada tujuan akhir manusia. Tujuan utama khalifah Allah adalah
beriman kepada Allah dan tunduk patuh secara total kepada nya. Dalam surat Al-Dzariyat :
56 Allah berfirman :

Dari beberapa definisi yang dikemukakan beberapa ahli tersebut dapat diketahui
bahwa tujuan pendidikan Islam memiliki ciri-ciri sebagaimana yang diungkapkan oleh
Abudin Natta sebagai berikut :

1. Mengarahkan anak agar menjadi khalifah Allah di muka bumi dengan sebaik-baiknya,
yaitu melaksanakan tugas-tugas dan memakmurkan dan mengelola bumi sesuai dengan
kehendak-nya.

2. Mengarahkan anak agar seluruh pelaksanaan tugas kekhalifahannya di muka bumi


dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Allah sehingga tugas tersebut terasa ringan
dilaksanakan.

3. Mengarahkan anak agar memiliki akhlak mulia, sehingga ia tidak menyalahgunakan fungsi
kekhalifahannya.

4. Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmaninya; sehingga ia memiliki ilmu,
akhlak dan keterampilan yang semuanya ini dapat digunakan guna mendukung tugas
pengabdian dan kekhalifahannya.

5. Mengarahkan anak agar dapat tercapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.

Adnin Armas menjelaskan bahwa tujuan utama pendidikan dalam Islam adalah
mencari ridha Allah SWT. Dengan pendidikan, diharapkan akan lahir individu-individu yang
baik, bermoral, berkualitas, sehingga bermanfaat kepada dirinya, keluarganya,
masyarakatnya, negaranya dan umat manusia secara keseluruhan.

Jadi, tujuan pendidikan dalam Islam adalah upaya sadar, terstruktur, terprogram dan
sistematis dalam rangka membentuk manusi yang memiliki kompetensi :

1. Kepribadian Islam

Tujuan ini merupakan konsekuensi keimanan seorang muslim yaitu teguhnya dalam
memegan identitas kemuslimannya dalam pergaulan sehari-hari. Identitas itu tampak pada
dua aspek yang fundamental, yaitu pola berfikirnya (aqliyah) dan pola sikapnya (nafsiyyah)
yang berpijak pada aqidah Islam. Berkaitan dengan pengembangan kepribadian dalam Islam
ini, paling tidak terdapat tiga langkah upaya pembentukannya sebagaimana yang dicontohkan
Rasulullah SAW yaitu (1) menanamkan aqidah Islam kepada seorang manusia dengan cara
yang sesuai dengan kategori akidah tersebut, yaitu sebagai aqidah aqliyah; aqidah yang
keyakinannya muncul dari proses pemikirian yang mendalam. (2) mengajaknya untuk
senantiasa konsisten dan istiqamah agar cara berfikir dan mengatur kecenderungan insaninya
berada tetap di atas pondasi aqidah yang diyakininnya. (3) mengembangkan kepribadian
dengan senantiasa mengajak bersungguh-sungguh dalam mengisi pemikirannya dengan
tsaqafah Islamiyah (kebudayaan Islam) dan mengamalkan perbuatan yang selalu berorientasi
pada melaksanakan ketaatan kepada Allah SWT.

2. Menguasai Tsaqafah Islamiyah dengan handal

Islam mendorong setiap muslim untuk menjadi manusia yang berilmu dengan cara
mewajibkannya untuk menuntut ilmu. Adapun ilmu berdasarkan takaran kewajibannya
menurut Al-Ghazali dibagi dalam dua kategori, yaitu (1) ilmu yang fardlu ‘ain, yaitu wajib
dipelajari setiap muslim, yaitu ilmu ilmu tsaqafah Islam yang terdiri konsepsi, ide dan hukum
hukum Islam (fiqh), bahasa Arab, sirab nabawiyah, ulumul quran, tafidzul quran, ulumul
hadits, ushul hadits, ushul fiqh, dll. (2) Ilmu yang dikategorikan fardlu kifayah, biasanya
ilmu-ilmu yang mencakup sains dan teknologi, serta ilmu terapan-keterampilan, seperti
biologi, fisika, kedokteran, pertanian, teknik dll. Berkaitan dengan tsaqafah Islam, terutama
bahasa Arab, Rasullulah SAW. Telah menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa pengantar
dalam pendidikan dan urusan penting lainnya, seperti bahasa diplomatik dan interaksi antar
negara. Dengan demikian, setiap muslim yang bukan Arab diharuskan untuk mempelajarinya.
Berkaitan dengan hal ini karena keterkaitan bahasa Arab dengan bahasa Al-Qur’an dan As-
Sunah, serta wacana keilmuan Islam lainnya.

3. Menguasai ilmu-ilmu terapan (Ilmu, pengetahuan dan teknologi/IPTEK)

Menguasai IPTEK diperlukan agar umat Islam mampu mencapai kemajuan material
sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai khalifatullah dimuka bumi dengan baik. Islam
menetapkan penguasaan sains sebagai fardlu kifayah, yaitu kewajiban yang harus dikerjakan
oleh sebagian rakyat apabila ilmu-ilmu tersebut sangat diperlukan umat, seperti kedokteran,
kimia, fisika, industri penerbangan, biologi, teknik dan lain lain. Pada hakekatnya ilmu
pengetahuan terdiri atas dua hal, yaitu pengetahuan yang mengembangkan akal manusia,
sehingga ia dapat menentukan suatu tindakan tertentu dan pengetahuan mengenai perbuatan
itu sendiri. Berkaitan dengan akal, Allah SWT telah memuliakan manusia dengan akalnya.
Akal merupakan faktor penentu yang melebihkan manusia dari makhluk lainnya, sehingga
kedudukan akal merupakan sesuatu yang berharga. Allah menurunkan Al-Qur’an dan
mengutus Rasulnya dengan membawa Islam agar beliau menuntun akal manusia dan
membimbingnya ke jalan yang benar. Pada sisi yang lain Islam memicu akal untuk dapat
menguasai IPTEK, sebab dorongan dan perintah untuk maju merupakan buah dari keimanan.
Dalam kita Fathul Kabir, juz III, misalnya diketahui bahwa Rasulullah SAW pernah
mengutus dua orang sahabatnya ke negeri Yaman untuk mempelajari pembuatan senjata
muktahir, terutama alat perang yang bernama dabbabah, sejenis tank yang terdiri atas kayu
tebal berlapis kulit dan tersusun dari roda-roda. Rasulullah SAW memahami manfaat alat ini
bagi peperangan melawan musuh dan menghancurkan benteng lawan.
4. Memiliki Skills/keterampilan yang tepat guna dan berdaya guna

Perhatian besar Islam pada ilmu teknik dan praktis, serta keterampilan merupakan
salah satu dari tujuan pendidikan Islam. Penguasaan keterampilan yang serba material ini
merupakan tuntutan yang harus dilakukan umat Islam dalam rangka pelaksanaan amanah
Allah SWT. Hal ini diindikasikan dengan terdapatnya banyak nash yang mengisyaratkan
kebolehan mempelajari ilmu pengetahuan umum dan keterampilan. Hal ini dihukumi sebagai
fardlu kifayah. Penjelasan 3 dan 4 dapat diperhatikan pada pembahasan ilmu dan kedudukan
dalam Islam diatas.

Sasaran pendidikan Islam adalah mengintegrasikan iman dan takwa dengan ilmu
pengetahuan dalam pribadi manusia untuk mewujudkan kesejahteraan dunia-akhirat.

E. Asas-Asas Pendidikan Islam

Azas pendidikan Islam adalah perkembangan dan pertumbuhan dalam perikehidupan


yang seimbang dalam semua seluk beluk kehidupan secara adil, merata, menyeluruh dan
integral. Disamping adanya unsur pokok pendidikan, para ahli juga membahas tentang
kerangka dasar pendidikan. Dasar atau azas akan memberikan arah bagi pelaksanaan
pendidikan yang telah diprogramkan. Secara lebih luas, dasar pendidikan Islam menurut
Sa’id Ismail Ali-sebagaimana dikutip Langgulung-terdiri atas 6 macam, yaitu : Al-Qur’an,
Sunnah, qaul al-shahabat, masalih al-mursalah, ‘urf, dan pemikiran hasil ijtihad intelektual
muslim.

Dari Ayat-ayat dan Al-Sunnah serta alam semesta dan pemikiran para ulama yang
dijadikan sumber pendidikan, maka dapat disimpulkan bahwa pola dasar pendidikan Islam
adalah sebagai berikut :

1. Segala fenomena alam adalah ciptaan Tuhan dan tunduk kepada hubungan mekanisme
sebagai sunnatullah.

2. Manusia harus dididik agar bisa menghayati segala fenomena alam sehingga bisa
menanamkan rasa iman dan takwa.

3. Manusia sebagai makhluk paling mulia dibanding makhluk lain menjadi khalifah.

4. Manusia harus dibekali ilmu agar bisa memberdayakan bumi dengan ilmunya untuk
kemaslahatan umum sesuai tuntunan Tuhan.

5. Manusia sebagai makhluk sosial yang cenderung untuk berkumpul, berinteraksi dengan
orang lain dan membentuk suatu tali persaudaraan.

6. Manusia sebagai makhluk moralitas yang cenderung untuk memeluk agama.

7. Pendidikan seumur hidup sebagai dasar proses pendidikan sebagai konsep pemikiran yang
berorientasi pada keimanan dan akhlak yang terpadu membentuk dan mewarnai pendidikan
Islam.
F. Prinsip-Prinsip pendidikan Islam

Berikut ini dikemukakan beberapa prinsip-prinsip pendidikan Islam. Prinsip


pendidikan Islam paling tidak mengacu kepada tujuh prinsip :

1. Selalu mengacu kepada Al-Qur’an dan Hadist

Al-Qur’an dan Hadist merupakan sumber utama dalam pendidikan Islam. Akan lebih
baik pendidikan Islam ini supaya mempunyai wacana guna mencetak insan kamil, sangat
perlu ditambah dengan Istimbath Dan Ijtihad para ulama yang tidak bertentangan dengan Al-
Qur’an dan Hadist. Oleh karena itu pendidik dan peserta diidk harus memahami kandungan
Al-Qur’an dan Hadist. Ketika ada pendapat yang bertentangan dengan keudanya, seharusnya
pendidikan tidak boleh menerimanya sebagai acuan.

2. Selalu mengarah kepada dunia dan akhirat

Dalam Al-Qur’an dan Hadist tidak ada ayat yang menganjurkan menjauhi kehidupan
dunia, karena Al-Qur’an sendiri menuntut kita untuk berzakat dan bersedekah. Bagaimana
hal tersebut bisa tercapai kalau kita tidak berharta. Memang hidup didunia hanyalah
sementara, semuanya akan musnah tapi perlu diingat, justru dengan kehidupan sekejap itulah
kita dianjurkan mengejar kesuksesan dunia, untuk berlomba-lomba didalam menggapai amal
shaleh sebagai bekal untuk ke akhirat nanti, bukan menjauh dari dunia seperti layaknya
orang-orang yang mengasingkan diri dari kehidupan sosial. Dan mencapai amal shaleh
bukanhanya dengan sholat, wiritan, mengikuti pengajian dan lain lain, akan tetapi melakukan
sesuatu yang menjadi kewajiban kita dan selalu memberikan manfaat kepada orang lain,
niscaya Allah akan mencatat amal shaleh bagi kita. Maka dari itu sangat disayangkan para
tarekat yang membenci kehidupan dunia. Sampai-sampai mengatakan “Kenikmatan dunia
dianggap bangkai dan barang siapa yang mengejarnya berarti ia anjing.” Jadi pendidikan
Islam harus menekankan kehidupan yang mengarah kepada dunia dan akhirat.

3. Bersifat Teoritis dan Praktis

Pendidikan Islam tidak cukup hanya menyampaikan teori, karena tujuan materi itu
tidak lain untuk dilaksanakan guna mencapai amal yang tinggi disisi Tuhan. Maka dari itu
untuk mencapai pengamalan yang sempurna hendaklah para pendidik melaksanakan apa yang
diajarkan kepada peserta didik. Dan uswatun hasanah harus menjadi pedoman yang utama di
dalam hidupnya. Tidak ada satupun dalam pendidikan yang hanya berorientasi kepada materi
saja.

4. Sesuai dengan potensi yang dimiliki manusia

Pendidikan Islam bersifat fleksibel, Pendidikan Islam harus sesuai dengan potensi
manusia karena setiap manusia mempunyai potensi yang berbeda-beda. Beberapa potensi
manusia diantaranya yaitu potensi melihat, mendengarkan, merasakan, potensi berfikir.
Dengan ootensi inilah pendidikan Islam harus memerintahkan kepada manusia untuk selalu
berpikir secara mendalam dan kritis, sekaligus dengan menggunakan perasaannya. Sehingga
dapat menghasilkan karya-karya yang dapat diambil manfaat oleh umat muslim yang lain.
Disamping itu manusia sebagai homo religius (manusia sebagai makhluk beragama),
merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan. Pendidikan Islam harus memotivasi
umatnya untuk selalu memperkuat imannya.

5. Berorientasi pada hablum minallah wa hamlum minannas

Segala aktivitas dan kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan berorientasi pada
hubungan sosial dan hubungan kepada Allah SWT. Artinya pendidikan Islam bukan aktivitas
kemanusiaan semata, namun juga disebut sebagai aktivitas ketuhanan artinya proses
pendidikan dapat menjadi nilai agama.

6. Ikhlas

Prinsip ikhlas dapat terlihat dengan jelas dalam QS. Al-‘Alaq ayat 1. Tuhan
memerintahkan membaca atas nama Allah. Begitu juga pada ayat ke-19, Allah menyuruh
manusia hanya patuh dan sujud kepada-nya tidak kepada yang lain-nya.

7. Pendidikan Seumur Hidup

Tergambar secara implisit dalam QS. Al-‘Alaq, yaitu tidak adanya batasan yang
konkret tentang kapan seorang harus mulai belajar dan sampai kapan. Tuhan hanya
menjelaskan bahwa manusia harus membaca dan belajar. Dengan demikian, manusia perlu
belajar sejak dilahirkan sampai ajalnya tiba.

8. Efektivitas Pendidikan

Didalam surat Al-‘Alaq, Tuhan menginformasikan asal kejadian manusia dari ‘alaq
(ayat 2) dan setelah diajari, mereka memperoleh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan
membuat mereka merasa cukup sehingga menimbulkan sikap angkuh dan sombong (ayat 6-
7). Disini terlihat bahwa keberhasilan seseorang, termasuk dalam bidang pendidikan, dapat
membuatnya bertindak sewenang-wenang dan angkuh karena merasa dirinya cukup dan tidak
membutuhkan pertolongan orang lain. Walaupun Tuhan telah mendidik manusia, tidak
semuanya berhasil menjadi manusia yang baik karena hal itu tergantung pada beberapa faktor
, seperti lingkungan dan kemauan untuk menjadi baik.

G. Pendidik

Dalam pengertian yang sederhana, pendidik adalah orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didik, sedangkan dalam pandangan masyarakat adalah orang yang
melaksanakan pendidikan ditempat-tempat tertentu, tidak mesti dilembaga pendidikan
formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau/mushala, dirumah dan sebagainya.

Menurut Moh. Fadil Al-Djamil menyebutkan bahwa pendidik yaitu orang yang
mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik sehingga terangkat derajat
kemanusiaannya sesuai dengan kemampuan dasar yang dimiiki oleh manusia.
1. Syarat-syarat Pendidik

Menjadi pendidik menurut Prof. Dr. Zakiah Darajad dan kawan kawan, tidak
sembarangan, tetapi harus memenuhi beberapa persyaratan seperti dibawah ini :

a. Takwa kepada Allah SWT


b. Berilmu
c. Sehat Jasmani
d. Berkelakuan baik
e. Sehat Rohani (berakal sehat)

Menurut H. Mubangit, syarat untuk menjadi seorang pendidik yaitu :

1) Bertakwa kepada Allah SWT (taat beragama)

2) Harus Berilmu (ahli dalam bidang ilmu yang ditekuninya)

3) Menguasai ilmu pendidikan (profesional)

4) Kreatif dan inovatif

5) Bertanggung jawab

6) Berakhlak Mulia

7) Demokratis

8) Harus memiliki perasaan panggilan nurani murni

9) Menguasai ilmu jiwa

Sedangkan sifat-sifat yang harus dimiliki seorang pendidik adalah :

1. Integritas pribadi, pribadi yang segala aspeknya berkembang secara harmonis

2. Integritas sosial, yaitu pribadi yang merupakan satuan dengan masyarakat

3. Integritas susila, yaitu pribadi yang telah menyatukan diri dengan norma-norma susial
yang dipilihnya.

Adapun menurut Prof. Dr. Moh. Athiyah Al-Abrasyi, seorang pendidik harus memiliki
sifat-sifat tertentu agar ia dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik, yaitu :

1) Memiliki sifat Zuhud

2) Seorang guru harus jauh dari dosa besar

3) Ikhlas dalam pekerjaan


4) Bersifat pemaaf, lapang dada

5) Harus mencintai peserta didiknya

6) Memiliki sikap tegas dan terhormat

7) Pendidik suci dan bersih, murah hati

8) Bersahaja, bijaksana dan mengayomi

9) Sabar, telaten

10) Amanah dan Adil

11) Memiliki sikap tegas dan terhormat

H. Tugas dan Tanggung Jawab Pendidik

1. Tugas Pendidik

Tugas-tugas dari seorang pendidik adalah :

a. Membimbing peserta didik, yaitu mengenal anak didik mengenai kebutuhan,


kesanggupan, bakal, minat dan sebagainya.

b. Menciptakan situasi untuk pendidikan, yaitu : suatu keadaan dimana tindakan-


tindakan pendidik dapat berlangsung dengan baik dan hasil yang memuaskan.

c. Seorang pendidik harus memiliki pengetahuan yang diperlukan, seperti pengetahuan


keagamaan dan lain sebagainya.

Seperti yang dikemukakan oleh Imam al-Ghazali, bahwa tugas pendidik


adalah menyempurnakan, membersihkan, menyempurnakan serta membina hati manusia
untuk taqarrub kepada Allah SWT. Dalam konteks pendidikan Islam di Indonesia tugas
pendidik menurut Islam adalah :

a. Menyerahkan kebudayaan Islam kepada anak didik berupa kepandaian, kecapakan


dan pengalaman-pengalaman.

b. Membentuk kepribadian muslim yang harmonis, sesuai cita cita Islam

c. Menyiapkan anak menjadi Muslim yang baik sekaligus warga negara yang baik sesuai
UU Pendidikan yang merupakan Keputusan MPR No. II Tahun 1983.

d. Sebagai perantara dalam belajar

e. Pendidik adalah sebagai pembimbing, untuk membawa anak didik ke arah


kedewasaan, membentuk anak menurut nilai-nilai ajaran Islam.

f. Pendidik sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat


g. Sebagai penegak disiplin, pendidik menjadi teladan dalam segala hal, tata tertib dapat
berjalan bila pendidik dapat menjalani lebih dahulu.

h. Pendidik sebagai administrator dan manajer

i. Pendidik sebagai perencana kurikulum

j. Pekerjaan pendidik sebagai suatu profesi pendidik dan pemimpin

k. Pendidik sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak

2. Tanggung Jawab Pendidik

Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak


didik, serta bertanggung jawab untuk membentuk anak didik agar menjadi orang
bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa dan bangsa dimasa yang akan datang.

Didalam surat Al-‘Alaq memang tidak dijelaskan secara eksplisit tentang


ruang lingkup pendidikan seperti yang telah dikemukakan diatas, tetapi secara implisit
dapat dipahami petunjuk-petunjuknya tentang hal ini. Sedangkan tanggung jawab dari
seorang pendidik adalah:

1) Tanggung Jawab dalam bidang Pendidikan Akidah Tauhid

Pendidikan Tauhid atau pendidikan akidah dapat terlihat dengan jelas didalam ayat
1,2 dan 19

2) Tanggung Jawab dalam bidang Pendidikan Akhlak

Pendidikan akhlak dapat dipahami dari isyarat Allah tentang perilaku Abu Jahal yang
tidak bersahabat dengan Nabi Muhammad SAW. Tingkah lakunya yang sombong,
sehingga pada ayat terakhir Tuhan melarang keras untuk patuh dan tunduk kepadanya.
Selain itu, Allah juga menggambarkan akhlak yang terpuji, seperti mengajak untuk
bertakwa. (ayat 6-13)

3) Tanggung Jawab dalam bidang Pendidikan Akal

Dalam surat Al-‘Alaq, Allah mengisyaratkan tentang pendidikan akal. Pada ayat 1-2
Tuhan merangsang manusia untuk berpikir dengan perintah membaca. Kemudian
dilanjutkan dengan informasi tentang penciptaan manusia yang berasal dari ‘alaq.
Bukankah pola susunan kalimat dan muatan materi yang disampaikannya itu merangsang
manusia untuk memikirkan secara rasional yang objektif ? Berarti sejak wahyu pertama
diturunkan, pendidikan akal ini telah mulai dicanangkan oleh Al-Qur’an.

4) Tanggung Jawab dalam bidang Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani dapat kita lihat dari Isyarat Allah pada ibadah shalat. Didalamnya
diajarkan sujud dan dzikir. Meskipun gerak-gerak dalam ibadah tersebut bukan bertujuan
untuk senam, jelas hal itu tidak dapat dilepaskan dari pendidikan jasmani, yaitu
menggerakkan tubuh untuk menyegarkan jasmani agar dalam beribadah lebih khusu’ dan
konsentrasi. Oleh karena itu, ayat 10 dan 19 boleh disebut juga memberikan indikasi
terhadap pendidikan jasmani.

5) Tanggung Jawab dalam bidang Sosial Kemasyarakatan

Tanggung jawab pendidik bukan saja menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan
tugas-tugas dikelas, tetapi juga tanggung jawab sosial, artinya seorang pendidik harus
memiliki kepedulian sosial. Pendidik ditengah masyarakat disamping menjadi teladan,
tetapi juga menjadi agent of change (seorang yang mampu merubah) membimbing dan
mengarahkan masyarakat menjadi lebih maju.

6) Tanggung Jawab dalam bidang Keilmuan

Tugas pendidik bukan hanya menguasai dan mengajarkan ilmu yang ditekuninya,
namun juga mengembangkan ilmunya. Bahkan ilmu-ilmu yang mendukung dan yang
terkait dengan disiplin ilmunya sebaiknya juga dipelajari, baik yang menyangkut strategi,
metode dan teknik pengajaran maupun materi pendukung.

3. Dalam Undang-undang Guru dan Dosen ditentukan bahwa seorang :

1. Pendidik wajib memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi pendidik sebagai agen
pembelajaran.
2. Kualifikasi akademik diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana (S1) atau
program diploma empat yang sesuai dengan tugasnya sebagai guru untuk guru dan S2
untuk dosen.
3. Kompetensi profesi pendidik melalui kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional,
dan sosial.
4. Manfaat uji kompetensi guru
a. Pengelompokan guru
b. Acuan pengembangan kurikulum
c. Acuan pembinaan guru
d. Mendorong kegiatan dan hasil belajar

4. Kompetensi

a. Kemampuan dasar (Kepribadian)

Yaitu kepribadian pendidik yang mantap, stabil, dewasa, arif, serta berwibawa,
menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia, misalnya :

1. Beriman dan bertakwa


2. Berwawasan pancasila
3. Mandiri dan bertanggungjawab
4. Berwibawa
5. Disiplin
6. Berdedikasi
7. Bersosialisasi dengan masyarakat
8. Mencintai peserta didik dan didikannya

b. Kemampuan umum (mengajar)

Yakni mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap


peserta didik, perancangan serta pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, juga
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Contoh kemampuan yang dimiliki guru yaitu :

1. Menguasai ilmu pendidikan


2. Menguasai kurikulum
3. Menguasai metodologi pembelajaran
4. Menguasai pengelolaan kelas
5. Mampu mengevakuasi pelajaran
6. Mampu mengembangkan dan aktualisasi diri

3. Kemampuan khusus (pengembangan keterampilan)

Yakni kemampuan pendidik dalam penguasaan materi pembelajaran secara luas serta
mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memperoleh kompetensi
yang diterapkan. Contoh dari keterampilan khusus yaitu :

1. Bertanya, memberi penguatan


2. Mengadakan variasi
3. Menjelaskan
4. Membuka dan menutup pelajaran
5. Mengelola kelas

I. Peserta Didik

Peserta didik adalah makhluk yang berada dalam proses pengembangan dan
pertumbuhan menurut fitrahnya masing-masing. Mereka membutuhkan bimbingan dan
pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya.

Dasar-dasar kebutuhan anak untuk memperoleh pendidikan, secara kodrati anak


membutuhkan dari orang tuanya. Dasar-dasar kodrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-
kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak dalam kehidupannya, dalam hal ini keharusan
untuk mendapatkan pendidikan itu dimiliki jika diamati lebih jauh sebenarnya mengandung
aspek-aspek kepentingan, antara lain:

1. Aspek Paedagogis
Dalam aspek ini para pendidik mendorong manusia sebagai makhluk yang
memerlukan pendidikan.
2. Aspek Sosiologi dan Kultural
Yaitu makhluk yang berwatak dan berkemampuan dasar untuk hidup bermasyarakat.
3. Aspek Tauhid
Yaitu aspek pandangan yang mengakui bahwa manusia adalah makhluk yang
berketuhanan.

J. Metode Pendidikan Islam

• Metode suasana gembira (Q.S. Al-Baqarah: 25 dan 185)

• Metode lemah lembut (Q.S. Al-Imran: 159)

• Metode bermakna (Q.S. Muhammad : 16)

• Metode prasyarat atau muqadimah (Q.S. Al-Baqarah :1-2)

• Metode komunikasi terbuka (Q.S. Al-A’raf : 179)

• Metode memberikan pengetahuan baru (Q.S. Al-Baqarah; 164 dan Al-Fushilat: 153)

• Metode uswatun hasanah (Q.S. Al-Ahzab: 21)

• Metode praktek atau pengamatan aktif (Q.S. As-Shof: 2-3 dan Al-Baqarah: 25)

• Metode bimbingan, penyuluhan dan kasih sayang (Q.S. Al-Anbiya’: 107 dan An-
Nahl: 25)

• Metode cerita (Q.S. Al-A’raf: 176)

• Metode perumpamaan (Q.S. Ibrahim: 18)

• Metode hukuman dan hadiah (Q.S. Al-Ahzab: 72-73)

K. Penutup

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembangkan peradaban Islam
dan mencapai kejayaan umat Islam. Kondisi pendidikan di Indonesia menghadapi berbagai
persoalan dan kesenjangan, yaitu persoalan dikotomi pendidikan, kurikulum, sarana dan
prasarana, sumber daya, serta manajemen pendidikan Islam. Upaya pembaharuan dan
peningkatan pendidikan Islam seharusnya dilakukan secara komprehensif dan menyeluruh
secara profesional.

Gambaran masyarakat Islam sekarang adalah masyarakat yang menghadapi beberapa


tantangan. Beberapa tantangan yang bekaitan dengan pendidikan dewasa ini antara lain dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu tantangan eksternal dan tantangan internal.

1. Tantangan Eksternal
Faktor keberhasilan dari tantangan eksternal adalah dominasi politik Islam. Secara
praktis Islam pada saat itu adalah penguasa politik besar dunia, faktor lainnya adalah
kondisi dan situasi Islam saat itu belum terbebani oleh tradisi agama yang stagnan
(semi-mati), hal ini sangat berbeda dengan kondisi dan situasi Islam abad 20 M dan
lebih khusus pada akhir abad 21 M.
2. Tantangan Internal
Beberapa tantangan internal umat Islam yang dapat kita identifikasi di lapangan
adalah sebagai berikut;
a. Pendidikan yang sentralistik: kinerja diatur secara memusat, dari pusat ke pelosok
daerah yang sangat terpencil. Kurikulum metode mengajar, materi atau bahan ajar,
tenaga pendidikan penilaian, ijazah, otorita pendidikan semuanya diatur dari
pusat.
b. Pendidikan yang tidak demokratis: praktek pendidikan yang ada bukan proses
dialogis antara pemerintah dan rakyat, namun praktek pendidikan didasarkan pada
kemauan dan kepentingan pemerintah atau negara.
c. Penyelenggara lembaga-lembaga pendidikan dilaksanakan dibawah otorita
kekuasaan, lengkap dengan otorita administrasi berokrasi pemerintah. Tidak
berbeda antara menyelenggarakan kantor camat atau kelurahan dengan
penyelenggaraan sekolah atau perguruan tinggi.
d. Orientasi pendidikan masih berorientasi pada kekuasaan dan produk akhir.
Padahal masyarakat menuntut pendidikan lebih berorientasi kepada kepentingan
peserta didik, mutu, tuntutan pasar, dan metodologi pengembangan pemikiran.
e. Dikotomi pendidikan :
Dikalanga masyarakat Islam masih ada yang berpendapat bahwa ilmu dan agama
harus dipisahkan, karena keduanya adalah suatu yang berbeda, ilmu bersifat
rasional objektif sementara agama bersifat irrasional dan subyektif. Sementara
pendekatan IPTEK yang dijalani masih bersifat parsial. Padahal tuntutan
masyarakat global adalah integrasi dan fungsional. Dalam Islam sendiri kita kenal
bahwa iman, ilmu dan amal adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

Anda mungkin juga menyukai