A. Latar Belakang
Belakangan ini banyak orang Indonesia yang kurang mengetahui bahasanya sendiri, serta
pengetahuan tentang tanda baca. Bukan berarti tidak tahu melainkan kurang sesuai dengan kaidah-
kaidah yang ada di dalam bahasa Indonesia.Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap
unsur pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun bahasa asing, seperti Sanskerta,
inggris, arab, dan lain-lain. Berdasarkan taraf integrasinyaunsur serapan dalam bahasa Indonesia
dapat di bagi atas tiga golongan.
Pertama, unsur-unsur yang sudah lama terserap ke dalam bahasa Indonesia yang tidak perlu
lagi di ubah ejaannya. Misalnya sirsa, iklan, otonomi, dongkrak, pikir, aki, dan lain-lain. Kedua,
unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti shuttle cock, real
estate. Unsur-unsur ini di pakai di dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih
mengikuti cara asing. Ketiga, unsur yang pengucapannya dan penulisannya di sesuaikan dengan
kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini di usahakan agar ejaan bahasa asing hanya di ubah
seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat di bandingkan dengan bentuk aslinya.
PEMBAHASAN
A.Ejaan
1. Pengertian Ejaan
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan
bagaimana antarhubungan antara lambang-lamabang itu (pemisahan dan penggambungan dalam
suatu bahasa), secara teknis yakni dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata
dan pemakaian tanda baca.
Adanya hal-hal tersebut yang ada dalam bahasa Indonesia, maka kita selalu berusaha untuk
menyempurnakan ejaan-ejaan yang kita pakai. Ini tampak jelas dari perkembangan ejaan bahasa
Indonesia yang pernah kita pakai,yaitu dari sebelum tahun 1947 maupun sesudah tahun 1972.
2. Fungsi Ejaan
Dalam rangka menunjang pembakuan bahasa, baik yang menyangkut pembakuan tata
bahasa maupun kosa kata dan peristilahan, ejaan memiliki fungsi yang cukup penting. Oleh karena
itu pembakuan ejaan perlu di beri prioritas terlebih dahulu. Dalam hubungan itu, ejaan antara lain
berfungsi sebagai :
1. Landasan pembakuan tata bahasa
2. Landasan pembakuan kosa kata dan peristilahan
3. Alat penyaring masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia
Apabila pembakuan ejaan telah di laksanakan, maka pembakuan aspek kebahasaan yang
lain pun dapat di tunjang dengan keberhasilan itu, terutama jika segenap pemakai bahasa yang
bersangkutan telah menaati segala ketentuan yanag terdapat di dalam buku pedoman.
Secara praktis ejaan memiliki fungsi untuk membantu pemahaman pembaca di dalam
mencerna informasi yang di sampaikan secara tertulis. Dalam hal ini fungsi praktis itu dapat di
pahami jika segala ketentuan yang terdapat di dalam kaidah telah di terapkan dengan baik.
3.Perkembangan Ejaan
Perkembangan ejaan meliputi :
a. Ejaan Van Ophuijsen
Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa melayu dengan huruf latin,yang disebut ejaan Van
ophuijsen merancang ejaan itu yang dibantu oleh Engku Nawawi gelar Soetan Ma’moer dan
Moehammad Taibsoetan Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejaan Van Ophuijsen yaitu:
1. Huruf ‘’j’’ untuk menuliskan kata-kata ‘’jang, pajang, sajang’’
2. Huruf ‘’oe’’ untuk menuliskan kata-kata ‘’goeroe, Itoe, Oemoer’’
3. Tanda diakritik seperti koma ain dan trerna, untuk menuliskan kata-kata
ma’moer,’akal,ta’,pa’,dan dinamai’.
b. Ejaan Soewandi
Pada tanggal 19 Maret 1947 Ejaan Soewandi diresmikan untuk menggantikan ejaan Van
Ophuijsen, ejaan ini dikena oleh masyarakat dengan julukan ejaan republik. Hal-hal yang perlu
diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu, yaitu:
1. Huruf oe diganti dengan u seperti pada guru, itu, umur
2. Bunyi hamzah dengan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti kepada kata-kata tak, pak, maklum
dan rakjat.
3. Kata ulang bisa ditulis dengan angka-2, seperti anak2, ber-jalan2 dan ke-barat2-an
4. Awalan di dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutnya,
seperti kata depan di, pada, dirumah, dikebun, disamakan, dengan imbuhan di-pada ditulis dan di
karang.
c. Ejaan Melindo
Kongres bahasa Indonesia II Medan (1959) sidang perutusan Indonesia dan melayu (Slamet
mulyana-syeh Nasir bin Ismail, ketua) menghasilkan konsep ejaan bersama yang kemudian
dikenal dengan ejaan Melindo (melayu –indonesia). Perkembangan politik selama tahun-tahun
berikutnya mengurungkan peresmian ejaan itu.
e. Penyesuaian Ejaan
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur pelbagai bahasa lain, baik
dari bahasa daerah maupun bahasa asing, seperti Sanskerta, inggris, arab, dan lain-lain.
Berdasarkan taraf integrasinyaunsur serapan dalam bahasa Indonesia dapat di bagi atas tiga
golongan.
Pertama, unsur-unsur yang sudah lama terserap ke dalam bahasa Indonesia yang tidak perlu
lagi di ubah ejaannya. Misalnya sirsa, iklan, otonomi, dongkrak, pikir, aki, dan lain-lain.
Kedua, unsur asing yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia,
seperti shuttle cock, real estate. Unsur-unsur ini di pakai di dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi
pengucapannya masih mengikuti cara asing.
Ketiga, unsur yang pengucapannya dan penulisannya di sesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia. Dalam hal ini di usahakan agar ejaan bahasa asing hanya di ubah seperlunya sehingga
bentuk Indonesianya masih dapat di bandingkan dengan bentuk aslinya.
f. Penyesuaian Imbuhan Asing
1) Penyesuaian Awalan
Awalan asing yang bersumber dari bahasa Indo-Eropa dapat di pertimbangkan pemakaiannya di
dalam peristilahan Indonesia setelah di sesuaikan ejaannya.
2) Penyesuaian Akhiran
Di samping pegangan untuk penyesuaian huruf istilah asing tersebut di atas, berikut ini di daftarkan
juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia. Akhiran itu di serap
sebagai bagian kata yang utuh. Kata seperti standardisasi, implementasi, dan objektif di serap
secara utuh di samping kata standar, implemen, dan objek.
B. Tanda Baca
Tanda baca adalah tanda-tanda yang digunakan di dalam bahasa tulis agar kalimat-kalimat
yang kita tulis dapat di pahami orang persis seperti yang kita maksudkan.
1. Jenis Tanda Baca
Jenis tanda baca dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
a. Tanda baca titik (.)
b. Tanda baca koma (,)
c. Tanda baca titik koma (;)
d. Tanda baca titik dua (:)
e. Tanda hubung (-)
f. Tanda pisah (–)
g. Tanda elipsis (…)
h. Tanda kurung ((…))
i. Tanda tanya (?)
j. Tanda seru (!)
k. Tanda kurung siku ( [] )
l. Tanda petik (“…..”)
m. Tanda petik tunggal (‘…’)
n. Tanda garis miring (/)
o. Tanda apostrof (‘)