Oleh:
Dosen Pengampu:
2019
1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya,dan tidak lupa kepada junjungan alam dan teladan bagi
umat yakni Nabi besar Muhammad SAW sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini,
yang diajukan untuk memenuhi tugas kelompok Mata Kuliah SEJARAH ISLAM ASIA
TENGGARA yang berjudul “Islam di Thailand dan Malaysia”.
Makalah ini dapat diselesaikan tidak jauh dari kerja sama anggota kelompok dan saya
berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini
sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu.
Makalah ini telah disusun berdasarkan sumber-sumber yang ada . Namun kami selaku
penulis sangat menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, tapi kami sudah berusaha
semaksimal mungkin agar makalah ini dapat digunakan selayaknya. Oleh karena itu, kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk membuat makalah selanjutnya lebih
baik dan sempurna.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 18
B. Saran ............................................................................................................................ 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam makalah ini, pemakalah akan mencoba membahas beberapa hal penting
tentang Islam di Thailand. Antara lain: Sejarah masuknya Islam di Thailand,Problema
Minioritas Muslim Thailand,Minoritas Muslim Thailamd (akar sejarah),Minoritas
Muslim Thailand dan Kebijakan Pemerintah,Perkembangan Kontemporer Minoritas
Muslim Thailand . Hal-hal tersebut menjadi pembahasan pemakalah dalam tulisan ini,
karena merupakan sebuah upaya besar dalam mengangkat dan menyebarkan agama
Islam.
iii
sehingga mucullah pergolakan-pergolakan di dunia Islam mengalami kebangkitan
termasuk di Malaysia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah masuknya islam di Thailand ?
2. Apa problema minoritas Muslim Thailand?
3. Bagaimana akar sejarah minoritas Muslim Thailand?
4. Bagaimana perkembangan kontemporer minoritas muslim Thailand?
5. Bagaimana kebijakan pemerintah terhadap minoritas Muslim Thailand?
6. Bagaimana pendidikan islam di Thailand?
7. Bagaiamana Lintasan Sejarah Malaysia?
8. Bagaimana Proses Masuknya Islam d Malaysia ?
1
Merupakan bagian dari Kepulauan Nusantara yang dikuasai Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Islam masuk
ke Malaysia dibawa oleh para pedagang dari Gujarat pada sekitar abad ke-9, bersamaan dengan masuknya Islam
ke Kepulauan Nusantara. Pengaruh Barat masuk bersamaan dengan mendaratnya para pelaut Portugis di pesisir
Malaka pada tahun 1511. Dari sini, mereka meluaskan koloninya ke Kepulauan Nusantara yang kemudian
dikenal sebagai Indonesia. Lihat http://www.al-shia.org/html/id/service/Info-Negara-Muslim/Malaysia.htm
2
Marsal GS Hodgson, The Ventural of Islam vol. II (Chicago: University of Chicago Pres, 1997), h. 548.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
3
Dari Wikipedia Indonesia,ensiklopedia bebas Berbahasa
Indonesia,groups.or.id/wikipedia/id/t/h/a/Thailand.html.
1
kenyataanya dalam sejarah, Islam bukan masuk Thailand, tapi lebih dulu ada sebelum
Kerajaan Thailand “ Thai Kingdom” berdiri pada abad ke-9. Islam berada di daerah yang
sekarang menjadi bagian Thailand Selatan sejak awal mula penyebaran Islam dari Jazirah
Arab. Hal ini bisa dilihat dari fakta sejarah, seperti lukisan kuno yang menggambarkan
bangsa Arab di Ayuthaya, sebuah daerah di Thailand dan juga keberhasilan bangsa Arab
dalam mendirikan Daulah Islamiyah Pattani menjadi bukti bahwa Islam sudah ada lebih dulu
sebelum Kerajaan Thai. Lebih dari itu, penyebaran Islam di kawasan Asia Tenggara
merupakan suatu kesatuan dakwah Islam dari Arab, masa khilafah Umar Bin Khatab” (teori
arab). Entah daerah mana yang lebih dahulu didatangi oleh utusan dakwah dari Arab. Akan
tetapi secara historis, Islam sudah menyebar di beberapa kawasan Asia Tenggara sejak lama,
di Malaka, Aceh (Nusantara), serta Malayan Peninsula termasuk daerah melayu yang berada
di daerah Siam (Thailand).
Pada tahun 1613, d’Eredia memperkirakan bahwa Patani masuk Islam sebelum Malaka
yang secara tradisional dikenal sebagai “darussalaam (tempat damai) pertama” dikawasan itu.
Dalam penelitiannya mengenai kedatangan Islam di Indonesia G.W.J Drewes menemukan
bahwa di Trengganu, yang merupakan salah satu tetangga Patani, agama baru itu sudah
dianut secara mapan menjelang 1386 atau 1387. Dari penemuan ini Wyatt dan Teeuw
menarik kesimpulan bahwa tidak ada alasan mengapa (agama itu) belum sampai di Patani
menjelang tahun itu terutama jika diingat bahwa Patani terkenal sebagai sebuah pusat Islam
yang awal.
Pada puncak kekuasaan patani awal abad ke 17 diletakkan dasar-dasar bagi
perkembangan ilmu pengetahuan Islam. Ini dimungkinkan oleh hubungan yang semakin
intensif antara negeri Arab yang merupakan pusat Islam dan Asia Tenggara yang ketika itu
pusat perdagangannya. Masa kejayaan yang sudah lampau itu dilambangkan oleh kaum
bangsawan dan hubungan kekerabatan mereka dengan keluarga Melayu dan oleh citra Patani
sebagai “tempat kelahiran Islam” dikawasan itu. Lembaga keagamaan di Patani dan daerah
sekitarnya berfungsi sebagai penghubung antara golongan elit dengan rakyat. Kaum ulama
berfungsi sebagai kekuatan yang mengabsahkan kekuasaan yang berlaku dan dukungan
mereka sifatnya menentukan bagi pemelihara dan pengguna kekuasaan politik.
B. Problema Minioritas Muslim Thailand
Problema yang dihadapi kaum Muslim Thailand dan Filipina adalah problema
kelompok minioritas yang harus hidup berdampingan secara damai dengan non-Muslim
dalam negara yang sama.
2
Persoalan integrasi dan asimilasi di satu sisi serta bagaimana melestarikan nilai-nilai
budaya dan agama adalah persoalan mendasar bagi kedua kelompok minioritas Muslim di
dua negara ini. Kebijakan pemerintah yang memaksakan asimilasi dan integrasi dalam
perspektif masyarakat muslim di kedua negara itu dipandang tidak fair,karena dapat
membahayakan dan menghilangkan identitas mereka sebagai Melayu dan Muslim karena itu,
kebijakan integrasi pemerintah mendapat respon yang keras dari minoritas muslim dikedua
negara itu dan telah melahirkan konflik bersenjata antara kelompok minoritas dan
pemerintah.
Sejarah kultural, baik dari segi agama bahasa dan budaya, minoritas muslim
Muangthai yang tinggal di Thailand selatan, merupakan bagian dari bangsa Melayu, apalagi
tempat tinggalnya secara geografis berbatasan dengan negara-negara Melayu Malaysia.
Sebenarnya, Muslim Thailand lebih memilih untuk memisahkan diri dari kerajaan
Muangthai atau bergabung dengan Malaysia, meskipun berada dibawah pemerintahan
Inggris, karena dengan begitu mereka dapat hidup bersama dengan masyarakat yang
seagama, sebahasa, sebudaya, dan sebangsa. Dibawah pemerintahan Muangthai yang
menganut agama Budha sebagai agama resmi negara, mereka merasa diperlakukan tidak adil
3
sebagai minoritas. Disamping itu mereka terisolasi dari birokrasi negara dan pemerintahan,
bukan saja karena pusat pemerintahan jauh dari daerah itu dan perasaan terasing dari
birokrasi negara , tetapi lebih disebabkan oleh perbedaan agama, bahasa, dan kebudayaan.
Sehingga asimilasi dan integrasi yang diharapkan pemerintah menjadi sulit tercapai. Kaum
muslim Thailand sebaliknya terkesan cenderung mengisolasi diri, hal itu karena mengalami
kesulitan beradaptasi
Selain itu, proses isolasi terhadap kaum muslim Thai, sebagian disebabkan oleh self
impossed, sebagian juga disebabkan oleh orientasi komunikasi media. Siaran banyak
menggunakan bahasa Thai dan memfokuskan diri pada soal-soal yang menjadi kepentingan
populus thai Buddis dan Cina. Sangat sedikit program dan waktu siaran dalam bahasa
Melayu. Selain itu surat kabar juga dicetak dalam huruf dan bahasa Thai, kecuali koran lokal,
ada kolom yang menggunakan bahasa Melayu, kebanyakan Muslim Thai justru
mendengarkan siaran atau membaca koran yang datang dari negara tetangga dekatnya,
Malaysia. Oleh karena itu bahasa Melayu mereka justru bertambah bagus, selain Inggris.
Singkatnya, secara umum kaum muslim dibagian selatan Thailand tetap merasa tidak puas
dengan kebijakan pemerintah dan pengaturan administrasi diwilayah ”tanah tumpah darah
mereka”
Pada masa pemerintahan Perdana Menteri Phibul Songkhram (1938-1944) dan (1947-
1957) misalnya, dikeluarkan kebijakan dan program integrasi pemerintahan Muangthai yang
sangat mengkhawatirkan rakyat Muslim Patani. Sebagai seorang yang diktator,Phibul
songkhram berusaha men-Siamkan semua kelompok minoritas non Buddhis di Munghtai.
Pada tahun 1940 mulai diberlakukan dan dipaksakan aturan-aturan kultural tertentu seperti;
memakai pakaian bergaya barat,mengadopsi nama-nama Thai bila ingin memasuki sekolah-
sekolah pemerintah atau bila ingin melamar pekerjaan didalam jajaran pemerintahan. Bahasa
Melayu dilarang diajarkan di sekolah-sekolah negeri atau digunakan dalam percakapan
dengan para pejabat pemerintah.
4
Muanghtai. Partisipasi Muslim melayu dalam system politik dan sebagai warga negara
Muanghtai mulai tumbuh sejak bangkitnya demokrasi pada tahun 1979.
Hubungan pemerintahan dan Melayu-Muslim yang mulai membaik ini tak dapat
dipisahkan dari semakin segarnya angin demokrasi yang bertiup di negara-negara sedang
berkembang termasuk Thailand. Seperti di kemukakan Abdul Rozak, seorang tokoh
patani,bahwa perubahan sikap pemerintah Thailand itu agaknya lebih karena tekanan
Internasional sehubungan dengan sedang menghangatnya isu Hak Asasi Manusia (HAM).
Akan tetapi,meski pemerintah mencoba memperbaiki hubungannya dengan Melayu-Muslim,
mereka masih belum bisa menghilangkan trauma masa lalunya,terutama kalangan generasi
tua.
Konflik di Thailand Selatan sangat kental dengan nilai-nilai agama. Mereka melihat
konflik ini adalah pertarungan antara Muslim Melayu dan Buddhis Thai. Kata Muslim dan
Buddhis mengarahkan pada kuatnya pengaruh agama dalam masing-masing masyarakat.
Apabila dilihat lebih dekat, identitas Muslim Melayu di Selatan memang sangat
kuat.Masyarakat khususnya di tiga provinsi: Pattani, Yala, dan Narathiwat memiliki identitas
keislaman dan keMelayuan yang tidak bisa dipisahkan.
Upaya rekonsiliasi telah dilakukan oleh pemerintah pusat dalam lima tahun terakhir
dengan terbentuknya Komisi Rekonsiliasi Nasional yang mengantarkan dan memediasi
perdamaian di Selatan. Kuatnya peran tentara di Thailand,membuat banyak rekomendasi
komisi tidak bisa dijalankan. Pendidikan,pekerjaan dan fasilitas pemerintah lainnya tetap saja
tidak leluasa dinikmati bagi Muslim Melayu. Persyaratan pemakaian ketat bahasa nasional
Thai dan sikap yang mencerminkan nasionalisme –pro kebijakan pusat – menjadi
4
Eddy Yuniardi,”Muslim di Thailand Selatan:Bagai Api dalam sekam”, Amanah,No.188,1993,hlm.48
5
penghambat rekonsiliasi yag telah dilakukan baik oleh lembaga swadaya
masyarakat,Perguruan Tinggi dan komisi rekonsiliasi. Kehadiran masyarakat internasional
antara lain Nahdlatul Ulama yang menjembatani ulama di Thailand Selatan dan pemerintahan
kerajaan Thailand akan banyak membuahkan hasil jika pemerintah pusat mengakomodasi
gagasan dan harapan Muslim Melayu di Selatan yaitu penggunaan tradisi Muslim Melayu
lebih terbuka, dan pengakuan pemerintah pusat atas tradisi ini,khususnya di Pattani ,Yala, dan
Narathiwat.
6
Son Sasna Islam (sekolah swasta mengajar agama islam). Sejak itu mulai perubahan
pendidikan pondok di Selatan Thailand. Perubahan itu memunculkan timbulnya madrasah.
2. Sekolah
7
Sistem pendidikan di Thailand,berpedoman pada undang- undang tentang sistem
pendidikan nasional tahun1999.Berdasarkan undang-undang tentang sistem pendidikan
nasional ada 3 bentuk pendidikan yaitu: Formal ,Non formal dan informal
Sebagai sampel dari perguruan tinggi Islam di Thailand dikemukakan seperti college
of Islamic studies prince of songkla university.
College of islamic studies mempunyai status yang sama dengan fakultas.Kolej ini
didirikan pada tahun 1989 untuk memenuhi kebutuhan masyarakat muslim thailand dalam
bidang pengajian tinggi islam.Kolej ini satu satunya kolej islam negeri dan diharapkan akan
menjadi pusat pengajian tinggi islam di thailand.5
5
Haidar Putra Daulay,Dinamika Pendidikan Islam di Asia Tenggara(Jakarta:Rineka Cipta,2009)hal 131
6
Lihat http://id.wikipedia.org/wiki/Malaysia, disadur tanggal, 18 Juni 2009
8
negara ini. Malaysia juga dipandang sebagai salah satu dari 18 negara berkeanekaragaman
hayati terbesar di dunia.
Malaysia merupakan negara yang mempunyai peranan strategik di kawasan Asia
Tenggara pada khususnya dan dunia pada umumnya. Di samping berada pada kedudukan
geografik yang menjadi laluan perdagangan antarabangsa sejak zaman dahulu. Negara
Malaysia adalah negara berkembang dan masih digolongkan pada negara yang
berpenghasilan menengah kebawah, tetapi beberapa sektor mendapat prestasi dunia yang
telah dicapai Malaysia yaitu record kembar Petronis tertinggi di dunia, selainitu posisi mata
uang ringgit cukup tangguh.
7
Jonh Esposito, The Oxfort Encyclopedia of The Modern Islamic Word Volume III,(New York: Oxford
Unversity Press, 1995), h. 35.
8
Menurut data dari US Departement of State, jumlah keseluruhan penduduk Malaysia pada tahun 2008 adalah
27.5 juta orang. 60,4% (16,2476 juta) adalah penganut Islam, 19,2% (5,1648 juta) adalah Budha, 9,1% (2,4479
juta) adalah Kristen, 6,3% (1,6947 juta) adalahHindu, 2,6% (0.6994 juta) adalah Konfusiu, 0,8% (0,2152 juta)
adalah agama kaum pribumi, 0,4% (0,1076 juta) adalah lain-lain dan 1,2% (0,3228 juta) tidak diketahui
agamanya, lihat http://www. State gover pabgn, 2777 htm diakses pada tanggal 18 Juni 2009
9
Barat, daratan rendah Johor di Selatan dan daraytan rendah Kelantang dan Pahang di Pantai
Timur, daratan rendah di pantai Timur makin ke Selatan makin melebar.9
Negara ini dipisahkan ke dalam dua kawasan oleh Laut Cina Selatan Malaysia
berbatasan dengan Thailand, Indonesia, Singapura, Brunei, dan Filipina. Malaysia terletak di
dekat khatulistiwa dan beriklim tropika. Kepala negara Malaysia adalahYang di Pertuan
Agong dan pemerintahannya dikepalai oleh seorang Perdana Menteri. Model pemerintahan
Malaysia mirip dengan sistem parlementer Westminister. Berikut ini dapat dilihat dalam peta
semenanjung Malaysia Barat dan Timur.
Suku Melayu menjadi bagian terbesar dari populasi Malaysia. Terdapat pula
komunitasTionghoa-Malaysia dan India-Malaysia yang cukup besar. Bahasa
Melayu dan Islammasing-masing menjadi bahasa dan agama resmi negara.
Penduduknya sebagian besar atau 61 % terdiri dari suku Melayu pribumi, pendatang terdiri
dari orang muslim dan non Muslim yaitu orang muslim dari Indonesia (Minangkabau, Jawa,
Banjar, Bugis, Aceh, Mandailing) dan orang muslim dari India, Cina, Pakistan, Persia dan
Turki, Sedangkan orang non muslim adalah Cina dan India. Mayoritas penduduknya adalah
muslim Suni pengikut Mazhab Syafií, Islam agama resmi.10
2. Proses masuknya Islam di Malaysia
Sejarah masuknya Islam di Malaysia tidak bisa terlepas dari kerajaan-kerajaan
Melayu, jauh sebelum datangnya Inggris di kawasan tersebut. Sebab kerajaan ini dikenal
dalam sejarah sebagai Kerajaan Islam, dan oleh pedagang Gujarat melalui daerah kerajaan
tersebut mendakwahkan Islam ke Malaysia pada sekitar abad kesembilan.11
Dari sini kemudian dipahami bahwa Islam sampai ke Malaysia belakangan ketimbang
sampainya Islam di Indonesia yang sudah terlebih dahulu pada abad ketujuh.12 Berdasarkan
9
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam Jilid III, (Cet. II; Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,
1994), h. 137.
10
Ibid.
11
Kota Kuala Lumpur dalam http:www.ai-shia.com/html/id/service/Info-Negara-Muslim/Malaysia.
12
Memang abad ke-13 M disebut-sebut masa awal mulai masuk Islam ke di Indonesia. Tetapi ditemukan juga
data-data kuat bahwa Islam masuk ke Indonesia ke-7. Lihat Sidi Ibrahim Boechari, Pengaruh Timbal Balik
antara Pendidikan Islam dan Pergerakan Nasional di Minangkabau (Jakarta: Gunung Tiga, 1981), h. 32. Lihat
juga Hasbullah, Searah Pendidikan Islam di Indonesia (Cet. IV; Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2001), h.
17. Seminar masuknya agama Islam di Indonesia yang diselenggarakan di Medan pada tahun 1963
menyimpulkan sebagai berikut
a) Islam pertama kali datang di Indonesia pada abad ke-7 M (abad ke-1 H), dibawa oleh pedagang dan
muballig dari negeri Arab;
b) Daerah yang pertama dimasuki ialah pantai Barat Sumatera yaitu di daerah Baros, tempat kelahiran
ulama besar bernama Hamzah Fansyuri. Adapun kerajaan Islam yang pertama ialah di Pase;
c) Dalam proses pengislaman selanjutnya, orang-orang Islam bangsa Indonesia ikut aktif mengambil
bagian yang berperan dan proses itu berjalan secara damai;
10
keterangan ini, maka asal usul masuknya Islam ke Malaysia berdasar pada yang dikemukakan
Azyumardi Azra bahwa Islam datang dari India, yakni Gujarat dan Malabar. Sebelum Islam
datang wilayah Asia Tenggara, Malaysia adalah berada di jalur perdagangan dunia yang
menghubungkan kawasan-kawasan di Arab dan India dengan wilayah China, dan dijadikan
tempat persinggahan sekaligus pusat perdagangan yang amat penting.13 Maka tidak heranlah
jika wilayah ini juga menjadi pusat bertemunya pelbagai keyakinan dan agama (a cross-roads
of religion) yang berinteraksi secara kompleks.14
Agama dan keyakinan itu pun telah mempengaruhi susunan sosial, budaya, ekonomi,
dan politik di wilayah ini. Menurut Prof. DR. Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah)
bahwa ada tiga isu masuknya Islam di Malaysia yaitu Perbincangan tentang proses yang
membawa kepada penyebaran Islam ke Alam Melayu akan melibatkan perbincangan yang
membabitkan tiga isu. Isu-isu tersebut ialah bila tarikh sebenar Islam diperkenalkan kepada
orang Melayu, dari manakah asal-usul pendakwah yang menyebarkan agama tersebut dan
bagaimanakah proses ini boleh berlaku dengan begitu berkesan sekali. Dalam menghuraikan
ketiga-tiga isu ini kelebihan yang terdapat dalam hujah yang diberikan oleh beliau telah
mempelopori pendekatan yang memberikan perspektif tempatan tentang proses yang
membawa kepada penyebaran Islam ke Alam Melayu.
d) Kedatangan Islam di Indonesia ikut mencedaskan rakyat dan membina karakter bangsa. Uraian lebih
lanjut, lihat Zuhairini, et all, Sejarah Pendidikan Islam (Cet. II; Jakarta: Proyek Prasarana dan Sarana
Perguruan Tinggi Agama, Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1986), h. 133.
13
Abdul Rahman Haji Abdullah, Pemikiran Umat Islam Di Nusantara: Sejarah dan Perkembangannya Hingga
Abad Ke-19, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1990), h. 24-30.
14
Kenneth Perry Landon, Southeast Asia: Cross-roads of Religion, (Chicago: University of Chicago Press),
1949.
15
Lihat Prakata, HAMKA, Sejarah Umat Islam, (edisi baru), (Singapura: Pustaka Nasional PTE Ltd, 1997). h.
670
11
dengan rantau sebelah timur sejak sebelum abad Masihi lagi. Pada abad kedua Sebelum
Masihi hampir keseluruhannya perdagangan di Ceylon berada di tangan orang Arab.
Menjelang abad kesembilan Masihi kegiatan perdagangan orang Arab dengan Ceylon
semakin meningkat apabila meningkatnya hubungan perdagangan antara orang Arab dengan
China. Menurut rekod sejarah, menjelang pertengahan abad kelapan Masihi pedagang-
pedagang Arab dapat ditemui dengan ramainya di Canton. Dari abad ke-10 hingga abad ke-
15, sebelum kedatangan Portugis, orang Arab merupakan pedagang yang unggul dan hampir
tidak tercabar dalam menjalankan kegiatan perdagangan dengan Timur.
Berdasarkan pandangan yang diberikan oleh T.W Arnold ini, Hamka berpendapat
bahawa sudah semestinya apabila orang Arab memeluk agama Islam mereka akan berusaha
menyebarkan agama tersebut di kawasan-kawasan di mana mereka menjalankan kegiatan
perdagangan. Namun begitu, hujah yang dikemukan ini sukar untuk dibuktikan karena
ketiadaan maklumat bertulis yang konklusif bagi menyokong pendapat yang diberikan.
Lantaran itu, dari segi rekod Hamka setuju dengan pandangan yang umumnya disepakati,
termasuklah oleh sarjana Barat bahawa Samudera-Pasai (abad ke-13-14) adalah merupakan
kerajaan Melayu-Islam yang pertama yang diwujudkan di rantau ini.
Islam masuk ke Malaysia pada abad pertama Hijrah dibawa oleh para pedagang India,
Persia, dan juga Arab melalui suatu proses damai dan secara cepat diterima oleh masyarakat
kerana mampu berbaur dengan adat dan kebudayaan masyarakat tempatan.
Isu kedua para penyebar Islam tersebut menurut T. W. Arnold.16 tidak datang sebagai
penakluk dengan menggunakan kekuatan pedang untuk menyebarkan Islam, sebagaimana
yang terjadi di wilayah Timur Tengah, Asia Selatan, dan Afrika. Mereka juga tidak
menguasai hak-hak penguasa tempatan untuk menekan rakyat, sebaliknya mereka hanya
sebagai pedagang yang memanfaatkan kepintaran dan peradaban mereka yang lebih tinggi
untuk kepentingan penyebaran Islam dengan memperkenalkan toleransi dan persamaan
antara manusia. Bagi penganut Hindu, yang agama mereka mengajarkan sistem kasta dalam
masyarakat, agama Islam yang baru mereka kenali adalah amat menarik perhatian, khususnya
di kalangan pedagang yang cenderung kepada orientasi kosmopolitan.17 itulah sebabnya
16
Thomas W. Arnold, Sejarah Da’wah Islam, diterjemah A. Nawawi Rambe, (Jakarta: Penerbit Widjaya, 1981),
h. 319.
17
Taufik Abdullah, dkk., Sejarah Ummat Islam Indonesia, (Jakarta: Majelis Ulama Indonesia, 1991), h. 38
12
penerimaan orang Melayu terhadap agama Islam adalah berkait erat dengan keluhuran agama
tersebut.
Isu ketiga suatu proses perubahan kebudayaan tidak akan berlaku jika tidak ada titik-
titik kesamaan yang saling menghubungkan, begitu juga yang terjadi pada Islam dan
kebudayaan Malaysia. Seandainya Islam dengan serta merta menghapuskan segala
kebudayaan dan tradisi yang wujud sebelumnya, mungkin ia sama sekali tidak akan
menemukan tempat untuk memasuki pulau-pulau di kawasan ini. Islam sebenarnya telah
masuk di pelbagai wilayah Malaysia berabad-abad sebelum pengislaman besar-besaran
dimulai. Para pedagang asing telah lama menetap di bandar-bandar dan kerajaan-kerajaan
Islam pertama yang terdapat di Sumatera bahagian Utara dan Pantai Barat Semenanjung sejak
lebih kurang Abad ke-13, atau mungkin lebih awal daripada itu. Akan tetapi, menurut Harry
J.Benda.18 Baru pada Abad ke 15 dan 16 agama Islam menjadi kekuatan kebudayaan dan
agama utama di kepulauan Nusantara. Perubahan yang agak mendadak ini mungkin
disebabkan semakin meluasnya ajaran sufisme (mistik Islam) oleh para sufi yang berperanan
sebagai pendorong gerak maju agama ini.19
Ajaran mistik Islam ini ternyata menemukan banyak titik kesamaan dengan ajaran Hindu dan
banyak disebarkan oleh orang daripada India yang beragama Islam. Melalui pelbagai
hubungan titik persamaan ini, Islam ternyata mempunyai banyak kesesuaian dengan budaya
masyarakat tempatan. Oleh itu unsur tasawuf menjadi aspek yang lebih dominan dalam
proses Islamisasi di wilayah ini.20
Menurut ahli sejarah Malaysia, Islam masuk ke semenanjung ini sebelum abad ke-12
berbeda pendapat penulis barat yang mengatakan sekitar abad ke-13 atau 14. Penulis
Malaysia didasarkan pada mata uang dinar emas yang ditemukan di Klantang tahun 1914,
bagian pertama mata uang itu bertuliskan al-julus kelatan dan angka arab 577 H, yang
bersamaan dengan tahu 1161 M, bagian kedua bertuliskan äl-Mutawakkil, gelar pemerintahan
Kelantang. Dan jika kita lihat batu nisan tua tertulis arab ditemukan ke Kedah tahun 1963
pada makam Syekh Abdul Kadir bin Syekh Husen Shah Alam (w. 291 H), abad ke-9
merupakan awal perkembangan Islam di kawasan selat Malaka dan kawasan-kawasan yang
18
Harry J. Benda, “Kontinuitas dan Perubahan Dalam Islam di Indonesia,” dalam Taufik Abdullah
(ed.), Sejarah dan Masyarakat: Lintasan Historis Islam di Indonesia,(Jakarta: Pustaka Firdaus dan Yayasan
Obor Indonesia, 1987), h. 31-32.
19
Pengaruh sufi dalam penyebaran Islam di Nusantara, lihat dalam Mahayudin Haji Yahaya, Islam di Alam
Melayu, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1998), h. 7-13
20
Lihat dalam A. H. Johns, “Sufism as a Category in Indonesian Literature and History,” Journal of Southeast
Asian History, 2 (2), 1961, h. 10-23; A. H. Johns, “Sufism in Southeast Asia: Reflections and
Reconsiderations,” Journal of Southeast Asian History, 26 (1), 1995, h. 169-183
13
menghadap ke laut Cina Selatan, sebagaimana diakui Dinasti Sung (960-1279), bahwa
masyarakat Islam telah tumbuh di sepanjang pantai laut Cina Selatan.21
Sekitar tahun 1276 M di masa Sultan Muhammad Syah bertahta di Malaka, datang
sebuah kapal dagang dari Jeddah yang dipimping kapten kapal yang bernama Sidi Abdul
Aziz, yang juga seorang ulama Islasm, Sidi Abdul Aziz lalu menganjurkan raja Malaka saat
itu yang telah di Islamkan untuk menukar namanya menjadi Sultan Muhammad
Syah.22 Dalam sejarah negeri Kedah disebutkan bahwa Islam masuk ke Kedah pada tahun
1501 M, pada suatu hari datanglah seorang alim bangsa Arab di Kedah yang bernama Syekh
Abdullah Yamani yang kemudian mengislamkan raja dan pembesar serta anak negeri Kedah.
Raja Pramawangsa akhirnya dianjurkan oleh Syekh Abdullah menukar namanya etelah
masuk Islam menjadi sultan Muzafar Syah. Syekh Abdullah mendapat kiriman Al- Qurán
dari sahabatnya pendakwah di Aceh yaitu Sykh Nuruddin Makki.23
Kedatangan Islam dan proses islamisasi berlangsung melalui jalur perdagangan atas
peranan para pedagang muslim dan mubaliq dari Arab dan Gujarat, para dai’ setempat dan
penguasa Islam. Sejak awal abad ke-7 semananjung Malaka dan nusantara merupsakan jalur
perdagangan utama antara Asia Barat dan Timur jauh serta kepulauaan rempah-rempah
Maluku, semananjung tidak dapat dipisahkan dari gugusan pulau-pulau nusantara, mereka
juga singgah di pelabuhan-pelabuhan semenanjung.24
Bahwa proses islamisasi di Malaysia yang memainkan peranan penting dalam
mengembangkan ajaran Islam adalah ulama atau pedagang dari jasirah Arab, yang pada tahun
1980-an Islam di Malysia mengalami perkembanga dan kebangkitan yang ditandai dengan
semaraknya kegitan dakwah dan kajian Islam oleh kaum intelektual dan setiap tahun
menyelenggarakan kegiatan Internasional yaitu Musabaqh Tilawatil Al-Qurán yang selalu
diikuti oleh Qari dan Qariah Indonesia.25
Negara Malaysia yang menganut agama resmi Islam menjamin agama-agama lain dan
oleh pemerintah diupayakan menciptakan ketentraman, kedamaiaan bagi masyarakat,
walaupun pemegang jabatan adalah pemimpn-pemimpin muslim, tidak berarti Islam dapat
dipaksakan oleh semua pihak, sebagai konsekwensi semua masyarakat termasuk non muslim
harus menghargai dan menjunjung tinggi konstitusi negara kebangsaan Malysia.
21
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, op. cit, h. 137
22
Muhammad Syamsu AS, Ulama Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya,(Cet. II; Jakart: PT. Lentera
Basritama, 1999), h. 118
23
Ibid.
24
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islsam, op. cit, h. 138.
25
Ibid, h. 139
14
3. Perkembangan Islam di Malaysia
Azyumardi Azra menyatakan bahwa tempat asal datangnya Islam ke Asia Tenggara
termasuk di Malaysia, sedikitnya ada tiga teori. Pertama, teori yang menyatakan bahwa Islam
datang langsung dari Arab (Hadramaut). Kedua, Islam datang dari India, yakni Gujarat dan
Malabar. Ketiga, Islam datang dari Benggali (kini Banglades).26 Sedangkan mengenai pola
penerimaan Islam di Nusantara termasuk di Malaysia dapat kita merujuk pada peryataaan
Ahmad M. Sewang bahwa, penerimaan Islam pada beberapa tempat di Nusantara
memperlihatkan dua pola yang berbeda. Pertama, Islam diterima terlebih dahulu oleh
masyarakat lapisan bawah, kemudian berkembang dan diterima oleh masyarakat lapisan atas
atau elite penguasa kerajaan. Kedua, Islam diterima langsung oleh elite penguasa kerajaan,
kemudian disosialisasi-kan dan berkembang ke masyarakat bawah. Pola pertama biasa
disebut bottom up, dan pola kedua biasa disebut top down.27 Pola ini menyebabkan Islam
berkembang pesat sampai pada saat sekarang di malaysia.
Pola pertama melalui jalur perdagangan dan ekonomi yang melibatkan orang dari
berbagai etnik dan ras yang berbeda-beda bertemu dan berinteraksi, serta bertukar pikiran
tentang masalah perdagangan, politik, sosial dan keagamaan. Di tengah komunitas yang
majemuk ini tentu saja terdapat tempat mereka berkumpul dan menghadiri kegiatan
perdagangan termasuk dirancang strategi penyebaran agama Islam mengikuti jaringan-
jaringan emporium yang telah mereka bina sejak lama. Seiring itu pola kedua mulai
menyebar melalui pihak penguasa dimana istana sebagai pusat kekuasaan berperan di bidang
politik dan penataan kehidupan sosial, dengan dukungan ulama yang terlibat langsung dalam
birokrasi pemerintahan, hukum Islam dirumuskan dan diterapkan, kitab sejarah ditulis
sebagai landasan legitimasi bagi penguasa Muslim.
26
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII (Bandung:
Mizan, 1994), h. 15-21
27
Ahmad M. Sewang, Islamisasi Kerajaan Gowa (Cet. II; Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005), h.86
15
Kucing, pada tahun 1917 dibangun madrasah di Malaysia yang disebut Madrasah Al-
Mursyidah.28 Fakta-fakta sejarah ini mengindikasikan bahwa Islam di Malaysia terus
mengalami perkembangan yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetauan dan
pendidikan Islam semakin mengalami kemajuan.
Memasuki awal abad ke-20, bertepatan dengan masa pemerintahan Inggris, urusan-
urusan agama dan adat Melayu lokal di Malaysia di bawah koordinasi sultan-sultan dan hal
itu diatur melalui sebuah departemen, sebuah dewan ataupun kantor sultan. Setelah tahun
1948, setiap negara bagian dalam federasi Malaysia telah membentuk sebuah departemen
urusan agama. Orang-orang muslim di Malaysia juga tunduk pada hukum Islam yang
diterapkan sebagai hukum status pribadi, dan tunduk pada yurisdiksi pengadilan agama
(mahkamah syariah) yang diketua hakim agama. Bersamaan dengan itu, juga ilmu
pengetahuan semakin mengalami perkembangan dengan didirikannya perguruan tinggi Islam
dan dibentuk fakultas dan jurusan agama.29 Perguruan tinggi kebanggaan Malaysia adalah
Universitas Malaya yang kini kita kenal Universistas Kebangsaan Malaysia.
Memasuki masa pasca kemerdekaan, jelas sekali bahwa pola perkembangan Islam
tetap dipengaruhi oleh pihak penguasa (top down). Sebab, penguasa atau pemerintah
Malaysia menjadikan Islam sebagai agama resmi negara. Warisan undang-undang Malaka
yang berisi tentang hukum Islam yang berdasarkan konsep Qur’aniy berlaku di Malaysia.
28
Lihat,Travel Malaysia dalam http://urniasih.blogspot.com/205/06/travel-Malaysia Kucing, html. disadur
tanggal 12 Januari 2010
29
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban Islam di Kawasan Dunia Islam (Cet. I; Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 2002), h. 268-269.
30
Ibid. h. 266-267
16
Indonesia.31 Selain tersebut perkembangan Islam di Malaysia makin bertambah maju dan
pesat, dengan bukti banyaknya masjid-masjid yang dibangun, juga terlihat dalam
penyelenggaraan jamaah haji yang begitu baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa
perkemabangan Islam di Malaysia, tidak banyak mengalami hambatan. Bahkan, ditegaskan
dalam konstitusi negaranya bahwa Islam merupakan agama resmi negara. Di kelantan,
hukum hudud (pidana Islam) telah diberlakukan sejak 1992.
Namun demikian Malaysia yang menganut agama resmi Islam tetap menjamin
agama-agama lain dan oleh pemerintah diupayakan menciptakan ketentraman, kedamaian
bagi masyarakat walaupun pemegang jabatan adalah pemimpin-pemimpin muslim, tidak
berarti Islam dapat dipaksakan oleh semua pihak, sebagai konsekwensi semua masyarakat
termasuk non muslim harus menghargai dan menjunjung tingi konstitusi negara kebangsaan
Malaysia.
31
Ibid, h.139
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Thailand merupakan salah satu Negara di wilayah di Asia Tenggara yang mayoritas
penduduknya beragama Budha. Tetapi didalam Thailan terdapad provinsi yang mayoritas
penduduknya beragama Islam yaitu di Thailand Selatan. Tepatnya di Pattani dan beberapa
provinsi lainnya. Islam masuk di Thailand dengan cara perdagangan oleh orang-orang Arab.
Buktinya lukisan kuno yang menggambarkan bangsa Arab di Ayuthaya, sebuah daerah di
Thailand dan juga keberhasilan bangsa Arab dalam mendirikan Daulah Islamiyah. Meskipun
Islam merupakan agama yang minoritaas di Thailand tetapi Islam mempunyai lembaga yang
berpengaruh di Thailand yaitu Patani United Liberation Organization (PULO).
Kelompok Islam di Thailand, yang menjadi penduduk dinegeri ini sekarang tinggal di
tempat provinsi dibagian selatan, yaitu Pattani, yala, Naratiwat, dan satul. Juga termasuk
bagian di provinsi Shongkala. Dengan demikian, secara historis kelompok masyarakat
muslim telah ada sejak awal berdirinya negara Thailand dan memiliki peran penting dalam
masyarakat. Pada perkembangan selanjutnya Muangthai dikenal secara luas. Dengan periode
pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi, muangthai juga mengalami perkembangan yang
sangat cepat dibidang ekonomi sosial-budaya.
Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan dan kaitannya dengan uraian-
uraian yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan bahwa :
18
perkembangan melalui proses pola top down. Setelah memasuki abad ke-15 Islam di
Malaysia mengalami perkembangan yang signifikan dengan ditandai banyaknya
bangunan masjid bahkan telah dibangun lembaga pendidikan Madrasah Al-
Mursyidiyah. Dan awal abad ke-20 dengan ciri khas perkembangan Islam oleh
adanya koordinasi sultan-sultan di setiap negara bagian dalam menegakkan hukum
Islam. Setelah masa kemerdekaan perkembangan pemeluk Islam dari segi
kuantitasnya mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
3. Masyarakat muslim Malaysia dengan jumlah besar senantiasa menjalankan ajaran
keagamaannya dengan baik dan benar. Mereka tekun menjalankan ibadah baik yang
wajib maupun yang sunnat, merekaa memiliki moralitas yang baik (akhlakul
karimah).
B. Saran
Dari beberapa uraian diatas tentunya banyak sekali kesalahan dan
kekurangan. Semua itu dikarenakan keterbatasan penulis. Untuk itu, demi kemajuan
bersama kami mengharap kritik dan sarannya yang bersifat membangun untuk lebih
sempurna.
19
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Abdul Rahman Haji, Pemikiran Islam di Malaysia: Sejarah dan Alian, Cet. I;
Jakarta: Gema Insani Press, 1997.
Al-Attas, Syed Naquib. Islam dalam Sejarah Sejarah dan Kebudayaan Melayu. Cet.I;
Bandung: Mizan, 1990.
Azra, Azyumardi, Islam Reformis : Dinamika Intelektual dan Geakan, Cet. I; Jakart: PT.
Raja Grafindo Persada, 1999.
Abdullah , Taufik, dkk., Sejarah Ummat Islam Indonesia, (Jakarta: Majelis Ulama Indonesia,
1991)
Arnold , Thomas W, Sejarah Da’wah Islam, diterjemah A. Nawawi Rambe, (Jakarta:
Penerbit Widjaya, 1981),
Benda , Harry J, Kontinuitas dan Perubahan Dalam Islam di Indonesia, dalam Taufik
Abdullah (ed.), Sejarah dan Masyarakat: Lintasan Historis Islam di Indonesia, (Jakarta:
Pustaka Firdaus dan Yayasan Obor Indonesia, 1987),
Boechari, Sidi Ibrahim. Pengaruh Timbal Balik antara Pendidikan Islam dan Pergerakan
Nasional di Minangkabau. Jakarta: Gunung Tiga Serangkai, 1981.
Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, Ensiklopedia Islam Jilid III, (et. III; Jakarta Ictiat
BaruVan Hoeve, 1994.
Esfito, Jhon L, Islam and Development : Religion and Sociopolitecal Change, diterjemahkan
oleh Warda Hafidz dengan judul Islam dan Perubahan Sosial Politik di Negara Sedang
Berkembang, Cet. I; Yokyakarta : PLP2M, 1985.
HAMKA, Sejarah Umat Islam, (edisi baru), (Singapura: Pustaka Nasional PTE Ltd, 1997).
Hodgson, Marsal GS, The Ventural of Islam vol. II (Chicago: University of Chicago Pres,
1997)
20
http://id.wikipedia.org/wiki/Malaysia, disadur tanggal, 18 Juni 2009
http://www. State gover pabgn, 2777 htm diakses pada tanggal 18 Juni 2009
http:www.ai-shia.com/html/id/service/Info-Negara Muslim/Malaysia.
http://urniasih.blogspot.com/2005/06/travel-Malaysia-Kuching.html
http:www.ai-shia.com/html/id/service/Info-Negara-Muslim/Malaysia. htm.
Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi, Cet. VIII; Bandung: Mizan, 1998.
Mahayudin Haji Yahaya, Islam di Alam Melayu, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan
Pustaka, 1998)
Muhammad Syamsu AS, Ulama Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya, Cet. II;
Jaskarta: PT. Lentera Basritama, 1999.
Munawir, Kebangkitan Islam dan Tantangan yang dihadapi dari Masa ke Masa, Cet. II;
Surabaya: Bina Ilmu, 1984.
Mudzani, Syaiful (ed), Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, Cet. I;
Jakarta: LP3ES, 1993
RS. Milne dan Diana K. Manay, Malaysia Tradition Modernity and Islam, USA: Weatview
Press, 1986
21
Sewang, Ahmad M. Islamisasi Kerajaan Gowa. Cet. II; Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2005.
Thohir, Ajid. Perkembangan Peradaban Islam di Kawasan Dunia Islam. Cet. I; Jakarta, PT.
RajaGrafindo Persada, 2002.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Cet.XI; Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Zuhairini, et all, Sejarah Pendidikan Islam, (Cet. II; Jakarta: Proyek Prasarana dan Sarana
Perguruan Tinggi Agama, Dirjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1986)
Abdullah, Taufiq dan Sharon Siddique (ed), Beberapa Dimensi Pendidikan Islam, dalam
Islam and Society in Southeast Asia, diterjemahkan oleh : Rachman Achwan, Tradisi dan
Kebangkitan Islam di Asia Tenggara, Cet. I; Jakarta : LP3ES, 1995.
Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama Timur Tengah dan kepulauan Nusantara Abad XVII dan
XVIII. Bandung: Mizan, 1994.
Departemen Agama RI, Team Penyusun Textbook Sejarah dan Kebudayaan Islam Direktorat
Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam. Sejarah dan Kebudayaan Islam, jilid II.
Ujung Pandang: IAIN Alauddin, 1982/1983
Esposito, John L (ed), The Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World, vol. 3. New
York: Oxford University, 1995.
Farouk, Omar. “Muslim Asia Tenggara dari Sejarah Menuju Kebangkitan Islam”, dalam
Saiful Muazni (ed), Pembangunan dan Kebangkitan Islam di Asia Tenggara. Jakarta: LP3ES,
1993
Gayo, Iwan (ed), Buku Pintar Seri Senior Plus 20 Negara Baru. Cet. VI; Jakarta: Dipayana,
2000.
Hasbullah, Searah Pendidikan Islam di Indonesia. Cet. IV; Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada, 2001.
22
. Travel: Malaysia Kuching dalam http://urniasih.blogspot.com/2005/ 06/travel-Malaysia-
Kuching.html.
. http:www.ai-shia.com/html/id/service/Info-Negara-Muslim/Malaysia. htm.
. http://www.yahoo.com/islammalaysia/panduasia/e-01lamd/ep-lan-12.htm
Lapidus, Ira M. Sejarah Sosial Umat Islam Bagian Kesatu dan Dua. Cet. III; Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2003
Nugroho, E. (ed), Ensiklopedi Nasional Indonesia, Jilid 2. Cet. II; Jakarta: PT. Cipta Adi
Pustaka, 1988.
Sewang, Ahmad M. Islamisasi Kerajaan Gowa. Cet. II; Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2005.
Thohir, Ajid. Perkembangan Peradaban Islam di Kawasan Dunia Islam. Cet. I; Jakarta, PT.
RajaGrafindo Persada, 2002.
Vatikotis, Michael R.J. “Kebangkitan Islam di Indonesia dan Malaysia” dalam Moeflich
Hasbullah, ed, Asia Tenggara Konsentrasi Baru Kebangkitan Islam. Cet. II; Bandung:
Fokusmedia, 2005.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam. Cet.XI; Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,
23