Anda di halaman 1dari 13

1

Makalah Analisis Sosial

budaya masyarakat desa Pragelan Kec.Gondang

Desa Pragelan Kecamatan Gondang Kabupaten Bojonegoro letaknya jauh dari


Kota Bojonegoro desa ini sangat tentram gemah ripah lohjinawe dengan
pertaniannya dan juga desa yang memiliki banyak pegunungan di sini .

Disini saya tertarik dengan budayanya lokal di sini setiap setiap setahun sekali
setelah selesai panen desa pragelan pun mengadakan kegiatan bersih
desa/manganan yang di laksanakan setiap hari jum’at pon bersih desa memiliki
makna sebagai rasa syukur kepada tuhan yang maha esa atas segala limpahannya
sehingga warga desa di berikan hasil yang melimpah ketika bersih desa warga pun
beramai-ramai menuju sendang dengan membawa segala banyak makanan ada
yang membuat kerecek,tape,jenang dan jadah ketika datang warga pun berbaur
dengan masyarakat yang lain.

Ketika datang warga pun membersihkan sendang bersama-sama setelah selesai di


lanjut dengan berdoa yang di pimpin oleh pemangku desa setelah itu acarayang di
tunggu-tunggu yaitu makan makanan yang di bawa warga di sinilah tidak ada kata
sekat pembedaan antar masyarakat mereka membaur menjadi satu di sinilah letak
kebersamaan .

Setelah acara selesai wargapun pulang sambil membawa makanan yang di


bawawarga masing-masing dan pada malam harinya setelah bersih desa di
laksanakan yaitu kegiatan tayub yang di adakan pemerintah Desa Pragelan di
rumah bapk lurah desa pragelan konon katanya apabila setelah selesai bersih desa
desa pragelan tidak mengadakan tayuban pada malam harinya maka desa akan
mendapat olo atau musibah dan bagi sinden yang tidak membasuh mukanya
disendang nduwur sebelum tampil maka sinden itu suaranya tidak akan bisa bagus
ataupun tidak dapat bersuara ketika bernyanyi ketika malam hari waktu tayuban
ramai sekali warga yang menonton acara tayuban dan juga banyak pedagang yang
berjualan ketika tayuban namun di sinilah tayub itu identik dengan oramg tua saja
2

yang melihat tayub selain itu biasanya bapak pun datang ke acara tayub sambil
membawa slendang untuk berjoget bersama sinden

GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA


2019
3

BAB I
PENDAHULUAN

Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sistem


gagasan dalam rangka, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar. Kebudayaan
itu sendiri memiliki 7 unsur, yaitu bahasa, ilmu pengetahuan, ekonomi, organisasi
sosial, religi (kepercayaan) dan kesenian. Kebudayaan diwariskan secara turun-
temurun dari nenek moyang bangsa Indonesia. Kebudayaan juga dipengaruhi oleh
faktor alam dan interaksi dengan budaya lain.

Seiring dengan perkembangan zaman, budaya juga semakin berkembang.


Apalagi dengan adanya globalisasi yang memberikan suguhan perkembangan
teknologi modern. Salah satu contohnya adalah penyebaran informasi. Ketika
teknologi belum ditemukan, penyebaran informasi dilakukan dengan cara mulut
ke mulut. Sekarang informasi dapat dengan mudah kita dapatkan dari berbagai
media seperti televisi, radio, dan internet.

Teknologi mempengaruhi pola pikir masyarakat sehingga kebudayaan


daerah yang selama ini melekat pada diri mereka semakin luntur. Contohnya,
banyak masyarakat yang meniru gaya hidup orang barat karena sering menonton
televisi dan seringnya mengakses internet. Hal ini menyebabkan masyarakat mulai
meninggalkan kebudayaan yang ada. Kebudayaan-kebudayaan asing yang mulai
masuk ke Indonesia ini menjadikan masyarakat sering kali menganggap bahwa
kebudayaan daerah yang ada itu kuno, ketinggalan zaman dan terlalu merepotkan.

Di zaman modern seperti sekarang ini, manusia cenderung untuk memilih


sesuatu yang bersifat instant/cepat. Mereka lebih cenderung mengikuti budaya
barat. Terdapat beberapa contoh, misalnya saja dalam hal berpakaian, perilaku
dan gaya hidup. Hal inilah yang membuat kebudayaan asli Indonesia semakin
ditinggalkan. Demikian pula masyarakat yang tinggal di daerah Magelang
khususnya yang berada di daerah perkotaan. Mereka mulai jarang menjalankan
4

tradisi-tradisi dari kebudayaan yang sudah ada. Sebagai contoh, bahasa Jawa
mulai banyak diabaikan dan bahkan dianggap “kampungan”, sehingga banyak
masyarakat Jawa yang lebih memilih untuk menggunakan bahasa Indonesia.
Namun, bahasa Jawa masih sering digunakan meskipun tidak sesering
menggunakan bahasa Indonesia.

Pengertian sosial merupakan segala perilaku manusia yang menggambarkan


hubungan nonindividualis. Istilah tersebut sering disandingkan dengan cabang-
cabang kehidupan manusia dan masyarakat di manapun.
Pengertian sosial ini merujuk pada hubungan-hubungan manusia dalam
kemasyarakatan, hubungan antar manusia, hubungan manusia dengan kelompok,
serta hubungan manusia dengan organisasi untuk mengembangkan
dirinya. Pengertian sosial ini pun berhubungan dengan jargon yang menyatakan
bahwa manusia merupakan makhluk sosial. Setiap manusia memang tidak bisa
hidup sendirian. Seseorang membutuhkan orang lain untuk mendukung hidupnya.
Dukungan ini bukan hanya berarti bantuan, namun dukungan ini berarti juga
jaminan seseorang untuk mengembangkan dirinya. Manusia yang bersosialisasi
kurang baik dengan seseorang lainnya akan menjadi pribadi yang tidak
berkembang sempurna.
Pengertian sosial tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia, karena memang
diarahkan pada seluk beluk kehidupan manusia bersama kelompok di sekitarnya.
Istilah ini juga dapat diabstraksikan ke dalam perkembangan-perkembangan
kehidupan manusia, lengkap dengan dinamika serta masalah-masalah sosial yang
terjadi di sekitarnya.
Pengertian sosial memaknai persinggungan antarmanusia, yang kemudian disebut
interaksi. Interaksi ini dimulai sejak manusia memiliki hubungan kontrapsikis
maupun kontrafisik dengan orang-orang di sekitarnya.
Sekecil apapun bentuk kontrafisik dan kontrapsikis yang dihasilkan, jika
memunculkan singgungan atau reaksi secara sosial, misal pengungkapan kata
terhadap lawan sosial, sudah berarti interaksi. Hanya bentuknya interaksi
sederhana, karena berlangsung secara singkat.

Kita dapat menyimpulkan bahwa kebudayaan merupakan suatu hal yang


sangat rentan untuk mengalami perubahan. Hal tersebut dapat kita lihat pada
kehidupan zaman sekarang. Kebudayaan – kebudayaan yang ada pada tiap daerah
merupakan kekayaan yang harus dilestarikan dan dijaga. Tetapi, seiring
berkembangnya zaman kebudayaan yang sangat beragam itu seakan hilang. Ada
5

masyarakat yang masih melestarikan kebudayaan ini dan ada pula yang bersikap
tidak acuh pada kebudayaan yang ada. Sekarang ini, kita sangat membutuhkan
orang-orang yang masih mau melestarikan kebudayaan-kebudayaan yang ada.
Akan tetapi yang paling penting adalah kesadaran dari tiap masing-masing
individu akan kebudayaan yang telah ia dapatkan sejak lahir untuk menjaga dan
melestarikannya.
6

BAB II

TUJUAN STUDI

Pada pembuatan studi penelitian ini memiliki tujuan-tujuan mendasar yang


akan menjadi acuan sebagai berikut :

● Mengobservasi kebudayaan dan masyarakat di Jawa Timur, khususnya di


kota Bojonegoro kec. Gondang Ds. Pragelan

● Mempelajari perilaku dan kebudayaan masyarakat setempat.

● Menganalisa kebudayaan dan sosial


7

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Latar Belakang Metode Studi

Penelitian yang dilakukan adalah mengenai kebudayaan daerah


Bojonegoro, khususnya yang berada di Ds. Pragelan Kec. Gondang.
Kebudayaan yang kami teliti beragam, mulai dari kependudukan, sampai
kebudayaan dan kehidupan sosial. Oleh karena itu, metodologi penelitian
yang paling tepat dalam menggali informasi yang akurat adalah dengan
menggunakan metode wawancara dan observasi.

Kami menggunakan metode wawancara karena dengan cara inilah


tujuan-tujuan studi yang telah diuraikan di atas akan tercapai. Dengan cara ini
juga, kami dapat memperoleh informasi kebudayaan daerah dari sumber yang
pernah mengalami dan mengetahuinya secara langsung. Selain itu, kami juga
menggunakan metode observasi ke Ds. Pragelan untuk meneliti sistem
kependudukan di lokasi dan kebiasaan sehari-hari warga, seperti bahasa
percakapan, mata pencaharian, kegiatan keagamaan dan hal-hal lain yang
berhubungan dengan sosial.

4.2. Kendala Studi

Ketika melakukan penelitian ini kendala studi yang dihadapi adalah sulit
untuk melihat langsung prosesi kebudayaan pasca kelahiran di Pragelan,
karena kebudayaan ini dilakukan oleh masyarakat pasca panen saja. Dalam
melakukan observasi, terdapat beberapa kesulitan, yaitu lokasi tempat
penelitian yang jauh.

BAB V
8

HASIL STUDI

5.1 Deskripsi etnografi mengenai :

a. Lokasi, Lingkungan, Penduduk

Lokasi penelitian terletak di RT 04 RW I, Ds. Pragelan Kec.


Gondang. Lingkungan ini di kelilingi oleh pegunungan dan jauh dari
kota. Penduduk yang tinggal di Ds. Pragelan rata-rata keturunan Jawa.

b. Sejarah Masyarakat

Masyarakat yang tinggal di Ds. Pragelan rata-rata adalah suku


Jawa. Dan sebagian besar masyarakatnya beragama Islam dan yang kedua
beragama Kristen dan Katholik. Masyarakat di Perumahan ini sebagian
besar berasal dari Bojonegoro, nganjuk, ngawi dsb.

c. Migrasi, Pola Menetap, dan Kehidupan Sehari-hari

Penduduk yang melakukan migrasi ke Ds. Pragelan ini ada yang


berasal dari ngawi, nganjuk, tuban dsb. Ada pula penduduk yang bekerja
di luar negeri karena profesinya yang berhubungan dengan TKI. Untuk
penduduk yang bekerja diluar Jawa tersebut tetap menjadi penduduk
tetap, namun karena tuntutan profesi mereka, mereka tidak bisa menetap
di perumahan tersebut. Penduduk yang bekerja di luar Jawa biasanya
kembali ke Pragelan seebulan sekali, sedangkan yang bekerja di luar
negeri kembali setahun sekali.

Karena sebagian besar warga bekerja sebagai petani kehidupan di


lingkungan perumahan setiap harinya cenderung sepi. Namun , hubungan
sosial antar warga tetap terjaga dengan adanya pertemuan rutin mingguan
yang dilakukan oleh bapak-bapak dan ibu-ibu penghuni perumahan
tersebut.
9

d. Mata Pencaharian Hidup

Sebagian besar mata pencaharian hidup penduduk RT.04 RW I


Dusun Pragelan dapat digolongkan sebagai petanu, baik petani sawah
maupun petani ladang juga ada peternak. Petani di dusun Pragelan
kebanyakan adalah menanam padi, jagung, kacang,singkong, dan bawang

f. Sistem Kekerabatan

Sistem Kekerabatan yang ada di RT 04 RW I, dusun Pragelan


berupa pertemuan rutin mingguan dan bulanan, pengajian, dan jamaah di
masjid. Untuk pertemuan rutin bulanan an mingguan dikelompokkan
menjadi dua yaitu pertemuan untuk ibu-ibu dan bapak-bapak. Pertemuan
ini dilakukan setiap sebulan sekali, untuk pertemuan rutin ibu-ibu
biasanya diadakan sebelum tanggal 15, sedangkan untuk pertemuan rutin
bapak-bapak diadakan pada minggu ke 4. Dalam pertemuan rutin bulanan
bapak-bapak biasanya membahas tentang keamanan lingkungan,
kebersihan lingkungan, dan sebagai ajang untuk silaturahmi antar kepala
keluarga. Sama halnya dengan pertemuan rutin bapak-bapak, dalam
pertemuan rutin ibu-ibu dibahas juga mengenai keamanan, kebersihan,
keguyupan antar warga, dan bisa juga sebagai ajang untuk menyampaikan
informasi serta arisan.

Jika musim panen warga dusun Pragelan akan mengadakan bersih


desa atau biasa dinamakan manganan/nyadran biasanya para warga akan
membuat tumpeng dan akan di tempatkan di 3 sumbermata air di desa
tersebut serta akan diadakan acara sindir atau tayuban

g. Pola Perilaku Kesehatan

Pola perilaku kesehatan di lingkungan RT.04 RW I terhitung sudah


belum maksimal karena disana sampah masih di buang di pinggir sungai
dan juga di pinggir sawah. Mungkin karena belum adanya tempat untuk
10

membuat sampah dan tempat untuik membuang sampah akhir yang


kurang

Selama ini peresapan air hujan juga baik Sehingga saat hujan
deras turun pun, tidak menimbulkan banjir disekitar jalan karena aliran
air selokan yang lancar. Selama ini juga tidak banyak warga yang
terkena penyakit dalam waktu yang bersamaan, bahkan kasus penyakit
demam berdarah pun jarang ditemukan. Jika ada warga yang sakit,
mereka biasanya harus menuju pukesmas kecamatan gondang yang
berjarak kuarang lebih 30 menitdari dusun pragelan. Tetapi jika ada yang
ada warga yang serangan penyakitnya parah, maka mereka akan
membawanya ke rumah sakit nganjuk karena dekat dengan nganjuk.

5.2 Deskripsi Kebudayaan yang diamati

Di dusun pragelan ini kebudayaan masih sangat kental dan sakral,


salah satunya adalah budaya bersih desa atau biasa di sebutnyadran atau
manganan disini budaya tersebut dilaksanakan setelah panen.

BAB VI
KESIMPULAN PENELITIAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa kebudayaan di


dusun Pragelan ini masih sangat kental. Jika dilihat dari sudut pandang budaya
modern, kebudayaan dianggap mengandung unsur takhayul, mistik, tidak rasional,
dan tidak sesuai dengan logika. Namun, kita sebagai generasi penerus, tetap harus
menghargai kebudayaan tersebut dengan menerima pola pikir dan kebudayaan
yang diajarkan dari orang tua. Meneruskan budaya bukan berarti mendua-kan
Tuhan, atau percaya kepada mahluk halus dan benda keramat. meneruskan budaya
berarti mencintai,menghormati apa yang telah diwariskan oleh leluhur kita. jika
kita mencintai budaya kita, tentu saja hal tersebut akan diterus ke anak dan cucu
11

kita. menggunakan bahasa daerah, menekuni kesenian tradisional, hingga


menggunakan produk-produk dalam negri.

Kebudayaan yang ada di daerah Pragelan ini dapat dijadikan sebagai


warisan kebudayaan yang harus tetap dijaga keunikannya. Tanpa kebudayaan,
identitas sebuah kelompok masyarakat tidak akan ada. Walaupun cara berpikir
dan cara pandang masyarakat jaman dulu berbeda dengan jaman sekarang
setidaknya dari sebuah kebudayaan itu tersimpan tujuan hidup yang bisa dijadikan
sebagai pedoman hidup saat ini.

Di Perumahan Armada Estate, Magelang memiliki potensi sumber daya


ekonomi dan sumber daya manusia yang cukup baik. Dari potensi sumber daya
ekonomi,

BAB VII
REKOMENDASI

Seiring perkembangan zaman, kebudayaan yang ada pada sebuah daerah


mungkin akan luntur. Hal tersebut dapat disebabkan karena adanya kebudayaan
asing yang mulai masuk maupun pola pikir masyarakat modern yang menganggap
kebudayaan yang ada ini kurang relevan untuk diterapkan atau juga merasa terlalu
repot dalam melaksanakan salah satu jenis kebudayaan. Alangkah baiknya jika
kita sebagai individu yang hidup di zaman globalisasi harus dapat menghargai
nilai-nilai yang terkandung di dalam kebudayaan sehingga kebudayaan yang ada
dapat menjadi identitas dari suatu individu bahkan sekumpulan orang tertentu
yang dapat menghiasi keanekaragaman budaya yang ada di negeri ini. Jangan
sampai anak cucu tidak mengenal budaya nenek moyangnya meski zaman sudah
semakin berkembang.

Sebagai generasi muda, kita wajib memelihara dan menjaga kebudayaan.


Perlu adanya kesadaran dalam diri masing-masing individu untuk mau
melestarikan dan rasa peduli akan perkembangan kebudayaan-kebudayaan lama
12

yang semakin lama kian memudar. Akan lebih baik lagi jika kita tidak mudah
mengikuti segala perubahan kebudayaan yang ada, kecuali perubahan yang dapat
berdampak positif bagi kebudayaan kita. Generasi pendahulu juga harus turut ikut
mengambil bagian dalam pelestarian kebudayaan. Generasi pendahululah yang
seharusnya mengajarkan kepada anak cucunya tentang ragam kebudayaan dan
cara menghargai setiap keanekaragaman budaya yang ada pada masing-masing
daerah. Tanpa mereka, para generasi muda tidak akan mengenal proses
kebudayaan. Hal tersebut dapat menjadi pelajaran bagi kita agar dapat meneru

skan perjuangan untuk melestarikan kebudayaan kepada generasi penerus


lainnya.

Kita dapat mulai menerapkan berbagai cara untuk melestarikan


kebudayaan. Pertama, mulai dari lingkungan kita dengan cara berbahasa daerah
yang dikuasai dengan masyarakat yang lainnya. Dari cara yang sederhana seperti
itu, kita dapat membuat bahasa daerah tetap dapat dilestarikan. Kita dapat juga
melakukan pelestarian dengan cara yang cukup besar lingkupnya seperti perlu
untuk diadakan sosialisasi oleh organisasi yang ada di daerah setempat. Tentunya
pihak yang melakukan sosialisasi adalah orang yang mengetahui tentang jalannya
prosesi tersebut dari awal sampai akhir. Cara lainnya dapat dibuat buku petunjuk
cara menjalankan prosesi tersebut dan diberikan secara gratis untuk masing –
masing masyarakat. Hal tersebut dilakukan untuk dapat membantu masyarakat
yang belum mengetahui bagaimana jalannya prosesi setelah kelahiran tersebut.

Solusi tersebut cocok untuk melestarikan prosesi kebudayaan yang


dilakukan setelah kelahiran bayi di komplek Armada Estate, Magelang yang
dibahas pada studi ini. Prosesi kebudayaan yang dilakukan setelah bayi lahir ini
tergolong hal yang cukup mudah dilakukan tetapi memiliki panjang waktu yang
cukup lama. Hal tersebut membutuhkan bantuan dari warga komplek lain untuk
menggelar acara tersebut dan dengan begitu yang menggelar acara tidak akan
merasa bahwa melakukan prosesi tersebut susah untuk dilakukan. Lebih baik jika
ada yang mengkoordinasi untuk menangani warga yang akan menggelar prosesi
13

kebudayaan dalam hal ini adalah ketua RT. Adanya kerja sama dari berbagai
pihak maka kebudayaan akan semakin mudah untuk terus dikembangkan dan
direalisasikan. Hal ini perlu untuk dilakukan terus menerus mengingat bahwa
banyaknya kebudayaan daerah yang sudah mulai terlupakan.

Anda mungkin juga menyukai