Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL (MENARIK DIRI)

A. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan di mana seseorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang
lain di sekitarnya (Damaiyanti, 2008)
Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang
terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan
perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam dalam
hubungan sosial (Depkes RI, 2000)
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam
(Farida, 2012)
B. Etiologi
Berbagai faktor dapat menimbulkan respon yang maladaptif. Menurut
Stuart dan Sundeen (2007), belum ada suatu kesimpulan yang spesifik
tentang penyebab gangguan yang mempengaruhi hubungan interpersonal.
Faktor yang mungkin mempengaruhi antara lain yaitu:
1. Faktor predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
a. Faktor perkembangan
b. Faktor sosial budaya
c. Faktor biologis
2. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh
faktor internal maupun eksternal meliputi:
a. Stresor sosial budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam
berhubungan seperti perceraian, berpisah dengan orang yang
dicintai, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat di rumah
sakit atau dipenjara.
b. Stresor psikologi
Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan
menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan
dengan orang lain.
C. Rentang Respon

Respon adaptif
Respo
n maladaptif

Menyendiri kesepian
manipulasi

Otonomi menarik diri


impulsif

Bekerja
sama ketergantungan narci
sme Interdependen
Respon adaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah
yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya
lingkungannya yang umum berlaku dan lazim dilakukan oleh semua
orang respon ini meliputi:
1. Solitude (menyendiri)
Adalah respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa
yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya juga suatu cara
mengevaluasi diri untuk menentukan langkah-langkah selanjutnya.
2. Otonomi
Adalah kemampuan individu dalam menentukan dan
menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam berhubungan sosial.
3. Mutualisme (bekerja sama)
Adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana
individu mampu untuk saling memberi dan menerima.
4. Interdependen (saling ketergantungan)
Adalah suatu hubungan saling tergantung antara individu dengan
orang lain dalam rangka membina hubungan interpersonal.
Respon maladaptif adalah respon individu dalam penyelesaian masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya lingkungannya yang
umum berlaku dan tidak lazim dilakukan oleh semua orang. Respon ini
meliputi:
1. Kesepian adalah kondisi dimana individu merasa sendiri dan
terasing dari lingkungannya, merasa takut dan cemas.
2. Menarik diri adalah individu mengalami kesulitan dalam membina
hubungan dengan orang lain.
3. Ketergantungan (dependen) akan terjadi apabila individu gagal
mengembangkan rasa percaya diri akan kemampuannya. Pada
gangguan hubungan sosial jenis ini orang lain diperlakukan
sebagai objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian
orang lain, dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri
atau tujuan, bukan pada orang lain.
4. Manipulasi adalah individu memperlakuakan orang lain sebagai
objek, hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain,
dan individu cenderung berorientasi pada diri sendiri.
5. Impulsif adalah individu tidak mampu merencanakan sesuatu,
tidak mampu belajar dari pengalaman dan tidak dapat diandalkan.
6. Narcisisme adalah individu mempunyai harga diri yang rapuh,
selalu berusaha untuk mendapatkan penghargaan dan pujian yang
terus menerus, sikapnya egosentris, pencemburu, dan marah jika
orang lain tidak mendukungnya.
D. Proses Terjadinya Masalah
1. Faktor predisposisi
a. Faktor perkembangan
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas
perkembangan yang harus dilalui individu dengan sukses
agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Apabila
tugas ini tidak terpenuhi, akan mencetuskan seseorang
sehingga mempunyai masalah respon sosial maladaptif.
(Damaiyanti, 2012)
b. Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial
maladaptif
c. Faktor sosial budaya
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan
berhubungan. Hal ini diakibatkan oleh norma yang tidak
mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak
menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif
seperti lansia, orang cacat, dan penderita penyakit kronis.
d. Faktor komunikasi dalam keluarga
Pada komunikasi dalam keluarga dapat mengantarkan
seseorang dalam gangguan berhubungan, bila keluarga
hanya menginformasikan hal-hal yang negative dan
mendorong anak mengembangkan harga diri rendah.
Seseorang anggota keluarga menerima pesan yang saling
bertentangan dalam waktu bersamaan, ekspresi emosi yang
tinggi dalam keluarga yang menghambat untuk
berhubungan dengan lingkungan diluar keluarga.
2. Stressor presipitasi
a. Stressor sosial budaya
Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor
lain dan faktor keluarga seperti menurunnya stabilitas unit
keluarga dan berpisah dari orang yang berarti dalam
kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
b. Stressor psikologis
Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi
bersamaan dengan keterbatasan kemampuan untuk
mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang dekat
atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
ketergantungan dapat menimbulkan kecemasan tingkat
tinggi.
E. Manifestasi Klinis
1. Gejala subjektif
a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh
orang lain
b. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Klien merasa bosan
d. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
e. Klien merasa tidak berguna
2. Gejala objektif
a. Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau
“tidak” dengan pelan
b. Respon verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada
c. Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri
d. Menyendiri dalam ruangan, sering melamun
e. Mondar-mandir atau sikap mematung atau melakukan
gerakan secara berulang-ulang
f. Apatis (kurang acuh terhadap lingkungan)
g. Ekspresi wajah tidak berseri
h. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan
diri
i. Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk

j. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.

F. Akibat

Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri


atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bisa
dialami pasien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan,
ketegangan, kekecewaan, dan kecemasan.

Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien makin sulit dalam


mengembangkan berhubungan dengan orang lain. Akibatnya pasien
menjadi regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam aktivitas dan
kurangnya perhatian terhadap penampilan dan kebersihan diri. Pasien
semakin tenggelam dalam perjalinan terhadap penampilan dan tingkah
laku masa lalu serta tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan,
sehingga berakibat lanjut halusinasi

G. Mekanisme koping

Mekanisme yang digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan


yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya.
Mekanisme yang sering digunakan pada isolasi sosial adalah regresi,
represi, isolasia.

1. Regresi adalah mundur ke masa perkembangan yang telah lain.

2. Represi adalah perasaan-perasaan dan pikiran pikiran yang tidak


dapat diterima secara sadar dibendung supaya jangan tiba di
kesadaran.

3. Isolasi adalah mekanisme mental tidak sadar yang mengakibatkan


timbulnya kegagalan defensif dalam menghubungkan perilaku
dengan motivasi atau bertentangan antara sikap dan perilaku.

Mekanisme koping yang muncul yaitu:

1. Perilaku curiga : regresi, represi

2. Perilaku dependen: regresi

3. Perilaku manipulatif: regresi, represi

4. Isolasi/menarik diri: regresi, represi, isolasi

H. Strategi Pelaksanaan

Masalah Utama: Isolasi Sosial


a. SP 1

Membina hubungan saling percaya, membantu klien


mengenali penyebab isolasi social, membantu klien
mengenal keuntungan berhubungan dan kerugian tidak
berhubungan dengan orang lain dan mengejarkan pasien
berkenalan.

b. SP 2

Mengajarkan klien berinteraksi secara bertahap (bekenalan


dengan orang pertama, yaitu seorang perawat).

c. SP 3

Mengajarkan klien berinteraksi secara bertahap


(berkenalan dengan 2 orang atau lebih)

d. SP 4

Diskusi menggunakan obat secara teratur

1) Evaluasi jadwal kegiatan harien klien untuk


berkenalan dengan orang lain secara bertahap yang
sudah dilatih

2) Latih pasien minum obat secara teratur dengan


prinsip 5 benar, disertai penjelasan tentang guna
obat dan akibat berhenti minum obat

3) Susun jadwal minum obat secara teratur

I. Diagnosa Keperawatan

1. Isolasi social

2. Harga diri rendah kronis

3. Perubahan persepsi sensori: halusinasi

4. Koping keluarga tidak efektif

5. Koping individu tidak efektif

6. Intoleransi aktivitas
7. Defisit perawatan diri

8. Risiko tinggi mencenderai diri ,orang lain dan lingkungan

J. Tindakan Keperawatan

1. Membina hubungan saling percaya

Untuk membina hubungan saling percaya pada pasien isolasi social


kadang –kadang perlu waktu yang tidak singkat .Perawat harus
konsisten bersikap terapetik kepada pasien.selalu penuhi janji
adalah salah satu upaya yang bias dilalukan . Pendekatan yang
konsisten akan membuahkan hasil .Bila klien sudah percaya maka
apapun yang akan di programkan .klien akan mengikutinya
tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling
percaya ,adalah:

a. Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien

b. Berkenalan dengan pasien : perkenalkan nama dan nama


panggilan yang saudara sukai ,serta Tanyakan nama dan
nama panggilan klien

c. Menanyakan perasaan dan keluhan klien saat ini

d. Buat kontrak asuhan :apa yang akan dilakukan bersama


klien ,berapa lama dikerjakan ,dan tempatnya dimana .

e. Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang


diperoleh untuk kepentingan terapi

f. Setiap saat tunjukan sikap empati terhadap klien

g. Penuhi kebutuhan dasar klien saat berinteraksi .

2. Membantu klien menyadari prilaku isolasi sosil

Mungkin perilaku isolasi sosial yang dialami klien dianggap


sebagai prilaku yang normal.Agar klien menyadari bahwa perilaku
tersebut perlu diatasi maka hal pertama dilakukan adalah
menyadarkan klien bahwa isolasi sosial merupakan masalah dan
perlu diatasi .hal tersebut dapat digali dengan menanyakan :
a. Pendapat klien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang
lain

b. Menanyakan apa yang menyebabkan klien tidak ingin


berinteraksi dengan orang lain

c. Diskusikan keuntungan bila klien memiliki banyak teman


dan bergaul akrab dengan mereka

d. Diskusikan kerugian bila klien hanya mengurung diri dan


tidak bergaul dengan orang lain

e. Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik


klien

3. Melatih klien cara-cara berinteraksi dengan orang lain secara


bertahap

a. Jelaskan dengan klien cara berinteraksi dengan orang lain

b. Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain

c. Beri kesempatan klien mempraktikan cara berinteraksi


dengan orang lain yang dilakukan dihaddapan perawat

d. Mulailah bantu klien berinteraksi dengan satu orang


teman/anggota keluarga

e. Bila klien sudah menunjukan kemajuan ,tingkatkan jumlah


interaksi dengan dua,tiga,empat orang dan seterusnya

f. Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah


dilakukan oleh klien

g. Siap mendengarkan perasaan klien setelah berinteraksi


dengan orang lain,mungkin klien akan mengungkapkan
keberhasilan atau kegagalannya .beri dorongan terus
menerus agar klien tetap semangat meningkatkan
interaksinya.

4. Diskusikan dengan klien tentang kekurangan dan kelebihan yang


dimiliki
5. Inventarisir kelebihan klien yang dapat dijadikan motivasi untuk
membangun kepercayaan diri klien dalam pergaulan

6. Ajarkan kepada klien koping mekanisme yang konstruktif

7. Libatkan klien dalam interaksi dan terapi kelompok secara


bertahap

8. Diskusikan dengan keluarga pentingnya interaksi klien yang


dimulai dengan keluarga terdekat

9. Eksplorasi keyakinan agama klien dalam menumbuhkan sikap


pentingnya sosialisasi dengan lingkungan sekitar.
DAFTAR PUSTAKA
Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Farida Kusumawati & Yudi Hartono. (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.

Mukhripah Damaiyanti & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa.


Bandung: PT Refika Aditama.

Trimeilia. (2011). Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial. Jakarta Timur: TIM.

Anda mungkin juga menyukai