PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Benih perang dingin mulai tumbuh pada masa Perang Dunia II (PD II).
Keberhasilan pasukan sekutu membebaskan negara-negara di Eropa dari
pendudukan Jerman. tampaknya, Uni Soviet harus berpacu dengan Sekutu agar
memperoleh daerah pengaruh apabila PD II berakhir. Masalah inilah yang menjadi
pemicu keretakan antar negara-negara Eropa di bawah pengaruh Amerika Serikat
dan di bawah hegemoni Uni Soviet. Ketegangan semakin berkembang setelah Uni
Soviet menduduki negara-negara Baltik seperti Latvia, Estonia, dan Lithuania, yang
merupakan wilayah Polandia.
Meskipun diantara sejarawan belum mencapai kesepakatan tentang kapan
dimulainya perang dingin, namun kebanyakan berpendapat bahwa pertemuan para
pemimpin Sekutu dan Uni Soviet pada bulan Februari 1945 di konferensi Yalta
adalah awal dari perang dingin. Perang dingin adalah istilah yang merujuk pada
persaingan yang berkembang setelah PD II, antara negara kelompok komunis dan
non komunis. Dalam konteks pengertian tersebut, negara komunis seperti Uni
Soviet beserta sekutunya disebut Blok Timur dan kelompok negara demokrasi
seperti Amerika Serikat dan aliansinya disebut Blok Barat. Pergulatan antara dua
kelompok itulah yang dinamakan perang dingin, karena tidak sampai menjadi
“perang panas” dalam skala yang luas. Seorang kolumnis bernama Walter Lipman
mempopulerkan pergulatan itu dengan istilah Cold War (Perang Dingin) dalam
bukunya Cold War.
Perang dingin ditandai oleh sikap saling ketidakpercayaan, kecurigaan dan
kesalahpahaman antara Blok Barat dan Blok Timur. Keadaan tersebut mendorong
ketegangan kian bertambah dan menjurus terjadinya Perang Dunia III. Amerika
Serikat dituduh melakukan politik imperialisme untuk memengaruhi dunia,
sementara Uni Soviet dianggap melakukan perluasan hegemoni atas negara-negara
demokrasi melalui ideologi komunis.
Negara yang baru merdeka atau berkembang khawatir akan situasi seperti ini,
untuk itu mereka membentuk suatu kelompok yang tidak memihak pada Blok Barat
1|GNB
maupun Blok Timur yang disebut dengan Gerakan Non Blok (GNB).Maka dari itu,
kami memilih judul “Gerakan Non Blok dan Dampaknya terhadap Kehidupan
Sosial, Ekonomi, dan Politik Negara berkembang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan yang dirumuskan
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah terjadinya peristiwa GNB?
2. Bagaimanakah dampak GNB pada negara berkembang terhadap kehidupan di
bidang sosial, ekonomi, dan politik?
3. Bagaimanakah peran bangsa Indonesia dalam GNB?
4. Bagaimana upaya mengatasi masalah di negara berkembang?
C. Tujuan Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan
penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan tentang peristiwa GNB
2. Menjelaskan dampak dari peristiwa GNB terhadap kehidupan sosial, ekonomi, dan
politik di negara berkembang.
3. Menjelaskan peran yang dilakukan bangsa Indonesia dalam peristiwa GNB
4. menjelaskan upaya mengatasi masalah di negara berkembang.
2|GNB
BAB II
PEMBAHASAN
3|GNB
menjadi prinsip-prinsip utama GNB, merupakan bukti peran dan kontribusi penting
Indonesia dalam mengawali pendirian GNB. Secara khusus, Presiden Soekarno
juga diketahui sebagai tokoh penggagas dan pendiri GNB. Indonesia menilai
penting GNB tidak sekedar dari peran yang selama ini dikontribusikan, tetapi lebih-
lebih mengingat prinsip dan tujuan GNB merupakan refleksi dari perjuangan dan
tujuan kebangsaan Indonesia sebagaimana tertuang dalam UUD 1945.
2. Tujuan GNB
Tujuan GNB yaitu sebagai berikut :
a. Mengembangkan rasa solidaritas di antara negara anggota dengan jalan membantu
perjuangan negara berkembang dalam mencapai kebersamaan, kemerdekaan, dan
kemakmuran.
b. Turut serta meredakan ketegangan dunia akibat perebutan pengaruh Amerika
Serikat melawan Uni Soviet dalam perang dingin.
c. Berusaha membendung pengaruh negatif baik blok barat maupun blok timur ke
negara-negara anggota GNB.
d. Berusaha memajukan pembangunan ekonomi, sosial, budaya, dan politik agar tidak
tertinggal dari negara maju.
4|GNB
GNB didirikan berdasarkan prinsip-prinsip dasar Dasa Sila Bandung.
Substansi Dasa Sila Bandung berisi tentang “pernyataan mengenai dukungan bagi
kedamaian dan kerja sama dunia”. Dasa Sila Bandung memasukkan prinsip-prinsip
dalam piagam PBB dan prinsip Nehru, yaitu sebagai berikut:
a. Menghormati hak-hak dasar manusia (HAM) dan tujuan serta asas-asas dalam
piagam PBB.
b. Menghargai kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa.
c. Mengakui persamaan ras dan semua suku bangsa.
d. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan masalah pribadi negara lain.
e. Menghormati hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri secara individual atau
kolektif sesuai dengan piagam PBB.
f. Tidak menggunakan peraturan diri pertahanan kolektif untuk bertindak dalam
kepentingan salah satu negara besar.
g. Tidak melakukan tekanan terhadap orang lain.
h. Tidak melakukan tindakan atau ancaman agresi atau penggunaan kekerasan
terhadap integritas teritorial atas kemerdekaan politik suatu Negara.
i. Menyelesaikan segala konflik internasional dengan jalan damai, seperti
perundingan, persetujuan, arbitrase atau penyelesaian hukum dengan cara damai
lain menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan piagam PBB.
j. Memajukan kepentingan bersama dengan kerja sama Internasional.
k. Menghormati hukum dan kewajiban-kewajiban Internasional.
5|GNB
5. Kegiatan GNB dan KTT
Kegiatan GNB dan KTT yaitu :
a. KTT I GNB (1-6 September 1961) di Beograd, Yugoslavia, pelaksanaan KTT I ini
didorong oleh keadaan krisis Kuba. Konferensi ini dihadiri oleh 25 negara dan
menghasilkan deklarasi Beograd yang intinya menyerukan untuk menghentikan
perang dingin dan mendamaikan antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Keputusan
KTT I GNB melalui Presiden Soekarno dan Presiden Menibo Keita (Mali)
disampaikan kepada Presiden F.Kennedy (Amerika Serikat) sedangkan PM Nehru
(India) dan Presiden Kuame Nkrumah (Ghana) menyampaikan kepada PM
Kruschev (Perdana Menteri Uni Soviet).
b. KTT II GNB (5-10 Oktober 1964) di Kairo, Mesir. Pada KTT II GNB ini diikuti
oleh 47 negara serta 10 peninjau lainnya antara lain sekretaris jendral organisasi
persatuan Afrika dan Liga Arab. Masalah perkembangan dan masalah ekonomi juga
mendapat perhatian pada KTT II GNB.
c. KTT III GNB (8-10 September 1970) di Lusaka, Zambia. Negara peserta yang
hadir adalah 53 negara. Hasil terpenting KTT kali ini adalah perlunya upaya
meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran negara berkembang.
d. KTT IV GNB (5-9 September 1973) di Algiers, Aljazair. KTT IV GNB ini
membahas tentang peningkatan kerja sama dan saling pengertian antara negara-
negara yang sedang berkembang serta berusaha meredakan ketegangan di Timur
Tengah pergolakan di Rhodesia, dan bagian-bagian Afrika lainnya.
e. KTT V GNB (16-19 September 1976) di Kolombo, Srilanka pada KTT V GNB ini
membahas tentang penyelamatan dunia dari ancaman perang nuklir dan berusaha
memajukan negara-negara non blok.
f. KTT VI GNB (3-9 September 1979) di Havana, Kuba. KTT ini bertujuan untuk
memperjuangkan bantuan ekonomi bagi negara-negara non blok dan menggiatkan
perang PBB dalam tata ekonomi dunia baru.
g. KTT VII GNB (7-12 Maret 1983) di New Delhi, India. KTT ini menghasilkan
seruan dilaksanakannya demokrasi tahta ekonomi yakni dihapuskan
proteksionisme oleh negara maju.
6|GNB
h. KTT VIII GNB (1-6 September 1968) di Harane, Zimbabwe. KTT kali ini
menghasilkan seruan dihapuskannya politik Apartheid di Afrika Selatan serta
membahas sengketa Irak Iran.
i. KTT IX GNB (1-6 September 1989) di Beograd, Yugoslavia. KTT yang dihadiri
oleh 102 negara ini berhasil membahas kerja sama Selatan-selatan (antar negara
berkembang).
j. KTT X GNB (1-6 September 1992) di Jakarta, Indonesia. KTT yang dihadiri oleh
108 negara ini berhasil merumuskan “Pesan Jakarta” (Jakarta Messege) antara lain
berhasil menggalang kerja sama Selatan-Selatan dan Utara Selatan.
k. KTT XI GNB (16-22 Oktober 1995) di Cartagena, Kolombia. KTT ini dihadiri oleh
113 negara yang bertujuan memperjuangkan demokratisasi di PBB.
l. KTT XII GNB (1-6 September 1998) di Durban, Afrika Selatan. KTT XII GNB ini
dihadiri oleh 113 negara yang bertujuan memperjuangkan demokratisasi di dalam
hubungan Internasional.
m. KTT XIII GNB (20-25 Februari 2003) di Kuala Lumpur, Malaysia. Resolusi KTT
GNB Kuala Lumpur antara lain berisi penolakan tiga negara Iran, Irak, dan Korea
Utara, atas sebutan sebagai proses kejahatan oleh Washington.
n. KTT XIV (11-16 September 2006) di Havana, Kuba. Menghasilkan deklarasi yang
mengutuk serangan Israel atas Lebanon, mendukung program nuklir Iran,
mengkritik kebijakan Negara Amerika Serikat, dan menyerukan kepada PBB agar
lebih berpihak kepada negara kecil dan berkembang.
o. KTT GNB XV (11-16 Juli 2009) di Sharm El-Sheikh, Mesir. Menghadirkan sebuah
final dokumen yang merupakan sikap, pandangan dan posisi GNB tentang semua
isu dan permasalahan Internasional dewasa ini. KTT ini menegaskan perhatian
GNB atas krisis ekonomi dan moneter global, perlunya komunitas Internasional
kembali pada komitmen menjunjung prinsip-prinsip pada piagam PBB, hukum
Internasional, peningkatan kerja sama antar negara maju dan berkembang untuk
mengatasi berbagai krisis.
p. KTT GNB XVI berakhir pada 31 Agustus 2012 dan menghasilkan berbagai
kesepakatan dalam sebuah deklarasi final, diantaranya : dukungan terhadap
program nuklir sipil Iran, penolakan sanksi sepihak Amerika Serikat anti Iran,
7|GNB
dukungan terhadap perjuangan bangsa Palestina, memerangi Islamphobia, rasisme,
dan permusuhan senjata nuklir.
8|GNB
2. Indonesia menjadi pemimpin GNB pada tahun 1991. Saat itu, Presiden Soeharto
terpilih menjadi ketua GNB. Sebagai pemimpin GNB, Indonesia sukses menggelar
KTT X GNB di Jakarta;
3. Indonesia juga berperan penting dalam meredakan ketegangan di kawasan bekas
Yugoslavia pada tahun 1991.
GNB mempunyai arti yang khusus bagi bangsa Indonesia yang dapat
dikatakan lahir sebagai negara netral yang tidak memihak. Hal tersebut tercermin
dalam pembukaan UUD 1945 yang menyatakan bahwa “kemerdekaan adalah hak
segala bangsa, dan oleh sebab itu maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan”.
Selain itu, diamanatkan pula bahwa Indonesia ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Sesuai dengan
politik luar negeri yang bebas aktif, Indonesia memilih untuk menentukan jalannya
sendiri dalam upaya membantu tercapainya perdamaian dunia dengan mengadakan
persahabatan dengan seluruh bangsa.
Sebagai implementasi dari politik luar negeri yang bebas aktif itu, selain
sebagai salah satu negara pendiri GNB, Indonesia juga senantiasa setia dan
komitmen pada prinsip-prinsip dan aspirasi GNB. Pada masa itu, Indonesia telah
berhasil membawa GNB untuk mampu menentukan arah dan secara dinamis
menyesuaikan diri pada setiap perubahan yang terjadi.
9|GNB
Visi GNB untuk berperan dalam mendorong dunia yang lebih damai, stabil
dan makmur sebagaimana telah ditetapkan di Bali. Peran GNB dalam menciptakan
tata kelola global yang efektif dalam menciptakan perdamaian dan keamanan dunia.
GNB harus mendukung peran dan kapasitas Dewan Keamanan PBB dalam
menyelesaikan konflik, menciptakan perdamaian dan mencegah potensi konflik.
GNB harus dapat mendorong terbangunnya institusi demokrasi, kebebasan,
perdamaian, moderasi serta kemakmuran dapat berjalan dan tumbuh berkembang
secara bersama.
Pentingnya GNB untuk membangun institusi demokrasi yang
memungkinkan dibangunnya pembangunan politik yang sesuai dengan aspirasi dan
kehendak rakyat. Pembangunan global harus adil, tidak boleh ada satu negara pun
yang tertinggal. Kemakmuran harus menjadi milik semua negara dan masyarakat
di seluruh penjuru dunia.
Dalam bidang ekonomi, selama menjadi ketua GNB, Indonesia juga secara
konsisten telah mengupayakan pemecahan masalah hutang luar negeri negara-
negara miskin dan pembangunan mengenai penyelesaian hutang luar negeri.
10 | G N B
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. KAA menyepakati “Dasa Sila Bandung “yang dirumuskan sebagai prinsip-prinsip
dasar bagi penyelenggaraan hubungan dan kerja sama antar bangsa-bangsa. Sejak
saat itu proses pendirian GNB semakin mendekati kenyataan, dan dalam proses ini
tokoh-tokoh yang memegang peran kunci sejak awal adalah presiden Mesir Gamal
Abdel Nasser, Presiden Indonesia Soekarno, dan Presiden Yugoslavia Josip Broz
Tito. Kelima tokoh dunia ini kemudian dikenal sebagai pendiri GNB.
2. Dampak Gerakan Non-Blok Terhadap Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Politik
Negara Berkembang :
a. Meningkatkan kesejahteraan bagi negara berkembang.
b. Meningkatkan program kearah tata ekonomi dunia.
c. Membantu Afrika Selatan dalam menghapus politik Apartheid.
3. Indonesia sangat berperan penting dalam GNB, beberapa peran penting yang
dilakukan Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Presiden Soekarno adalah satu dari lima pemimpin dunia yang mendirikan GNB;
b. Indonesia menjadi pemimpin GNB pada tahun 1991. Saat itu, Presiden Soeharto
terpilih menjadi ketua GNB. Sebagai pemimpin GNB, Indonesia sukses menggelar
KTT X GNB di Jakarta;
c. Indonesia juga berperan penting dalam meredakan ketegangan di kawasan bekas
Yugoslavia pada tahun 1991.
4. Dalam bidang ekonomi, selama menjadi ketua GNB, Indonesia juga secara
konsisten telah mengupayakan pemecahan masalah hutang luar negeri negara-
negara miskin dan pembangunan mengenai penyelesaian hutang luar negeri.
11 | G N B
DAFTAR PUSTAKA
12 | G N B