Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
A. Definisi
Sistem HACCP dapat dikatakan pula sebagai alat pengukur atau pengendali yang
memfokuskan perhatiannya pada jaminan keamanan pangan, terutama sekali
untuk mengeliminasi adanya bahaya (hazard) yang berasal dari bahaya
mikrobiologi (biologi), kimia dan fisika ; dengan cara mencegah dan
mengantisipasi terlebih dahulu daripada memeriksa/menginspeksi saja.
Tujuan dari penerapan HACCP dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu tujuan
umum dan tujuan khusus. Tujuan umum penerapan HACCP adalah memelihara
kesehatan masyarakat dengan cara mencegah atau mengurangi kasus keracunan
pangan (Haryadi, 2001). Adapun tujuan khususnya adalah:
contohnya
Tingkat Resiko
Jenis Makanan
Kesehatan
Es krim
Makanan beku
Makanan kering
Kopi, teh
Langkah awal yang harus dilakukan dalam penyusunan rencana HACCP adalah
membentuk Tim HACCP yang melibatkan semua komponen dalam industri yang
terlibat dalam menghasilkan produk pangan yang aman. Tim HACCP sebaiknya
terdiri dari individu-individu dengan latar belakang pendidikan atau disiplin ilmu
yang beragam, dan memiliki keahlian spesifik dari bidang ilmu yang
bersangkutan, misalnya ahli mikrobiologi, ahli mesin/engineer, ahli kimia, dan
lain sebagainya sehingga dapat melakukan brainstorming dalam mengambil
keputusan. Jika keahlian tersebut tidak dapat diperoleh dari dalam perusahaan,
saran-saran dari para ahli dapat diperoleh dari luar .
Komposisi Tim HACCP Orang-orang yang dilibatkan dalam Tim yang ideal
adalah meliputi :
Pada perusahaan yang kecil, satu orang dapat mengisi posisi-posisi di atas dan
bahkan dapat menanggantikan seluruh Tim HACCP. Dalam kasus ini perlu
bantuan konsultan atau saran-saran dari pihak luar.
1) Data yang dikumpulkan sangat luas (dari beberapa atau seluruh unit atau
devisi/bagian dari pabrik atau perusahaan), sehingga membutuhkan tim
yang multidisiplin.
Tim HACCP terdiri atas ketua atau koordinator Tim dan beberapa anggota Tim.
Tugas Tim HACCP harus meliputi hal-hal berikut :
Tim HACCP harus membuat Rencana HACCP (HACCP Plan), menulis SSOP
dan memverifikasi dan mengimplementasikan sistem HACCP. Tim harus
mempunyai pengetahuan tentang bahaya-bahaya yang menyangkut keamanan
pangan. Jika masalah yang ada tidak dapat dipecahkan secara internal, maka perlu
meminta saran dari ahli atau konsultan HACCP (Anonim, 2006).
C. Deskripsi Produk
Venom Cheese merupakan produk keju mozzarella yang bahannya berasal dari
susu keju dengan penambahan charcoal, black pepper, dan kopi sehingga warna
yang dihasilkan akan lebih estetik namun tanpa megurangi khasiat dari susu
kambing dan sesuai dengan definisi dari istilah “venom” tersebut. Untuk keju
mozzarella Venom Cheese terbuat dari susu kambing pasteurisasi, asam nitrat,
garam, air, rennet, dan bahan tambahan seperti charcoal, black pepper, dan kopi.
Pada tabel. 2 merupakan nilai gizi keju mozarella Venom Cheese.
3. Setelah dingin, campurkan asam sitrat yang telah diencerkan dengan air ke
dalam susu. Aduk hingga rata.
4. Tutup panci susu dan diamkan selama 5 menitan. Ini namanya proses
pengasaman (asidifikasi). Susu yang asam ini akan memudahkannya untuk
menggumpal menjadi curd (di proses berikutnya) dan membuat mozarella
meleleh dan mulur sewaktu dipanggang saat sudah jadi.
5. Setelah susu menjadi asam (bisa dicicipi). Diamkan susu selama 1 jam.
Cairan susu akan terbagi menjadi 2 bagian: gumpalan seperti tahu (curd)
dan air bening kekuningan (whey). Proses penggumpalan ini lazim disebut
‘koagulasi’.
10. Siapkan baskom, isi dengan air dingin (ditambah es batu). Tambahkan 2
sdm garam dan 3 sdm whey, aduk hingga rata dan larut. Sisihkan dulu di
tempat dingin (sebaiknya di kulkas).
11. Siapkan panci besar, isi dengan air hingga ½ penuh, rebus air hingga
mendidih.
12. Siapkan panci kecil, isi dengan air hingga hampir penuh, tumpangkan ke
dalam panci besar. Tunggu hingga air di panci kecil ini memanas hingga
sekitar 75 Celcius. Jaga suhu ini agar tidak tambah panas (dengan cara api
kompor dikecilkan)
13. Siapkan panci kecil, isi dengan air hingga hampir penuh, tumpangkan ke
dalam panci besar. Tunggu hingga air di panci kecil ini memanas hingga
sekitar 75 Celcius. Jaga suhu ini agar tidak tambah panas (dengan cara api
kompor dikecilkan)
14. Taruh saringan di atas panci kecil hingga bagian bawah saringan
terrendam air. Taruh sebagian potongan curd (sekitar 250 gram ke dalam
saringan, jangan terlalu penuh, dikira-kira saja agar curd bisa kita lipat-
lipat dan tekan-tekan dengan mudah di permukaan saringan.
15. Dengan menggunakan spatula (sutil kayu), tekan-tekan dan lipat-lipat curd
perlahan-lahan selama sekitar 10 menit.
17. Sambil tetap berada di atas saringan terendam air panas. Bentuk mozarella
menjadi bola (dengan cara “diuwel-uwel” dengan sutil), angkat keluar, dan
langsung dicelupkan ke larutan pembeku.
18. Gunanya pencelupan ini adalah agar mozarella menjadi kencang dan tetap
berbentuk bola. Kalau tidak dibekukan, mozarella akan “mbleber” ke
samping dan susah di-handle.
19. Simpan mozarella dalam larutan pembeku selama 3 jam. Setelah 3 jam,
mozarella sudah siap dipakai buat topping pizza.
20. Jika akan disimpan lebih lama, ambil bola mozarella, masukkan ke
kantong plastik dan simpan di freezer.
D. Analisis Bahaya
Tim HACCP melakukan analisa bahaya dan mengindentifikasi bahaya beserta
cara-cara pencegahan untuk mengendalikannya. Analisa bahaya amat penting
untuk dilakukan terhadap bahan baku, komposisi, setiap tahapan proses
produksi, penyimpanan produk, dan distribusi, hingga tahap penggunaan oleh
konsumen. Tujuan analisis bahaya adalah untuk mengenali bahaya-bahaya apa
saja yang mungkin terjadi dalam suatu proses pengolahan sejak awal hingga
ke tangan konsumen.
Analisis bahaya terdiri dari tiga tahap yaitu, identifikasi bahaya, penetapan
tindakan pencegahan (preventive measure), dan penentuan kategori resiko atau
signifikansi suatu bahaya. Dengan demikian, perlu dipersiapkan daftar bahan
mentah dan ingridient yang digunakan dalam proses, diagram alir proses yang
telah diverifikasi, serta deskripsi dan penggunaan produk yang mencakup
kelompok konsumen beserta cara konsumsinya, cara penyimpanan, dan lain
sebagainya.
1) Bahaya (hazard) adalah suatu kemungkinan terjadinya masalah atau resiko
secara fisik, kimia dan biologi dalam suatu produk pangan yang dapat
menyebabkan gangguan kesehatan pada manusia. Bahaya-bahaya tersebut
dapat dikategorikan ke dalam enam kategori bahaya, yaitu bahaya A sampai F.
Tabel 2. Jenis-Jenis Bahaya
Tabel 3. Jenis-Jenis Bahaya
Tabel 4. Karakteristik Bahaya
Dalam GMP terdapat beberapa aspek yang diterapkan pada tempat pengeolahan
hasil ternak yaitu:
Sanitasi Standar Operasional Prosedur (SSOP) adalah suatau prosedur tertulis atau
tata cara yang digunakan industri untuk membantu mencapai tujuan atau sasaran
keseluruhan yang diharapkan GMP dalam memproduksi dengan cara bermutu
tinggi, aman, dan tertib.
Tujuan SPO Sanitasi adalah agar setiap karyawan teknis maupun administrasi
memahami :
6) masalah potensial yang timbul jika sanitasi dan higiene tidak dijalankan.
SOP (Standard Operational Procedure)
Menurut Kasma (2012:7), tujuan dari adanya SOP adalah sebagai berikut:
2) Agar memahami suatu peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam organisasi
3) Untuk menentukan resiko atau peluang tentang terjadinya suatu bahaya, maka
dapat dilakukan penetapan kategori resiko. Dari beberapa banyak bahaya yang
dimiliki oleh suatu bahan baku, maka dapat diterapkan kategori resiko I sampai
VI (Tabel 4).
Kategori resiko pada produk Sosis SOSTEL (Sosis Wortel) yaitu Ketegori Resiko
III yaitu jenis bahan mengandung tiga bahaya dari B sampai F. Jenis bahaya yaitu:
CCP atau Titik Kendali Kritis didefinisikan sebagai suatu titik, langkah atau
prosedur dimana pengendalian dapat diterapkan dan bahaya keamanan pangan
dapat dicegah, dihilangkan atau diturunkan sampai ke batas yang dapat diterima.
Pada setiap bahaya yang telah diidentifikasi dalam proses sebelumnya, maka
dapat ditentukan satu atau beberapa CCP dimana suatu bahaya dapat
dikendalikan.
4. Peracikan/persiapan bahan. Pada tahap ini sering terjadi cemaran fisik baik
dari pekerja maupun dari lingkungan. Penambahan zat-zat kimia berbahaya
atau tidak sesuai takaran oleh produsen yang bisa membahayakan konsumen.
8. Anjuran kondisi penyimpanan produk jadi. Produk harus disimpan pada suhu
ruangan yang tepat untuk menghindari pertumbuhan kapang atau mikroba
lainnya.
PROSEDUR HACCP PRODUK KEJU MOZARELLA (VENOM CHEESE)
Oleh
JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019