ULKUS PEPTIKUM
OLEH:
DEBBY SANDERS
2018-84-095
PEMBIMBING:
dr. Helfi Nikijuluw, Sp.B-KBD
AMBON
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat dengan
judul “Ulkus Peptikum”. Referat ini disusun sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan tugas kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Bedah RSUD dr. M.
Haulussy.
Penyusunan referat ini dapat diselesaikan dengan baik karena adanya
bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada dr. Helfi
Nikijuluw, Sp.B-KBD selaku pembimbing yang telah bersedia meluangkan
waktu, pikiran, dan tenaga untuk membantu penulis dalam menyelesaikan
referat ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan referat ini masih belum
sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun dari
berbagai pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan penulisan referat ini ke
depannya. Semoga referat ini dapat memberikan manfaat ilmiah bagi semua
pihak yang membutuhkan.
Penulis
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Embriologi
4
Gambar 1. Embriologi gaster 2
5
B. Anatomi lambung
Secara kasar lambung berbentuk seperti huruf J dan mempunyai dua lubang
(ostium cardiacum dan ostium pyloricum) dan dua curvatuta (curvatura major
dan curvature minor), serta dua permukaan (facies anterior dan facies
posterior).2 Gaster dibagi dalam bagian-bagian berikut:
Fundus: berbentuk kubah menonjol ke atas, dan terletak di sebelah kiri
ostium cardiacum. Biasanya fundus penuh dengan udara.
Corpus: terbentang dari ostium cardiacum sampai incisura angularis
(lekukan yang selalu ada pada bagian bawah curvature minor).
Antrum pyloricum: terbentang dari incisura angularis sampai pylorus
Pylorus: merupakan bagian lambung yang berbentuk paling tubular. Dinding
ototnya yang tebal membentuk sphincter pyloricus, dan rongga pylorus
dinamakan canalis pyloricus
6
Gambar 2. Anatomi lambung2
7
Berdasarkan faalnya, lambung dibagi dalam dua bagian. Tiga per empat
bagian proksimalnya terdiri atas fundus dan korpus yang berfungsi sebagai
penampung makanan serta tempat produksi asam lambung dan pepsin.
Seperempat distal lambung yaitu antrum bekerja mencampur makanan dan
mendorongnya ke duodenum serta memproduksi gastrin. Fundus berdinding
tipis, sedangkan korpus, apalagi antrum, memiliki dinding yang tebal dengan
lapisan otot yang kuat.
Perdarahan
Arteri
Ciri yang cukup menonjol pada anatomi lambung adalah peredaran darahya
yang sangat kaya yang berada di kurvatura mayor dan minor serta didalam
dinding lambung.2 Arteri gastrica dextra dan sinistra mendarahi kurvatura
minor. Arteri gastroepiploika detra dan sinister mendarahi curvature major.
Arteri gastrica breves berasa dari lienalis mendarahi fundus.
8
Dibelakang dan tepi medial duodenum juga terdapat arteri besar, yakni
arteri. gastroduodenalis. Perdarahan hebat dapat terjadi akibat erosi dinding
arteri tersebut pada tukak peptik lambung dan duodenum.1
Vena
Vena-vena lambung dan duodenum mengalirkan darah ke dalam sirkulasi
vena portal. Vena gastrica dextra dan sinistra bermuara ke vena porta. Vena
gastrica brevis dan vena gastroepiploica sinistra bermuara ke dalam vena
liena1is, dan vena gastroepiploica dextra bermuara ke dalam vena
mesenterica superior.
Aliran limfe
Pembuluh-pembuluh limfe mengikuti perjalanan arteri menuju ke nodi
gastrici sinistri dan dextri, nodi gastroepiploici sinistra dan dextra, serta nodi
gastrici breves. Semua cairan limfe dari gaster mendarahi fundus. Akhirnya
berjalan ke nodi coeliaci.
Persarafan
Persarafan serabut simpatik berasal dari plexus coeliacus, dan serabut
parasimpatik dari nervi vagus.
9
Gambar 4. Arteri-arteri yang mendarahi gaster.
Perhatikan bahwa semua arteri berasal dari cabang cabang truncus coeliacus.2
10
Gambar 6. Distribusi truncus vagalis anterior dan posterior di dalam abdomen.
Perhatikan bahwa ramus coeliacus trunci vagalis posterioris didistribusikan bersama dengan
saraf simpatik ke bawah sampai sejauh flexura colica sinistra.2
C. Fisiologi lambung
Selain turut berfungsi dalam pencernaan awal berkat kerja kimiawi asam
lambung dan pepsin, lambung terutama berfungsi seabgai penerima makanan
dan minuman yaitu oleh bagian fundus dan korpus lambung, serta sebagai
penghancur makanan, yang dikerjakan oleh bagian antrum.
a. Motilitas
11
Peristaltik terjadi bila lambung mengembang akibat adanya makanan dan
minuman. Kontraksi antrum yang kuat (dindingnya paling tebal) mencampur
makanan dengan enzim lambung kemudian mengosongkannya ke duodenum
secara bertahap. Daging tanpa lemak, nasi, dan sayuran meninggalkan lambung
dalam 3 jam, sedangkan makanan yang tinggi lemak dapat bertahan dilambung
selama 6-12 jam.
b. Cairan lambung
Fase sefalik
Rangsangan yang timbul akibat melihat, menghirup, merasakan, bahkan
berpikir tentang makanan akan meningkatkan produksi asam lambung
melalui aktivias nervus vagus.
Fase gastrik
Distensi lambung akibat adanya makanan atau zat kimia, seperti kalsium,
asam amino, dan peptide dalam makanan akan merangsang produksi gastrin,
reflex vagus, dan reflex kolinergik intramural. Semua itu akan merangsang
sel parietal untuk memproduksi asam lambung.
Fase intestinal
Hormon entero-oksitin merangsang produksi asam lambung setelah makanan
sampai di usus halus. Seperti halnya proses sekresi dalam tubuh, cairan
lambung bertindak sebagai penghambat sekresinya sendiri berdasrkan
12
prinsip umpan balik. Keasaman yang tinggi pada daerah antrum akan
menghambat produksi gastrin oleh sel G sehingga sekresi fase gastrik akan
berkurang. Pada pH dibawah 2,5 produksi gastrin mulai dihambat. (Gbr 6)
D. Anatomi duodenum
13
Bagian-bagian duodenum
Duodenum terletak pada region epigastrica dan umbilicalis dan untuk deskripsi
dibagi menjadi empat bagian.
14
Pars Horizontal Duodenum. Pars duodenum panjangnya 3 inci (8 cm/0 dan
berjalan horizontal ke kiri pada planum subcostales, berjalan di depan columna
vertebralis dan mengikuti pinggir bawah caput pancreatic.
15
Perdarahan
Aliran limfe
Persarafan
Saraf-saraf berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (vagus) dari plexus
coeliacus dan plexus coeliacus dan plexus mesentericus superior.
16
dispepsia, yang dilakukan pada beberapa kota besar di Indonesia, menunjukkan
ulkus peptikum, yakni ulkus gaster dan duodenum, masuk dalam 5 besar
penyebab dispepsia.3
A. Ulkus duodenum
Insidens
Tukak duodenum dapat diderita oleh semua golongan umur, tetapi paling
banyak pada usia muda dan usia pertengahan (30-50 tahun). Lelaki lebih sering
menderita dibandingkan perempuan (7:1), kemungkinan disebabkan oleh faktor
stress yang lebih tinggi pada lelaki. Insidens kelainan ini di negara barat sangat
menurun pada dekade terakhir, sedangkan di Afrika jarang dilaporkan terjadi.
Di Amerika, insidens pada orang kulit hitam sebanding atau sedikit lebih tinggi
dibandingkan orang kulit putih. Terdapat predisposisi familial, tetapi
hubungannya belum jelas. Lebih banyak dijumpai pada orang dengan golongan
darah O serta golongan sosial ekonomi tinggi.1
17
Prinsipnya, tukak adalah kerusakan mukosa akibat ketidakseimbangan
antara faktor pertahanan mukosa dan faktor perusak asam lambung dan pepsin.
Keaadan menjadi lebih buruk dengan pemakaian nikotin, kopi, alkohol,
salisilat, NSAID, dan kortikosteroid. Penyebab pasti tidak diketahui, tetapi yang
berperan adalah hipersekresi asam lambung dna tidak efektifnya pertahanan
mukosa.1
Hipersekresi asam lambung terjadi karena kenaikan jumlah sel parietal atau
meningkatnya rangsangan sel parietal. Yang pertama dapat disebabkan oleh
faktor genetik, dan yang kedua oleh tekanan psikologis dan bisa juga oleh
obstruksi parsial pylorus yang menyebabkan pelepasan gastrin akibat distensi
antrum. Gastrin berpengaruh tropik terhadap sel parietal. Perangsangan sel
parietal oleh nervus vagus diakaitkan dengan stress tertentu. Selain itu,
rangsangan hormonal, histamine dan kalsium juga berperan.1,4
18
disebabkan oleh Helicobacter pylori dianggap berperan penting dalam
memudahkan terjadinya tukak. H.pylori ini juga diduga sebagai faktor etiologi
karsinoma lambung.1,9
19
Gambar 10. Ulkus Peptikum.7
Diagnosis
a. Anamnesis
20
pedih. Daur nyeri ini khas setiap harinya. Pasien tidak merasakan nyeri di pagi
hari tetapi meraskan nyeri satu atau beberapa jam setelah sarapan. Nyeri hilang
dengan makan siang dan kambuh lagi sore harinya. Nyeri timbul lagi pada
malam hari beberapa jam setelah makan malam atau pada waktu tidur.1
b. Pemeriksaan fisik
Biasanya tidak ada tanda lain kecuali nyeri tekan epigastrium yang terbatas
di sebelah kanan linea mediana.1
c. Pemeriksaan penunjang
• Pemeriksaan laboratorium
Beberapa kelainan hasil pemerikssaan laboratorium dapat
ditemukan pada tukak duodenum. Uji darah samar di tinja biasnya
positif bila terdapat perdarahan ringan. BAO dan MAO lebih tinggi dari
normal, dan gastrin serum, yang pada keadaan basal 50-100 pg/mL,
meningkat.1
• Radiologi
Dengan foro kontras ganda, ditemukan adanya kawah atau
deformitas duodenum akibat pengerutan tukak lama. Pembengkakan
maupun jaringan parut akan menyebabkan distorsi duodenum, pylorus
yang eksentris, atau pseudodivertikulum.
• Endoskopi
Gastrodudenoskopi sangat membantu diagnosis pada kasus yang
meragukan dan penting untuk evaluasi pengabatannya. Tukak sering
21
terlihat berada pada bagian pertama duodenum. Biopsi jaringan
sebaiknya dilakukan untuk memeriksa patologi anatomi dan H.pylori.
22
putih). Esophagogastroduodenoscopy menunjukkan 3.5-cm fibrosa bekuan
mengikis melalui mukosa lambung (Gambar B), dengan kompresi ekstrinsi
sepanjang dinding bagian anterior lambung antrum (Gambar C).6
B. Ulkus lambung
Etiologi dan patologi
23
Gambar 11. Patofisiologi Gastritis7
24
daerah antrum sisi kurvatura minor. Dugaan penyebab ulkus gaster juga dapat
diperkirakan dari lokasi ulkus menurut klasifisikasi Johnson yang
dimodifikasi.1,4
25
Gambaran klinis
Sekitar 75% penderita kelainan ini adalah laki-laki. Paling sering diderita
oleh orang yang berusia lanjut dengan puncak kejadian pada kelompok usia 40-
60 tahun.. Gejala bervariasi. Nyeri epigastrium bila ada, tidak berbatas jelas dan
timbul 30 menit sampai 3 jam setelah makan. Nyeri kadang hilang dengan
makan tetapi kadang justru tambah berat setelah makan. Hal ini jelas berbeda
dengan gambaran ulkus duodenum. Umumnya terdapat mual dan muntah
(meskipun tanpa obstruksi), dengan akibat penurunan berat badan.
Pemeriksaan
a. Esofagogastrodudenoskopi (EGD)
Ulkus terihat sebagai kawah dengan atau tanpa area berair aau
perdarahan di lokasi perifernya. Pada ulkus lambung, biopsi rutin
disarankan untk mengesampingkan keganasan.4
b. Pemeriksaaan barium oral
Pemeriksaan radiologi dengan kontras ganda dapat menemukan lebih
dari 90% kasus.1 Pada ulkus lambung terlihat sebagai niche pada
kurvatura minor akibat dari kawah ulkus dan sebagai taktik pada
kurvatura mayor akibat dari spasme lambung. Untuk mendeteksi
lambung berbentuk jam pasir (hour glas) dan obstruks jalan keluar
lambung.4
c. Biopsi
Biopsi dilakukan untuk memeriksa histologi tukak mengingat tukak
yang tampaknya jinak ternyata ganas pada sekitar 5% kasus. Paling
sedikit enam biopsi dilakukan pda tepi tukak.Bila terdapat tukak
multipel, setiap tukak harus dibiopsi. Sampel jaringan juga dikirim
untuk memeriksa H.pylori.1
26
A B
Gambar 13. Pemeriksaaan barium oral memperlihatkan. A. niche dan notch B. Dilatasi
lambuung dan gambaran dimakan ngengat karena barium bercampur dengan mukus.4
27
A. Ulkus lambung tipe I C. Ulkus lambung tipe III
B. Ulkus lambung tipe II
28
d. Tatalaksana
Ulkus duodenum
• Medikamentosa
29
mendukung terapi quadruple yang diperluas dari 10 hingga 14 hari tidak sekuat
itu, bagaimanapun, pedoman merekomendasikan durasi yang lebih lama dari
terapi antibiotik, terutama di daerah yang diketahui memiliki resistensi tinggi
terhadap metronidazole. American College of Gastroenterology (ACG) juga
menerbitkan pedoman pada 2017 tentang diagnosis dan pengobatan infeksi H.
pylori. pedoman merekomendasikan terapi triple klaritromisin dengan PPI,
klaritromisin, dan amoksisilin atau metronidazol selama 14 hari di daerah
dengan resistensi klaritromisin rendah (<15%) dan pada pasien yang tidak
memiliki riwayat pajanan makrolide sebelumnya. Pedoman lebih lanjut
menyarankan terapi bismut quadruple (PPI, bismuth, tetrasiklin, dan
nitroimidazole) selama 10-14 hari sebagai pilihan pengobatan lini pertama
tambahan, terutama di antara pasien dengan paparan makrolida sebelumnya.
atau mereka yang alergi terhadap penisilin.10
30
• Pembedahan
Indikasi bedah pada tukak duodenum adalah tukak yang membandel, dan
komplikasi, perforasi, obstruksi, dan perdarahan yang tidak bisa diatasi secara
non-operatif (obat, endoskopik atau embolisasi angiografik).1
31
Gambar 14. Operasi penyaliran setelah vagotomi trunkal atau
vagotomi total untuk mencegah retensi.
A. Pilorotomi dan piloroplasti Heineke-Mikulicz ;
B. M.sfingter piorus dipotong memanjang (dari 1-2, kemudian dijahit
kembali melintang (1 dengan 2) sehingga 3 dan 4 berjauhan.
C. Gasroyeyenostomi juga menjamin pengosongan lambung setelah
vagotmi
Prosedur :
32
inkompetensi dan terbuka lebar. Gastritis refluks empedu dan diare
merupakan masalah utama setelah piloroplasti.
• Piloroplasti Finney merupakan prosedur lainnya dimana tipe insisi U
terbalik dibuat mengenai lambung distal dan duodenum serta stoma
gastroduodenum dibentuk. Jenis piloroplasti diindikasikan bilamana
duodenum dilakukan dilatasi.4
Gambar 15. GJ posterior (Mayo) dengan vagotomi motilitas lambung hilang stelah
vagotomi, sehingga diperluka prosedur.4
33
Gambar 17. Piloplasti Finney.4
Reseksi parsial meliputi pilorum dan antrum, dan bila perlu (sebagian)
korpus lambung. Reseksi gastrin akan menurunkan produksi gastrin sehingga
produksi asam lambung akan turun. Biasanya dilakukan rekonstruksi Biilroth II
karena radang dan deformitas di duodenum tidak memungkinkan anastomosis
Billroth I.1
Gambar 18. Vagotomi dengan denervasi sel parietal (highly selective vagotomi).1
Cabang vagus ke fundus dan korpus (daerah sel parietal) dipotong untuk menurunkan sekresi
asam lambung. Persarafan antrum dan pylorus utuh sehingga pengosonan lambung terejamin.
34
Gambar 19. Rekonstruksi setelah gastrektomi parsial.1
A. Secara Billrorth I : gastroduodenostomi ; B. Secara Billrorth II : gastroyeyenostomi
Esophagus (2) sisa gaster), (3) duodenum.
A B
35
Dalam operasi ini tidak dipotong pada trunkus. Baik vagus anterior
maupun posterior didentifikasi, diisolasi dan dipersaravi. Cabang-cabangnya
yang berjalan ke kurvatura minor diisolasi. Cabang-cabang ini adalah nervus
gastrika mayor anterior dan posterior dari latarjet. Cabang-cabang nervus
Ltarjet yang menginervasi masssa sel parietal dipotong. Dengan demikian
tindakan ini dikenal sebagai vagotomi sel parietal. Serabut terminal saraf Latrjet
yang menginervasi pylorus dipreservasi.
Gambar 21. Vagotomi selektif tinggi crow foot pylorus dipreservasi sehingga diperlukan
prosedur drainase.4
Keuntungan HSV :
36
Kerugian HSV :
- HSV merupakan prosedur untuk ulkus pra oilorik karena prosedur ini
mempunyai angka kekambuhan yang tinggi.
- Merupakan prosedur yang rumit memerlukan ahli bedah yang
berpengalaman
- Angka kekambuhan 10-15%
Ulkus lambung
• Medikamentosa
• Pembedahan
37
Laporoskopi
• Akut
- Perforasi
- Perdarahan berupa manisfestasi yaitu hematemesis/dan atau melena
38
Perforasi
Pada awal perforasi belum ada infeksi bakteri, fase ini disebut fase
peritonitis kiimia. Nyeri pada bau menunjukan adanya rangsangan pada
peritoneum di bagian bawah diafragma. Pegenceran zat asam dibawah rongga
peritoneum untuk sementara akan mengurangi keluhan sampai kemudian terjadi
peritonitis bacterial.1
39
Rangsangan peritoneum menimbulan nyeri tekan dan defans muscular.
Pekak hati bisa hilang akibat adanya udara bebas dibawah diafragma. Peristaltic
usus menurun sampai hilang akat kelumpuhan usus sementara. Bila telah erjadi
peritonitis bacterial, suhu badan akan naik, terjadi takikardia dan hipotensi dan
pasien tampak letargi karena syok toksik. Rangsangan peritoneum
menimbulkan nyeri pada setiap gerakan yang menyebabkan pergeseran antar
peritoneum. Nyeri subjektif dirasa sewaktu penderia bergerak, berjalan,
bernafas, menggerakan badan, batuk dan mengejan. Nyeri obstruktif berupa
nyeri ketika peritoneum digerakan, seerti palpasi, nyeri lepas, colok dubur, tes
psoas, dan tes obturator.1
40
Tabel 4. Perforasi lambung-duodenum.1
Perdarahan
41
perlu dipertimbangkan pemeriksaan dengan radionuklid atau angiografi yang
sekaligus bisa digunakan untuk menghentikan perdarahan. Adapun hasil
tindakan endoskopi atau angiografi sangat tergantung tingkat keahlian,
keterampilan, dan pengalaman operator pelaksana.3,8
Tujuan pemeriksaan endoskopi selain menemukan penyebab serta asal
perdarahan, juga untuk menentukan aktivitas perdarahan. Forest membuat
klasifikasi perdarahan tukak peptik atas dasar temuan endoskopi yang
bermanfaat untuk menentukan tindakan selanjutnya. Klasifikasi Forrest
digunakan untuk mengklasifikasi temuan selama evaluasi endoskopik,
digambarkan sebagai berikut:3
Gambar 24. Stigmata endoskopik perdarahan ulkus peptikum baru. A, perdarahan aktif menyemprot. B,
perdarahan merembes. C, pembuluh darah visible dengan bekuan sekeliling.
D, bekuan aheren. E, bintik pigmentasi dasar. F, ulkus berdasar bersih. 3
42
Tatalaksana pasien dengan perdarahan saluran cerna :
Terapi endoskopi ditujukan pada perdarahan tukak yang masih aktif
atau tukak dengan pembuluh darah yang tampak. Pada PUP, pasien dengan
perdarahan aktif atau pembuluh darah visibel tanpa perdarahan pada area ulkus
mempunyai risiko perdarahan ulang tertinggi, sehingga membutuhkan terapi
hemostatik endoskopik segera. Pasien dengan stigmata risiko rendah (ulkus
dasar bersih atau bintik pigmentasi pada area ulkus) tidak membutuhkan terapi
endoskopik. Pasien dengan ulkus dengan dasar bersih diberi diet lunak dan
dipulangkan setelah endoskopi dengan syarat hemodinamik stabil, hemoglobin
cukup dan stabil, tidak ada masalah kesehatan lain. Pada pasien dengan
perdarahan ulkus yang aktif, terapi hemostasis sebaiknya dalam bentuk
kombinasi (epinefrin ditambah modalitas lain seperti penempatan klim
hemostatik, termokoagulasi, dan elektrokoagulasi). Injeksi epinefrin tidak
dianjurkan diberikan sebagai terapi tunggal. Injeksi Penggunaan klip
direkomendasikan karena dapat menurunkan kejadian perdarahan ulang.3
Pasien dengan stigmata secara endoskopi risiko tinggi (perdarahan aktif,
pembuluh darah yang terlihat, bekuan – bekuan (klasifikasi Forrest) umumnya
dirawat inap selama 3 hari bila tidak ada perdarahan ulang dan tidak ada
indikasi lain untuk rawat inap. Pasien boleh diberi diet cair segera setelah
endoskopi kemudian diganti secara bertahap.3
43
Gambar 25. Pilihan tatalaksana endoskopik dan PPI intravena untuk pasien dengan
PSCBA terkait ulkus peptikum. PPI = proton pump inhibitor.
*Jika fasilitas terapi endoskopik optimal3
44
Penetrasi tukak
Tidak ada tanda spesifik pada penetrasi tukak atautumor ke organ lain,
tetapi keluhan penderita bertambah. Rasa nyeri epigastrium akan meningkat dan
dirasakan juga di nyeri punggung pada penetrasi ke pankreas. Penetrasi tukak
duodenum ke hati akan menyebabkan perlengketan dengan organ tersebut
sehingga tidak terjadi perforasi bebas. Pada penetrasi ke pankreas, rongga perut
tidak terlibat karena hubungan kedua oragan terletak retroperitoneum.1
Gamabr 26. A. Penetrasi dan perlengketan tukak peptik ke oragan lain. Radang di permukaan
luar duodenum tempat terdapatnya tukak mengakiabtkan perlengketan setempat antara hati dan
duodenum. Penetrasi tukak peptic ke hati tanpa perforasi bebas karena adanya perlengketan
antara kedua alat. Pnetrasi tukak peptic ke pankreas juga sering terjadi.1
Pencegahan
Penggunaan NSAID
Penggunaan NSAID meningkatkan risiko perdarahan ulang pada pasien
dengan penyakit ulkus peptikum sebelumnya. ACG 2012 pedoman tentang
pengelolaan pasien dengan perdarahan ulkus menyarankan penilaian hati-
hati dari kebutuhan untuk penggunaan NSAID yang sedang berlangsung
pada pasien dengan riwayat ulkus peptikum. NSAID dihentikan permanen
jika memungkinkan.10
Jika pasien tidak mampu menghentikan NSAID, dianjurkan bahwa
siklooksigenase (COX)-2 selektif NSAID digunakan pada dosis efektif
terendah. Risiko perdarahan ulang menurun dengan penggunaan NSAID
45
selektif COX-2 dalam hubungannya dengan inhibitor pompa proton, dan ini
dianggap akibat penurunan efek COX-1 pada mukosa gastrointestinal.10
Penggunaan aspirin
Aspirin juga secara signifikan berhubungan dengan penyakit ulkus
peptikum dan perdarahan. Dalam satu studi, risiko relatif perdarahan dengan
aspirin dosis rendah adalah 1,80 (95% kepercayaan diri interval 1,59-2,03)
dibandingkan dengan plasebo. Namun, pada pasien yang meminum aspirin
untuk pencegahan sekunder penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular,
ada signifikan penurunan angka kematian bagi mereka yang me-restart
aspirin segera setelah keluar rumah sakit. Satu studi menemukan
peningkatan signifikan dalam risiko kematian dan kejadian kardiovaskular
dalam 6 bulan pertama pada pasien dengan komorbiditas kardiovaskuler
yang dihentikan aspirin setelah rawat inap untuk perdarahan ulkus peptikum,
dibandingkan dengan mereka yang reinitiated aspirin di RS (31% vs 8%).
Sebuah uji coba terkontrol acak 2011 menemukan bahwa di antara pasien
yang memakai dosis rendah aspirin yang menjalani terapi hemostatik
endoskopi untuk penyakit ulkus peptikum perdarahan, terapi aspirin terus
menerus dapat meningkatkan risiko penyakit ulkus peptikum berulang
perdarahan tetapi berpotensi dapat mengurangi tingkat kematian.10
Untuk alasan ini, pedoman ACG menyarankan bahwa aspirin restart
sesegera mungkin pada pasien yang meminum aspirin untuk pencegahan
sekunder. Idealnya, aspirin harus direstart dalam waktu 1-3 hari, dan paling
lambat 7 hari, pada pasien ini 43,61 terapi aspirin harus diberikan bersamaan
dengan PPI. Dalam kebanyakan kasus, aspirin diambil untuk pencegahan
primer tidak boleh dilanjutkan kecuali jelas ditunjukkan, dan kebutuhan
yang sedang berlangsung harus dinilai berdasarkan kasus per kasus. 10
46
DAFTAR PUSTAKA
47
12. Scally B, Emberson JR, Spata E, Reith C, Davies K, Halls H, et al. Effects
of gastroprotectant drugs for the prevention and treatment of peptic ulcer
disease and its complications: a meta-analysis of randomised trials. Lancet
gastroenterol Hepatol. 2018
48