Referat Tika Fix
Referat Tika Fix
PENDAHULUAN
1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Otak adalah organ manusia yang kompleks. Setiap area dari otak
mempunyai fungsi khusus. Otak merupakan organ tubuh yang ikut berpartisipasi
pada semua kegiatan tubuh. Otak manusia terdiri dari serebrum, serebelum, dan
batang otak. Serebrum terdiri atas hemisfer kanan dan kiri yang dipisahkan oleh
falks serebri (lipatan duramater yang berada di inferior sinus sagitalis superior).
Hemisfer otak yang mengandung pusat bicara sering disebut sebagai hemisfer
dominan.6
Lobus frontalis berkaitan dengan fungsi emosi, fungsi motorik dan pada sisi
dominan mengandung pusat ekspresi bicara (area bicara motorik). Lobus parietalis
berhubungan dengan orientasi ruang dan fungsi sensorik. Lobus temporalis
mengatur fungsi memori tertentu. Lobus occipitalis berukuran lebih kecil dan
berfungsi dalam penglihatan. Batang otak terdiri dari mesensefalon, pons dan
4
medula oblongata. Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem aktivasi
retikulasi yang berfungsi dalam kesadaran dan kewaspadaan. Pada medula
oblongata berada pusat vital kardiorespiratorik yang terus memanjang sampai
medula spinalis di bawahnya. Serebellum bertanggung jawab dalam fungsi
koordinasi dan keseimbangan terletak dalam fosa posterior, berhubungan dengan
medula spinalis batang otak dan kedua hemisfer serebri.6
Otak membutuhkan banyak oksigen. Berat otak hanya 2,5% dari berat badan
seluruhnya, namun oksigen yang dibutuhkan hampir mencapai 20% dari
kebutuhan badan seluruhnya. Oksigen ini diperoleh dari darah. Pada keadaan
normal, darah yang mengalir ke otak/Cerebro Blood Flow (CBF) adalah 50-60
ml/100 g otak/menit.6
Suplai darah ke otak melalui dua pasang arteri, yaitu arteri vertebralis
(kanan dan kiri) dan arteri karotis interna (kanan dan kiri). Arteri vertebralis
menyuplai darah ke area belakang dan area bawah dari otak, sampai di tempurung
kepala dan arteri karotis interna menyuplai darah ke area depan dan area atas otak.
Cabang-cabang dari arteri vertebralis dan arteri karotis interna bersatu membentuk
Sirkulus Willisi.6
5
2.2.2 Epidemiologi
Stroke menduduki urutan ketiga sebagai penyebab utama kematian
setelah penyakit jantung koroner dan kanker di negara-negara berkembang.
Negara berkembang juga menyumbang 85,5% dari total kematian akibat
stroke di seluruh dunia. Dua pertiga penderita stroke terjadi di negara yang
sedang berkembang. Terdapat sekitar 13 juta korban stroke baru setiap tahun,
dimana sekitar 4,4 juta diantaranya meninggal dalam 12 bulan6
6
2.2.3 Etiologi
a. Aneurisma
Aneurisma didefinisikan sebagai suatu pelebaran atau dilatasi
dari pembuluh darah. Bentuk yang paling sering dari aneurisma
intrakranial adalah aneurisma arterial sakuler yang merupakan
proses degeneratif progresif yang mengenai dinding arteri. Pada
stroke yang disebabkan oleh perdarahan subarachnoid dan
intraserebral biasanya timbul karena pecahnya mikroaneurisma
(Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna.7
b. Malformasi arteriovenosa
Malformasi arteriovenosa adalah suatu lesi pada pembuluh
darah dimana terbentuk suatu nidus abnormal yang menyebabkan
terjadinya shunting patologis pada aliran darah dari arteri ke vena
tanpa melalui kapiler. Nidus sering diketahui sebagai benda asing
pada parenkhim serebral dan terkadang membentuk lesi berukuran
besar yang menempati lobus otak. Malformasi arteriovenosa pada
otak merupakan suatu konglomerasi dari arteri dan vena yang
berdilatasi didalam parenkhim otak, dimana kehilangan organisasi
vaskuler yang normal level subarteriolar dan kerusakan dari kapiler
bed sebagai hasil dari shunting abnormal arteri ke vena tanpa melalui
kapiler. Malformasi arteriovenosa dapat terjadi dimana saja di
7
2.2.4 Patofisiologi
Perdarahan intraserebral terjadi dalam 3 fase, yaitu fase initial
hemorrhage, hematoma expansion dan peri-hematoma edema. Fase initial
hemmorhage terjadi akibat rupturnya arteri serebral. hipertensi kronis, akan
menyebabkan perubahan patologi dari dinding pembuluh darah. Perubahan
patologis dari dinding pembuluh darah tersebut dapat berupa hipohialinosis,
nekrosis fibrin serta timbulnya aneurisma tipe Bouchard. Kenaikan tekanan
darah dalam jumlah yang mencolok dan meningkatnya denyut jantung,
dapat menginduksi pecahnya aneurisma, sehingga dapat terjadi perdarahan.
Perdarahan ini akan menjadi awal dari timbulnya gejala-gejala klinis (fase
hematoma expansion). Pada fase hematoma expansion, gejala-gejala klinis
mulai timbul seperti peningkatan tekanan intracranial. Meningkatnya
tekanan intracranial akan mengganggu integritas jaringan-jaringan otak dan
blood brain-barrier. Perdarahan intraserebral lama kelamaan akan
menyebabkan terjadinya inflamasi sekunder dan terbentuknya edema serebri
(fase peri-hematoma edema). Pada fase ini defisit neurologis, yang mulai
tampak pada fase hematoma expansion, akan terus berkembang. Kerusakan
pada parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif banyak akan
mengakibatkan peninggian tekanan intracranial dan menyebabkan
menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase otak. Elemen-
elemen vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat
menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan neuron-neuron di daerah yang
terkena darah dan sekitarnya menjadi lebih tertekan dan defisit neurologis
pun akan semakin berkembang.9
Ukuran perdarahan akan berperan penting dalam menentukan
prognosis. Perdarahan yang kecil ukurannya akan menyebabkan massa
darah menerobos atau menyela di antara selaput akson massa putih
“dissecan splitting” tanpa merusaknya. Dalam keadaan ini, absorpsi darah
8
2.2.5 Klasifikasi
Berdasarkan manifestasi gambaran CT Scan, stroke dibedakan menjadi tiga
tahap utama, yaitu:10
1. Akut (kurang dari 24 jam)
Stroke akut memperlihatkan adanya edema sitotoksik, dan
perubahannya bisa halus tetapi penting. Stroke akut juga disebut
"perubahan iskemik dini" dan sebelumnya disebut "hiper-akut". Ini
adalah edema intraseluler dan menyebabkan hilangnya materi abu-
abu normal/antarmuka materi putih (diferensiasi) dan penurunan
sulci kortikal.
2. Subakut (24 jam hingga 5 hari)
Stroke subakut memperlihatkan edema vasogenik, dengan efek
massa yang lebih besar, hipoattenuasi, dan margin yang jelas. Efek
massa dan risiko herniasi paling besar pada tahap ini.
3. Kronis (> 1 minggu)
Stroke kronis memperlihatkan kehilangan jaringan otak dan
hypoattenuating.
2.2.6 Diagnosis
a. Anamnesis
Pada anamnesa akan ditemukan kelumpuhan anggota gerak,
mulut mengot atau bicara pelo yang terjadi secara tiba-tiba pada saat
9
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pasien stroke perlu dilakukan pemeriksaan fisik neurologi
meliputi tanda vital, pemeriksaan umum meliputi kepala, jantung,
paru, abdomen, dan ekstremitas. Pada pemeriksaan neurologis
terutama pemeriksaan saraf kranialis, rangsang selaput otak, sistem
motorik, sikap dan cara jalan, refleks koordinasi, sensorik, dan
fungsi kognitif. Hipertensi (tekanan darah sistolik di atas 220
mmHg) biasanya ditemukan pada stroke hemoragik. Tekanan darah
awal yang tinggi berhubungan dengan kerusakan neurologis dini.11,12
Onset akut defisit neurologis, perubahan kesadaran atau status
mental lebih sering ditemukan pada stroke hemoragik. Hal ini
disebabkan karena peningkatan tekanan intrakranial. Meningismus
dapat juga terjadi karena darah pada ruang subarachnoid. Defisit
neurologis yang terjadi tergantung daerah otak yang terlibat.12
Apabila perdarahan terjadi pada serebellum, pasien berisiko
tinggi terjadi herniasi dan kompresi batang otak. Herniasi akan
menyebabkan penurunan kesadaran yang cepat dan mengakibatkan
apnea dan kematian. Tanda lain dari perdarahan pada serebelum atau
batang otak dapat berupa ataxia, vertigo atau tinitus, mual dan
muntah, hemiparesis atau quadriparesis, kehilangan fungsi sensorik
sebagian tubuh atau keempat ekstremitas, gangguan sensorik pada
separuh tubuh atau keempat ekstremitas, kelemahan orofaringeal
atau disfagia, crossed signs (wajah ipsilateral dan badan
kontralateral).12
10
c. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dianjurkan adalah darah
lengkap, elektrolit, kadar ureum, kadar kreatinin, dan glukosa. Kadar
kreatinin yang tinggi berhubungan dengan adanya ekspansi
hematom. Kadar glukosa yang tinggi juga menunjukkan adanya
ekspansi hematoma dan prognosis yang lebih buruk.13
d. Pemeriksaan Radiologi
Untuk membedakan perdarahan atau iskemik dan penyebab
gangguan neurologis yang lain, pemeriksaan neuroimaging stroke
yang merupakan gold standard adalah CT-Scan atau MRI. Pada
stroke karena infark, gambaran CT scannya secara umum adalah
didapatkan gambaran hipodens sedangkan pada stroke perdarahan
menunjukkan gambaran hiperdens.
11
BAB III
PEMBAHASAN
Gambar 7. Potongan Axial VII (a: bola mata / occular bulb, b: nervus optic
kanan, c: optic chiasma, d: lobus temporal, e: otak tengah, f: cerebellum, g:
lobus oksipitalis, h: air cell mastoid, i: sinus ethmoid dan atau sinus sphenoid)
14
Jaringan pada kepala yang terdapat dalam setiap unit pencitraan akan
mengabsorbsi sinar X yang melewatinya dalam proporsi tertentu yang disebut
dengan atenuasi. Koefisien atenuasi berkisar antara -1000 HU (udara) sampai
+1000 HU (tulang). Adapun nilai rata-rata HU pada beberapa jaringan dalam
kepala tersaji dalam tabel berikut. Pada CT Scan kepala non kontras, white
matter bernilai 39 HU (deviasi ± 2 HU) dan gray matter bernilai 32 HU
(deviasi ± 2 HU).
Tabel 1. Nilai rata-rata HU
(AxBxC)÷2
Keterangan:
A = diameter terbesar hematoma
B = diameter tegak lurus terhadap A
16
BAB IV
KESIMPULAN
Stroke adalah manifestasi klinis dari gangguan fungsi serebri fokal atau
global yang berkembang dengan cepat atau tiba-tiba, berlangsung lebih dari 24
jam atau berakhir dengan kematian, dengan tidak tampaknya penyebab lain selain
penyebab vaskular.
Stroke terjadi ketika jaringan otak terganggu karena berkurangnya aliran
darah atau oksigen ke sel-sel otak. Terdapat dua jenis stroke yaitu iskemik stroke
dan hemoragik. Stroke iskemik terjadi karena adanya sumbatan sehingga
berkurangnya aliran darah sedangkan stroke yang terjadi karena perdarahan ke
dalam atau sekitar otak disebut stroke hemoragik.
CT Scan merupakan pemeriksan baku emas pada kasus stroke. Tujuan
utamanya adalah untuk membedakan antara stroke hemmoragik dan stroke
iskemik, serta menentukan lokasi lesi. Pada stroke hemmoragik, lokasi lesi
terbagis atas intracranial hemmorage (ICH) dan subarachnoid hemmorage
(SAH).
ICH maupun SAH akan memberikan gambaran berupa lesi hiperdens. Lesi
akut dan kronik dapat diketahui dengan penilaian densitas lesi dengan HU. Pada
lesi hiperakut, densitas lesi akan berkisar antara 40-60 HU. Setelah hematoma
berlangsung dalam hitungan jam ke hari, maka densitas lesi akan naik menjadi 60-
80 HU. Ketika lesi makin berkembang dan menimbulkan edema perifokal,
densitas akan naik menjadi 80-100 HU.
Pada ICH lesi hiperdens berbentu oval/bulat yang terdapat dalam parenkim
otak, sedangkan pada SAH lesi akan tampak sebagai pita hiperdens berlekuk yang
mengisi ruang subarachnoid yang terdapat pada sulci dan siterna.
20
DAFTAR PUSTAKA
13. Sacco RL, Kasner SE, Broderick JP, Caplan LR, Connors JJ, Culebras A,
et al. An Updated Definition of Stroke for the 21st Century: A Statement
for Healthcare Professionals From the American Heart
Association/American Stroke Association. Stroke, 2003, 2064-2089.