Case Saraf Stroke Non Hemmoragik
Case Saraf Stroke Non Hemmoragik
1.1. IDENTIFIKASI
Nama : Ny. R
Tgl. Lahir/Usia : 12 Juni 1965/54 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pembangunan I Ds. Bangun Jaya, Kecamatan
Tanjung Batu, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan
MRS : 9 Oktober 2019
No. RM : 58.16.69
1
2
bercak merah dikulit yang tidak gatal. Penderita tidak pernah mengalami koreng
dikemaluan yang tidak gatal, tidak nyeri dan sembuh sendiri. Penderita tidak
pernah mengalami nyeri tulang panjang. Penderita tidak pernah mengalami
keguguran pada usia kehamilan lebih dari 16 minggu.
Penyakit seperti ini diderita untuk ketiga kalinya. Pertama kali terjadi
kelemahan pada tungkai dan lengan kanan kurang lebih 4 tahun yang lalu.
Penderita masih dapat berjalan dan berbicara secara normal. Kedua kali terjadi
kelemahan pada tungkai dan lengan kiri kurang lebih 2 tahun yang lalu. Penderita
masih dapat berjalan dan berbicara secara normal. Serangan yang ketiga kali
sekarang.
Status Psikiatrikus
Sikap : Tidak kooperatif Ekspresi Muka : Datar
Perhatian : Tidak ada Kontak Psikis : Tidak ada
Status Neurologikus
A. Kepala
Bentuk : Brachiocephali
3
Ukuran : Normocephali
Simetris : Simetris
B. Leher
Sikap : Wajar Deformitas : Tidak ada
Torticolis : Tidak ada Tumor : Tidak ada
Kaku kuduk : Tidak ada Pembuluh darah : JVP 5+2 cmH20
C. Syaraf-syaraf otak
N. Olfaktorius Kanan Kiri
Penciuman : Belum dapat dinilai Belum dapat dinilai
Anosmia : Belum dapat dinilai Belum dapat dinilai
Hyposmia : Belum dapat dinilai Belum dapat dinilai
Parosmia : Belum dapat dinilai Belum dapat dinilai
Fundus Oculi
- Papil edema : Belum dapat dinilai Belum dapat dinilai
- Papil atrofi : Belum dapat dinilai Belum dapat dinilai
- Perdarahan retina : Belum dapat dinilai Belum dapat dinilai
N.Trigeminus
Kanan Kiri
Motorik
- Menggigit : Belum dapat dinilai Belum dapat dinilai
- Trismus : Belum dapat dinilai Belum dapat dinilai
- Refleks kornea : Belum dapat dinilai Belum dapat dinilai
Sensorik
- Dahi : Belum dapat dinilai Belum dapat dinilai
- Pipi : Belum dapat dinilai Belum dapat dinilai
- Dagu : Belum dapat dinilai Belum dapat dinilai
5
N. Hypoglossus
Menjulurkan lidah : Belum dapat dinilai
Fasikulasi : Belum dapat dinilai
Atrofi papil : Belum dapat dinilai
Disartria : Belum dapat dinilai
D. Columna Vertebralis
Kyphosis : Tidak ada
Scoliosis : Tidak ada
Lordosis : Tidak ada
Gibbus : Tidak ada
Deformitas : Tidak ada
Tumor : Tidak ada
Meningocele : Tidak ada
Hematoma : Tidak ada
Nyeri ketok : Tidak ada
- Bawah : Normal
- Tropik : Eutrofik
SENSORIK
Belum dapat dinilai
F. GAMBAR
Gerakan : Belum
Gerakan : Belum dapat dinilai
dapat dinilai Kekuatan : Belum
Kekuatan : Belum dapat dinilai
dapat dinilai Refleks fisiologis :
Refleks fisiologis : Hiperefleks
Hiperefleks
I. Gerakan Abnormal
Tremor : Tidak ada
Chorea : Tidak ada
Athetosis : Tidak ada
Ballismus : Tidak ada
Dystoni : Tidak ada
Myoclonic : Tidak ada
10
J. Fungsi Vegetatif
Miksi : Ada, terpasang kateter
Defekasi : Tidak ada
Ereksi : Tidak diperiksa
K. Fungsi Luhur
Afasia motorik : Ada
Afasia sensorik : Ada
Afasia nominal : Ada
Apraksia : Tidak ada
Agrafia : Tidak ada
Alexia : Tidak ada
Interpretasi:
Penurunan kesadaran (-), Nyeri kepala (-), Refleks babinski (+)
Infark serebri
Hitung jenis
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 2 % 1-3
Batang 0 % 2-6
Segmen 90 % 50-70
Limfosit 5 % 20-40
Monosit 3 % 2-8
tangan kanan. Penderita tidak dapat mengungkapkan isi pikirannya baik secara
secara lisan, tulisan maupun isyarat. Penderita tidak dapat mengerti isi pikiran
orang lain baik secara lisan, tulisan, maupun isyarat.
Pada saat serangan penderita mengalami jantung berdebar-debar disertai
sesak nafas. Sesak nafas sudah sering dirasakan sejak 4 tahun yang lalu. Penderita
rutin berobat ke dokter, rutin mengkonsumsi obat digoksin 2 x ½ tablet
(Fargoxin® 0,25 mg) dan furosemide 2 x ½ tablet sejak 2 tahun yang lalu.
Penderita tidak pernah mengeluh sakit kepala bagian belakang yang timbul pada
pagi hari dan berkurang pada malam hari. Penderita tidak pernah mengalami
bercak merah dikulit yang tidak gatal. Penderita tidak pernah mengalami koreng
dikemaluan yang tidak gatal, tidak nyeri dan sembuh sendiri. Penderita tidak
pernah mengalami nyeri tulang panjang. Penderita tidak pernah mengalami
keguguran pada usia kehamilan lebih dari 16 minggu.
Penyakit seperti ini diderita untuk ketiga kalinya. Pertama kali terjadi
kelemahan pada tungkai dan lengan kanan kurang lebih 4 tahun yang lalu.
Penderita masih dapat berjalan dan berbicara secara normal. Kedua kali terjadi
kelemahan pada tungkai dan lengan kiri kurang lebih 2 tahun yang lalu. Penderita
masih dapat berjalan dan berbicara secara normal. Serangan yang ketiga kali
sekarang.
Status Psikiatrikus
Sikap : Tidak kooperatif Ekspresi Muka : Datar
Perhatian : Tidak ada Kontak Psikis : Tidak ada
FUNGSI MOTORIK
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan : Belum dapat dinilai Belum dapat dinilai
Kekuatan : Belum dapat dinilai Belum dapat dinilai
Tonus : Hipertoni Eutoni
Refleks fisiologis
- Biceps : Hiperefleks Normal
- Triceps: Hiperefleks Normal
- Periost radius : Hiperefleks Normal
- Periost ulna : Hiperefleks Normal
Refleks patologis
- Hoffman Tromner : Negatif Negatif
Trofik : Eutofik Eutofik
V. PENGOBATAN
- IVFD RL gtt 15x/m
- Injeksi Citicolin 2x500 mg
- Injeksi Omeprazole 1 x 1 vial
- Injeksi Ceftriaxone 2 x 1 gram
- Aspilet 2 x 80 mg tablet
- Neurodex 1x1 tablet
- Digoksin 2 x ½ tablet
- Furosemide 2 x ½ tablet
VI. PROGNOSA
Quo ad Vitam : dubia ad malam
Quo ad Functionam : dubia ad malam
19
Fungsi Motorik
LENGAN Kanan Kiri
Gerakan: belum dapat dinilai
Kekuatan : belum dapat dinilai
Tonus : hipertoni eutoni
Refleks fisiologis
Biceps: hiperefleks normal
Triceps: hiperefleks normal
P. Radius: hiperefleks normal
P. Ulna: hiperefleks normal
Refleks patologis
Hoffman T : tidak ada tidak ada
Diagnosis Klinik :
Hemiparese dekstra tipe spastik +
Afasia global
Diagnosis Topik :
Suspect lesi di subkorteks hemisferium
serebri sinistra
Diagnosis Etiologi :
CVD Non Hemoragik ec emboli serebri
24
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Otak disuplai oleh dua arteri carotis interna dan dua arteri vertebralis.
Keempat arteri ini beranastomosis pada permukaan inferior otak dan membentuk
sirkulus Willisi. Circulus ini memungkinkan darah yang masuk melalui arteri
carotis interna dan arteri vertebralis untuk didistribusikan ke setiap bagian dari
kedua hemisperium cerebrii. Cabang – cabang cortical dan central dari circulus ini
mendarahi substansia otak.1
2.2 Stroke
2.1.1 Definisi
Stroke merupakan kerusakan mendadak pada peredaran darah otak
dalam satu pembuluh darah atau lebih. Serangan stroke akan menggangu
atau mengurangi pasokan oksigen dan umumnya akan menyebabkan
kerusakan yang serius atau nekrosis pada jaringan otak.3
Stroke adalah sindrom klinis dengan ciri-ciri adanya defisit neurologis
serebral fokal atau global yang berkembang secara cepat dan dapat
berlangsung selama minimal 24 jam, atau kematian semata-mata disebabkan
oleh kejadian vascular.4
National Institute of Neurological Disorder and Stroke menyatakan
bahwa stroke terjadi ketika pasokan darah ke bagian otak dengan tiba-tiba
terganggu atau ketika pembuluh darah di otak pecah, keluarnya darah ke
dalam ruang yang mengelilingi sel-sel otak. Sel-sel otak mati ketika sudah
tidak menerima oksigen dan nutrisi dari darah dalam waktu yang lama atau
secara tiba-tiba terjadi perdarahan ke dalam atau sekitar otak.5
2.2.2 Epidemiologi
Di Amerika serikat stroke merupakan penyebab kematian ketiga
setelah penyakit jantung dan keganasan. Setiap tahunnya terjadi sekitar
700.000 stroke iskemik dan 100.000 stroke pendarahan, 175.000 kasus
diantaranya meninggal. Di Indonesia, angka kejadian stroke berkisar 51,6
per 100.000 penduduk. Stroke menjadi penyebab utama kematian, dua
pertiga kematian terjadi pada usia dibawah 65 tahun.4
2.2.3 Klasifikasi
Secara umum stroke diklasifikasikan menjadi: 4
Stroke iskemik (trombosis serebri, emboli serebri)
Stroke perdarahan (perdarahan intra serebral, perdarahan ekstra
serebral)
27
2.2.5 Patogenesis
1. Stroke Non Hemmoragik6,7
Infark iskemik serebri sangat erat hubungannya dengan
aterosklerosis (terbentuknya ateroma) dan arteriolosklerosis.
Aterosklerosis dapat menyebabkan adanya sumbatan pembuluh
darah yang mengurangi perfusi ke otak. Ketika arteri tersumbat
secara akut oleh trombus atau embolus, maka area sistem saraf pusat
(SSP) yang diperdarahi akan mengalami infark jika tidak ada
perdarahan kolateral yang adekuat. Di sekitar zona nekrotik sentral,
terdapat ‘penumbra iskemik’ yang tetap viable untuk suatu waktu,
artinya fungsinya dapat pulih jika aliran darah baik kembali.
2. Stroke Hemmoragik6,7
Stroke hemoragik dapat terjadi apabila lesi vaskular
intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke
dalam ruang subarakhnoid atau langsung ke dalam jaringan otak.
Perdarahan intraserebrum ke dalam jaringan otak (parenkim)
paling sering terjadi akibat cedera vaskular yang dipicu oleh
hipertensi dan ruptur salah satu dari banyak arteri kecil yang
menembus jauh ke dalam jaringan otak. Biasanya perdarahan di
bagian dalam jaringan otak menyebabkan defisit neurologik fokal
yang cepat dan memburuk secara progresif dalam beberapa menit
sampai kurang dari 2 jam. Hemiparesis di sisi yang berlawanan dari
letak perdarahan merupakan tanda khas pertama pada keterlibatan
kapsula interna.
Penyebab pecahnya aneurisma berhubungan dengan
ketergantungan dinding aneurisma yang bergantung pada diameter
dan perbedaan tekanan di dalam dan di luar aneurisma. Setelah
pecah, darah merembes ke ruang subarakhnoid dan menyebar ke
seluruh otak dan medula spinalis bersama cairan serebrospinalis.
29
2.2.7 Diagnosis
1. Algoritma Gadjah Mada10
Algoritma stroke Gadjah Mada (ASGM) adalah suatu skoring
untuk membedakan stroke perdarahan intraserebral dengan stroke
iskemik akut atau infark pada stroke fase akut. Algoritma Stroke
Gadjah Mada menilai 3 variabel, antara lain tingkat kesadaran, nyeri
kepala dan refleks babinski.
Interpretasi:
Stroke haemoragik jika skor : >+1
Stroke iskemik jika skor : < -1
Skor antara > -1 sampai < +1 menunjukkan keraguan sehingga
diperlukan pemeriksaan CT scan kepala untuk menegakan
diagnosa stroke haemoragik dan stroke iskemik.
2.2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan di Ruang Gawat Darurat13
1. Evaluasi Cepat dan Diagnosis
Oleh karena jendela terapi dalam pengobatan stroke akut sangat
pendek, maka evaluasi dan diagnosis harus dilakukan dengan cepat,
sistematik, dan cermat. Evaluasi gejala dan klinik stroke akut
meliputi:
a. Anamnesis, terutama mengenai gejala awal, waktu awitan,
aktivitas penderita saat serangan, gejala seperti nyeri kepala,
mual, muntah, rasa berputar, kejang, cegukan (hiccup),
gangguan visual, penurunan kesadaran, serta faktor risiko
stroke (hipertensi, diabetes, dan lain-lain).
b. Pemeriksaan fisik, meliputi penilaian respirasi, sirkulasi,
oksimetri, dan suhu tubuh. Pemeriksaan kepala dan leher
34
2. Terapi Umum
a. Stabilisasi Jalan Napas dan Pernapasan
Pemantauan secara terus menerus terhadap status
neurologis, nadi, tekanan darah, suhu tubuh, dan Saturasi
oksigen dianjurkan dalam 72 jam, pada pasien dengan
defisit neurologis yang nyata.
Pemberian oksigen dianjurkan pada keadaan dengan
saturasi oksigen< 95%.
Perbaiki jalan nafas termasuk pemasangan pipa orofaring
pada pasien yang tidak sadar.Berikan bantuan ventilasi
pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran atau
disfungsi bulbar dengan gangguan jalan napas.
Terapi oksigen diberikan pada pasien hipoksia. Pasien
stroke iskemik akut yang nonhipoksia tidak mernerlukan
terapi oksigen.
Intubasi ETT (Endo Tracheal Tube) atau LMA (Laryngeal
Mask Airway) diperlukan pada pasien dengan hipoksia
(pO250 mmHg), atau syok, atau pada pasien yang berisiko
untuk terjadi aspirasi. Pipa endotrakeal diusahakan
terpasang tidak lebih dari 2 minggu. Jika pipa terpasang
lebih dari 2 rninggu, maka dianjurkan dilakukan
trakeostomi.
35
b. Stabilisasi Hemodinamik
Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena (hindari
pernberian cairan hipotonik seperti glukosa).
Dianjurkan pemasangan CVC (Central Venous Catheter),
dengan tujuan untuk memantau kecukupan cairan dan
sebagai sarana untuk rnemasukkan cairan dan nutrisi.
Usahakan CVC 5 -12 mmHg.
Optimalisasi tekanan darah. Bila tekanan darah sistolik <
120 mmHg dan cairan sudah mencukupi, maka obat
vasopressor dapat diberikan seperti dopamin dengan target
sistolik berkisar 140 mmHg
Pemantauan jantung (cardiac monitoring) harus dilakukan
selama 24 jam pertama setelah serangan stroke iskernik.
Bila terdapat adanya penyakit jantung kongestif, segera
atasi (konsultasi Kardiologi).
Hipotensi arterial harus dihindari dan dicari penyebabnya.
Hipovolemia harus dikoreksi dengan larutan salin normal
dan aritmia jantung yang mengakibatkan penurunan curah
jantung sekuncup harus dikoreksi
Pemeriksaan Awal Fisik Umum
Tekanan darah
Pemeriksaan jantung
Pemeriksaan neurologi umum awal:
i. Derajat kesadaran
ii. Pemeriksaan pupil dan okulomotor
iii. Keparahan hemiparesis
c. Pengendalian Peninggian Tekanan Intrakranial (TIK)
Penatalaksanaan penderita dengan peningkatan tekanan
intrakranial meliputi:
1. Tinggikan posisi kepala 20o- 30o
2. Posisi pasien hendaklah menghindari tekanan vena jugular
36
2.2.10 Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien stroke yaitu:14
1. Dekubitus.
2. Bekuan darah merupakan bekuan darah yang mudah terjadi pada
kaki yang lumpuh dan penumpukan cairan.
3. Kekuatan otot melemah merupakan terbaring lama akan
menimbulkan kekauan pada otot atau sendi. Penekanan saraf
peroneus dapat menyebabkan drop foot.
4. Osteopenia dan osteoporosis, hal ini disebabkan oleh imobilisasi
dan kurangnya paparan terhadap sinar matahari.
39
2.2.11 Prognosis
Prognosis stroke dapat dilihat dari 6 aspek yakni: death, disease,
disability, discomfort, dissatisfaction, dan destitution. Keenam aspek
prognosis tersebut terjadi pada stroke fase awal atau pasca stroke. Untuk
mencegah agar aspek tersebut tidak menjadi lebih buruk maka semua
penderita stroke akut harus dimonitor dengan hati-hati terhadap keadaan
umum, fungsi otak, EKG, saturasi oksigen, tekanan darah dan suhu tubuh
secara terus-menerus selama 24 jam setelah serangan stroke.15
Prognosis fungsional stroke pada infark lakuner cukup baik karena
tingkat ketergantungan dalam activity daily living (ADL) hanya 19 % pada
bulan pertama dan meningkat sedikit (20%) sampai tahun pertama.15
Prognosis stroke juga dipengaruhi oleh berbagai faktor dan keadaan
yang terjadi pada penderita stroke. Hasil akhir yang dipakai sebagai tolok
ukur diantaranya outcome fungsional, seperti kelemahan motorik,
disabilitas, quality of life, serta mortalitas.15