April 2015
ISSN : 2338 - 4336
PENGARUH INERT DUST TERHADAP MORTALITAS Sitophilus zeamais
MOSTCHULSKY PADA BIJI JAGUNG DALAM SIMPANAN
Program studi Agroekoteknologi, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian,
Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145, Indonesia
ABSTRACT
The effect of inert dust on mortality of S. zeamais was studied under laboratory
conditions. The laboratory temperature ± 25,90 oC and humidity ± 61,67 %. This
research was conducted at the Laboratory of Pest, Departement Plant Pests and
Diseases, Faculty of Agriculture, Brawijaya University. The use volcanic ash from
eruption Kelud at 2014. Research conducted using five concentrations of volcanic ash
(1.5 g/kg; 2.5 g/kg; 3.5 g/kg, 4.5 g/kg; 5.5 g/kg). The results show that the highest
mortality at seven day after aplication. At 5 g/kg of volcanic ash the mortality of adult
S. zeamais is 89,17%. Provision of volcanic ash on corn kernels affect the number of
eggs, number of pupae and the number of new adult S. zeamais. But the provision of
volcanic ash on corn kernels does not affect the percentage of corn seed germination.
Keyword : volcanic ash, Sitophilus zeamais, mortality, life cycle
ABSTRAK
Mutu jagung tidak hanya ditentukan oleh proses produksi tetapi juga ditentukan
oleh proses pasca panen. Salah satu kendala dalam proses pasca panen ialah adanya
serangan hama S. zeamais. Penggunaan abu vulkanik sebagai inert dust bertujuan untuk
mengetahui efetivitas abu vulkanik dalam mengendalikan hama S. zeamais. Penelitian
dilaksanakan di Laboratorium Hama, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas
Pertanian, Universitas Brawijaya. Sampel abu vulkanik diambil dari hasil erupsi
Gunung Kelud tahun 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tujuh hari setelah
infestasi konsentrasi abu vulkanik 5 g/kg mematikan 89,17 % imago S. zeamais.
Pemberian abu vulkanik pada biji jagung berpengaruh nyata terhadap jumlah telur,
jumlah pupa dan jumlah imago baru. Pemberian abu vulkanik pada biji jagung tidak
berpengaruh pada perkecambahan biji.
Kata kunci: abu vulkanik, Sitophilus zeamais, mortalitas, siklus hidup
31
Respyan et al., Pengaruh Inert Dust Terhadap Mortalitas…
32
Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2 April 2015
Tabel 1. Perlakuan Beberapa Konsentrasi Abu Vulkanik (g/kg) Sebagai Inert Dust Pada
Biji Jagung
Perlakuan Konsentrasi (g/kg)
Kontrol 0
Perlakuan 1 (P1) 1,5
Perlakuan 2 (P2) 2,5
Perlakuan 3 (P3) 3,5
Perlakuan 4 (P4) 4,5
Perlakuan 5 (P5) 5,5
Keterangan: g ialah banyaknya abu vulkanik, kg ialah banyaknya jagung.
Biji jagung yang sudah dioven HSI dan pengamatan jumlah pupa
kemudian ditimbang sebanyak 100 g dan dilakukan pada 25 HSI. Pengamatan
dimasukkan ke dalam tabung perlakuan dilakukan dibawah mikroskop dan biji
(diameter 6,5 cm dan tinggi 9 cm). jagung dipecah menggunakan skapel.
Selanjutnya menimbang abu vulkanik dan
Jumlah imago baru
dimasukkan ke dalam tabung perlakuan.
Jumlah imago baru yang muncul
Tabung perlakuan yang berisi biji jagung
diamati setiap hari setelah infestasi.
dan abu vulkanik dikocok secara manual ±
Jumlah imago baru dihitung dan
satu menit menggunakan tagan, agar abu
dihilangkan dari dalam tabung perlakuan.
vulkanik menempel rata pada permukaan
Pengamatan dilakukan selama 56 hari
biji. Tiga puluh imago S. zeamais
(Goftisu dan Belete, 2014).
diinfestasikan pada tabung perlakuan (Al-
Iraqi dan Al-Naqib, 2006). Imago yang Persentase perkecambahan biji
digunakan berumur 7-21 hari (Vaiyas et. Pengamatan dilakukan dengan
al., 2014). mengambil sampel biji jagung sebanyak
10 butir. Sampel biji jagung ditaruh pada
Variabel Pengamatan cawan petri yang sudah diberi kertas
Dalam penelitian ini variabel yang
merang (3-4 lembar). Kertas merang
diamati meliputi mortalitas imago, jumlah
terlebih dahulu dibasahi air (Sutopo,
telur, jumlah pupa, jumlah imago baru
1990). Pengamatan perkecambahan biji
yang muncul, persentase perkecambahan
dilakukan pada hari ke tiga setelah biji
biji jagung, kadar air biji, suhu dan
ditanam (Suwarno dan Santana, 2009).
kelembaban laboratorium.
Kadar air biji, suhu dan kelembaban
Mortalitas Imago
laboratorium
Mortalitas imago S. zeamais diamati
Pengujian kadar air biji dilakukan
dan dihitung setiap 24 jam sekali selama 7
dengan metode oven. Pengamatan suhu
hari (Yang et. al., 2010). Pada 7 hari
dan kelembaban dilakukan setiap hari
setelah aplikasi (HSI) semua imago yang
sampai penelitian selesai. Suhu dan
mati dan hidup dihilangkan dari dalam
kelembaban laboratorium diukur
tabung perlakuan.
menggunakan thermohigrometer.
Jumlah telur dan jumlah pupa HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah telur dan jumlah pupa
Mortalitas Imago S. zeamais
diamati dengan cara mengambil sampel
Hasil analisis statistika terhadap
biji jagung sebanyak 20 butir. Sampel biji
mortalitas imago menunjukkan bahwa
jagung direndam air selama 24 jam,
pada pengamatan 1 HSI sampai dengan 7
setelah itu ditiriskan di atas tisu.
HSI menunjukkan adanya pengaruh yang
Pengamatan jumlah telur dilakukan pada 7
berbeda nyata. Rerata mortalitas imago S.
33
Respyan et al., Pengaruh Inert Dust Terhadap Mortalitas…
zeamais akibat pemberian abu vulkanik pada imago S. zeamais. Sifat fisik silika
disajikan pada Tabel 2. Pada Tabel 2 yang keras, berstuktur tajam dan bersifat
terlihat bahwa perlakuan abu vulkanik abrasif diduga dapat merusak epikutikula
mulai 1 HSI sampai dengan 7 HSI terus sehingga menyebabkan imago S. zeamais
mengalami peningkatan mortalitas. Pada dehidrasi dan mati.
kontrol terlihat bahwa imago S. zeamais Hal ini sesuai dengan pernyataan
mulai 1 HSI sampai dengan 7 HSI tidak Fleschner (1958), yang menyatakan
mengalami mortalitas. bahwa kematian serangga secara langsung
Pada 7 HSI nilai rerata mortalitas diduga karena partikel abu vulkanik yang
imago terendah ialah 0% pada kontrol, tajam bergesekan dengan epikutikula.
nilai rerata mortalitas imago tertinggi Gesekan ini diduga merusak epikutikula
ialah 89,17% pada P5. Rerata mortalitas sehingga meningkatkan dehidrasi pada
serangga. Selain itu abu vulkanik diduga
terendah disebabkan karena biji jagung
dapat mematikan serangga dengan cara
tidak terselimuti abu vulkaik sehingga
menurunkan kemampuan serangga untuk
imago S. zeamais dapat bertahan hidup.
menemukan pakan. Partikel yang lebih
Pada P5 didapatkan nilai rerata mortalitas
kecil diduga menentukan toksisitas dari
tertinggi karena pada P5 ialah konsentrasi
abu vulkanik (Buteler et. al., 2014).
abu vulkaik paling tinggi. Partikel abu
Menurut Subramanyam dan Roesli
vulkanik yang menempel pada permukaan
(2000), rekomendasi ukuran partikel yang
biji jagung menyebabkan biji terlihat
dijadikan sebagai inert dust berkisar
berwarna keabu-abuan dan memiliki
antara 1-50 µm. Abu vulkanik yang
permukaan kulit biji yang lebih kasar.
memiliki kandungan sulfur juga dapat
Hasil analisis kimia didapatkan bahwa abu
mempengaruhi metaboloisme serangga
vulkanik memiliki kandungan silika
dengan cara mempengaruhi fungsi enzim
(43644 ppm) dan sulfur (13255 ppm) yang
dan protein.
diduga dapat menyebabkan mortalitas
Tabel 2. Mortalitas Imago S. zeamais Akibat Pemberian Abu Vulkanik Pada Berbagai
Konsentrasi
Rerata Mortalitas Imago (%)
Perlakuan
1 HSI 2 HSI 3 HSI 4 HSI 5 HSI 6 HSI 7 HSI
Kontrol 0,00 a 0,00 a 0,00 a 0,00 a 0,00 a 0,00 a 0,00 a
P1 0,00 a 1,67 a 5,83 b 12,50 b 19,17 b 25,83 b 32,50 b
P2 0,00 a 11,67 b 18,33 b 28,33 c 34,17 bc 41,67 b 47,50 b
P3 2,50 b 16,67 bc 29,17 bc 36,67 c 42,50 c 49,17 bc 55,00 bc
P4 2,50 b 20,83 bc 35,83 cd 64,17 d 71,67 d 73,33 cd 75,83 cd
P5 5,00 b 24,17 c 49,17 d 61,67 d 80,83 d 86,67 d 89,17 d
BNT 5% 6,63 8,11 10,84 11,59 14,65 16,72 16,75
Keterangan: angka yang di dampingi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT
5%.
34
Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2 April 2015
Jumlah Telur, Jumlah Pupa, Jumlah mortalitas imago akan berpengaruh pada
Imago Baru S. zeamais jumlah telur yang diletakkan pada biji
Hasil analisis statistika terhadap jagung. Menurut Hasna dan Hanif (2010),
jumlah telur, jumlah pupa dan jumlah rendahnya jumlah imago S. zeamais akan
imago baru S. zeamais menunjukkan menurunkan kemampuan meletakkan telur
adanya pengaruh yang berbeda nyata. dan jumlah telur yang menetas menjadi
Pada Tabel 3 terlihat bahwa perbedaan individu baru akan sedikit.
konsentrasi abu vulkanik mempengaruhi
Jumlah telur yang diletakkan akan
jumlah telur, jumlah pupa dan jumlah
berpengaruh pada jumlah pupa dan imago
imago baru S. zeamais. Rerata jumlah
baru S. zeamais. Telur dan pupa S.
telur tertinggi ialah 172,98 butir pada
zeamais berada di dalam biji (Hagstrum
kontrol dan rerata jumlah telur terendah
et. al., 2012) sehingga tidak akan
ialah 42,08 butir pada P5. Rerata jumlah
bersentuhan dengan partikel abu vulkanik.
pupa tertinggi ialah 163,63 ekor pada
Pada fase pupa, S. zeamais bersifat tidak
kontrol dan rerata jumlah pupa terendah
aktif atau berdiam diri dan menjalani
ialah 32,72 ekor pada P5. Rerata jumlah
proses fisiologisnya. Pada fase ini terjadi
imago baru tertinggi ialah 101,50 ekor pembentukan organ-organ tubuh yang
pada kontrol dan rerata jumlah imago baru lengkap sebagai serangga dewasa
tertinggi ialah 28,25 ekor pada P5. (Manueke et. al., 2012). Jumlah imago
Rerata jumlah telur yang tinggi pada baru yang muncul akan menentukan
kontrol disebabkan karena mortalitas tingkat infestasi hama S. zeamais
imago rendah dan proses oviposisi tidak selanjutnya. Semakin banyak jumlah
terhambat oleh partikel abu vulkanik. imago baru yang muncul maka akan
Sedangkan rerata yang terendah pada P5 semakin besar kerusakan yang
disebabkan karena mortalitas imago tinggi ditimbulkan. Menurut Buteler et. al.
dan proses oviposisi terhambat akibat (2014), pemberian abu tidak hanya
partikel abu vulkanik menempel pada mematikan imago tetapi memberi
permukaan kulit biji. Hasil ini pengaruh pada pertumbuhan dan
menunjukkan bahwa tinggi rendahnya reproduksi S. oryzae.
Tabel 3. Rerata Jumlah Telur, Jumlah Pupa dan Jumlah Imago Baru S. zeamais Pada
Biji Jagung Akibat Pemberian Abu Vulkanik (± SD)
Rerata per 100 g biji jagung
Perlakuan
Jumlah Telur Jumlah Pupa Jumlah Imago Baru
Kontrol 172,98 c (± 2,50) 163,63 c (± 1,71) 101,50 c (± 14,76)
P1 98,18 bc (± 2,75) 84,15 b (± 1,29) 34,00 b (± 5,72)
P2 65,45 ab (± 1,91) 74,80 b (± 1,41) 34,75 b (± 4,03)
P3 56,10 ab (± 0,82) 51,43 ab (± 0,96) 34,50 b (± 4,36)
P4 51,43 ab (± 0,96) 37,40 a (± 0,82) 28,75 a (± 6,34)
P5 42,08 a (± 2,22) 32,73 a (± 0,96) 28,25 a (± 3,5)
BNT 5% 3,57 2,03 0,79
Keterangan: angka yang di dampingi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT
5%.
35
Respyan et al., Pengaruh Inert Dust Terhadap Mortalitas…
Tabel 5. Median Lethal Concentration (LC50) Perlakuan Abu Vulkanik Terhadap Imago
S. zeamais
Perlakuan LC50 (g/kg) Persamaan regresi
Abu vulkanik 2,49 y = 3,927 + 200x
36
Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2 April 2015
37
Respyan et al., Pengaruh Inert Dust Terhadap Mortalitas…
38