Anda di halaman 1dari 8

Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2

April 2015
ISSN : 2338 - 4336
PENGARUH INERT DUST TERHADAP MORTALITAS Sitophilus zeamais
MOSTCHULSKY PADA BIJI JAGUNG DALAM SIMPANAN

Guntur Respyan, Bambang Tri Rahardjo, Ludji Pantja Astuti

Program studi Agroekoteknologi, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian,
Universitas Brawijaya Jl. Veteran, Malang 65145, Indonesia

ABSTRACT
The effect of inert dust on mortality of S. zeamais was studied under laboratory
conditions. The laboratory temperature ± 25,90 oC and humidity ± 61,67 %. This
research was conducted at the Laboratory of Pest, Departement Plant Pests and
Diseases, Faculty of Agriculture, Brawijaya University. The use volcanic ash from
eruption Kelud at 2014. Research conducted using five concentrations of volcanic ash
(1.5 g/kg; 2.5 g/kg; 3.5 g/kg, 4.5 g/kg; 5.5 g/kg). The results show that the highest
mortality at seven day after aplication. At 5 g/kg of volcanic ash the mortality of adult
S. zeamais is 89,17%. Provision of volcanic ash on corn kernels affect the number of
eggs, number of pupae and the number of new adult S. zeamais. But the provision of
volcanic ash on corn kernels does not affect the percentage of corn seed germination.
Keyword : volcanic ash, Sitophilus zeamais, mortality, life cycle

ABSTRAK
Mutu jagung tidak hanya ditentukan oleh proses produksi tetapi juga ditentukan
oleh proses pasca panen. Salah satu kendala dalam proses pasca panen ialah adanya
serangan hama S. zeamais. Penggunaan abu vulkanik sebagai inert dust bertujuan untuk
mengetahui efetivitas abu vulkanik dalam mengendalikan hama S. zeamais. Penelitian
dilaksanakan di Laboratorium Hama, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas
Pertanian, Universitas Brawijaya. Sampel abu vulkanik diambil dari hasil erupsi
Gunung Kelud tahun 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tujuh hari setelah
infestasi konsentrasi abu vulkanik 5 g/kg mematikan 89,17 % imago S. zeamais.
Pemberian abu vulkanik pada biji jagung berpengaruh nyata terhadap jumlah telur,
jumlah pupa dan jumlah imago baru. Pemberian abu vulkanik pada biji jagung tidak
berpengaruh pada perkecambahan biji.
Kata kunci: abu vulkanik, Sitophilus zeamais, mortalitas, siklus hidup

PENDAHULUAN bahan baku industri makanan jadi. Mutu


Jagung ialah komoditas strategis di hasil jagung tidak hanya ditentukan oleh
Indonesia. Komoditas jagung ini proses produksi tetapi juga ditentukan
umumnya disimpan dalam bentuk biji oleh proses pasca panen (Tenrirawe et. al.,
pipilan, sedikit sekali yang disimpan 2013).
dalam bentuk klobot (Saenong, 2010). Salah satu kendala dalam proses
Penyimpanan jagung dapat bertujuan pasca panen ialah adanya serangan hama
untuk persediaan pangan dan sebagai bahan simpanan. Salah satu hama bahan
persedian benih (Hasnah dan Hanif, simpanan yang menyerang jagung ialah S.
2010). Pemanfaatan jagung di Indonesia zeamais. S. zeamais merupakan hama
mencakup makanan pokok dan bahan gudang utama di Indonesia (Hasna dan
baku industri pakan ternak sampai ke Hanif, 2010). Hama ini dapat

31
Respyan et al., Pengaruh Inert Dust Terhadap Mortalitas…

menyebabkan kehilangan hasil sebesar serangga uji, penyiapan abu vulkanik,


30% dan kerusakan biji 100% (Tenrirawe penyipan pakan) dan pelaksanaan
et. al., 2013). Hama S. zeamais memiliki penelitian.
siklus hidup dari telur hingga imago
Perbanyakan Serangga Uji
selama 25 hari pada kondisi optimum.
Disiapkan pakan berupa biji jagung
Imago S. zeamais dapat hidup lama
pada kotak besar (40 cm x 28 cm x 30
(beberapa bulan sampai satu tahun)
cm). Selanjutnya mengumpulkan imago
tergantung jenis pakannya (Ress, 2004).
Sitophilus spp. dari gudang petani jagung
Kehilangan hasil karena adanya
dan di identifikasi di laboratorium untuk
infestasi hama S. zeamais dapat
menentukan jenis spesiesnya. Setelah
dikendalikan. Salah satu cara alternatif
diketahui spesiesnya, kemudian di
pengendalian yang tidak menimbulkan
investasikan imago sebanyak 500 ekor.
resistensi ialah penggunaan inert dust.
Setelah satu minggu investasi imago
Inert dust ialah semua bubuk kering yang
dikeluarkan dari dalam kotak. Selanjutnya
berbeda asalnya dan tidak reaktif di alam
ditunggu sampai imago baru (F1) keluar,
(Subramanyam dan Roesli, 2000). Ada
imago (F1) digunakan sebagai serangga
beberapa jenis inert dust, salah satunya
uji.
ialah abu vulkanik yang berasal dari
erupsi gunung berapi. Abu vulkanik hasil Penyiapan Abu Vulkanik
erupsi gunung berapi memiliki kandungan Abu vulkanik didapatkan dari hasil
sekitar 53% silika dan 18% alumia erupsi Gunung Kelud tahun 2014. Sampel
(Basari, 2011). Silika ialah kandungan diambil di Desa Waturejo, Kecamatan
utama dalam inert dust. Dengan Ngantang, Kabupaten Malang. Sampel
kandungan tersebut abu vulkanik memiliki dimasukkan ke dalam kantong plastik
potensi yang besar untuk digunakan kemudian dikering anginkan dan disaring
sebagai pengendali hama bahan simpanan. menggunakan saringan 53 µm (Mahdi dan
Abu vulkanik di Indonesia tersedia Khalequzzaman, 2006). Abu vulkanik
cukup berlimpah karena banyaknya kemudian dianalisis kandungan silika (Si)
gunung berapi yang tersebar diseluruh dan sulfur (S).
wilayah Indonesia. Mempertimbangkan Penyiapan Pakan
ketersediaan abu vulkanik yang berlimpah Pakan yang digunakan ialah biji
dan belum banyak dimanfaatkan, maka jagung varietas bisi dua yang diperoleh
penelitian mengenai pemanfaatan abu langsung dari petani yang sedang panen.
vulkanik menarik untuk dilakukan. Jagung kemudian dipipil dan dijemur
hingga kering. Selanjutnya biji jagung
BAHAN DAN METODE dioven selama 3 jam pada suhu 60 oC
Penelitian dilaksanakan di (Yang et. al., 2010). Setelah dioven, biji
Laboratorium Hama, Jurusan Hama dan jagung kemudian didiamkan pada suhu
Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, ruang selama 24 jam.
Universitas Brawijaya, Malang. Penelitian Pelaksanaan Penelitian
dilaksanakan mulai bulan Juli sampai Penelitian dilaksanakan dengan
dengan bulan November 2014. Penelitian rancangan acak lengkap (RAL) dengan
ini terdiri dari dua tahap. Tahap pertama lima perlakuan dan kontrol (Tabel 1),
persiapan penelitian (perbanyakan diulang sebanyak empat kali.

32
Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2 April 2015

Tabel 1. Perlakuan Beberapa Konsentrasi Abu Vulkanik (g/kg) Sebagai Inert Dust Pada
Biji Jagung
Perlakuan Konsentrasi (g/kg)
Kontrol 0
Perlakuan 1 (P1) 1,5
Perlakuan 2 (P2) 2,5
Perlakuan 3 (P3) 3,5
Perlakuan 4 (P4) 4,5
Perlakuan 5 (P5) 5,5
Keterangan: g ialah banyaknya abu vulkanik, kg ialah banyaknya jagung.

Biji jagung yang sudah dioven HSI dan pengamatan jumlah pupa
kemudian ditimbang sebanyak 100 g dan dilakukan pada 25 HSI. Pengamatan
dimasukkan ke dalam tabung perlakuan dilakukan dibawah mikroskop dan biji
(diameter 6,5 cm dan tinggi 9 cm). jagung dipecah menggunakan skapel.
Selanjutnya menimbang abu vulkanik dan
Jumlah imago baru
dimasukkan ke dalam tabung perlakuan.
Jumlah imago baru yang muncul
Tabung perlakuan yang berisi biji jagung
diamati setiap hari setelah infestasi.
dan abu vulkanik dikocok secara manual ±
Jumlah imago baru dihitung dan
satu menit menggunakan tagan, agar abu
dihilangkan dari dalam tabung perlakuan.
vulkanik menempel rata pada permukaan
Pengamatan dilakukan selama 56 hari
biji. Tiga puluh imago S. zeamais
(Goftisu dan Belete, 2014).
diinfestasikan pada tabung perlakuan (Al-
Iraqi dan Al-Naqib, 2006). Imago yang Persentase perkecambahan biji
digunakan berumur 7-21 hari (Vaiyas et. Pengamatan dilakukan dengan
al., 2014). mengambil sampel biji jagung sebanyak
10 butir. Sampel biji jagung ditaruh pada
Variabel Pengamatan cawan petri yang sudah diberi kertas
Dalam penelitian ini variabel yang
merang (3-4 lembar). Kertas merang
diamati meliputi mortalitas imago, jumlah
terlebih dahulu dibasahi air (Sutopo,
telur, jumlah pupa, jumlah imago baru
1990). Pengamatan perkecambahan biji
yang muncul, persentase perkecambahan
dilakukan pada hari ke tiga setelah biji
biji jagung, kadar air biji, suhu dan
ditanam (Suwarno dan Santana, 2009).
kelembaban laboratorium.
Kadar air biji, suhu dan kelembaban
Mortalitas Imago
laboratorium
Mortalitas imago S. zeamais diamati
Pengujian kadar air biji dilakukan
dan dihitung setiap 24 jam sekali selama 7
dengan metode oven. Pengamatan suhu
hari (Yang et. al., 2010). Pada 7 hari
dan kelembaban dilakukan setiap hari
setelah aplikasi (HSI) semua imago yang
sampai penelitian selesai. Suhu dan
mati dan hidup dihilangkan dari dalam
kelembaban laboratorium diukur
tabung perlakuan.
menggunakan thermohigrometer.
Jumlah telur dan jumlah pupa HASIL DAN PEMBAHASAN
Jumlah telur dan jumlah pupa
Mortalitas Imago S. zeamais
diamati dengan cara mengambil sampel
Hasil analisis statistika terhadap
biji jagung sebanyak 20 butir. Sampel biji
mortalitas imago menunjukkan bahwa
jagung direndam air selama 24 jam,
pada pengamatan 1 HSI sampai dengan 7
setelah itu ditiriskan di atas tisu.
HSI menunjukkan adanya pengaruh yang
Pengamatan jumlah telur dilakukan pada 7
berbeda nyata. Rerata mortalitas imago S.

33
Respyan et al., Pengaruh Inert Dust Terhadap Mortalitas…

zeamais akibat pemberian abu vulkanik pada imago S. zeamais. Sifat fisik silika
disajikan pada Tabel 2. Pada Tabel 2 yang keras, berstuktur tajam dan bersifat
terlihat bahwa perlakuan abu vulkanik abrasif diduga dapat merusak epikutikula
mulai 1 HSI sampai dengan 7 HSI terus sehingga menyebabkan imago S. zeamais
mengalami peningkatan mortalitas. Pada dehidrasi dan mati.
kontrol terlihat bahwa imago S. zeamais Hal ini sesuai dengan pernyataan
mulai 1 HSI sampai dengan 7 HSI tidak Fleschner (1958), yang menyatakan
mengalami mortalitas. bahwa kematian serangga secara langsung
Pada 7 HSI nilai rerata mortalitas diduga karena partikel abu vulkanik yang
imago terendah ialah 0% pada kontrol, tajam bergesekan dengan epikutikula.
nilai rerata mortalitas imago tertinggi Gesekan ini diduga merusak epikutikula
ialah 89,17% pada P5. Rerata mortalitas sehingga meningkatkan dehidrasi pada
serangga. Selain itu abu vulkanik diduga
terendah disebabkan karena biji jagung
dapat mematikan serangga dengan cara
tidak terselimuti abu vulkaik sehingga
menurunkan kemampuan serangga untuk
imago S. zeamais dapat bertahan hidup.
menemukan pakan. Partikel yang lebih
Pada P5 didapatkan nilai rerata mortalitas
kecil diduga menentukan toksisitas dari
tertinggi karena pada P5 ialah konsentrasi
abu vulkanik (Buteler et. al., 2014).
abu vulkaik paling tinggi. Partikel abu
Menurut Subramanyam dan Roesli
vulkanik yang menempel pada permukaan
(2000), rekomendasi ukuran partikel yang
biji jagung menyebabkan biji terlihat
dijadikan sebagai inert dust berkisar
berwarna keabu-abuan dan memiliki
antara 1-50 µm. Abu vulkanik yang
permukaan kulit biji yang lebih kasar.
memiliki kandungan sulfur juga dapat
Hasil analisis kimia didapatkan bahwa abu
mempengaruhi metaboloisme serangga
vulkanik memiliki kandungan silika
dengan cara mempengaruhi fungsi enzim
(43644 ppm) dan sulfur (13255 ppm) yang
dan protein.
diduga dapat menyebabkan mortalitas

Tabel 2. Mortalitas Imago S. zeamais Akibat Pemberian Abu Vulkanik Pada Berbagai
Konsentrasi
Rerata Mortalitas Imago (%)
Perlakuan
1 HSI 2 HSI 3 HSI 4 HSI 5 HSI 6 HSI 7 HSI
Kontrol 0,00 a 0,00 a 0,00 a 0,00 a 0,00 a 0,00 a 0,00 a
P1 0,00 a 1,67 a 5,83 b 12,50 b 19,17 b 25,83 b 32,50 b
P2 0,00 a 11,67 b 18,33 b 28,33 c 34,17 bc 41,67 b 47,50 b
P3 2,50 b 16,67 bc 29,17 bc 36,67 c 42,50 c 49,17 bc 55,00 bc
P4 2,50 b 20,83 bc 35,83 cd 64,17 d 71,67 d 73,33 cd 75,83 cd
P5 5,00 b 24,17 c 49,17 d 61,67 d 80,83 d 86,67 d 89,17 d
BNT 5% 6,63 8,11 10,84 11,59 14,65 16,72 16,75
Keterangan: angka yang di dampingi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT
5%.

34
Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2 April 2015

Jumlah Telur, Jumlah Pupa, Jumlah mortalitas imago akan berpengaruh pada
Imago Baru S. zeamais jumlah telur yang diletakkan pada biji
Hasil analisis statistika terhadap jagung. Menurut Hasna dan Hanif (2010),
jumlah telur, jumlah pupa dan jumlah rendahnya jumlah imago S. zeamais akan
imago baru S. zeamais menunjukkan menurunkan kemampuan meletakkan telur
adanya pengaruh yang berbeda nyata. dan jumlah telur yang menetas menjadi
Pada Tabel 3 terlihat bahwa perbedaan individu baru akan sedikit.
konsentrasi abu vulkanik mempengaruhi
Jumlah telur yang diletakkan akan
jumlah telur, jumlah pupa dan jumlah
berpengaruh pada jumlah pupa dan imago
imago baru S. zeamais. Rerata jumlah
baru S. zeamais. Telur dan pupa S.
telur tertinggi ialah 172,98 butir pada
zeamais berada di dalam biji (Hagstrum
kontrol dan rerata jumlah telur terendah
et. al., 2012) sehingga tidak akan
ialah 42,08 butir pada P5. Rerata jumlah
bersentuhan dengan partikel abu vulkanik.
pupa tertinggi ialah 163,63 ekor pada
Pada fase pupa, S. zeamais bersifat tidak
kontrol dan rerata jumlah pupa terendah
aktif atau berdiam diri dan menjalani
ialah 32,72 ekor pada P5. Rerata jumlah
proses fisiologisnya. Pada fase ini terjadi
imago baru tertinggi ialah 101,50 ekor pembentukan organ-organ tubuh yang
pada kontrol dan rerata jumlah imago baru lengkap sebagai serangga dewasa
tertinggi ialah 28,25 ekor pada P5. (Manueke et. al., 2012). Jumlah imago
Rerata jumlah telur yang tinggi pada baru yang muncul akan menentukan
kontrol disebabkan karena mortalitas tingkat infestasi hama S. zeamais
imago rendah dan proses oviposisi tidak selanjutnya. Semakin banyak jumlah
terhambat oleh partikel abu vulkanik. imago baru yang muncul maka akan
Sedangkan rerata yang terendah pada P5 semakin besar kerusakan yang
disebabkan karena mortalitas imago tinggi ditimbulkan. Menurut Buteler et. al.
dan proses oviposisi terhambat akibat (2014), pemberian abu tidak hanya
partikel abu vulkanik menempel pada mematikan imago tetapi memberi
permukaan kulit biji. Hasil ini pengaruh pada pertumbuhan dan
menunjukkan bahwa tinggi rendahnya reproduksi S. oryzae.

Tabel 3. Rerata Jumlah Telur, Jumlah Pupa dan Jumlah Imago Baru S. zeamais Pada
Biji Jagung Akibat Pemberian Abu Vulkanik (± SD)
Rerata per 100 g biji jagung
Perlakuan
Jumlah Telur Jumlah Pupa Jumlah Imago Baru
Kontrol 172,98 c (± 2,50) 163,63 c (± 1,71) 101,50 c (± 14,76)
P1 98,18 bc (± 2,75) 84,15 b (± 1,29) 34,00 b (± 5,72)
P2 65,45 ab (± 1,91) 74,80 b (± 1,41) 34,75 b (± 4,03)
P3 56,10 ab (± 0,82) 51,43 ab (± 0,96) 34,50 b (± 4,36)
P4 51,43 ab (± 0,96) 37,40 a (± 0,82) 28,75 a (± 6,34)
P5 42,08 a (± 2,22) 32,73 a (± 0,96) 28,25 a (± 3,5)
BNT 5% 3,57 2,03 0,79
Keterangan: angka yang di dampingi huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji BNT
5%.

35
Respyan et al., Pengaruh Inert Dust Terhadap Mortalitas…

Tabel 4. Rerata Persentase Perkecambahan Biji Jagung Setelah Pemberian Abu


Vulkanik (± SD)
Perlakuan Rerata Perkecambahan Biji (%)
Kontrol 67,50 (± 10,61)
P1 82,50 (± 10,61)
P2 92,50 (± 3,54)
P3 87,50 (± 10,61)
P4 85,00 (± 7,07)
P5 87,50 (± 17,68)

Tabel 5. Median Lethal Concentration (LC50) Perlakuan Abu Vulkanik Terhadap Imago
S. zeamais
Perlakuan LC50 (g/kg) Persamaan regresi
Abu vulkanik 2,49 y = 3,927 + 200x

Persentase Perkecambahan Biji Jagung Berdasarkan hasil pengamatan mortalitas


Hasil analisis statistika terhadap imago S. zeamais dapat dihitung toksisitas
persentase biji jagung berkecambah dari abu vulkanik. Perhitungan toksisitas
menunjukkan pengaruh yang tidak dilakukan dengan menggunakan metode
berbeda nyata. Pada Tabel 4 terlihat Hsin Chi (1997). Hasil perhitungan LC50
bahwa perbedaan konsentrasi abu pada Tabel 5 terlihat bahwa dibutuhkan
vulkanik tidak mempengaruhi persentase konsentrasi abu vulkanik sebanyak 2,49
biji jagung berkecambah. Infestasi hama g/kg untuk mematikan 50% imago S.
S. zeamais akan menurunkan kualitas dan zeamais. Mortalitas imago S. zeamais
kuantitas biji jagung. Salah satunya akan meningkat seiring dengan
menurunkan daya perkecambahan biji meningkatnya konsentrasi abu vulkanik.
jagung. Menurut FAO (2014), serangga Semakin banyak partikel abu vulkanik
hama menimbulkan kerusakan pada bahan yang menempel pada permukaan kulit biji
yang disimpan terutama akibat aktivitas jagung maka semakin tinggi mortalitas
makan secara langsung. Beberapa spesies imago S. zeamais.
memakan embrio dan endosperm sehingga
menyebabkan kehilangan kualitas dan KESIMPULAN
kuantitas. Hasil yang tidak berbeda nyata Pemberian abu vulkanik
disebabkan karena biji jagung terserang menyebabkan biji jagung berwarna keabu-
jamur. Jamur yang menyerang akan abuan dan memiliki permukaan kulit yang
mempengaruhi proses perkecambahan biji lebih kasar. Pemberian abu vulkanik pada
jagung sehingga biji tidak berkecambah. biji jagung berpengaruh terhadap
Jamur yang umum menyerang jagung ada mortalitas imago, jumlah telur, jumlah
tiga jenis ialah Aspergillus spp., Fusarium pupa dan jumlah imago baru S. zeamais.
spp. dan Penicillium spp. (Pakki dan Pemberian abu vulkanik pada biji jagung
Talanca, 2007). tidak berpengaruh pada perkecambahan
biji.
Median Lethal Concentration (LC50)
Perlakuan Abu Vulkanik Terhadap
Imago S. zeamais. DAFTAR PUSTAKA
Median Lethal Concentration (LC50)
ialah konsentrasi yang dibutuhkan untuk Al-Iraqi, R. A. and S. Q. Al-Naqib, 2006.
mematikan 50% dari serangga uji. Inert Dust To Control Adult of

36
Jurnal HPT Volume 3 Nomor 2 April 2015

Some Strored Product Insects in Pada Jagung di


Stored Wheat. pp-26-23. Penyimpanan.Jurusan Hama dan
Basari, A. 2011. Pengaruh Paduan Abu Penyakit Tumbuhan. Fakultas
Vulkanik dan Tanah Liat Terhadap Pertanian Unsyiah. Darussalam
Sifat Abrasif dan Kuat tekan Dingin Banda Aceh.
sebagai Bahan Refraktory. Jurusan Mahdi, S. H. A. and M. Khalequzzaman.
Teknik Mesin. Fakultas Teknik. 2006. Toxicity Studies of Some
Universitas Diponegoro. Semarang. Inert Dust With The Cowpea Beetle,
Butteler, M., P. L. G. Guilermo, A. P. Callosobruchus maculatus
Aristides, S. Natalia, A. F. Ardiana, (Fabricus) (Coleoptera: Bruchidae).
and S. Teodoro. 2014. Insecticidal Departement of Zoology.University
Activiti of Volcanic Ash of Rajshahi. Bangladesh.
AgainstSitophilus oryzae L. Manueke, J., M. Tulung, J. Pelealu, O. R.
(Coleoptera: Curculionidae) Under Pinontoan dan F. J. Paat. 2012.
Laboratory Conditions. Ecologia Tabel Hidup Sitophilus oryzae
Austral. Asociacion Argentina de (Coleoptera: Curculionidae) Pada
Ecologia. pp.17-22. Beras. Universitas Sam Ratulangi.
Chi H. 1997. Probit Analysis. Laboratory Manado.
of Theoretical Ecology. National Pakki, S. dan A. H. Talanca. 2007.
Chung Hsing University. Taichung. Pengelolaan Penyakit Pasca Panen
Taiwan. Jagung. Balai Penelitian Tanaman
Fleschner, C. A. 1958. The Effect of Serealia. Maros. hal. 351-363.
Orchard Dust on the Biological Ress, D. P. 2004. Insect of Stored Product.
Control of Avocado Pest. Associate CSIRO Publising. Australia. p. 181.
Entomologist at the Citrus
Saenong, M. S. 2011. Sekilas Informasi
Experiment Station. University of
Mengenai Hama Kumbang Bubuk
California.
Sitophilus zeamais Pada Tanaman
Food and Agriculture Organitation (FAO). Jagung. Balai Penelitian Tanaman
2014. Insect Damage. Post Harvest Serealia. Maros.hal. 182-183.
Operations. United Nations.
Subramanyam, B. dan R. Roesli. 2000.
Goftishu, M. and K. Belete. 2014. Alternatives to Pesticed in Stored-
Susceptibility of Sorghum Varieties Product IPM. Chapter 12.Inert
to the Maize Weevil Sitophilus Dust.Edited by Bhadriraju
zeamais Motschulsky (Coleoptera: Subramanyam and R. Roesli.Kluwer
Curculionidae). African Journal of Academic Publishers. London. pp.
Agricultural Research. Vol. 9. pp. 321-380.
2419-2426.
Sutopo, L. 1990. Teknologi Benih.
Hagstrum, D. W., T. W. Phillips, and G. Fakultas Pertanian. Universitas
Cuperus. 2012. Stored Product Brawijaya. Rajawali Pers. Jakarta.
Protection. Agricultural Experiment
Suwarno, F. C. dan D. B. Santana. 2009.
Station and Cooperative Extention
Efisiensi Beberapa Substrat dalam
Service. Kansas State University.
Pengujian Viabilutas Benih
Hasnah dan U. Hanif. 2010. Efektivitas Berukuran Besar dan Kecil.
Ekstrak Bawang Putih Terhadap Departemen Agronomi dan
Mortalitas Sitophilus zeamais M.

37
Respyan et al., Pengaruh Inert Dust Terhadap Mortalitas…

Hortikultura. Fakultas Pertanian. https://bib.irb.hr/datoteka/397410.Ar


Institut Pertanian Bogor. ticle-Pest_Management_Sciece.doc.
Tenrirawe, A., M. S. Pabbage, dan A. accessed 08 Mey 2014.
Takdir. 2013. Pengujian Ketahanan Yang, F. L., G. W. Liang, Y. Juan Xu, Y.
Galur Jagung Hibrida Umur Genjah Yue Lu, and L. Zeng. 2010.
Terhadap Hama Kumbang Bubuk Diatomaceous Eart Enhances The
Sitophilus zeamais Mostchulsky. Toxicity of Garlic, Allium sativum,
Balai Penelitian Tanaman Seralia. Esential Oil Against Stored-Product
Vayias, B. J., G. A. Criston, K. Zlatko, Pest. Laboratory of Insect
and R. Vlatka. 2014 Evaluation of Ecology.South China Agriculture
Natural Diatomaceous Eart Deposits University. Guangzhou. P.R. China.
From South Eastern Europe for Journal of Stored Product
Stored-Grain Protection: The Effect Research.Volume 46. pp.118-123.
of Particel Size.

38

Anda mungkin juga menyukai