Anda di halaman 1dari 25

AKUNTANSI AKAD – AKAD LAINNYA

OLEH :

KELOMPOK 5

NUR ARISKA 201730119

MUTMAINNATUL FAISAL 201730217

ANDI MIRDAYANTI 201730110

MUH. AMIN RAIS 201730134

NIRMAYANI M 201730130

NUR APRILIA 201730147

AKUNTANSI

TAHUN AJARAN GANJIL 2019/2020


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan semua pertolongan serta kemudahanNya, sehingga kami
mampu menyelesaikan makalah “Pengertian dan Jenis Akad-akad
lainnya” ini.

Selama proses penyusunan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan


dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami menyampaikan terima kasih
kepada:

1. Bapak Ibrahim S.E.,M.Si.,Ak.,CA. selaku dosen pengampu mata


kuliah Akuntansi Syariah
2. Ibu, Bapak, dan segenap keluarga yang telah memberikan
dukungan dan doa.
3. Teman-teman sekalian, hanya ucapan terima kasih yang dapat
kami berikan untuk semua bantuannya.
4. Segenap pihak baik secara langsung maupun tidak langsung telah
membantu penyusun.

Apabila kiranya dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan, kami


mengharap kritik dan saran yang dapat membangun sehingga menjadi
lebih baik.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamualaikum Wr Wb

Makassar, 30 Oktober 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR………………………………………….……………….……….. i

DAFTAR ISI.……………………………………….….…… …………..……… ii

BAB I.......................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
Latar Belakang Masalah ......................................................................... 2
BAB II......................................................................................................... 2
2.1 Rumusan Masalah ............................................................................ 2
BAB III........................................................................................................ 3
PEMBAHASAN .......................................................................................... 3
3.1 AKAD SHARF .............................................................................. 3
3.1.1. Sumber hukum sharf ........................................................... 3
3.1.2 Ada empat jenis transaksi pertukaran valuta asing ................... 4
3.1.3 Rukun dan ketentuan syariah ................................................... 4
3.2 AKAD WADIAH ............................................................................ 5
3.2.1 Jenis akad wadiah ..................................................................... 6
3.2.2 Sumber hukum ......................................................................... 6
3.2.3 Rukun dan Ketentuan Syariah ................................................... 6
3.3 AKAD AL WAKALAH .................................................................. 7
3.3.1 Sumber hukum .......................................................................... 7
3.3.2 Rukun dan ketentuan syariah .................................................... 7
3.3.3 Akad wakalah akan berakhir apabila : ....................................... 8
3.4 AKAD AL KAFALAH ................................................................... 8
3.4.1 Sumber hukum .......................................................................... 9
3.4.2 Rukun dan Ketentuan Syariah................................................. 10
3.4.3. Berakhirnya akad kafalah .................................................. 10
3.5 QARDHUL HASAN .................................................................... 11
3.5.1 Sumber hukum ..................................................................... 11

ii
3.5.2 Rukun dan ketentuan Qardhul Hasan ................................... 11
3.6 AKAD AL HIWALAH ATAU HAWALAH ................................... 12
3.6.1 Jenis akad Hiwalah ................................................................ 12
3.6.2 Sumber hukum ....................................................................... 12
3.6.3 Rukun dan ketentuan syariah ................................................. 12
3.7 AKAD AL RAHN ........................................................................ 13
3.7.1 Sumber Hukum ................................................................... 14
3.7.2 Rukun dan Ketentuan.......................................................... 14
3.8 AKAD JU’ALAH ......................................................................... 14
3.8.1 Sumber Hukum ................................................................... 15
3.8.2 Rukun dan Ketentuan.......................................................... 15
3.9 CHARGE CARD DAN SYARIAH CARD .................................... 16
3.9.1 Sumber Hukum ................................................................... 16
3.9.2 Rukun dan ketentuan ........................................................... 17
3.10 PERLAKUAN AKUNTANSI (PSAK 59 DAN PAPSI 2013 ) ...... 17
BAB IV ..................................................................................................... 20
PENUTUP................................................................................................ 20
4.1 Kesimpulan .................................................................................... 20
4.2 Saran ............................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Ilmu islam sudah sangat lama berkembang, namun karena


runtuhnya kekuasaan islam pada masa lampau, telah juga menghilangkan
praktik – praktik tentang ekonomi islam yang baik dan benar di dalam
masyarakat. Sehingga yang berkembang yakni paham – paham yang
berasal dari bangsa Barat yang bersifat liberalis dan materialistis.

Ilmu ekonomi islam muncul kembali pada abad ke-20 dengan


munculnya bank bagi hasil. Praktik ekonomi islam resmi disahkan pada
Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang berlangsung di Jedah 1976.

Berbagai krisis ekonomi yang telah melanda dunia saat ini, para
ahli berupaya mencari alternatif pemecahan masalah menggunakan ilmu
ekonomi islam. Ilmu islam pada dasarnya bersifat adil dan tidak memihak
sebelah pihak, dan oleh sebab itu kebanyakan orang – orang ataupun
lembaga – lembaga yang memakai ilmu ekonomi islam tidak merasa
dirugikan. Untuk itu sebaiknya dalam menjalankan suatu lembaga
keuangan lebih baik kita menggunakan ilmu ekonomi islam.

Makalah ini berisi tentang definisi dari akad yang ada di dalam ilmu
keuangan syariah, dan juga apa saja jenis – jenis dari akad itu sendiri.

1
BAB II

2.1 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Akad Sharf ?
2. Apa Pengertian Akad Wadiah ?
3. Apa Pengertian Akad Al Waqalah (Deputyship) ?
4. Apa Pengertian Dari Akad Al-Kafalah (Jaminan) ?
5. Apa Pengertian Qardhul Hasan ?
6. Apa Pengertian Dari Akad Al- Hiwalah /Hawalah (Pengalihan ) ?
7. Apa Pengertian Dari Akad Al- Rahn (Pinjaman Dengan Jaminan )?
8. Apa Pengertian Dari Akad Ju’alah (Hadiah )?
9. Apa Pengertian Dari Charge Card Dan Syariah Card (Kartu Kredit
Syariah ) ?
10. Bagaimana Perlakuan Akuntansi PSAK Dan PAPSI 2013 ?

2
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 AKAD SHARF

Sahrf menurut bahasa adalah penambahan, penukaran dan


penghindaran atau transaksi jual beli. Sharf adalah transaksi jual beli
suatu valuta dengan valuta asing yang lain. Transaksi ini bisa dilakukan
baik dengan mata uang yang sejenis maupun dengan mata uang yang
tidak sejenis.

3.1.1. Sumber hukum sharf

Ada beberapa sumber hukum sharf antara lain


1. Dari Abu Said Al-khurdi r.a, Rasulullah bersabda “ transaksi
pertukaran
emas dengan emas harus sama takarannya, timbangan dan tangan ke
tangan (tunai), kelebihannya adalah riba. Perak dengan perak harus
sama takarannya, timbangan dan tangan ke tangan (tunai),
kelebihannya adalah riba. Gandum dengan gandum harus sama
takarannya, timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya
adalah riba. Tepung dengan tepung harus sama takarannya,
timbangan dan tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah
riba.kurma dengan kurma harus sama takarannya, timbangan dan
tangan ke tangan (tunai), kelebihannya adalah riba. Garam dengan
garam harus sama takarannya, timbangan dan tangan ke tangan
(tunai), kelebihannya adalah riba..” (HR.Muslim)
2. “Juallah emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan
gandum, syair dengan syair, kurma dengan kurma, dan garam dengan
garam (dengan syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai,
juka jenisnya berbeda jualah sekehendakmu dan dilakukan secara
tunai. (HR.Muslim)

3
3. “Rasulullah melarang menjual emas dan perak secara piutang
(tidak tunai)” (HR.Muslim)
Menurut ajaran islam uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan
bukan merupakan komoditas, tanpa didayagunakan maka uang tidak
akan dapat menghasilkan pendapatan atau pemasukan dengan
dirinya sendiri.

3.1.2 Ada empat jenis transaksi pertukaran valuta asing

1) Transaksi “spot” yaitu transaksi pembelin dan penjualan valas


dan penyerahannya pada saat itu atau penyelesaiannya maksimal
dalam jangka waktu 2 hari, transaksi dibolehkan secara syariah
karena dianggap tunai.

2) Transaksi “foward” yaitu transaksi pembelian dan penjualan


valas yang nilainya ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan
untuk waktu yang akan datang.

3) Transaksi “swap” yaitu suatu kontrak pembelian atau penjualan


valas yang sama dengan harga foward, hukumnya haram karena ada
unsur spekulasi/judi/maisir.

4) Transaksi “option” yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam


rangka membeli (call option) atau hak untuk menjual (put option) yang
tidak harus dilakukan atas sejumlah unit valas pada harga dan jangka
waktu atau tanggal tertentu, hukumnya haram karena ada unsur
spekulasi/judi/maisir.

3.1.3 Rukun dan ketentuan syariah

1. Pelaku baik penjual maupun pembeli harus cakap dan sudah


baligh
2. Objek akad dengan ketentuan
 Nilai tukar atau kurs harus diketahui oleh kedua belah pihak.

4
 Valuta asing harus dikuasai oleh penjual dan embeli sebelum
keduabelah pihak berpisah.
 Apabila mata uang atau valuta asing tersebut dalam jenis yang
sama maka harus sama nilainya meskipun dalam bentuk yang
berbeda.
 Dalam akad sharf tidak diperboehkan ada khiyar bagi pembeli.
 Dalam akad sharf tidak diperbolehkan adanya tenggang waktu
dalam penyerahan mata uang. Karena akad sharf akan dikatakan
syah apabila penguasaan dilakukan dengan tunai dalam waktu
maksimal 2 x 24 jam.
3. Ijab Kabul / serah terima merupakan pernyataan dan ekspresi yang
saling rela antara kedua belah pihak yang bertransaksi.

3.2 AKAD WADIAH

Wadiah merupakan simpanan barang atau dana kepada pihak lain


yang bukan merupakan pemiliknya untuk tujuan keamanan. Wadiah
adalah akad penitipan barang atau dana dari suatu pihak ke pihak lain
dengan catatan barang atau dana tersebut dapat diambil kapanpun oleh
sang pemilik. Pengertian Wadiah

Dalam tradisi fiqh Islam, prinsip titipan atau simpanan dikenal dengan
prinsip al-wadi’ah. Al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari
satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus
dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki.1 Dalam
tradisi fiqh Islam, prinsip titipan atau simpanan dikenal dengan prinsip al-
wadi’ah. Al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke
pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki.2 Dalam bahasa
Indonesia wadi’ah berarti “titipan”.

Akad wadi’ah merupakan suatu akad yang bersifat tolong menolong


antara sesama manusia. Menurut ulama Mazhab Hanafi mendefinisikan

5
wadi’ah dengan, “Mengikutsertakan orang lain dalam memelihara harta,
baik dengan ungkapan yang jelas, melalui tindakan, maupun melalui
isyarat”.

Menurut ulama Mahzab Maliki, Mahzab Syafi’i, dan Mahzab Hanbali


(jumhur ulama), mendefinisikan wadi’ah dengan, “Mewakilkan orang lain
untuk memelihara harta tertentu dengan cara tertentu. Menurut ulama
Mahzab Maliki, Mahzab Syafi’i, dan Mahzab Hanbali (jumhur ulama),
mendefinisikan wadi’ah dengan, “Mewakilkan orang lain untuk memelihara
harta tertentu dengan cara tertentu. Al-Wadi’ah atau dikenal dengan nama
titipan atau simpanan, merupakan titipan murni dari satu pihak kepada
pihak lain, baik perseorangan maupun badan hukum yang harus dijaga
dan dikembalikan kapan saja apabila si penitip menghendaki.

3.2.1 Jenis akad wadiah


Terdapat dua jenis akad wadiah menurut PSAK 59 yaitu :
1. Wadiah amanah
2. Wadiah yadh dhamanah

3.2.2 Sumber hukum

1. Dalam Al-Quran disebutkan “ sesungguhnya Allah menyuruhmu


menyampaikan amanat kepada mereka yang berhak menerimanya”
(QS 4:58)
2. As-sunnah : tunaikanlah amanat itu kepada orang yang memberi
amanat kepadamu,dan jangan kamu menghianati orang yang
menghianatimu.(HR. Abu Dawud dan Al-tirmizi )

3.2.2 Rukun dan Ketentuan Syariah

1. Pelaku baik pemilik maupun penyimpan barang harus cakap dan


baligh serta mampu menjaga barang wadiah.
2. Objek wadiah merupakan barang yang akan dititipkan setelah
sebelumnya disebutkan secara jelas keadaan barang yang
bersangkutan.

6
3. Ijab Kabul atau serah terima merupakan pernyataan kerelaan
antara kedua belah pihak.

3.3 AKAD AL WAKALAH

Al Wakalah adalah akad pelimpahan pelimpahan kekuasaan oleh satu


pihak kepada pihak lain dalam hal-hal yang boleh diwakilkan. Wakalah
dalam pembelian barang terjadi dimana seseorang mengajukan calon
atau menunjuk orang lain untuk mewakili dirinya dalam membeli barang.
Orang yang tunjuk (agen) diperboleh menerima komisi. Wakalah dengan
komisi disebut dengan wakalah bil ujrah. Namun agen juga diperbolehkan
tidak menerima komisi.

3.3.1 Sumber hukum


1. Al quran
“ maka suruhlah salah seorang diantara kalian pergi kekota dengan
membawa uang perakmu” (QS 18:19)
2. As-sunnah : diriwayatkan dari busr bin ibn sa’diy al- maliki berkata
:” umar memperkerjakan saya untuk mengambil sedekah (zakat).
Setelah selesai dan sesudah saya menyerahkan zakat kepadanya,
memerintahkan agar saya di beri imbalan (fee).(HR.Bukhari Muslim ).

3.3.2 Rukun dan ketentuan syariah

1. Pelaku
a. Pihak yang memberi kuasa dengan syarat
1) Pemilik syah dari barang yang diwakilkan.
2) Orang mukalaf atau anak mummayiz dalam batasan-batasan
tertentu.
b. pihak yang diberi kuasa dengan syarat
1) Harus cakap
2) Dapat mengerjakan tugas yang diwakilkan kepadanya.
2. Objek yang dikuasakan
a. Diketahui dengan jelas oleh orang yang diwakili.
b. Tidak bertentangan dengan syariah islam.

7
c. Dapat diwakilkan menurut syariah islam.
d. Manfaat barang atau jasa harus dapat dinilai.
e. Kontrak dapat dilaksanakan.
3. Ijab Kabul / serah terima Ijab Kabul / serah terima merupakan
pernyataan dan ekspresi yang saling rela antara kedua belah pihak
yang bertransaksi.

3.3.3 Akad wakalah akan berakhir apabila :

1. Salah satu pihak meninggal dunia atau hilang akal.


2. Pekerjaan yang diwakilkan sudah selesai.
3. Pemutusan oleh pihak yang diwakilkan
4. Wakil mengundurkan diri.
5. Orang yang diwakilkan tidak memiliki status kepemilikan atas suatu
yang diwakilkan.

3.4 AKAD AL KAFALAH

A. Pengertian Al-Kafalah

Al-kafalah berasal dari kata ‫( ــُـ كفل‬menanggung) merupakan


jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil) kepada pihak
ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang
ditanggung. Dalam pengertian lain, kafalah juga berarti
mengalihkan tanggung jawab seseorang yang dijamin dengan
berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai penjamin.
Pada dasarnya akad kafalah merupakan bentuk pertanggungan
yang biasa dijalankan oleh perusahaan.

B. Landasan Syari'ah

Dasar hukum untuk akad kafalah ini dapat dilihat di dalam al-
Qur'an, al-Sunnah dan kesepakatan para ulama, sebagai berikut

8
1. Al-QUR’AN

Allah SWT. berfirman: "Penyeru-penyeru itu berkata "Kami


kehilangan piala raja, dan siapa yang dapat mengembalikannya
akan memperoleh bahan makanan (seberat) beban unta, dan aku
menjamin terhadapnya."( surat Yusuf (12): 72)

2. AS-SUNNAH

Jabir r.a. menceritakan: “Seorang laki-laki telah meninggal


dunia dan kami telah memandikannya dengan bersih kemudian
kami kafani, lalu kami bawa kepada Rasulullah SAW. Kami
bertanya kepada beliau: "Apakah Rasulullah akan
menshalatkannnya?". Rasulullah bertanya: “Apakah ia mempunyai
hutang?". Kami menjuwab: "Ya, dua dinar." Rasulullah kemudian
pergi dari situ. Berkatalah Abu Qatadah : "Dua dinar itu tanggung
jawabku." Karenanya, Rasulullah SAW. bersabda: "Sesungguhnya
Allah telah menunaikan hak orang yang memberi hutang dan si
mayit akan terlepas dari tanggung jawabnya." Rasulullah lalu
menshalatkannya. Pada keesokan harinya beliau bertanya kepada
Abu Qatadah tentang dua dinar itu dan dijelaskan, bahwa ia telah
melunasinya. Rasulullah SAW. bersabda: "Sekarang kulitnya telah
sejuk." (H.R. Bukhari).

Rasulullah SAW. bersabda: "Hutang itu harus ditunaikan,


dan orang yang menanggung itu harus membayarnya." (H.R. Abu
Daud dan Tirmidzi dan dishakhihkan oleh Ibnu Hibban).

3.4.2 Rukun dan Ketentuan Syariah

1. Pelaku yang terdiri dari


a. Pihak penjamin dengan syarat
 baligh dan berakal sehat
 berhak penuh untuk melakukan tindakan hukum dalam urusan
hartanya dan rela dengan tanggungan kafalah tersebut.

9
b. Pihak yang berutang dengan syarat:
 Sanggup menyerahkan tangguangannya kepada penjamin.
 Dikenal oleh penjamin.
c. Pihak orang yang berpiutang
 Diketahui identitasnya.
 Dapat hadir dalam waktu akad.
 Berakal sehat.
2. Objek penjaminan
a. Merupakan tanggungan pihak yang berutang.
b. Bisa dilaksanakan oleh penjamin.
c. Harus merupakan utang yang mengikat
d. Harus jelas nilai jumlah dan spesifikasinya,
e. Tidak bertentangan dengan syariah islam.
3. Ijab Kabul atau serah terima merupakan pernyataan dan ekspresi
yang saling rela antara kedua belah pihak yang bertransaksi.
3.4.3. Berakhirnya akad kafalah
1. Utang telah diselesaikan.
2. Kreditor melepaskan utangnya kepada pihak yang berutang tidak
pada penjamin.
3. Ketika utang tersebut telah dialihkan.
4. Ketika penjamin menyelesaikan ke pihak lain melalui abritase
dengan kreditur.
5. Kreditur telah mengakhiri kontrak kafalah walaupun pihak penjamin
tidak menyetujuinya.
3.5 QARDHUL HASAN

Qardhul Hasan adalalah pinjaman tanpa dikenakan biaya atau riba.

3.5.1 Sumber hukum

1. Al- Qur’an “ dan jika ia (orang yang berutang itu) dalam kesulitan
berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan
(sebagian atau semua utang) itu lebih baik baik bagimu jika kamu
mengetahui”.(QS. 2:280)

10
2. As-Sunnah : “orang yang melepaskan seorang muslim dari
kesulitannya di dunia, allah akan melepaskan kesulitannya di hari kiamat;
dan allah senantiasa menolong hambanya selama ia (suka) menolong
saudaranya ( HR.Muslim).

3.5.2 Rukun dan ketentuan Qardhul Hasan


1. Pelaku baik pemberi dan penerimaan pinjaman harus cakap dan
baligh
2. Objek akad
 Jelas nilai pinjamannya dan waktu pelunasannya
 Peminjam diwajibkan membayar pokok pinjaman sesuai waktu
yang ditentukan dan tidak diperbolehkan diperjanjikan aka nada
penambahan atas pokok pinjaman.
 Apabila memag peminjam mengalami kesulitan maka waktu
peminjaman dapat dapat diperpanjang. Namun apabila peminjam lalai
maka dapat dikena denda.
3. Ijab Kabul / serah terima merupakan pernyataan dan ekspresi yang
saling rela antara kedua belah pihak yang bertransaksi.
4.

4.6 AKAD AL HIWALAH ATAU HAWALAH

Hawalah artinya adalah pengalihan pemindahan, perubahan warna


kulit karena memikul sesuatu diatas pundaknya. Objek yang dapat
dialihkan dapat berupa utang, maupun piutang. Jenis akad ini pada
dasarnya adalah akad tabaruu’ yang bertujuan untuk saling tolong-
menolong untuk menggapai ridho Allah.

3.6.1 Jenis akad Hiwalah


Ada beberapa akad hiwalah antara lain apabila dilihat dari segi objek
akad hiwalah dapat dibedakan menjadi :
1. Hiwalah al haqq : Apabila yang dipindahkan itu merupakan hak
menagih piutang, maka pemindahan itu

11
2. Hiwalah al dain : Apabila yang dipindahkan itu kewajiban untuk
membayar utang, maka pemindahan itu
Apabila dilihat dari segi persyaratan maka
1. Hiwalah al muqayyadah : (pemindahan bersyarat)hawalah di mana
muhil adalah pihak yang berutang sekaligus berpiutang kepada
muhal’alaih.
2. Hiwalah al muthlaqah : awalah di mana muhil adalah pihak yang
berutang, tetapi tidak berpiutang kepada muhal’alaih.

3.6.2 Sumber hukum

“menunda pembayaran bagi yang mampu adalah kezaliman dan jika


salah satu diantara kamu dialihkan (dihiwalahkan) kepada orang kaya
yang mampu maka turutlah (menerima pengalihan tersebut).” (HR.
Bukhari Muslim)

3.6.3 Rukun dan ketentuan syariah


1. Pelaku dengan syarat
a. Baligh dan berakal sehat
b. Berhak penuh melakukan tindakan hukum dalam urusan hartanya
dan rela dengan pengalihan utang piutang tersebut.
c. Diketahui identitasnya.
2. Objek akad
a. Bisa dilaksanakan oleh pihak yang mengambil alih utang atau
piutang.
b. Harus merupakan utang / piutang yang mengikat
c. Harus jelas nilai, jumlah dan spesifikasinya.
d. Tidak bertentangan dengan syariah.
3. Ijab Kabul / serah terima merupakan pernyataan dan ekspresi yang
saling rela antara kedua belah pihak yang bertransaksi

12
3.7 AKAD AL RAHN

Rahn artinya adalah tetap kekal dan jaminan, akad rahn dapat
diartikan sebagai perjanjian pinjaman dengan barang jaminan barang
jaminan atau barang gadai dapat dikembalikan pada saat utang lunas, hal
ini berguna agar pemberi pinjaman lebih percaya pada yang meminjam.
Selain akad rahn pada tahun 2008 MUI mengeluarkan fatwa tentang Rahn
Tjlisi dalam rangka mengurangi kendala yang timbul sehubungan dengan
masalah jaminan khususnya pada masalah pemeliharaan dan
pemanfaatan jaminan. Rahn Tajlisi sama dengan akad Rahn biasa namun
berbeda dalam persyaratannya. Adapun syarat Rahn Tajlisi agar sesuai
dengan syariat islam adalah sebagai berikut:
1. Biaya pemeliharaan harus ditanggung oleh pihak yang
menggadaikan namun besarnya biaya tidak boleh dihubungkan
dengan besarnya pembiayaan.
2. Pihak penerima barang jaminan dapat menyimpan bukti
kepemilikan barang sedangkan barang masih dapat di manfaatkan
oleh pemilik atas seijin oleh penerima gadai.
3. Apabila terjadi eksekusi jaminan maka barang dapat di jual atas
seijin oleh pemilik barang.

3.7.1 Sumber Hukum

1. Al-Qur;an : “jika kamu dalam perjalanan (dan bermuamalahntidak


secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka
hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang oleh yang
berpiutang.”(QS. 2:283)

2. Sunnah : “dari aisya Ra , bahwa rasulullah pernah membeli


makanan dengan berhutang dari seorang yahudi dan nabi

13
menggadaikan sebuah baju besi kepadanya.” (HR. Bukhari nasa’I dan
ibnu majah )

3.7.2 Rukun dan Ketentuan

1. Pelaku akad yang terdiri dari pihak yang menggadaikan dan pihak
yang menerima gadai. Keduanya harus cakap dan baligh.
2. Objek akad berupa barang yang digadaikan dan utang. Sarat
barang gadai adalah barang dapat dijual dan nilainya seimbang, harus
bernilai dan dapat dimanfaatkan, harus jelas dan dapat ditentukan
secara spesifik, tidak terkait dengan orang lain. Sedangkan utang
dengan syarat yaitu peminjam wajib mengembalikannya pada pemberi
utang , utang dapat dilunasi dengan barang gadai, serta utang harus
jelas.
3. Ijab Kabul atau serah terima.

3.8 AKAD JU’ALAH

Akad Ju’alah atau hadiah menurut fiqih diartikan sebagai tanggung


jawab dalam bentuk janji terhadap orang yang berhasil melakukan
perbuatan atau memberikan jasa yang belum pasti dilaksanakan atau
dihasilkan dimasa yang akan datang. Menurut Az-Zuhaili dalam Maksum (
2008) perbedaan akad Ju’alah dengan upah pekerja adalah
1. Ju’alah diberikan apabila pekerjaan selesai, sedangkan imbalan
atau upah sesuai dengan ukuran tertentu.
2. Ju’alah tidak dibatasi waktu, sedangkan imbalan dibatasi waktunya.
3. Ju’alah tidak dibayar dimuka, sedangkan imbalan dibatasi
waktunya.
4. Ju’alah dapat dibatalkan meskipun upaya untuk mencapainya
sudah dilaksanakan, sedangkan upah tidak karena bersifat mengikat.
5. Imbalan atau upah lingkupnya lebih luas disbanding dengan
Ju’alah.

14
3.8.1 Sumber Hukum

1. Al-Qur’an :

“penyeru-penyeru itu berkata ‘Kami kehilangan piala raja dan siapa


yang dapat mengembalikannya akan dapat memperoleh bahan
makanan (seberat) beban unta dan aku menjamin
terhadapnya.”(QS.12:71)

2. As-sunnah :”dari abu said al khudri r.a tentang seorang di sengat


kala pada suatu kaum arab, ia berkata : demi allah aku sesungguhnya
sanggup mengobati tetapi demi allah kami meminta makan kepadamu.
Apabila kamu tidak mau menjamu kami aku tidak akan mengobati kamu
hingga kamu janjikan kepada kami 1 hadiah. Lalu mereka janjikan 30
ekor biri-biri maka, berjalanlah ia, lalu dicobanya mengobati orang yang
di gigit kala itu dan di bacanya hamdalah.(Alfatihah hingga akhir ) tiba-
tiba orang yang sakit itu seolah-olah terlepas dari ikatan (sembuh)
kemudian mereka dating kepada nabi SAW, lantas menceritakan
kepada nabi dan nabi bersabda :” dimana engkau mengetahui bahwa
al-faithah itu obat ? perbuatanmu itu betul. (HR.Muttafaq’alaih)

3.8.2 Rukun dan Ketentuan

1. Pihak yang membuat sayembara dengan ketentuan harus cakap


hukum, dan baligh.
2. Objek yang harus dikerjakan dengan ketentuan harus mengandung
manfaat yang jelas, serta boleh dimanfaatkan secara syariah.
3. Hadiah yang dijanjikan harus bernilai dan jumlahnya jelas.
4. Sah dengan ijab tanpa Kabul.

3.9 CHARGE CARD DAN SYARIAH CARD

Charge card adalah fasilitas kartu talangan yang dipergunakan oleh


pemegang kartu sebagai alat bayar atau pengambilan uang tunai pada
tempat-tempat tertentu yang harus dibayar lunas oleh orang yang

15
memberikan talangan pada waktu yang ditentukan. Sedangkan syariah
card adalah kartu yang berfungsi seperti kartu kredit yang hubungan
hukum (berdasarkan system yang sudah ada) antara para pihak
berdasarkan prinsip syariah. Kedua kartu ini berfungsi seperti kartu kredit
dan kartu debit dibank konvensional namun tanpa bung, tetapi
menggunakan fee atas keanggotaan dan transaksi yang telah digunakan.

3.9.1 Sumber Hukum

1. Al-Qur’an : “Dan Janganlah kamu menghambur-hamburkan


(hartamu) secara boros sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah
saudara syaitan dan syaitan itu sangat ingkar pada Tuhannya.” (QS.
Al Isra’ (17) : 26-27)

2. Hadis : “ telah di hadapkan kepada Rasulullah SAW jenazah


seorang laki-laki untuk di sholatkan. Rasulullah bertanya , apakah ia
mempunyai utang ? sahabat menjawab, ‘ tidak. Maka, beliau
menyalatkannya. Kemudian di hadapkan lagi jenazah lain, Rasulullah
pun bertanya, apakah ia mempunyai utang ? mereka menjawab, ‘iya’ .
rasulullah berkata ‘ shalatkanlah temanmu itu’ (beliau sendiri tidak
mau menyalahtkannya). Lalu ia abu qatadah’ saya menjamin
hutangnya, ia rasulullah’ , maka rasulullah pun menshalatkan jenazah
tersebut (HR.Bukhari )

3.9.2 Rukun dan ketentuan

mengingat transaksi ini merupakan implementasi dari beberapa akad


maka rukun dan ketentuannya merujuk pada akad kafalah, ijarah dan
qarh.

16
3.10 PERLAKUAN AKUNTANSI (PSAK 59 DAN PAPSI 2013 )

Pengakuan Pendapatan Dan Beban : pendapatan dan beban yang


berkaitan dengan jangka waktu di akui selama jangka waktu tersebut.

Contoh : Pengakuan pendapatan dan beban berjangka waktu


Pada tanggal 25 januari, perusahaan jasa rajin melakukan akad
rahn atas motor yang dimiliki selama 14 hari dengan BPRS berkah. Akad
ini terjadi dari akad qardh berupa pinjaman sebesar Rp. 20.000.000, dan
ijarah dalam bentuk perawatan atas motor selama di gadaikan dengan
beban ujrah Rp. 100.000; per hari. Jurnal yang di buat oleh kedua pihak
adalah :

a. perusahaan jasa rajin

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit

25 Kas 20.000.000
januari Pinjaman qardh 20.000.000
31 Beban hujra 700.000
januari Utang ujrah 700.000
(100.000 x 7 =
Rp.700.00)

b. BPRS berkah

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit


25 Pembiayaan qardh 20.000.000

17
januari Kas 20.000.000
31 Piutang ujrah 700.000
januari Pendapatan 700.000
ujrah
(100.000 x 7 =
Rp.700.00)

2. pendapatan dan beban yang tidak berkaitan dengan jangka waktu


di akui pada saat terjadinya.
Contoh : pengakuan pendapatan dan beban akad wadiah
Perusahaan jasa rajin sebagai nasabah BPRS berkah membuka
tabungan wadiah sebesar Rp. 200.000.000 pada akhir bulan januari,
BPRS berkah memberikan bonus sebesar Rp. 150.000. bonus
tersebut tidak di janjikan di awal periode pembukaan tabungan.
Jurnal pada saat pemberian bonus bagi kedua belah pihak adalah :

a. perusahaan jasa rajin

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit


25 Biaya Bank 2.000.000
januari Kas 2.000.000

b. BPRS berkah

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit


25 Beban bonus 150.000
januari wadiah 150. 000
Kas

Contoh : pengakuan pendapatan dan akad lain (missal waqalah/ kafalah )

18
Perusahaan jasa rajin sebagai nasabah BPRS berkah menggunakan jasa
bank untuk mewakilinya (akad waqalah ) dalam mentransfer uang sebesar
Rp.2.000.000 jurnal untuk pembelian bonus bagi kedua belah pihak :

a. perusahaan jasa rajin

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit


25 Kas 150.000
januari Pendapatan 150. 000
bonus

b. BPRS berkah

Tanggal Keterangan PR Debit Kredit


25 Kas 2.000.000
januari Pendapatan 2.000.000
lain

Bagi perbankan, pendapatan administrasi , bonus, serta ujrah yang


di peroleh, perlakuannya tergantung dari sumber dana, yaitu :
1. jika berasal dari dana internal maka, di akui sebagai operasi lain yang
tidak di bagi hasilkan.
2. jika berasal dari dana pihak ketiga maka, diakui sebagai pendapatan
utama lain dan di bagi hasilkan.

19
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Menurut terminologi hukum Islam akad adalah pertalian antara
penyerahan (ijab) dan penerimaan (qobul) yang dibenarkan oleh syariah
yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya.jenis-jenis akad :

1. Akad Wadiah.
2. Akad Al-Wakalah (Agen/Wakil)
3. Akad Al-Kafalah (Jaminan)
4. Qardhul Hasan
5. Akad Al-Hiwalah/Hawalah (Pengalihan)
6. Akad Al-Rahn (Pinjaman dengan Jminan)
7. Akad Jualah (Hadiah)
8. Charge Card dan Syariah Card (Kartu Kredit Syariah)
9. Akad Sharf

Perlakuan akuntansi PSAK DAN PAPSI 2013

Bagi perbankan, pendapatan administrasi , bonus, serta ujrah yang


di peroleh, perlakuannya tergantung dari sumber dana, yaitu :
1. jika berasal dari dana internal maka, di akui sebagai operasi lain yang
tidak di bagi hasilkan.
2. jika berasal dari dana pihak ketiga maka, diakui sebagai pendapatan
utama lain dan di bagi hasilkan.

4.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah yang telah di susun ini beserta materi
yang telah di bahas diatas masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca dan
segala pihak yang bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah
ini.

20
DAFTAR PUSTAKA

Nurhayati, Sri, Wasilah. 2018. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta:


Salemba Empat. Edisi 5

21

Anda mungkin juga menyukai