Makalah Ak. Syariah Akad Lain Lain
Makalah Ak. Syariah Akad Lain Lain
OLEH :
KELOMPOK 5
NIRMAYANI M 201730130
AKUNTANSI
Assalamualaikum Wr Wb
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan semua pertolongan serta kemudahanNya, sehingga kami
mampu menyelesaikan makalah “Pengertian dan Jenis Akad-akad
lainnya” ini.
Wassalamualaikum Wr Wb
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR………………………………………….……………….……….. i
BAB I.......................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
Latar Belakang Masalah ......................................................................... 2
BAB II......................................................................................................... 2
2.1 Rumusan Masalah ............................................................................ 2
BAB III........................................................................................................ 3
PEMBAHASAN .......................................................................................... 3
3.1 AKAD SHARF .............................................................................. 3
3.1.1. Sumber hukum sharf ........................................................... 3
3.1.2 Ada empat jenis transaksi pertukaran valuta asing ................... 4
3.1.3 Rukun dan ketentuan syariah ................................................... 4
3.2 AKAD WADIAH ............................................................................ 5
3.2.1 Jenis akad wadiah ..................................................................... 6
3.2.2 Sumber hukum ......................................................................... 6
3.2.3 Rukun dan Ketentuan Syariah ................................................... 6
3.3 AKAD AL WAKALAH .................................................................. 7
3.3.1 Sumber hukum .......................................................................... 7
3.3.2 Rukun dan ketentuan syariah .................................................... 7
3.3.3 Akad wakalah akan berakhir apabila : ....................................... 8
3.4 AKAD AL KAFALAH ................................................................... 8
3.4.1 Sumber hukum .......................................................................... 9
3.4.2 Rukun dan Ketentuan Syariah................................................. 10
3.4.3. Berakhirnya akad kafalah .................................................. 10
3.5 QARDHUL HASAN .................................................................... 11
3.5.1 Sumber hukum ..................................................................... 11
ii
3.5.2 Rukun dan ketentuan Qardhul Hasan ................................... 11
3.6 AKAD AL HIWALAH ATAU HAWALAH ................................... 12
3.6.1 Jenis akad Hiwalah ................................................................ 12
3.6.2 Sumber hukum ....................................................................... 12
3.6.3 Rukun dan ketentuan syariah ................................................. 12
3.7 AKAD AL RAHN ........................................................................ 13
3.7.1 Sumber Hukum ................................................................... 14
3.7.2 Rukun dan Ketentuan.......................................................... 14
3.8 AKAD JU’ALAH ......................................................................... 14
3.8.1 Sumber Hukum ................................................................... 15
3.8.2 Rukun dan Ketentuan.......................................................... 15
3.9 CHARGE CARD DAN SYARIAH CARD .................................... 16
3.9.1 Sumber Hukum ................................................................... 16
3.9.2 Rukun dan ketentuan ........................................................... 17
3.10 PERLAKUAN AKUNTANSI (PSAK 59 DAN PAPSI 2013 ) ...... 17
BAB IV ..................................................................................................... 20
PENUTUP................................................................................................ 20
4.1 Kesimpulan .................................................................................... 20
4.2 Saran ............................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Berbagai krisis ekonomi yang telah melanda dunia saat ini, para
ahli berupaya mencari alternatif pemecahan masalah menggunakan ilmu
ekonomi islam. Ilmu islam pada dasarnya bersifat adil dan tidak memihak
sebelah pihak, dan oleh sebab itu kebanyakan orang – orang ataupun
lembaga – lembaga yang memakai ilmu ekonomi islam tidak merasa
dirugikan. Untuk itu sebaiknya dalam menjalankan suatu lembaga
keuangan lebih baik kita menggunakan ilmu ekonomi islam.
Makalah ini berisi tentang definisi dari akad yang ada di dalam ilmu
keuangan syariah, dan juga apa saja jenis – jenis dari akad itu sendiri.
1
BAB II
2
BAB III
PEMBAHASAN
3
3. “Rasulullah melarang menjual emas dan perak secara piutang
(tidak tunai)” (HR.Muslim)
Menurut ajaran islam uang hanya berfungsi sebagai alat tukar dan
bukan merupakan komoditas, tanpa didayagunakan maka uang tidak
akan dapat menghasilkan pendapatan atau pemasukan dengan
dirinya sendiri.
4
Valuta asing harus dikuasai oleh penjual dan embeli sebelum
keduabelah pihak berpisah.
Apabila mata uang atau valuta asing tersebut dalam jenis yang
sama maka harus sama nilainya meskipun dalam bentuk yang
berbeda.
Dalam akad sharf tidak diperboehkan ada khiyar bagi pembeli.
Dalam akad sharf tidak diperbolehkan adanya tenggang waktu
dalam penyerahan mata uang. Karena akad sharf akan dikatakan
syah apabila penguasaan dilakukan dengan tunai dalam waktu
maksimal 2 x 24 jam.
3. Ijab Kabul / serah terima merupakan pernyataan dan ekspresi yang
saling rela antara kedua belah pihak yang bertransaksi.
Dalam tradisi fiqh Islam, prinsip titipan atau simpanan dikenal dengan
prinsip al-wadi’ah. Al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari
satu pihak ke pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus
dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki.1 Dalam
tradisi fiqh Islam, prinsip titipan atau simpanan dikenal dengan prinsip al-
wadi’ah. Al-wadi’ah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke
pihak lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan
dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki.2 Dalam bahasa
Indonesia wadi’ah berarti “titipan”.
5
wadi’ah dengan, “Mengikutsertakan orang lain dalam memelihara harta,
baik dengan ungkapan yang jelas, melalui tindakan, maupun melalui
isyarat”.
6
3. Ijab Kabul atau serah terima merupakan pernyataan kerelaan
antara kedua belah pihak.
1. Pelaku
a. Pihak yang memberi kuasa dengan syarat
1) Pemilik syah dari barang yang diwakilkan.
2) Orang mukalaf atau anak mummayiz dalam batasan-batasan
tertentu.
b. pihak yang diberi kuasa dengan syarat
1) Harus cakap
2) Dapat mengerjakan tugas yang diwakilkan kepadanya.
2. Objek yang dikuasakan
a. Diketahui dengan jelas oleh orang yang diwakili.
b. Tidak bertentangan dengan syariah islam.
7
c. Dapat diwakilkan menurut syariah islam.
d. Manfaat barang atau jasa harus dapat dinilai.
e. Kontrak dapat dilaksanakan.
3. Ijab Kabul / serah terima Ijab Kabul / serah terima merupakan
pernyataan dan ekspresi yang saling rela antara kedua belah pihak
yang bertransaksi.
A. Pengertian Al-Kafalah
B. Landasan Syari'ah
Dasar hukum untuk akad kafalah ini dapat dilihat di dalam al-
Qur'an, al-Sunnah dan kesepakatan para ulama, sebagai berikut
8
1. Al-QUR’AN
2. AS-SUNNAH
9
b. Pihak yang berutang dengan syarat:
Sanggup menyerahkan tangguangannya kepada penjamin.
Dikenal oleh penjamin.
c. Pihak orang yang berpiutang
Diketahui identitasnya.
Dapat hadir dalam waktu akad.
Berakal sehat.
2. Objek penjaminan
a. Merupakan tanggungan pihak yang berutang.
b. Bisa dilaksanakan oleh penjamin.
c. Harus merupakan utang yang mengikat
d. Harus jelas nilai jumlah dan spesifikasinya,
e. Tidak bertentangan dengan syariah islam.
3. Ijab Kabul atau serah terima merupakan pernyataan dan ekspresi
yang saling rela antara kedua belah pihak yang bertransaksi.
3.4.3. Berakhirnya akad kafalah
1. Utang telah diselesaikan.
2. Kreditor melepaskan utangnya kepada pihak yang berutang tidak
pada penjamin.
3. Ketika utang tersebut telah dialihkan.
4. Ketika penjamin menyelesaikan ke pihak lain melalui abritase
dengan kreditur.
5. Kreditur telah mengakhiri kontrak kafalah walaupun pihak penjamin
tidak menyetujuinya.
3.5 QARDHUL HASAN
1. Al- Qur’an “ dan jika ia (orang yang berutang itu) dalam kesulitan
berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan
(sebagian atau semua utang) itu lebih baik baik bagimu jika kamu
mengetahui”.(QS. 2:280)
10
2. As-Sunnah : “orang yang melepaskan seorang muslim dari
kesulitannya di dunia, allah akan melepaskan kesulitannya di hari kiamat;
dan allah senantiasa menolong hambanya selama ia (suka) menolong
saudaranya ( HR.Muslim).
11
2. Hiwalah al dain : Apabila yang dipindahkan itu kewajiban untuk
membayar utang, maka pemindahan itu
Apabila dilihat dari segi persyaratan maka
1. Hiwalah al muqayyadah : (pemindahan bersyarat)hawalah di mana
muhil adalah pihak yang berutang sekaligus berpiutang kepada
muhal’alaih.
2. Hiwalah al muthlaqah : awalah di mana muhil adalah pihak yang
berutang, tetapi tidak berpiutang kepada muhal’alaih.
12
3.7 AKAD AL RAHN
Rahn artinya adalah tetap kekal dan jaminan, akad rahn dapat
diartikan sebagai perjanjian pinjaman dengan barang jaminan barang
jaminan atau barang gadai dapat dikembalikan pada saat utang lunas, hal
ini berguna agar pemberi pinjaman lebih percaya pada yang meminjam.
Selain akad rahn pada tahun 2008 MUI mengeluarkan fatwa tentang Rahn
Tjlisi dalam rangka mengurangi kendala yang timbul sehubungan dengan
masalah jaminan khususnya pada masalah pemeliharaan dan
pemanfaatan jaminan. Rahn Tajlisi sama dengan akad Rahn biasa namun
berbeda dalam persyaratannya. Adapun syarat Rahn Tajlisi agar sesuai
dengan syariat islam adalah sebagai berikut:
1. Biaya pemeliharaan harus ditanggung oleh pihak yang
menggadaikan namun besarnya biaya tidak boleh dihubungkan
dengan besarnya pembiayaan.
2. Pihak penerima barang jaminan dapat menyimpan bukti
kepemilikan barang sedangkan barang masih dapat di manfaatkan
oleh pemilik atas seijin oleh penerima gadai.
3. Apabila terjadi eksekusi jaminan maka barang dapat di jual atas
seijin oleh pemilik barang.
13
menggadaikan sebuah baju besi kepadanya.” (HR. Bukhari nasa’I dan
ibnu majah )
1. Pelaku akad yang terdiri dari pihak yang menggadaikan dan pihak
yang menerima gadai. Keduanya harus cakap dan baligh.
2. Objek akad berupa barang yang digadaikan dan utang. Sarat
barang gadai adalah barang dapat dijual dan nilainya seimbang, harus
bernilai dan dapat dimanfaatkan, harus jelas dan dapat ditentukan
secara spesifik, tidak terkait dengan orang lain. Sedangkan utang
dengan syarat yaitu peminjam wajib mengembalikannya pada pemberi
utang , utang dapat dilunasi dengan barang gadai, serta utang harus
jelas.
3. Ijab Kabul atau serah terima.
14
3.8.1 Sumber Hukum
1. Al-Qur’an :
15
memberikan talangan pada waktu yang ditentukan. Sedangkan syariah
card adalah kartu yang berfungsi seperti kartu kredit yang hubungan
hukum (berdasarkan system yang sudah ada) antara para pihak
berdasarkan prinsip syariah. Kedua kartu ini berfungsi seperti kartu kredit
dan kartu debit dibank konvensional namun tanpa bung, tetapi
menggunakan fee atas keanggotaan dan transaksi yang telah digunakan.
16
3.10 PERLAKUAN AKUNTANSI (PSAK 59 DAN PAPSI 2013 )
25 Kas 20.000.000
januari Pinjaman qardh 20.000.000
31 Beban hujra 700.000
januari Utang ujrah 700.000
(100.000 x 7 =
Rp.700.00)
b. BPRS berkah
17
januari Kas 20.000.000
31 Piutang ujrah 700.000
januari Pendapatan 700.000
ujrah
(100.000 x 7 =
Rp.700.00)
b. BPRS berkah
18
Perusahaan jasa rajin sebagai nasabah BPRS berkah menggunakan jasa
bank untuk mewakilinya (akad waqalah ) dalam mentransfer uang sebesar
Rp.2.000.000 jurnal untuk pembelian bonus bagi kedua belah pihak :
b. BPRS berkah
19
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Menurut terminologi hukum Islam akad adalah pertalian antara
penyerahan (ijab) dan penerimaan (qobul) yang dibenarkan oleh syariah
yang menimbulkan akibat hukum terhadap objeknya.jenis-jenis akad :
1. Akad Wadiah.
2. Akad Al-Wakalah (Agen/Wakil)
3. Akad Al-Kafalah (Jaminan)
4. Qardhul Hasan
5. Akad Al-Hiwalah/Hawalah (Pengalihan)
6. Akad Al-Rahn (Pinjaman dengan Jminan)
7. Akad Jualah (Hadiah)
8. Charge Card dan Syariah Card (Kartu Kredit Syariah)
9. Akad Sharf
4.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah yang telah di susun ini beserta materi
yang telah di bahas diatas masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca dan
segala pihak yang bersifat membangun untuk menyempurnakan makalah
ini.
20
DAFTAR PUSTAKA
21