Anda di halaman 1dari 10

Pemanfaatan Kawasan Lindung untuk Ekowisata di Kecamatan Ngebel,

Kabupaten Ponorogo

Tri Widadi Wulandari


treewid@gmail.com

Sunarto
sunartogeo@gmail.com

Intisari
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan kawasan lindung untuk
ekowisata yang terletak di Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo. Kawasan lindung
tersebut memiliki potensi wisata yang cukup besar, namun belum semua wisatawan
mengetahui potensi wisata tersebut. Potensi yang ada seharusnya didukung fasilitas dan
infrastruktur yang memadai. Maka untuk mengembangkan potensi wisata harus mengetahui
kondisi, penyebab kerusakan infrastruktur dan keterbatasan pengembangan wisata, serta
persepsi dari wisatawan dan masyarakat di Kecamatan Ngebel.
Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Data sekunder
diperoleh instansi pemerintah. Data primer diperoleh langsung di lapangan dengan metode
konservasi dan kuesioner. Pengambilan responden dengan metode purposive sampling, quota
sampling, dan snowball sampling. Analisis penelitian dilakukan secara kualitatif dan
deskriptif menggunakan analisis SWOT.
Potensi wisata kawasan lindung di Kecamatan Ngebel meliputi wisata alam dan
budaya. Kerusakan akses dan infrastruktur diakibatkan oleh faktor manusia dan alam.
Keterbatasan pengembangan wisata disebabkan lokasi yang terletak di kawasan lindung dan
dilindungi PERDA Tingkat I Jawa Timur, kurangnya perhatian dari pemerintah, dan kearifan
lokal masyarakat yang tetap mempertahankan kondisi kawasan lindung.
Kata kunci: ekowisata, kawasan lindung, Telaga Ngebel.

Abstract
This research head for to know the utilization of consevational areas for ecotourism
which located in Ngebel Subdistric, Ponorogo Regency. This conservational area has a great
potential as nature tourism, but not all the tourists know about it. The exist potential supposed
to be supported by facilities and adequate infrastructure. Then to develop the tourism potential
should determine the condition, the cause of damage to infrastructure and the limited
development of tourism, as well as the perceptions of tourists and people in the Ngebel
Subdistrict.
The research gained primary and secondary data. The secondary data were obtained
from Government institution. The primary data were collected directly in the area with
conservation methods and questionnaire. The retrieval respondents for primary data use the
questionaire method with purposive sampling, quota sampling, and snowball sampling
methods. The SWOT analysis is used to analyze the research in qualitative dan descriptive.
The Conservational areas in the Ngebel Subdistrict consists of natural and cultural
tourism. The access and infrastructure damage are caused by natural and human factors. The
limitation of tourism development caused by the object which located in conservational
areas and protected Government Area of East Java, the lack of attention from the government,
and the local wisdom people that maintains the condition of protected areas.
Keywords: ecotourism, conservational area, Ngebel subdistrict.

1
PENDAHULUAN undang-undang dan kebijakan pemerintah.
Indonesia merupakan salah satu negara Termasuk dalam kawasan lindung, tidak
yang mempunyai keaneragaman hayati dan menjamin kawasan Telaga Ngebel bebas dari
nonhayati baik di darat maupun laut. degradasi lingkungan, hal ini diperparah
Keaneragamn tersebut memiliki daya tarik dengan aktivitas penambangan pasir dan
tersendiri, salah satunya di bidang pariwisata. penggunaan lahan yang tidak seharusnya.
Pariwisata merupakan perpindahan Tujuan penelitian ini adalah:
sementara yang dilakukan manusia dengan 1. Mengetahui potensi dan pemanfaatan
tujuan keluar dari rutinitas pekerjaan dan wisata di kawasan lindung Kecamatan
tempat tinggalnya menuju tempat lain dengan Ngebel.
fasilitas yang memenuhi kebutuhan aktivitas 2. Mengetahui kondisi dan sebab-sebab
mereka (Marpaung 2000). kerusakan infrastruktur, serta keterbatasan
Krisis ekonomi ditengah globalisasi pengembangan di kawasan lindung
mendorong munculnya suatu jenis jasa Kecamatan Ngebel.
wisata yaitu ekowisata. Ekowisata 3. Mengetahui persepsi masyarakat dan
merupakan kegiatan wisata yang dikemas wisatawan terhadap pengembangan
secara profesional, terlatih, dan mememuat wisatawa di kawasan lindung Kecamatan
unsur pendidikan sebagai suatu sektor/usaha Ngebel.
ekonomiyang mempertimbangkan warisan
budaya, partisipasi dan kesejahteraan METODE PENELITIAN
penduduk lokal serta upaya-upaya konservasi Daerah Penelitian
sumberdaya alam dan lingkungan (Nugroho, Penelitian dilakukan di Kecamatan
2011). Ngebel Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa
Salah satu daerah yang memiliki Timur. Daerah ini dipilih karena potensi
potensi wisata di Indonesia adalah Kabupaten wisata dengan keunikan alam dan budaya,
Ponorogo yang terletak di Provinsi Jawa namun terletak di kawasan lindung.
Timur dengan daya tarik utama kebudayaan
Pengumpulan Data
Reyog, namun tidak hanya Reyog saja Data yang dibutuhkan dalam penelitian
potensi wisata di Kabupeten Ponorogo ini adalah profil wisatawan dan masyarakat;
banyak pilihan wisata lainnya di antaranya kondisi lingkungan kawasan Telaga Ngebel;
wisata kuliner seperti sate ayam, es dawet peta RBI lembar Dolopo dan Nglinggi; dan
Jabung, dan jenang; wisata religi misalnya data-data pendukung yang berkaitan dengan
ziarah makam, Masjid Tegalsari, Pondok pengembangan Kecamatan Ngebel.
Pesantren Gontor, Al Mawadah, Wali Songo, Jenis data yang digunakan adalah data
dan tempat ziarah umat Katolik;wisata alam primer dan data sekunder. Data primer
misalnya Air Terjun Pletuk, Sendang Tirto diperoleh dari lapangan dengan metode
Waluyojati, dan Telaga Ngebel. observasi, wawancara, dan kuesioner.
Kawasan lindung Kecamatan Ngebel Observasi dilakukan untuk mengetahui
terletak bebagai objek wisata alam dan potensi wisata, kerusakan lingkungan, akses
budaya meliputi: Telaga Ngebel, beberapa air dan fasilitas. Wawancara dan kuesioner
terjun, mataair panas, mataair asam, dan digunakan untuk mengetahui profil dan
larungan, cagar alam, dan larungan. Namun persepsi wisatawan, masyarakat, maupun
tidak banyak wisatawan yang mengetahui pekerja terhadap pengembangan pariwisata di
potensi wisata kawasan Telaga Ngebel. kawasan Telaga Ngebel. Pengambilan
Potensi yang ada seharusnya dapat sampel dilakukan dengan tiga cara yaitu
mengembangkan kawasan Telaga Ngebel quota sampling, bertujuan untuk
menjadi kawasan wisata, namun pengambilan sampel wisatawan yang tidak
pengembangan tidak dapat dilakukan secara diketahui jumlah yang mengunjungi objek
maksimal karena kawasan Telaga Ngebel wisata, sehingga diperlukan kuotanya sesuai
termasuk kawasan lindung yang diatur dalam
2
dengan kebutuhan; purposive sampling Umum Bidang Pengairan:2001-2010). Secara
metode ini digunakan untuk mengambil Geologi, terletak di lereng barat Pegunungan
sampel masayarakat yang dianggap Wilis Bagian utara sampai timur terbentuk
memahami tentang daerah sekitarnya dari komposisi morfosit Ngebel yaitu breksi
sehingga dapat dijadikan sumber informasi gunungapi berkeping andesit, piroksen,
yang dibutuhkan; snowball sampling, andesit horenblenda dan diorit, tuf dan
mengetahui potensi wisata, sejarah, dan konglomerat gunungapi. Bagian barat sampai
kearifan lokal warga kawasan wisata Telaga selatan terbentuk dari susunan morfosit
Ngebel. Metode ini dimulai dengan memilih Jeding-Patukbanteng meliputi lava andesit
beberapa responden yang dianggap piroksen, breksi gunungapi, dan sisipan tuf
mengetahui potensi dan kearifan lokal yang dan batuapung (Peta Geologi Lembar
ada di kawasan telaga Ngebel, selanjutnya Madiun, Jawa). Tanah di kawasan lindung
responden akan memberikan rekomendasi Kecamatan Ngebel didominasi oleh Aluvial
responden lainnya yang dianggap lebih dan Andosol (Dinas Lingkungan hidup,
mengetahui mengenai kawasan Telaga Laporan Akhir Master Plan Gerakan Sejuta
Ngebel, dan seterusnya sampai diperoleh Pohon di Kabupaten Ponorogo). Topografi di
jawaban yang sama. Kecamatan Ngebel bervariasi mulai landau
Data sekunder diperoleh dari instansi sampai bergunung dengan ketinggian ± 650-
terkait seperti Perhutani, Dinas Pariwisata 1.560 m dpl (Peta RBI Lembar Dolopo dan
dan Kebudayaan, Badan Pusat Statistik, Nglingi), dan kemiringan 3-200%.
Badan Pertanahan Nasional, Dinas Pekerjaan Ketersediaan air yang di kawasan lindung
Umum, Badan Pembangunan dan Kecamatan Ngebel, terkumpul di Telaga
Perencanaan Daerah, Dinas Lingkungan Ngebel berasal dari air hujan yang terkumpul
Hidup, kantor Kecamatan Ngebel, dan Dinas secara langsung maupun overlandflow, selain
Pertanian. air hujan telaga ini merupakan muara dari
beberapa sungai yang berasal dari mata air di
Analisis Data
sebelah utara, dan selanjutnya terus mengalir
Analisis yang dilakukan pada penelitian
ke arah selatan (BAPPEDA:2008). Terdapat
ini adalah analisis kualitatif dan deskriptif.
dua anak sungai utama yaitu Kali Jeram dan
Analisis kualitatif bersifat induktif dan
Kali Talun yang memiliki luas DAS 20,95
berkelanjutan yang menghasilkan suatu
km2. Telaga Ngebel dapat menampung air
pengertian, konsep, dan pembangunan suatu
metode baru. Analisis kualitatif yang maksimum sebesar 24.220.000 m3.
digunakan adalah SWOT yang digunakan Pemanfaatan lahan kawasan lindung di
untuk mengatahui relasi-relasi sumberdaya Kecamatan Ngebel dikelompookan menjadi 6
ekowisata dengan sumberdaya yang lain kawasan yaitu: kawasan hutan konservasi,
dengan membandingkan faktor internal kawasan wisata, kawasan perekonomian,
(kekuatan dan kelemahan) dengan faktor kawasan pemukiman penduduk, kawasan
eksternal (peluang dan ancaman). Analisis perkantoran, dan fasilitas pendukung
deskriptif merupakan pengolahan data (BAPPEDA:2008).
mentah ke dalam bentuk data yang mudah
dimengerti dan ditafsirkan, serta menyusun Kondisi Sosial Ekonomi
dan menyajikan menjadi suatu informasi. Kecamatan Ngebel memiliki jumlah
penduduk sebanyak 22.576 jiwa dengan
11.129 jiwa laki-laki dan 11.447 jiwa
DESKRIPSI WILAYAH
perempuan (BPS: 2012). Sektor
Kondisi Fisik
Kawasan lindung di Kecamatan Ngebel perekonomian di Kecamatan Ngebel paling
termasuk daerah pegunungan dengan suhu menonjol adalah pariwisata dan pertanian.
berkisar 220C-320C dengan curah hujan Fasilitas di Kecamatan Ngebel meliputi
fasilitas pendidikan, tempat peribadatan,
1.907-4.593 mm/tahun (Dinas Pekerjaan

3
perdagangan dan jasa, fasilitas kesehatan, pilihan warung makan yang terletak hampir
sarana komunikasi. di sekeliling telaga. Selain Telaga Ngebel,
terdapat kebun binatang mini terletak di utara
Akses
telaga, wisatawan dapat menjangkaunya
Kawasan lindung di Kecamatan Ngebel
melewati jalan setapak selama lima menit.
dapat dicapai dari 3 arah, sebagai berikut.
Objek wisata alam selain Telaga
a. Utara, biasanya wisatawan yang berasal
Ngebel adalah mataair panas dan mataair
dari wilayah Jawa bagian timur dan jalur
panas yang terletak di Desa Wagir Lor,
tengah Pulau Jawa terutama yang
kegiatan yang dilakukan di tempat ini adalah
melewati daerah Dolopo dapat langsung
merendam kaki di mataair panas dan bermain
menuju Kecamatan Ngebel.
air; air terjun Toyamarto dan Selorejo yang
b. Barat, dari arah barat termasuk dalam jalur
terletak di Desa Pupus ditempuh selam 15
selatan jawa merupakan pintu masuk
menit dari telaga, untuk menuju air terjun,
Ponorogo, tepatnya daerah perbatasan
wisatawan harus berjalan kaki selama 10
Babadan dan Mlilir terdapat akses jalan
sampai 15 menit dari tempat parkir,
pintas untuk menuju lokasi Telaga Ngebel.
sepanjang jalan wisatawan akan melewati
c. Selatan, merupakan akses utama menuju
perkebunan kopi dan hutan pinus; kegiatan
Telaga Ngebel, banyak wisatawan yang
lain yang dapat dilakukan di kawasaan
berasal dari Ponorogo mapun kabupaten
Telaga Ngebel adalah outbond, dan
lain yang terletak di kawasan Ponorogo
konservasi sumberdaya alam, kegiatan
sebelah barat dan selatan yang memilih
tersebut dapat dilakukan di kawasan hutan
jalur ini. Jalur selatan dan barat pada
lindung dan cagar alam yang terletak di Desa
akhirnya akan bertemu di satu titik di
Pupus dan Wagirlor menjadi salah satu
Kecamatan Jenangan.
tujuan wistawan untuk tujuan konservasi dan
pelatihan SAR.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemanfaatan kawasan lindung di
Potensi dan Pemanfaatan Kawasan
Kecamatan Ngebel antata lain: pariwisata,
Lindung
perikanan,irigasi, pertanian, dan konservasi.
Potensi kawasan Telaga Ngebel
Semua bentuk kegiatan yang dilakukan oleh
meliputi Telaga Ngebel, cagar alam Sigogor
masyarakat maupun pengunjung harus tetap
dan Picis, air terjun Toyamarta, mataair
menjaga fungsi kawasan lindung, tidak
panas, mataair tiga rasa atau mataair asam,
merusak dan menjaga kebersihan.
kebun binatang mini, wisata kuliner dengan
makanan khas nasi goreng tiwul dan ikan Permintaan Pasar
ngongok, air terjun yang langsung bermuara Wisatawan kawasan Telaga Ngebel
ke Telaga Ngebel, dan peringatan 1 dibedakan menjadi dua yaitu pengunjung
Muharam yaitu larungan dan risalah doa. yang berasal dari Kabupaten Ponorogo dan
Telaga Ngebel merupakan danau yang sekitarnya (Karesidenan Madiun) dan
terbentuk akibat aktivitas vulkanik, wisatawan yang berasal dari luar
dikelilingi bukit dan tebing berbatu serta Karesidenan Madiun dan mancanegara.
masih terjaga kealamiannya menjadikan Pengunjung wisatawan selalu meningkat
Telaga Ngebel pilihan wisata sebagian besar setiap tahunnya, puncak kunjungan
masyarakat Ponorogo dan sekitarnya untuk wisatawan pada 1 Muharam bertepatan
menghabiskan akhir pekan di tempat ini. dengan rangkaian perayaan Grebeg Suro
Aktivitas yang dapat dilakukan wisatawan di meliputi kirab pusaka, pemilihan duta wisata
Telaga Ngebel antara lain menikmati Kakang-Senduk, festival Reyog Nasional,
pemandangan, memancing, berperahu, olah dan larungan di Telaga Ngebel.
raga dengan fasilitas yang mendukung seperti Persepsi Masyarakat dan Wisatawan
lapangan badminton dan voli atau hanya Potensi wisata alam dengan keunikan,
mengelilingi telaga, wisata kuliner dengan suasana pegunungan dan keragaman atraksi
4
budaya menjadi daya tarik wisatawan untuk tersebut tertulis dalam Peraturan Daerah
berkunjung di kawasan lindung di Tingkat I Jawa Timur Nomor 11 Tahun 2011
Kecamatan Ngebel. Ekowisata sebagai tentang Penetapan Kawasan Lindung di
pilihan wisata di kawasan lindung di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur
Kecamatan Ngebel disambut baik oleh sebagai berikut.
wisatawan dan masyarakat. Besar harapan 1. Pasal 9 tentang kriteria kawasan lindung.
mereka untuk pengembangan sektor wisata 2. Pasal 10 tentang kawasan resapan air.
berbasis lingkungan. Pengembangan 3. Pasal 11 tentang kawasan mataair.
ekowisata di daerah tujuan wisata Telaga 4. Pasal 12 dan 13 tentang sempadan sungai
Ngebel diharapkan dapat mempertahankan dan perlindungannya.
nilai budaya, membuka peluang usaha bagi 5. Pasal 14 tentang batas wilayah sekitar
masyarakat, sehingga meningkatkan danau/waduk.
perekonomian, kesejahteraan masyarakat, 6. Pasal 17 tentang kriteria kawasan suaka
namun tetap mempertahankan dan alam.
meningkatkan fungsi kawasan lindung. 7. Pasal 25, 29 dan 30 tentang penanganan
Kondisi dan keragaman buah yang dan pelanggaran kawasan lindung.
mampu menarik wisatawan yang berkunjung Selain peraturan daerah, keterbatasan
dengan tujuan wisata kuliner, ditambah sajian pengembangan kawasan lindung disebabkan
khas nasi goreng tiwul dan ikan Ngongok. oleh kurangnya perhatian pemerintah
Namun keberagaman cinderamata yang terhadap pemerataan pembangunan, hal ini
masih sedikit, kemudahan akses dan dapat ditunjukkan dengan:
infrastruktur masih perlu ditingkatkan. 1. pembangunan hanya terpusat di kota;
Kondisi Objek Wisata, Akses, dan 2. fasilitas yang tidak terawat bahkan
Fasilitas Daerah Tujuan Wisata Telaga beberapa ada yang rusak dan hilang;
Ngebel 3. kerusakan akses dan kurangnya petunjuk
Kondisi fasilitas di daerah tujuan ke arah objek wisata;
Telaga Ngebel sebagian besar kurang 4. belum terealisasinya rancangan
terawat, sehingga dalam keadaan rusak pengembangan kawasan Telaga Ngebel
ringan-berat. Bahkan beberapa objek wisata sejak tahun 2008;
memiliki fasilitas yang sangat minim. Objek 5. kurangnya promosi wisata.
wisata yang rusak parah adalah kebun
binatang mini. Mataair panasdan mataair tiga Analisis Data
rasa, dan air terjun merupakan objek wisata a. Analisis Deskriptif
yang masih belum memiliki fasilitas yang Keberlanjutan wisata perlu diperhatikan
memadai. agar tidak hilang oleh waktu dan diwariskan
Akses menuju lokasi objek wisata pun ke generasi mendatang. Oleh karena itu,
mengalami kerusakan akibat tanah longsor diperlukan perhitungan dan analisis untuk
dan penggunaan jalan tidak sesuai dengan keberlangsungan wisata. Faktor yang
kemampuannya. Akses jalan yang rusak dipertimbangkan dalam pengembangan
ringan sebesar 3%, rusak sedang sebesar 24% kawasan Telaga Ngebel sebagai kawasan
dan rusak parah sebesar 11%. ekowisata berkelanjutan sebagai berikut.
1. Potensi wisata kawasan Telaga Ngebel
Keterbasan Pengembangan Pariwisata
meliputi wisata alam yang tetap
Sebagai kawasan lindung, maka semua
dipertahakan oleh masyarakat.
bentuk kegiatan dan pembangunan yang
2. Keuntungan sektor wisata yang berasal
dilakukan diatur dalam undang-undang dan
dari tiket masuk, parkir, penjualan
peraturan daerah. Hal ini dilakukan karena
makanan dan buah tangan dapat
semua bentuk kegiatan pasti memiliki
menambah penghasilan warga sekitar
dampak terhadap lingkungan. Peraturan
kawasan Telaga Ngebel.
5
3. Kegiatan ekowisata tidak menimbulkan c. Memasang iklan wisata di lokasi yang
dampak negatif terhadap lingkungan justru strategis, misalnya di pintu masu dan pintu
memperkenalakan kepada masyarakat keluar Kabupaten Ponorogo.
mengenai lingkungan. d. Memperbaiki kondisi sekitar telaga
4. Kawasan Telaga Ngebel sangat dengan mengambil keramba yang tidak
mendukung dalam aktivitas ekowisata, dipakai dan sistem drainase kawasan
sehingga tidak ada masalah terhadap telaga dengan cara sistem buka-tutup
semua bentuk kegiatan yang dilakukan. panel.
e. Meningkatkan keragaman cinderamata dan
b. Analisis SWOT
makanan di kawasan wisata.
Stategi Strenght-Opportunities
Strategi ini sangat mudah dilakukan karena Stategi Strenght-Threats
Strategi ini mirip dengan strategi weaknees-
menggabungkan antara kekuatan dan
opportunities yaitu adanya nilai
kesempatan yang ada. Strategi ini dapat
yangmenambah dan mengurangi industry
dilakukan dengan cara:
wisata yang ada. Oleh karena itu diperlukan
a. Memanfaatkan lokasi yang ada dengan
strategi sebagai berikut:
menambah akses dan petunjuk menuju
a. Meminimalkan penambangan pasir dan
lokasi wisata di kawasan Ngebel.
dialihkan ke sektor wisata.
b. Meningkatkan promosi daerah melalui
b. Memberikan penyuluhan dan pendidikan
media elektonik, terutama internet dan
kepariwisatwaan terhadap masyarakat.
promosi kegiatan lainnya dari kegiatan
c. Meningkatkan peran masyarakat terhadap
yang sedang berlangsung.
lingkungan maupun sektor wisata.
c. Membuat suatu perjalanan wisata yang
d. Memperbaiki lahan yang kritis dan
menawarkan ciri khas kawasan Ngebel
meminimalkan kegiatan yang berdampak
dan lokas wisdom dengan kegiatan yang
negatif terhadap lingkungan.
dapat dilakukan di masing-masing lokasi
e. Membatasi muatan yang melewati akses
wisata misalnya memancing dan wisata
menuju kawasan lindung di Kecamatan
kuliner sekeliling telaga, berendam di air
Ngebel.
panas, dan kegiatan outbond.
f. Meningkatkan peran masyarakat untuk
d. Memanfaatkan fungsi cagar alam dan
mempertahankan dan memelihara kondisi
meningkatkan fasilitasnya agar menarik
infrastruktur.
wisatawan terutama pelajar dan
g. Mengatur pola musim pancing terhadap
mahasiswa.
wisatawan yang bertujuanuntuk
e. Mengembangkan potensi wisata agro,
memancing, serta mengadakan kompetisi
seperti perikanan dan perkebunan.
memancing pada musim panen ikan.
Stategi Weakness-Opportunities
Strategi dilakukan dengan meminimalkan Stategi Weakness- Threats
Strategi ini memerlukan usaha yang lebih
kelemahan dengan memanfaatkan
dibandingkan dengan strategi-strategi
kesempatan yang ada maupun peluang yang
sebelumnya. Strategi yang dilakukan untuk
ada. Strategi yang dilakukan antara lain:
pengembangan wisata kawsan Ngebel antara
a. Membuka lapangan pekerjaan bagi pekerja
lain:
yang mengurus dan mengelola kawasan
a. Mengalihkan faktor yang menurunkan
wisata.
kualitas lingkungan seperti penambangan
b. Memperbaiki jalan-jalan di Kabupaten
pasir, dan pangalihan fungsi lahan,
Ponorogo yang merupakan jalur alternatif
sedangkan pekerjanya dialihkan ke sektor
Jawa Tengah dan Jawa Timur sehingga
wisata.
banyak yang menggunakan jalur ini serta
b. Mengurangi faktor yang menyebabkan
memperbanyak dan mempermudah akses
kerusakan akses, dengan melarang
menuju lokasi wisata.

6
kendaraan dengan berat tertentu dengan tetap menjaga fungsi kawasan
melewatinya. lindung.
c. Memperbaiki keadaan lingkungan
sehingga meningkatkan daya dukung SARAN
lingkungan terhadap wisata. Berdasarkan tahapan selama proses
d. Memperbaiki sistem pengairan yang penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa
masuk maupun keluar danau dan kendala yang dihadapi. Olehkarena itu saran
memanfaatkannya secara maksimal yang diberikanantara lain:
dengan irigasi dan Pembangkit Listrik
Tenaga Air (PLTA). 1. Potensiwisata meliputi fisik, sosial, dan
e. Meningkatkan sumber daya manusia budaya di kawasan hutan lindung
masyarakat sekitar kawasan lindung agar Kecamatan Ngebel yang tinggi,
dapat meningkatkan kualitas dan diharapkan mampu meningkatkan
kenaeragaman produk lokal. kesejahteraan masyarakat setempat dan
f. Memperbaiki drainase, dan penghijauan menyumbang pendapatan daerah.
pada lahan yang kosong akibat kebakaran 2. Persepsi wisatawan dan masyarakat yang
hutan. menyambut baik pengembangan
ekowisata di kawasan hutan lindung
Kecamatan Ngebel, diharapkan dapat
KESIMPULAN mendukung kawasan ini menjadi salah
satu tujuan ekowisata di Indonesia.
Studi Pemanfaatan Kawasan Lindung di 3. Perlu adanya kerjasama untuk
Kecamatan Ngebel Kabupaten Ponorogo pengembangan dan promosi dengan
untuk Ekowisata yag telah dilakukan berbagai pihak untuk pengembangan
menghasilkan kesimpulan sebagai berikut. ekowisata di kawasan ini.
1. Kawasan lindung di Kecamatan Ngebel
memiliki potensi wisata alam dan budaya
sehingga dapat dimanfaatkan sebagai DAFTAR PUSTAKA
kawasan konservasi sumber daya alam Badan Pengembangan dan Pengembangan
dan kawasan wisata dengan tetap Daerah Kabupaten Ponorogo
menjaga fungsi kawasan lindung. (BAPPEDA). 2008. Penyusunan
2. Kerusakan akses dan infrastruktur Feasibility Study Pengembangan Wisata
disebabkan oleh faktor alam dan manusia. Ngebel. Ponorogo: Badan Pengembangan
Faktor alam misalnya tanah longsor, dan Pengembangan Daerah Kabupaten
faktor manusia misalnya penggunaan Ponorogo (BAPPEDA).
lahan yang tidak sesuai dengan ____. 2008. Penyusuanan Rencana Tapak
kemampuan lahan, kurangnya perhatian Kawasan Wisata Telaga Ngebel.
dari masyarakat, pemerinatah, dan Ponorogo: Badan Pengembangandan
wisatawan untuk menjaga infrastruktur. Pengembangan Daerah Kabupaten
3. Keterbatasan pengembangan wisata Ponorogo (BAPPEDA).
disebabkan oleh lokasi objek wisata yang
Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
terletak di kawasan lindung, kearifan
Ponorogo. 2012. Ngebel dalam Angka
lokal masyarakat yang tetap
2012. Ponorogo: Badan Pusat Statistik.
mempertahankan fungsi kawasan
lindung, serta dilindungi oleh Peraturan Dinas Pekerjaan Umum Bidang Pengairan
Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 11 Kabupaten Ponorogo. 2001-2010. Data
Tahun 1991 tentang Kawasan Lindung Stasiun Hujan. Ponorogo: Dinas
dan Pengelolaannya. Pekerjaan Umum.
4. Masyarakat dan wisatawan setuju dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
mendukung pemanfaatan kawasan Ponorogo. 2011. Pengkajian Dampak
lindung di Kecamatan untuk ekowisata Lingkungan Kabupaten Ponorogo.
7
Ponorogo: Dinas Lingkungan Hidup.
Ponorogo: Dinas Lingkungan Hidup.
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Ponorogo. 2005. Penetapan Kawasan
Lindung Kabupaten Ponorogo.
Ponorogo: Dinas Lingkungan Hidup.
Marpaung, Happy. 2000. Pengetahuan
Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta.
Nugroho, Iwan. 2011. Ekowisata dan
Pengembangan Berkelanjutan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
PERDA Propinsi Tingkat I Jawa Timur
Nomor 11 tahun 1991 tentang Penetapan
Kawasan Lindung di Propinsi Daerah
Tingkat I Jawa Timur.

8
TELAGA NGEBEL

Peta Obyek Wisata Kawasan Hutan Lindung di Kecamatan Ngebel Kabupaten Ponorogo

9
10

Anda mungkin juga menyukai