SKRIPSI
Diajukan sebagai syarat menyelesaikan Pendidikan Diploma 4 Teknik
Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Jakarta II Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Terapan
DISUSUN OLEH :
AULIA NURISNAENI
NPM : P2.31.30.1.12.004
SKRIPSI, 2016
AULIA NURISNAENI
EVALUASI PEMERIKSAAN USG PADA APENDISITIS DI RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH CENGKARENG JAKARTA
xiv, V BAB, 60 Halaman, 44 Gambar, 20 Lampiran
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan
nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan
judul Evaluasi Pemeriksaan USG pada Apendisitis di Rumah Sakit Umum Daerah
Cengkareng Jakarta Tahun 2016 ini tepat pada waktunya. Skripsi ini diajukan
dalam rangka menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma 4 Teknik
Radiodiagnostik dan Radioterapi untuk memperoleh Gelar Sarjana Terapan.
Berbagai kendala dan hambatan tentu saja ada dalam proses penyusunan
skripsi ini, namun hal tersebut mampu penulis lalui dan tak lepas dari dukungan,
pengarahan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan
ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
viii
11. Teman-teman D4 angkatan tahun 2012 Jurusan Teknik Radiodiagnostik
dan Radioterapi yang selalu memberikan dukungan dan semangat.
12. Cibi-cibiku Tasya, Ayus, Novi, Vellyn dan Ulan yang selalu setia
mendengarkan curahan hati dan memberikan semangat.
13. Teman-teman seperjuangan peminatan USG DIV TRO 2012, Lala dan
Bagas yang selalu memberikan masukan, inspirasi dan semangat.
14. Teman seperjuangan bimbingan materi dan teknik Dwi Putri Mitha, yang
selalu memberikan semangat, masukan dan setia menunggu.
15. Senior-senior USG yang banyak memberikan masukan, nasihat dan
dukungan.
16. Marteza Sumendra, Ajeng Ambarwati dan semua sahabat yang selalu
menjadi mood booster kapanpun dan dimanapun.
Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis mohon kritik dan saran yang bersifat
membangun guna kesempurnaan Skripsi ini. Penulis berharap semoga Skripsi ini
dapat bermanfaat dalam menambah wawasan pengetahuan bagi penulis dan semua
pihak yang membacanya.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
Halaman
x
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................58
A. Kesimpulan..................................................................................................................58
B. Saran..............................................................................................................................59
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
LEMBAR KONSULTASI
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Transduser pemeriksaan USG apendiks.........................................6
Gambar 2.2 Posisi pasien dan area skening pemeriksaan USG
apendiks...................................................................................................7
Gambar 2.3 Anatomi apendiks..................................................................................9
Gambar 2.4 Titik mc burney......................................................................................10
Gambar 2.5 Variasi posisi apendiks.........................................................................11
Gambar 2.6 Teknik skening apendiks.....................................................................15
Gambar 2.7 Area skening untuk mengevaluasi apendiks posisi supine
dengan teknik penekanan....................................................................16
Gambar 2.8 Teknik penekanan dengan kompresi manual posisi
supine........................................................................................................16
Gambar 2.9 Teknik penekanan dengan kompresi manual posisi
LLD...........................................................................................................17
Gambar 2.10 Apendiks normal potongan transversal dan longitudinal..........19
Gambar 2.11 Apendiks normal....................................................................................19
Gambar 2.12 Apendiks normal potongan longitudinal dan transversal
dengan diamater 3,2 mm.....................................................................20
Gambar 2.13 Apendiks normal potongan longitudinal........................................20
Gambar 2.14 Apendisitis potongan transversal dan longitudinal
dengan penebalan dinding apendiks................................................21
Gambar 2.15 Skening longitudinal dan transversal apendisitis.........................22
Gambar 2.16 Gambaran USG apendikolit...............................................................22
Gambar 2.17 Skening transversal apendisitis akut dengan diameter
diameter 12..............................................................................................23
Gambar 2.18 Apendisitis dengan obstruksi fekalit dan inflamasi....................23
Gambar 2.19 Apendisitis perforasi akut...................................................................24
Gambar 2.20 Abses apendiks.......................................................................................24
Gambar 2.21 Skening transversal dan longitudinal pada apendisitis..............25
Gambar 2.22 Gambaran apendikolit dengan struktur hiperekhoik berada
di dalam lumen apendiks....................................................................25
Gambar 2.23 Hipervaskularisasi pada dinding apendiks dengan
penggunaan color doppler..................................................................25
Gambar 2.24 Apendisitis perforasi dengan sekumpulan cairan
di periapendiks.......................................................................................26
Gambar 2.25 Apendisitis pada potongan longitudinal dan transversal...........26
Gambar 2.26 Apendisitis pada potongan transversal dengan sekumpulan
cairan di periapendiks..........................................................................27
Gambar 2.27 Apendisitis akut pada potongan longitudinal................................27
Gambar 2.28 Apendisitis akut dengan fecalith dan pembesaran apendik
pada potongan longitudinal................................................................28
Gambar 2.29 Apendisitis akut pada potongan longitudinal dengan
menggunakan color doppler..............................................................28
xii
Gambar 2.30 Apendisitis pada potongan longitudinal dengan
diameter 10 mm 29
Gambar 2.31 Apendikolit..............................................................................................29
Gambar 2.32 Abses apendiks potongan longitudinal dan transversal
dengan struktur heterogen akibat dari ruptur apendiks 29
Gambar 2.33 Skema kerangka konsep......................................................................30
Gambar 4.1 Ruang pemeriksaan USG RSUD Cengkareng Jakarta...............36
Gambar 4.2 Pesawat Philips HD15 Pure Wave....................................................37
Gambar 4.3 Transduser konveks..............................................................................38
Gambar 4.4 Printer B/W merk Mitsubishi.............................................................38
Gambar 4.5 Kertas print USG Merk SONY.........................................................39
Gambar 4.6 Peralatan penunjang pemeriksaan USG.........................................39
Gambar 4.7 Hasil gambaran USG An. IA daerah mc burney..........................48
Gambar 4.8 Hasil gambaran USG An. IA daerah mc burney dan
iliaka kiri 49
Gambar 4.9 Hasil gambaran USG Tn. J daerah mc burney.............................50
Gambar 4.10 Hasil gambaran USG Tn. J daerah mc burney dan
iliaka kiri 50
Gambar 4.11 Hasil gambaran USG Tn. SP daerah mc burney..........................51
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Mary Baradero, Mary Wilfird dan Yakobus ultrasonografi adalah
suatu pemeriksaan non invasif yang memanfaatkan gelombang suara yang
disalurkan melalui alat-alat ke dalam tubuh kemudian dipantulkan dan hasilnya
dapat dilihat melalui layar monitor. Pemeriksaan ini dapat mengetahui adanya
metastasis dan abses di hati, serta sangat bermanfaat untuk pemeriksaan
(1)
saluran empedu, pankreas, limpa dan jaringan retroperitoneum.
Radiologi merupakan salah satu pelayanan penunjang medis yang dapat
melakukan pemeriksaan USG, salah satunya adalah pemeriksaan abdomen.
Dalam pemeriksaan USG abdomen, pada umumnya organ yang dapat
dievaluasi antara lain hati, kantung empedu, ginjal, pembuluh darah aorta,
pankreas, limpa, kandung kemih dan kelanjar prostat atau rahim. Pada
pemeriksaan USG abdomen dengan kasus apendisitis, apendiks menjadi organ
tambahan untuk dilakukan evaluasi. Apendisitis merupakan penyebab nyeri
abdomen akut yang paling sering ditemukan di bidang bedah dan memerlukan
(13)
tindak pembedahan segera untuk mencegah terjadinya komplikasi. USG
dimanfaatkan sebagai modalitas utama dalam menentukan diagnosa apendisitis
karena mampu menditeksi adanya apendisitis secara cepat dengan tingkat
(7)
akurasi 70% hingga 90%. Selain itu USG juga bersifat non invasif dan non
radiasi sehingga pemeriksaan USG aman dilakukan pada anak-anak dan wanita
(9)
hamil. Pengalaman dan pengetahuan dari seorang sonografer berperan sangat
penting pada ketepatan diagnosa apendisitis.
USG abdomen dengan klinis apendisitis merupakan salah satu pemeriksaan
yang sering dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng Jakarta.
Berdasarkan pengalaman di lapangan permintaan USG abdomen dengan diagnosa
apendisitis pada bulan Desember 2015 hingga Januari 2016 berjumah 103 pasien
dari 826 pasien yang melakukan tindakan USG abdomen. Dalam setiap hari paling
tidak terdapat 1 hingga 2 orang pasien yang melakukan pemeriksaan USG
abdomen dengan klinis apendisitis, sebagian besar pemeriksaan ini dilakukan pada
pasien darurat yang membutuhkan
1
2
variasi letak apendiks pre-ileum dan post-ileum. Posisi lateral decubitus kiri
(LLD) juga dapat dijadikan alternatif untuk mempermudah visualisasi variasi
letak apendiks retrosekum dan visualisasi apendiks pada ibu hamil karena
(22)
posisi uterus akan menjauhi daerah mc burney.
Sesuai yang dikemukanan Melanie P. Hiors dan Christine M. Hall di
dalam bukunya bahwa gambaran normal apendiks memperlihatkan adanya
struktur anekhoik pada submukosa apendiks yang berbentuk seperti cincin,
dengan bagian tip dan base apendiks yang tidak terlihat. Pada gambaran real
time tidak menunjukan adanya pergerakan peristaltik. Diameter apendiks
normal tidak melebihi 6 mm. Identifikasi ini merupakan indikasi yang akurat
untuk menyatakan bahwa apendiks tersebut normal. Pada 99% kasus, keahlian
dari sonografer mempengaruhi dalam penentuan apendisitis. Sedangkan
apendisitis pada gambaran USG akan menunjukan adanya pembengkakan
diameter apendiks yang berlebih yaitu melebihi 6 mm dan ketebalan
submukosa atau dinding apendiks ± 3 mm (98% kasus). Pada gangren dan
abses apendiks akan terlihat adanya kumpulan cairan bebas di sekitar apendiks.
(8)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka
formulasi masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Bagaimana
prosedur persiapan pasien, persiapan alat dan posisi pasien yang digunakan,
teknik skening yang dilakukan dan hasil gambaran yang dihasilakan dari
pemeriksaan USG pada apendisitis di Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng
Jakarta?”.
4
C. Batasan Masalah
Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng Jakarta
dengan batasan masalah meliputi evaluasi prosedur persiapan pasien, persiapan
alat dan posisi pasien saat pemeriksaan, teknik skening dan hasil gambaran
pemeriksaan USG pada apendisitis.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mendeskripsikan dan mengevaluasi penatalaksanaan pemeriksaan USG
pada apendisitis di Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng Jakarta.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendeskripsikan dan mengevaluasi prosedur persiapan pasien,
persiapan alat dan posisi pasien yang digunakan dari pemeriksaan USG pada
apendisitis.
b. Untuk mendeskripsikan dan mengevaluasi teknik skening yang dilakukan dari
pemeriksaan USG pada apendisitis.
c. Untuk mendeskripsikan dan mengevaluasi hasil gambaran yang dihasilkan dari
pemeriksaan USG pada apendisitis.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Dapat mengembangkan pengetahuan, wawasan, serta menjadi referensi
mengenai penatalaksanaan pemeriksaan USG pada apendisitis.
2. Manfaat Praktis
Dapat digunakan sebagai referensi dalam menghasilkan gambaran USG
pada apendisitis yang benar sehingga dapat menegakkan diagnosa secara tepat
dan akurat serta digunakan dalam mengembangkan pelayanan USG, khususnya
untuk pemeriksaan USG pada kasus apendisitis yang akan bermanfaat bagi
pelayanan di rumah sakit, maupun para sonografer yang melakukannya.
5
F. Keaslian Penelitian
Belum pernah dilakukan penelitian dengan judul “ Evaluasi Pemeriksaan
USG pada Apendisitis di Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng Jakarta “
dari segi aspek masalah penelitian, tujuan penelitian, tempat dan waktu
penelitian, kerangka konsep, hipotesis, rancangan penelitian, populasi dan
sampel, instrument penelitian, teknik pengumpulan, pengolahan dan analisis
data penelitian.
BAB II
A. Kajian Teori
1. Prosedur Pemeriksaan USG pada Apendisitis
a. Menurut P.E.S Palmer (2002)
1) Persiapan pasien
Pasien tidak boleh mendapatkan apapun lewat mulut selama 8 jam
sebelum pemeriksaan dilakukan. Jika diperlukan cairan untuk mencegah
dehidrasi, hanya air mineral yang boleh diberikan. Bila gejalanya akut,
pemeriksaan dapat langsung dilakukan. Pada bayi jika keadaannya
memungkinkan, tidak diperbolehkan mendapat apapun lewat mulut selama 3
sampai 4 jam sebelum pemeriksaan dilakukan.
2) Persiapan alat
Siapkan jeli USG. Gunakan transduser 3,5 MHz bagi orang dewasa dan
transduser 5 MHz atau 7,5 MHz bagi anak-anak atau orang dewasa yang
memiliki badan kurus. Jika tersedia, sebaiknya menggunakan transduser
curvilinear atau sektor.
6
7
3) Posisi pasien
Dalam pemeriksaan apendiks, pasien diposisikan supine di atas tempat
tidur pemeriksaan. Sebuah bantalan kecil dapat diletakkan di bawah lutut
(6)
pasien agar otot-otot daerah abdomen menjadi nyaman.
Sekum Ileum
Vena iliaka
Muskulus psoas
Tulang iliaka
Pada umumnya apendiks berada di daerah fosa iliaka kanan, yaitu lateral
garis imajiner yang menghubungkan spina iliaka anterior superior (SIAS) dan
(14)(19)(20)
umbilikus yang biasa disebut sebagai titik mc burney.
Umbilikus
Titik mc burney
Garis transtuberkular
6) Posisi post-ileum
Posisi apendiks melintasi bagian inferior terminal ileosekum arah jarum
jam 2. Posisi ini juga paling berbahaya jika terjadi peradangan karena
paradangan akan mudah menyebar ke rongga peritoneum. Posisi ini terjadi
pada 0,4% kasus.
7) Posisi promontorium
Posisi apendiks mengarah ke promontorium sakrum arah jarum jam 3.
(20)
Kasus ini ditemukan kurang dari 1%.
Posisi retrosekum
Posisi pre-ileum
Posisi post-ileum
Posisi parasekum Terminal ileosekum
Posisi promontorium
Posisi midinguinal/
subsekum Posisi pelvis
Retrosekum
Parasekum
Pre-ileum dan post-ileum
Promontorium
Pelvis
Midinguinal/ subsekum
Gambar 2.5 Variasi posisi apendiks (Sumber: Vishram Singh)
b. Patologi Apendisitis
1) Menurut Donna Rae Siegfriend (2004)
Apendiks memiliki struktur yang terlihat seperti cacing. Bagian ini
melekat dengan sekum. Saat terjadi transfer kyme dari ileosekum ke kolon,
terdapat kemungkinan beberapa material masuk ke dalam rongga apendiks.
Pada umumnya material yang masuk ke rongga apendiks tidak dapat keluar
kembali. Jika material tersebut berada di rongga apendiks dalam waktu lama
maka dapat menyebabkan peradangan dan infeksi atau apendisitis.
12
sweeping ke arah superior dan inferior. Muskulus psoas dan pembuluh darah
iliaka dapat dijadikan sebagai landmark pada pengambilan gambaran, karena
pada umumnya apendiks berada di anterior dari organ tersebut. Dilakukan
pengukuran diameter apendiks yang dapat dilakukan pada gambaran proyeksi
transversal atau longitudinal. Pengukuran dilakukan dari dinding terluar ke
dinding terluar apendiks. Penekanan saat skening di daerah mc burney dapat
dilakukan untuk mengurangi jarak antara transduser dengan apendiks dan
menggeser udara yang berada di usus agar artefak dari udara dapat berkurang.
Gambar 2.7 Area skening untuk mengevaluasi apendiks posisi supine dengan
teknik penekanan (Sumber: Valesky, Aponte dan Secko)
Gambar 2.8 Teknik penekanan dengan kompresi manual pada posisi supine
(Sumber: Valesky, Aponte dan Secko)
17
Gambar 2.9 Teknik penekanan dengan kompresi manual pada posisi LLD
(Sumber: Valesky, Aponte dan Secko)
d. Sonoanatomi Apendiks
1) Menurut Melanie P. Hiors dan Christine M. Hall (2008)
Gambaran normal apendiks memiliki beberapa kriteria yaitu, terdapat gambaran
anekhoik pada submukosa apendiks yang berbentuk seperti cincin, dengan bagian tip dan
base apendiks yang tidak terlihat. Pada gambaran real time tidak menunjukan adanya
pergerakan peristaltik. Diameter apendiks normal tidak melebihi 6 mm. Identifikasi ini
merupakan indikasi yang akurat
19
untuk menyatakan bahwa apendiks tersebut normal. Pada 99% kasus,
Lumen
Lumen
Perbatasan
peritoneum
Apendiks
Perbatasan
peritoneum
Apendiks
B. Kerangka Konsep
persiapan pemeriksaan
USG pada apendisitis USG pada apendisitis USG pada apendisitis
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan teknik
studi kasus pemeriksaan USG pada apendisitis dengan metode penulisan yang
digunakan berupa kualitatif deskriptif yaitu dengan melakukan observasi serta
pengamatan di lapangan kemudian penelitian ini diarahkan untuk
mendeskripsikan dan mengevaluasi dengan penjelasan ilmiah.
31
32
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, instrument penelitian yang digunakan antara lain :
1. Lembar kerja
Lembar kerja berupa kertas yang digunakan untuk mencatat semua hal
yang berhubungan dengan penelitian, berupa data pasien, hasil laboratorium
dan evaluasi pemeriksaan USG pada apendisitis selama penelitian.
2. Lembar check-list
Lembar check-list berupa tabel untuk mencatat data yang diperoleh selama
penelitian.
3. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara berupa daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada
pihak-pihak yang berkompeten di bidang USG dan klinisi apendisitis untuk
memperoleh data sebanyak-banyaknya untuk keperluan penelitian.
33
4. Alat dokumentasi
Alat dokumentasi berupa alat perekam atau penyimpan data yang
digunakan untuk menampilkan dan menganalisa data yang telah didapatkan.
A. Hasil Penelitian
1. Hasil Observasi Terhadap Pasien
Merupakan observasi kepada pasien yang akan dilakukan pemeriksaan
meliputi perjanjian jadwal pemeriksaan, mengetahui klinis pasien, riwayat
kesehatan pasien dan hasil laboratorium berupa nilai leukosit apabila ada.
a. Sampel 1
Pasien An. IA berusia 9 tahun merupakan pasien rawat inap ruang
perawatan Melon. Pada tanggal 15 Desember 2015 pukul 09:50 WIB perawat
ruang Melon menghubungi administrasi Instalasi Radiologi untuk melakukan
konfirmasi pemeriksaan USG abdomen CITO atas nama An. IA saat itu juga
dengan diagnosa GE dan App dari dr. Anthony Pratama, Sp.B, M.Kes, AIFO.
Setelah melakukan konfirmasi kepada sonografer, pasien diperbolehkan
langsung dilakukan pemeriksaan. Pasien dilakukan pemeriksaan pukul 10:18
WIB, pasien mengeluhkan rasa mual, sulit buang air besar dan rasa sakit di
perut kanan bawah selama 2 minggu berturut-turut yang terkadang disertai
demam yang cukup tinggi. Dari hasil laboratorium, terlihat kadar leukosit
pasien mengalami peningkatan yaitu 20,7 ribu/uL (nilai normal 5-10 ribu/uL).
b. Sampel 2
Pasien Tn. J berusia 43 tahun datang ke Instalasi Radiologi RSUD
Cengkareng Jakarta pada tanggal 30 Desember 2015 pukul 07:30 WIB untuk
melakukan pemeriksaan USG abdomen, yang sehari sebelumnya telah
melakukan perjanjian pemeriksaan USG dan diberikan informasi mengenai
persiapan pemeriksaan yang harus dilakukan. Pasien datang dengan
permintaan pemeriksaan USG abdomen dari dr. Anthony Pratama, Sp.B,
M.Kes, AIFO di poliklinik bedah umum dengan diagnosa Apendikolit. Pasien
mengeluhkan rasa sakit secara mendadak di daerah perut kanan bawah 3 hari
yang lalu, apabila sedang kambuh tidak dapat melakukan aktifitas. Pasien
belum melakukan pemeriksaan laboratorium untuk pengecekan kadar leukosit.
Pemeriksaan dilakukan pukul 08:39 WIB.
34
35
c. Sampel 3
Pasien Tn. SP berusia 19 tahun merupakan pasien rawat inap ruang
perawatan Mangga. Pada tanggal 02 Januari 2016 pukul 09:00 WIB perawat
ruang Mangga menghubungi administrasi Instalasi Radiologi untuk melakukan
konfirmasi akan melakukan pemeriksaan USG abdomen CITO atas nama Tn.
SP saat itu juga dengan diagnosa apendisitis dari dr. Aplin Ismunanto Sp.B.
Setelah melakukan konfirmasi kepada sonografer, pasien diperbolehkan
langsung dilakukan pemeriksaan. Pasien dilakukan pemeriksaan pada pukul
09:44 WIB, pasien mengeluhkan kesulitan buang air kecil. Dari hasil
laboratorium, terlihat kadar leukosit pasien mengalami peningkatan yaitu 25,6
ribu/uL (nilai normal 5-10 ribu/uL).
11) Perangkat lunak khusus tambahan dan berbagai aplikasi ginekologi, jantung
dan kebidanan
12) 2D, M-mode, Anatomic M-Mode, dan M-color Flow Mode
37
13) Teknologi kristal Pure Wave yang memiliki rasio signal to noise yang lebih
tingi dan bermanfaat pada pasien dengan obesitas
14) CD/DVD writter
15) Panoramic imaging dan dual imaging
16) Contrast imaging
17) Adaptive doppler
18) Intelligent doppler imaging
19) 3D fetal echo STIC (Spatio Temporal Image Correlation)
20) MPR [Multiplanar Reformatting]
21) High resolution A/D technology
22) Format gambar AVI, DICOM dan JPG
Pesawat USG Philips HD15 PureWave dapat digunakan untuk pemeriksaan
abdomen, obstetri dan ginekologi, urologi, small parts, payudara, jantung,
vaskuler dan muskuloskeletal.
b. Transduser
Transduser yang ada pada pesawat USG Philips HD15 PureWave ada dua
jenis yaitu tansduser konveks dan linier. Pada peneltian yang dilakukan penulis
untuk pemeriksaan USG abdomen pada apendisitis ini menggunakan
transduser konveks dengan rentang frekuensi 3-5 MHz.
38
Alur pelayanan ini dilakukan oleh pasien dari rawat inap yang akan
melakukan pemeriksaan USG abdomen CITO.
a) Terlebih dahulu perawat ruangan menghubungi bagian administrasi Instalasi
Radiologi melalui pesawat telepon untuk menginformasikan akan melakukan
tindakan pemeriksaan USG abdomen CITO pada pasien yang bersangkutan
dari asal ruangan.
b) Petugas administrasi mencatat data pasien yang akan melakukan pemeriksaan
USG abdomen CITO di dalam tabel perjanjian USG yang berada di ruang
pemeriksaan USG.
c) Kemudian petugas administrasi menginformasikan kepada sonografer akan
ada rencana pemeriksaan USG abdomen CITO dari ruangan yang
bersangkutan saat itu juga.
d) Pasien yang akan melakukan pemeriksaan USG abdomen CITO
diperbolehkan langsung datang ke Instalasi Radiologi untuk dilakukan
pemeriksaan.
e) Pasien dapat langsung datang ke bagian Instalasi Radiologi yang didampingi
dengan perawat ruangan untuk dilakukan pemeriksaan.
f) Setelah tiba di Instalasi Radiologi terlebih dahulu perawat ruangan
menyerahkan formulir permintaan pemeriksaan USG ke bagian administrasi
Instalasi Radiologi.
g) Petugas administrasi Instalasi Radiologi akan mencatat data pasien yang akan
melakukan pemeriksaan USG pada buku registrasi Radiologi dan menginput
data pasien ke dalam komputer.
h) Kemudian petugas administrasi Instalasi Radiologi menyerahkan formulir
pemeriksaan USG kepada sonografer di ruang pemeriksaan USG agar segera
dilakukan pemeriksaan pada pasien yang bersangkutan.
i) Sonografer memanggil pasien untuk dilakukan pemeriksaan, pemeriksaan
dilakukan dengan didampingi perawat ruangan. Kemudian sonografer
menginput data pasien ke dalam monitor pesawat USG.
j) Setelah pasien berbaring di atas tempat tidur pemeriksaan, kemudian
pemeriksaan dilakukan.
42
bagian kepala berada pada bantalan agar pasien merasa nyaman. Daerah
abdomen pasien dibebaskan dari pakaian dan benda-benda yang dapat
mengganggu pemeriksaan, pada bagian bawah lipatan celana diberikan tisu
dengan tujuan agar pakaian pasien tidak terkena jeli. Setelah itu kedua tangan
pasien diletakkan di atas kepala agar area skening tidak terhalang oleh tangan
pasien. Gunakan selimut untuk menutupi daerah tubuh bawah pasien agar
merasa lebih hangat dan nyaman saat pemeriksaan berlangsung.
mengingat terdapat beberapa variasi letak apendiks yang tidak berada di daerah
mc burney selanjutnya skening dilanjutkan dengan melakuka sliding dan
sweeping pada keseluruhan daerah rongga abdomen kanan. Skening dilakukan
dengan cara sliding dari arah hati lobus kanan hingga daerah mc burney
terbawah pada proyeksi transversal dan sliding dari daerah mid coronal plane
(MCP) hingga daerah mid sagital plane (MSP) pada proyeksi longitudinal.
Sliding dilakukan dengan medadukan teknik sweeping ke arah inferior dan
superior secara perlahan.
Setelah skening keseluruhan rongga abdomen kanan dilakukan, struktur
apendiks pasien An. IA tetap tidak tervisualisasi. Pengambilan gambaran
daerah mc burney dilakukan pada proyeksi transversal dan longitudinal dengan
landmark muskulus psoas dan pembuluh darah iliaka. Skening selanjutnya
adalah melakukan perbandingan gambaran antara daerah mc burney dengan
daerah iliaka kiri pada proyeksi transversal dengan landmark yang sama, hal
ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat perbandingan ekho struktur antara
daerah mc burney dan iliaka kiri. Keseluruhan hasil gambaran di lengkapi
dengan body marker untuk memperjelas sisi abdomen yang diperiksa.
b. Sampel 2
Pada pasien Tn. J pemeriksaan dilakukan dalam posisi tidur terlentang
(supine) di atas tempat tidur pemeriksaan dengan kedua tangan berada di atas
kepala, selanjutnya daerah abdomen pasien dibebaskan dari pakaian dan benda-
benda yang dapat mengganggu pemeriksaan. Dilakukan penginputan data
pemeriksaan berupa pemasukan nomor rekam medis, nama pasien, umur dan
jenis kelamin. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan transduser
konveks frekuensi 3-5 MHz.
Skening dilakukan pada daerah mc burney dengan proyeksi transversal,
terlebih dahulu dilakukan pengaturan TGC agar didapatkan gambaran dengan
ekho yang homogen pada tiap kedalaman dan pengaturan depth, pada pasien
Tn. J kedalaman area skening kurang lebih 5 hingga 11 cm, pengaturan depth
dipilih lebih dalam dikarenakan pasien Tn. J memiliki tubuh yang gemuk dan
massa otot yang padat. Setelah pengaturan TGC dan overall gain selesai
dilakukan selanjutnya dilakukan skening dengan memberikan penekanan
46
secara perlahan di daerah mc burney yang dipadukan dengan teknik sliding dan
sweeping ke arah superior dan inferior hingga apendiks tervisualisasi. Skening
pasien Tn. J ditemui kesulitan untuk visualisasi apendiks dikarenakan tubuh
pasien yang gemuk dan memiliki massa otot yang cukup padat, penekanan
dilakukan dengan lebih kuat lagi agar apendiks tervisualisasi lebih jelas. Pada
proyeksi transversal terlihat struktur hipoekhoik berbentuk bulat dengan
struktur anekhoik yang melingkar menyerupai cincin yang biasa disebut
sebagai doughnut sign. Setelah apendiks terviasualisasi pada proyeksi
transversal, selanjutnya skening dilakukan pada proyeksi longitudinal dengan
0
memutar transduser 90 ke arah superior. Pada proyeksi ini akan terlihat
struktur yang sama berbentuk tubular yang biasa disebut sebagai sosis sign.
Setelah apendiks tervisualisasi dengan jelas pada masing-masing proyeksi, lalu
dilakukan pengukuran diameter apendiks pada proyeksi transversal dan
pengukuran panjang apendiks pada proyeksi longitudinal, teknik pengukuran
dilakukan dari dinding terluar ke dinding terluar apendiks.
Setelah evaluasi daerah mc burney selesai dilakukan, langkah selanjutnya
adalah melakukan perbandingan gambaran antara daerah mc burney dengan
daerah iliaka kiri pada proyeksi transversal dengan landmark muskulus psoas
dan pembuluh darah iliaka, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat
perbandingan ekho struktur antara daerah mc burney dan iliaka kiri.
Keseluruhan hasil gambaran di lengkapi dengan body marker untuk
memperjelas sisi abdomen yang diperiksa.
c. Sampel 3
Pada pasien Tn. SP pemeriksaan dilakukan dalam posisi tidur terlentang
(supine) di atas tempat tidur pemeriksaan dengan kedua tangan berada di atas
kepala, selanjutnya daerah abdomen pasien dibebaskan dari pakaian dan benda-
benda yang dapat mengganggu pemeriksaan. Dilakukan penginputan data
pemeriksaan berupa pemasukan nomor rekam medis, nama pasien, umur dan
jenis kelamin. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan transduser
konveks frekuensi 3-5 MHz.
Skening dilakukan pada daerah mc burney dengan proyeksi transversal,
terlebih dahulu dilakukan pengaturan TGC agar didapatkan gambaran dengan
47
ekho yang homogen pada tiap kedalaman dan pengaturan depth, pada pasien
Tn. SP kedalaman area skening kurang lebih 5 hingga 12 cm, pengaturan depth
dipilih lebih dalam dikarenakan pasien Tn. SP merasakan rasa sakit hingga ke
daerah posterior mc burney sehingga terdapat kemungkinan lokasi apendiks
berada lebih dalam dari permukaan abdomen. Setelah pengaturan TGC dan
overall gain selesai dilakukan selanjutnya dilakukan skening dengan
memberikan penekanan secara perlahan di daerah mc burney yang dipadukan
dengan teknik sliding dan sweeping ke arah superior dan inferior hingga
apendiks tervisualisasi. Skening pasien Tn. SP ditemui kesulitan untuk
visualisasi apendiks dikarenakan pasien tidak kuat menahan rasa sakit yang
ditimbulkan dari penekanan transduser. Demi kenyamanan pasien teknik
penekanan dilakukan semaksimal mungkin namun tetap menghasilkan
gambaran yang maksimal. Pada proyeksi transversal terlihat struktur
hipoekhoik inhomogen dengan batasan yang tidak tegas disertai struktur
kompleks di dalamnya. Selanjutnya skening dilakukan pada proyeksi
0
longitudinal memutar transduser 90 ke arah superior, pada proyeksi ini terlihat
struktur yang sama namun terlihat lebih luas daerah hipoekhoik inhomogennya.
Walaupun struktur dinding apendiks tidak tervisualisasi dengan jelas karena
terdapat kemungkinan telah terjadi perforasi, namun pengukuran diameter dan
panjang apendiks tetap dilakukan. Pengukuran diameter dilakukan pada
proyeksi transversal dan pengukuran panjang apendiks dilakukan pada
proyeksi longitudinal dengan teknik pengukuran dari dinding terluar ke dinding
terluar, pada gambaran dinding terluar apendiks dipilih pada daerah yang
memiliki batas samar dari struktur hipoekhoik inhomogen tersebut.
Pada pasien Tn. SP perbandingan gambaran daerah mc burney dengan
daerah iliaka kiri tidak dilakukan, dikarenakan pada daerah mc burney sudah
cukup jelas memperlihatkan struktur hipoekhoik inhomogen yang dicurigai
sebagai apendisitis. Keseluruhan hasil gambaran di lengkapi dengan body
marker untuk memperjelas sisi abdomen yang diperiksa.
b. Sampel 2
Deskripsi hasil gambaran daerah mc burney :
Hasil skening proyeksi transversal pada daerah mc burney, tampak
gambaran hipoekhoik berbentuk bulat dengan struktur anekhoik melingkar
seperti cincin (doughnut sign). Diamater apendiks membengkak ± 1,47 cm.
Pada skening proyeksi longitudinal tampak gambaran hipoekhoik tubular
(sosis sign) dengan struktur anekhoik melingkar dengan panjang ± 4,90 cm
tanpa pergerakan peristaltik.
Deskripsi hasil gambaran daerah mc burney dan iliaka kiri :
Hasil skening proyeksi transversal daerah mc burney tampak gambaran
hipoekhoik berbentuk bulat dengan struktur anekhoik melingkar seperti cincin
(doughnut sign) tanpa pergerakan peristaltik. Pada skening proyeksi transversal
daerah fosa iliaka kiri tampak gambaran hipoekhoik homogen.
50
Dari temuan hasil laboratorium nilai luekosit Tn. J yaitu 6,7 ribu/uL, nilai
leukosit diperoleh dari data bagian laboratorium.
Gambar 4.10 Hasil gambaran USG Tn. J daerah mc burney dan iliaka kiri
(Sumber: Instalasi radiologi RSUD Cengkareng Jakarta)
c. Sampel 3
Deskripsi hasil gambaran daerah mc burney :
51
B. Pembahasan
Dalam pembahasan ini akan dievaluasi mengenai prosedur persiapan
pasien, persiapan alat, posisi pasien, teknik skening dan hasil gambaran
pemeriksaan USG pada apendisitis sesuai dengan tujuan khusus yang akan
dicapai.
1. Pembahasan Tujuan Khusus 1
Mendeskripsikan dan mengevaluasi prosedur persiapan pasien, persiapan
alat dan posisi pasien yang digunakan dari pemeriksaan USG pada apenisitis.
52
a. Pasien 1
1) Masalah yang dihadapi
Pasien An. IA berasal dari unit rawat inap yang melakukan pemeriksaan
USG tanpa persiapan pemeriksaan. Saat skening dilakukan kandung kemih
pasien tidak terisi penuh dengan urin sehingga evaluasi menjadi kurang
maksimal karena usus-usus masih berada di daerah rongga mc burney dan
rongga pelvis. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan transduser
konveks dan posisi pasien tidur terlentang di atas tempat tidur pemeriksaan.
2) Jalan keluar yang dilakukan
Skening dilakukan semaksimal mungkin pada daerah mc burney dengan
memberikan penekakanan yang sedikit berlebih agar artefak udara di daerah
mc burney dan rongga pelvis berkurang dan evaluasi menjadi lebih mudah.
3) Temuan penelitian
Pada pasien dengan kondisi kandung kemih yang tidak terisi penuh atau
kosong sebaiknya sebelum pemeriksaan USG CITO dilakukan, beberapa saat
sebelum datang ke instalasi radiologi sebaiknya menahan buang air kecil dan
minum air mineral semampunya agar kandung kemih terisi penuh oleh urin
sehingga evaluasi daerah mc burney dan rongga pelvis menjadi lebih mudah
dan menghindari terjadinya kesalahan diagnosa.
b. Pasien 2
1) Masalah yang dihadapi
Tidak terdapat permasalahan pada saat melakukan pemeriksaan,
dikarenakan pasien Tn. J melakukan persiapan pemeriksaan yang telah
diinstruksikan dengan baik, dapat berkomunikasi dan bekerja sama dengan
baik. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan transduser konveks dengan
posisi pasien tidur terlentang di atas tempat tidur pemeriksaan.
2) Jalan keluar yang dilakukan
Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan prosedur USG pada apendisitis.
3) Temuan penelitian
Tidak ada temuan baru yang didapatkan dari prosedur persiapan pasien,
persiapan alat dan posisi pasien yang digunakan dari pemeriksaan USG pada
apendisitis yang dilakukan oleh pasien Tn. J.
53
c. Pasien 3
1) Masalah yang dihadapi
Pasien Tn. SP berasal dari unit rawat inap yang melakukan pemeriksaan
USG tanpa melakukan persiapan pemeriksaan. Tidak terdapat permasalahan
pada saat melakukan pemeriksaan karena kandung kemih pasien sudah terisi
penuh dengan urin sehingga dapat membantu evaluasi daerah mc burney dan
rongga pelvis. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan transduser
konveks dengan posisi pasien tidur terlentang di atas tempat tidur pemeriksaan.
2) Jalan keluar yang dilakukan
Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan prosedur USG pada apendisitis.
3) Temuan penelitian
Tidak ada temuan baru yang didapatkan dari prosedur persiapan pasien,
persiapan alat dan posisi pasien yang digunakan dari pemeriksaan USG pada
apendisitis yang dilakukan oleh pasien Tn. SP.
3) Temuan penelitian
Penekanan pada evaluasi apendiks memang harus dilakukan agar udara
yang dapat membuat artefak dapat berkurang. Melakukan skening secara
keseluruhan juga penting dilakukan apabila struktur apendiks tidak
tervisualisasi di daerah mc burney mengingat terdapat beberapa variasi letak
apendiks yang tidak berada di rdaerah mc burney. Dalam pengambilan
gambaran, pembuluh darah iliaka dan muskulus psoas dapat dijadikan sebagai
landmark, karena secara anatomi normal organ apendiks berada di bagian
anterior dari organ tersebut.
b. Sampel 2
1) Masalah yang dihadapi
Pada skening pasien Tn. J mengalami kesulitan dikarenakan pasien memiliki
tubuh yang gemuk dan massa otot yang padat. Pemeriksaan memakan waktu
cukup lama untuk mengevaluasi daerah mc burney dan iliaka kiri.
2) Jalan keluar yang dilakukan
Untuk melakukan evaluasi daerah mc burney dilakukan penekanan yang
cukup kuat menggunakan transduser agar organ apendiks dapat tervisualisasi
dengan jelas dan pengukuran diameter apendiks dapat maksimal. Hal serupa
juga dilakukan saat skening di daerah ilika kiri agar ekho struktur daerah iliaka
kiri terlihat jelas dengan landmark pembuluh darah iliaka dan muskulus psoas.
3) Temuan penelitian
Pada pasien yang memiliki badan gemuk dengan massa otot yang padat
penekanan yang cukup kuat dapat dilakukan agar apendiks dan ekho struktur
daerah iliaka kiri dapat tervisualisasi dengan baik. Namun penekanan yang
dilakukan juga harus mengingat keadaan pasien, lakukan semaksimal mungkin
tanpa memaksakan penekanan berlebihan agar pasien merasa nyaman.
c. Sampel 3
1) Masalah yang dihadapi
Pada skening pasien Tn. SP mengalami kesulitan dikarenakan pasien
merasakan sakit yang sangat tidak tertahankan diperut bagian kanannya. Organ
apendiks sulit tervisualisasi karena hanya terlihat struktur kompleks di daerah
mc burney.
55
apendiks. Hal ini dibuktikan dengan hasil patologi anatomi pasien An. IA yaitu
apendisitis dengan mikroperforasi. Hasil laboratorium juga menunjukan
adanya peningkatan nilai leukosit yaitu 20,7 ribu/uL.
b. Sampel 2
1) Masalah yang dihadapi
Pada hasil gambaran pasien Tn. J peneliti curiga adanya apendisitis,
sehingga peneliti harus melakukan pengambilan gambaran yang paling
optimal.
2) Jalan keluar yang dilakukan
Skening di daerah mc burney pada proyeksi transversal dilakukan
semaksimal mungkin hingga struktur hipoekhoik berbentuk bulat yang disertai
struktur anekhoik melingkar seperti cincin terlihat dengan jelas. Begitupun
pada proyeksi longitudinal hingga struktur yang sama berbentuk tubular
terlihat dengan jelas. Pengambilan gambaran daerah iliaka kiri juga dilakukan
dengan optimal dengan memperlihatkan pembuluh darah iliaka dan muskulus
psoas terlihat jelas.
3) Temuan penelitian
Pada hasil skening daerah mc burney proyeksi transversal tampak
gambaran hipoekhoik berbentuk bulat disertai struktur anekhoik melingkar
seperti cincin (doughnut sign) dengan diamater apendiks membengkak ± 1,47
cm. Struktur yang sama terlihat pada proyeksi longitudinal berbentuk tubular
(sosis sign) dengan dengan panjang ± 4,90 cm tanpa pergerakan peristaltik.
Sedangkan skening daerah iliaka kiri proyeksi transversal memperlihatkan
struktur hipoekhoik homogen. Hasil laboratorium nilai luekosit Tn. J yaitu 6,7
ribu/uL, nilai leukosit diperoleh dari data bagian laboratorium.
c. Sampel 3
1) Masalah yang dihadapi
Pada hasil gambaran pasien Tn. SP peneliti curiga adanya gambaran
apendisitis karena dari hasil laboratorium nilai leukosit pasien mengalami
peningkatan, namun setelah skening dilakukan hanya memperlihatkan struktur
kompleks di daerah mc burney dengan batasan yang tidak tegas.
2) Jalan keluar yang dilakukan
57
58
59
B. Saran
1. Prosedur Persiapan Pasien, Persiapan Alat dan Posisi Pasien
a. Pada pasien 1 An. IA, sebaiknya sebelum pemeriksaan USG CITO dilakukan,
beberapa saat sebelum datang ke instalasi radiologi sebaiknya menahan buang
air kecil dan minum air mineral semampunya agar kandung kemih terisi penuh
oleh urin sehingga evaluasi daerah mc burney dan rongga pelvis menjadi lebih
mudah dan menghindari terjadinya kesalahan diagnosa.
2. Teknik Skening
60
a. Pada pasien 1 An. IA, sebaiknya penekanan saat skening apendiks dilakukan
agar udara yang dapat membuat artefak dapat berkurang. Selain itu Melakukan
skening secara keseluruhan juga penting dilakukan apabila struktur apendiks
tidak tervisualisasi di daerah mc burney mengingat terdapat beberapa variasi
letak apendiks yang tidak berada di daerah mc burney. Dalam pengambilan
gambaran, pembuluh darah iliaka dan muskulus psoas dapat dijadikan sebagai
landmark, karena secara anatomi normal organ apendiks berada di bagian
anterior dari organ tersebut.
b. Pada pasien Tn. J, sebaiknya pada pasien yang memiliki badan gemuk dengan
massa otot yang padat penekanan yang cukup kuat dapat dilakukan agar
apendiks dan ekho struktur daerah iliaka kiri dapat tervisualisasi dengan baik.
c. Pada pasien Tn. SP, sebaiknya pada pasien yang merasa kesakitan di perut
kanan daerah mc burney, dalam melakukan skening dilakukan penekanan
secukupnya saja namun tetap menghasilkan gambaran yang optimal.
3. Hasil Mutu Gambaran USG pada Apendisitis
Secara keseluruhan untuk menghasilkan hasil gambaran USG dengan
klinis apendisitis perlu dilakukan teknik penekanan agar artefak udara dari usus
dapat berkurang, selain itu rasa sakit yang ditimbulkan dari penakanan
ransduser dapat dijadikan tanda adanya indikasi peradangan apendiks. Skneing
dilakukan pada proyeksi transversal yang akan memperlihatkan struktur
hipoekhoik berbentuk bulat yang disertai struktur anekhoik melingkar seperti
cincing yang disebut sebagai doughnut sign dan proyeksi longitudinal dengan
struktur yang sama bentuk tubular yang biasa disebut sebagai sosis sign.
Dilakukan pengukuran apendiks dari dinding terluar ke dinding terluar
apendiks, pada apendisitis diameter akan membengkak melebihi 6 mm tanpa
pergerakan peristaltik. Pada apendisitis perforasi memperlihatkan struktur
hipoekhoik berbatas tidak tegas dengan struktur kompleks di dalamnya. Pada
apendisitis apendikolit akan memperlihatkan struktur hiperekhoik dengan
posterior akustik shadowing, untuk memperjelas struktur tersebut dilakukan
pengaturan TGC agar gamabaran menjadi lebih jelas. Selain itu pada
apendisitis akan memperlihatkan struktur hipoekhoik inhomogen di daerah mc
burney jika dibandingkan dengan struktur iliaka kiri yang lebih homogen.
DAFTAR PUSTAKA
1. Baradero, M., Dayrit, M. W., & Siswandi, Y. (2005). Klien Gangguan Hati:
Seri Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC. Hal. 15
2. Bellagha, I., Chehida, F. B., Couture, A., Gharbi, H., Hammou, A., Khomsi,
W. D., et al. (2013). Pediatric Ultrasound. Dalam Manual of Diagnostic
Ultrasound Volume 2, 2nd Edition. Geneva: World Health Organization. Hal.
276-278
3. Brayer, B., Bruguera, C. A., Gharbi, H. A., Golberg, B. B., H. Tan, F. E.,
Wachira, M. W., et al. (2002). Manual Of Diagnostic Ultrasound. In P. Palmer
(Ed.). Geneva: WHO. Hal. 138-139, 147
5. Bruyn, R. D. (2005). Pediatric Ultrasound How, Why and When 2nd Edition.
London: Elsevier. Hal. 184, 194-197
6. Chao, A., & Gharahbaghian, L. (2014). Tips and Tricks : Ultrasound In The
Diagnosis of Acute Appendicitis. American College of Emergency
Physicians.
http://www.acep.org/Content.aspx?id=101803
diakses pada tanggal 01 Januari 2016
15. Pacharn, P., Ying, J., Linam, L. E., Broody, A. S., & Babcock, D. S. (2010,
December). Sonography in the Evaluation of Acute Appendicitis, Are
Negative Sonographic Findings Good Enough? Ultrasound in Medicine.
http://www.jultrasoundmed.org/content/29/12/1749.full
diakses pada tanggal 31 Januari 2016
16. Price, S. A., & Wilson, L. M. (2003). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
proses Penyakit Edisi 6 Vol.1. Jakarta: EGC. Hal. 448-449
17. Scoutt, L. M., Sawyers, S. R., Bokhari, J., & Hamper, U. M. (2007).
Ultrasound of Acute Abomen. Dalam L. M. Scoutt (Penyunt.), Ultrasound
Clinic. New Heaven: Elsevier. Hal. 507-510
18. Siegfried, D. R. (2004). Anatomy & Physiology For Dummies. Canada/
Indianapolis: Wiley Publishing, Inc.
19. Singh, V. (2014). Textbook of Anatomy Abdomen and Lowe Limb : Second
Edition. New Delhi: Reed Elsevier India. Hal. 153-155
20. Skandalakis, L. J., Skandalakis, J. E., & Skandalakis, P. N. (2009). Surgical
Anatomy and Technique a Pocket Manual Third Edition. New York: Springer.
Hal. 403-405
21. Underwood, J. C. (1996). General and Systemic Pathalogy Volume 2 2nd
Edition. London: Churchill Livingstone. Hal. 442-445
22. Valesky, Aponte, Secko, Mehta, & Solomon, R. (2012). Focus On:
Ultrasound for Appendicitis. American College of Emergency Physicians.
http://www.acep.org/Continuing-Education-top-banner/Focus-On--
Ultrasound-for-Appendicitis/
diakses pada tanggal 09 Oktober 2015
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BIODATA
PENDIDIKAN FORMAL
2000 – 2006 Madrasah Ibtidaiyah Asy Syuhada Jakarta
2006 – 2009 SMP Negeri 281 Jakarta
2009 – 2012 SMA Negeri 9 Jakarta
2012 – 2016 Politeknik Kesehatan Kemenkes Jakarta II
PEDOMAN WAWANCARA
Wawancara Dengan
Nama Responden :
Fungsional : Dokter Spesialis Radiologi di RSUD Cengkareng
Lokasi :
Tanggal Wawancara :
Waktu Wawancara :
1. Adakah persiapan khusus yang perlu dilakukan oleh pasien sebelum dilakukan
pemeriksaan USG abdomen pada apendisitis?
2. Bagaimana teknik pemeriksaan yang dilakukan pada USG abdomen dengan
diagnosa apendisitis?
3. Apa saja yang dapat dijelaskan dari sonogram pemeriksaan USG abdomen
pada apendisitis?
4. Apakah sonogram yang dihasilkan sudah dapat memberikan informasi
diagnostik secara optimal?
5. Apakah modalitas USG dalam mendeteksi kasus apendisitis cukup efektif?
6. Apa kelebihan dan kekurangan yang perlu diperbaiki untuk menghasilkan
gambaran USG abdomen pada apendisitis yang lebih baik lagi dari segi
informasi diagnostik yang dihasilkan?
LAMPIRAN 4
PEDOMAN WAWANCARA
Wawancara Dengan
Nama Responden :
Fungsional : Sonografer di RSUD Cengkareng
Lokasi :
Tanggal Wawancara :
Waktu Wawancara :
1. Adakah persiapan khusus yang perlu dilakukan oleh pasien sebelum dilakukan
pemeriksaan USG abdomen pada apendisitis?
2. Bagaimana persiapan alat yang dilakukan pada USG abdomen dengan
diagnosa apendisitis?
3. Bagaimana teknik pemeriksaan yang dilakukan pada USG abdomen dengan
diagnosa apendisitis?
4. Bagaimana kriteria sonogram pemeriksaan USG abdomen pada apendisitis?
LAMPIRAN 7
P : Kaka, USG nya sudah selesai kah? Boleh aku ganggu waktunya sebentar
ga ka buat wawancara?
R3 : Udah dong ul, ayo boleh diruangan aku aja yah.
P : Ok, ka.
R3 : Jadi apa yang mau ditanyain ul? Skripsinya gimana udah selesai?
P : Bulum selesai ka skripsi aku, masih dalam proses hehe, doakan ya ka.
Jadi ini ka, ada beberapa pertanyaan yang akan aku tanyain ke kaka
mengenai skripsi evaluasi USG abdomen pada apendisitis itu ka.
R3 : Semoga lancar ya de. Apa aja tuh pertanyaannya?
P : Ka, apakah ada persiapan khusus yang harus dilakukan sebelum
pemeriksaan USG abdomen pada kasus apendisitis?
R3 : Tidak ada, karena seringnya pemeriksaan USG untuk diagnosa
apendisitis bersifat cito dengan kondisi pasien yang harus segera
diperiksa. Sekalipun ada pasien yang diperiksa dengan perjanjian dan
berpuasa tidak ada pengaruhnya terhadap gambaran app.
P : Lalu, kalo dari segi persiapan alat bagaimana ka?
R3 : Persiapan alat, maksudnya pesawat atau pemilihan probe?
P : Pemilihan probe ka.
R3 : Menggunakan transduser konveks sudah dapat memperlihatkan
gambaran organ apndiks biasanya. Sekalipun apendiksnya tidak
tervisualisasi akan terlihat gambaran hipoekhoik inhomogen yang jelas di
daerah fosa iliaka kanan atau mc burney’s dengan bayangan tulang iliaka
kanan yang berbentuk melengkung sebagai landmark atau arteri dan vena
iliaka juga bisa digunakan sebagai landmark juga.
P : Bagaimana dengan teknik skening yang dilakukan untuk pemeriksaan
USG abdomen pada apendisitis?
R3 : Kalo untuk evaluasi apendisitis biasanya skening yang dilakukan hanya
proyeksi transversal dan longitudinal aja si de sejauh ini. Skening
dilakukan di daerah fosa iliaka kanan, setelah itu biasanya dilakukan
perbandingan antara fossa iliaka kanan dan fossa iliaka kiri untuk melihat
perbandingan struktur ekhogenitasnyanya apakah homogen atau
inhomogen.
P : Terus ka, bagaimana kriteria sonogram USG abdomen pada apendisitis?
R3: Pada potongan transversal biasanya akan terlihat gambaran hipoekhoik
seperti lingkaran atau biasa disebut doughnut sign. Sedangkan pada
potongan longitudinal akan terlihat gambaran hipoekhoik berbentuk
tubuler biasa disebut sosis sign. Kalo dilakukan pengukuran akan
melebihi nilai normal dan terlihat membengkak de. Atau apabila sudah
terjadi perforasi struktur apendiks sudah tidak terlihat jelas lagi hanya
gambaran hipoekhoik seperti ada klasifikasi atau puss disekitarnya.
Kalau struktur bulat atau tubuler tidak terlihat, dilakukan perbandingan
antara fossa iliaka kanan dan kiri untuk melihat perbedaan ekhonya.
Biasanya pada apendisitis ekho struktur fosa iliaka kanan akan terlihat
berbeda de dengan yang sebelah kiri, kalau dokter rosiana biasa
menjelaskan terlihatnya struktur hipoekhoik inhomogen di fosa iliaka
kanan.
P: Kaka sementara ini pertanyaannya hanya itu saja. Jangan bosan-bosan ya Ka
sama aku hehe. Terimakasih banyak kaka untuk waktunya.
R3: Sama-sama adeku.
LAMPIRAN 8
NASKAH PENJELASAN
Pada penelitian ini, anda merupakan pasien USG abdomen dengan klinisi
apendisitis. Apabila anda memenuhi kriteria persyaratan sebagai sampel dalam
penelitian ini, maka anda dengan sukarela tanpa tekanan dari siapapun,
diperkenankan untuk mengikuti penelitian ini. Apabila ditengah penelitian, anda
merasa tidak berkenan mengikiti penelitian ini, anda dengan bebas dapat
mengundurkan diri tanpa ada sanki apapun.
Pada saat penelitian, anda akan melakukan persiapan pemeriksaan yang harus
dilakukan sebelum pemeriksaan dilakukan, setelah itu akan dilakukan
pemeriksaan USG abdomen secara lengkap dengan pemeriksaan apendiks. Sampel
diposisikan tiduran terlentang (supine) di atas tempat tidur pemeriksaan. Setelah
itu akan dilakukan pemeriksaan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur
(SOP) rumah sakit yang bersangkutan.
Atas partisipasi dan kerjasamanya, diucapkan terimakasih. Jika ada hal-hal yang
belum jelas, dapat menghubungi peneliti :
INFORM CONSENT
Nama :
Umur :
Alamat :
Jakarta,
Saksi Yang menyatakan
(.......................................)
(.......................................)
LAMPIRAN 18
No Kegiatan Keterangan
1 Persiapan pasien 1. Menjelaskan prosedur pemeriksaan
1. Pasien diposisikan supine diatas tempat tidur
2. Data pasien dimasukan kedalam register
2 Persiapan pemeriksaan pesawat USG sebelum melakukan skening
3. Diberikan jelly pada daerah abdomen
sebelum melakukan skening
NAMA BULAN
No. KEGIATAN DESEMBER JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
1 Pengajuan Judul √
Proposal
2 Bimbingan Proposal √ √ √ √ √ √
3 Seminar Proposal √
4 Perbaikan Proposal √ √
5 Pengumpulan √
Perbaikan Proposal
6 Pembuatan Protokol √ √
7 Pengajuan Perizinan √
8 Pengumpulan Data √ √ √ √ √ √ √ √
9 PKN √ √ √ √
10 Seminar Laporan √
PKN
11 Penyusunan Skripsi √ √ √ √ √ √ √ √ √
12 Seminar Skripsi √
13 Perbaikan Skripsi √ √ √ √ √
14 Pengumpulan √
Perbaikan Skripsi