1 Mahasiswa/i
Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Kejadian Depresi pada Usia Lanjut di Wilayah Kerja Puskesmas
Tanjung Duren Selatan
Kejadian depresi
dr.Andri, SpKJ,FAPM
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Hipotesis
Aktivitas fisik mempengaruhi penurunan kejadian depresi pada lanjut usia.
Tujuan Khusus:
1. Mengetahui demografi lanjut usia (usia, jenis kelamin dan status perkawinan) di wilayah
kerja Puskesmas Tanjung Duren Selatan.
2. Mengetahui gambaran aktivitas fisik lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Tanjung
Duren Selatan.
3. Mengetahui gambaran kejadian depresi lanjut usia di wilayah kerja Puskesmas Tanjung
Duren Selatan.
4. Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian depresi pada lanjut usia di
wilayah kerja Puskesmas Tanjung Duren Selatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Proses penuaan adalah peristiwa yang normal dan alamiah yang dialami oleh setiap individu.
Perubahan terjadi dari berbagai aspek fisik, mental dan sosial. Perubahan fisik yang dapat diamati
pada seseorang adalah rambut memutih, kulit keriput, tipis, kering dan longgar, mata berkurang
penglihatan oleh kelainan refraksi atau pun katarak, daya penciuman menurun, daya pengecap kurang
peka terhadap rasa manis dan asin, pendengaran berkurang, persendian kaku dan sakit, lepas
BAK/BAB (inkontinensia). Perubahan mental yang dialami karena perasaan kehilangan terutama
pasangan hidup maupun sanak-keluarga atau teman dekat (bereavement), sering menyendiri, perasaan
9
10
Aktivitas fisik yang bersifat untuk ketahanan, dapat membantu jantung, paru-paru, otot, dan
sistem sirkulasi darah tetap sehat dan membuat tubuh jadi lebih bertenaga. Untuk mendapatkan
ketahanan maka aktivitas fisik yang harus dilakukan yaitu selama 30 menit (4-7 hari per minggu).
Contoh beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti : berjalan kaki, misalnya turunlah dari bus
lebih awal menuju tempat kerja kira-kira menghabiskan 20 menit berjalan kaki dan saat pulang
berhenti di halte yang menghabiskan 10 menit berjalan kaki menuju rumah; lari ringan; berenang;
senam; bermain tenis; berkebun dan kerja di taman.
2. Kelenturan (flexibility)
Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat membantu pergerakan lebih mudah,
mempertahankan otot tubuh tetap lentur dan sendi berfungi dengan baik. Untuk mendapatkan
kelenturan maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (4-7 hari per minggu). Contoh
beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti : peregangan, mulai dengan perlahan-lahan tanpa
kekuatan atau sentakan, lakukan secara teratur untuk 10-30 detik, bisa mulai dari tangan dan kaki;
senam taichi, yoga; mencuci pakaian, mobil; mengepel lantai.
3. Kekuatan (strength)
Aktivitas fisik yang bersifat untuk kekuatan dapat membantu kerja otot tubuh dalam menahan
sesuatu beban yang diterima, tulang tetap kuat, dan mempertahankan bentuk tubuh serta
membantu meningkatkan pencegahan terhadap penyakit seperti osteoporosis. Untuk mendapatkan
kelenturan maka aktivitas fisik yang dilakukan selama 30 menit (2-4 hari per minggu). Contoh
beberapa kegiatan yang dapat dipilih seperti: push up, pelajari teknik yang benar untuk mencegah
otot dan sendi dari kecelakaan; naik turun tangga; angka berat/beban; membawa belanjaan;
mengikuti kelas senam terstruktur dan terukur (fitness).
11
12
13
14
15
Perubahan pada lansia depresi dapat dikategorikan menjadi perubahan fisik, perubahan dalam
pemikiran, perubahan dalam perasaan, dan perubahan perilaku.
Perubahan Fisik
• Perubahan nafsu makan sehingga berat badan turun (lebih dari 5% dari berat badan bulan terakhir)
• Gangguan tidur berupa gangguan untuk memulai tidur, tetap tertidur, atau tidur terlalu lama
• Jika tidur, merasa tidak segar dan lebih buruk di pagi hari
• Penurunan energi dengan perasaaan lemah dan kelelahan fisik
• Beberapa orang mengalami agitasi dengan kegelisahan dan bergerak terus
• Nyeri, nyeri kepala, dan nyeri otot dengan penyebab fisik yang tidak diketahui
• Gangguan perut, konstipasi
Perubahan Pemikiran
• Pikiran kacau, melambat dalam berpikir, berkonsentrasi, atau sulit mengingat informasi
• Sulit dan sering menghindari mengambil keputusan
• Pemikiran obsesif akan terjadi bencana atau malapetaka
• Preokupasi atas kegagalan atau kekurangan diri menyebabkan kehilangan kepercayaan diri
• Menjadi tidak adil dalam mengambil keputusan
• Hilang kontak dengan realitas, dapat menjadi halusinasi (auditorik) atau delusi
• Pikiran menetap tentang kematian, bunuh diri, atau mencoba melukai diri sendiri
Perubahan Perasaan
• Kehilangan minat dalam kegiatan yang dulu merupakan sumber kesenangan
• Penurunan minat dan kesenangan seks
• Perasaan tidak berguna, putus asa, dan perasaan bersalah yang besar
• Tidak ada perasaan
• Perasaan akan terjadi malapetaka
• Kehilangan percaya diri
16
17
18
Meningkatkan aktivitas
neurotransmitter, memperbaiki
GDS-15 (Geriatric
aliran darah, dan memicu Kejadian Depresi Depression Scale)
produksi faktor pertumbuhan
otak (brain growth factor).
-
Faktor
organobiologik
Fungsi Kognitif
- Faktor genetik
Usia, Jenis Kelamin, yang intak
- Faktor psikososial
Status Perkawinan
- Faktor kepribadian 20
- Komorbiditas
dengan
FAKULTAS KEDOKTERAN penyakit KRISTEN KRIDA WACANA
UNIVERSITAS
Diteliti
Tidak diteliti
12 Metodologi Penelitian Uraikan dengan jelas tetapi ringkas strategi umum dari penelitian yang diusulkan
serta pendekatan khusus dan metode yang akan digunakan. Apabila diperlukan fasilitas di institusi lain, tunjukan
bahwa lembaga yang bersangkutan telah dihubungi dan memberikan persetujuan. Jangan melebihi 3 halaman spasi
tunggal (12 pts Font)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross
sectional yaitu mencari hubungan antara variabel bebas (faktor risiko) dengan variabel tergantung (efek)
dengan melakukan pengukuran sesaat.21
21
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Tanjung Duren Selatan yang terdapat di Kelurahan
Tanjung Duren Selatan pada bulan Juli 2017.
Populasi
Populasi penelitian adalah seluruh penduduk lanjut usia yakni mereka yang berusia ≥ 60 tahun dan
berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Duren Selatan.
Sampel
Sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap
dapat mewakili populasinya. Subyek terpilih (eligible subjects) atau sampel yang dikehendaki (intended
sample) merupakan bagian dari populasi terjangkau yang direncanakan untuk diteliti langsung. Mereka
adalah subyek yang memenuhi kriteria pemilihan, yakni kriteria inklusi dan eksklusi, dan terpilih sebagai
subyek yang akan diteliti.21
Kriteria Inklusi
1. Seseorang baik pria dan wanita yang berusia 60-74 (Menurut kriteria lanjut usia (elderly) yang
ditetapkan WHO).
2. Berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Tanjung Duren Selatan.
3. Dapat diajak berkomunikasi secara verbal.
4. Lanjut usia yang dapat membaca dan menulis dengan baik.
5. Lanjut usia yang masih berpotensi dalam melakukan aktivitas fisik.
6. Hasil tes fungsi kognitif dengan menggunakan Mini Mental State Examination (MMSE) normal
yaitu 24-30.
7. Bersedia menjadi responden dan menandatangani informed consent
Kriteria Eksklusi
1. Lanjut usia yang menolak berpartisipasi dalam penelitian.
2. Lanjut usia yang tidak dapat membaca dan menulis.
3. Memiliki kondisi yang mengganggu atau membatasi pergerakan.
22
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah Non Probability Sampling. Metode Non
Probability Sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling. Pada Purposive Sampling ini peneliti
memilih responden berdasarkan pada pertimbangan subyektif dan praktis, bahwa responden tersebut
dapat memberikan informasi yang memadai untuk menjawab pertanyaan penelitian. Dalam penelitian ini
jumlah sampel ditentukan menurut perhitungan sampel yang menggunakan uji hipotesis terhadap rasio
odds pada studi kasus kontrol kategorik-kategorik tidak berpasangan. Dasarnya sama dengan uji klinis
pada variabel bebas berskala nominal dikotom dan variabel efek berskala nominal dikotom. Untuk uji
hipotesis hendaknya dipilih uji 2 arah. Rumus yang digunakan adalah seperti pada uji perbedaan 2
proporsi.21
n1 n 2
Z 2 PQ Z P1Q1 P2 Q2 2
P1 P 2 2
Keterangan :
Zβ = deviat baku beta (tingkat kesalahan tipe II) = 20 %, maka Zβ adalah 0,842
P2 = proporsi pada kelompok standar, tidak berisiko, atau kontrol (kepustakaan). Nilai P2 yang didapatkan
yaitu 0,75
Q2 = 1-P2 = 1-0,75 = 0,25
P1-P2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna (judgement) ditetapkan sebesar 0,2
P1 = proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement peneliti. Nilai P1 yang didapatkan, P1-
P2 = 0,2
P1 = 0,2+P2 0,2+0,75 = 0,95
QI = 1-P1 1-0,95 = 0,05
P = proporsi total = (P1+P2)/2 ( 0,95+0,75 )/2 = 0,85
Q = 1-P 1-0,85 = 0,15
2
1,96 2 0,85 0,15 0,84 0,95 0,05 0,75 0,25
n1 n 2
0,95 0,75 2
2
1,96 0, 255 0,84 0,0475 0,1875
n1 n 2
0,2 2
23
n1 n 2
0,98 0,40 2
0,04
n1 n2
1,38 2
0,04
1,9044
n1 n 2
0,04
n1 n 2 47,61 dibulatkan 48
Untuk mengantisipasi kemungkinan subyek terpilih yang drop out, loss to follow up atau subyek
tidak taat, maka perlu dilakukan koreksi terhadap besar sampel, dengan menambahkan sejumlah subyek
agar besar sampel tetap terpenuhi. Untuk ini tersedia formula sederhana yaitu :
n’ =
Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa kira-kira 10% (f=0,1) subyek drop out atau tidak taat
protokol. Dengan formula di atas, maka dapat dihitung jumlah subyek yang direncanakan diteliti (n’) =
48 / (1-0,1) = 53.
24
3.5.3 Cara
1) Mini Mental State Examination (MMSE)
a) Persiapan Alat
25
kertas kosong, dan gambar standar yang ada pada pemeriksaan.
b) Persiapan pasien
Sebelum melaksanakan pemeriksaan, pasien perlu diberitahu bahwa akan dilakukan tes
untuk mengetahui daya ingatan penderita dan tidak ada batas waktu untuk penderita serta
berikan dorongan dan dukungan pada pasien selama pemeriksaan tanpa mengganggu
pasien itu sendiri
c) Orientasi
Tanyakan pada pasien jam berapa sekarang, hari apa, bulan apa, dan tahun berapa, serta
musim apa. Berikan 1 poin untuk setiap jawaban yang benar, maksimal 5 poin. Kemudian
tanyakan mengenai orientasi tempat meliputi dimana sekarang pasien (kota, provinsi,
negara, rumah sakit apa, lantai berapa, dan sebagainya), dengan skor maksimal 5 poin.
d) Registrasi
Beritahu pada pasien bahwa pemeriksaan akan menyebutkan 3 nama benda dan minta
pasien untuk mengulangi ketiga nama benda tersebut. Berikan nilai 1 untuk masing
masing yang benar. Ulangi bila pasien salah sampai dapat menyebutkan benar catat
jumlah pengulangan yang dilakukan.
e) Konsentrasi, Atensi dan Kalkulasi
Pasien disuruh mengurangi 100 dengan 7, 93 dengan 7, 86 dengan 7, 79 dengan 7, 72
dengan 7, berikan nilai satu untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban,
atau pasien diminta untuk mengeja terbalik kata: ”WAHYU” (nilai diberikan pada huruf
yang benar sebelum kesalahan dengan skor maksimum 5).
f) Recall
Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda yang ditunjukkan di atas. Nilai 1 untuk
tiap jawaban benar, nilai maksimal 3.
g) Bahasa
26
tangan/arloji), nilai 1 untuk jawaban yang benar.
Pasien disuruh mengulang katakata ”namun”, ”tanpa”, dan ”bila”. Nilai 1 untuk
jawaban yang benar pada pengulangan yang pertama.
Pasien disuruh melakukan perintah ”Ambil kertas ini dengan tangan anda, lipatlah
menjadi 2 dan letakkan dilantai”. Nilai 1 untuk setiap langkah yang benar.
Pasien disuruh membaca dan melakukan perintah ”pejamkan mata anda”. Nilai 1
untuk respon yang benar.
Pasien disuruh menulis sebuah kalimat dengan spontan. Nilai 1 untuk kalimat yang
memiliki subyek dan kata kerja.
pasien untuk menggambar pentagon tersebut. Nilai 1 untuk gambar yang benar.
h) Penilaian
Nilai 2430 : normal atau baik
Nilai 1823 : gangguan kognitif ringan
mengerjakan pekerjaan yang mudah dan aman, masih bisa mengenali orang atau
alamat sendiri, pembicaraan terbatas tapi masih bisa dimengerti, mampu mengerjakan
tugas khusus tertentu.
Nilai 1017 : gangguan kognitif sedang
Seringkali tersesat di luar rumah, tak tahu alamat sendri, cenderung kecelakaan.
<10 : gangguan kognitif berat
Gangguan memori berat, tak menghiraukan hygiene pribadi sama sekali, pembicaraan
kacau.9
a) Persiapkan alat dan bahan yaitu alat tulis dan lembar kuisioner GDS15.
27
diwawancara, pertanyaan terdiri dari 15 pertanyaan dan pasien cukup menjawab dengan
”ya” atau ”tidak”.
c) Pertanyaan pada nomor 1, 5, 7, 11, dan 13 akan mendapatkan nilai 0 apabila dijawab
”ya”, sedangkan apabila dijawab ”tidak” mendapat nilai 1. Sistem penilaian ini berlaku
mengindikasikan depresi.24
a) Persiapkan alat dan bahan yaitu alat tulis dan lembar kuisioner GPPAQ
b)Menjelaskan kepada pasien tujuan dalam wawancara, meminta kesediaan pasien untuk
diwawancara, dan tanyakan pertanyaan yang tercantum dalam kuisioner GPPAQ.
c) Kalkulasi lalu interpretasikan jawaban dari pasien menurut Level Physical Activity
Index (PAI) yang terdiri dari:
-
Level 1 (In Active) : Pekerjaan yang harus duduk terus, tanpa gerak badan atau
bersepeda.
-
Level 2 (Moderately Inactive) : Pekerjaan yang harus duduk terus, gerak badan
kurang dari 1 jam dan/atau bersepeda per minggu ATAU pekerjaan yang harus
berdiri terus tanpa gerak badan atau bersepeda.
-
Level 3 (Moderately Active) : Pekerjaan yang harus duduk terus dan 1 sampai 2,9
jam gerak badan dan atau bersepeda per minggu ATAU pekerjaan yang harus
berdiri terus tetapi kurang dari 1 jam gerak badan dan atau bersepeda per minggu
ATAU pekerjaan yang membutuhkan fisik tanpa gerak badan atau bersepeda.
-
Level 4 (Active) : Pekerjaan yang harus duduk terus dan lebih dari 3 jam gerak
badan dan atau bersepeda per minggu ATAU pekerjaan yang harus berdiri terus
dan 1 sampai 2,9 jam gerak badan dan atau bersepeda per minggu ATAU
28
atau bersepeda per minggu ATAU pekerjaan yang memerlukan tenaga berat.9
Parameter yang diperiksa adalah Aktivitas Fisik dan Kejadian Depresi pada lansia, lalu ada atau
tidaknya hubungan antara keduanya.
1. Analisis univariat merupakan análisis tiap variabel yang dinyatakan dengan menggambarkan
dan meringkas data dengan cara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik. Variabel dalam penelitian
ini meliputi data demografi (usia, jenis kelamin, status perkawinan), variabel independen (bebas)
yaitu aktivitas fisik lanjut usia dan variabel dependen (terikat) yaitu kejadian depresi pada lanjut
usia.
2. Analisis bivariat berguna untuk melihat hubungan dua variabel yaitu untuk melihat hubungan
variabel aktivitas fisik lanjut usia dan variabel kejadian depresi lanjut usia. Analisis bivariat yang
digunakan dalam penelitian ini, yaitu uji chi square. Uji chi square digunakan untuk mengadakan
pendekatan dari beberapa faktor atau mengevaluasi frekuensi yang diselidiki atau frekuensi hasil
observasi yang diharapkan dari sampel apakah terdapat hubungan atau perbedaan yang signifikan
atau tidak.6 Peneliti menggunakan derajat kepercayaan 95% sehingga jika nilai p < 0,05 berarti
hasil perhitungan statistik bermakna (signifikan) atau menunjukkan ada hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen.
29
30
31
Implikasi Etik Eksperimental pada Manusia Berikan pernyataan singkat mengenai permasalahan etik
yang dapat timbul dari eksprimentasi, dan jelaskan bagaimana permasalahan tersebut dapat diatasi. Permasalahan etik
termasuk (a) bahaya dan komplikasi perlakuan, (b) kerahasiaan data (confidentiality), (c) Informed consent, dan sebagainya.
Penelitian ini menggunakan subjek lansia, tetapi untuk saat ini tidak ada masalah etik yang akan dihadapi,
karena penelitian ini bukan penelitian invasif pada lansia. Tindakan yang dilakukan pada penelitian ini
hanya wawancara terarah kepada lansia.
32
Daftar Pustaka
1. Kurniawan B. Hubungan antara aktifitas fisik dengan tingkat depresi pada lansia di panti werdha
budi luhur, bantul. ETD UGM 2013: h.1-47.
2. Kementerian Kesehatan RI. Gambaran kesehatan lanjut usia di Indonesia. Buletin Jendela Data
dan Informasi Kesehatan 2013:h.1-27.
3. Kementerian Kesehatan RI.Situasi lanjut usia di Indonesia. Pusat Data dan Informasi Kementerian
Kesehatan RI 2016: h.1.
4. Efendi F, Makhfudli. Keperawatan kesehatan komunis teori dan praktik dalam keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika; 2009: h.243.
5. Nurullah FA, Nuripah G, Dewi MK. Hubungan olahraga rutin dengan tingkat depresi pada lansia
di kecamatan coblong kota bandung. Universitas Islam bandung 2015:694-5.
6. Nafidah N. Hubungan antara aktifitas fisik dengan tingkat kognitif lanjut usia di panti sosial tresna
werdha budi mulia 4 margaguna Jakarta selatan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayahtullah
2014: h.5-43.
7. Hidayanty DF. Hubungan aktivitas fisik dan aktivitas kognitif terhadap kejadian demensia pada
lansia di kelurahan sukabumi selatan tahun 2012. FK UIN Syarif Hidayatullah 2012: h.5.
8. Mubarak, WI, dkk. Ilmu keperawatan komunitas konsep dan aplikasi buku 2. Jakarta: Salemba
Medika; 2009.
9. Puspitasari F. Hubungan aktivitas fisik dan perawatan keluarga dengan fungsi kognitif lansia di
desa kedungguwo kecamatan sukomoro kabupaten magetan. Perpustakaan UNS 2012: h.13-33.
10. Ismail RI, Siste K. Gangguan depresi. Dalam: Kusumawardhani AAAA,dkk. Buku ajar psikiatri.
Edisi ke 2. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2015: h. 228-31.
11. Irawan H. Gangguan depresi pada lanjut usia. CDK 210 2013; 40(11): h.815-7.
12. Soejono CH, Probosuseno, Sari NK. Depresi pada pasien usia lanjut. Dalam: Sudoyo AW, dkk.
Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 1. Edisi ke 5. Jakarta: Interna Publishing; 2009: h.845-50.
13. Bjornlund L. Depression (disease and disorder). Farmington hills: Lucent Books; 2010.
14. Damping CE. Psikiatri geriatric. Dalam: Sudoyo AW, dkk. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid 1.
Edisi ke 5. Jakarta: Interna Publishing; 2009: h.509-12.
15. Traywick L. Depression in the elderly. University of Arkansas Division of Agriculture; 2007.
16. Mood Disorders Society of Canada. Depression in elderly. Consumer and Family Support; 2010.
17. Wongpakaran N, dkk. The use of GDS-15 in detecting MDD: A comparison between residents in a
Thai long term care home and geriatric outpatients. Chiang Mai: J Clin Med Res; 2013;5(2):
h.101-11.
18. Kusumowardani A, Untari R, Nugroho PB. Model latihan fisik dalam menurunkan tingkat depresi
pada pasien. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan Jilid 3 Mei 2013: h.203-6.
19. Ambardini RA. Pendidikan jasmani dan prestasi akademik: tinjauan neurosains. FIK UNY 2012:
h.6-7.
34
LAMPIRAN I
35
REGISTRASI
Sebutkan 3 buah nama benda (apel, 3
3 meja, koin) tiap benda 1 detik, pasien
disuruh mengulangi ketiga nama benda
tadi. Nilai 1 untuk tiap nama benda yang
benar. Ulangi sampai pasien dapat
menyebutkan dengan benar dan catat
jumlah pengulangan
6 BAHASA
Pasien diminta menyebutkan nama
benda yang ditunjukkan ( pensil, arloji) 2
Skor Total
30
37
Pertanyaan YA TIDAK