KELOMPOK 2
XXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXXX
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLTEKES KEMENKES MAKASSAR
JURUSAN FISIOTERAPI
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat
dan Hidayah-Nya yang diberikan selama ini sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Reumatoid Artritis” sebagai salah satu tugas mata kuliah FT Geriatri
pada jurusan Fisioterapi Poltekkes Kemenkes Makassar.
Dalam penyusunan makalah ini kami telah mendapat bantuan, dorongan semangat, dan
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak atas sumbangsih ide, waktu, tenaga dan pikiran dalam proses penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh
karenanya kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun
sehingga dapat menjadi tolak ukur dalam penyusunan makalah-makalah selanjutnya, dengan
demikian tujuan penyusunan makalah ini pun yakni bermanfaat untuk segala pihak dapat
terealisasikan. Semoga Allah senantiasa meridhai segala bentuk usaha kita. Amin
Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Gangguan yang terjadi pada pasien rheumatoid arthritis lebih besar kemungkinannya untuk
terjadi pada suatu waktu tertentu dalam kehidupan pasien. Kebanyakan penyakit rheumatoid
arthritis berlangsung kronis yaitu sembuh dan kambuh kembali secara berulang-ulang sehingga
menyebabkan kerusakan sendi secara menetap. Rheumatoid arthritis dapat mengancam jiwa
pasien atau hanya menimbulkan gangguan kenyamanan. Masalah yang disebabkan oleh penyakit
rheumatoid arthritis tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan
aktivitas hidup sehari-hari tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas yang dapat menimbulkan
kegagalan organ. Rheumatoid arthritis dapat mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan
mudah lelah, perubahan citra diri serta gangguan tidur. Dengan 3 demikian hal yang paling buruk
pada penderita rheumatoid arthritis adalah pengaruh negatifnya terhadap kualitas hidup. Bahkan
kasus rheumatoid arthritis yang tidak begitu parah pun dapat mengurangi bahkan
menghilangkan kemampuan seseorang untuk produktif dan melakukan kegiatan fungsional
sepenuhnya. Rheumatoid arthritis dapat mengakibatkan tidak mampu melakukan aktivitas
sehari-hari seutuhnya (Gordon et al., 2002).
Secara umum kualitas hidup menggambarkan kemampuan individu untuk berperan dalam
lingkungannya dan memperoleh kepuasan dari yang dilakukannya. Kualitas hidup yang
berhubungan dengan kesehatan menggambarkan pandangan individu terhadap kebahagiaan dan
kepuasan terhadap kehidupan yang mempengaruhi kesehatan mereka (American Thoracic
Society, 2007). Kualitas hidup dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain karakteristik
pasien, karakteristik penyakit dan tingkat nyeri yang dialami pasien (Asadi-Lari et al., 2004).
Selain itu, pengobatan atau 5 terapi, seperti jenis obat atau terapi juga ikut berperan dalam
kualitas hidup pasien (Chen et al., 2005). rheumatoid arthritis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
B. ETIOLOGI
C. Faktor Risiko
1. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya AR, faktor usia adalah yang terkuat.
Prevalensi dan beratnya AR semakin meningkat dengan bertambahnya umur.
AR hampir tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan
sering pada umur diatas 60 tahun.
2. Jenis Kelamin
Wanita lebih sering terkena AR lutut dan sendi, dan lelaki lebih sering terkena
AR paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan di bawah 45 tahun
frekuensi AR kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi diatas 50 tahun
frekuensi AR lebih banyak pada wanita dari pada pria hal ini menunjukkan
adanya peran hormonal pada patogenesis AR.
3. Genetik
Faktor herediter juga berperan pada timbulnya AR. Sebagai contoh, pada ibu
dari seorang wanita dengan AR pada sendi-sendi inter falang distal terdapat dua
kali lebih sering AR pada sendi-sendi tersebut, dan anak-anaknya perempuan
cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu dan anak perempuan
dari wanita tanpa AR.
4. Suku
5. Obesitas (Kegemukan)
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya AR baik pada wanita maupun pada pria. Kegemukan ternyata tak
hanya berkaitan dengan AR pada sendi yang menanggung beban, tapi juga
dengan AR sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
7. Lingkungan
D. Manifestasi Klinis
RA dapat ditemukan pada semua sendi dan sarung tendo, tetapi paling
sering di tangan. RA juga dapat menyerang sendi siku, kaki, pergelangan kaki dan
lutut. Sinovial sendi, sarung tendo, dan bursa menebal akibat radang yang diikuti
oleh erosi tulang dan destruksi tulang disekitar sendi (Syamsuhidajat, 2010).
Ditinjau dari stadium penyakitnya, ada tiga stadium pada RA yaitu
(Nasution, 2011):
h. Limfoma, resiko terjadinya pada penderita RA sebesar 2-4 kali lebih besar
dibanding populasi umum. Hal ini dikarenakan penyebaran B-cell
lymphoma sercara luas (Longo, 2012).
E. PATOLOGI
F. PEMERIKSAAN FISIOTERAPI
Pada pemeriksaan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas fisik dan kemampuan fungsional
penderita melakukan aktivitas:
1. ANAMNESIS
a. Anamnesis Umum
Anamnesis umum dan anamnesis khusus meliputi : identitas dari pasien dan keluhan
yang diderita oleh pasien. Pada umumnya pasien secara jelas akan menunjukkan
dimana ada rasa sakit dan gerakan mana yang mengakibatkan rasa sakit.
b. Anamnesis Khusus
1) Klasifikasi perkembangan reumatoid artritis:
Stadium 1, Dini
a) Tidak terdapat perubahan destruktif, pada pemeriksaan roentgenografik
b) Bukti osteoporosis mungkin terdapat secara roentgenologik
Stadium 2, Sedang
a) Terdapat bukti osteoporosis secara roentgenologik
b) Tidak terdapat deformitas sendi
c) Terdapat atrofi pada otot – otot yang berdekatan
d) Mungkin terdapat lesi jaringan lunak ekstra – artikular
seperti noduldan tenosinovitis
Stadium 3, Berat
Stadium 4, Terminal
b) Kriteria stadium 3
2. INSPEKSI
Dalam melaksanakan pemeriksaan fungsi ini, kita mencoba untuk menguji struktur
masing-masing sebaik mungkin. Bila perlu sendi-sendi jari masing-masing dapat
diperiksa sehubungan dengan ada tidaknya pembatasan gerak. Arthritis dan arthrosis
biasanya disertai oleh pembatasan gerak terutama pada fleksi.
Sendi radio-ulner : hanya ada rasa sakit pada pronasi dan supinasi yang maksimal, carpus
: exstensi ( fleksi dorsal ) dan fleksi ( palmar ), ukuran terbatasnya sama.
G. PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
Pengobatan fisioterapi pada penyakit ini bertujuan untuk mengoptimalkan kapasitas fisik dan
fungsional penderita dengan cara mangurangi atau menghilangkan keterbatasan luas gerak sendi.
Untuk menangani masalah tersebut, modalitas fisioterapi yang digunakan adalah sebagai berikut
:
PENUTUP
Kesimpulan
Gangguan yang terjadi pada pasien rheumatoid arthritis lebih besar kemungkinannya untuk
terjadi pada suatu waktu tertentu dalam kehidupan pasien. Kebanyakan penyakit rheumatoid
arthritis berlangsung kronis yaitu sembuh dan kambuh kembali secara berulang-ulang sehingga
menyebabkan kerusakan sendi secara menetap. Rheumatoid arthritis dapat mengancam jiwa
pasien atau hanya menimbulkan gangguan kenyamanan. Masalah yang disebabkan oleh penyakit
rheumatoid arthritis tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan
aktivitas hidup sehari-hari tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas yang dapat menimbulkan
kegagalan organ.
Saran
Saat ini tidak ada cara untuk mencegah RA. Mereka yang memiliki riwayat keluarga
penyakit ini harus waspada. Jaga gaya hidup sehat dan kebiasaan makan serta hindari tekanan
dan merokok untuk meminimalkan resiko pengembangan RA.