Anda di halaman 1dari 8

DIAGNOSA RESERVOIR CARBONATE

Fajar Asri Nur


PEM Akamigas , Jalan Gajah Mada 38, Blora , Jawa Tengah , Indonesia
asrifajar6@gmail.com

Abstrak
Penemuan gas dalam reservoir puing karbonat akhir
Formasi Oligosen Berai dekat Paternoster Platform, Cekungan Makassar Selatan,
adalah drama eksplorasi baru di Indonesia. Karbonat diendapkan dalam
lingkungan air dan merupakan contoh yang baik dari permainan karbonat yang
kurang dikenal
mengetik. Reservoir puing karbonat di daerah ini terdiri dari endapan ulang
karbonat, awalnya terletak di platform karbonat besar yang telah terkikis,
diabrasi dan diangkut ke sub-cekungan laut dalam. Kisaran klast batu kapur
dari ukuran kerikil ke batu-batu besar dalam matriks mikrit dan abrasi halus
bioklas. Puing-puing karbonat ini dapat dibagi menjadi fasies yang didukung oleh
clast dan
fasies yang didukung matriks. Fasies yang didukung matriks memiliki porositas
yang jauh lebih baik
dan permeabilitas dibandingkan fasi yang didukung clast. Porositas pada
keduanya diangkut
klast dan matriks umumnya cetakan dan vuggy, sebagian besar dihasilkan dari
pembubaran foraminifera dan bioklastik lainnya setelah pengangkutan. Dalam
matrix intercrystal porosity telah berkembang. Porositas dan permeabilitas
pengembangan puing-puing karbonat air dalam ini dikendalikan oleh penguburan
yang dalam
proses diagenesis disumbangkan oleh serpih bathyal yang keluar dari air
Berai serpih di bawah reservoir karbonat dan serpih Warukin Bawah
di atas reservoir karbonat selama proses penguburan.

puing karbonat; de-penyiraman; penguburan yang dalam; permainan


Kata kunci :
baru; perkataan gaib
peron.

I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang

Masalah lingkungan hidup tidak bisa lepas dari kegiatan usaha hulu minyak dan
gas bumi (migas). Salah satu isu yang saat ini tengah mengemuka adalah masalah

1
pengelolaan limbah kegiatan pengeboran. Masalah tersebut mendapat sorotan tajam dari
Kementerian Lingkungan Hidup karena jumlah limbah dari industri hulu migas menempati
urutan kedua terbanyak di Indonesia.

Dari kacamata Kementerian Lingkungan Hidup, pengelolaan limbah kegiatan


pengeboran yang dilakukan selama ini masih mengacu pada pendekatan hirarki
pengelolaan limbah secara umum. Dalam pendekatan tersebut, pengelolaan limbah
diawali dengan meminimalkan tingkat toksisitas limbah, yang berarti pembuangan limbah
(dumping) menjadi opsi terakhir. Padahal, pengelolaan limbah harus dilakukan dengan
prinsip kehati-hatian, polluter pay principles, ketersediaan teknologi, dan good
governance.Melihat permasalahan yang muncul, pengelolaan limbah hasil kegiatan
pengeboran yang berupa sisa lumpur dan serbuk bor harus dilakukan dengan tepat untuk
mencegah terjadinya kerusakan lingkungan. Langkah ini diperlukan karena kegiatan
pengeboran menjadi tulang punggung kegiatan usaha hulu migas. Apabila pengelolaan
limbah tidak dilakukan dengan benar, kegiatan pengeboran bisa dihentikan karena
dianggap membahayakan lingkungan. Padahal, kegiatan pengeboran dilakukan tidak
hanya untuk memenuhi target produksi migas tiap tahun, tapi juga untuk menemukan
cadangan baru.

1.2.Tujuan

Adapun tujuan penulisan paper ini,yaitu:

a. Merupakan tugas dan kewajiban sebagai mahasiswa kerja praktik di


WKP KSO Pertamina EP – Banyubang Blora Energi.
b. Mengetahui, memahami, meningkatkan wawasan dan
pengetahuan kegiatan persiapan untuk di kemanakan lumpur pemboran
setelah di pakai
c. Membandingkan antara teori yang sudah didapatkan di bangku
perkuliahan dengan realita yang ada di lapangan.

1.3. Manfaat
Manfaat dari penulisan tugas ini:
1. Untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai evaluasi
perencanaan penanganan limbah pengeboran.
2. Untuk mengevaluasi mengenai penanganan limbah pengeboran di WKP
KSO Pertamina EP-Banyubang Blora Energi.
1.4. Batasan Masalah

2
Dalam penulisan Laporan Kerja Praktik ini, penulis membahas seputar
evaluasi perencanaan penanganan limbah pengeboran di Wilayah Kerja
Pertambangan KSO Pertamina EP – Banyubang Blora Energi.

II. Pembahasan
2.1. Standard Operating Procedure Penanganan Limbah

Pada PT PERTAMINA EP-BANYUBANG BLORA ENERGI :

1. Limbah padat yang bercampur dengan lumpur akan diproses terlebih dahulu di
solid control equipment.
2. Lumpur yang lolos dari penyaringan solid control equipment akan ditampung
dalam sand trap dengan kapasitas 42 m 3, untuk mengendapkan padatan yang
tidak dapat dipisahkan oleh solid control equipment.
3. Selanjutnya limbah padat dan cair dari sand trap dibuang ke cutting pit dengan
kapasitas 36 m3. Pembuangan limbah ini dilakukan setelah kapasitas sand trap
sudah terisi 50% atau 21 m3.
4. Limbah cair yang yang sudah tertampung di cutting pit akan diteruskan ke mud
pit #1 menggunakan pompa alkon dengan debit minimal 40m 3/jam. Dengan
pompa jenis ini, pengurasan cutting pit dapat dilakukan dalam waktu 50 menit.
5. Limbah cair yang terkumpul di cellar akan di salurkan menuju mud pit
menggunakan pompa alkon. Jumlah pompa alkon yang harus tersedia minimal
adalah satu unit.
6. Pemindahan limbah dari sand trap menuju cutting pit dapat dilakukan maksimal
14 kali dalam sehari.
7. Pompa alkon yang disediakan untuk pengurasan cutting pit minimal dua unit,
satu pompa aktif dan pompa lainnya sebagai cadangan.
8. Limbah cair dari mud pit #1 akan diteruskan secara berurutan ke pit #2, pit #3
dan pit #4. Berikut adalah dimensi dan kapasitas dari masing-masing pit dapat
di lihat pada gambar:
9. Limbah padat yang tertampung di cutting pit akan di pindahakan menuju pit pad

3
bawah menggunakan road tank. Dalam proses ini akan dipekerjakan kepada
masyarakat sekitar untuk membantu memindahkan limbah padat dari cutting pit
menuju road tank sebagai program CSR BBE.

10. Limbah padat berupa cement slurry yang dihasilkan dari proses penyemenan,
harus dipindahkan menuju road tank dalam waktu maksimal satu jam untuk
penyemenan casing conductor, dua jam untuk penyemenan casing surface dan
empat jam untuk penyemenan casing produksi.
11. Untuk mengantisipasi volume limbah yang melebihi kapasitas cutting pit dan
cellar, maka dibuatlah plan b dengan membuat parit. Parit akan menuju bak
control 1 dan 2 sebelum diteruskan ke mud pit. Bak control berfungsi agar
limbah padat yang bercampur dengan limbah cair dapat diendapkan.
12. Limbah cair berupa oil spill yang dihasilkan dari peralatan pemboran akan
disalurkan menuju parit dari parit ke mud pit
13. Limbah cair berupa oil spill yang tertampung pada bak control 2, akan
dimasukkan kedalam drum-drum untuk mengurangi volume oil spill yang masuk
ke mud pit sehingga mengurangi resiko pencemarah lingkungan karena oil spill.

2.2. Penyelesaian

Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa point ada beberapa poin


SOP yang tidak efektif dan ekonomis maka perlu di lakukan evaluasi terhadap
SOP tersebut

2.3. Perhitungan volume lubang bor


Volume lubang bor menunjukkan besarnya volume cutting yang akan
terangkat dari dalam lubang ke permukaan. Selanjutnya cutting ini akan diproses
di mud conditioning equipment, diendapkan di sand trap, dibuang ke cutting pit,
lalu ke mud pit. Tabel perhitungan volume lubang bor dari perhitungan akan di
peroleh volume lubang sebagai berikut:

Tabel 2.1 volume lubang bor

4
Diameter
No Depth (m) Volume Lubang(m3)
Lubang(inch)

1 17,5 30 4,65724875

2 12,25 270 18,2564151

3 8,5 765 18,1290536

TOTAL 41,04271745

Total volume cutting yang akan terangkat pada satu buah lubang bor
adalah 41,045 m3.

2.3.Asumsi Kebutuhan Volume Mud Pit

Mud pit akan diisi oleh limbah-limbah seperti cutting, lumpur yang sudah tidak
terpakai, oil spill, slurry, air pembersih lantai bor yang kotor, dan air hujan jika terjadi.
Maka dari itu kita asumsikan untuk limbah-limbah tersebut menjadi satu volume
lubang bor.dan memiliki jumlah total 6 lubang perincian nya adalah sebagai berikut:
1 lubang untuk cutting, 1 lubang untuk lumpur, 1 lubang untuk semen, 1 lubang
untuk air pembersih, 1 lubang untuk oil spill & chemichal, 1 lubang untuk hujan , dan
memiliki jumlah total volume yaitu 246,2563047 m3

2.4.Volume Mud Pit

Pada keadaan nyatanya, mud pit sudah dibuat di lapangan dengan dimensi dan
volume sebagai berikut :

Volume
Mud Pit Dimensi
Pit (m3)

Pit #1 187,195

Pit #2 197,443

5
Pit #3 147,703

Pit #4 178,491

TOTAL 710,832

Gambar 2.2 volume mud pit

Volume mud pit seluruhnya mencapai 710,832 m3. Jika dibandingkan dengan
kebutuhannya yaitu sebesar 246,2563047 m 3. Maka masih tersisa volume sebesar
464,576 m3.

2.4.Volume Cutting Pit dan Shale Shaker Pit

Volume cutting pit yang telah di buat di lapangan dan sand trap yang tersedia di
lapangan terasumsi dalam tabel :

Tabel 2.2 volume cutting pit dan shale shaker pit

Dimensi Volume Volume


No Pit
(m) (bbl) (m3)

1 Cutting Pit 6x6x1 226 36

2 Shale Shaker Tank/ Sand Trap - 262 41,65

2.5.Evaluasi penanganan limbah pengeboran

Berdasarkan evaluasi dalam penanganan limbah pengeboran di peroleh


poin-poin yang di hasilkan adalah :

6
Pada poin ke-3 dari SOP yang menyebutkan limbah padat dan cair dari sand
trap dibuang ke cutting pit dengan kapasitas 36 m 3. Pembuangan limbah ini
dilakukan setelah kapasitas sand trap sudah terisi 50% atau 21 m 3.
Hasil evaluasi seharusnya limbah padat dan cair dari sand trap dibuang
ke cutting pit dengan kapasitas 36 m 3. Pembuangan limbah ini dilakukan setelah
kapasitas sand trap sudah terisi 66,6% atau 27,8 m 3.
Perubahan angka 50% atau 21 m 3 menjadi 66,6% atau 27,8 m 3 karena
menunggu volume 100% harus membuka sand trap sebanyak dua kali sehari.
Jika 50% maka empat kali sehari. Padahal apabila ditunggu sebentar ketika
66,6% ini masih aman, sehingga dapat membukanya dalam tiga kali sehari,
dengan kata lain ini bisa menghemat ongkos pengerukan cutting yang akan
dilakukan secara manual oleh warga dan diangkut menggunakan dump truck.
Poin ke-4. Limbah cair yang yang sudah tertampung di cutting pit akan
diteruskan ke mud pit #1 menggunakan pompa alkon dengan debit minimal
40m3/jam. Dengan pompa jenis ini, pengurasan cutting pit dapat dilakukan
dalam waktu 50 menit.
Untuk di sarankan menggunakan pompa alkon dengan debit 30m 3/jam.
Dengan pompa jenis ini, pengurasan cutting pit dapat dilakukan dalam waktu 56
menit.

Tabel 2.3 Rate Pompa Alkon yang


dibutuhkan

Harga
Volume Limbah Waktu Pengurasan Rate Pompa
No Pompa
(m3) (menit) Minimal (m3/jam) Merk Pompa

1 27,8 56 30 Supra GX160 1,3 Juta

Poin ke- 9. Limbah padat yang tertampung di cutting pit akan di


pindahakan menuju pit pad bawah menggunakan road tank. Dalam proses ini
akan dipekerjakan kepada masyarakat sekitar untuk membantu memindahkan
limbah padat dari cutting pit menuju road tank sebagai program CSR BBE.
Total limbah di peroleh sebesar 27,8 m 3 ,untuk limbah padatnya di asumsikan 50
% dari limbah total sehingga di peroleh padatnya sekitar 13.9 m 3, untuk
memindah limbah tersebut membutuhkan pekerja sebanyak empat orang
dengan waktu pengurasan satu jam.

7
III. Kesimpulan
Berdasarkan hasil laporan di peroleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Penanganan limbah sangat penting dalam proses pemboran
2. Pengurasan sand trap bisa dilakukan 3 kali sehari karena volume sand trap
masih memungkinkan untuk menunggu sampai 66,6% volume total penuh.
3. Pemompaan limbah dari cutting pit menuju mud pit bisa dilakukan dalam
waktu 56 menit dengan rate 30 m 3 / jam.
4. Pengurasan limbah padat di cutting pit menggunakan dump truk dengan
waktu pengurasan 1 jam dengan asumsi volume limbah padat adalah 50%
dari limbah total.

IV. Referensi

1. ...2019,”standard Operating Procedures Manual KSO banyubang blora


energy
2. https://humasskkmigas.wordpress.com/2014/04/22/mengelola-limbah-
kegiatan-pengeboran/

Anda mungkin juga menyukai