TINJAUAN PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
Demensia merupakan salah satu penyakit yang paling sering terjadi pada orang-orang
dengan usia lanjut. Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual
mengakibatkan gangguan fungsi sosial pekerjaan, dan aktivitas harian. Demensia vaskuler
merupakan suatu kelompok kondisi heterogen yang meliputi semua sindroma demensia
akibat iskemik, perdarahan, anoksik atau hipoksik otak dengan penurunan fungsi kognitif
mulai dari yang ringan sampai paling berat dan tidak harus dengan gangguan memori yang
menonjol.
1. Demensia vaskular pasca stroke yang mencakup demensia akibat infark lokal, demensia
multi-infark, dan stroke akibat perdarahan. Biasanya mempunyai korelasi waktu yang jelas
2. Demensia vaskular subkortikal, yang meliputi infark lakuner dan penyakit Binswanger
dengan kejadian Transient Ischemic Attack (TIA) atau stroke yang sering tidak terdeteksi
3. Demensia tipe campuran, yaitu demensia dengan patologi vaskuler dalam kombinasi
Tipe demensia yang paling sering selain akibat penyakit Alzheimer adalah demensia
vaskular, yaitu demensia yang secara kausatif berhubungan dengan penyakit serebrovaskular.
Demensia vaskular berjumlah 15-30 persen dari semua kasus demensia. Demensia vaskular
paling sering ditemukan pada orang yang berusia antara 60-70 tahun dan lebih sering pada
1
laki-laki dibandingkan wanita. Hipertensi merupakan predisposisi seseorang terhadap
penyakit ini.
Untuk demensia karena adanya infark tertentu akan ditemukan lesi pada girus angularis,
thalamus, basal forebrain, daerah sekitar arteri serebri posterior, dan arteri serebri anterior.
Sedangkan untuk Multiple Infark Dementia (MID) akan didapatkan adanya perdarahan
intraserebral.
Terdapat lesi iskemik pada substansia alba, infark lakuner subkortikal, infark non-lakuner
subkortikal.
B. ETIOLOGI
Penyebab demensia yang paling sering adalah penyakit Alzheimer, stroke, dan
penyakit Alzheimer tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik karena penyakit
ini ditemukan banyak disebabkan atau dipengaruhi oleh beberapa kelainan gen tertentu. Pada
serangan stroke yang berturut-turut atau berulang akan menimbulkan demensia. Demensia
juga bisa terjadi setelah seseorang mengalami cedera otak atau cardiac arrest. Penyebab lain
Adanya infark tunggal di lokasi tertentu, episode hipotensi, leukoaraiosis, infark komplit, dan
perdarahan juga dapat menyebabkan timbulnya kelainan kognitif. Sindrom demensia yang
terjadi pada demensia vaskular merupakan konsekuensi dari lesi hipoksia, iskemia, atau
2
Studi tentang penyebab kematian pada pasien dengan demensia menunjukkan bahwa
gangguan system peredaran darah (misalnya, penyakit jantung iskemik) adalah penyebab
langsung kematian paling umum pada demensia vaskular, diikuti oleh penyakit sistem
pernapasan (misalnya, pneumonia). Prevalensi demensia vaskular terjadi lebih tinggi pada
C. EPIDEMIOLOGI
penyakit Alzheimer. Tetapi karena demensia vaskular merupakan tipe demensia yang
terbanyak pada beberapa negara Asia dengan populasi penduduk yang besar maka demensia
ditemukan di negara-negara maju. Tingkat prevalensi demensia adalah 9 kali lebih tinggi
pada pasien yang telah mengalami stroke. Satu tahun setelah stroke, 25% pasien masuk
dengan onset baru dari demensia. Di Kanada, insiden rate pada usia ≥ 65 tahun besarnya 2,52
per 1000 penduduk, sedangkan di Jepang prevalensi demensia vaskular besarnya 4,8%. The
mendapatkan prevalensi berkisar dari 1,5/100 wanita usia 75-79 tahun di Inggris hingga
peranan yang besar dalam menurunkan angka kejadian demensia dan perbaikan kualitas
3
D. FAKTOR RESIKO
usia seseorang, dan lebih sering dijumpai pada laki-laki. Sebuah penelitian di Swedia
menunjukkan resiko terjadinya demensia vaskular pada laki-laki sebesar 34,5% dan
Selain itu, faktor yang harus ditelusuri adalah riwayat penyakit terdahulu. Dari
penelitian penderita stroke didapatkan prevalensi demensia yang cukup tinggi. Dari evaluasi
252 penderita yang 3 bulan sebelumnya menderita stroke, didapatkan hasil bahwa 26,3% dari
mereka menderita demensia. Angka ini cukup signifikan karena sangat jauh dari kelompok
pembanding (kontrol) yaitu 3,2%. Pada pasien-pasien dengan Transient Ischemic Attack
(TIA) didapatkan 23,5% menderita demensia, 23,5% menderita demensia borderline, dan
E. PATOGENESIS
Demensia vaskular, atau gangguan kognitif vaskular, adalah hasil akhir dari
kerusakan otak yang disebabkan oleh penyakit serebrovaskular. Adanya infark multiple,
infark lakunar, infark tunggal di daerah tertentu pada otak, sindrom Binswanger, angiopati
amiloid serebral, hipoperfusi, perdarahan, dan berbagai mekanisme lain menjadi patogenesis
1. Infark Multiple
Demensia multi infark merupakan akibat dari infark multipel dan bilateral. Terdapat
riwayat satu atau beberapa kali serangan stroke dengan gejala fokal seperti
gangguan berjalan (small step gait), forced laughing/crying, refleks Babinski dan
4
inkontinensia. Computed tomography imaging (CT scan) otak menunjukkan hipodensitas
2. Infark Lakunar
Lakunar adalah infark kecil, diameter 2-15 mm, disebabkan kelainan pada small
penetratingarteries di daerah diencephalon, batang otak dan sub kortikal akibat dari
hipertensi. Pada sepertiga kasus, infark lakunar bersifat asimptomatik. Apabila menimbulkan
gejala, dapat terjadi gangguan sensorik, transient ischaemic attack, hemiparesis atau ataksia.
Bila jumlah lakunar bertambah maka akan timbul sindrom demensia, sering disertai
pseudobulbar palsy. Pada derajat yang berat terjadi lacunar state. CT scan otak menunjukkan
hipodensitas multipel dengan ukuran kecil, dapat juga tidak tampak pada CT scan otak karena
ukurannya yang kecil atau terletak di daerah batang otak. Magnetic resonance imaging (MRI)
otak merupakan pemeriksaan penunjang yang lebih akurat untuk menunjukkan adanya
Strategic single infarct dementia merupakan akibat lesi iskemik pada daerah kortikal
atau subkortikal yang mempunyai fungsi penting. Infark girus angularis menimbulkan gejala
afasia sensorik, aleksia, agrafia, gangguan memori, disorientasi spasial dan gangguan
konstruksi. Infark daerah distribusi arteri serebri posterior menimbulkan gejala amnesia
disertai agitasi, halusinasi visual, gangguan visual dan kebingungan. Infark daerah distribusi
arteri serebri anterior menimbulkan abulia, afasia motorik dan apraksia. Infark lobusparietalis
menimbulkan gangguan kognitif dan tingkah laku yang disebabkan gangguan persepsispasial.
5
4. Sindrom Binswanger
hipertensi dan kadang-kadang diabetes melitus. Sering disertai gejala pseudobulbar palsy,
kelainan piramidal, gangguan berjalan (gait) dan inkontinensia. Terdapat atrofi white matter,
pembesaran ventrikel dengan korteks serebral yang normal. Faktor risikonya adalah small
artery diseases (hipertensi, angiopati amiloid), kegagalan autoregulasi aliran darah di otak
pada usia lanjut, hipoperfusi periventrikel karena kegagalan jantung, aritmia dan hipotensi.
Terdapat penimbunan amiloid pada tunika media dan adventisia arteriola serebral.
onset mendadak.
6. Hipoperfusi
Demensia dapat terjadi akibat iskemia otak global karena henti jantung, hipotensi
berat, hipoperfusi dengan/tanpa gejala oklusi karotis, kegagalan autoregulasi arteri serebral,
7. Perdarahan
Demensia dapat terjadi karena lesi perdarahan seperti hematoma subdural kronik,
gejala sisa dari perdarahan sub arachnoid dan hematoma serebral. Hematoma multipel
8. Mekanisme Lain
6
F. MANIFESTASI KLINIK
Transient Ischemic Attack (TIA) atau stroke, risiko terjadinya demensia vaskular 9 kali pada
tahun pertama setelah serangan dan semakin menurun menjadi 2 kali selama 25 tahun
kemudian. Adanya riwayat dari faktor risiko penyakit serebrovaskular harus disadari tentang
neurologik dapat berupa gangguan motorik, gangguan sensorik, dan hemianopsia. Kelainan
neuropsikologik berupa gangguan memori disertai dua atau lebih kelainan kognitif lain
Gejala neuropsikiatrik sering terjadi pada demensia vaskular, dapat berupa perubahan
kepribadian (paling sering), depresi, mood labil, delusion, apati, abulia, tidak adanya
spontanitas. Depresi berat terjadi pada 25-50% pasien dan lebih dari 60% mengalami sindrom
depresi dengan gejala paling sering yaitu kesedihan, ansietas, retardasi psikomotor atau
keluhan somatik. Psikosis dengan ide-ide seperti waham terjadi pada ± 50%, termasuk
pikiran curiga, sindrom Capgras. Waham paling sering terjadi pada lesi yang melibatkan
struktur temporoparietal.
G. DIAGNOSIS
I. Kriteria Diagnostik
diagnosis demensia itu sendiri, kedua mencari proses vaskular yang mendasari. Terdapat
7
1. Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi ke empat (DSM-IV)
(ADDTC)
AIREN)
Diagnosis demensia vaskular menurut DSM-IV adalah menggunakan kriteria sebagai berikut.
a) Adanya defisit kognitif multipleks yang dicirikan oleh gangguan memori dan satu atau
3) Agnosia (tidak dapat mengenal atau mengidentifikasi suatu benda walaupun fungsi
sensoriknya normal).
b) Defisit kognitif pada kriteria a) yang menyebabkan gangguan fungsi sosial dan
c) Tanda dan gejala neurologik fokal (refleks fisiologik meningkat, refleks patologik
positif, paralisis pseudobulbar, gangguan langkah, kelumpuhan anggota gerak) atau bukti
laboratorium dan radiologik yang membuktikan adanya gangguan peredaran darah otak
(GPOD), seperti infark multipleks yang melibatkan korteks dan subkorteks, yang dapat
8
d) Defisit yang ada tidak terjadi selama berlangsungnya delirium.
demensia vaskular yang berbeda, dimana prevalensi tertinggi didapatkan bila menggunakan
Canadian Centers for Clinical Cognitive Research menyatakan bahwa tidak ada kriteria
diagnostik yang lebih baik dari berbagai kriteria yang ada. DSM-IV mempunyai sensitivitas
yang tinggi tetapi spesifitasnya rendah. ADDTC penggunaanya lebih terbatas pada demensia
vaskular jenis iskemik sedangkan NINDS-AIREN dapat digunakan untuk semua mekanisme
demensia vaskular (hipoksia, iskemik, atau perdarahan). Kriteria ADDTC dan NINDS-
hubungan waktu antara stroke dan demensia serta bukti morfologi adanya stroke.
bahwa pasien demensia vaskular relatif memiliki memori verbal jangka panjang yang lebih
baik tetapi fungsi eksekutif lobus frontal lebih buruk dibandingkan pasien dengan demensia
Alzheimer. Dapat pula digunakan sistem skor misalnya skor iskemik Hachinski dan skor
demensia oleh Loeb dan Gondolfo. Diakui bahwa sistem skor ini belum memadai,
kemungkinan terjadinya kesalahan masih ada dan cara ini tidak dapat menentukan adanya
9
Skor Iskemik Hachinski Skor
Permulaan mendadak 2
Progresifnya bertahap 1
Perjalanan berfluktuasi 2
Kepribadian terpelihara 1
Depresi 1
Keluhan somatik 1
Inkontinesia emosional 1
Riwayat hipertensi 1
Riwayat stroke 2
Penderita dengan DVa atau demensia multi infark mempunyai skor lebih dari 7,
10
Skor Demensia oleh Loeb dan Gondolfo Skor
Mulanya mendadak 2
Keluhan fokal 2
CT scan terdapat:
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mendapatkan data yang dapat memberi nilai
1. Pencitraan
Dengan adanya fasilitas pemeriksaan CT scan kepala atau MRI dapat dipastikan adanya
perdarahan atau infark (tunggal atau multipel) yang besar serta lokasinya. Juga dapat
disingkirkan kemungkinan gangguan struktur lain yang dapat memberikan gambaran mirip
Adapun gambaran yang didapatkan dari pemeriksaan CT scan dan MRI adalah sebagai
berikut:
a. Tidak adanya lesi serebrovaskular pada CT scan atau MRI adalah bukti terhadap etiologi
vaskular.
11
b. Gambaran CT scan atau MRI yang mendukung demensia vaskular adalah infark multiple
bilateral yang terletak pada hemisfer yang dominan dan struktur limbik, stroke lacunar
multiplel atau adanya lesi periventricular yang meluas sampai ke daerah substansia alba.
c. Pasien dengan mild cognitive impairment (MCI) vaskular, yang merupakan stadium
prodromal untuk demensia vaskular subkorteks, memiliki gambaran MRI yang berbeda
dari pasien dengan MCI amnestik, sebagai tahap prodromal untuk penyakit Alzheimer.
MCI vaskular menunjukkan lesi infark lacunar yang lebih luas, adanya leukoaraiosis,
atrofi yang minimal pada hippocampal dan entorhinal cortikal, sedangkan untuk MCI
Menurut studi tahun 2000 oleh Nagata et al, positron emission tomography (PET) dapat
digunakan untuk membedakan demensia vaskular dengan penyakit Alzheimer. Pada pasien
dengan demensia vaskular terjadi hipoperfusi dan hipometabolisme pada lobus frontal,
2. Laboratorium
timbulnya stroke dan demensia. Selain itu, pengujian laboratorium juga dilakukan untuk
menyingkirkan diagnosis selain demensia. Pemeriksaan darah tepi, laju endap darah (LED),
kadar glukosa, glycosylated Hb, tes serologi untuk sifilis, HIV, kolesterol, trigliserida, fungsi
tiroid, profil koagulasi, kadar asam urat, lupus antikoagulan, antibodi antikardiolipin dan
3. Pemeriksaan Lainnya
Pemeriksaan yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi untuk kasus demensia
EEG.
12
H. PENATALAKSANAAN
faktor risiko (pencegahan sekunder) serta terapi untuk gejala neuropsikiatrik dengan
memperhatikan interaksi obat. Selain itu diperlukan terapi multimodalitas sesuai gangguan
Banyak obat sudah diteliti untuk mengobati demensia vaskular, tetapi belum banyak
yang berhasil dan tidak satupun obat dapat direkomendasikan secara positif. Vasodilator
seperti hidergine mempunyai efek yang postif dan pemberian secara oral active
mampu meperbaiki fungsi kognitif penderita. Akhir-akhir ini sedang diteliti memantine untuk
sertakan 321 penderita di Perancis dan 579 penderita di Inggris. Hasil penelitian
menunjukkan perbaikan fungsi kognitif yang bermakna pada kelompok yang diberikan
memantine.
Penelitian di Inggris yang meliputi 54 pusat studi melakukan penelitian untuk menilai
efektifitas dan keamanan dari memantine terhadap penderita demensia vaskular ringan dan
mengikut sertakan 579 penderita. Dosis memantine sebesar 20 mg diberikan setiap hari
menunjukkan perbaikan fungsi kognitif. Efek samping yang ditemukan adalah pusing dan
menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kedua kelompok pelakuan.
13
I. PENCEGAHAN
Demensia vaskular dapat dicegah dengan mengatasi penyakit yang merupakan faktor
resiko. Menurut Sachdev, ada beberapa strategi pencegahan demensia vaskular yang dapat
3. Tanggulangi hiperlipidemia
10. Intervensi dini pada stroke dan TIA dengan obat neuroprotektif (misalnya:
antioxidants)
14
BAB III
PEMBAHASAN
Dari anamnesis didapatkan data bahwa pasien datang ke poli penyakit saraf RSUD
Salatiga bersama istri untuk kontrol post mondok setelah menderita SNH. Pasien dan
keluarga mengaku bahwa tangan kanan masi terasa agak lemas, serta daya ingat pasien masih
belum sempurna. Sebelum pasien mondok di RSUD Salatiga dengan SNH pasien masih
memiliki daya ingat dan orientasi yang baik. Setelah keluar mondok keluarga pasien
mengaku bahwa pasien menjadi pelupa serta tidak mengingat orang di sekitarnya. Saat di
poli, ketika pasien ditanya nama istrinya pasien tidak dapat ingat. Akan tetapi pasien dapat
mengingat namanya sendiri. Orientasi waktu pasien buruk. Daya ingat pasien baik baru
maupun lama juga buruk. Pasien dulu sehari-harinya bekerja sebagai pegawai swata. Pasien
Dari pemeriksaan fisik, untuk tanda-tanda vital pasien semua dalam batas normal.
Hanya saja pasien memiliki orientasi waktu dan orang yang buruk, serta daya ingat jangka
pendek dan panjang yang buruk. Dari pemeriksaan status neurologis didapatkan adanya
kelemahan anggota gerak bagian kanan dengan nilai 4/5 5-/5 dengan status internus dalam
batas normal. Reflek fisiologis pasien positif dan reflek patologis pasien negatif.
Diagnosis demensia vaskular ditegakkan dari anamnesis yang didapatkan yaitu pasien
mengalami penurunan daya ingat dan orientasi setelah mondok di rumah sakit dengan SNH.
a. Piracetam
15
neuronal dan hemodinamik. Piracetam dapat memperbaiki deformabilitas eritrosit,
metabolisme energi. Selain itu piracetam, yang jika dikombinasikan dengan obat lain,
akan meningkatkan suplai darah dan oksigen ke otak. Piracetam juga meningkatkan
sintesis sitokrom b5, suatu bagian yang diperlukan dalam transport elektron di
mitokondria.
b. Aspilet
Aspirin merupakan obat pilihan untuk pencegahan stroke. Dosis yang dipakai
bermacam-macam, mulai dari 50 mg/hari, 80 mg/hari samapi 1.300 mg/hari. Obat ini
memakai dosis aspirin 975 mg/hari dikombinasi dengan dipiridamol 225 mg/hari
c. Neurodex
Merupakan suatu vitamin B complex yang terdiri dari Vitamin B1 100 mg, B6
200 mg, dan B12 200 mcg. Vitamin B1 sebagai koenzim pada dekarboksilasi asam
berubah menjadi piridoksal fosfat dan piridoksamin fosfat yang dapat membantu
dalam metabolisme protein dan asam amino. Vitamin B12 berperan dalam sintesa
asam nukleat dan berpengaruh pada pematangan sel dan memelihara integritas
jaringan saraf.
16
DAFTAR PUSTAKA
4. Mardjono M,Prof,Dr dan Sidharta dan Sidharta Priguna, Prof, Dr .Neurologi Klinis
5. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, 1996, Gadjah Mada University Press
17