Irigasi 2
Irigasi 2
¨ Karakteristik Sungai
¨ Karakteristik Bendung
Data-data dan hal-hal lain yang diperlukan dapat dilengkapi dan ditentukan sendiri
dengan persetujuan asistensi tugas.
B. Lingkup Tugas
Dalam penyelesaian tugas irigasi II ( Perencanaan Bendung ) langkah-langkah yang harus dikerjakan
adalah sebagai berikut :
mercu bendung,
¨ Penentuan Lebar Dasar Sungai dan Bentuk Sungai
Dimana :
I = Kemiringan ( m )
SI = Jumlah Kemiringan
n = 10 ® Jumlah I
0.003773
0.0004
X y
5000 67.722
10000 64.461
15000 62.764
20000 59.816
25000 49.624
30500 48.709
35500 49.382
40500 52.881
45500 52.712
50500 52.544
55500 52.375
9
5
h(m)
0
0.000 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 700.000 800.000
Q ( m³/det )
3.30 m
m
m
· Koefisien Debit ( Cd )
Pengecekan nilai Cd :
P = 3.1 m
H1 = 2.300 m
r = 0.5 x H1 , direncanakan
= 1.2 m
Jadi :
2 Þ = 1.33 ®
1.3 Þ = 1 ®
1.3 Þ = 0.993 ®
Maka:
Þ = 1.3 ( analisa )
Cd = 1.3 ( rencana )
Be = 2.1864 - 0.24 x H1 Þ =
( Gambar 4.5, KP.02 hal 97 )
2 m
· Dimensi Kolam Olak
Þn= 2.8 m
Þ L1 = 48.59 m
Þ L1 = 159.992 m
Þ 5.468
Þ 2
Þ 1.4581
Þ
· Elevasi Dasar Kolam Olak
buah
1 buah
4.8 Desain Apron
Panjang dan tebal apron di belakang serta di depan bendung dirancang untuk menahan
gaya uplift dan mengurangi hydraulic.
* DH banjir = -54.428 m
Berdasarkan KP.02 halaman 126, dengan kondisi tanah dasar pasir kasar dapat
diketahui angka rembesan lane (CL) = 5
Dimana :
No LV LH
1 2.5 1.5
2 1.5 4.5
3 3.5 1
4 3.5 1
5 1.5 1
6 1 1
7 2 1
8 1 1.8
9 1.5 2
10 1.5 1.5 ® Rencanakan
11 1.5 1.5
12 1.5 1.5
13 1.5 2.25
14 2.25 -
Jumlah 26.25 19.3
OK !!
5
4.9 Desain Pintu Pengambilan
Pintu pengambilan adalah pintu tempat masuknya air untuk dialirkan ke saluran primer.
Ukuran dari pintu harus sesuai dengan debit rencana saluran irigasi. Penyebaran sedimen
kearah vertikal memberikan ancang-ancang diambil beberapa langkah perencanaan untuk
membangun sebuah pengambilan yang dapat berfungsi dengan baik. Partikel-partikel yang
lebih halus di sungai diangkut dalam bentuk sedimen layang atau terbesar merata diseluruh
kedalaman aliran.
Bangunan pengambilan dilengkapi dengan pintu pengambilan dan bagian bebannya, terbuka
untuk menjaga jika terjadi muka air tinggi selama banjir. Besarnya bukaan pintu bergantung
kepada kecepatan aliran yang diijinkan kecepatan ini bergantung bahan ( ukuran butiran ) yang
dapat diangkat.
Kapasitas pengambilan harus sekurang-kurangnya 120% dari kebutuhan pengambilan guna
menambah fleksibilitas dan agar dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi selama umur proyek.
* Bangunan Pengambilan
Dengan :
QI = Debit rencana irigasi (m³/dt)
c = Koefisien pengurangan karena adanya sistem golongan (c=1)
e = Efisiensi irigasi secara keseluruhan
A = Luas daerah yang diairi ( Ha )
NFR = Kebutuhan air tanaman ( lt/det/Ha)
Data perencanaan :
c = 1 ( Rencana )
e = 0.65 ( Rencana )
A = 300 Ha
NFR = 1.5 lt/dt/Ha 0.0015 m³/dt/Ha
Sehingga:
Dengan :
QI = Debit Rencana Irigasi ( m³/dt)
m = Koefisien debit untuk bukaan dibawah permukaan air dengan
kehilangan tinggi energi kecil.
b = Lebar bukaan (m)
a = Tinggi bukaan (m)
g = Percepatan gravitasi ( 9.8 m/dt² )
z = Kehilangan tinggi energi pada bukaan (m)
Data perencanaan :
QI = 0.831 m³/dt
m = 0.8
b = 2 m ( Rencana )
2 buah pintu pengambilan
g = 9.81 m/dt²
z = 0.2 m ( Rencana )
Þa= 0.262 m
Þ Qp = 1.662 m³/dt
Maka :
Air yang mengalir pada sungai yang akan dibendung banyak membawa sedimen.
Sungai sedimen ini tidak memasuki intake maka perlu diadakan pembilasan. Dalam pembilasan ini,
sedimen yang mengendap dibuang ke sungai utama. Untuk melaksanakan pembilasan ini diperlukan
bangunan pembilas.
Lebar Pembilas ditambah tebal pilar pembagi sebaiknya 1/6 -1/10 dari Lebar bersih Bendung
(jarak antar pangkalnya) untuk sungai-sungai yang lebarnya kurang dari 100 m ( KP 02 , hal 88 ).
Data perencanaan :
B= 14.1864 m
Qp = 1.662 m³/dt
g= 9.81 m/dt²
® b= 2.3644 m
® b= 1.41864 m
Digunakan b=L= 10 m
Þ q= 0.166 m³/dt
* Kecepatan Pembilas
Kecepatan rencana yang diperlukan selama pembilasan dapat diambil = 3,0 m/dt
(KP. 04, hal.134), dan besarnya kecepatan hendaknya selalu dibawah kecepatan
kritis, karena superkritis akan mengurangi efektifitas proses pemilihan (KP. 02, hal. 148)
§ Kedalaman Kritis
Þ hc = 0.141 m
§ Kecepatan Kritis
Þ Vc = 1.178 m/dt
Jadi :
Dimana :
V= Kecepatan pada saat pembilas (m/dt)
R= Jari-jari hidrolis (m)
I= Kemiringan dasar saluran
Pada saat R=hc, maka V=Vc
Data perencanaan :
V= 1.178 m/dt
R= 0.141 m
n= 0.04
Dimana :
Fb = Tinggi jagaan (m)
V= Kecepatan aliran (m/dt)
d= Kedalaman air (m)
V = Vo = 1.47 m/dt
d = Hd = 1.738 m
Fb = 0.61 m
V = V1 = 202.502 m/dt
d = y1 = 0.423 m
Fb = 1.09 m
· Tinggi Jagaan pada Kolam Olak
V = V2 = 1.446 m/dt
d = y2 = 59.256 m
Fb = 0.64 m
Dimana ;
L= Panjang kantong (m)
B= Lebar rata-rata profil pembawa (m)
Q= Kebutuhan pengambilan rencana (m³/dt)
W= Kecepatan endap partikel rencana (m/dt)
Dimana ;
Vn= Kecepatan rata-rata selama eksploitasi (m/dt)
Ks = Koefisien kekasaran
Rn = Jari-jari hidrolis
In = Kemiringan energi
An = Luas penampang basah (m²)
Qn = Kebutuhan pengambilan (m³/dt)
Dimisalkan sample yang diambil pada kali sedimen rata-rata berukuran = 7x10-6 .
Sedimen itu terangkut oleh aliran sungai sebagai sedimen layang.
· Diasumsikan bahwa air yang dielakkan mengandung 0,5% sedimen yang harus
diendapkan dalam kantong lumpur (KP.02 hal 136).
· Volume kantong lumpur V bergantung pada jarak waktu pembilasan. Jarak waktu
pembilasan atau pembersihan biasanya diambil jarak waktu 1 atau 2 minggu
(KP.02 hal 145).
Dimana :
Qn = Kebutuhan pengambilan rencana (m³/dt)
T= Waktu pembilas, direncanakan dengan melakukan pembilasan
diambil 1 minggu
V= 502 m³
W = 4mm = 0.004 m
maka :
Qn = 1.662 m³/dt
W= 0.004 m
Vn= 0.4 m/dt
n= 0.04
Þ LB = 415.3846 m²
LxB= 415.38
8xBxB= 415.38
B² = 51.923
B= 7.206 @ 7.5 m
L= 60 m
Kecepatan aliran (Vn) tidak boleh kurang dari 0.30 m/dt, guna mencegah
tumbuhnya vegetasi (KP. 02 hal 142). Digunakan Vn = 0.40 m/dt.
Þ hn = 0.6 m
Þ bn = 5.838 m
Pn = 7.835
Þ Rn = 0.53 m
* Jadi kemiringan energi In, jika saluran terbuat dari batu kali
Þ In = 0.0005969
7. Menentukan kemiringan energi selama pembilasan (Is)
= 1.994 m³/dt
= 1.329 m²
5.838 m
* As = bs x hs
Þ hs = 0.228 m
Þ Ps = 6.294 m
Þ Rs = 0.211 m
Untuk pembilas, koefisien kekasaran digunakan 40, maka kemiringan saluran pada saat
pembilas :
= 0.02865
Pada saat pembilas harus diusahakan kecepatan aliran dalam kondisi subkritis (Fr <1), hal
ini untuk menghindari tergerusnya saluran akibat kecepatan air.
Fr = 0.669 < 1 Ok
a b L V (m/dt ) Vd (m/dt )
132.923 819.0205 100 952 502
199.385 1842.796 150 2042 502
265.846 3276.082 200 3542 502
281.797 3681.006 212 502 502
398.769 7371.185 300 7770 502
Jadi L = 212 m
hn = 1.1 m
hs = 0.455 m
L=
mur proyek.
m³/dt OK
pembilasan ini,
an ini diperlukan
KP. 02, hal. 148)
(analisa)
3 Ok
lantai penguras
uran = 7x10-6 .
yang harus
n. Jarak waktu
@ 6 m
1
hn= 1.1m
0,5
Hs=0.2m
bn=12 m
bn=12 m
B=15 m
In = 0.0000716
h = Is*L - In*L = 0.714
Is = 0.00344 m
212 m
UMPUR
0,5
BAB V ANALISA STABILITAS LERE
5.1 Langkah - Langkah Perhitungan.
Untuk mengetahui keamanan dari tubuh harus diadakan analisa stabilitasnya. Dalam analisa
bendung dilakukan kontrol terhadap :
1. Guling
2. Geser
3. Daya dukung tanah
\ Analisa stabiltas bendung ini ditentukan oleh gaya-gaya yang bekerja di bendung meliputi :
1. Tekanan Air (w)
2. Benban Mati/berat bangunan (G)
3. Tekanan Lumoeur/ sedimen (PL)
4. Tekanan Tanah (P)
5. Tekanan Up Lift (U)
dimana :
SF = Angka keamanan
S MT = Jumlah momen penahan
S Mg = Jumlah momen guling
· Keadaan Normal =
· Keadaan gempa =
dimana :
SF = Angka keamanan
ƒ = Koefisien geser : tg F
SV = Jumlah gaya vertikal
C = kohesi tubuh bendung = 0 (ton/m2)
F = Sudut geser dalam tanah ( ˚ )
dimana :
e = Eksentrisitas akibat beban yang bekerja
SM = SMt - SMg (ton)
SV = Jumlah gaya - gaya vertikal
B = Lebar dasar pondasi vertikal (m)
A = Luas dasar pondasi (m2)
σ = Daya dukung yang diijinkan (t/m2 )
dimana :
Pw = Tekanan air statis (ton)
ϒw = Berast jenis air (ton/m3)
H = Kedalam air (m)
Y = Jarak tekan (Pw) dari dasar dalam (m)
dimana :
Pd = Tekanan air statis (ton)
ϒw = Berast jenis air (ton/m3)
Kh = Koefisien gempa horizontal (0.15)
H = Kedalam air (m)
Y = Jarak tekan (Pw) dari dasar dalam (m)
G = ϒw x V
dimana :
G = Berat air (ton)
ϒw = Berat jenis air (ton/m3)
V = Volume air
dimana :
Ps = Tekanan sedimen
Cs = Koefisien tekanan tanah
H = Tinggi sedimen
ϒsat = Berat jenis tanah jenuh air (ton/m3)
3. Berat Sendiri Bangunan (G) :
Gt = G1 + G2
Gt = ϒb x V
dimana :
V = Volume Bangunan (m3)
ϒb = Berat jenis bahan bangunan
Gn = Berat sendiri
Rumus :
dimana :
Pa = Tekanan tanah
ϒt = Berat jenis tanah (ton/m3)
H = Tinggi tanah
Ka = Koefisien tekanan tanah aktif
F = Sudut geser dalam tanah ( ˚ )
5. Tekanan Up Lift :
Rumus :
dimana :
Pu = Tekanan Up Lift
m = Berat jenis tanah (ton/m3)
H = Tinggi air
A = Luas Penampang Permeter lebar
dimana :
We = Berat akibat gempa (ton)
W = Berat bahan (ton)
b. Tekanan Tanah :
dimana :
Pa' = Tekanan Tanah akibat gempa (ton)
ϒt = Berat jenis tanah (ton/m3)
H = Tinggi tanah (m)
Ka' = Koefisien tekanan pada kedalaman gempa
dimana :
α = Sudut Inklinasi material
ϴ = tg-1 K
Cv = Koefisien gempa arah vertikal = 0
K = Ch/(1-Cv)
Ch = Koefisien gempa arah horizontal = 0,15
F = Sudut geser dalam tanah ( ˚ )
5.1 Perhitungan
Data - data yang diperoleh bedasarkan KP. 02, dengan kondisi tanah Pasir Krikil
adalah :
· Rembesan Lane (CL) =
Data Teknis :
A. Kondisi Normal
GAYA-GAYA VERTIKAL
Kondisi Normal
Dimensi
Notasi
H (m) P (m)
G1=W1 Segitiga 0.170 0.460
G2=W2 Segitiga 0.170 0.760
G3=W3 Persegi 0.500 1.220
G4=W4 Persegi 9.050 1.000
G5=W5 Segitiga 0.500 0.780
G6=W6 Persegi 5.550 1.000
G7=W7 Segitiga 1.050 1.000
G8=W8 Persegi 6.000 1.000
G9=W9 Segitiga 1.470 1.000
G10=W10 Persegi 3.530 1.000
G11=W11 Segitiga 2.030 1.000
G12=W12 Persegi 3.540 1.000
G13=W13 Segitiga 1.500 0.770
G14=W14 Persegi 3.000 0.770
G15=W15 Segitiga 2.000 1.050
G16=W16 Persegi 1.000 1.050
B. Kondisi Banjir
Kondisi Banjir
Dimensi
Notasi
H (m) P (m)
G17 = W17 Persegi 1.910 0.460
G18 = W18 Persegi 0.150 0.760
G19 = W19 Segitiga 0.160 0.760
G20 = W20 Segitiga 0.330 0.330
G21 = W21 Persegi 0.460 0.920
G22 = W22 Persegi 0.460 1.450
G23 = W23 Persegi 0.460 1.780
G24 = W24 Persegi 0.460 2.260
G25 = W25 Persegi 0.460 1.690
G26 = W26 Persegi 0.230 1.960
G27 = W27 Segitiga 0.230 1.890
- Penyelesaian :
A. Kondisi Normal
Maka dapat :
SMT = 459.141 (Momen Tahanan)
SH= 8.211 (Horizontal)
S MG = 91.881 (Momen Guling)
SV= 72.713 (Vertikal)
B. Kondisi Banjir
Maka dapat :
SMT = 511.651 (Momen Tahanan)
SH= 8.211 (Horizontal)
S MG = 126.305 (Momen Guling)
SV= 78.215 (Vertikal)
LITAS LERENG
alisa
SF > 2,00
SF > 1,25
erja
+ G3 + ....... + Gn
5
35 ˚
2.2 (t/m3)
0.4
1.9
Kondisi Normal
Kontrol Stabilitas
a . Momen Guling
SF = 4.997 > 1.5 ok
b . Gaya Geser
SF = 3.542 > 2 ok
Kondisi Banjir
Kontrol Stabilitas :
a . Momen Guling
SF = 4.051 > 1.5 ok
b . Gaya Geser
SF = 3.810 > 2 ok
Momen
(m.t)
24.252
24.279
48.531