Anda di halaman 1dari 346

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

STRUKTUR KALIMAT, STRUKTUR PARAGRAF,


DAN POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF
DALAM WACANA PERUNDANG-UNDANGAN TENTANG
PENDIDIKAN TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:
Novie Lita Istiqomah
121224025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016

i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan sebagai tanda syukur dan terima kasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberi kesehatan, kelancaran dan kehendak-Nya

sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak dan Ibuku tercinta dan tersayang, Samiyo dan Lilis Eni Rokhimah

yang selama ini selalu memberikan doa, restu, kasih sayang, motivasi, dan

kepercayaan.

3. Adik tersayang, Maylisa Audry Istiqomah yang selama ini selalu memberikan

doa, semangat, dan dukungan.

4. Teman-teman PBSI kelas A, B, dan C yang tidak dapat disebutkan satu

persatu atas doa, motivasi, dan semangat yang diberikan selama ini.

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MOTTO

“Sabar dan Ikhlas.”

-G.A.-

“Kunci utama untuk meraih kesuksesan adalah kerja keras, pantang menyerah,

dan doa.”

-Bapak-

“Berbahagialah orang yang makan dari keringatnya sendiri, bersuka karena

usahanya sendiri, dan maju karena pengalamannya sendiri.”

-Pramoedya Ananta Toer-

v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRAK

Istiqomah, Novie Lita. 2016. Struktur Kalimat, Struktur Paragraf, dan Pola
Pengembangan Paragraf dalam Wacana Perundang-Undangan
Tentang Pendidikan Tahun 2014. Skripsi. Yogyakarta: Program
Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma.
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini struktur kalimat, struktur
paragraf, dan pola pengembangan wacana perundang-undangan bidang
Pendidikan tahun 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan struktur
kalimat, struktur paragraf, dan pola pengembangan paragraf yang digunakan
dalam wacana perundang-undangan bidang pendidikan tahun 2014.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak dengan menggunakan
teknik dasar sadap, teknik lanjutan catat, dan teknik lanjutan rekam. Metode
analisis data yang digunakan adalah metode agih dengan teknik bagi unsur
langsung (BUL), teknik triangulasi, dan teknik analisis deskriptif.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa 12 struktur kalimat, K-S-P-O, P-
O1-O2-O3-O4-O5-O6-O7, P; P-O, S-P-K, K-P-O-K, P-K-Pel., K-S-P, S-P-Pel., S-P,
K-P-Pel.-P-K-K, K-S-P-O, S-P-O, S-P-O-P-K, dan S-P-Pel.-K. Struktur
paragrafnya adalah P1= kalimat topik, P2= kalimat topik+kalimat pengembang,
dan P3= kalimat pengembang. Pola pengembangan paragraf yang digunakan
adalah pola pengembangan paragraf definisi dan pola pengembangan paragraf
pemerincian.

Kata Kunci: Peraturan menteri, struktur kalimat, struktur paragraf, pola


pengembangan paragraf.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Istiqomah, Novie Lita. 2016. Sentence Structure, Paragraph Structure and


Pattern Development of The Legislation Discourse on Education
year 2014. Sanata Dharma University. Yogyakarta: Indonesian
Language Literary Education Study Program, Department of
Language Education and Art, Faculty of Teachers Training and
Education, Sanata Dharma University.
The problems raised in this research are sentence structure, paragraph
structure, and pattern development of legislation discourse on Education year
2014. The aims of this research are to explain sentence structure, paragraph
structure, and paragraph pattern development applied in legislation discourse on
Education year 2014.
This research is a type of qualitative in the form of descriptive research.
Data gathering are listening method used were the basic technique of tapping,
advanced techniques log, and advanced techniques record. The data analysis is
agih methods with bagi unsur langsung techniques (BUL), triangulation
technique, and descriptive analysis techniques.
The result of the research showed 12 sentence structures, which were K-S-
P-O, P-O1-O2-O3-O4-O5-O6-O7, P; P-O, S-P-K, K-P-O-K, P-K-Pel., K-S-P, S-P-
Pel., S-P, K-P-Pel.-P-K-K, K-S-P-O, S-P-O, S-P-O-P-K, dan S-P-Pel.-K. The
paragraph structures were P1= topic sentence, P2= sentence topic+ sentence
developer, and P3= sentence developer. The paragraph pattern development used
were paragraph definition development pattern and paragraph detailed
development pattern.

Keywords: minister policy, sentence structure, paragraph structure, paragraph


pattern development

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

rohmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan yang berjudul

“Struktur Kalimat, Struktur Paragraf, dan Pola Pengembangan Paragraf Dalam

Wacana Perundang-Undangan Tentang Pendidikan Tahun 2014” dengan tepat

waktu. Tugas akhir dalam bentuk skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu

syarat untuk menyelesaikan studi strata satu dan memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia (PBSI), Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Sanata Dharma (USD)

Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai tepat waktu atas

bantuan dari berbagai pihak yang selalu memberikan dukungan dan bimbingan

dalam proses penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma.

3. Dr. B. Widharyanto, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang dengan

kesabaran dan ketelitian telah mendampingi, memotivasi, dan memberikan

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

berbagai saran dan kritikan yang sangat berharga bagi penulis dari proses

awal hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Galih Kusumo, S. Pd., M.Pd., selaku triangulator data pertama yang dengan

sabar dan sangat teliti dalam melakukan triangulasi data.

5. Dr. Y. Karmin. M.Pd., selaku triangulator data kedua yang dengan sabar dan

sangat teliti dalam melakukan triangulasi data.

6. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan dukungan, ilmu dan

pengalaman selama proses perkuliahan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

7. R. Marsidiq, selaku karyawan di Sekretariat Program Studi Pendidikan

Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan

berbagai bantuan layanan administrasi.

8. Heri Sabto Widodo, S.H., yang telah bersedia melakukan wawancara dengan

peneliti.

9. Bapak dan Ibuku tercinta dan tersayang, Samiyo dan Lilis Eni Rokhimah

yang selama ini selalu memberikan doa, restu, kasih sayang, motivasi, dan

kepercayaan.

10. Adik tersayang, Maylisa Audry Istiqomah yang selama ini selalu memberikan

doa, semangat, dan dukungan.

11. Almarhumah Simbah Sadinem yang telah di Surga, terima kasih atas doa dan

dukungan yang telah diberikan.

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12. Teman-teman seperjuangan tersayang, Adven Desi, Cicik, Lena, Neti,

Herning, Iwed, Tyas, Indah, Tito, Didi, Jibon, Mbak Ira, Anita, Ayu, Reni,

Vidam, Viyanto, Resti, Sikot, dan Winda.

13. Teman-teman PBSI kelas A, B, dan C yang tidak dapat disebutkan satu

persatu atas doa, motivasi, dan semangat yang diberikan selama ini.

14. Seluruh keluarga atas doa dan dukungannya.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan skripsi dalam

penulisan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapa pun yang membacanya.

Yogyakarta, 21 Mei 2016

Penulis

Novie Lita Istiqomah

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................ii

HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................iii

HALAMAN PERSEMBAHAN..........................................................................iv

MOTTO.................................................................................................................v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA..............................................................vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS..........................................................vii

ABSTRAK..........................................................................................................viii

ABSTRACT...........................................................................................................ix

KATA PENGANTAR...........................................................................................x

DAFTAR ISI......................................................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xv

DAFTAR BAGAN..............................................................................................xvi

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................3
C. Tujuan Penulisan................................................................................................4
D. Manfaat Penulisan..............................................................................................4
E. Batasan Istilah.....................................................................................................5
F. Sistematika Penyajian.........................................................................................6

BAB II LANDASAN TEORI...............................................................................9


xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

A. Peneltian yang relevan.......................................................................................9


B. Kalimat.............................................................................................................11
C. Paragraf.............................................................................................................25
D. Variasi Bahasa..................................................................................................49
E. Diksi..................................................................................................................57
F. Bahasa Hukum Indonesia.................................................................................60
G. Kerangka Berpikir............................................................................................66

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.........................................................70


A. Jenis Penelitian.................................................................................................70
B. Sumber Data.....................................................................................................71
C. Metode dan Teknik Pengumpulan Data...........................................................72
D. Metode dan Teknik Analisis Data....................................................................73
E. Triangulasi........................................................................................................75

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................76


A. Deskripsi Data..................................................................................................76
B. Analisis Data....................................................................................................79
C. Pembahasan......................................................................................................91

BAB V PENUTUP.............................................................................................116
A. Kesimpulan.....................................................................................................116
B. Saran...............................................................................................................117

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................119

LAMPIRAN……...…………………………………………………………..120

BIOGRAFI PENULIS......................................................................................332

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 10 PERATURAN MENTERI TENTANG PENDIDIKAN TAHUN


2014..................................................................................................................120

LAMPIRAN TRIANGULASI DATA.............................................................148

LAMPIRAN TRANSKRIP DAN CODING HASIL WAWANCARA DENGAN


PRAKTISI HUKUM.......................................................................................322

LAMPIRAN BIOGRAFI PENULIS...............................................................336

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR BAGAN

BAGAN 2.1 KERANGKA BERPIKIR.............................................................69

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan tingkat keformalannya, Martin Joos (1967) dalam bukunya

The Five Clock membagi variasi bahasa atas lima macam, yaitu gaya atau

ragam beku (frozen), gaya atau ragam resmi (formal), gaya atau ragam usaha

(konsultatif), gaya atau ragam santai (casual), dan gaya atau ragam akrab

(intimate) (Chaer, Abdul dan Leonie Agustina, 2004: 70). Bahasa yang

digunakan dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia adalah bahasa

hukum Indonesia. Bahasa hukum Indonesia adalah bagian dari bahasa

Indonesia sehingga dalam penulisannya tetap tunduk pada kaidah-kaidah

penulisan yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Bahasa hukum Indonesia

termasuk gaya atau ragam beku karena pola dan kaidahnya sudah ditetapkan

secara mantap dan tidak boleh berubah. Susunan kalimat dalam bahasa hukum

Indonesia biasanya panjang-panjang dan bersifat kaku.

Pada penulisannya, bahasa hukum dan perundang-undangan masih

ditemukan hal-hal yang menyimpang dari kaidah penulisan dalam bahasa

Indonesia. Menurut TBBBI (2010: 321), kalimat minimal terdiri atas unsur

predikat dan unsur subjek. Kedua unsur kalimat tersebut merupakan unsur

yang kehadirannya selalu wajib. Berikut dipaparkan contoh kesalahannya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

“Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Undang-undang ini dengan penempatannya dalam Lembar Negara Republik
Indonesia”
(kalimat penutup pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013
tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah ).

Struktur kalimat di atas belum memenuhi kaidah bahasa perundang-

undangan yang mengacu kaidah bahasa tulis baku. Dilihat dari jumlah

klausanya, kalimat tersebut merupakan kalimat majemuk bertingkat dengan

urutan, klausa bawahan diikuti klausa utama. Struktur tersebut tidak gramatikal

karena tidak hadirnya unsur subjek pada klausa utama dan klausa bawahannya

mengandung subjek, yaitu setiap orang.

Menurut Hadikusuma (2013: 3), bahasa hukum adalah bahasa aturan dan

peraturan yang bertujuan untuk mewujudkan ketertiban dan keadilan serta

mempertahankan kepentingan umum dan kepentingan pribadi di dalam

masyarakat. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan untuk

membuat peraturan perundang-undangankarena bahasa Indonesia termasuk

bahasa nasional negara Indonesia dan bahasa resmi yang digunakan dalam

menjalankan roda pemerintahan negara. Hal ini sesuai dengan bunyi pasal 36

Undang-Undang Dasar 1945 bahwa “Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia”.

Maka dari itu, bahasa yang digunakan untuk membuat peraturan perundang-

undangandisebut Bahasa Hukum Indonesia.

Peneliti mengetahui bahwa terkadang bahasa hukum hanya dapat

dimengerti oleh orang-orang yang berkecimpung di dunia hukum dan orang-

orang awam hanya mengikuti atau seolah-olah mengerti. Sementara itu, bahasa

Indonesia merupakan salah satu sarana untuk berkomunikasi karena dengan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

bahasa seseorang dapat mengutarakan keinginan dan pikirannya. Penyebab lain

dari kesulitan masyarakat pada umumnya untuk memahami bahasa hukum

adalah adanya istilah-istilah hukum yang diambil atau disadur dari bahasa

asing (Belanda). Terjadinya masukan istilah-istilah asing ke dalam bahasa

Indonesia sudah berlaku sejak masuknya agama Hindu dan Islam, kemudian

masuknya orang-orang Eropa terutama Belanda yang menjajah Indonesia

selama tiga setengah abad. Oleh sebab itu, penting bagi masyarakat untuk

memahami dan mengerti bahasa hukum yang digunakan dalam perundang-

undangan.

Setelah memaparkan permasalahan di atas, peneliti meneliti struktur

kalimat dan struktur paragraf serta pola pengembangannya pada peraturan

perundang-undangan. Penelitian ini secara khusus membahas 10 Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tentang Pendidikan Tahun 2014.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,


maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa sajakah struktur kalimat yang digunakan dalam wacana perundang-

undangan tentang pendidikan tahun 2014?

2. Apa sajakah struktur paragraf yang digunakan dalam wacana perundang-

undangan tentang pendidikan tahun 2014?

3. Apa sajakah pola pengembangan paragraf yang digunakan dalam wacana

perundang-undangan tentang pendidikan tahun 2014?


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Tujuan Penulisan

Penelitian ini bertujuan untuk sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan struktur kalimat yang digunakan dalam wacana

perundang-undangan tentang pendidikan tahun 2014.

2. Mendeskripsikan struktur paragraf yang digunakan wacana dalam

perundang-undangantentang pendidikan tahun 2014.

3. Mendeskripsikan pola pengembangan paragraf yang digunakan dalam

wacana perundang-undangan tentang pendidikan tahun 2014.

D. Manfaat Penulisan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman bahasa

kepada perancang Perundang-undangan dalam merumuskan wacana

perundang-undangan dan dapat memberikan masukan bagi peneliti lain yang

tertarik mempelajari penggunaan bahasa hukum. Selain itu, hasil penelitian ini

diharapkan dapat memberi gambaran khusus tentang penggunaan bahasa

Indonesia pada bidang hukum dalam 10 Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Tentang Pendidikan Tahun 2014 bagi mahasiswa Sanata Dharma

khususnya Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

E. Batasan Istilah

Dalam penelitian ini ada beberapa istilah dalam pengertiannya perlu

dibatasi. Pembatasan istilah ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan

pengertian atau kesalahan penafsiran. Istilah-istilah yang dibatasi

pengertiannya adalah sebagai berikut.

1. Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan,

yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, dkk., 2010:317).

2. Paragraf

Paragraf adalah seperangkat kalimat tersusun logis-sistematis yang

merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran

pokok yang tersirat dalam keseluruhan paragraf (Tarigan, 1987: 11).

3. Variasi bahasa

Terjadinya keragaman atau kevariasian bahasa ini bukan hanya disebabkan

oleh para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan

interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam (Chaer, 2004: 61).

4. Peraturan perundang-undangan dan peraturan menteri

Definisi peraturan perundang-undangan menurut Pasal 1 Ayat 2 UU No.

10 Tahun 2004 adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara

atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum (Kurnia, 2009: 48).

Sedangkan menurut Syarif (1987:40), peraturan menteri (permen) adalah

peraturan pelaksanaan yang dibuat oleh Menteri departemen yang

bersangkutan untuk mengatur masalah-masalah yang termasuk bidang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

wewenangnya dengan berdasarkan dan bersumber kepada perundang-

undangan yang lebih tinggi tingkatannya.

5.Pola pengembangan paragraf

Menurut Chaer (2011: 88), yang dimaksud dengan pengembangan

paragraf adalah pemberian keterangan-keterangan tambahan dalam bentuk

kalimat-kalimat penjelas atau kalimat pengembang terhadap ide pokok yang

terdapat pada kalimat pokok.

F. Sistematika Penyajian

Penelitian ini dituangkan dalam laporan penelitian dengan sistematika

yang terdiri dari lima bab. Bab I berisi uraian tentang latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan

sistematika penyajian. Bab II berisi landasan teori yang memuat penelitian-

penelitian lain sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini, yaitu landasan

teori tentang kalimat, paragraf, variasi bahasa, diksi, dan bahasa Indonesia

bidang hukum dan perundang-undangan. Bab III merupakan bab tentang

metode penelitian yang berisi cara dan prosedur yang akan ditempuh peneliti.

Bagian ini meliputi jenis penelitian sumber data, teknik pengumpulan data,

instrumen penelitian, dan teknik analisis data. Bab IV merupakan bab yang

berisi pembahasan. Bab ini memuat deskripsi data, hasil analisis, dan

pembahasan yang dilakukan pada penelitian ini. Bab V merupakan bab

penutup yang terdiri dari subbab kesimpulan terhadap analisis data dan subbab

saran bagi perancang perundang-undangan dan penelitian selanjutnya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab II ini diuraikan dengan ringkas penelitian terdahulu yang

relevan, pembahasan tentang kalimat, paragraf, variasi bahasa dan bahasa

perundang-undangan di Indonesia.

A. Penelitian yang Relevan

Peneliti menemukan tiga penelitian terdahulu. Penelitian pertama

dilakukan oleh Melody Violine pada Desember 2008 dalam bentuk skripsi.

Judul yang ia ambil adalah Bahasa Hukum Indonesia dalam Berita Acara

Pemeriksaan, Sebuah Tinjauan Keefektifan Kalimat. Penelitian ini dilakukan

dengan metode deskriptif kualitatif. Temuan dari penelitian yang dilakukan

oleh Melody Violine (2008) adalah ketidakefektifan bahasa hukum. Masalah

yang ditemukan oleh peneliti adalah peneliti mengalami kesulitan dalam

menganalisis Berita Acara Pemeriksaan (BAP) karena BAP terdapat beberapa

kalimat yang tidak efektif secara gramatikal, kekeliruan ejaan, kesalahan

penempatan tanda baca, penulisan kata serapan, dan hampir semua paragraf

hanya terdiri dari satu kalimat.

Penelitian kedua pernah dilakukan oleh Eka Dian Savitri pada tahun 2011

dalam bentuk tesis. Judul yang ia ambil adalah Bahasa Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

yang berfokus pada segi-segi bahasa dalam upaya menemukan pola-pola atau

kaidah-kaidah yang bersifat mengatur di dalam bahasa dengan model

kualitatif. Temuan dari penelitian yang dilakukan oleh Eka Dian Savitri

(2011) adalah mendeskripsikan istilah khusus, kalimat, dan fungsi penggunaan

bahasa KUH Perdata. Masalah yang ditemukan oleh peneliti adalah peneliti

mengalami kesulitan dalam menentukan karakteristik penggunaan istilah dan

karakterisik penggunaan kalimat. KUH Perdata mencakup kosakata pinjaman

dari bahasa Belanda, bahasa Perancis, bahasa Latin, bahasa Portugal, bahasa

Inggris, bahasa Arab, bahasa Sansekerta, bahasa Jawa Kuno, dan bahasa Jawa

Modern, serta bahasa Minangkabau. Isitlah-istilah khusus KUH Perdata

sebagian besar merupakan bentuk paduan leksem dengan makna khusus yaitu

makna yang terjadi akibat spesialisasi lingkungan penggunaan bahasa di

bidang hukum perdata. Hal ini menyebabkan beberapa istilah mengalami

kemiripan bentuk dan makna akibat adanya spesialisasi makna lingkungan.

Peneliti juga menemukan kerancuan dan ketidakjelasan informasi hukum

dalam KUH Perdata karena penggunaan kalimat yang panjang dengan banyak

keterangan dan klausa dan penggunaan kata penghubung rangkap.

Penelitian ketiga pernah dilakukan oleh Galih Puji Haryanto pada Januari

2015 dalam bentuk skripsi. Judul yang ia ambil adalah Analisis Struktur

Kalimat dan Struktur Paragraf serta Pola Pengembangannya Pada Wacana

Undang-Undang Tahun 2013. Penelitian ini dilakukan dengan metode

deskriptif kualitatif. Temuan dari penelitian yang dilakukan oleh Galih Puji

Haryanto (2015) adalah mendeskripsikan struktur kalimat dan struktur


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

paragraf serta pola pengembangannya yang terdapat pada lima Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2013. Masalah yang ditemukan

oleh peneliti adalah kesulitan dalam menentukan fungsi sintaksis dalam

kalimat karena kalimat yang digunakan sangat bertele-tele dan strukturnya

tidak jelas. Selain itu peneliti juga menjumpai masalah dalam menentukan

struktur paragraf dan pola pengembangannya karena paragraf yang

dikembangkan pada peraturan menteri berbeda dengan paragraf lazimnya

dalam bahasa Indonesia.

B.Kalimat

1. Pengertian Kalimat

Menurut Alwi, dkk., (TBBBI Edisi ke-3 2010: 317), kalimat adalah satuan

bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran

yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun

dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti

oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi

bunyi ataupun proses fonologis lainnya. Dalam wujud tulisan berhuruf Latin,

kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda

tanya (?), tanda seru (!); sementara itu, di dalamnya disertakan pula berbagai

tanda baca seperti koma(,), titik dua (:), tanda pisah (-), dan spasi. Kalimat

adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh jeda panjang yang disertai nada

akhir atau turun (Ramlan, 2005: 23). Menurut Rahardi (2010: 4), sekurang-

kurangnya kalimat dalam bahasa Indonesia terdiri atas dua buah unsur pokok,

yakni subjek dan predikat. Dalam konstruksi yang lengkap, kedua unsur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

pokok itu dapat dilengkapi lagi dengan objek, komplemen atau pelengkap,

dan keterangan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut berkaitan dengan

pengertian kalimat, peneliti menyimpulkan bahwa kalimat adalah satuan

gramatik yang mengungkapkan pikiran yang utuh baik dalam wujud lisan

maupun tulisan.

2. Bagian-bagian Kalimat

Menurut Alwi, dkk (2010: 318), dilihat dari segi bentuknya kalimat dapat

dirumuskan sebagai kontruksi sintaksis terbesar yang terdiri atas dua kata atau

lebih. Antara kalimat dan kata terdapat dua satuan sintaksis, yaitu klausa dan

frasa. Klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih

yang mengandung predikasi (Alwi, dkk , 2010: 318). Menurut Ramlan (2005:

23), klausa terdiri dari S P (O) (P) (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan

apa yang terletak dalam kurung itu bersifat manasuka.

Menurut Alwi (2010: 318), frasa adalah satuan sintaksis yang terdiri dari

dua kata atau lebih yang tidak mengandung predikasi. Sedangkan menurut

Ramlan (2005: 138), frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata

atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa.

Kalimat pada dasarnya terdiri dari unsur predikat dan unsur subjek. Kedua

unsur tersebut merupakan unsur yang bersifat wajib. Di samping kedua unsur

tersebut, kadang-kadang ada kata atau kelompok kata yang dapat dihilangkan

tanpa mempengaruhi status bagian yang tersisa sebagai kalimat, tetapi ada pula

yang tidak (TBBBI, 2010: 321). Misalnya “Barangkali mereka menghadiri

pertemuan itu kemarin sore.”


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

Berdasarkan contoh di atas, dapat dibedakan unsur kalimat atas unsur

wajib dan unsur tak wajib (manasuka). Unsur wajib itu terdiri atas konstituen

kalimat yang tidak dapat dihilangkan, sedangkan unsur takwajib terdiri atas

konstituen kalimat yang dapat dihilangkan. Dengan demikian, bentuk mereka

menghadiri pertemuan itu pada contoh yang terdapat pada paragraf

sebelumnya termasuk unsur wajib kalimat, sedangkan barangkali dan kemarin

sore unsur takwajib. (TBBBI, 2010:322).

Menurut Ramlan (2005: 23), berdasarkan unsurnya kalimat terdiri dari

kalimat berklausa dan kalimat tidak berklausa. Dalam hal ini, klausa dijelaskan

sebagai satuan gramatik yang terdiri dari subjek dan predikat disertai objek,

pelengkap dan keterangan. Kalimat tidak berklausa adalah kalimat yang tidak

terdapat satuan gramatik yang terdiri dari subjek dan predikat yang disertai

objek, pelengkap dan keterangan. Contoh tentang kalimat tidak berklausa dapat

dicermati dalam kalimat berikut.

a. Astaga!

b. Selamat pagi.

c. Bagaimana?

Judul suatu karangan merupakan sebuah kalimat karena selalu diakhiri

dengan jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. Jika terdiri dari S

P (O) (PEL) (KET) kalimat judul itu termasuk golongan kalimat berklausa.

Contoh kalimat judul yang termasuk golongan kalimat berklausa adalah

sebagai berikut.

a. Tiga Nama Disebut-Sebut Sebagai Calon Walikota Yogyakarta.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

b. Perjudian dan HO Sudah Tidak Ada Lagi

c. Seratus Orang Tokoh Islam Akan Menerima Penjelasan

Akan tetapi, jika tidak terdiri dari klausa, maka kalimat judul itu termasuk

golongan kalimat tak berklausa yang semuanya berwujud satuan frase. Contoh

kalimat judul yang termasuk golongan kalimat tak berklausa adalah sebagai

berikut.

a. Tantangan Pembangunan Ekonomi Indonesia.

b. Dua Bidang Terlemah Dalam Pelaksanaan Transmigrasi.

c. Seorang Pendeta dari Gunung Wilis.

d. Polandia dan Doktrin Brezhnev.

3. Fungsi Sintaksis Unsur-Unsur Kalimat

Menurut Alwi, dkk (2010: 333), Untuk dapat mengetahui fungsi unsur

kalimat, kita perlu mengenal ciri umum tiap-tiap fungsi sintaksis. Subjek

merupakan fungsi sintaksis yang berupa nomina, frasa nominal, atau klausa

seperti contoh berikut (Alwi, dkk, 2010: 334-335).

a. Harimau binatang liar.

b. Anak itu belum makan.

c. Yang tidak ikut upacara akan ditindak.

Subjek sering juga berupa frasa verbal. Contoh kalimat yang mempunyai

subjek berupa frasa verbal.

a. Membangun gedung bertingkat mahal sekali.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

b. Berjalan kaki menyehatkan tubuh.

Pada umumnya, subjek terletak di sebelah kiri predikat. Jika unsur subjek

panjang dibandingkan dengan unsur predikat, subjek sering juga diletakkan di

akhir kalimat. Contoh kalimat yang mempunyai subjek di sebelah kanan

predikat adalah sebagai berikut.

a. Manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian tidak banyak.

Tidak banyak manusia yang mampu tinggal dalam kesendirian.

Subjek pada kalimat imperaktif adalah orang kedua atau orang pertama

jamak dan biasanya tidak hadir. Contoh kalimat imperatif yang mempunyai

subjek berbentuk orang kedua adalah sebagai berikut.

a. Tolong [kamu] bersihkan meja ini.

b. Mari [kita] makan.

Subjek pada kalimat aktif transitif akan menjadi pelengkap bila kalimat itu

dipasifkan seperti tampak pada contoh berikut.

a. Anak itu [S] menghabiskan kue saya.

b. Kue saya dihabiskan (oleh) anak itu [Pel].

Predikat kalimat biasanya berupa frasa verbal atau frasa adjektival. Pada

kalimat yang berpola SP, predikat dapat pula berupa frasa nominal, frasa

numeral, atau frasa preposisional. Contoh kalimat yang mempunyai predikat

yang berupa frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeral, dan

frasa preposisional adalah sebagai berikut.

a. Ayahnya guru bahasa Inggris. (P=FN)

b. Adiknya dua. (P=FNum)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

c. Ibu sedang ke pasar. (P=Fprep)

d. Dia sedang tidur. (P=FV)

e. Gadis itu cantik sekali. (P= FAdj)

Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat

yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Letak objek selalu setelah

langsung predikatnya. Sufiks -kan- dan i serta prefiks meng- umumnya

merupakan pembentuk verba transitif. Pada contoh (1) berikut Icuk merupakan

objek yang dapat dikenal dengan mudah oleh kehadiran verba transitif

bersufiks –kan: menundukkan.

a. Morten menundukkan Icuk.

Objek biasanya berupa nomina atau frasa nominal. Jika objek tergolong

nomina, frasa nominal tak bernyawa, atau persona ketiga tunggal, nomina

objek itu dapat diganti dengan pronomina –nya; dan jika berupa pronomina aku

dan kamu (tunggal), bentuk –ku dan –mu dapat digunakan. Contoh kalimat

yang mengandung nomina objek dapat diganti dengan pronomina adalah

sebagai berikut.

a. Adi mengunjungi Pak Rustam.

Adi mengunjunginya.

b. Beliau mengatakan (bahwa) Ali tidak akan datang.

Beliau mengatakannya.

c. Saya ingin menemui kamu/-mu.

d. Ina mencintai dia/-nya.

e. Ibu mengasihi aku/-ku.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

Selain satuan berupa nomina dan frasa nominal, objek dapat pula berupa

klausa seperti pada contoh berikut.

a. Pemerintah mengumumkan (bahwa) harga BBM akan naik.

Objek pada kalimat aktif akan menjadi subjek jika kalimat itu dipasifkan

seperti contoh berikut.

a. Pembantu membersihkan ruangan saya. [O]

b. Ruangan saya (S) dibersihkan (oleh) pembantu. [Pel]

Orang sering menggabungkan pengertian objek dan pelengkap. Hal

tersebut dapat dimengerti karena antara kedua fungsi tersebut memang terdapat

kesamaan. Baik objek maupun pelengkap sering berwujud nomina dan

keduanya juga sering menduduki tempat yang sama, yakni di belakang verba.

Pada contoh di atas tampak bahwa ruangan saya adalah frasa nominal dan

berdiri di belakang verba membersihkan, kemudian oleh pembantu juga berdiri

di belakang verba dibersihkan. Akan tetapi, pada kalimat (a) frasa nominal

tersebut dinamakan objek, sedangkan pada (b) disebut pelengkap, yang juga

dinamakan komplemen. Objek pada kalimat (a) berubah menjadi subjek pada

kalimat (b) karena kalimat (a) merupakan kalimat aktif yang diubah menjadi

kalimat pasif yang terdapat pada kalimat (b).

Persamaan antara objek dan pelengkap dapat dilihat pada ciri-ciri berikut.

Objek Pelengkap

Berada langsung di belakang predikat. Berada langsung di belakang predikat.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

Perbedaan antara objek dan pelengkap dapat dilihat pada ciri-ciri berikut.

Objek Pelengkap

1) Berwujud frasa nominal


atau 1) Berwujud frasa nominal, frasa
klausa. verbal, frasa adjektival, frasa
preposisional, atau klausa.
2) Menjadi subjek akibat pemasifan 2) Tidak dapat menjadi subjek akibat
kalimat. pemasifan kalimat.
3) Dapat diganti dengan pronominal 3)Tidak dapat diganti dengan –nya-
-nya. kecuali dalam kombinasi preposisi
selain di, ke, dari, dan akan.

Keterangan merupakan fungsi sintaksis yang paling beragam dan paling

mudah berpindah letaknya. Keterangan dapat berada di akhir, di awal, dan

bahkan di tengah kalimat. Pada umumnya, kehadiran keterangan dalam kalimat

bersifat manasuka. Keterangan biasanya berupa frasa nominal, frasa

preposisional, atau frasa adverbial. Contoh kalimat yang mempunyai fungsi

sintaksis keterangan adalah sebagai berikut.

a. Dia memotong rambutnya.

b. Dia memotong rambutnya di kamar.

c. Dia memotong rambutnya dengan gunting.

d. Dia memotong rambutnya kemarin.

Unsur di kamar, dengan gunting dan kemarin pada contoh di atas

merupakan keterangan yang sifatnya manasuka. Selain berupa kata atau frasa,

fungsi keterangan dapat pula diisi oleh klausa seperti contoh berikut.

a. Dia memotong rambutnya sebelum dia mendapat peringatan dari sekolah.

b. Dia memotong rambutnya segera setelah dia diterima bekerja di bank.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

Makna keterangan ditentukan oleh perpaduan makna unsur-unsurnya.

Dengan demikian, keterangan di kamar mengandung makna tempat, dengan

gunting mengandung makna alat, kemarin menyatakan makna waktu, dan

sebelum dia mendapat peringatan dari sekolah serta setelah dia diterima

bekerja di bank juga mengandung makna waktu.

Sedangkan menurut Ramlan (2005: 82), berdasarkan strukturnya, S dan P

dapat ditukarkan tempatnya. Maksudnya, S mungkin terletak di muka P atau

sebaliknya P mungkin terletak di muka S. Kalimat (a) dan (b) di atas dapat

diubah susunan unsur klausanya menjadi sebagai berikut.

a. Tidak berlari-lari ibu.

b. Sangat lemah tubuhnya.

Unsur tidak berlari-lari (a) dan sangat lemah (b) menduduki fungsi P,

sedangkan unsur ibu (a) dan tubuhnya (b) menduduki fungsi S. Objek selalu

terletak di belakang predikat yang terdiri dari kata verbal transitif. Jika Predikat

itu terdiri dari kata verbal transitif, maka klausa tersebut dapat diubah menjadi

klausa pasif dan kata yang menduduki fungsi O akan menjadi fungsi S. Contoh

kalimat yang mengandung kata verbal transitif yang kemudian dapat diubah

menjadi klausa pasif adalah sebagai berikut.

a. Pemerintah akan menyelenggarakan pesta seni.


S P O
b. Pesta seni akan diselenggarakan (oleh) pemerintah.
S P Keterangan Pelaku

Pelengkap mempunyai persamaan dengan objek, yaitu selalu terletak di

belakang predikat. Perbedaan antara objek dan pelengkap adalah objek selalu

terdapat dalam klausa yang dapat dipasifkan, sedangkan pelengkap terdapat


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

dalam klausa yang tidak dapat diubah menjadi bentuk pasif atau juga terdapat

dalam klausa pasif. Contoh kalimat yang mengandung fungsi sintaksis

pelengkap.

a. Anak itu dibelikan baju baru oleh Pak Sastro.

Frase baju baru pada kalimat (a) menduduki fungsi PEL karena frase itu

selalu terletak di belakang predikat dalam klausa pasif. Sedangkan, frase oleh

Pak Sastro pada kalimat di bawah ini menduduki fungsi KET karena unsur ini

mempunyai letak yang bebas, dapat terletak di depan S P, bahkan dapat juga

dipindahkan ke tempat antara S dan P seperti contoh berikut.

a. Oleh Pak Sastro anak itu dibelikan baju baru.

b. Anak itu oleh Pak Sastro dibelikan baju baru.

Pada umumnya KET mempunyai letak yang bebas, artinya dapat terletak di

depan S dan P, dapat terletak di antara S dan P, dan dapat juga terletak di

antara P dan O serta terletak di antara P dan PEL karena O dan PEL dapat

dikatakan selalu menduduki tempat langsung di belakang P, setidak-tidaknya

mempunyai kecenderungan demikian seperti contoh berikut.

a. Akibat taufan desa-desa itu musnah.

Dalam kalimat di atas unsur yang menduduki fungsi KET adalah unsur

akibat taufan yang terletak di muka S dan P. Unsur KET itu dapat dipindahkan

ke antara S dan P, dan dapat juga dipindahkan ke belakang S dan P, menjadi

sebagai berikut.

a. Desa-desa itu akibat taufan musnah.

b. Desa-desa itu musnah akibat taufan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

4. Struktur Kalimat Dasar

Menurut Kridalaksana (2008: 228), struktur adalah pengaturan pola-pola

secara sintagmatis. Sedangkan kalimat adalah satuan gramatik yang

mengungkapkan pikiran yang utuh baik dalam wujud lisan maupun tulisan.

Jadi, struktur kalimat adalah pengaturan pola satuan gramatik yang sintagmatis

untuk mengungkapkan pikiran yang utuh baik dalam wujud lisan maupun

tulisan.

Alwi (dalam Alwi, dkk., 2010: 320) mengatakan bahwa kalimat merupakan

konstruksi sintaksis terbesar yang terdiri atas dua kata atau lebih. Baik kalimat

maupun kelompok kata yang menjadi unsur kalimat dapat dipandang sebagai

suatu konstruksi. Satuan-satuan yang membentuk suatu konstruksi disebut

konstituen. Menurut Alwi, dkk (2010: 326), kalimat dasar adalah kalimat yang

terdiri dari satu klausa, unsur-unsurnya lengkap, susunan unsur-unsurnya

menurut urutan paling umum, dan tidak mengandung pertanyaan atau

pengingkaran. Setiap bentuk kata atau frasa yang menjadi konstituen kalimat

termasuk dalam kategori kata atau frasa tertentu dan masing-masing

mempunyai peran semantis pula. Hubungan antara bentuk, kategori, dan peran

itu dapat menjadi lebih jelas jika diperhatikan gambar berikut.

Bentuk Ibu saya Tidak Membeli baju baru untuk kami Minggu lalu
Kategori Kata N Pron Adv V N Adj Prep N N V
Frasa FN FV FV FPrep FN
Fungsi Subjek Predikat Objek Pelengkap Keterangan
Peran Pelaku Perbuatan Sasaran Peruntung Waktu
Gambar 2.1: hubungan bentuk, kategori, fungsi, dan peran unsur kalimat (TBBBI, 2010: 327).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

Pada gambar 2.1 di atas tampak lima fungsi sintaksis yang digunakan

untuk pemerian kalimat. Dalam suatu kalimat tidak selalu kelima fungsi

sintaksis itu terisi, tetapi paling tidak, ada konstituen pengisi subjek dan

predikat. Kehadiran konstituen lainnya banyak ditentukan oleh konstituen

pengisi predikat (Alwi, dkk 2010: 328). Contoh kehadiran konstituen lain yang

ditentukan oleh konstituen pengisi predikat adalah sebagai berikut.

a. Dia (S) tidur (P) di kamar depan (KET) .

b. Mereka (S) sedang belajar (P) bahasa Inggris (Pel) sekarang (Ket).

c. Mahasiswa (S) mengadakan (P) seminar (O) di kampus (Ket).

d. Buku itu (S) terletak (P) di meja (Ket) kemarin (Ket).

e. Ayah (S) membeli (P) baju (O) untuk adik (Pel) tadi siang (Ket).

f. Dia (S) meletakkan (P) uang (O) di atas meja itu (Ket) kemarin (Ket).

Pada contoh di atas konstituen yang dicetak miring dapat dihilangkan tanpa

mengakibatkan kejanggalan kalimat, artinya bahwa makna kalimat tetap dapat

dipahami. Dari contoh itu hanya kalimat (6) yang memiliki konstituen pengisi

kelima fungsi sintaksis, yaitu subjek, predikat, objek, pelengkap, dan

keterangan. Pada umumnya banyak dari kalimat yang urutan unsurnya berbeda

dengan urutan kelima fungsi sintaksis tersebut, terutama yang menyangkut

letak keterangan dan letak predikat terhadap subjek kalimat. Keterangan

memiliki banyak jenis dan letaknya dapat berpindah-pindah di dalam kalimat,

baik di awal, tengah, maupun akhir kalimat.

Contoh keterangan yang letaknya tidak tetap dan dapat berpindah-pindah

adalah sebagai berikut.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

a. Dita kemarin membeli buku.

b. Kemarin Dita membeli buku

c. Dita membeli buku kemarin.

Selain itu, ada banyak kalimat yang letak predikatnya mendahului subjek

kalimat. Kalimat-kalimat demikian pada umumnya dapat diubah susunannya

sehingga berpola S-P. Contoh : Tidak banyak (P) manusia yang mampu tinggal

dalam kesendirian (S) dapat diubah menjadi Manusia hidup dalam kesendirian

(S) tidak banyak (P). Pola umum kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah

S + P + (O) + (PEL) + (KET). Tanda kurung menyatakan ketiga unsur tersebut

tidak selalu harus hadir dalam kalimat dan jumlah keterangan dapat lebih dari

satu (Alwi, dkk, 2010: 329).

Dari pola umum kalimat dasar tersebut dapat diturunkan pola dasar

kalimat. Menurut Alwi, dkk (2010: 329), ada enam pola dasar kalimat. Keenam

pola dasar kalimat tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Pola dasar S – P (subjek – predikat)

b. Pola dasar S – P – O (subjek –predikat – objek)

c. Pola dasar S – P – Pel (subjek – predikat – pelengkap)

d. Pola dasar S –P – Ket (subjek – predikat – keterangan)

e. Pola dasar S – P – O – Ket (subjek – predikat – objek – keterangan)

f. Pola dasar S – P – O – Pel (subjek – predikat – objek - pelengkap)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

Perluasan pola kalimat dimaksudkan agar informasi yang akan

disampaikan dalam kalimat menjadi lebih jelas dan memiliki struktur yang

jelas. Contoh kalimat yang mengandung perluasan pola kalimat adalah sebagai

berikut.

a. Pada kesempatan itu bupati menyerahkan sejumlah penghargaan kepada

warga masyarakat yang telah berjasa kepada daerahnya.

b. Menurut rencana, pertemuan yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan

itu akan diperpanjang sampai minggu depan

Jika dilihat dari jumlah kosakata, kalimat di atas cukup panjang. Walaupun

demikian, pola dasar dari kalimat tersebut dapat diubah menjadi kalimat yang

cukup cukup singkat, seperti:

a. Bupati / menyerahkan / penghargaan.


S P O
b. Pertemuan itu/ akan diperpanjang.
S P

Perluasan tersebut timbul karena keperluan informasi yang disampaikan

belum lengkap. Suatu kalimat yang panjang merupakan perluasan dari pola

dasar kalimat.

Dengan mengetahui pola dasar kalimat bahasa lisan, diharapkan pemakai

bahasa mampu untuk memahami dan memperluas kalimat secara sistematis

dan logis sehingga informasi akan jelas dan mudah dipahami. Begitu juga

dengan teks tertulis, dengan mengetahui pola-pola dasar kalimat, pembaca

dapat memahami setiap kalimat dan unsur-unsur yang ada di dalamnya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

C. Paragraf

Gorys Keraf (1980: 62) berpendapat bahwa paragraf atau alinea adalah

suatu kesatuan pikiran yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Menurut

Asul Wiyanto (2004: 15), paragraf adalah sekelompok kalimat yang saling

berhubungan dan bersama-sama menjelaskan satu unit buah pikiran untuk

mendukung buah pikiran yang lebih besar, yaitu buah pikiran yang

diungkapkan dalam seluruh tulisan. Sedangkan menurut Djago Tarigan (1987:

11), paragraf adalah seperangkat kalimat tersusun logis-sistematis yang

merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung

pikiran pokok yang tersirat dalam keseluruhan karangan. Menurut Rahardi

(2009: 158), paragraf merupakan bagian karangan atau tulisan yang

membentuk satu kesatuan pikiran, ide atau gagasan. Setiap paragraf

dikendalikan oleh satu ide pokok. Ide pokok paragraf harus dikemas dalam

sebuah kalimat yang disebut kalimat utama. Dari beberapa pengertian

tersebut, dapat disimpulkan bahwa paragraf adalah sekelompok kalimat yang

membentuk satu kesatuan pikiran, ide atau gagasan.

Tujuan sebuah alinea atau paragraf menurut Gorys Keraf (1980: 63) yang

pertama, memudahkan pengertian dan pemahaman dengan menceraikan suatu

tema dari tema yang lain. Oleh sebab itu, tiap paragraf hanya boleh

mengandung satu tema. Bila terdapat dua tema maka paragraf atau alinea

tersebut harus dipecah menjadi dua tema. Kedua, memisahkan dan

menegaskan perhentian secara wajar dan formal, untuk memungkinkan kita

berhenti lebih lama daripada perhentian pada akhir kalimat.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

Walaupun pada prinsipnya sebuah paragraf atau alinea harus terdiri dari

rangkaian kalimat, tetapi ada juga alinea yang hanya terdiri dari satu kalimat.

Ada beberapa alasan mengapa terdapat paragraf semacam ini. Pertama, alinea

itu kurang baik dikembangkan penulisnya dan penulis kurang memahami

hakikat alinea. Kedua, memang sengaja dibuat oleh pengarang karena ia

sekadar mengemukakan gagasan itu bukan untuk dikembangkan, atau

pengembangannya terdapat pada paragraf-paragraf berikutnya. Begitu pula

sebuah paragraf yang hanya terdiri dari sebuah kalimat dapat bertindak sebagai

peralihan antara bagian-bagian dalam sebuah karangan (Gorys Keraf, 1980:

63).

1. Komponen Paragraf

Menurut Tarigan (dalam Tarigan, 1987:13), Alat bantu untuk menciptakan

susunan logis-sistematis itu disebut komponen paragraf, seperti:

a. Transisi (Transition),

Menurut Tarigan (1987: 15-16), transisi adalah mata rantai penghubung

antar paragraf. Sering dikatakan bahwa transisi berfungsi sebagai penunjang

koherensi dan kepaduan antarbab, antaranak-bab, dan antarparagraf dalam

suatu karangan. Transisi tidak selalu harus ada dalam setiap paragraf.

Kehadiran transisi dalam paragraf bergantung kepada pertimbangan pengarang.

Bila pengarang merasa perlu ada transisi demi kejelasan informasi, maka

transisi wajar ada. Sebaliknya, bila pengarang dapat mengekspresikan ide

pokoknya dengan jernih tanpa transisi, maka transisi tidak perlu hadir dalam

paragraf tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

1) Transisi berupa kata

Alat penanda transisi berupa kata dan kelompok kata sangat banyak dan

berjenis-jenis. Pada garis besarnya alat penanda transisi tersebut dapat

diklasifikasikan sebagai berikut.

a) Penanda hubungan kelanjutan, seperti kata dan, lagi, serta, lagi pula, dan

tambahan lagi.

b) Penanda hubungan urutan waktu, seperti kata dahulu, kini, sekarang,

sebelum, setelah, sesudah, kemudian, sementara itu, sehari kemudian, dan

dan seterusnya.

c) Penanda klimaks, seperti kata paling…, se…nya, dan ter…

d) Penanda perbandingan, seperti kata sama, seperti, ibarat, bak, dan

bagaikan.

e) Penanda kontras, seperti kata tetapi, biarpun, walaupun, dan sebaliknya.

f) Penanda urutan jarak, seperti kata di sini, di situ, di sana, dekat, jauh, dan

sebelah.

g) Penanda ilustrasi, seperti kata umpama, contoh, dan misalnya.

h) Penanda sebab-akibat, seperti kata karena, sebab, oleh karena, dan

akibatnya.

i) Penanda kondisi (pengandaian), seperti kata andai kata dan seandainya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

j) Penanda kesimpulan, seperti kata kesimpulan, ringkasnya, garis besarnya,

dan rangkuman.

2) Transisi berupa kalimat

Menurut Tarigan (1987: 18), transisi berupa kalimat lebih dikenal dengan

istilah kalimat penuntun. Kalimat penuntun berfungsi sebagai transisi dan

sebagai pengantar topik utama yang akan diperbincangkan.

Kalimat penuntun tidak berfungsi sebagai pengganti kalimat topik.

Letaknya selalu mendahului kalimat topik. Bila dalam suatu paragraf terdapat

kalimat penuntun sebagai transisi, maka kalimat topik terdapat setelah kalimat

penuntun selesai. Contoh kalimat penuntun adalah sebagai berikut.

Ringkasnya tata bahasa meliputi tiga hal, yakni (1) fonologi, (2) morfologi dan
(3) sintaksis. Fonologi berhubungan dengan studi tata bunyi, morfologi
mengenai studi tata kata dan sintaksis membicarakan tata kalimat.
b. Kalimat Topik (Topik Sentence),

Menurut Tarigan (1987: 18-19), kalimat topik adalah perwujudan

pernyataan ide pokok paragraf dalam bentuk umum. Ada tiga kemungkinan

letak kalimat topik dalam suatu paragraf. Kemungkinan pertama, pada bagian

awal paragraf, setelah transisi kalau ada transisi pada paragraf tersebut.

Kemungkinan kedua, terdapat pada bagian akhir paragraf. Kemungkinan

ketiga, berada di tengah-tengah paragraf, tapi hal ini jarang ditemui.

c. Kalimat Pengembang

Sebagian besar kalimat-kalimat yang terdapat dalam suatu paragraf

termasuk kalimat pengembang. Urutan kalimat pengembang sebagai perluasan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

pemaparan kalimat topik. Pengembangan kalimat topik yang bersifat

kronologis biasanya berkaitan dengan benda atau kejadian dengan waktu.

Urutannya, masa lalu-kini-masa yang akan datang. Bila pengembangan kalimat

topik berkaitan dengan jarak, biasanya berkaitan dengan benda, peristiwa, atau

hal dengan ukuran jarak. Urutannya, dimulai dari jarak yang paling dekat-lebih

jauh-paling jauh. Bila pengembangan kalimat topik berkaitan dengan sebab-

akibat maka kemungkinan urutannya sebab dinyatakan lebih dahulu, kemudian

diikuti akibatnya, atau sebaliknya, akibatnya dinyatakan terlebih dahulu baru

kemudian dipaparkan sebabnya. Penyusunan urutan kalimat pengembang yang

berdasarkan urutan nomornya dimulai dari kejadian pertama, kedua, ketiga,

dan seterusnya (Tarigan, 1987: 19).

d. Kalimat Penegas

Menurut Tarigan (1987: 20), kalimat penegas adalah elemen paragraf yang

keempat dan terakhir. Elemen pertama transisi, elemen kedua kalimat topik,

dan elemen ketiga kalimat pengembang. Fungsi kalimat penegas ada dua.

Pertama, sebagai pengulang atau penegas kembali kalimat topik. Kedua,

sebagai daya penarik bagi pembaca atau sebagai selingan untuk menghilangkan

kejemuan. Kedudukan kalimat penegas dalam suatu paragraf tidak bersifat

mutlak. Berbeda dengan kalimat topik dan kalimat pengembang yang bersifat

mutlak. Kalimat penegas ada bila pengarang merasa memerlukannya untuk

menunjang kejelasan informasi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

2. Syarat-syarat Paragraf yang Baik

Menurut Keraf (1980: 67), adanya syarat-syarat paragraf yang baik

merupakan suatu perangkat agar paragraf yang ditulis menjadi paragraf yang

berkualitas. Beberapa syarat yang harus dipenuhi agar paragraf termasuk

kategori baik adalah sebagai berikut.

a. Kesatuan

Isi paragraf harus jelas dan terperinci serta hanya membahas satu hal saja.

Isi paragraf yang berganda akan mengurangi kejelasan informasi.

b. Koherensi (kepaduan)

Hubungan antar kalimat dalam paragraf harus berkaitan erat satu sama lain.

Lebih-lebih antara kalimat topik dan kalimat pengembangnya serta kalimat

penegas (bila ada). Tidak boleh terselip kalimat yang tidak ada hubungannya

dengan isi paragraf.

c. Pengembangan Paragraf

Paragraf dianggap selesai bila kalimat topik sudah dikembangkan. Kalimat

topik yang menyatakan isi paragraf dalam pengertian umum dikembangkan

atau dijelaskan dengan cara menjabarkannya dalam bentuk-bentuk konkrit.

Penjabaran dalam bentuk konkrit tersebut dapat dengan cara pemaparan,

pemberian contoh, dan penganalisisan. Bila pengembangan kalimat topik

sudah sampai kepada semua aspek artinya tidak ada bagian-bagian yang

terlewati, maka paragrafnya sudah selesai.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

3. Struktur Paragraf

Berdasarkan berbagai kelengkapan unsur dan posisinya dalam paragraf,

maka dapat ditentukan beberapa struktur paragraf sebagai berikut.

a. Kemungkinan Pertama

Unsur paragraf lengkap, dengan susunan: transisi berupa kalimat-kalimat

topik-kalimat pengembang-kalimat penegas. Diagram kerangka paragraf

sebagai berikut.

TEKS UNSUR

____________________ Transisi

________________________________

________________________________ Kalimat Topik

________________________________

________________________________ Kalimat Pengembang

________________________________ Kalimat Penegas

Contoh paragraf yang mempunyai unsur paragraf lengkap adalah sebagai

berikut.

(1) Suatu karangan biasanya mengandung tiga bagian utama, yakni


bagian pendahuluan, bagian isi, dan bagian penutup. (2) Setiap bagian
tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda. (3) Bagian pendahuluan
mempunyai fungsi salah satu atau sebagian dari fungsi untuk menarik minat
pembaca, mengarahkan perhatian pembaca, menjelaskan secara singkat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

tema karangan, menjelaskan bila dan di bagian mana suatu hal akan
dibicarakan. (4) Fungsi bagian isi antara lain, merupakan penghubung
antara bagian pendahuluan dengan bagian penutup atau merupakan
penjelasan terperinci terhadap apa yang diutarakan di bagian pendahuluan.
(5) Fungsi bagian penutup ialah salah satu atau kombinasi dari fungsi untuk
memberikan kesimpulan, penekanan bagian-bagian tertentu, klimaks,
melengkapi, dan merangsang pembaca mengerjakan sesuatu tentang apa
yang sudah dijelaskan atau diceritakan. (6) Setiap bagian utama karangan
mempunyai fungsi tertentu.
Unsur-unsur paragraf tersebut di atas dapat diperinci sebagai berikut.

(1) = transisi (berupa kalimat)

(2) = kalimat topik

(3), (4), dan (5) = kalimat pengembang

(6) = kalimat penegas

b. Kemungkinan Kedua

Sama dengan (a), tetapi transisi berupa kata. Diagram kerangka

paragrafnya sebagai berikut.

TEKS UNSUR

____________________ Transisi dan kalimat

________________________________ topik

________________________________

________________________________ Kalimat pengembang

________________________________
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

________________________________ Kalimat penegas

________________________________

Contoh paragraf yang mempunyai unsur paragraf lengkap, tetapi transisi

berupa kata adalah sebagai berikut.

(1) Dimana-mana, (2) anggota masyarakat membicarakan kenaikan


harga. (3) Ibu-ibu, sambil belanja di pasar, menggerutu tentang belanja dapur
yang semakin meningkat. (4) Bapak-bapak di kantor asyik memperbincangkan
efek kenaikan harga BBM terhadap pengeluaran sehari-hari. (5) Pengusaha
bis sibuk mengkalkulasi harga penyesuaian karcis penumpang bis. (6) Abang
becak secara diam-diam sepakat menaikkan tarif becak menjadi dua kali lipat.
(7) Para mahasiswa menggerutu karena tarif oplet bertambah dari biasanya.
(8) Pegawai kecil asyik membicarakan kenaikan harga bahan pokok. (9)
Pendek kata semua orang membicarakan akibat kenaikan harga BBM.
Unsur paragraf tersebut di atas dapat diklarifikasikan sebagai berikut.

(1) = transisi

(2) = kalimat topik

(3), (4), (5), (6), (7), dan (8) = kalimat pengembang

(9) = kalimat penegas

c. Kemungkinan Ketiga

Paragraf yang mempunyai tiga unsur dengan susunan: kalimat topik-

kalimat pengembang-kalimat penegas.

TEKS UNSUR

____________________ Kalimat topik


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

________________________________

________________________________ Kalimat pengembang

________________________________

________________________________ Kalimat penegas

________________________________

Contoh paragraf yang mempunyai tiga unsur paragraf dengan susunan:

kalimat topik-kalimat pengembang-kalimat penegas adalah sebagai berikut.

(1) Nasib pegawai negeri berangsur-angsur akan diperbaiki. (2)


Penghasilan mereka sejak tahun 1968 sudah beberapa kali dinaikkan. Bagi
dosen, kepala SD, SMP, dan SMA, tenaga peneliti bahkan sudah diberikan
tunjangan fungsional. (3) Perumahan bagi pegawai negeri berangsur-angsur
ditambah dengan bantuan BTN. (4) Jaminan kesehatan, walaupun belum
sempurna, sudah dilaksanakan melalui penggunaan kartu biru (HI). (5)
Jaminan hari tua ditanggulangi dengan Taspen. (6) Kenaikan pangkat lebih
pengadministrasiannya disbanding dengan masa lalu. (7) Pegawai yang
bekerja dengan baik diberi penghargaan. (8) Banyak usaha oleh pemerintah
yang telah, sedang, dan akan dilaksanakan, yang mengarah kepada perbaikan
nasib pegawai negeri.
Unsur-unsur paragraf tersebut di atas adalah sebagai berikut.

(1) = kalimat topik

(2), (3), (4), (5), (6), dan (7) = kalimat pengembang

(8) = kalimat penegas

d. Kemungkinan Keempat

Paragraf yang mempunyai tiga unsur dengan susunan: transisi (berupa

kata)-kalimat topik-kalimat pengembang.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

TEKS UNSUR

_________________________ Transisi

________________________________ dan kalimat topik

________________________________

________________________________

________________________________ Kalimat pengembang

________________________________

Contoh paragraf yang mempunyai tiga unsur paragraf dengan susunan:

transisi (berupa kata)-kalimat topik-kalimat pengembang adalah sebagai

berikut.

(1) Umumnya (2) orang yang mau istirahat memilih tempat yang sejuk
dan jauh dari keramaian. (3) Pilihan pertama Puncak dan sekitarnya. (4) Atau
di Lembang yang hawanya sejuk dan segar. (5) Orang-orang di sekitar
Surabaya akan memilih Malang tempat istirahat. (6) Di daerah Medan boleh
pilih Bandar Baru atau Berastagi. (7) Di daerah Ujung Pandang pilihan
tempat istirahat tentulah Malino. (8) Di daerah Cirebon tentu saja orang akan
beristirahat di Linggarjati.
Unsur-unsur paragraf tersebut adalah sebagai berikut.

(1) = transisi (berupa kata)

(2) = kalimat topik

(3), (4), (5), (6), (7), dan (8) = kalimat pengembang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

e. Kemungkinan Kelima

Sama dengan (d) dengan susunan transisi (berupa kalimat)-kalimat topik-

kalimat pengembang. Kerangka paragrafnya sebagai berikut.

TEKS UNSUR

____________________ Transisi

________________________________ Kalimat topik

________________________________

________________________________ Kalimat pengembang

________________________________

Contoh paragraf yang mempunyai tiga unsur paragraf dengan susunan:

transisi (berupa kalimat)-kalimat topik-kalimat pengembang adalah sebagai

berikut.

(1) Tugas Universitas/Institut di Indonesia melaksanakan “Tri


Dharma Perguruan Tinggi”. (2) Tri Dharma Perguruan Tinggi meliputi
bidang pengajaran dan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat.
(3) Bidang pengajaran dan pendidikan meliputi tugas melaksanakan
perkuliahan, penataran ataupun Crash program. (4) Di bidang penelitian para
staf pengajar diwajibkan mengadakan penelitian untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan. (5) Di bidang pengabdian masyarakat, masyarakat, masyarakat
perguruan tinggi harus mendarmabaktikan ilmunya bagi kepentingan
masyarakat seperti memberikan penyuluhan, penataran, saran-saran, dan
lain-lain.

Paragraf di atas terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut.

(1) = transisi (berupa kalimat)


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

(2) = kalimat topik

(3), (4), dan (5) = kalimat pengembang

f. Kemungkinan Keenam

Paragraf yang mempunyai dua unsur dengan susunan: kalimat topik-

kalimat pengembang. Kerangka paragrafnya sebagai berikut.

TEKS UNSUR

____________________

________________________________ Kalimat topik

________________________________

________________________________

________________________________ Kalimat pengembang

________________________________

Contoh paragraf yang yang mempunyai dua unsur dengan susunan:

kalimat topik-kalimat pengembang adalah sebagai berikut.

(1) Pekerjaannya bertumpuk-tumpuk. (2) Draft peraturan akademik


baru setengah jadi. (3) Tugas menyusun proposal penelitian belum satu pun
digarapnya. (4) Tiba-tiba datang tugas baru, menyusun tata tertib di
kantornya. (5) Pekerjaan tersebut belum selesai muncul pula tugas tambahan
menyediakan paper untuk bahan penataran minggu depan. (6) Paper baru
setengah jadi pimpinan menugasinya untuk menyusun kerangka kerja seminar
pengajaran bahasa. (8) Pekerjaan mengajar juga harus dilaksanakan enam
jam seminggu. (9) Dari Institut muncul tugas lain mengikuti lokakarya
penyusunan kurikulum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

Unsur-unsur paragraf di atas adalah sebagai berikut.

(1) = kalimat topik

(2), (3), (4), (5), (6), = kalimat pengembang

(7), (8), dan (9)

g. Kemungkinan Ketujuh

Paragraf yang mempunyai dua unsur dengan susunan: kalimat

pengembang-kalimat topik. Diagram kerangka paragrafnya sebagai berikut.

TEKS UNSUR

____________________

________________________________ Kalimat Pengembang

________________________________

________________________________

________________________________ Kalimat Topik

Contoh paragraf yang yang mempunyai dua unsur dengan susunan:

kalimat pengembang-kalimat topik adalah sebagai berikut.

(1) Menstop bola dengan dada dan kaki dapat ia lakukan secara
sempurna. (2) Tembakan kaki kanan dan kanan kiri tepat arahnya lagi keras.
(3) Sundulan kepalanya sering memperdayakan kiper lawan. (4) Bola seolah-
olah menurut kehendaknya. (5) Larinya cepat bagaikan kijang. (6) Lawan
sukar mengambil bola dari kakinya. (7) Operan bolanya tepat dan terarah. (8)
Amin benar-benar pemain bola jempolan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

Paragraf di atas terdiri atas unsur sebagai berikut.

(1), (2), (3), (4), (5), (6) = kalimat pengembang


(7), dan (8)

(9) = kalimat topik

h. Kemungkinan Kedelapan

Paragraf yang mempunyai dua unsur dengan tiga susunan: kalimat

pengembang-kalimat topik-kembali lagi ke kalimat pengembang. Diagram

kerangka paragrafnya sebagai berikut.

TEKS UNSUR

____________________ Kalimat pengembang

________________________________

________________________________

________________________________ Kalimat topik

________________________________

________________________________ Kalimat pengembang

Contoh paragraf yang mempunyai dua unsur dengan tiga susunan: kalimat

pengembang-kalimat topik-kembali lagi ke kalimat pengembang adalah

sebagai berikut.

(1) Tingkah lakunya menawan. (2) Tutur katanya sopan. (3) Murah
senyum, jarang marah. (4) Tidak pernah berbohong. (5) Tidak mau
mempercakapkan orang lain. (6) Suka menolong sesama teman. (7) Pantas
Esih gadis pujaan. (8) Tambahan lagi wajah cantik. (9) Pandai pula
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

berdandan. (10) Tidak sombong. (11) Otaknya cukup encer. (12) Mudah diri.
(15) Ramah terhadap siapapun.

Unsur-unsur paragraf tersebut di atas adalah sebagai berikut.

(1)-(6) = kalimat pengembang

(7) = kalimat topik

(8)-(15) = kalimat pengembang

4. Pola Pengembangan Paragraf

Menurut Chaer (2011: 88), pengembangan paragraf adalah pemberian

keterangan-keterangan tambahan dalam bentuk kalimat-kalimat penjelas atau

kalimat pengembang terhadap ide pokok yang terdapat pada kalimat pokok.

Menurut Gorys Keraf (1980:84), pengembangan alinea mencakup dua

persoalan utama yaitu kemampuan memperinci gagasan utama paragraf ke

dalam gagasan-gagasan bawahan dan kemampuan mengurutkan gagasan-

gagasan bawahan ke dalam suatu urutan yang teratur.

Untuk menerangkan sebuah paragraf, baik untuk memperinci gagasan

utama, maupun mengurutkan rincian-rincian itu dengan teratur. Oleh karena itu

dikembangkanlah berbagai macam metode pengembangan paragraf. Menurut

Keraf (1980: 84-99), terdapat beberapa metode pengembangan paragraf adalah

sebagai berikut.

a. Klimaks dan antiklimaks

Perkembangan gagasan dalam sebuah paragraf dapat disusun dengan

menggunakan dasar klimaks, yaitu suatu gagasan utama mula-mula diperinci


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

dengan sebuah gagasan bawahan yang dianggap paling rendah kedudukannya,

berangsur-angsur dengan gagasan-gagasan lain hingga ke gagasan yang paling

tinggi kedudukannya. Sedangkan pengembangan paragraf antiklimaks adalah

penulis mulai dari suatu gagasan atau tema yang dianggap paling tinggi

kedudukannya, kemudian perlahan-lahan menurun melalui gagasan-gagasan

yang lebih rendah hingga yang paling rendah.

b. Sudut Pandangan

Sudut pandangan adalah tempat dari mana seorang pengarang melihat

sesuatu.

c. Perbandingan dan Pertentangan

Pola pengembangan paragraf dengan perbandingan atau pertentangan

adalah pengarang menunjukkan kesamaan atau perbedaan antara dua orang,

obyek atau gagasan dengan bertolak dari segi-segi tertentu.

d. Analogi

Bila perbandingan dan pertentangan memberi sejumlah perbedaan, maka

analogi merupakan perbandingan yang sistematis dari dua hal yang berbeda,

tetapi dengan memperlihatkan kesamaan segi atau fungsi dari kedua hal tadi.

e. Contoh

Sebuah gagasan yang terlalu umum sifatnya atau generalisasi memerlukan

ilustrasi-ilustrasi yang konkret sehingga dapat dengan mudah dipahami

pembaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

f. Proses

Proses merupakan suatu urutan dari tindakan-tindakan untuk menciptakan

dan menghasilkan sesuatu atau urutan dari suatu kejadian atau peristiwa.

g. Sebab-akibat

Perkembangan sebuah alinea dapat pula dinyatakan dengan menggunakan

sebab-akibat sebagai dasar. Sebab bisa bertindak sebagai gagasan utama,

sedangkan akibat sebagai rincian pengembangannya, tetapi dapat juga terbalik.

h. Umum-khusus, khusus-umum

Kedua cara ini merupakan cara yang paling umum dalam mengembangkan

paragraf. Dalam hal pertama, gagasan ditempatkan pada awal paragraf.

Sedangkan perinciannya terdapat pada kalimat selanjutnya. Demikian pula

sebaliknya, variasi dalam kedua jenis paragraf tersebut adalah penggabungan,

yaitu gagasan utama terdapat pada awal paragraf dan diakhir diulang lagi.

i. Klasifikasi

Klasifikasi bekerja ke dua arah yang berlawanan, yaitu pertama

mempersatukan satuan-satuan ke dalam satu kelompok, dan kedua

memisahkan satuan-satuan tadi dari kelompok yang lain.

j. Definisi luas

Definisi dalam pembentukan sebuah alinea adalah usaha pengarang untuk

memberikan keterangan atau arti terhadap sebuah istilah atau hal.

Sedangkan menurut Abdul Chaer (dalam Chaer, 2011:88-98), cara atau

model pengembangan paragraf adalah sebagai berikut.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

a. Pengembangan Paragraf dengan Contoh

Pengembangan paragraf dengan memberi contoh dapat dilakukan jika

kalimat topiknya berisi pernyataan yang bersifat umum. Dalam hal ini, dapat

menggunakan kata contohnya, misalnya, dan seperti. Contoh paragraf yang

mengandung pengembangan paragraf dengan contoh adalah sebagai berikut.

Tingkat kerawanan pelecehan seksual pada perayaan malam tahun baru


sangat mengkhawatirkan. Di Jakarta, misalnya, meskipun tidak diberitakan
secara luas, tidak kurang dari 10 orang yang akan mengalami pelecehan
seksual ketika perayaan malam tahun baru pada tahun yang lalu. Di Surabaya
lebih banyak lagi. Tidak kurang dari lima belas orang yang mendapat
perlakuan itu. Sementara di Bandung jumlah korban pelecehan memang kecil,
tetapi intensitasnya lebih tinggi. Hanya lima orang yang dilaporkan mendapat
perlakuan tersebut, tetapi dua orang di antaranya hampir akan diperkosa
sekelompok pemuda sebelum akhirnya dipergoki petugas keamanan. Kejadian-
kejadian tersebut adalah sekedar contoh bahwa tingkat kerawanan pelecehan
seksual pada perayaan malam tahun baru sangat mengkhawatirkan.
Kalimat pokok pada paragraf di atas adalah tingkat kerawanan pelecehan

seksual pada perayaan malam tahun baru sangat mengkhawatirkan. Lalu,

kalimat pokok tersebut dijelaskan dengan contoh kejadian di Jakarta, di

Surabaya, dan di Bandung.

b. Pengembangan Paragraf dengan Definisi

Pengembangan paragraf dengan definisi biasanya dibuat apabila kita ingin

mengenalkan sebuah istilah yang dianggap baru dan belum dikenal. Kalimat

pokoknya berupa definisi. Lalu, dilanjutkan dengan kalimat-kalimat penjelas

yang berupa penjelasan lebih lanjut mengenai istilah yang didefinisikan

tersebut. Berikut contoh paragraf yang mengandung pengembangan paragraf

definisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

Frustasi adalah perasaan yang muncul pada seseorang karena tidak dapat
memperoleh apa yang diinginkan atau diharapkan. Ketika seorang pemuda
tidak dapat merebut hati seorang gadis yang sangat dicintainya atau ketika
seorang petani yang sudah menginvestasikan sebagian besar uangnya untuk
menanam padi, tetapi ternyata tidak panen sama sekali. Dengan kata lain,
frustasi pada dasarnya adalah perasaan kecewa seseorang karena tidak
berhasil memperoleh apa yang diinginkan.

c. Pengembangan Paragraf dengan Pemerincian

Pengembangan paragraf dengan pemerincian lazim dilakukan untuk

menunjang pikiran pokok yang berupa fakta atau pendapat. Ide pokok itu

dirinci dengan sejumlah fakta lain. Contoh paragraf yang mengandung

pengembangan paragraf dengan pemerincian adalah sebagai berikut.

Di Yogyakarta, jumlah kendaraan cukup banyak sehingga kemacetan lalu


lintas sering terjadi. Menurut catatan dinas lalu lintas, jalan raya terdapat
2317 buah mobil. Dari jumlah tersebut dapat diperinci jumlah mobil dinas
pemerintahan ada 327 buah, mobil kendaraan umum ada 527 buah, mobil
milik perusahaan swasta ada 107 buah, dan sisanya adalah mobil pribadi.
Sepeda motor tercatat ada 1857 buah. Terdapat 327 di antaranya adalah
sepeda motor berplat merah.
Pikiran pokok pada paragraf di atas adalah tentang jumlah kendaraan di

sebuah kota. Lalu, diperinci dengan berapa jumlah mobil dinas, mobil pribadi,

mobil kendaraan umum, dan sepeda motor.

d. Pengembangan Paragraf dengan Ilustrasi

Pengembangan paragraf dengan ilustrasi digunakan untuk menyajikan

suatu gambaran atau melukiskan suatu objek. Sebuah kalimat pokok yang

berisi ide pokok dijelaskan dengan kalimat-kalimat penjelas. Contoh paragraf

yang mengandung pengembangan paragraf dengan ilustrasi adalah sebagai

berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

Waktu pertama kali bertemu dengan Chairil Anwar, orang akan


menyangka dia orang Indonesia. Rambutnya yang kepirang-pirangan selalu
jatuh membuyar ke pelipis kanan dan selalu dibenahinya cepat ke belakang
dengan gerak yang cepat. Putih matanya selalu ke merah-merahan, dihidupi
oleh biji mata coklat muda bening, selalu sayup melihat arah kejauhan, tetapi
juga selalu gesit dan cemerlang, disertai gerak-gerik kenakalan. Tidak sejenak
pun dia dapat diam, semua pada dirinya bergerak (kata-katanya, matanya,
jarinya, dan selalu menyertai kehadirannya). Kehadirannya membawa
suasana dinamis gesit dan gerak.
Ide pokok pada paragraf di atas adalah tentang tingkah laku, fisik, dan sifat

Chairil Anwar yang pertama kalim dilihat sebagian orang. Kemudian ide

pokok dipaparkan dalam kalimat-kalimat penjelas bagaimana tingkah laku,

sifat, dan keadaan fisik Chairil Anwar.

e. Pengembangan Paragraf dengan Kronologi

Pengembangan paragraf dengan kronologi atau urutan dari suatu peristiwa

atau kejadian, lazim digunakan dalam wacana kisahan. Kejadian-kejadian yang

dikembangkan dengan kronologi dipaparkan selangkah demi selangkah secara

kronologis. Contoh paragraf yang mengandung pengembangan paragraf

dengan kronologi adalah sebagai berikut.

Sekitar 10 tahun yang lalu, Bagas mulai terjun dalam dunia kehumasan.
Pada waktu itu, ia telah menyelesaikan sarjana dalam bidang manajemen dari
Universitas Indonesia di Jakarta. Setelah bekerja selama dua tahun di Hotel
Sahid Jaya di Jakarta, dia melanjutkan sekolahnya di Australia National
University di Melbourne, Australia sambil menjadi karyawan di kantor
perwakilan agen perjalanan milik Hotel Sahid Australia. Dalam waktu yang
relatif singkat, dua tahun, ia mampu menyelesaikan studinya dan meraih gelar
Master of Science dalam bidang pemasaran. Kemudian ia kembali ke Jakarta
dan mendapat kesempatan menduduki posisi manajer hubungan masyarakat di
Hotel Sahid Jaya. Kini, seiring dengan pengalaman, Bagas telah menduduki
jabatan sebagai direktur hubungan masyarakat sebuah hotel berbintang lima,
Sangri-La yang terletak di Jakarta Pusat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

Ide pokok atau gagasan pokok paragraf di atas adalah tentang Bagas yang

sejak 10 tahun yang lalu mulai bekerja di bidang kehumasan. Kemudian secara

kronologis dengan kalimat penjelas dipaparkan bagaimana kisah Bagas yang

melanjutkan pendidikannya di Australia. Lalu, kembali lagi ke Jakarta bekerja

kembali di bidang kehumasan sampai menduduki jabatan sebagai direktur

hubungan masyarakat di hotel Sangri-La, Jakarta.

f. Pengembangan Paragraf dengan Sebab-Akibat

Pengembangan paragraf dengan sebab-akibat lazim digunakan dalam

karangan ilmiah, antara lain untuk (1) mengemukakan alasan yang logis, (2)

mendeskripsikan suatu proses, (3) menerangkan mengapa sesuatu itu terjadi

demikian dan (4) memprediksi runtutan peristiwa yang akan terjadi. Contoh

paragraf yang mengandung pengembangan paragraf dengan sebab-akibat

adalah sebagai berikut.

Keberadaan industri komponen di dalam negeri masih berada dalam


kondisi rapuh sehingga sulit diharapkan untuk dapat mendukung keberadaan
industry otomotif. Akibatnya, industry otomotif nasional hingga kini masih
tinggi tingkat ketergantungannya kepada komponen impor. Tingkat
ketergantungan yang masih tinggi ini berakibat pada masih tingginya harga
otomotif di tanah air.
Ide pokok pada paragraf di atas adalah keberadaan industri komponen di

dalam negeri masih dalam kondisi rapuh. Ide pokok tersebut merupakan

sebab, sedangkan yang menjadi akibatnya ada dua, yaitu, sulit diharapkan

untuk dapat mendukung keberadaan industri otomotif dan industri otomotif

nasional hingga kini masih tinggi tingkat ketergantungannya kepada komponen

impor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

g. Pengembangan Paragraf dengan Perbandingan atau Pengontrasan

Pengembangan paragraf dengan perbandingan atau pengontrasan dilakukan

untuk menyatakan persamaan dan perbedaan dua hal yang disebut sebagai ide

pokok dalam kalimat pokok. Contoh paragraf yang mengandung

pengembangan paragraf dengan perbandingan atau pengontrasan adalah

sebagai berikut.

Anak sulungku yang kini berusia tujuh tahun benar-benar berbeda dengan
adiknya. Wajah sulung anakku lebih mirip ibunya, sedangkan adiknya lebih
mirip saya. Dalam hal makan, sulit sekali membujuk si sulung agar mau
makan. Ia hanya menggemari makanan-makanan seperti coklat atau es krim.
Sementara adiknya tidak pernah menolak makanan apa pun. Bahkan, obat-
obat yang diberikan dokter ketika sakit pun dianggapnya makanan juga.
Akibat nafsu makan yang berbeda ini, tubuh si sulung jauh lebih kurus
dibandingkan dengan adiknya. Akan tetapi, baik si sulung maupun adiknya
mudah marah jika tidak memperoleh yang diinginkannya. Dalam hal ini,
mereka lebih mirip dengan saya.
Ide pokok paragraf di atas adalah perbedaan dan persamaan si sulung dan

adiknya. Ide pokok ini dikembangkan dengan menyebutkan sejumlah

perbedaan keduanya, seperti kemiripan wajahnya, bentuk fisik tubuhnya, dan

kegemaran makan. Lalu, kesamaannya adalah tentang sifat suka marah kalau

tidak memperoleh yang diinginkan dan hal ini sama dengan sifat ayahnya.

h. Pengembangan Paragraf dengan Repetisi

Pengembangan paragraf dengan menggunakan repetisi maksudnya adalah

ide pokok yang diulang pada kalimat-kalimat penjelas. Hal ini dilakukan untuk

mengingatkan kembali pada ide pokok itu. Contoh paragraf yang mengandung

pengembangan paragraf dengan repetisi adalah sebagai berikut.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

Pernikahan memang bisa saja menjadi ikatan yang mengungkung


kebebasan, bisa juga malah menjadi pintu masuk udara kebebasan, bisa juga
malah menjadi pintu masuk udara kebebasan lainnya. Pernikahan adalah
bersatunya dua nilai. Yang menjadi adalah apakah ada kesesuaian dalam
nilai-nilai itu atau tidak. Apakah ada kesesuaian untuk berekspresi atau tidak.
Apakah pernikahan itu menyebabkan potensi personal semakin tergali atau
tidak. Kalau jawabannya adalah “ya”, berarti pernikahan itu merupakan pintu
kebebasan, tetapi kalau tidak, pernikahan adalah kungkungan.
Ide pokok pada paragraf adalah tentang pernikahan. Kemudian ide pokok

ini dikembangkan dalam beberapa kalimat penjelas dengan mengulang-ulang

kata pernikahan itu.

i. Pengembangan Paragraf dengan Klasifikasi

Pengembangan paragraf dengan klasifikasi dimaksudkan untuk

mengelompokkan sesuatu dalam kelompok-kelompok tertentu berdasarkan

satu kriteria tertentu. Contoh paragraf yang mengandung pengembangan

paragraf dengan klasifikasi adalah sebagai berikut.

Sistem penamaan jenis-jenis kritik sastra bervariasi yang memungkinkan


seorang kritikus untuk membuat suatu sintese umum dari beberapa jenis kritik
tersebut, bergantung pada pilihan pendekatan yang digunakannya. Pendekatan
moral menekankan pertalian karya sastranya sebagai karya seni dengan
wawasan moral dan agama, memperjelas penilaian perilaku sosial dan
patokan-patokan moral yang tersirat di dalam karya sastra. Pendekatan
historis yang bekerja atas dasar lingkungan karya sastra itu sendiri berkaitan
dengan fakta-fakta dari zaman dan hidup pengarang. Pendekatan formal yang
terutama sangat ditekankan oleh kritik baru, menekankan nilai karya sastra
dalam lingkup pertimbangan struktur dan unsur-unsur estetik yang biasanya
tanpa pertimbangan lainnya. Pendekatan impresionistik yang menjadi ciri
khas aliran romantik menekankan efek personal karya sastra pada kritikusnya.

j. Pengembangan Paragraf dengan Analogi

Pengembangan paragraf dengan analogi adalah mengembangkan ide pokok

atau gagasan pokok yang belum dikenal dengan membandingkannya pada


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

sesuatu yang sudah dikenal. Tujuannya adalah menjelaskan sesuatu yang

kurang dikenal atau belum dikenal. Contoh paragraf yang mengandung

pengembangan paragraf dengan klasifikasi adalah sebagai berikut.

Di usianya yang ke-32, karier pemain sepakbola Juergen Klinsmann malah


semakin bersinar. Banyak klub ternama dunia yang berebut untuk
mendapatkan pemain berambut pirang itu. Hal itu tidak mengherankan
mengingat ia adalah pemain yang keterampilannya di atas rata-rata. Seperti
layaknya seekor kijang atau kancil yang mempunyai bentuk tubuh ramping,
cekatan untuk berkelit, lincah gerakannya, larinya kencang sehingga sulit
untuk ditangkap, cerdik sekaligus licik, demikianlah sosok Klinsmann. Klinsi,
demikian ia dijuluki, memang dikenal sebagai pemain yang sering berpura-
pura terjatuh dan kesakitan di daerah kotak pinalti lawan untuk mengetahui
wasit sehingga dengan itu wasit akan menghadiahi tendangan penalti baginya.
Tahun depan, kapten kesebelasan tim nasional Jerman ini akan meninggalkan
klub Bayern Munchen dan akan bergabung dengan klub Sampdoria, Italia.
Ide pokok paragraf di atas adalah tentang pemain sepakbola Jerman yang

bernama Juergen Klinsmann. Kemudian gagasan pokok itu dikembangkan

dengan menganalogikan kepandaian, kelincahan, dan kegesitan seekor kijang

atau seekor kancil.

D. Variasi Bahasa

Masyarakat tutur bukanlah kumpulan yang homogen, maka wujud bahasa

yang mereka gunakan pun tidak seragam. Akibatnya, bahasa menjadi

bervariasi. Terjadinya keragaman ini bukan hanya oleh penuturnya yang tidak

homogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan

sangat beragam. Semakin banyak penutur yang menggunakan bahasa dan

semakin luas wilayahnya maka keragaman bahasa ini akan semakin

bertambah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

1. Variasi Bahasa Berdasarkan Penutur

a. Idiolek

Idiolek adalah variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Menurut konsep

idiolek, setiap orang mempunyai variasi bahasanya atau idioleknya masing-

masing. Variasi idiolek ini berkenaan dengan “warna” suara, pilihan kata, gaya

bahasa, dan susunan kalimat. Namun, yang paling dominan adalah “warna”

suara sehingga jika kita cukup akrab dengan seseorang, hanya dengan

mendengar suara bicaranya tanpa melihat orangnya kita dapat mengenalinya.

b. Dialek

Dialek adalah variasi bahasa dari sekelompok penutur yang jumlahnya

relatif dan berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu. Misalnya,

bahasa Jawa dialek Wonosari mempunyai ciri tersendiri yang berbeda dengan

ciri yang dimiliki bahasa Jawa dialek Bantul, dan dialek Surabaya. Para

penutur bahasa Jawa dialek Wonosari dapat berkomunikasi secara baik dengan

para penutur bahasa Jawa dialek Bantul, dan dialek Surabaya karena dialek-

dialek tersebut masih termasuk bahasa yang sama, yaitu bahasa Jawa.

c. Kronolek

Kronolek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok sosial

pada masa tertentu. Variasi bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan,

variasi yang digunakan tahun lima puluhan, dan variasi yang digunakan pada

masa kini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

d. Sosiolek

Sosiolek adalah variasi bahasa yang berkenaan dengan status, golongan,

dan kelas sosial para penuturnya. Dalam sosiolinguistik biasanya variasi inilah

yang paling banyak dibicarakan dan paling banyak menyita waktu untuk

membicarakannya karena variasi ini menyangkut semua masalah pribadi para

penuturnya, seperti usia, pendidikan, seks, pekerjaan, tingkat kebangsawanan,

dan keadaan sosial ekonomi. Berdasarkan usia, kita bisa melihat perbedaan

variasi bahasa yang digunakan oleh anak-anak, para remaja, orang dewasa, dan

orang yang tergolong lansia. Perbedaan variasi bahasa ini bukanlah berkenaan

dengan isi pembicaraan, melainkan perbedaan dalam bidang morfologi,

sintaksis, dan juga kosakata.

Berdasarkan pendidikan, kita juga bisa melihat adanya variasi sosial ini.

Para penutur yang memperoleh pendidikan tinggi, akan berbeda variasi

bahasanya dengan mereka yang hanya berpendidikan menengah, rendah atau

tidak berpendidikan sama sekali. Perbedaan ini paling jelas adalah dalam

bidang kosakata, pelafalan, morfologi, dan sintaksis. Berdasarkan seks (jenis

kelamin) penutur dapat pula disaksikan adanya dua jenis variasi bahasa.

Cobalah Anda dengarkan percakapan yang dilakukan oleh sekelompok

mahasiswi atau ibu-ibu. Lalu, bandingkan dengan percakapan yang dilakukan

oleh sekelompok mahasiswa atau sekelompok bapak-bapak. Dua percakapan

tersebut pasti mempunyai variasi bahasa masing-masing.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

2. Variasi Bahasa Berdasarkan Pemakaian

Menurut Nababan (via Chaer, 2004: 68), variasi ini biasanya dibicarakan

berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan, dan sarana

penggunaan. Variasi bahasa berkenaan dengan penggunaannya, pemakaiannya,

atau fungsinya disebut fungsiolek, ragam, atau register.

Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini paling tampak cirinya

dalam kosakata. Setiap bidang biasanya mempunyai sejumlah kosakata khusus

atau tertentu yang tidak ada dalam bidang lain. Menurut Chaer (2004: 68-70),

variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian adalah sebagai berikut.

a. Ragam Bahasa Sastra

Variasi atau ragam bahasa sastra mempunyai ciri tertentu, yakni

mempunyai kosakata yang bersifat estetis, mempunyai ciri eufoni dan daya

ungkap yang paling tepat, misalnya:

Ungkapan “Saya sudah tua”, tetapi dalam bahasa sastra Ali Hasjmi,

seorang penyair Indonesia, mengatakan dalam bentuk puisi sebagai berikut.

Pagiku hilang sudah melayang


Hari mudaku sudah pergi
Sekarang petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

b. Ragam Bahasa Jurnalistik

Ragam bahasa jurnalistik mempunyai ciri tertentu, yakni bersifat

sederhana, komunikatif, dan ringkas. Sederhana karena harus dipahami dengan

mudah, komunikatif karena jurnalistik harus menyampaikan berita secara tepat,

dan ringkas karena keterbatasan waktu. Contoh kalimat yang menggunakan

ragam bahasa jurnalistik.

Gubernur tinjau daerah banjir (dalam bahasa baku berbunyi, “Gubernur


meninjau daerah banjir”).

c. Ragam Bahasa Militer

Ragam bahasa militer dikenal dengan cirinya yang ringkas dan bersifat

tegas, sesuai dengan tugas dan kehidupan kemiliteran yang penuh dengan

disiplin dan intruksi. Ragam bahasa militer di Indonesia dikenal dengan cirinya

yang memerlukan keringkasan dan ketegasan yang dipenuhi dengan berbagai

singkatan dan akronim. Bagi orang di luar kalangan militer, singkatan dan

akronim itu memang seringkali sukar dipahami, tetapi bagi kalangan militer itu

sendiri tidak menjadi masalah. Contoh singkatan dan akronim yang digunakan

di kalangan militer adalah sebagai berikut.

1) AJENDAM yaitu Ajudan Jendral KODAM.

2) KODAM yaitu Komando Daerah Militer.

3) DANRAMIL yaitu Komandan Rayon Militer.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

d. Ragam Bahasa Ilmiah

Ragam bahasa ilmiah yang juga dikenal dengan cirinya yang lugas, jelas,

dan bebas dari keambiguan, segala macam metafora dan idiom. Bebas dari

segala keambiguan karena bahasa ilmiah harus memberikan informasi

keilmuan secara jelas dan tanpa keraguan akan makna. Oleh karena itu, bahasa

ilmiah tidak menggunakan metafora dan idiom.

3. Variasi Bahasa Berdasarkan Keformalan

Berdasarkan tingkat keformalannya, Martin Joos (1967) dalam bukunya

The Five Clock (via Chaer, 2004: 70) membagi variasi bahasa menjadi lima

macam ragam, yaitu ragam beku (frozen), ragam resmi (formal), ragam usaha

(consultatif), ragam santai (casual), dan ragam akrab (intimate).

a. Ragam Beku (frozen)

Ragam Beku (frozen) adalah variasi bahasa yang paling formal yang

digunakan dalam situasi-situasi khidmat, dan upacara-upacara resmi.

Contohnya, upacara kenegaraan, tata cara pengambilan sumpah, kitab undang-

undang, dan akta notaris. Disebut ragam beku karena pola dan kaidahnya sudah

ditetapkan secara mantap dan tidak boleh berubah, seperti Undang-Undang

Dasar, akte notaries, naskah-naskah perjanjian jual beli atau sewa menyewa.

Contoh naskah Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang menggunakan

ragam beku (frozen) adalah sebagai berikut.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Kalimat-kalimat yang dimulai dengan kata bahwa, maka, dan

sesungguhnya menandai ragam beku dari variasi bahasa tersebut. Susunan

kalimat dalam ragam beku biasanya panjang-panjang dan bersifat kaku.

Dengan demikian para penutur dan pendengar ragam beku dituntut keseriusan

dan perhatian penuh.

b. Ragam Resmi (formal)

Ragam Resmi (formal) adalah variasi bahasa yang digunakan dalam pidato

kenegaraan, rapat dinas, surat-menyurat dinas, ceramah keagamaan, dan buku-

buku pelajaran. Pola dan kaidah ragam resmi sudah ditetapkan secara mantap

sebagai suatu standar. Ragam resmi ini pada dasarnya sama dengan ragam

bahasa baku atau standar yang hanya digunakan dalam situasi resmi.

Percakapan dengan teman yang sudah akrab atau percakapan dalam keluarga

tidak menggunakan ragam resmi ini. Tetapi, ragam resmi ini digunakan ketika

pembicaraan dengan seorang dosen di kantornya atau diskusi dalam

perkuliahan.

c. Ragam Usaha (consultatif)

Ragam Usaha (consultatif) adalah variasi bahasa yang lazim digunakan

dalam pembicaraan biasa di sekolah dan rapat-rapat atau pembicaraan yang

berorientasi kepada hasil atau produksi. Wujud ragam usaha berada di antara

ragam resmi dan ragam santai.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

d. Ragam Santai (casual)

Ragam santai (casual) adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi

tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada

waktu beristirahat, berolah raga, dan berekreasi. Kosakatanya banyak dipenuhi

unsur bahasa daerah.

e. Ragam Akrab (intimate)

Ragam akrab (intimate) adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh

para penutur yang hubungannya sudah akrab, seperti antaranggota keluarga

atau antar teman yang sudah karib. Ragam ini ditandai dengan penggunaan

bahasa yang tidak lengkap, pendek-pendek, dan dengan artikulasi yang

seringkali tidak jelas. Hal ini terjadi karena di antara partisipan sudah ada

saling pengertian dan mempunyai pengetahuan yang sama. Contoh kalimat

yang mempunyai tingkat keformalan yang berbeda adalah sebagai berikut.

1) Saudara boleh mengambil buku-buku ini yang saudara sukai!

2) Ambillah yang kamu sukai!

3) Kalau mau ambil aja!

Tingkat keformalan kalimat (1) lebih tinggi daripada kalimat (2) dan (3).

Kalimat (2) juga mempunyai tingkat keformalan lebih tinggi daripada kalimat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

(3). Kalimat (1) termasuk ragam usaha, kalimat (2) termasuk ragam santai,

dan kalimat (3) termasuk ragam akrab.

E. Diksi

Dalam bahasa Indonesia, kata diksi berasal dari kata dictionary (bahasa

Inggris yang kata dasarnya diction) berarti perihal pemilihan kata. Diksi

membahas penggunaan kata, terutama pada masalah kebenaran, kejelasan, dan

keefektifan. Untuk menyusun kalimat efektif, hendaknya dipilih kata yang

tepat (Putrayasa, 2014:7). Menurut Enre (dalam Hendryanoor, 2012: 9) diksi

atau pilihan kata adalah penggunaan kata-kata secara tepat untuk mewakili

pikiran dan perasaan yang ingin dinyatakan dalam pola suatu kalimat.

Jenis diksi menurut Keraf (dalam Hendryanoor, 2012: 10-13) adalah

sebagai berikut.

1. Denotasi

Denotasi adalah konsep dasar yang didukung oleh suatu kata (makna itu

menunjuk pada konsep, referen, atau ide). Denotasi juga merupakan batasan

kamus atau definisi utama suatu kata, sebagai lawan dari pada konotasi atau

makna yang ada kaitannya dengan itu. Denotasi mengacu pada makna yang

sebenarnya. Contoh kalimat yang mengandung denotasi adalah sebagai berikut.

a. Rumah itu luasnya 250 meter persegi.

b. Ada seribu orang yang menghadiri pertemuan itu.

2. Konotasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

Konotasi adalah suatu jenis makna kata yang mengandung arti tambahan,

imajinasi atau nilai rasa tertentu. Konotasi merupakan kesan-kesan atau

asosiasi-asosiasi, dan biasanya bersifat emosional yang ditimbulkan oleh

sebuah kata di samping batasan kamus atau definisi utamanya. Konotasi

mengacu pada makna kias atau makna bukan sebenarnya. Contoh kalimat yang

mengandung konotasi adalah sebagai berikut.

a. Rumah itu luas sekali.

b. Banyak sekali orang yang menghadiri pertemuan itu.

3. Kata Abstrak

Kata abstrak adalah kata yang mempunyai referen berupa konsep, kata

abstrak sukar digambarkan karena referensinya tidak dapat diserap dengan

pancaindera manusia. Kata-kata abstrak merujuk kepada kualitas (panas,

dingin, baik, buruk), pertalian (kuantitas, jumlah, tingkatan), dan pemikiran

(kecurigaan, penetapan, kepercayaan).

4. Kata Konkrit

Kata Konkrit adalah kata yang menunjuk pada sesuatu yang dapat dilihat

atau diindera secara langsung oleh satu atau lebih dari pancaindera. Kata-kata

konkrit menunjuk kepada barang yang aktual dan spesifik dalam pengalaman.

Kata konkrit digunakan untuk menyajikan gambaran yang hidup dalam pikiran

pembaca melebihi kata-kata yang lain. Contoh kalimat yang mengandung kata

konkrit seperti meja, kursi, rumah, mobil, dan pintu.

5. Kata Umum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Kata umum adalah kata yang mempunyai cakupan ruang lingkup yang luas,

kata-kata umum menunjuk kepada banyak hal, kepada himpunan, dan kepada

keseluruhan. Contoh kalimat yang mengandung kata umum seperti binatang,

tumbuh-tumbuhan, penjahat, dan kendaraan.

6. Kata Khusus

Kata khusus adalah kata-kata yang mengacu kepada pengarahan-

pengarahan yang khusus dan konkrit. Kata khusus memperlihatkan kepada

objek yang khusus. Contoh kalimat yang mengandung kata khusus seperti

yamaha, nokia, kerapu, kakak tua, jeruk, dan kaktus.

7. Kata Ilmiah

Kata ilmiah adalah kata yang dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam

tulisan-tulisan ilmiah. Contoh kalimat yang mengandung kata ilmiah seperti

Analogi, formasi, konservatif, fragmen, dan kontemporer.

8. Kata populer

Kata populer adalah kata-kata yang umum dipakai oleh semua lapisan

masyarakat, baik oleh kaum terpelajar atau oleh orang kebanyakan. Contoh

kalimat yang mengandung kata konkrit seperti gelandangan, maju, penyerahan,

dan aneh.

9. Jargon

Jargon adalah kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu

tertentu, dalam bidang seni, perdagangan, kumpulan rahasia, atau kelompok-

kelompok khusus lainnya. Contoh kalimat yang mengandung jargon seperti


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

sikon (situasi dan kondusi), pro dan kon (pro dan kontra), kep (kapten), dok

(dokter), prof (professor).

10. Kata Slang

Kata slang adalah kata-kata non standar yang informal, yang disusun secara

khas, bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan, kata slang juga

merupakan kata-kata yang tinggi atau murni. Contoh kalimat yang

mengandung kata slang seperti mana tahan, eh ketemu lagi, unyu-unyu, dan

cabi.

11. Kata Asing

Kata asing adalah unsur-unsur yang berasal dari bahasa asing yang masih

dipertahankan bentuk aslinya karena belum menyatu dengan bahasa aslinya.

Contoh kalimat yang mengandung kata asing seperti computer, cyber, internet,

dan go public.

12. Kata Serapan

Kata serapan adalah kata dari bahasa asing yang telah disesuaikan dengan

wujud atau struktur bahasa Indonesia. Contoh kalimat yang mengandung kata

serapan seperti ekologi, ekosistem, motivasi, musik, dan energi.

F. Bahasa Hukum Indonesia

Menurut Hadikusuma (2013: 8), bahasa adalah kata-kata yang digunakan

sebagai alat bagi manusia untuk menyatakan atau melukiskan sesuatu

kehendak, perasaan, pikiran, pengalaman, terutama dalam hubungannya

dengan manusia lain. Jika manusia menyatakan kata-kata dengan ucapan, kita

sebut bahasa lisan. Jika kata-kata itu dilukiskan dalam bentuk tulisan kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

sebut bahasa tulisan. Jika kata-kata itu berbentuk lukisan, gambar atau tanda,

maka kita sebut bahasa perlambang atau bahasa pertanda.

Menurut Hadikusuma (2013: 2), bahasa hukum Indonesia adalah bahasa

Indonesia dalam bidang hukum yang berfungsi mempunyai karakteristik

tersendiri. Oleh karena itu, bahasa hukum Indonesia seharusnya memenuhi

syarat dan kaidah bahasa Indonesia. Adanya bahasa hukum bertujuan untuk

mewujudkan ketertiban dan mempertahankan kepentingan umum serta

kepentingan pribadi dalam masyarakat (Hadikusuma, 2013: 3).

Bahasa hukum Indonesia masih bergaya orde lama karena bahasa hukum

dipengaruhi oleh istilah-istilah terjemahan dari bahasa hukum Belanda.

Masuknya pengaruh bahasa Belanda terlihat pada bahasa hukum Indonesia.

Hal ini terjadi karena sebelum kemerdekaan, bahasa hukum yang digunakan

adalah bahasa hukum Belanda atau terjemahan dari hukum yang dibuat dalam

bahasa Belanda. Misalnya, terdapat istilah hukum Belanda yang disebut

“strafbaarfeit”, ada yang menerjemahkan peristiwa pidana, ada yang

menerjemahkan perbuatan pidana dan ada pula yang menerjemahkan tindak

pidana, sedangkan maksud yang sebenarnya adalah peristiwa yang dapat

dihukum. Kemudian ada istilah yang telah mendarah daging di kalangan

hukum ialah “barangsiapa” merupakan terjemahan dari bahasa hukum

Belanda “Hij die”. Istilah “Hij die” bukan berarti “barang kepunyaan

siapa”, tetapi artinya “dia yang berbuat atau dia yang melakukan” atau

“siapapun yang melakukan” (Hadikusuma, 2013:4).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

Menurut Anton M. Moeliono (dalam Hadikusuma, 2013: 8), ciri-ciri

ragam bahasa perundang-undangan adalah sebagai berikut:

1. Lugas dan eksak karena menghindari kesamaran dan ketaksaan;

2. Objektif dan menekan prasangka pribadi;

3. Memberikan definisi yang cermat tentang nama, sifat, kategori yang

diselidikinya untuk menghindari kesimpangsiuran;

4. Tidak beremosi dan menjauhkan taksiran yang bersensasi;

5. Cenderung membakukan makna dan kata-katanya, ungkapannya dan gaya

paparannya berdasarkan konvensi;

6. Tidak dogmatis atau fanatik;

7. Bercorak hemat, hanya kata yang diperlukan dalam penggunaannya;

8. Bentuk, makna, dan fungsinya lebih mantap dan stabil.

Praktisi hukum Todung Mulya Lubis mengatakan bahwa kesulitan untuk

mengerti bahasa hukum adalah karena bahasa hukum itu bersifat eksoteris.

Eksoteris maksudnya adalah hanya dapat dimengerti oleh mereka yang

membuatnya saja.

Berikut ini akan dipaparkan kalimat dan paragraf dalam bahasa hukum

Indonesia.

1. Kalimat dalam Bahasa Hukum Indonesia

Menurut Matanggui (2013: 105-106), bahasa hukum tidak mempunyai

kaidah khusus mengenai berapa seharusnya jumlah maksimum kata dalam

sebuah kalimat. Jika ditetapkan jumlahnya justru menyulitkan pengguna


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

bahasa, termasuk perumus perundang-undangan. Sedangkan menurut

Hadikusuma (2013: 5), bahasa hukum mempunyai sifat-sifat khusus yang tidak

mudah dipahami oleh masyarakat. Kekhususan tersebut menyimpang dari

ketentuan-ketentuan yang umum dalam bahasa Indonesia. Misalnya, seperti

yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto (dalam Hadikusuma, 2013, 5),

apabila ada kalimat yang berbunyi “Badu memukul Tatang”, maka menurut

ketentuan ilmu bahasa, “Badu” adalah subjek, “memukul” adalah predikat, dan

“Tatang” adalah objek dari kalimat tersebut. Sedangkan dalam ilmu hukum,

“Tatang” tidak mungkin menjadi objek, tetapi ia adalah subjek (hukum).

“Tatang” merupakan subjek (hukum) karena ia adalah manusia. Di dalam ilmu

hukum hanyalah benda yang akan menjadi objek hukum.

Harkrisnowo (2011: 17) mengatakan bahwa karakteristik kalimat dalam

bahasa hukum Indonesia adalah penggunaan kalimat yang terlalu panjang

dengan anak kalimat dan sukar dimengerti sehingga tidak mencerminkan

bahasa yang bersifat keilmuan. Kalimat bahasa hukum Indonesia menempatkan

kedudukannya dalam dunia tersendiri, seakan terlepas dari dunia bahasa

Indonesia pada umumnya.

Sebuah peraturan perundang-undangan terdiri dari beberapa pasal dan ayat.

Pada penelitian ini, ayat termasuk dalam kalimat karena pada awal penulisan

diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Berikut contoh

dari sebuah ayat,

Standar Proses Pendidikan Dasar


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

dan Menengah selanjutnya disebut


Standar Proses merupakan kriteria
mengenai pelaksanaan pembelajaran pada
satuan pendidikan dasar dan menengah
untuk mencapai kompetensi lulusan.
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013
tentang Standar Proses Pendidikan Ayat 1)

2. Paragraf dalam Bahasa Hukum Indonesia

Pengertian pasal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat

(2008) adalah bagian dari bab dalam undang-undang. Sebuah pasal terdiri dari

beberapa ayat yang mempunyai kesatuan makna dalam keseluruhan Peraturan

perundang-undangan. Jadi, pasal dalam penelitian ini termasuk dalam paragraf.

Berikut contoh dari sebuah pasal.

Pasal 1

(1) Kerangka dasar kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah


merupakan landasan filosofis, sosiologis, psikopedagogis, dan yuridis
yang berfungsi sebagai acuan pengembangan struktur kurikulum pada
tingkat nasional dan pengembangan muatan lokal pada tingkat daerah
serta pedoman pengembangan kurikulum pada Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah.
(2) Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
merupakan pengorganisasian kompetensi inti, matapelajaran, beban
belajar, dan kompetensi dasar pada setiap Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah.
(3) Kerangka dasar dan struktur kurikulum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari peraturan menteri ini.
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013
tentang Standar Proses Pendidikan Ayat 1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Pada pasal yang telah disajikan di atas, dapat dilihat bahwa satu pasal

terdiri dari beberapa ayat yang bertugas menjelaskan pasal (1). Pasal (1) di atas

membicarakan tentang definisi Kerangka dasar kurikulum Sekolah Menengah

Atas/Madrasah Aliyah dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah

Atas/Madrasah Aliyah. Kalimat topik pada paragraf di atas adalah (1)

Kerangka dasar kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah

merupakan landasan filosofis, sosiologis, psikopedagogis, dan yuridis yang

berfungsi sebagai acuan pengembangan struktur kurikulum pada tingkat

nasional dan pengembangan muatan lokal pada tingkat daerah serta pedoman

pengembangan kurikulum pada Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah dan

(2) Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah merupakan

pengorganisasian kompetensi inti, matapelajaran, beban belajar, dan

kompetensi dasar pada setiap Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah.

Kalimat pengembang pada paragraf di atas adalah (3) Kerangka dasar dan

struktur kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari peraturan menteri ini. Setelah memaparkan contoh tersebut, dapat

disimpulkan bahwa pada penelitian ini pasal termasuk paragraf.

Heri Sabto Widodo selaku Ketua Ikatan Notaris Indonesia Kabupaten

Bantul mengatakan bahwa peraturan menteri cenderung menggunakan pola

pengembangan paragraf definisi dan pemerincian. Tujuan penggunaan pola

pengembangan paragraf definisi adalah untuk mengumumkan dan mengartikan

sesuatu yang ingin ditulis oleh pembuat hukum dalam membuat peraturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

menteri. Sedangkan tujuan penggunaan pola pengembangan paragraf

pemerincian adalah untuk memperinci item-item hukum dengan jelas sehingga

masyarakat yang membacanya dapat memahaminya dengan baik dan

masyarakat tidak mempunyai perbedaan persepsi. Beliau juga mengatakan

tidak ada waktu khusus dalam menuliskan sebuah peraturan menteri dengan

pola pengembangan paragraf definisi dan pemerincian. Jika peraturan menteri

membutuhkan sebuah definisi, maka pembuat hukum akan memberikan

definisi-definisi tentang item-item hukum yang akan ditulis. Tetapi, jika

peraturan menteri tidak membutuhkan sebuah definisi maka pembuat hukum

hanya menggunakan pola pengembangan paragraf pemerincian (dalam

lampiran Transkrip dan Coding Hasil Wawancara dengan Praktisi Hukum,

PH13).

G. Kerangka Berpikir

Kajian teori pada penelitian ini adalah kalimat dan paragraf. Kalimat

adalah satuan gramatik yang mengungkapkan pikiran yang utuh baik dalam

wujud lisan atau tulisan. Sedangkan paragraf adalah sekolompok kalimat yang

membentuk satu kesatuan pikiran ide atau gagasan.

Dalam menganalisis struktur kalimat, peneliti menemukan dua teori fungsi

sintaksis kalimat, yaitu teori milik Alwi, dkk dan teori milik Ramlan. Peneliti

mengikuti teori milik Alwi, dkk dalam bukunya yang berjudul Tata Bahasa

Baku Bahasa Indonesia karena lebih memberikan penjelasan secara spesifik

terhadap fungsi sintaksis kalimat jika dibandingkan oleh teori Ramlan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

bukunya yang berjudul Sintaksis. Ramlan tidak mengupas secara mendalam

berkaitan dengan fungsi sintaksis unsur-unsur kalimat.

Dalam menganalisis pola pengembangan paragraf, peneliti menemukan

dua teori pola pengembangan paragraf yaitu teori milik Gorys Keraf dan

Abdul Chaer. Peneliti mengikuti teori Abdul Chaer karena menurut peneliti

lebih relevan menggunakan teori Abdul Chaer untuk meneliti 10 Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Tentang Pendidikan

Tahun 2014. Selain itu, wacana perundang-undangan tersebut mengandung

ragam bahasa baku yang tentunya berkaitan dengan teori pola pengembangan

paragraf milik Abdul Chaer. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan tujuh

persamaan pola pengembangan paragraf antara teori Gorys Keraf dan Abdul

Chaer sebagai berikut.

Persamaan Teori Pola Pengembangan Paragraf


Abdul Chaer Gorys Keraf
Perbandingan atau pengontrasan Perbandingan dan pertentangan
Analogi Analogi
Contoh Contoh
Sebab-akibat Sebab-akibat
Klasifikasi Klasifikasi
Definisi Definisi Luas
Kronologi Proses

Terdapat pula perbedaan teori antara teori Gorys Keraf dan teori Abdul

Chaer sebagai berikut.

Perbedaan Teori Pola Pengembangan Paragraf


Abdul Chaer Gorys Keraf
Pemerincian Klimaks dan Anti Klimaks
Ilustrasi Sudut Pandangan
Repetisi Umum-khusus
Khusus-umum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

Peneliti menemukan pola pengembangan paragraf pemerincian yang

terdapat pada 10 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia Tentang Pendidikan Tahun 2014. Dalam teori Gorys Keraf tidak

mencantumkan pola pengembangan paragraf pemerincian sehingga teori

tersebut tidak cukup relevan untuk peneliti gunakan.

Penelitian ini mencari struktur kalimat dan struktur paragraf serta pola

pengembangannya yang terdapat dalam bahasa hukum. Secara khusus

penelitian ini meneliti 10 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Republik Indonesia Tentang Pendidikan Tahun 2014. Peraturan menteri

tersebut terdiri dari beberapa pasal yang di dalamnya terdapat ayat.

Ayat pada penelitian ini termasuk dalam kalimat karena ayat memenuhi

syarat dari terbentuknya kalimat yang meliputi pada tulisan berhuruf latin

diawali dengan huruf kapital dan diakhiri tanda titik (.) merupakan satu

gagasan yang utuh, dan pada bahasa lisan diucapkan dengan suara naik turun

dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti

oleh kesenyapan.

Pasal pada penelitian ini termasuk dalam paragraf karena ayat memenuhi

tiga syarat terbentuknya sebuah paragraf. Syarat yang pertama adalah kesatuan.

Pasal dalam peraturan menteri tersebut memiliki gagasan utama yang

dikembangkan lagi pada kalimat pengembang sesudahnya. Syarat yang kedua

adalah koherensi. Pasal dalam peraturan menteri memiliki hubungan antar

pasal yang ditandai dengan beberapa kata penghubung seperti kata ini dan nya.

Syarat yang ketiga adalah pengembangan paragraf. Pasal-pasal dalam


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

peraturan menteri mempunyai pola pengembangan yang dirinci lagi lewat

kalimat-kalimat yang terdapat dalam pasal tersebut. Berikut dipaparkan alur

berpikir dari penelitian ini.

Kerangka Berpikir

KAJIAN TEORI

Paragraf Kalimat

Paragraf adalah sekolompok Kalimat adalah satuan


kalimat yang membentuk satu gramatik yang
kesatuan pikiran ide atau gagasan. mengungkapkan pikiran
yang utuh baik dalam
wujud lisan atau tulisan.

Syarat Pola Pola umum


Komponen Syarat Kalimat:
Paragraf: Pengembangan kalimat
Paragraf 1. Diawali huruf
1. Kesatuan Paragraf: bahasa
1. Transisi kapital, diakhiri
2.Koherensi 1. Contoh Indonesia:
2. Kalimat tanda titik, tanda
3.Pengem- 2. Definisi 1. S-P
Topik tanya, dan tanda
bangan 3.Pemerincian 2. S-P-O
3. Kalimat seru.
Paragraf 4. Ilustrasi 3. S-P-Pel
Pengembang 2. Satu gagasan
5. Kronologi 4. S-P-Ket
4. Kalimat yang utuh.
6. Sebab-akibat 5. S-P-O-Pel
Penegas 3. Minimal terdiri
7.Perbandingan 6. S-P-O-K dari S-P
atau
4. Intonasi.
pengontrasan
8. Repetisi
9. Klasifikasi
10. Analogi

PASAL
Pada penelitian ini pasal termasuk AYAT
dalam paragraf karena pasal Pada penelitian ini ayat
memenuhi ketiga syarat dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif. Suharsimi Arikunto

(dalam Prastowo, 2014: 203) mengatakan bahwa penelitian deskriptif tidak

dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan

“apa adanya” tentang sesuatu variabel, gejala, atau keadaan. Menurut

Suharsimi Arikunto (dalam Prastowo, 2014: 204), penelitian deskriptif

dilakukan untuk tujuan mendeskripsikan apa adanya suatu variabel, gejala,

atau keadaan, bukan untuk menguji hipotesis. Penelitian ini akan

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari variabel, gejala,

atau keadaan yang diamati.

Penelitian ini dikatakan penelitian deskriptif karena penelitian ini

mendeskripsikan struktur kalimat dan struktur paragraf serta pola

pengembangannya dalam wacana perundang-undangan tentang pendidikan

tahun 2014.

Menurut Moleong (2006: 6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan. Secara holistik

dan secara deskripsi, penelitian kualitatif berbentuk kata-kata dan bahasa.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

Penelitian ini dikatakan penelitian kualitatif karena data yang diperoleh adalah

10 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2014 Tentang

Pendidikan memerikan objek dari sudut pandang peneliti dan tidak dituang

dalam bentuk angka-angka dan hasil analisis data dipaparkan dalam bentuk

uraian naratif.

B. Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah, (1) Peraturan Menteri Nomor 44 tahun

2014 tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru Untuk Sekolah

Menengah Atas Luar Biasa, (2) Peraturan Menteri Nomor 45 tahun 2014

tentang Pakaian Seragam Sekolah Bagi Peserta Didik Jenjang Pendidikan

Dasar dan Menengah, (3) Peraturan Menteri Nomor 51 tahun 2014 tentang

Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru Untuk Pendidikan Dasar dan

Pendidikan Menengah, (4) Peraturan Menteri Nomor 55 tahun 2014 tentang

Masa Orientasi Peserta Didik Baru di Sekolah, (5) Peraturan Menteri Nomor

62 tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Pendidikan Dasar dan

Pendidikan Menengah, (6) Peraturan Menteri Nomor 63 tahun 2014 tentang

Pendidikan Kepramukaan Sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib Pada

Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, (7) Peraturan Menteri Nomor

65 tahun 2014 tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru

Kurikulum 2013 Kelompok Peminatan Pendidikan Menengah Yang

Memenuhi Syarat Kelayakan Untuk Digunakan Dalam Pembelajaran, (8)

Peraturan Menteri Nomor 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran Pada

Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, (9) Peraturan Menteri Nomor


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

105 tahun 2014 tentang Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013 Pada

Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, dan (10) Peraturan Menteri

Nomor 160 tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum tahun 2006 dan

Kurikulum 2013.

C. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak.

Sudaryanto (2015: 203) menjelaskan bahwa metode simak adalah menyimak

penggunaan bahasa. Praktik metode simak yang digunakan dalam penelitian

ini adalah untuk menyimak struktur kalimat, struktur paragraf, dan pola

pengembangannya dalam 10 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Tentang Pendidikan Tahun 2014. Metode simak ini mempunyai dua teknik

berdasarkan penggunaannya, yaitu teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik

dasar yang digunakan peneliti adalah teknik dasar sadap. Teknik sadap

digunakan dalam metode simak diwujudkan dengan penyadapan. Peneliti

untuk mendapatkan data dengan segenap kecerdikan dan kemauannya harus

menyadap pembicaraan. Artinya, dalam penelitian ini, peneliti berupaya untuk

mendapatkan data dengan menyadap kalimat dan paragraf yang terdapat pada

10 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tentang Pendidikan Tahun

2014.

Pada penelitian ini teknik dasar sadap diikuti dengan teknik lanjutan catat.

Dalam penelitian ini peneliti mencatat data-data kalimat dan paragraf pada

tabel triangulasi. Untuk memperoleh data tentang bahasa hukum Indonesia


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik lanjutan rekam atau wawancara dilakukan dengan seorang Notaris

PPAT, yaitu Heri Sabto Widodo, SH. Kartono (Gunawan, 2013: 171)

menjelaskan bahwa wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada

suatu masalah tertentu, ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua

orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik. Wawancara pada penelitian

kualitatif merupakan pembicaraan yang mempunyai tujuan dan didahului

dengan beberapa pertanyaan informal. Jenis wawancara yang digunakan

dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstuktur. Wawancara tidak

terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan

pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk

pengumpulan datanya (Sugiyono, 2014: 228).

D. Metode dan Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode

agih. Sudaryanto (2015: 18-19) mengemukakan bahwa metode agih beralat

penentu bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri. Alat penentu dalam

rangka kerja metode agih itu jelas dan selalu berupa bagian atau unsur dari

bahasa objek sasaran penelitian itu sendiri, seperti kata (kata ingkar, preposisi,

adverbia), fungsi sintaksis (subjek, predikat, objek, pelengkap, dan

keterangan), klausa, dan lain-lain. Pada penelitian ini alat penentunya adalah

struktur kalimat, struktur paragraf, dan pola pengembangannya.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

Teknik analisis data pada penelitian ini adalah teknik bagi unsur langsung

(BUL), teknik triangulasi, dan teknik analisis deskriptif. Teknik bagi unsur

langsung adalah cara yang digunakan pada awal kerja analisis ialah membagi

satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur Sudaryanto (2015:

38). Unsur-unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung

membentuk satuan lingual yang dimaksud. Sedangkan analisis deskriptif

adalah analisis dengan menjelaskan secara panjang keterkaitan data penelitian.

Data tersebut biasanya tercantum dalam bentuk tabel dan analisis didasarkan

pada data tabel tersebut (Nurastuti, 2007: 130). Penelitian ini menggunakan

teknik analisis deskriptif karena peneliti menjelaskan secara panjang berkaitan

dengan data penelitian. Berikut adalah langkah dalam menganalisis data-data

penelitian.

1. Dalam teknik bagi unsur langsung (BUL), peneliti membagi satuan lingual

kalimat data dan satuan paragraf data untuk menganalisis struktur kalimat,

struktur paragraf dan pola pengembangannya.

2. Setelah dianalisis, peneliti menggunakan teknik triangulasi untuk

mengkonsultasikan hasil analisis data kepada ahli.

3. Setelah mendapatkan data yang valid, peneliti menggunakan teknik

analisis deskriptif untuk menjelaskan hasil analisis data secara panjang dan

jelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

E. Triangulasi

Moleong (2014: 330) berpendapat bahwa triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi

berarti cara terbaik untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi

kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data

tentang berbagai kejadian dari berbagai pandangan.

Triangulasi yang dilakukan oleh peneliti adalah triangulasi penyidik dan

triangulasi teori. Menurut Moleong (2014: 331), triangulasi penyidik adalah

teknik pemeriksaan keabsahan data dengan jalan memanfaatkan peneliti atau

pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data.

Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi kemelencengan dalam

pengumpulan data. Sedangkan triangulasi teori, menurut Lincoln dan Guba

(dalam Moleong, 2014: 331), berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat

diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu teori atau lebih. Dalam penelitian

ini triangulator yang berperan untuk melakukan pengecekan terhadap

pengumpulan data ialah Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd dan Dr. Y. Karmin, M.Pd.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tiga bagian, yaitu deskripsi data, analisis, dan pembahasan

analisis. Analisis meliputi tiga hal, yaitu struktur kalimat dan struktur serta

pola pengembangan paragraf pada 10 wacana perundang-undangan tentang

pendidikan tahun 2014.

Deskripsi data akan diuraikan pada subbab A. Hasil analisis penelitian

yang meliputi analisis struktur kalimat, analisis struktur paragraf dan pola

pengembangannya akan diuraikan pada subbab B. Pembahasan akan diuraikan

pada subbab C.

A. Deskripsi Data

Data penelitian ini berasal dari 10 peraturan menteri tentang pendidikan

tahun 2014, yakni (1) Peraturan Menteri Nomor 44 tahun 2014 tentang Buku

Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru Untuk Sekolah Menengah Atas Luar

Biasa, (2) Peraturan Menteri Nomor 45 tahun 2014 tentang Pakaian Seragam

Sekolah Bagi Peserta Didik Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, (3)

Peraturan Menteri Nomor 51 tahun 2014 tentang Buku Teks Pelajaran dan

Buku Panduan Guru Untuk Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, (4)

Peraturan Menteri Nomor 55 tahun 2014 tentang Masa Orientasi Peserta

Didik Baru di Sekolah, (5) Peraturan Menteri Nomor 62 tahun 2014 tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah,

(6) Peraturan Menteri Nomor 63 tahun 2014 tentang Pendidikan

Kepramukaan Sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib Pada Pendidikan

Dasar dan Pendidikan Menengah, (7) Peraturan Menteri Nomor 65 tahun

2014 tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru Kurikulum 2013

Kelompok Peminatan Pendidikan Menengah Yang Memenuhi Syarat

Kelayakan Untuk Digunakan Dalam Pembelajaran, (8) Peraturan Menteri

Nomor 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan

Pendidikan Menengah, (9) Peraturan Menteri Nomor 105 tahun 2014 tentang

Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan

Pendidikan Menengah, dan (10) Peraturan Menteri Nomor 160 tahun 2014

tentang Pemberlakuan Kurikulum tahun 2006 dan Kurikulum 2013.

Objek yang diteliti pada penelitian ini adalah struktur kalimat dan struktur

paragraf serta pola pengembangannya. Pada penelitian ini yang termasuk

dalam kalimat adalah ayat dan yang termasuk dalam paragraf adalah pasal.

Jumlah total paragraf dan kalimat pada penelitian ini adalah 75 paragraf yang

meliputi 241 kalimat. Peraturan Menteri Nomor 44 tahun 2014 tentang Buku

Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru Untuk Sekolah Menengah Atas Luar

Biasa terdiri dari tiga paragraf yang meliputi 10 kalimat. Peraturan Menteri

Nomor 45 tahun 2014 tentang Pakaian Seragam Sekolah Bagi Peserta Didik

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah terdiri dari delapan paragraf yang

meliputi 34 kalimat. Peraturan Menteri Nomor 51 tahun 2014 tentang Buku

Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru Untuk Pendidikan Dasar dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

Pendidikan Menengah terdiri dari tiga paragraf yang meliputi 10 kalimat.

Peraturan Menteri Nomor 55 tahun 2014 tentang Masa Orientasi Peserta

Didik Baru di Sekolah terdiri dari sembilan paragraf yang meliputi 15

kalimat. Peraturan Menteri Nomor 62 tahun 2014 tentang Kegiatan

Ekstrakurikuler Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah terdiri dari

11 paragraf yang meliputi 38 kalimat. Peraturan Menteri Nomor 63 tahun

2014 tentang Pendidikan Kepramukaan Sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler

Wajib Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah terdiri dari 10

paragraf yang meliputi 34 kalimat. Peraturan Menteri Nomor 65 tahun 2014

tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru Kurikulum 2013

Kelompok Peminatan Pendidikan Menengah Yang Memenuhi Syarat

Kelayakan Untuk Digunakan Dalam Pembelajaran terdiri dari empat paragraf

yang meliputi 14 kalimat. Peraturan Menteri Nomor 103 tahun 2014 tentang

Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah terdiri dari

tujuh paragraf yang meliputi 51 kalimat. Peraturan Menteri Nomor 105 tahun

2014 tentang Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013 Pada Pendidikan

Dasar dan Pendidikan Menengah terdiri dari 10 paragraf yang meliputi 42

kalimat. Peraturan Menteri Nomor 160 tahun 2014 tentang Pemberlakuan

Kurikulum tahun 2006 dan Kurikulum 2013 terdiri dari 10 paragraf yang

meliputi 22 kalimat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

B. Analisis Data

Pada bagian ini akan disajikan kalimat dan paragraf yang terdapat dalam

10 peraturan menteri pendidikan tahun 2014 untuk menjawab bagaimana

struktur kalimat dan struktur paragraf serta pola pengembangannya. Data

dianalisis berdasarkan rumusan masalah yang sudah dibuat.

1. Analisis Struktur Kalimat Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia Tahun 2014

Berikut ini disajikan salah satu hasil analisis struktur kalimat pada 10

peraturan menteri pendidikan tahun 2014 tentang Pendidikan.

Struktur
No. Data Unsur Kalimat
Kalimat

1. PERATURAN MENTERI Frasa (tidak mengandung


PENDIDIKAN DAN unsur S P O Pel. Ket).
KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 44 TAHUN 2014
TENTANG
F
BUKU TEKS PELAJARAN
DAN BUKU PANDUAN
GURU
UNTUK SEKOLAH
MENENGAH ATAS LUAR
BIASA
2. DENGAN RAHMAT DENGAN RAHMAT
TUHAN YANG MAHA ESA TUHAN YANG MAHA
MENTERI PENDIDIKAN ESA
DAN KEBUDAYAAN Ket. Alat
K-S
REPUBLIK INDONESIA
MENTERI PENDIDIKAN
DAN
KEBUDAYAAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

REPUBLIK INDONESIA
S
3. Menimbang: a. bahwa dalam (DENGAN RAHMAT (K)-(S)-P- O
rangka TUHAN YANG MAHA K-S-P-O
melaksanaka ESA)
(Ket. Alat)
n
ketentuan (MENTERI PENDIDIKAN
Pasal 43 DAN KEBUDAYAAN
ayat (5) REPUBLIK INDONESIA)
Peraturan (S)
Pemerintah Menimbang
Nomor 32 P
bahwa dalam rangka… di
Tahun 2013
Sekolah Menengah Atas
tentang
Luar Biasa;
Perubahan
O
Atas
bahwa dalam rangka…
Peraturan
tentang Standar Nasional
Pemerintah Pendidikan,
Nomor 19 Ket. Tempat
Tahun 2005
tentang Tim Penilai Buku
Standar S
Nasional telah melakukan
P
Pendidikan,
penilaian kelayakan isi,… di
Tim Penilai Sekolah Menengah Atas
Buku telah Luar Biasa;
melakukan O
penilaian
kelayakan
isi, bahasa,
penyajian,
dan
kegrafikaan
buku teks
pelajaran
dan buku
panduan
guru untuk
digunakan
dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

pembelajara
n di Sekolah
Menengah
Atas Luar
Biasa;

b. bahwa berdasarkan (DENGAN RAHMAT (K)-(S)-(P)- O


pertimbangan sebagaimana TUHAN YANG MAHA K-P-O
dimaksud pada huruf a, perlu ESA)
menetapkan Peraturan (Ket. Alat)
Menteri Pendidikan dan (MENTERI PENDIDIKAN
Kebudayaan tentang Buku DAN KEBUDAYAAN
Teks Pelajaran dan Buku REPUBLIK INDONESIA)
Panduan Guru untuk Sekolah (S)
Menengah Atas Luar Biasa; (Menimbang)
(P)
bahwa berdasarkan
pertimbangan… Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa;
O
bahwa berdasarkan
pertimbangan… pada huruf
a,
Ket. Sebab
perlu menetapkan
P
Peraturan Menteri
Pendidikan… Menengah
Atas Luar Biasa;
O
Mengingat: 1. Undang- (DENGAN RAHMAT
undang TUHAN YANG MAHA
Nomor 20 ESA)
(Ket. Alat)
Tahun 2003
(MENTERI PENDIDIKAN
tentang DAN KEBUDAYAAN
Sistem (K)-(S)-P-O
REPUBLIK INDONESIA)
Pendidikan (S)
Nasional Mengingat
(Lembaran P
Negara Undang-undang Nomor…
Republik Indonesia Nomor 4301);
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

Indonesia O
tahun 2003
Nomor 78,
Tambahan
Lembaran

Negara
Republik
Indonesia
Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah (DENGAN RAHMAT
Nomor 19 Tahun 2005 TUHAN YANG MAHA
tentang Standar Nasional ESA)
Pendidikan (Lembaran (Ket. Alat)
Negara Republik Indonesia (MENTERI PENDIDIKAN
Tahun 2005 Nomor 41 , DAN KEBUDAYAAN
Tambahan Lembaran Negara REPUBLIK INDONESIA)
Republik Indonesia Nomor (S)
4496), sebagaimana telah (Mengingat)
diubah dengan Peraturan (P) (K)-(S)-(P)-O
Pemerintah Nomor 32 Tahun Peraturan Pemerintah Nomor
2013 tentang Perubahanatas 19 Tahun 2005… Indonesia
Peraturan Pemerintah Nomor Nomor 5410);
19 Tahun 2005 tentang
O
Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor
71, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 5410);
3. Peraturan Presiden Nomor (DENGAN RAHMAT
47 Tahun 2009 tentang TUHAN YANG MAHA
Pembentukan dan Organisasi ESA)
Kementerian Negara (Ket. Alat)
sebagaimana telah beberapa (MENTERI PENDIDIKAN
kali diubah terakhir dengan DAN KEBUDAYAAN
Peraturan Presiden Nomor 13 REPUBLIK INDONESIA)
(K)-(S)-(P)-O
Tahun 2014; (S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden Nomor
47 Tahun 2009… Nomor 13
Tahun 2014;
O
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

4. Peraturan Presiden Nomor (DENGAN RAHMAT


24 Tahun 2010 tentang TUHAN YANG MAHA
Kedudukan, Tugas, dan ESA)
Fungsi Kementerian Negara, (Ket. Alat)
serta Susunan Organisasi, (MENTERI PENDIDIKAN
Tugas, dan Fungsi Eselon I DAN KEBUDAYAAN
Kementerian Negara REPUBLIK INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O
sebagaimana telah diubah (S)
beberapa kali terakhir dengan(Mengingat)
Peraturan Presiden Nomor 14 (P)
Tahun 2014; Peraturan Presiden Nomor
24 Tahun 2010… Nomor 14
Tahun 2014;
O
5. Keputusan Presiden Nomor (DENGAN RAHMAT
84/P Tahun 2009 TUHAN
YANG MAHA ESA)
mengenai Pembentukan (Ket. Alat)
Kabinet Indonesia Bersatu II (MENTERI PENDIDIKAN
sebagaimana telah diubah DAN KEBUDAYAAN
terakhir dengan Keputusan REPUBLIK INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O
Presiden Nomor 8/P Tahun (S)
2014; (Mengingat)
(P)
Keputusan Presiden Nomor
84/P Tahun 2009… Nomor
8/P Tahun 2014;
O
6. Peraturan Menteri (DENGAN RAHMAT
Pendidikan dan Kebudayaan TUHAN YANG MAHA
Nomor 54 Tahun 2013 ESA)
tentang Standar Kompetensi (Ket. Alat)
Lulusan; (MENTERI PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA)
(S) (K)-(S)-(P)-O
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri
Pendidikan dan
Kebudayaan... Kompetensi
Lulusan;
O
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

7. Peraturan Menteri (DENGAN RAHMAT


Pendidikan dan Kebudayaan TUHAN YANG MAHA
Nomor64 Tahun 2013 tentang ESA)
Standar Isi; (Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA)
(S) (K)-(S)-(P)-O
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri
Pendidikan dan
Kebudayaan… tentang
Standar Isi;
O
MEMUTUSKAN: (DENGAN RAHMAT
TUHAN YANG MAHA
ESA)
(Ket. Alat)
Menetapkan: PERATURAN (MENTERI PENDIDIKAN
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA) (K)-(S)-P-O
TENTANG BUKU TEKS (S)
PELAJARAN DAN BUKU MEMUTUSKAN
PANDUAN GURU UNTUK P
SEKOLAH MENENGAH Menetapkan PERATURAN
ATAS LUAR BIASA. MENTERI
… ATAS LUAR BIASA.
O
4. Pasal 1 Menetapkan
(1) Menetapkan Buku Teks P
Pelajaran dan Buku Panduan Buku Teks Pelajaran dan
Buku Panduan Guru sebagai
Guru sebagai buku siswa dan
buku siswa dan buku gur u
buku guru yang layak yang layak digunakan dalam
digunakan dalam pembelajaran di Sekolah
pembelajaran di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa. P-O
Menengah Atas Luar Biasa. O S-P-K
Buku Teks Pelajaran dan
Buku Panduan Guru
S
sebagai buku siswa dan buku
guru yang layak digunakan
dalam pembelajaran
P
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

di Sekolah Menengah Atas


Luar Biasa.
Ket. Tempat
5. (2) Buku Teks Pelajaran (2) Buku Teks Pelajaran
sebagaimana dimaksud pada sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tercantum dalam ayat (1)
S
Lampiran I yang merupakan
tercantum
bagian yang tidak terpisahkan P S-P-K
dari Peraturan Menteri ini. dalam Lampiran I yang
merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Ket. Tempat
6. (3) Buku Panduan Guru (3) Buku Panduan Guru
sebagaimana dimaksud pada sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tercantum dalam ayat (1)
S
Lampiran II yang merupakan
tercantum
bagian yang tidak terpisahkan P S-P-K
dari Peraturan Menteri ini. dalam Lampiran II yang
merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Ket. Tempat
7. Pasal 2 Peraturan ini
S
Peraturan ini mulai berlaku mulai berlaku
S-P-K
pada tanggal diundangkan. P
pada tanggal diundangkan.
Ket. Waktu
8. Agar setiap orang Agar setiap orang
mengetahuinya, mengetahuinya
memerintahkan Ket. Tujuan
memerintahkan
pengundangan Peraturan
P
Menteri ini dengan Pengundangan Peraturan
penempatannya dalam Berita Menteri ini K-P-O-K
Negara Republik Indonesia. O
dengan penempatannya
dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Ket. Cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

9. Ditetapkan di Jakarta pada Ditetapkan


tanggal 9 Juni 2014, Menteri P
Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta pada tanggal 9
Juni 2014,
Republik Indonesia. P-K-Pel.
Ket. Tempat
Menteri
Pendidikan...Indonesia.
Pelengkap
10. Diundangkan di Jakarta pada Diundangkan
tanggal 20 Juni 2014 Menteri P
Hukum dan Hak Asasi di Jakarta pada tanggal 20
Juni 2014
Manusia Republik Indonesia, P-K-Pel.
Ket. Tempat
Amir Syamsudin, berita
Menteri Hukum… Tahun
Negara Republik Indonesia
2014 Nomor 853.
Tahun 2014 Nomor 853.
Pelengkap

2. Analisis Struktur Dan Pola Pengembangan Paragraf Peraturan

Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Tahun 2014

Berikut ini disajikan salah satu hasil analisis struktur dan pola

pengembangan paragraf pada 10 Peraturan Menteri Pendidikan tentang

pendidikan tahun 2014.

a. Paragraf I

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 44 TAHUN 2014
TENTANG
BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU PANDUAN GURU
UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

Menimbang: a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 43 ayat


(5) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, Tim Penilai Buku telah
melakukan penilaian kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan
kegrafikaan buku teks pelajaran dan buku panduan guru untuk
digunakan dalam pembelajaran di Sekolah Menengah Atas Luar
Biasa;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada


huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan
Guru untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa;

Mengingat: 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar


Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 41 , Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4496), sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahanatas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5410);

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang


Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 13 Tahun 2014;

4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,


Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara, serta Susunan
Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014;

5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II


sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden
Nomor 8/P Tahun 2014;

6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54


Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan;

7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor64


Tahun 2013 tentang Standar Isi;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN TENTANG BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU
PANDUAN GURU UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR
BIASA.

1) Struktur Paragraf:

a) Kalimat topik: Dengan… Pendidikan Dasar dan Menengah.

2) Pola Pengembangan:

a) Pemerincian: gagasan pada paragraf tersebut menerangkan dengan jelas

dan rinci peraturan-peraturan yang menjadi bahan pertimbangan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan untuk merumuskan Peraturan Menteri

Nomor 44 Tahun 2014.

b. Paragraf II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

Pasal 1

(1) Menetapkan Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru sebagai buku siswa dan
buku guru yang layak digunakan dalam pembelajaran di Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa.

(2) Buku Teks Pelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran
I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

(3) Buku Panduan Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran
II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

1) Struktur Paragraf:

a) Kalimat topik:

Menetapkan Buku Teks Pelajaran… Atas Luar Biasa.

b) Kalimat pengembang:

(1) Buku Teks Pelajaran… tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

(2) Buku Panduan Guru sebagaimana… tidak terpisahkan dari Peraturan

Menteri ini.

2) Pola Pengembangan:

a) Pemerincian: gagasan pada paragraf tersebut menerangkan dengan jelas

dan rinci kepada pembaca tentang buku teks pelajaran dan buku panduan

guru untuk sekolah menengah atas luar biasa yang dimaksud pada

peraturan menteri ini.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

b) Paragraf III

Pasal 2

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan PeraturanMenteri
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 Juni 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 20 Juni 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,

AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR
853

1) Struktur Paragraf:

a) Kalimat pengembang:

(1) Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

(2) Kalimat pengembang: Agar setiap orang… Republik Indonesia.

(3) Kalimat pengembang: Ditetapkan di … Republik Indonesia.

(4) Kalimat pengembang: Diundangkan di … NOMOR 853.

2) Pola Pengembangan:

a) Pemerincian: gagasan pada paragraf tersebut ini menerangkan dengan

jelas dan rinci kepada pembaca bahwa kapan berlakunya peraturan ini,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

menteri pendidikan memerintahkan dan menetapkan pengundangan ini,

dan menteri hukum dan HAM mengundangkannya.

C. Pembahasan

Tujuan penelitian berjudul Struktur Kalimat, Struktur Paragraf, dan Pola

Pengembangan Paragraf dalam Wacana Perundang-Undangan Tentang

Pendidikan Tahun 2014 adalah untuk mendeskripsikan struktur kalimat dan

struktur paragraf serta pola pengembangan pada 10 Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Tahun 2014 tentang

Pendidikan. Berikut disajikan pembahasan hasil analisis data.

1. Pembahasan Struktur Kalimat

Berdasarkan hasil analisis data telah ditemukan kalimat sebanyak 176

kalimat. Dari analisis data yang ditemukan, diketahui bahwa 10 wacana

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2014 tentang

pendidikan mempunyai 12 struktur kalimat, yaitu K-S-P-O, P-O1-O2-O3-O4-

O5-O6-O7, P; P-O, S-P-K, K-P-O-K, P-K-Pel., K-S-P, S-P-Pel., S-P, K-P-Pel.-

P-K-K, K-S-P-O, S-P-O, S-P-O-P-K, dan S-P-Pel.-K.

Pada Peraturan Menteri ini terdapat kalimat majemuk kompleks. Struktur

kalimat majemuk kompleks berstruktur K-S-P-O, P-O1-O2-O3-O4-O5-O6-O7, P;

P-O atau yang mempunyai objek lebih dari satu. Pada peraturan ini ditemukan

ada 10 kalimat yang berstruktur K-S-P-O, P-O1-O2-O3-O4-O5-O6-O7, P; P-O.

Salah satu kalimat majemuk kompleks yang mempunyai struktur kalimat K-S-P-

O, P-O1-O2-O3-O4-O5-O6-O7, P; P-O adalah sebagai berikut.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 44 TAHUN 2014
TENTANG
BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU PANDUAN GURU
UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA

Menimbang: a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 43 ayat


(5) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan, Tim Penilai Buku telah
melakukan penilaian kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan
kegrafikaan buku teks pelajaran dan buku panduan guru untuk
digunakan dalam pembelajaran di Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku
Panduan Guru untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa;

Mengingat: 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar


Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 41 , Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4496), sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahanatas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410);
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang


Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 13 Tahun 2014;

4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang


Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara, serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian
Negara sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014;

5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009

mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II


sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden
Nomor 8/P Tahun 2014;

6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54


Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan;

7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64


Tahun 2013 tentang Standar Isi;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN TENTANG BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU
PANDUAN GURU UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR
BIASA.

Kalimat di atas berstruktur K-S-P-O, P-O1-O2-O3-O4-O5-O6-O7, P; P-O.

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa menduduki fungsi sebagai

Keterangan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menduduki fungsi sebagai

subjek. Menimbang sebagai predikat. Kata Bahwa sebagai konjungsi

penjelasan yang menjelaskan predikat transitif dan diletakkan pada sebelum

fungsi objek. Selain struktur tersebut, Kalimat juga mengandung (K)–(S)-P;P-


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

O pada Memutuskan Menetapkan: PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN

DAN KEBUDAYAAN TENTANG BUKU TEKS PELAJARAN DAN

BUKU PANDUAN GURU UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS

LUAR BIASA. Kalimat tersebut menyatakan hubungan penjumlahan dengan

penanda konjungsi dan. Struktur serupa ditemukan pula sembilan kalimat lain

dalam lampiran pada I.B.1, I.C.1, I.D.1, I.E.1, I.F.1, I.G.1, I.H.1, I.I.1, dan

I.J.1.

Pada dasarnya, para pembuat hukum tidak pernah memperhatikan struktur

kalimat ketika menulis peraturan menteri. Kalimat yang mempunyai struktur

yang banyak bertujuan untuk memperjelas maksud yang ingin disampaikan

oleh pembuat hukum sehingga orang yang membacanya menjadi jelas dan

paham. Sedangkan adanya struktur kalimat yang sedikit dianggap tidak perlu

ada penjelasan lagi dan kalimat tersebut sudah cukup menjelaskan apa yang

dimaksud oleh pembuat hukum. Hal ini membuktikan bahwa bahasa hukum

mempunyai ciri bahasa yang singkat dan padat (dalam lampiran Transkrip

dan Coding Hasil Wawancara Dengan Praktisi Hukum, PH16).

Pada penelitian ini diketahui bahwa peraturan menteri ini lebih dominan

menggunakan kalimat berstruktur S-P-K. tujuan, tempat, dan cara untuk

mengungkapkan pernyataan-pernyataan yang penting diketahui oleh semua

orang dalam peraturan menteri ini. Misalnya,

Pasal 2
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 44 Tahun 2014)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

Subjek kalimat di atas adalah Peraturan ini. Kalimat ini mempunyai

predikat frase verbal, predikatnya adalah mulai berlaku kemudian diikuti oleh

keterangan waktu pada tanggal diundangkan. Agar tidak menimbulkan

multitafsir, maka dipilihlah kalimat berstruktur S-P-K yang digunakan oleh

pembuat hukum untuk memberitahukan pada pembaca tujuan dari peraturan

ini dikeluarkan. Selain keterangan tujuan, peraturan perundang-undangan juga

menggunakan keterangan cara, keterangan alat, keterangan sebab, keterangan

pengecualian, keterangan tempat, dan keterangan waktu. Hal ini terjadi agar

tujuan dari dikeluarkannya peraturan perundang-undangan dapat tercapai

(dalam lampiran Transkrip dan Coding Hasil Wawancara Dengan Praktisi

Hukum, PH17).

Pada peraturan menteri ini ditemukan ada 36 kalimat yang mempunyai

struktur S-P-K. Struktur serupa ditemukan pula 35 kalimat yang lain dalam

lampiran I.A.5, I.A.6, I.B.24, I.B.28, I,C.5, I.C.6, I.C.7, I.D.5, I.D.12, I.E.6,

I.E.13, I.E.14, I.E.22, I.E.25, I.F.12, I.F.17, I.F.20, I.F.21, I.F.22, I.F.28,

I.F.29, I.F.30, I.F.31, I.G.8, I.H.15, I.H.16, I.H.17, I.H.19, I.H.24, I.H.25,

I.I.12, I.I.19, I.I.26, dan I.J.16.

Jumlah kalimat majemuk bertingkat berstruktur K-P-O-K berjumlah 10

kalimat. Berikut disajikan contoh dari kalimat tersebut.

Kalimat yang memiliki struktur K-P-O-K adalah sebagai berikut.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan


Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 44 Tahun 2014)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

Kalimat di atas termasuk dalam kalimat majemuk bertingkat. Klausa

bawahan pada kalimat tersebut adalah Agar setiap orang mengetahuinya.

Klausa bawahan pada kalimat tersebut menduduki unsur keterangan tujuan.

Klausa utama pada kalimat tersebut terdiri dari predikatnya adalah

memerintahkan, objeknya adalah Pengundangan Peraturan Menteri ini, dan

keterangan cara dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik

Indonesia. Struktur serupa ditemukan pula sembilan kalimat lain dalam

lampiran pada I.B.32, I.C.8, I.D.13, I.E.36, I.F.32, I.G.12, I.H.49, I.I.40, dan

I.J.20.

Dalam peraturan menteri ini, terdapat struktur yang tidak mempunyai

fungsi subjek, yaitu P-K-Pelengkap. Kalimat yang memiliki struktur P-K-Pel.

adalah sebagai berikut.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 9 Juni 2014, Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan Republik Indonesia.
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 44 Tahun 2014)

Pada kalimat tersebut diawali dengan predikat ditetapkan. Predikat pada

kalimat di atas termasuk predikat kata kerja pasif. Diikuti oleh keterangan

tempat di Jakarta pada tanggal 9 Juni 2014 dan diakhiri dengan pelengkap

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Kalimat tersebut

tidak sebagaimana lazimnya kalimat dalam bahasa Indonesia yang diawali

oleh subjek. Hal tersebut terjadi karena struktur kalimat di atas adalah susunan

dari format tanda tangan pengesahan dari Peraturan Perundang-Undangan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

Pada peraturan menteri ini ditemukan ada 20 kalimat yang mempunyai

struktur P-K-Pelengkap. Struktur serupa ditemukan pula pada 19 kalimat lain

dalam lampiran pada I.A.10, I.B.33, I.B.34, I.C.9, I.C.10, I.D.14, I.D.15,

I.E.37, I.E.38, I.F.33, I.F.34, I.G.13, I.G.14, I.H.50, I.H.51, I.I.41, I.I.42,

I.J.21, dan I.J.22.

Struktur kalimat P-K-Pelengkap tidak sebagaimana lazimnya kalimat

dalam bahasa Indonesia karena tidak diawali fungsi subjek. Struktur P-K-Pel.

terjadi karena struktur kalimat di atas adalah susunan dari format tanda tangan

pengesahan dari Peraturan Perundang-Undangan.

Peraturan menteri ini juga terdapat struktur kalimat S-P-O yang

mempunyai jenis kalimat tunggal transitif. Kalimat S-P-O yang merupakan

kalimat tunggal transitif adalah sebagai berikut.

Pasal 5
Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota mengendalikan masa orientasi
peserta didik baru menjadi kegiatan yang bermanfaat, bersifat edukatif dan
kreatif, bukan mengarah kepada tindakan destruktif dan/atau berbagai
kegiatan lain yang merugikan siswa baru baik secara fisik maupun
psikologis.
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 55 Tahun 2014)

Subjek kalimat di atas adalah Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota.

Diikuti predikat mengendalikan. Predikat pada kalimat di atas termasuk

predikat kata kerja aktif. Kemudian objek kalimat di atas adalah masa

orientasi peserta didik baru menjadi kegiatan yang bermanfaat, bersifat

edukatif dan kreatif, bukan mengarah kepada tindakan destruktif dan/atau

berbagai kegiatan lain yang merugikan siswa baru baik secara fisik maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

psikologis. Pada Peraturan Pendidikan dan Kebudayaan ini ditemukan ada 31

kalimat yang mempunyai struktur S-P-O. Struktur serupa ditemukan pula 30

kalimat lain dalam lampiran pada I.D.4, I.D.6, I.D.7, I.E.15, I.E.16, I.E.18,

I.E.21, I.E.23, I.F.18, I.F.24, I.F.25, I.G.4, I.G.5, I.G.6, I.G.7, I.H.8, I.H.13,

I.H.20, I.H.22, I.I.6, I.I.10, I.I.11, I.I.24, I.I.25, I.J.4, I.J.5, I.J.8, I.J.11, I.J.14,

dan I.J.15.

Kalimat yang memiliki struktur S-P-Pelengkap adalah sebagai berikut.

BAB III
JENIS, WARNA, DAN MODEL
Pasal 3
(1) Pakaian seragam sekolah terdiri dari:
a. Pakaian seragam nasional;
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45 Tahun 2014)

Kalimat di atas merupakan kalimat tunggal intransitif. Subjek kalimat di

atas adalah Pakaian seragam sekolah. Predikat kalimat di atas adalah terdiri

dari. Pelengkap kalimat di atas adalah Pakaian seragam nasional. Pada

peraturan menteri ini ditemukan ada 49 kalimat yang mempunyai struktur S-P-

Pelengkap. Struktur serupa ditemukan pula 48 kalimat lain dalam lampiran

pada I.B.9, I.B.14, I.B.18, I.B.19, I.B.20, I.B.21, I.B.22, I.B.23, I.B.27, I.D.10,

I.E.7, I.E.9, I.E.10, I.E.11, I.E.12, I.E.17, I.E.19, I.F.10, I.F.11, I.F.13, I.F.14,

I.F.15, I.F.16, I.F.19, I.F.27, I.H.7, I.H.9, I.H.10, I.H.11, I.H.12, I.H.14,

I.H.21, I.H.23, I.I.13, I.I.14, I.I.15, I.I.16, I.I.17, I.I.18, I.I.20, I.I.21, I.I22,

I.J.6, I.J.7, I.J.9, I.J.10, I.J.12, dan I.J.13.

Kalimat yang memiliki struktur K-P-Pel.-P-K-K adalah sebagai berikut.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

(2) Pada saat Upacara Bendera dilengkapi topi pet dan dasi sesuai warna
seragam masing-masing jenjang sekolah, dilengkapi dengan logo tut wuri
handayani di bagian depan topi.

(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45 Tahun 2014)

Kalimat di atas merupakan kalimat majemuk kompleks karena

mempunyai dua klausa dalam satu kalimat, tetapi kalimat tersebut tidak

mempunyai konjungsi. Keterangan waktu pada kalimat di atas adalah Pada

saat Upacara Bendera. Predikat1 pada kalimat diatas adalah dilengkapi.

Pelengkap pada kalimat tersebut adalah topi pet dan dasi sesuai warna

seragam masing-masing jenjang sekolah. Predikat2 pada kalimat diatas

adalah dilengkapi. Keterangan alat pada kalimat di atas adalah dengan logo

tut wuri handayani. Keterangan alat pada kalimat di atas adalah di bagian

depan topi. Pada peraturan menteri ini ditemukan ada satu kalimat yang

mempunyai struktur K-P1-Pel.-P2-K-K.

Kalimat yang memiliki struktur S-P-O-P-K adalah sebagai berikut.

Pasal 7
(1) Satuan pendidikan memberikan penilaian terhadap kinerja peserta
didik dalam Kegiatan Ekstrakurikuler secara kualitatif dan
dideskripsikan pada rapor peserta didik.
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 62 Tahun 2014)

Kalimat tersebut termasuk kalimat majemuk setara karena mempunyai

dua klausa dan kedudukan klausanya tidak setara. Subjek kalimat di atas

adalah satuan pendidikan. Predikat1 kalimat di atas adalah memberikan.

Objek1 kalimat di atas adalah penilaian terhadap kinerja peserta didik dalam

Kegiatan Ekstrakurikuler secara kualitatif. Kata dan merupakan konjungsi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

hubungan penambahan yang menjadi salah satu ciri bahwa kalimat ini

termasuk kalimat majemuk setara. Predikat2 kalimat di atas adalah

dideskripsikan. Keterangan tempat di atas adalah pada rapor peserta didik.

Pada peraturan menteri ini ditemukan ada satu kalimat yang mempunyai

struktur S-P-O-P-K.

Kalimat yang memiliki struktur S-P adalah sebagai berikut.

(3) Warna pakaian seragam nasional untuk:


a. SD/SDLB: kemeja putih, celana/rok warna merah hati;
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45 Tahun 2014)

Kalimat di atas termasuk kalimat yang mengikuti pola umum kalimat

bahasa Indonesia karena berstruktur S-P. Subjek kalimat di atas adalah Warna

pakaian seragam nasional untuk. Predikat kalimat di atas adalah SD/SDLB:

kemeja putih, celana/rok warna merah hati. Pada peraturan menteri ini

ditemukan ada enam kalimat yang mempunyai struktur S-P. Struktur serupa

ditemukan pula lima kalimat lain dalam lampiran pada I.B.16, I.B.17, I.D.8,

I.D.11, dan I.F.26.

Kalimat yang memiliki struktur S-P-Pel.-K adalah sebagai berikut.


(2) RPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh guru dengan
mengacu pada silabus dengan prinsip:
a. memuat secara utuh kompetensi dasar sikap spiritual, sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan;
b. dapat dilaksanakan dalam satu atau lebih dari satu kali pertemuan;
c. memperhatikan perbedaan individual peserta didik;
d. berpusat pada peserta didik;
e. berbasis konteks;
f. berorientasi kekinian;
h. memberikan umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran;
i. memiliki keterkaitan dan keterpaduan antarkompetensi dan/atau
antarmuatan; dan
j. memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45 Tahun 2014)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

Kalimat di atas termasuk kalimat yang mengikuti pola umum

kalimat bahasa Indonesia karena berstruktur S-P-Pel.-K. Subjek kalimat

di atas adalah (2) RPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Predikat

kalimat di atas adalah disusun. Pelengkap kalimat di atas adalah oleh

guru. Keterangan cara kalimat di atas adalah dengan mengacu pada

silabus dengan prinsip: a. memuat secara utuh kompetensi dasar sikap

spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan; b. dapat

dilaksanakan dalam satu atau lebih dari satu kali pertemuan; c.

memperhatikan perbedaan individual peserta didik; d. berpusat pada

peserta didik; e. berbasis konteks; f. berorientasi kekinian; h. memberikan

umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran; i. memiliki keterkaitan dan

keterpaduan antarkompetensi dan/atau antarmuatan; dan j.

memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Pada peraturan

menteri ini ditemukan ada satu kalimat yang mempunyai struktur S-P-

Pel.-K.

Kalimat yang memiliki struktur K-S-P adalah sebagai berikut.

KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

1. Sekolah adalah Sekolah Dasar/Sekolah Dasar Luar Biasa (SD/SDLB),


Sekolah Menengah Pertama/Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
(SMP/SMPLB), Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa (SMA/SMALB), dan Sekolah Menengah
Kejuruan/Sekolah Menengah Kejuruan Luar Biasa (SMK/SMKLB)
baik negeri maupun swasta.
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45 Tahun 2014)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

Kalimat di atas termasuk kalimat yang mengikuti pola umum kalimat

bahasa Indonesia karena berstruktur K-S-P. Keterangan tempat kalimat di atas

adalah Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan. Subjek kalimat

di atas adalah Sekolah. Predikat kalimat di atas adalah adalah Sekolah

Dasar/Sekolah Dasar Luar Biasa (SD/SDLB), Sekolah Menengah

Pertama/Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMP/SMPLB), Sekolah

Menengah Atas/Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMA/SMALB), dan

Sekolah Menengah Kejuruan/Sekolah Menengah Kejuruan Luar Biasa

(SMK/SMKLB) baik negeri maupun swasta. Pada peraturan menteri ini

ditemukan ada 20 kalimat yang mempunyai struktur K-S-P. Struktur serupa

ditemukan pula 19 kalimat lain dalam lampiran pada I.B.5, I.B.6, I.B.7, I.B.8,

I.D.11, I.E.4, I.E.5, I.E.24, I.F.4, I.F.5, I.F.6, I.F.7, I.F. 8, I.F.9, I.H.4, I.H.5,

I.H.6, I.I.4, dan I.I5.

Kalimat yang memiliki struktur K-S-P-O adalah sebagai berikut.

(3) Selain hari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) peserta didik dapat
mengenakan pakaian seragam kepramukaan atau pakaian seragam
khas sekolah yang diatur oleh masing-masing sekolah.
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45 Tahun 2014)

Kalimat di atas termasuk kalimat yang mengikuti pola umum kalimat

bahasa Indonesia karena berstruktur K-S-P-O. Keterangan pengecualian

kalimat di atas adalah Selain hari sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

Subjek kalimat di atas adalah peserta didik. Predikat kalimat di atas adalah

dapat mengenakan. Objek kalimat di atas adalah pakaian seragam


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

kepramukaan atau pakaian seragam khas sekolah yang diatur oleh masing-

masing sekolah. Pada peraturan menteri ini ditemukan ada satu kalimat yang

mempunyai struktur K-S-P-O.

Peneliti menemukan dua struktur kalimat majemuk kompleks, satu

struktur kalimat majemuk setara, satu kalimat majemuk bertingkat, tujuh

struktur kalimat yang mengikuti pola umum kalimat bahasa Indonesia, dan

satu struktur kalimat yang tidak mengikuti pola umum kalimat Bahasa

Indonesia. Peneliti juga menemukan dua struktur kalimat majemuk kompleks,

yaitu K-S-P-O, P-O1-O2-O3-O4-O5-O6-O7, P; P-O dan K-P-Pel.-P-K-K. Dalam

Peraturan Menteri ini terdapat satu struktur kalimat majemuk setara, yaitu S-P-

O-P-K. Satu kalimat majemuk bertingkat adalah K-P-O-K. Terdapat tujuh

struktur kalimat efektif atau kalimat yang mengikuti pola umum bahasa

Indonesia, yaitu S-P, S-P-K, S-P-O, S-P-Pelengkap, K-S-P, K-S-P-O, dan S-P-

Pel.-K. Satu struktur kalimat yang tidak mengikuti pola umum bahasa

Indonesia adalah P-K-Pelengkap.

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan temuan lain. Temuan tersebut

adalah judul yang termasuk frase dan diperhitungkan sebagai kalimat tak

berklausa.

Struktur judul terdiri dari frase yang tidak mengandung unsur subjek,

predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. Pada penelitian ini ditemukan

sebanyak 10 frasa yang termasuk dalam kalimat tak berklausa. Salah satu frasa

yang ditemukan dari 10 peraturan menteri yang diteliti adalah sebagai berikut,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 45 TAHUN 2014
TENTANG
PAKAIAN SERAGAM SEKOLAH BAGI PESERTA DIDIK
JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

Judul pada peraturan menteri ini termasuk dalam kalimat karena judul

suatu karangan selalu diakhiri dengan jeda panjang yang disertai nada akhir

turun atau naik walaupun tidak mengandung unsur subjek, predikat, objek,

pelengkap, dan keterangan.

Pada penelitian ini peneliti menemukan kesulitan dalam menentukan

fungsi sintaksis dalam kalimat karena kalimat yang digunakan panjang-

panjang dan strukturnya tidak jelas. Kesulitan tersebut dapat terselesaikan

setelah peneliti melihat kembali referensi yang digunakan.

2. Pembahasan Struktur Paragraf dan Pola Pengembangannya

Dari data-data yang telah dikumpulkan, jumlah paragraf pada Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2014 berjumlah 75 paragraf. Pada

penelitian ini ditemukan tiga struktur paragraf, yaitu P1= kalimat topik,

P2= kalimat topik+kalimat pengembang, dan P3= kalimat pengembang.

Struktur paragraf P1= Kalimat topik berjumlah 21 paragraf, struktur P2=

kalimat topik+kalimat pengembang berjumlah 19 paragraf, dan struktur P3=

kalimat pengembang berjumlah 35 paragraf. Selain itu, ditemukan juga dua

pola pengembangan paragraf, yaitu pola pengembangan paragraf definisi dan

pemerincian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

Pada peraturan menteri ini ditemukan paragraf yang hanya memiliki satu

kalimat saja, yaitu kalimat topik. Berikut contoh dari paragraf yang hanya

terdiri dari satu kalimat saja.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang: a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 43 ayat (5)


Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, Tim Penilai Buku telah
melakukan penilaian kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan
kegrafikaan buku teks pelajaran dan buku panduan guru untuk
digunakan dalam pembelajaran di Sekolah Menengah Atas Luar
Biasa;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada


huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan
Guru untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa;

Mengingat: 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2003
Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4301);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar


Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2005 Nomor 41 , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4496), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5410);

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan


dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,


Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara, serta Susunan Organisasi,
Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah
diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 14
Tahun 2014;

5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009

mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana


telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 8/P Tahun
2014;

6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun


2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan;

7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor64 Tahun


2013 tentang Standar Isi;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN TENTANG BUKU TEKS PELAJARAN DAN
BUKU PANDUAN GURU UNTUK SEKOLAH MENENGAH
ATAS LUAR BIASA.

Struktur paragraf di atas adalah P1= kalimat topik. Ide pokok pada

paragraf tersebut adalah penetapan Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014.

Pola pengembangan paragraf termasuk pola pengembangan dengan

pemerincian karena gagasan paragraf tersebut adalah menteri pendidikan

menjelaskan dengan jelas dan rinci peraturan-peraturan yang menjadi dasar

pertimbangan untuk memutuskan peraturan menteri yang dikeluarkan.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

Berikut disajikan paragraf yang mempunyai struktur yang sama dengan

paragraf di atas (P1= kalimat topik), tetapi mempunyai pola pengembangan

paragraf yang berbeda.

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Sekolah adalah Sekolah Dasar/Sekolah Dasar Luar Biasa (SD/SDLB),
Sekolah Menengah Pertama/Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
(SMP/SMPLB), Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Atas Luar
Biasa (SMA/SMALB), dan Sekolah Menengah Kejuruan/Sekolah
Menengah Kejuruan Luar Biasa (SMK/SMKLB) baik negeri maupun
swasta.
2. Pakaian seragam nasional adalah pakaian yang dikenakan pada hari
belajar oleh peserta didik di sekolah, yang jenis, model, dan warnanya
sama berlaku secara nasional.
3. Pakaian seragam khas sekolah adalah pakaian seragam bercirikan
karakteristik sekolah yang dikenakan oleh peserta didik pada hari tertentu,
dalam rangka meningkatkan kebanggaan peserta didik terhadap
sekolahnya.
4. Pakaian seragam khas muslimah adalah pakaian seragam yang
dikenakan oleh peserta didik muslimah karena keyakinan pribadinya
sesuai dengan jenis, model, dan warna yang telah ditentukan dalam
kegiatan proses belajar mengajar untuk semua jenis pakaian seragam
sekolah.
5. Atribut adalah kelengkapan pakaian seragam nasional yang
menunjukkan identitas masing-masing sekolah terdiri dari badge
organisasi kesiswaan, badge merah putih, badge nama peserta didik,
badge nama sekolah dan nama kabupaten/kota
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45 Tahun 2014)

Kalimat topik pada paragraf di atas adalah Kalimat 1, 2, 3, 4, dan 5.

Kalimat tersebut termasuk kalimat topik karena gagasan utama paragraf di atas

adalah mengenai pengertian sekolah, pakaian seragam nasional, pakaian

seragam khas muslimah, dan atribut.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

Paragraf di atas termasuk dalam pola pengembangan definisi karena dalam

paragraf tersebut hanya terdapat kalimat pokok yang menjelaskan dan

mengenalkan sebuah istilah atau pengertian yang dianggap baru dan belum

dikenal. Pada Peraturan Pendidikan dan Kebudayaan ini ditemukan ada 21

paragraf yang mempunyai struktur P1= kalimat topik. Struktur serupa

ditemukan pula pada 19 kalimat lain dalam lampiran pada II.B.1, II.C.1,

II.D.1, II.D.2, II.E.1, II.E.2, II.E.3, II.E.5, II.F.1, II.F.2, II.F.3, II.G.1, II.H.1,

II.H.2, II.I.1, II.I.2, II.I.5, II.I.6, dan II.J.1.

Paragraf yang mempunyai struktur P2= kalimat topik+kalimat pengembang

adalah sebagai berikut.

Pasal 1
(1) Menetapkan Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru sebagai
buku siswa dan buku guru yang layak digunakan dalam pembelajaran di
Sekolah Menengah Atas Luar Biasa.
(2) Buku Teks Pelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
(3) Buku Panduan Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 44 Tahun 2014)

Kalimat topik pada paragraf di atas adalah Menetapkan Buku Teks

Pelajaran dan Buku Panduan Guru sebagai buku siswa dan buku guru yang

layak digunakan dalam pembelajaran di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa.

Kalimat tersebut termasuk kalimat topik karena gagasan utama paragraf di atas

adalah mengenai penetapan buku teks pelajaran dan buku panduan guru

sebagai buku siswa dan buku guru yang layak digunakan di Sekolah Menengah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

Atas Luar Biasa. Kalimat (2) dan (3) adalah kalimat pengembang yang

mengembangkan gagasan mengenai letak peraturan ini beserta lampirannya

merupakan bagian yang tidak terpisahkan.

Paragraf di atas termasuk dalam pola pengembangan pemerincian karena

ide pokok tersebut dirinci dengan sejumlah fakta lain. Pikiran pokok pada

paragraf di atas adalah tentang penetapan buku teks pelajaran dan buku

panduan guru untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa. Lalu, diperinci

dengan letak peraturan ini beserta lampirannya merupakan bagian yang tidak

terpisahkan.

Pada Peraturan Pendidikan dan Kebudayaan ini ditemukan ada 20 paragraf

yang mempunyai struktur P2= kalimat topik+kalimat pengembang. Struktur

serupa ditemukan pula pada 19 kalimat lain dalam lampiran pada II.B.5, II.B.6,

II.C.2, II.E.4, II.E.6, II.E.8, II.F.4, II.F.6, II.F.7, II.F.8, II.F.9, II.H.3, II.H.4,

II.I.3, II.I.4, II.I.7, II.I.8, II.J.3, dan II.J.4.

Paragraf ketiga pada Peraturan Menteri Nomor 44 Tahun 2014 adalah

sebagai berikut.

Pasal 2

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara
Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 Juni 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
Diundangkan di Jakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

pada tanggal 20 Juni 2014


MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR
85.

Paragraf di atas termasuk struktur paragraf P3= kalimat pengembang.

Kalimat topik yang dikembangkan dari paragraf di atas adalah sebagai berikut.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 44 TAHUN 2014
TENTANG
BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU PANDUAN GURU
UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA
Menimbang : …;
Mengingat : 1. ..; 2. …; 3. …; 4. …;5. …; 6. …; 7. …;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : … ATAS LUAR BIASA.

Paragraf pengembang pada paragraf ketiga tersebut tampak dari pola

acuan kata ganti ini yang mengacu pada paragraf pertama. Pola pengembangan

yang dipakai pada paragraf ini adalah pola pengembangan pemerincian.

Sebab, pada paragraf tersebut dirinci lagi dengan kapan mulai berlakunya

peraturan ini, dan Menteri Pendidikan yang memerintahkan pengundangan

peraturan ini supaya diketahui oleh semua orang.

Pada penelitian ini, pola pengembangan paragraf yang digunakan dalam

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan adalah pola pengembangan

paragraf dengan definisi dan pemerincian. Jumlah pola pengembangan definisi


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

yang ditemukan pada 10 Peraturan Menteri berjumlah 8 paragraf dan pola

pengembangan dengan pemerincian berjumlah 67 paragraf.

Pada Peraturan Pendidikan dan Kebudayaan ini ditemukan ada 34 paragraf

yang mempunyai struktur P3= kalimat pengembang. Struktur serupa

ditemukan pula pada 33 kalimat lain dalam lampiran pada II.B.3, II.B.4,

II.B.7, II.B.8, II.C.3, II.D.3, II.D.4, II.D.5, II.D.6, II.D.7, II.D.8, II.D.9, II.E.7,

II.E.9, II.E.10, II.E.11, II.F.5, II.F.10, II.G.2, II.G.3, II.G.4, II.H.5, II.H.6,

II.H.7, II.I.9, II.I.10, II.J.2, II.J.5, II.J.6, II.J.7, II.J.8, II.J.9, dan II.J.10.

Peraturan Perundang-Undangan sifatnya informatif atau menerangkan

kepada masyarakat bahwa ada peraturan yang harus diikuti oleh setiap warga

negara. Maka, pola pengembangan paragraf yang digunakan adalah pola

pengembangan definisi dan pola pengembangan dengan pemerincian supaya

setiap warga negara mengerti, memahami, dan melakukan seperti yang tertulis

pada Peraturan Perundang-Undangan.

Peneliti menemukan kesulitan dalam menentukan struktur paragraf dan

pola pengembangannya. Kesulitan tersebut terjadi karena paragraf yang

digunakan pada peraturan ini berbeda dengan paragraf lazimnya dalam bahasa

Indonesia. Tetapi, hal ini dapat teratasi setelah peneliti membaca kembali

referensi yang digunakan. Dalam Peraturan Menteri ini sering peneliti

temukan paragraf yang hanya menggunakan satu kalimat. Heri Sabto Widodo

selaku Ketua Ikatan Notaris Indonesia Kabupaten Bantul mengatakan bahwa


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

dalam bahasa hukum ayat merupakan kalimat dan pasal merupakan paragraf,

meskipun di dalam pasal hanya terdapat satu kalimat.

Dalam penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Galih Puji Haryanto,

beliau menemukan pola pengembangan paragraf definisi dan pola

pengembangan paragraf pemerincian yang digunakan dalam pembuatan

peraturan menteri. Menurut kajian teori yang digunakan oleh peneliti, ada

sembilan pola pengembangan paragraf, yaitu pola pengembangan paragraf

dengan contoh, pola pengembangan paragraf dengan definisi, pola

pengembangan paragraf dengan pemerincian, pola pengembangan paragraf

dengan ilustrasi, pola pengembangan paragraf dengan kronologi, pola

pengembangan paragraf dengan sebab-akibat, pola pengembangan paragraf

dengan perbandingan atau pengontrasan, pola pengembangan paragraf dengan

repetisi, pola pengembangan paragraf dengan klasifikasi, dan pola

pengembangan paragraf dengan analogi (Chaer, 2011:88-98).

Peneliti juga menemukan pola pengembangan paragraf definisi dan pola

pengembangan paragraf pemerincian yang digunakan dalam pembuatan 10

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2014. Hal ini

membuktikan bahwa Peraturan menteri cenderung menggunakan pola

pengembangan paragraf definisi dan pola pengembangan paragraf

pemerincian. Heri Sabto Widodo selaku Ketua Ikatan Notaris Indonesia

Kabupaten Bantul mengatakan bahwa Peraturan menteri cenderung

menggunakan pola pengembangan paragraf definisi dan pemerincian. Tujuan

penggunaan pola pengembangan paragraf definisi adalah untuk


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

mengumumkan dan mengartikan sesuatu yang ingin ditulis oleh pembuat

hukum dalam membuat Peraturan menteri. Sedangkan tujuan penggunaan pola

pengembangan paragraf pemerincian adalah untuk memperinci item-item

hukum dengan jelas sehingga masyarakat yang membacanya dapat

memahaminya dengan baik dan masyarakat tidak mempunyai perbedaan

persepsi (dalam lampiran Transkrip dan Coding Hasil Wawancara Dengan

Praktisi Hukum, PH13).

Pada penelitian ini terdapat 35 paragraf yang berstruktur P3= kalimat

pengembang. Dapat dilihat penggunaan struktur P3= kalimat pengembang

pada Peraturan menteri lebih dominan daripada struktur P1= kalimat topik dan

P2= kalimat topik+kalimat pengembang.

Heri Sabto Widodo selaku Ketua Ikatan Notaris Indonesia Kabupaten

Bantul mengatakan bahwa jika dalam sebuah peraturan lebih dominan

menggunakan struktur paragraf yang hanya berisi kalimat pengembang, maka

pembuat hukum ingin mengembangkan gagasan atau ide pokoknya melalui

kalimat pengembang tersebut sehingga pembaca dapat memahami dengan baik

dan jelas apa yang dimaksud oleh penulis atau pembuat hukum (dalam

lampiran Transkrip dan Coding Hasil Wawancara Dengan Praktisi Hukum,

PH18).

Dalam penelitian ini terdapat persamaan dan perbedaan antara penelitian

yang dilakukan oleh peneliti dan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

Galih Puji Haryanto pada bulan Januari 2015 dalam bentuk skripsi. Judul yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

ia ambil adalah Analisis Struktur Kalimat dan Struktur Paragraf serta Pola

Pengembangannya Pada Wacana Undang-Undang Tahun 2013. Berikut

Tabel I tentang persamaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan

penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Galih Puji Haryanto adalah sebagai

berikut.

Persamaan
No. Penelitian yang dilakukan oleh
Penelitian terdahulu
peneliti
1. Peneliti menemukan pola Terdapat pola pengembangan
pengembangan paragraf paragraf pemerincian dan pola
pemerincian dan pola pengembangan paragraf definisi.
pengembangan paragraf
definisi.
2. Peneliti menemukan struktur Terdapat struktur paragraf yang
paragraf yang digunakan dalam digunakan dalam Peraturan
Peraturan Menteri adalah P1= Menteri adalah P1= kalimat topik,
kalimat topik, P2= kalimat P2= kalimat topik+kalimat
topik+kalimat pengembang, dan pengembang, dan P3= kalimat
P3= kalimat pengembang. pengembang.

Berikut Tabel II tentang perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti

dan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Galih Puji Haryanto adalah

sebagai berikut.

Perbedaan
No.
Penelitian yang dilakukan oleh
Penelitian terdahulu
peneliti

1. Peneliti menemukan 75 paragraf Peneliti menemukan 16 paragraf


dan 209 kalimat yang terdapat dan 45 kalimat yang terdapat pada
pada 10 Peraturan Menteri lima Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Pendidikan dan Kebudayaan
tahun 2014. tahun 2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

2. Peraturan Menteri dan Peraturan Menteri dan


Kebudayaan yang diteliti Kebudayaan yang diteliti
sejumlah 10 Peraturan. sejumlah lima Peraturan.

3. Peneliti menemukan tujuh Tidak terdapat struktur kalimat


struktur kalimat yang mengikuti yang mengikuti pola umum
pola umum Bahasa Indonesia, Bahasa Indonesia dalam
yaitu S-P, S-P-K, S-P-O, S-P- penelitian ini.
Pelengkap, K-S-P, K-S-P-O,
dan S-P-Pel.-K

4. Total struktur kalimat yang Total struktur kalimat yang


ditemukan dalam penelitian ini ditemukan dalam penelitian
ada 12 struktur kalimat. terdahulu ada lima struktur
kalimat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

BAB V

PENUTUP

Dalam bab penutup ini dikaji dua hal, yaitu kesimpulan dan saran.

Kesimpulan ada tiga, yakni struktur kalimat, struktur paragraf, dan pola

pengembangan paragraf pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Tentang Pendidikan Tahun 2014. Saran meliputi hal-hal relevan yang kiranya

perlu diperhatikan oleh pembuat hukum dan peneliti lain.

A. Kesimpulan

1. Struktur Kalimat

Struktur Kalimat dalam 10 Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan tahun 2014 meliputi 12 struktur. K-S-P-O, P-O1-O2-O3-O4-O5-

O6-O7, P; P-O berjumlah 10 kalimat, S-P-K berjumlah 36 kalimat, K-P-O-K

brjumlah 10 kalimat, P-K-Pelengkap berjumlah 20 kalimat, K-S-P-O ada satu

kalimat, S-P-O berjumlah 31 kalimat, K-S-P ada 20 kalimat, S-P-Pelengkap

berjumlah 49 kalimat, K-P-Pel.-P-K-K ada satu kalimat, S-P-O-P-K ada satu

kalimat, S-P berjumlah enam kalimat dan S-P-Pel.-K berjumlah satu kalimat.

Peneliti menemukan 209 data kalimat pada 10 Peraturan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan tahun 2014.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

2. Struktur Paragraf

Struktur paragraf yang terdapat pada Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan tahun 2014 terdiri dari P1= kalimat topik yang berjumlah 21

paragraf, P2= kalimat topik+kalimat pengembang yang berjumlah 20 paragraf,

dan P3= kalimat pengembang yang berjumlah 34 paragraf. Peneliti

menemukan 75 data paragraf pada 10 Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan tahun 2014.

3. Pola Pengembangan Paragraf

Pola pengembangan paragraf yang terdapat pada Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2014, yakni pola pengembangan paragraf

definisi yang berjumlah 8 paragraf dan pola pengembangan pemerincian yang

berjumlah 67 paragraf.

B. Saran

Peneliti menyampaikan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna

bagi kepentingan-kepentingan terkait. Saran tersebut ditujukan untuk

pembuat hukum dan peneliti lain. Kedua saran tersebut akan dijelaskan

sebagai berikut.

1. Bagi Pembuat Hukum

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman bahasa

kepada Pembuat Hukum dalam merumuskan wacana Perundang-Undangan.

Peraturan Perundang-Undangan merupakan salah satu produk hukum yang

nantinya harus ditaati oleh masyarakat. Oleh karena itu, pembuat hukum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

hendaknya memahami kaidah-kaidah penulisan struktur kalimat maupun

struktur paragraf yang berlaku dalam bahasa Indonesia sehingga apa yang

menjadi maksud dari pembuat hukum dapat tersampaikan dengan baik oleh

pembaca.

2. Bagi Peneliti lain

Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini

dengan sumber data lain, seperti traktat, KUH Pidana, dan KUH Perdata.

Traktat, KUH Pidana, dan KUH Perdata dapat dikaji mengenai penggunaan

bahasa dan keefektifan kalimat karena dokumen-dokumen negara tersebut

masih menggunakan istilah-istilah asing.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.
Jakarta: Pusat Bahasa.

Chaer, Abdul. 2011. Tata Bahasa Indonesia Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal.


Jakarta: Rineka Cipta.
Chaer, Abdul. 2011. Ragam Bahasa Ilmiah. Jakarta: Rineka Cipta.

Gunawan, I.2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hadikusuma, Hilman. H. 2013. Bahasa Hukum Indonesia. Bandung: Alumni.

Harkrisnowo, H. 2011. Bahasa Indonesia sebagai Sarana Pengembangan Hukum


Nasional. Risalah Kongres Bahasa Indonesia VIII. Jakarta: Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Hendryanoor, Setiawan. 2012. Gaya Bahasa Dilihat Berdasarkan Diksi dan
Struktur Kalimat dalam Iklan Rawit pada Surat Kabar Harian Jogja
(Skripsi). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
Keraf, Gorys. 1980. Komposisi. Ende: Nusa Indah.

Kridaklasana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama.
Kurnia, Titon Slamet. 2009. Pengantar Sistem Hukum Indonesia. Bandung:
Alumni.
Matanggui, Junaiyah. H. 2013. Bahasa Indonesia untuk Bidang Hukum dan
Peraturan Perundang-undangan. Jakarta: Gramedia Widiasarana.
Moleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya.
Nurastuti, Wiji. 2007. Metodologi Penelitian. Magelang: Ardana Media.

Prastowo, Andi. 2014. Memahami Metode-metode Penelitian. Yogyakarta: Ar-


Ruzz Media.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa


Indonesia Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Putrayasa, Ida Bagus. 2014. Kalimat Efektif (Diksi,Struktur, dan Logika).
Bandung: Refika Aditama.
Rahardi, Kunjana. 2010. Kalimat Baku untuk Menyusun Karya Tulis Ilmiah.
Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.
Rahardjo, Satjipto. 1982. Ilmu Hukum. Bandung: Alumni.

Ramlan, M. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: Karyono.

Said, Umar. 2009. Pengantar Hukum Indonesia: Sejarah dan Dasar-dasar Tata
Hukum Serta Politik Hukum Indonesia. Malang: Setara Press.
Soeprapto, Maria Farida Indrati. 2002. Ilmu Perundang-undangan. Yogyakarta:
Kanisius.
Sudaryanto, 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:
Diandra Primamitra.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta.

Syarif, Amiroeddin. 1987. Perundang-undangan: Dasar, Jenis, dan Teknik


Membuatnya. Jakarta: Bina Aksara.
Tarigan, Djago. 1987. Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan
Pengembangannya. Bandung: Angkasa.
Wiyanto, Asul. 2000. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta: Grasindo.

Referensi Online

http://www.kemdikbud.go.id/

http://jdih.kemdikbud.go.id/diknasrokum/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

121

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 44 TAHUN 2014

TENTANG
BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU PANDUAN GURU
UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal


43 ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, Tim Penilai Buku telah melakukan
penilaian kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan
kegrafikaan buku teks pelajaran dan buku panduan
guru untuk digunakan dalam pembelajaran di Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Buku
Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru untuk
Sekolah Menengah Atas Luar Biasa;
Mengingat : 1 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4 1 , Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan
atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5410);
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014;
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara,
serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 14 Tahun 2014.
5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009
mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

122

Presiden Nomor 8/P Tahun 2014;


6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor
54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan;
7. Peraturan Menteri Pendidikan d a n Kebudayaan Nomor
64 Tahun 2013 tentang Standar Isi;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU PANDUAN
GURU UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA.

Pasal 1
(1) Menetapkan Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru sebagai buku siswa
dan buku guru yang layak digunakan dalam pembelajaran di Sekolah Menengah
Atas Luar Biasa.
(2) Buku Teks Pelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini .
(3) Buku Panduan Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini .

Pasal 2
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri i n i dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan d i Jakarta
pada tanggal 9 Juni 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
MOHAMMAD NUH
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 20 Juni 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 853
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

123

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 45 TAHUN 2014

TENTANG

PAKAIAN SERAGAM SEKOLAH BAGI PESERTA DIDIK


JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka memperkuat jati diri bangsa diperlukan pembinaan
dan pengembangan kesiswaan untuk menciptakan suasana dan tata kehidupan
satuan pendidikan yang baik dan sehat, sehingga menjamin kelancaran proses
belajar mengajar;
b. bahwa salah satu upaya dalam rangka memperkuat jati diri bangsa
sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu diatur pakaian seragam sekolah
guna meningkatkan citra satuan pendidikan serta meningkatkan persatuan dan
kesatuan di kalangan peserta didik;
c.bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan
b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang
Pakaian Seragam Sekolah bagi Peserta Didik Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

2.Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional


Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 42,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional


Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 42,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410);
4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 13 Tahun 2014;
5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara serta Susunan, Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 14 Tahun 2014;
6. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia
Bersatu II sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 8/P Tahun 2014;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

124

7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2012 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 25 Tahun 2014;
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan
Kesiswaan;
9.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG
PAKAIAN SERAGAM SEKOLAH BAGI PESERTA DIDIK PADA JENJANG
PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Sekolah adalah Sekolah Dasar/Sekolah Dasar Luar Biasa (SD/SDLB), Sekolah Menengah
Pertama/Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMP/SMPLB), Sekolah Menengah
Atas/Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMA/SMALB), dan Sekolah Menengah
Kejuruan/Sekolah Menengah Kejuruan Luar Biasa (SMK/SMKLB) baik negeri maupun swasta.
2. Pakaian seragam nasional adalah pakaian yang dikenakan pada hari belajar oleh peserta didik
di sekolah, yang jenis, model, dan warnanya sama berlaku secara nasional.
3. Pakaian seragam khas sekolah adalah pakaian seragam bercirikan karakteristik sekolah yang
dikenakan oleh peserta didik pada hari tertentu, dalam rangka meningkatkan kebanggaan peserta
didik terhadap sekolahnya.
4. Pakaian seragam khas muslimah adalah pakaian seragam yang dikenakan oleh peserta didik
muslimah karena keyakinan pribadinya sesuai dengan jenis, model, dan warna yang telah
ditentukan dalam kegiatan proses belajar mengajar untuk semua jenis pakaian seragam sekolah.
5. Atribut adalah kelengkapan pakaian seragam nasional yang menunjukkan identitas masing-
masing sekolah terdiri dari badge organisasi kesiswaan, badge merah putih, badge nama peserta
didik, badge nama sekolah dan nama kabupaten/kota.

BAB II
TUJUAN

Pasal 2
Penetapan pakaian seragam sekolah bertujuan:
a. menanamkan dan menumbuhkan rasa nasionalisme, kebersamaan, serta memperkuat
persaudaraan sehingga dapat menumbuhkan semangat kesatuan dan persatuan di kalangan peserta
didik;
b. meningkatkan rasa kesetaraan tanpa memandang kesenjangan sosial ekonomi orangtua/wali
peserta didik;
c. meningkatkan disiplin dan tanggungjawab peserta didik serta kepatuhan terhadap peraturan
yang berlaku; dan
d. menjadi acuan bagi sekolah dalam menyusun tata tertib dan disiplin peserta didik khususnya
yang mengatur pakaian seragam sekolah.

BAB III
JENIS, WARNA, DAN MODEL

Pasal 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

125

(1) Pakaian seragam sekolah terdiri dari:


a. Pakaian seragam nasional;
b. Pakaian seragam kepramukaan; atau
c. Pakaian seragam khas sekolah.

(2) Jenis pakaian seragam sekolah terdiri dari:


a. Pakaian seragam sekolah untuk peserta didik putra;
b. Pakaian seragam sekolah untuk peserta didik putri.

(3) Warna pakaian seragam nasional untuk:


a. SD/SDLB: kemeja putih, celana/rok warna merah hati;
b. SMP/SMPLB: kemeja putih, celana/rok warna biru tua;
c. SMA/SMALB/SMK/SMKLB: kemeja putih, celana/rok warna abu-abu.

(4) Ketentuan pakaian seragam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:
a. Pakaian seragam nasional mengacu pada Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini;
b. Model pakaian seragam nasional sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
c. Pakaian seragam kepramukaan mengacu pada ketentuan peraturan kwartir nasional gerakan
pramuka;
d. Pakaian seragam khas sekolah diatur oleh masing-masing sekolah dengan tetap memperhatikan
hak setiap warga negara untuk menjalankan keyakinan agamanya masing-masing.

BAB IV
PENGADAAN DAN PENGGUNAAN
Pasal 4

(1) Pengadaan pakaian seragam sekolah diusahakan sendiri oleh orangtua atau wali peserta didik.
(2) Pengadaan pakaian seragam sekolah tidak boleh dikaitkan dengan pelaksanaan penerimaan
peserta didik baru atau kenaikan kelas.

Pasal 5
(1) Pakaian seragam nasional dikenakan pada hari Senin, Selasa, dan pada hari lain saat
pelaksanaan Upacara Bendera.
(2) Pada saat Upacara Bendera dilengkapi topi pet dan dasi sesuai warna seragam masing-masing
jenjang sekolah, dilengkapi dengan logo tut wuri handayani di bagian depan topi.
(3) Selain hari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) peserta didik dapat mengenakan pakaian
seragam kepramukaan atau pakaian seragam khas sekolah yang diatur oleh masing-masing
sekolah.

BAB V
SANKSI
Pasal 6

Sekolah yang melanggar ketentuan dalam Peraturan Menteri ini akan dikenakan sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB VI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

126

PENUTUP

Pasal 7

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 Juni 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
MOHAMMAD NUH

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 11 Juni 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 768
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

127

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 51 TAHUN 2014
TENTANG
BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU PANDUAN GURU
UNTUK PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang: a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 43


ayat (5) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Tim
Penelaah Buku telah melakukan penilaian kelayakan isi,
kebahasaan, penyajian, dan kegrafikaan buku teks
pelajaran dan buku panduan guru untuk digunakan dalam
pembelajaran;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a perlu menetapkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan tentang Buku Teks Pelajaran
dan Buku Panduan Guru untuk Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5410);
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara,
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2013 tentang
Perubahan Kelima atas Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun
2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian
Negara;
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 14
Tahun 2013 tentang Perubahan Kelima atas Peraturan
Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas,
dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi,
Tugas, dan Fungsi Eselon 1 Kementerian Negara;
5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

128

2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II


sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Keputusan Presiden Nomor 8/P Tahun 2014;
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54
Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64
Tahun 2013 tentang Standar Isi;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67
Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 68
Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69
Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah;
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 70
Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur
Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU PANDUAN
GURU UNTUK PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN
MENENGAH.
Pasal 1
(1) Menetapkan buku teks pelajaran sebagai buku siswa dan buku panduan
guru untuk Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah yaitu kelas I I,
Kelas V, Kelas VIII, kelas X, dan kelas XI yang layak digunakan dalam
pembelajaran.
(2) Buku teks pelajaran sebagai buku siswa sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(3) Buku panduan guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 2
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 19 Juni 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
MOHAMMAD NUH
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 24 Juni 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 862
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

129

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR 55 TAHUN 2014

TENTANG

MASA ORIENTASI PESERTA DIDIK BARU DI SEKOLAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengenalan program sekolah,


lingkungan sekolah, cara belajar, dan konsep pengenalan diri
terhadap peserta didik baru perlu dilaksanakan masa
orientasi peserta didik baru;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan tentang Masa Orientasi Peserta
Didik Baru di Sekolah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5105)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 66 Tahun 2010 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2010 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Nomor
5157);
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014;
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian
Negara, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden
Nomor 14 Tahun 2014;
5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai
Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu I I sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 8/P Tahun 2014;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG MASA ORIENTASI PESERTA DIDIK DI SEKOLAH.

Pasal 1
Setiap sekolah menyelenggarakan masa orientasi peserta didik bagi peserta didik baru selama jam
belajar di sekolah pada minggu pertama masuk sekolah selama 3
(tiga) sampai dengan 5 (lima) hari.

Pasal 2
Masa orientasi peserta didik bertujuan untuk mengenalkan program sekolah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

130

lingkungan sekolah, cara belajar, penanaman konsep pengenalan diri peserta didik, dan
kepramukaan sebagai pembinaan awal ke arah terbentuknya kultur sekolah yang kondusif bagi
proses pembelajaran lebih lanjut sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional.

Pasal 3
(1) Sekolah dilarang melaksanakan masa orientasi peserta didik yang mengarah
kepada tindakan kekerasan, pelecehan dan/atau tindakan destruktif lainnya
yang merugikan peserta didik baru baik secara fisik maupun psikologis baik di
dalam maupun di luar sekolah.
(2) Sekolah dilarang memungut biaya dan membebani orangtua dan peserta didik
dalam bentuk apapun.

Pasal 4
Kepala sekolah dan guru di sekolah yang bersangkutan bertanggungjawab dan
wajib melaksanakan ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini.

Pasal 5
Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota mengendalikan masa orientasi peserta
didik baru menjadi kegiatan yang bermanfaat, bersifat edukatif dan kreatif, buk an mengarah
kepada tindakan destruktif dan/atau berbagai kegiatan lain yang
merugikan siswa baru baik secara fisik maupun psikologis.

Pasal 6
Kepala sekolah dan guru yang membiarkan terjadinya penyimpangan dan/atau
pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dikenakan sanksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 7
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
112/U/2001 tentang Masa Orientasi Siswa di Sekolah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

Pasal 8
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Juli 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
MOHAMMAD NUH

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 4 Juli 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 920
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

131

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 62 TAHUN 2014

TENTANG

KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa pengembangan potensi peserta didik sebagaimana dimaksud dalam tujuan
pendidikan nasional dapat diwujudkan melalui kegiatan ekstrakurikuler yang
merupakan salah satu kegiatan dalam program kurikuler;
b. bahwa kegiatan ekstrakurikuler dapat memfasilitasi pengembangan potensi
peserta didik melalui pengembangan bakat, minat, dan kreativitas serta
kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan
huruf b perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 131, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5169);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5410);
4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2014;

5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan
Organisasi, dan Tata kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014;
6. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia
Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor
54/P Tahun 2014;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi
Pendidikan Dasar dan Menengah;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

132

9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN
MENENGAH.

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik di luar
jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan dan
pengawasan satuan pendidikan.
2. Satuan pendidikan adalah Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK).

Pasal 2
Kegiatan Ekstrakurikuler diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat,
minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam
rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Pasal 3

(1) Kegiatan Ekstrakurikuler terdiri atas:


a. Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib; dan
b. Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan.
(2) Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan
Kegiatan Ekstrakurikuler yang wajib diselenggarakan oleh satuan pendidikan dan wajib diikuti
oleh seluruh peserta didik.
(3) Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berbentuk
pendidikan kepramukaan.
(4) Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan
Kegiatan Ekstrakurikuler yang dikembangkan dan diselenggarakan oleh satuan pendidikan sesuai
bakat dan minat peserta didik.
(5) Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat
berbentuk latihan olah-bakat dan latihan olah-minat.

Pasal 4
(1) Pengembangan berbagai bentuk Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan dilakukan dengan mengacu
pada prinsip:
a. partisipasi aktif; dan
b. menyenangkan.
(2) Pengembangan berbagai bentuk Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan dilakukan melalui tahapan:
a. identifikasi kebutuhan, potensi, dan minat peserta didik;
b. analisis sumber daya yang diperlukan untuk penyelenggaraannya;
c. pemenuhan kebutuhan sumber daya sesuai pilihan peserta didik atau menyalurkannya ke satuan
pendidikan atau lembaga lainnya;
d. penyusunan program Kegiatan Ekstrakurikuler; dan
e. penetapan bentuk kegiatan yang diselenggarakan;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

133

Pasal 5
(1) Satuan pendidikan wajib menyusun program Kegiatan Ekstrakurikuler yang merupakan
bagian dari Rencana Kerja Sekolah.
(2) Program Kegiatan Ekstrakurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat:
a. rasional dan tujuan umum;
b. deskripsi setiap kegiatan ekstrakurikuler;
c. pengelolaan;
d. pendanaan; dan
e. evaluasi.
(3) Program Kegiatan Ekstrakurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disosialisasikan
kepada peserta didik dan orangtua/wali pada setiap awal tahun pelajaran.

Pasal 6
(1) Pelaksanaan program Kegiatan Ekstrakurikuler mempertimbangkan penggunaan sumber daya
bersama yang tersedia pada gugus sekolah atau klaster sekolah.
(2) Penggunaan sumber daya bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (4) difasilitasi oleh
pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 7
(1) Satuan pendidikan memberikan penilaian terhadap kinerja peserta didik dalam Kegiatan
Ekstrakurikuler secara kualitatif dan dideskripsikan pada rapor peserta didik.
(2) Satuan pendidikan melakukan evaluasi Program Kegiatan Ekstrakurikuler pada setiap akhir
tahun ajaran untuk mengukur ketercapaian tujuan pada setiap indikator yang telah ditetapkan.
(3) Hasil evaluasi Program Kegiatan Ekstrakurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
digunakan untuk penyempurnaan Program Kegiatan Ekstrakurikuler tahun ajaran berikutnya.

Pasal 8
Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah menggunakan
Pedoman sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 9
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, ketentuan dalam Peraturan Menteri Nomor 81A Tahun
2013 tentang Implementasi Kurikulum yang mengatur mengenai Kegiatan Ekstrakurikuler
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 10
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Juli 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
MOHAMMAD NUH

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 11 Juli 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 958
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

134

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 63 TAHUN 2014

TENTANG

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN
SEBAGAI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER WAJIB
PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan untuk menginternalisasikan nilai


ketuhanan, kebudayaan, kepemimpinan, kebersamaan, sosial, kecintaan
alam, dan kemandirian pada peserta didik;
b. bahwa nilai-nilai dalam sikap dan keterampilan sebagai muatan
Kurikulum 2013 dan muatan Pendidikan Kepramukaan dapat bersinergi
secara koheren;
c. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan
Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 131, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5169);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5410);
4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2014;
5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata kerja Kementerian Negara Republik
Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 14 Tahun 2014;
6. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan
Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 54/P Tahun 2014;
7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008 tentang
Pembinaan Kesiswaan;
8. Peraturan Menteri pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
SD/MI;
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
SMP/MTs.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

135

10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia


Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
SMA/MA;
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
SMK/MAK;
12. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 231 Tahun 2007
Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Gugus depan Gerakan Pramuka;
13. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor 056 Tahun 1982
Tentang Petunjuk Penyelenggaraan Karang Pamitran;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG
PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER WAJIB
PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH.

Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan
akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai nilai kepramukaan;
2. Satuan Pendidikan adalah Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK).
3. Gerakan Pramuka adalah organisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan
pendidikan kepramukaan;
4. Pramuka adalah warga negara Indonesia yang aktif dalam pendidikan kepramukaan serta
mengamalkan Satya Pramuka dan Darma Pramuka;
5. Kepramukaan adalah segala aspek yang berkaitan dengan pramuka;
6. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan;

Pasal 2
(1) Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler wajib pada
pendidikan dasar dan menengah.
(2) Kegiatan Ekstrakurikuler wajib merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang harus diikuti oleh
seluruh peserta didik;

Pasal 3
(1) Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan dalam 3 (tiga) Model meliputi Model Blok, Model
Aktualisasi, dan Model Reguler.
(2) Model Blok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kegiatan wajib dalam bentuk
perkemahan yang dilaksanakan setahun sekali dan diberikan penilaian umum.
(3) Model Aktualisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kegiatan wajib dalam
bentuk penerapan sikap dan keterampilan yang dipelajari didalam kelas yang dilaksanakan dalam
kegiatan Kepramukaan secara rutin, terjadwal, dan diberikan penilaian formal.
(4) Model Reguler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kegiatan sukarela berbasis
minat peserta didik yang dilaksanakan di Gugus depan.

Pasal 4
Pendidikan Kepramukaan berisi perpaduan proses pengembangan nilai sikap dan keterampilan.

Pasal 5
(1) Pola Kegiatan Pendidikan Kepramukaan diwujudkan dalam bentuk upacara dan keterampilan
Kepramukaan dengan menggunakan berbagai metode dan teknik.
(2) Upacara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi upacara pembukaan dan penutupan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

136

(3) Keterampilan Kepramukaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sebagai
perwujudan komitmen Kepramukaan dalam bentuk pembiasan dan penguatan sikap dan
keterampilan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.
(4) Metode dan teknik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk belajar
interaktif dan progresif disesuaikan dengan kemampuan fisik dan mental peserta didik.
Pasal 6
(1) Penilaian dalam Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan dengan menggunakan penilaian yang
bersifat otentik mencakup penilaian sikap dan keterampilan.
(2) Penilaian sikap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan
penilaian berdasarkan pengamatan, penilaian diri, dan penilaian teman sebaya.
(3) Penilaian keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan
penilaian unjuk kerja.
(4) Penilaian sikap dan keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
menggunakan jurnal pendidik dan portofolio.
Pasal 7
(1) Pengelolaan Pendidikan Kepramukaan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib pada satuan
pendidikan dasar dan menengah merupakan tanggung jawab kepala sekolah dengan pelaksana
pembina pramuka.
(2) Pembina Pramuka sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Guru kelas/Guru mata
pelajaran yang telah memperoleh sertifikat paling rendah kursus mahir dasar atau Pembina
Pramuka yang bukan guru kelas/guru mata pelajaran.
(3) Guru kelas/guru mata pelajaran yang melaksanakan tugas tambahan sebagai Pembina
Pramuka dihitung sebagai bagian dari pemenuhan beban kerja guru dengan beban kerja paling
banyak 2 jam pelajaran per minggu.
Pasal 8
(1) Pendidikan Kepramukaan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib merujuk pada Pedoman
Penyelenggaraan Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib dan Prosedur
Operasi Standar (POS) Penyelenggaraan Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan
Ekstrakurikuler Wajib.
(2) Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(3) Prosedur Operasi Standar (POS) Penyelenggaraan Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan
Ekstrakurikuler Wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 9
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Juli 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
MOHAMMAD NUH
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 11 Juli 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 959
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

137

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 65 TAHUN 2014

TENTANG

BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU PANDUAN GURU KURIKULUM 2013


KELOMPOK PEMINATAN PENDIDIKAN MENENGAH YANG MEMENUHI
SYARAT KELAYAKAN UNTUK DIGUNAKAN DALAM PEMBELAJARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 43 ayat (5)


Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, Badan Standar Nasional Pendidikan
telah melakukan penilaian kelayakan isi, bahasa, penyajian,
dan kegrafikaan buku teks pelajaran Kurikulum 2013 untuk
digunakan dalam pembelajaran;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan tentang Buku Teks Pelajaran dan
Buku Panduan Guru Kurikulum 2013 Kelompok Peminatan
Pendidikan Menengah yang Memenuhi Syarat Kelayakan
untuk Digunakan Dalam Pembelajaran;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 41 , Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410);
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara,
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2013 tentang Perubahan
Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009
tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 125);
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,
Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan
Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2013 tentang Perubahan
Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010
tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara
serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

138

Tahun 2013 Nomor 126);


5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun
2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan
Keputusan Presiden Nomor 8/P Tahun 2014;
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 2 Tahun 2008
tentang Buku;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU PANDUAN GURU
KURIKULUM 2013 KELOMPOK PEMINATAN PENDIDIKAN
MENENGAH YANG MEMENUHI SYARAT KELAYAKAN UNTUK
DIGUNAKAN DALAM PEMBELAJARAN.

Pasal 1
(1) Buku kurikulum 2013 untuk SMA/MA kelas X kelompok peminatan Matematika dan Ilmu-
Ilmu Alam yang terdiri atas:
a. Buku Teks Pelajaran sebagai buku siswa sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini; dan
b. Buku Panduan Guru sebagai buku guru sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini,
memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam pembelajaran.

(2) Buku kurikulum 2013 untuk SMA/MA kelas X kelompok peminatan Ilmu-Ilmu Sosial yang
terdiri atas:
a. Buku Teks Pelajaran sebagai buku siswa sebagaimana tercantum dalam
Lampiran III yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini; dan
b. Buku Panduan Guru sebagai buku guru sebagaimana tercantum dalam
Lampiran IV yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini,
memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam pembelajaran.

(3) Buku kurikulum 2013 untuk SMA/MA kelas X kelompok peminatan ilmu-ilmu bahasa dan
budaya yang terdiri atas:
a. Buku Teks Pelajaran sebagai buku siswa sebagaimana tercantum dalam
Lampiran V yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini; dan
b. Buku Panduan Guru sebagai buku guru sebagaimana tercantum dalam
Lampiran VI yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini,
memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam pembelajaran.

Pasal 2
Perubahan atas isi buku teks pelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 mendapat
persetujuan dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
wajib mendapat persetujuan dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Pasal 3
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

139

Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Juli 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
MOHAMMAD NUH

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 11 Juli 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 961
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

140

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 103 TAHUN 2014

TENTANG

PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa dalam rangka implementasi kurikulum sebagaimana telah diatur dalam Pasal
77O ayat (2) huruf c dan Pasal 77P ayat (2) huruf c Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Pedoman Pembelajaran pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5410);
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2014;
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Susunan Organisasi, dan Tata kerja Kementerian Negara Republik Indonesia
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 14 Tahun 2014;
5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet
Indonesia Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Keputusan Presiden Nomor 54/P Tahun 2014;
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 54 Tahun 2013 tentang
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah;
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 66 Tahun 2013 tentang
Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 57 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 58 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah;
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 59 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah;
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 60 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

141

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG
PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH.

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:


1. Pembelajaran adalah proses interaksi antarpeserta didik dan antara peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran selanjutnya disebut dengan RPP adalah rencana
pembelajaran yang dikembangkan mengacu pada silabus;
3. Satuan pendidikan adalah Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Luar Biasa
(SD/MI/SDLB), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah/ Sekolah Menengah Pertama
Luar Biasa (SMP/MTs/SMPLB), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah /Sekolah Menengah
Atas Luar Biasa (SMA/MA/SMALB), dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan/Sekolah Menengah Kejuruan Luar Biasa (SMK/MAK/SMKLB).

Pasal 2

(1) Pembelajaran dilaksanakan berbasis aktivitas dengan karakteristik:


a. interaktif dan inspiratif;
b. menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif;
c. kontekstual dan kolaboratif;
d. memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian peserta didik; dan
e. sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
(2) Pembelajaran menggunakan pendekatan, strategi, model, dan metode yang mengacu pada
karakteristik sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Pendekatan pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan cara pandang
pendidik yang digunakan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang memungkinkan
terjadinya proses pembelajaran dan tercapainya kompetensi yang ditentukan.
(4) Strategi pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan langkah-langkah
sistematik dan sistemik yang digunakan pendidik untuk menciptakan lingkungan pembelajaran
yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran dan tercapainya kompetensi yang
ditentukan.
(5) Model pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan kerangka konseptual
dan operasional pembelajaran yang memiliki nama, ciri, urutan logis, pengaturan, dan budaya.
(6) Metode pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan cara atau teknik yang
digunakan oleh pendidik untuk menangani suatu kegiatan pembelajaran yang mencakup antara
lain ceramah, tanya-jawab, diskusi.
(7) Pendekatan pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menggunakan pendekatan
saintifik/pendekatan berbasis proses keilmuan.
(8) Pendekatan saintifik/pendekatan berbasis proses keilmuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(7) merupakan pengorganisasian pengalaman belajar dengan urutan logis meliputi proses
pembelajaran:
a. mengamati;
b. menanya;
c. mengumpulkan informasi/mencoba;
d. menalar/mengasosiasi; dan
e. mengomunikasikan.
(9) Urutan logis sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dapat dikembangkan dan digunakan dalam
satu atau lebih pertemuan.
(10) Pendekatan saintifik/pendekatan berbasis proses keilmuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(8) dilaksanakan dengan menggunakan modus pembelajaran langsung atau tidak langsung sebagai
landasan dalam menerapkan berbagai strategi dan model pembelajaran sesuai dengan Kompetensi
Dasar yang ingin dicapai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

142

Pasal 3

(1) Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan RPP.


(2) RPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh guru dengan mengacu pada silabus
dengan prinsip:
a. memuat secara utuh kompetensi dasar sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan;
b. dapat dilaksanakan dalam satu atau lebih dari satu kali pertemuan;
c. memperhatikan perbedaan individual peserta didik;
d. berpusat pada peserta didik;
e. berbasis konteks;
f. berorientasi kekinian;
g. mengembangkan kemandirian belajar;
h. memberikan umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran;
i. memiliki keterkaitan dan keterpaduan antarkompetensi dan/atau antarmuatan; dan
j. memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
(3) Prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diwujudkan dalam bentuk pembelajaran reguler,
pengayaan, dan remedial.
(4) RPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat:
a. identitas sekolah/madrasah, mata pelajaran atau tema, kelas/semester, dan alokasi waktu;
b. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan indikator pencapaian kompetensi;
c. materi pembelajaran;
d. kegiatan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup;
e. penilaian, pembelajaran remedial, dan pengayaan; dan
f. media, alat, bahan, dan sumber belajar.
(5) Indikator pencapaian kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b merupakan:
a. kemampuan yang dapat diobservasi untuk disimpulkan sebagai pemenuhan Kompetensi Dasar
pada Kompetensi Inti 1 dan Kompetensi Inti 2; dan
b. kemampuan yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk disimpulkan sebagai pemenuhan
Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti 3 dan Kompetensi Inti 4.
(6) Kegiatan pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf d mengacu pada
pendekatan, strategi, model, dan metode pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(3) sampai dengan ayat (9).

Pasal 4

Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dilaksanakan sesuai pedoman
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

Pasal 5

Semua ketentuan tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dalam
Peraturan Menteri yang sudah ada sebelum Peraturan Menteri ini berlaku, tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.

Pasal 6

Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

143

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 3 Oktober 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
MOHAMMAD NUH
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 8 Oktober 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 1506
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

144

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 105 TAHUN 2014

TENTANG

PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013


PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa dalam rangka menjamin terlaksananya Kurikulum 2013 secara efektif dan
efisien pada satuan pendidikan, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan tentang Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum
2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5410);
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2014;
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata kerja Kementerian Negara Republik
Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 14 Tahun 2014;
5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan
Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Keputusan Presiden Nomor 41/P Tahun 2014;

6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 54 Tahun 2013 tentang


Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah;
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 66 Tahun 2013 tentang
Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 57 Tahun 2014
tentang Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2014
tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah;
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014
tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah;
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 60 Tahun 2014
tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

145

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG
PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR
DAN PENDIDIKAN MENENGAH.

Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:


1. Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013 yang selanjutnya disebut Pendampingan adalah
proses pemberian bantuan penguatan pelaksanaan Kurikulum 2013 pada satuan pendidikan;
2. Satuan pendidikan adalah Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Luar Biasa
(SD/MI/SDLB), Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah/Sekolah Menengah Pertama
Luar Biasa (SMP/MTs/SMPLB), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah
Atas Luar Biasa (SMA/MA/SMALB), dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan/Sekolah Menengah Kejuruan Luar Biasa (SMK/MAK/SMKLB).

Pasal 2

(1) Pendampingan memiliki tujuan:


a. memfasilitasi proses adopsi Kurikulum 2013 pada satuan pendidikan;
b. memfasilitasi pengayaan/kontekstualisasi sebagai bagian dari pengembangan Kurikulum 2013
pada satuan pendidikan;
c. memperkuat keterlaksanaan Kurikulum 2013 pada satuan pendidikan; dan
d. memperkuat pemahaman dan membangun kepercayaan diri dalam pelaksanaan pembelajaran
berbasis Kurikulum 2013.
(2) Pendampingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki sasaran:
a. pengawas satuan pendidikan;
b. kepala satuan pendidikan; dan
c. pendidik.
(3) Sasaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memperoleh substansi pendampingan sesuai
dengan status dan peran masing-masing.

Pasal 3

(1) Pendampingan dilakukan berdasarkan prinsip:


a. profesional;
b. kolegial;
c. sikap saling percaya; dan
d. berkelanjutan.
(2) Prinsip profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan kegiatan
pendampingan yang dilakukan dengan kriteria dan prosedur keahlian.
(3) Prinsip kolegial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan kegiatan
pendampingan yang dilakukan dengan pendekatan dan iklim kesejawatan antara pendamping dan
yang didampingi.
(4) Prinsip sikap saling percaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan kegiatan
pendampingan yang dilakukan dengan saling menghormati dan bertanggungjawab.
(5) Prinsip berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d merupakan kegiatan
pendampingan yang dilakukan secara terencana, terus-menerus, dan semakin meningkat.

Pasal 4

Pendampingan pelaksanaan Kurikulum 2013 berisi:


a. penguatan substansi bahan ajar untuk setiap mata pelajaran dan/atau tema pembelajaran;
b. penguatan sistem pembelajaran pada Kurikulum 2013;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

146

c. penguatan sistem penilaian hasil belajar oleh pendidik pada Kurikulum 2013 dan pengisian
laporan hasil belajar peserta didik;
d. pengembangan perangkat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; dan
e. pengembangan model penelusuran minat peserta didik melalui bimbingan dan konseling.

Pasal 5
Pengelolaan pendampingan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah bekerjasama dengan dinas pendidikan provinsi dan
dinas pendidikan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.

Pasal 6
(1) Pendampingan dilaksanakan secara berkesinambungan dengan:
a. model pendampingan di induk kluster/gugus; dan
b. model pendampingan di satuan pendidikan.
(2) Model Pendampingan berbasis kluster/gugus satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a dilakukan oleh guru pendamping.
(3) Model pendampingan di satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dilakukan oleh guru pendamping yang ada di satuan pendidikan tersebut.

Pasal 7
(1) Guru pendamping dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 terdiri atas unsur:
a. pengawas satuan pendidikan;
b. kepala satuan pendidikan; dan
c. pendidik.
(2) Syarat sebagai pendamping dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah:
a. telah lulus pelatihan Kurikulum 2013 dengan prestasi sekurang-kurangnya dengan predikat
memuaskan (M); dan
b. telah lulus dalam bimbingan teknis guru pendamping.
(3) Penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan oleh masyarakat dapat menyediakan sumber
daya pendidikan dalam pelaksanaan pendampingan pada satuan pendidikan.
Pasal 8

Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
menggunakan Pedoman sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 9
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 3 Oktober 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
MOHAMMAD NUH
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 8 Oktober 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 1508
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

147

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 160 TAHUN 2014

TENTANG

PEMBERLAKUAN KURIKULUM TAHUN 2006 DAN KURIKULUM 2013


DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa dalam rangka kelancaran proses pendidikan pada satuan


pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum
2013;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentangSistem


Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 T a h u n 2 0 0 5
te nt a n g S ta nd ar Na s io n al P e nd id i ka n (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5410),
3. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang
Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet
Kerja;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


TENTANG PEMBERLAKUAN KURIKULUM TAHUN 2006 DAN
KURIKULUM 2013.
Pasal 1
Satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang melaksanakan Kurikulum 2013
sejak semester pertama tahun pelajaran 2014/2015 kembali melaksanakan Kurikulum Tahun 2006
mulai semester kedua tahun pelajaran 2 0 14/2 015 samp ai ada ketetapan dari
Kementerian P end idikan d an Kebudayaan untuk melaksanakan Kurikulum 2013.
Pasal 2
(1) Sat u a n p e nd id i k a n d asa r d a n p e nd id i ka n me ne n ga h ya n g te l ah
melaksanakan Kurikulum 2013 selama 3 (tiga) semester tetap
menggunakan Kurikulum 2013.
(2) Satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang melaksanakan Kurikulum 2013
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan satuan pendidikan rintisan penerapan
Kurikulum 2013.
(3) Satuan pendidikan rintisan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat berganti
melaksanakan Kurikulum Tahun 2006 dengan melapor kepada dinas pendidikan
provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

148

(1) Satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang belum


melaksanakan Kurikulum 2013 mendapatkan pelatihan dan
pendampingan bagi:
a. kepala satuan pendidikan;
b. p e n d i d i k ;
c. tenaga kepend id ikan; dan
d. pengawas satuan pendidikan.
(2) Pelatihan dan pendampingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) b ertujuan
meningkatkan ko mpetensi dan penyiapan pelaksanaan Kurikulum 2013.
(3) Pelatihan dan pendampingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Pasal 4
Satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah dapat melaksanakan Kurikulum
Tahun 2006 pa ling lama sampai dengan tahun pelajaran 2019/ 2020.

Pasal 5
Hal-hal yang belum diatur terkait dengan prosedur pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 serta tata cara satuan pendidikan yang siap
melaksanakan Kurikulum 2013 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 diatur oleh Direktur
Jenderal Pendidikan Dasar dan Direktur Jenderal Pendidikan Menengah setelah berkoordinasi
dengan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan.
Pasal 6
Ketentuan lebih lanjut mengenai Kurikulum Tahun 2006 sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 diatur dalam Peraturan Menteri tersendiri.
Pasal 7
Satuan pendidikan anak usia dini melaksanakan Kurikulum 2013 sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 8
Satuan pendidikan khusus melaksanakan Kurikulum 2013 sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 9
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 11 Desember 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
ANIES BASWEDAN

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 12 Desember 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
YASONNA H. LAOLY
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 1902
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

149

TRIANGULASI DATA

Berikut ini adalah hasil data penelitian “Wacana Perundang-Undangan Tentang Pendidikan Tahun 2014: Struktur Kalimat dan Struktur Paragraf serta

Pola Pengembangannya” yang perlu ditriangulasi oleh ahli atau pakar. Berilah tanda centang (√) pada kolom “setuju” atau “tidak setuju” yang

menggambarkan penilaian Anda terhadap hasil analisis struktur kalimat dan struktur paragraf serta pola pengembangannya, kemudian berilah catatan pada

kolom keterangan yang dapat membantu kebenaran hasil analisis struktur kalimat dan struktur paragraf serta pola pengembangannya.

I. Analisis kalimat

Triangulator
Kete-
No. Data Kode Unsur Kalimat Struktur Kalimat Tidak
Setuju rangan
Setuju
1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN I.A.1 Frasa (tidak mengandung unsur S P O
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA Pel. Ket).
NOMOR 44 TAHUN 2014
TENTANG √
F
BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU
PANDUAN GURU
UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR
BIASA
2. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA I.A.2 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
ESA MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Ket. Alat
REPUBLIK INDONESIA MENTERI PENDIDIKAN DAN K-S √
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA
S
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

150

3. Menimbang : a. bahwa dalam rangka I.A.3 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-P- O
melaksanakan ketentuan MAHA ESA) K-S-P-O
Pasal 43 ayat (5) Peraturan (Ket. Alat)
Pemerintah Nomor 32 Tahun (MENTERI PENDIDIKAN DAN
2013 tentang Perubahan Atas KEBUDAYAAN REPUBLIK
Peraturan Pemerintah Nomor INDONESIA)
19 Tahun 2005 tentang (S)
Standar Nasional Pendidikan, Menimbang
Tim Penilai Buku telah P
melakukan penilaian bahwa dalam rangka… di Sekolah
kelayakan isi, bahasa, Menengah Atas Luar Biasa;
penyajian, dan kegrafikaan O √
buku teks pelajaran dan buku bahwa dalam rangka… tentang Standar
panduan guru untuk digunakan Nasional Pendidikan,
dalam pembelajaran di Ket. Tempat
Sekolah Menengah Atas Luar
Biasa; Tim Penilai Buku
S
telah melakukan
P
penilaian kelayakan isi,… di Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa;
O
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

151

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-(P)- O


dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan MAHA ESA) K-P-O
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Ket. Alat)
tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Guru untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa; KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Menimbang)
(P)
bahwa berdasarkan pertimbangan…

Sekolah Menengah Atas Luar Biasa;
O
bahwa berdasarkan pertimbangan…
pada huruf a,
Ket. Sebab
perlu menetapkan
P
Peraturan Menteri Pendidikan…
Menengah Atas Luar Biasa;
O
Mengingat: 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
2003 tentang Sistem MAHA ESA)
Pendidikan Nasional (Ket. Alat)
(Lembaran Negara Republik (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Indonesia tahun 2003 Nomor KEBUDAYAAN REPUBLIK
78, Tambahan Lembaran INDONESIA) (K)-(S)-P-O

Negara Republik Indonesia (S)
Nomor 4301); Mengingat
P
Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003… Indonesia Nomor 4301);
O
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-(P)-O

tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran MAHA ESA)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

152

Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor (Ket. Alat)


41 , Tambahan Lembaran Negara Republik (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Indonesia Nomor 4496), sebagaimana telah KEBUDAYAAN REPUBLIK
diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 INDONESIA)
Tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan (S)
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang (Mengingat)
Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara (P)
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 2005… Indonesia Nomor 5410);
Nomor 5410); O
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
tentang Pembentukan dan Organisasi MAHA ESA)
Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa (Ket. Alat)
kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Nomor 13 Tahun 2014; KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun
2009… Nomor 13 Tahun 2014;
O
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi MAHA ESA)
Kementerian Negara, serta Susunan Organisasi, (Ket. Alat)
Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara (MENTERI PENDIDIKAN DAN
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir KEBUDAYAAN REPUBLIK
dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

2014; (S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun
2010… Nomor 14 Tahun 2014;
O
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

153

5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 (DENGAN RAHMAT TUHAN


mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia YANG MAHA ESA)
Bersatu II sebagaimana telah diubah terakhir (Ket. Alat)
dengan Keputusan Presiden Nomor 8/P Tahun (MENTERI PENDIDIKAN DAN
2014; KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(S)
(Mengingat)
(P)
Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun
2009… Nomor 8/P Tahun 2014;
O
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar MAHA ESA)
Kompetensi Lulusan; (Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan... Kompetensi Lulusan;
O
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Nomor64 Tahun 2013 tentang Standar Isi; MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK (K)-(S)-(P)-O

INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

154

Peraturan Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan… tentang Standar Isi;
O
MEMUTUSKAN: (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
Menetapkan: PERATURAN MENTERI (Ket. Alat)
PENDIDIKAN DAN (MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN TENTANG KEBUDAYAAN REPUBLIK
BUKU TEKS PELAJARAN DAN INDONESIA)
(K)-(S)-P-O
BUKU PANDUAN GURU (S) √
UNTUK SEKOLAH MEMUTUSKAN
MENENGAH ATAS LUAR P
BIASA. Menetapkan PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN… ATAS LUAR
BIASA.
O
4. Pasal 1 I.A.4 Menetapkan
(1) Menetapkan Buku Teks Pelajaran dan Buku P
Panduan Guru sebagai buku siswa dan buku guru Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan
yang layak digunakan dalam pembelajaran di Guru sebagai buku siswa dan buku gur u
Sekolah Menengah Atas Luar Biasa. yang layak digunakan dalam
pembelajaran di Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa.
O P-O

Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan S-P-K
Guru
S
sebagai buku siswa dan buku guru yang
layak digunakan dalam pembelajaran
P
di Sekolah Menengah Atas Luar Biasa.
Ket. Tempat
5. (2) Buku Teks Pelajaran sebagaimana dimaksud I.A.5 (2) Buku Teks Pelajaran sebagaimana
S-P-K √
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang dimaksud pada ayat (1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

155

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari S


Peraturan Menteri ini. tercantum
P
dalam Lampiran I yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Ket. Tempat
6. (3) Buku Panduan Guru sebagaimana dimaksud I.A.6 (3) Buku Panduan Guru sebagaimana
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II yang dimaksud pada ayat (1)
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari S
Peraturan Menteri ini. tercantum
P S-P-K √
dalam Lampiran II yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Ket. Tempat
7. Pasal 2 I.A.7 Peraturan ini
S
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal mulai berlaku
S-P-K √
diundangkan. P
pada tanggal diundangkan.
Ket. Waktu
8. Agar setiap orang mengetahuinya, I.A.8 Agar setiap orang mengetahuinya
memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri Ket. Tujuan
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara memerintahkan
Republik Indonesia. P
Pengundangan Peraturan Menteri ini K-P-O-K √
O
dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Ket. Cara
9. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 9 Juni 2014, I.A.9 Ditetapkan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik P P-K-Pel. √
Indonesia. di Jakarta pada tanggal 9 Juni 2014,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

156

Ket. Waktu
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Pelengkap
10. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 20 Juni I.A.10 Diundangkan
2014 Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia P
Republik Indonesia, Amir Syamsudin, berita di Jakarta pada tanggal 20 Juni 2014
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor Ket. Waktu P-K-Pel. √
853. Menteri Hukum… Tahun 2014 Nomor
853.
Pelengkap
11. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN I.B.1 Frasa (tidak mengandung unsur S P O
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA Pel. Ket).
NOMOR 45 TAHUN 2014
F √
TENTANG
STANDAR PROSES PENDIDIKAN DASAR
DAN MENENGAH
12. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA I.B.2 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
ESA MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN Ket. Alat
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PENDIDIKAN DAN K-S √
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA
S
13. Menimbang: I.B.3 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-P- O
a. bahwa dalam rangka MAHA ESA) K-P-Pel.
memperkuat jati diri bangsa (Ket. Alat)
diperlukan pembinaan dan (MENTERI PENDIDIKAN DAN
pengembangan kesiswaan KEBUDAYAAN REPUBLIK

untuk menciptakan suasana INDONESIA)
dan tata kehidupan satuan (S)
pendidikan yang baik dan Menimbang
sehat, sehingga menjamin P
kelancaran proses belajar bahwa dalam rangka … proses belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

157

mengajar; mengajar;
O
bahwa dalam rangka memperkuat jati
diri bangsa
Ket. Tempat
diperlukan
P
pembinaan dan pengembangan
kesiswaan untuk menciptakan suasana
dan tata kehidupan satuan pendidikan
yang baik dan sehat, sehingga menjamin
kelancaran proses belajar mengajar;
Pelengkap
b. bahwa salah satu upaya dalam rangka (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-(P)- O
memperkuat jati diri bangsa sebagaimana MAHA ESA) K-P-Pel.
dimaksud pada huruf a, perlu diatur pakaian (Ket. Alat)
seragam sekolah guna meningkatkan citra satuan (MENTERI PENDIDIKAN DAN
pendidikan serta meningkatkan persatuan dan KEBUDAYAAN REPUBLIK
kesatuan di kalangan peserta didik; INDONESIA)
(S)
(Menimbang)
(P)
bahwa salah satu upaya… di kalangan

peserta didik;
O
bahwa salah satu upaya…sebagaimana
dimaksud pada huruf a
Ket. Cara
perlu diatur
P
pakaian seragam sekolah… kesatuan di
kalangan peserta didik;
Pelengkap
c.bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-(P)- O √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

158

dimaksud pada huruf a dan b, perlu menetapkan MAHA ESA) K-P-O


Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Ket. Alat)
tentang Pakaian Seragam Sekolah bagi Peserta (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Didik Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah; KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Menimbang)
(P)
bahwa berdasarkan
pertimbangan…Pendidikan Dasar dan
Menengah;
O
bahwa berdasarkan… sebagaimana
dimaksud padahuruf a dan b,
Ket. Sebab
perlu menetapkan
P
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan … Peserta Didik Jenjang
Pendidikan Dasar dan Menengah;
O
Mengingat: (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
1.Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang MAHA ESA)
Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara (Ket. Alat)
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia KEBUDAYAAN REPUBLIK
Nomor 4301); INDONESIA)
(K)-(S)-P-O
(S) √
Mengingat
P
Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003… Indonesia Nomor 4301);
O
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

159

2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG


tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran MAHA ESA)
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor (Ket. Alat)
42, Tambahan Lembaran Negara Republik (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah KEBUDAYAAN REPUBLIK
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

2013 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah (S)
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional (Mengingat)
Pendidikan (Lembaran Negara Republik (P)
Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Peraturan Pemerintah Nomor 19
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Tahun… Indonesia Nomor 5410).
5410); O
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
tentang Pembentukan dan Organisasi MAHA ESA)
Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa (Ket. Alat)
kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Nomor 91 Tahun 2011 (Lembaran Negara KEBUDAYAAN REPUBLIK
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 141); INDONESIA)
(S) (K)-(S)-(P)-O

(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun
2009 … 2011 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
141).
O
4.Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
tentang Pembentukan dan Organisasi MAHA ESA)
Kementerian Negara sebagaimana telah diubah (Ket. Alat)
beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden (K)-(S)-(P)-O

Nomor 13 Tahun 2014; (MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

160

(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden… Peraturan Presiden
Nomor 13 Tahun 2014.
O
5.Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi MAHA ESA)
Kementerian Negara serta Susunan, Organisasi, (Ket. Alat)
Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara (MENTERI PENDIDIKAN DAN
sebagaimana telah diubah terakhir dengan KEBUDAYAAN REPUBLIK
Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014; INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden … Peraturan Presiden
Nomor 14 Tahun 2014
O
6.Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia MAHA ESA)
Bersatu II sebagaimana telah diubah beberapa kali (Ket. Alat)
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 8/P (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Tahun 2014; KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S) (K)-(S)-(P)-O

(Mengingat)
(P)

Keputusan Presiden … Peraturan


Presiden Nomor 8/P Tahun 2014.
O
7.Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
(K)-(S)-(P)-O
Nomor 1 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata MAHA ESA) √
(Ket. Alat)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

161

Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (MENTERI PENDIDIKAN DAN


sebagaimana telah diubah dengan Peraturan KEBUDAYAAN REPUBLIK
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 25 INDONESIA)
Tahun 2014; (S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan…
Nomor 25 Tahun 2014.
O
8.Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan; MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan… tentang
Pembinaan Kesiswaan.
O
MEMUTUSKAN: (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
Menetapkan: PERATURAN MENTERI (Ket. Alat)
PENDIDIKAN DAN (MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN TENTANG KEBUDAYAAN REPUBLIK
PAKAIAN SERAGAM INDONESIA)
(K)-(S)-P-O
SEKOLAH BAGI PESERTA (S) √
DIDIK PADA JENJANG MEMUTUSKAN
PENDIDIKAN DASAR DAN P
MENENGAH. Menetapkan PERATURAN
MENTERI… PENDIDIKAN DASAR
DAN MENENGAH.
O
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

162

14. KETENTUAN UMUM I.B.4 Dalam Peraturan Menteri ini yang


Pasal 1 dimaksud dengan
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud Ket. Tempat
dengan: Sekolah
1. Sekolah adalah Sekolah Dasar/Sekolah Dasar S
Luar Biasa (SD/SDLB), Sekolah Menengah adalah Sekolah Dasar/Sekolah Dasar K-S-P

Pertama/Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Luar Biasa (SD/SDLB)… baik negeri
(SMP/SMPLB), Sekolah Menengah Atas/Sekolah maupun swasta.
Menengah Atas Luar Biasa (SMA/SMALB), dan P
Sekolah Menengah Kejuruan/Sekolah Menengah
Kejuruan Luar Biasa (SMK/SMKLB) baik negeri
maupun swasta.
15. 2. Pakaian seragam nasional adalah pakaian yang I.B.5 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
dikenakan pada hari belajar oleh peserta didik di dimaksud dengan)
sekolah, yang jenis, model, dan warnanya sama (Ket. Tempat)
berlaku secara nasional. Pakaian seragam nasional (K)-S-P

S
adalah pakaian yang dikenakan pada
hari… berlaku secara nasional.
P
16. 3. Pakaian seragam khas sekolah adalah pakaian I.B.6 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
seragam bercirikan karakteristik sekolah yang dimaksud dengan)
dikenakan oleh peserta didik pada hari tertentu, (Ket. Tempat)
(K)-S-P
dalam rangka meningkatkan kebanggaan peserta Pakaian seragam khas sekolah

didik terhadap sekolahnya. S
adalah pakaian seragam bercirikan…
peserta didik terhadap sekolahnya.
P
17. 4. Pakaian seragam khas muslimah adalah I.B.7 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
pakaian seragam yang dikenakan oleh peserta dimaksud dengan)
didik muslimah karena keyakinan pribadinya (Ket. Tempat) (K)-S-P

sesuai dengan jenis, model, dan warna yang telah Pakaian seragam khas muslimah
ditentukan dalam kegiatan proses belajar S
mengajar untuk semua jenis pakaian seragam adalah pakaian seragam yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

163

sekolah. dikenakan… jenis pakaian seragam


sekolah.
P
O

18. 5. Atribut adalah kelengkapan pakaian seragam I.B.8 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
nasional yang menunjukkan identitas masing- dimaksud dengan)
masing sekolah terdiri dari badge organisasi (Ket. Tempat)
kesiswaan, badge merah putih, badge nama atribut (K)-S-P

peserta didik, badge nama sekolah dan nama S
kabupaten/kota. adalah kelengkapan pakaian seragam…
nama sekolah dan nama kabupaten/kota.
P
19. BAB II I.B.9 Penetapan pakaian seragam sekolah
TUJUAN S
Pasal 2 bertujuan
P
Penetapan pakaian seragam sekolah bertujuan: menanamkan dan menumbuhkan rasa…
S-P-Pel. √
a. menanamkan dan menumbuhkan rasa di kalangan peserta didik.
nasionalisme, kebersamaan, serta memperkuat Pelengkap
persaudaraan sehingga dapat menumbuhkan
semangat kesatuan dan persatuan di kalangan
peserta didik;
20. b. meningkatkan rasa kesetaraan tanpa I.B.10 (Penetapan pakaian seragam sekolah)
memandang kesenjangan sosial ekonomi (S)
orangtua/wali peserta didik; (bertujuan)
(P) (S)-(P)- Pel. √
meningkatkan rasa kesetaraan…
orangtua/wali peserta didik.
Pelengkap
21. c. meningkatkan disiplin dan tanggungjawab I.B.11 (Penetapan pakaian seragam sekolah)
peserta didik serta kepatuhan terhadap peraturan (S)
(S)-(P)- Pel. √
yang berlaku; dan (bertujuan)
(P)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

164

meningkatkan disiplin… peraturan yang


berlaku.
Pelengkap
22. d. menjadi acuan bagi sekolah dalam menyusun I.B.12 (Penetapan pakaian seragam sekolah)
tata tertib dan disiplin peserta didik khususnya (S)
yang mengatur pakaian seragam sekolah. (bertujuan)
(P) (S)-(P)- Pel. √
menjadi acuan bagi sekolah … pakaian
seragam sekolah
Pelengkap
23. BAB III I.B.13 Pakaian seragam sekolah
JENIS, WARNA, DAN MODEL S
Pasal 3 terdiri dari
(1) Pakaian seragam sekolah terdiri dari: P
S-P-Pel. √
a. Pakaian seragam nasional; a.Pakaian seragam nasional; b. Pakaian
b. Pakaian seragam kepramukaan; atau seragam kepramukaan; atau c. Pakaian
c. Pakaian seragam khas sekolah. seragam khas sekolah.
Pelengkap
24. (2) Jenis pakaian seragam sekolah terdiri dari: I.B.14 Jenis pakaian seragam sekolah
a. Pakaian seragam sekolah untuk peserta didik S
putra; terdiri dari
b. Pakaian seragam sekolah untuk peserta didik P
S-P-Pel. √
putri. Pakaian seragam sekolah untuk peserta
didik putra b. Pakaian seragam sekolah
untuk peserta didik putri.
Pelengkap
25. (3) Warna pakaian seragam nasional untuk: I.B.15 Warna pakaian seragam nasional
a. SD/SDLB: kemeja putih, celana/rok warna SD/SDLB:
merah hati; S
S-P √
kemeja putih, celana/rok warna merah
hati;
P
26. b. SMP/SMPLB: kemeja putih, celana/rok warna I.B.16 Warna pakaian seragam nasional b. S-P √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

165

biru tua; SMP/SMPLB:


S
kemeja putih, celana/rok warna biru tua;
P

27. c. SMA/SMALB/SMK/SMKLB: kemeja putih, I.B.17 Warna pakaian seragam nasional b. c.


celana/rok warna abu-abu. SMA/SMALB/SMK/SMKLB:
S S-P √
kemeja putih, celana/rok warna abu-abu.
P
28. (4) Ketentuan pakaian seragam sebagaimana I.B.18 Ketentuan pakaian seragam sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut: dimaksud pada ayat (1)
a. Pakaian seragam nasional mengacu pada S
Lampiran I yang merupakan bagian tidak sebagai berikut
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini; P
pakaian seragam nasional mengacu pada
Lampiran I yang merupakan bagian tidak
S-P-Pel.
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini; √
Pelengkap
S-P
pakaian seragam nasional
S
mengacu pada Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini;
P
29. b. Model pakaian seragam nasional sebagaimana I.B.19 (Ketentuan pakaian seragam
tercantum dalam Lampiran II yang merupakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1))
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri (S)
ini. (sebagai berikut)
(P) (S)-(P)-Pel. √
Model pakaian seragam nasional
sebagaimana tercantum dalam Lampiran
II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

166

Pelengkap
30. c. Pakaian seragam kepramukaan mengacu pada I.B.20 (Ketentuan pakaian seragam
ketentuan peraturan kwartir nasional gerakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1))
pramuka; (S)
(sebagai berikut)
(P)
Pakaian seragam kepramukaan mengacu
pada ketentuan peraturan kwartir (S)-(P)-Pel.

nasional gerakan pramuka; S-P
Pelengkap
Pakaian seragam kepramukaan
S
mengacu pada ketentuan peraturan
kwartir nasional gerakan pramuka;
P
31. d. Pakaian seragam khas sekolah diatur oleh I.B.21 (Ketentuan pakaian seragam
masing-masing sekolah dengan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1))
memperhatikan hak setiap warga negara untuk (S)
menjalankan keyakinan agamanya masing- (sebagai berikut)
masing. (P)
Pakaian seragam khas sekolah diatur
oleh masing-masing sekolah dengan
tetap memperhatikan hak setiap warga
negara untuk menjalankan keyakinan
agamanya masing-masing. (S)-(P)-Pel. √
Pelengkap S-P-Pel.
Pakaian seragam khas sekolah
S
diatur
P
oleh masing-masing sekolah dengan
tetap memperhatikan hak setiap warga
negara untuk menjalankan keyakinan
agamanya masing-masing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

167

Pel.
32. BAB IV I.B.22 Pengadaan pakaian seragam sekolah
PENGADAAN DAN PENGGUNAAN S
Pasal 4 diusahakan sendiri
P S-P-Pel. √
(1) Pengadaan pakaian seragam sekolah oleh orangtua atau wali peserta didik.
diusahakan sendiri oleh orangtua atau wali peserta Pelengkap
didik.
33. 2) Pengadaan pakaian seragam sekolah tidak I.B.23 Pengadaan pakaian seragam sekolah
boleh dikaitkan dengan pelaksanaan penerimaan S
peserta didik baru atau kenaikan kelas. tidak boleh dikaitkan
P S-P-Pel. √
dengan pelaksanaan penerimaan… atau
kenaikan kelas.
Pelengkap
34. Pasal 5 I.B.24 Pakaian seragam nasional
S
(1) Pakaian seragam nasional dikenakan pada hari dikenakan
Senin, Selasa, dan pada hari lain saat pelaksanaan P S-P-K √
Upacara Bendera. pada hari Senin,… lain saat pelaksanaan
Upacara Bendera.
Ket. Waktu
35. (2) Pada saat Upacara Bendera dilengkapi topi pet I.B.25 Pada saat Upacara Bendera
dan dasi sesuai warna seragam masing-masing Ket. Waktu
jenjang sekolah, dilengkapi dengan logo tut wuri dilengkapi
handayani di bagian depan topi. P1
topi pet dan dasi sesuai… masing-masing
jenjang sekolah.
K- P1-Pel.- P2-K-K √
Pelengkap
dilengkapi
P2
dengan logo tut wuri handayani
Ket. Alat
di bagian depan topi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

168

Ket. Tempat
36. (3) Selain hari sebagaimana dimaksud pada ayat I.B.26 Selain hari sebagaimana dimaksud pada
(1) peserta didik dapat mengenakan pakaian ayat (1)
seragam kepramukaan atau pakaian seragam khas Ket. Pengecualian
sekolah yang diatur oleh masing-masing sekolah. peserta didik
S
dapat mengenakan K-S-P-O √
P
pakaian seragam kepramukaan atau
pakaian seragam khas sekolah yang
diatur oleh masing-masing sekolah.
O
37. BAB V I.B.27 Sekolah yang melanggar ketentuan
SANKSI dalam Peraturan Menteri ini
Pasal 6 S
akan dikenakan
S-P-Pel. √
Sekolah yang melanggar ketentuan dalam P
Peraturan Menteri ini akan dikenakan sanksi sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- perundang-undangan.
undangan. Pelengkap
38. BAB VI I.B.28 Peraturan ini
PENUTUP S
Pasal 7 mulai berlaku
S-P-K √
P
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal pada tanggal diundangkan.
diundangkan. Ket. Waktu
39. Agar setiap orang mengetahuinya, I.B.29 Agar setiap orang mengetahuinya
memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri Ket. Tujuan
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara memerintahkan
Republik Indonesia. P
K-P-O-K √
Pengundangan Peraturan Menteri ini
O
dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

169

Ket. Cara
40. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 9 Juni 2014, I.B.30 Ditetapkan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik P
Indonesia. di Jakarta pada tanggal 9 Juni 2014,
Ket. Waktu P-K-Pel. √
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Pelengkap
41. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 11 Juni I.B.31 Diundangkan
2014 Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia P
Republik Indonesia, Amir Syamsudin, berita di Jakarta pada tanggal 11 Juni 2014
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor Ket. Waktu P-K-Pel. √
768. Menteri Hukum… Tahun 2014 Nomor
768.
Pelengkap
42. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN I.C.1 Frasa (tidak mengandung unsur S P O
KEBUDAYAAN Pel. Ket).
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 51 TAHUN 2014
TENTANG F √
BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU
PANDUAN GURU
UNTUK PENDIDIKAN DASAR DAN
PENDIDIKAN MENENGAH
43. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA I.C.2 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
ESA MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN Ket. Alat
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PENDIDIKAN DAN K-S √
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA
S
44. Menimbang: a. bahwa dalam rangka I.C.3 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-P- O

melaksanakan ketentuan Pasal MAHA ESA) K-S-P-O
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

170

43 ayat (5) Peraturan Pemerintah Ket. Alat


Nomor 32 Tahun 2013 tentang (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Perubahan Atas Peraturan KEBUDAYAAN REPUBLIK
Pemerintah Nomor 19 Tahun INDONESIA)
2005 tentang Standar Nasional S
Pendidikan, Tim Penelaah Buku Menimbang
telah melakukan penilaian P
kelayakan isi, kebahasaan, bahwa dalam rangka… digunakan dalam
penyajian, dan kegrafikaan buku pembelajaran;
teks O
pelajaran dan buku panduan guru bahwa dalam rangka… Standar
untuk digunakan dalam Nasional Pendidikan
pembelajaran; Ket. Tempat
Tim Penelaah Buku.
S
telah melakukan
P
penilaian kelayakan isi… untuk
digunakan dalam pembelajaran;
O
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-(P)- O
dimaksud pada huruf a perlu menetapkan MAHA ESA) K-P-O
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Ket. Alat)
tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Guru untuk Pendidikan Dasar dan Pendidikan KEBUDAYAAN REPUBLIK
Menengah; INDONESIA)
(S)

(Menimbang)
(P)
bahwa berdasarkan pertimbangan…
Dasar dan Pendidikan Menengah;
O
bahwa berdasarkan pertimbangan…
dimaksud pada huruf a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

171

Ket. Sebab
perlu menetapkan
P
Peraturan Menteri Pendidikan …
Pendidikan Menengah;
O
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
2003 Tentang Sistem Pendidikan MAHA ESA)
Nasional (Lembaran Negara (Ket. Alat)
Republik Indonesia Tahun 2003 (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Nomor 78, Tambahan Lembaran KEBUDAYAAN REPUBLIK
Negara Republik Indonesia INDONESIA) (K)-(S)-P-O

Nomor 4301); (S)
Mengingat
P
Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003… Indonesia Nomor 4301);
O
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran MAHA ESA)
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor (Ket. Alat)
41, Tambahan Lembaran Negara Republik (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah KEBUDAYAAN REPUBLIK
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

2013 tentang Perubahan Atas Peraturan (S)
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang (Mengingat)
Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara (P)
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun… Indonesia Nomor 5410);
Nomor 5410); O
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 (DENGAN RAHMAT TUHAN
tentang YANG MAHA ESA) (K)-(S)-(P)-O

Pembentukan dan Organisasi Kementerian (Ket. Alat)
Negara, (MENTERI PENDIDIKAN DAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

172

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir KEBUDAYAAN REPUBLIK


dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2013 INDONESIA)
tentang Perubahan Kelima atas Peraturan (S)
Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang (Mengingat)
Pembentukan dan Organisasi Kementerian (P)
Negara; Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun
2009… Kementerian Negara;
O
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
tentang MAHA ESA)
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian (Ket. Alat)
Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Fungsi Eselon I Kementerian Negara KEBUDAYAAN REPUBLIK
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2013 (S)
tentang Perubahan Kelima atas Peraturan (Mengingat)
Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang (P)
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun
Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan 2010… Kementerian Negara;
Fungsi Eselon 1 Kementerian Negara; O
5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet MAHA ESA)
Indonesia Bersatu II sebagaimana telah beberapa (Ket. Alat)
kali diubah, terakhir dengan Keputusan Presiden (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Nomor 8/P Tahun 2014; KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(S)
(Mengingat)
(P)
Keputusan Presiden Republik… Nomor
8/P Tahun 2014;
O
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-(P)-O

Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar MAHA ESA)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

173

Kompetensi Lulusan; (Ket. Alat)


(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan… Standar
Kompetensi Lulusan;
O
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi; MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri… Tahun 2013 tentang
Standar Isi;
O
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Nomor 67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar MAHA ESA)
dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah (Ket. Alat)
Ibtidaiyah; (MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan…
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
O
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

174

9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG


Nomor 68 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar MAHA ESA)
dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah (Ket. Alat)
Pertama/Madrasah Tsanawiyah; (MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(K)-(S)-(P)-O
(S) √
(Mengingat)
(P)

Peraturan Menteri Pendidikan…


Pertama/Madrasah Tsanawiyah;
O
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang MAHA ESA)
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah (Ket. Alat)
Menengah Atas/Madrasah Aliyah; (MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan…
Atas/Madrasah Aliyah;
O
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Kebudayaan Nomor 70 Tahun 2013 tentang MAHA ESA)
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah (Ket. Alat)
Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan; (MENTERI PENDIDIKAN DAN
(K)-(S)-(P)-O
KEBUDAYAAN REPUBLIK √
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

175

Peraturan Menteri Pendidikan…


Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan;
O
MEMUTUSKAN: (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
MAHA ESA)
Menetapkan: PERATURAN MENTERI (Ket. Alat)
PENDIDIKAN DAN (MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN KEBUDAYAAN REPUBLIK
TENTANG BUKU INDONESIA) (K)-(S)-P-O

TEKS PELAJARAN (S)
DAN BUKU PANDUAN MEMUTUSKAN
GURU UNTUK P
PENDIDIKAN DASAR Menetapkan: PERATURAN MENTERI
DAN PENDIDIKAN …PENDIDIKAN MENENGAH.
MENENGAH. O
45. Pasal 1 I.C.4 Menetapkan
(1) Menetapkan buku teks pelajaran sebagai buku P
siswa dan buku panduan guru untuk Pendidikan buku teks… Pendidikan Dasar dan
Dasar dan Pendidikan Menengah yaitu kelas II, Pendidikan Menengah yaitu kelas II, P-O √
Kelas V, Kelas VIII, kelas X, dan kelas XI yang Kelas V, Kelas VIII, kelas X, …
layak digunakan dalam pembelajaran. digunakan dalam pembelajaran.
O
46. (2) Buku teks pelajaran sebagai buku siswa I.C.5 Buku teks pelajaran sebagai buku siswa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang S
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. tercantum
P S-P-K √
dalam Lampiran I yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Ket. Tempat
47. (3) Buku panduan guru sebagaimana dimaksud I.C.6 Buku panduan guru sebagaimana
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II yang dimaksud pada ayat (1) S-P-K √
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari S
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

176

Peraturan Menteri ini. tercantum


P
dalam Lampiran II yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Ket. Tempat
48. Pasal 2 I.C.7 Peraturan ini
S
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal mulai berlaku
S-P-K √
diundangkan. P
pada tanggal diundangkan.
Ket. Waktu
49. Agar setiap orang mengetahuinya, I.C.8 Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri Ket. Tujuan
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara memerintahkan
Republik Indonesia. P
Pengundangan Peraturan Menteri ini K-P-O-K √
O
dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Ket. Cara
50. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 19 Juni 2014, I.C.9 Ditetapkan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik P
Indonesia. di Jakarta pada tanggal 19 Juni 2014,
Ket. Waktu P-K-Pel. √
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Pelengkap
51. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 24 Juni I.C.10 Diundangkan
2014 Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia P
Republik Indonesia, Amir Syamsudin, berita di Jakarta pada tanggal 24 Juni 2014
P-K-Pel. √
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor Ket. Waktu
862. Menteri Hukum… Tahun 2014 Nomor
862.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

177

Pelengkap
52. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN I.D.1 Frasa (tidak mengandung unsur S P O
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA Pel.I Ket).
NOMOR 55 TAHUN 2014 .
F √
TENTANG D
MASA ORIENTASI PESERTA DIDIK BARU .
DI SEKOLAH
53. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA I.D.2 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
ESA MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN Ket. Alat
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PENDIDIKAN DAN K-S √
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA
S
54. Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengenalan I.D.3 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-P- O
program sekolah, lingkungan MAHA ESA) K-P-Pel.
sekolah, cara belajar, dan (Ket. Alat)
konsep pengenalan diri (MENTERI PENDIDIKAN DAN
terhadap peserta didik baru KEBUDAYAAN REPUBLIK
perlu dilaksanakan masa INDONESIA)
orientasi peserta didik baru; (S)
Menimbang
P
bahwa dalam rangka pengenalan √
program… terhadap peserta didik baru;
O
bahwa dalam rangka pengenalan…
terhadap peserta didik baru
Ket. Tempat
perlu dilaksanakan
P
masa orientasi peserta didik baru;
Pelengkap
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-(P)- O √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

178

dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan MAHA ESA) K-P-O


Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Ket. Alat)
tentang Masa Orientasi Peserta Didik Baru di (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Sekolah; KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Menimbang)
(P)
bahwa berdasarkan pertimbangan…
Peserta Didik Baru di Sekolah;
O
bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud pada huruf a,
Ket. Sebab
perlu menetapkan
P
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan… Didik Baru di Sekolah;
O
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Tahun 2003 Tentang Sistem MAHA ESA)
Pendidikan Nasional (Ket. Alat)
(Lembaran Negara Republik (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Indonesia Tahun 2003 Nomor KEBUDAYAAN REPUBLIK
78, Tambahan Lembaran INDONESIA) (K)-(S)-P-O

Negara Republik Indonesia (S)
Nomor 4301); Mengingat
P
Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003… Indonesia Nomor 4301);
O
2. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
(K)-(S)-(P)-O
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan MAHA ESA) √
Pendidikan (Lembaran Negara Republik (Ket. Alat)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

179

Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan (MENTERI PENDIDIKAN DAN


Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor KEBUDAYAAN REPUBLIK
5105) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan INDONESIA)
Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 (Lembaran (S)
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor (Mengingat)
112, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5157); (P)
Peraturan Pemerintah Nomor 17
Tahun… Negara Nomor 5157);
O
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
tentang MAHA ESA)
Pembentukan dan Organisasi Kementerian (Ket. Alat)
Negara (MENTERI PENDIDIKAN DAN
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir KEBUDAYAAN REPUBLIK
dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

2014; (S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun
2009… Nomor 13 Tahun 2014;
O
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
tentang MAHA ESA)
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian (Ket. Alat)
Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Fungsi Eselon I Kementerian Negara, KEBUDAYAAN REPUBLIK
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

Presiden Nomor 14 Tahun 2014; (S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun
2010… Nomor 14 Tahun 2014;
O
5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-(P)-O
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

180

mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia MAHA ESA)


Bersatu I I sebagaimana telah diubah dengan (Ket. Alat)
Peraturan Presiden Nomor 8/P Tahun 2014; (MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun
2009… Nomor 8/P Tahun 2014;
O
MEMUTUSKAN: (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Menetapkan : PERATURAN MENTERI MAHA ESA)
PENDIDIKAN DAN (Ket. Alat)
KEBUDAYAAN (MENTERI PENDIDIKAN DAN
TENTANG MASA KEBUDAYAAN REPUBLIK
ORIENTASI INDONESIA) (K)-(S)-P-O

PESERTA DIDIK DI (S)
SEKOLAH. MEMUTUSKAN
P
Menetapkan PERATURAN MENTERI
… PESERTA DIDIK DI SEKOLAH.
O
55. Pasal 1 I.D.4 Setiap sekolah
Setiap sekolah menyelenggarakan masa orientasi S
peserta didik bagi peserta didik baru selama jam menyelenggarakan
belajar di sekolah pada minggu pertama masuk P S-P-O √
sekolah selama 3 (tiga) sampai dengan 5 (lima) masa orientasi peserta didik bagi… 3
hari. (tiga) sampai dengan 5 (lima) hari.
O
56. Pasal 2 I.D.5 Masa orientasi peserta didik
Masa orientasi peserta didik bertujuan untuk S
S-P-K √
mengenalkan program sekolah, lingkungan bertujuan
sekolah, cara belajar, penanaman konsep P
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

181

pengenalan diri peserta didik, dan kepramukaan untuk mengenalkan program sekolah,…
sebagai pembinaan awal ke arah terbentuknya tujuan pendidikan nasional.
kultur sekolah yang kondusif bagi proses Ket. Tujuan
pembelajaran lebih lanjut sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional.
57. Pasal 3 I.D.6 Sekolah
(1) Sekolah dilarang melaksanakan masa orientasi S
peserta didik yang mengarah kepada tindakan dilarang melaksanakan
S-P-O
kekerasan, pelecehan dan/atau tindakan destruktif P √
lainnya yang merugikan peserta didik baru baik masa orientasi peserta didik… di dalam
secara fisik maupun psikologis baik di dalam maupun di luar sekolah.
maupun di luar sekolah. O
58. (2) Sekolah dilarang memungut biaya dan I.D.7 Sekolah
membebani orangtua dan peserta didik dalam S
bentuk apapun. dilarang memungut
P S-P-O √
biaya dan membebani orangtua dan
peserta didik dalam bentuk apapun.
O
59. Pasal 4 I.D.8 Kepala sekolah dan guru di sekolah yang
Kepala sekolah dan guru di sekolah yang bersangkutan
bersangkutan bertanggungjawab dan wajib S
melaksanakan ketentuan sebagaimana diatur bertanggungjawab dan wajib S-P √
dalam Peraturan Menteri ini. melaksanakan ketentuan sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri ini.
P
60. Pasal 5 I.D.9 Dinas pendidikan
Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota provinsi/kabupaten/kota
mengendalikan masa orientasi peserta didik baru S
menjadi kegiatan yang bermanfaat, bersifat mengendalikan
S-P-O √
edukatif dan kreatif, bukan mengarah kepada P
tindakan destruktif dan/atau berbagai kegiatan masa orientasi peserta didik baru… fisik
lain yang merugikan siswa baru baik secara fisik maupun psikologis.
maupun psikologis. O
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

182

61. Pasal 6 I.D.10 Kepala sekolah dan guru yang


Kepala sekolah dan guru yang membiarkan membiarkan terjadinya penyimpangan
terjadinya penyimpangan dan/atau pelanggaran dan/atau pelanggaran ketentuan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan S
S-P-Pel. √
peraturan perundang-undangan. dikenakan
P
sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pelengkap
62. Pasal 7 I.D.11 Dengan berlakunya Peraturan Menteri
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, ini,
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor Ket. Alat
112/U/2001 tentang Masa Orientasi Siswa di Keputusan Menteri… Masa Orientasi K-S-P

Sekolah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Siswa di Sekolah
S
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
P
63. Pasal 8 I.D.12 Peraturan ini
S S-P-K
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal mulai berlaku

diundangkan. P
pada tanggal diundangkan.
Ket. Waktu
64. Agar setiap orang mengetahuinya, I.D.13 Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri Ket. Tujuan
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara memerintahkan
Republik Indonesia. P
Pengundangan Peraturan Menteri ini K-P-O-K √
O
dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Ket. Cara
65. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2 Juli 2014, I.D.14 Ditetapkan P-K-Pel. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

183

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik P


Indonesia. di Jakarta pada tanggal 2 Juli 2014,
Ket. Waktu
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Pelengkap
66. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 4 Juli 2014 I.D.15 Diundangkan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik P
Indonesia, Amir Syamsudin, berita Negara di Jakarta pada tanggal 4 Juli 2014
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 920. Ket. Waktu
P-K-Pel. √
Menteri Hukum… Tahun 2014 Nomor
920.
Pelengkap
67. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN I.E.1 Frasa (tidak mengandung unsur S P O
KEBUDAYAAN Pel. Ket).
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 62 TAHUN 2014
F √
TENTANG
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
PADA PENDIDIKAN DASAR DAN
PENDIDIKAN MENENGAH
68. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA I.E.2 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
ESA MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN Ket. Alat
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PENDIDIKAN DAN K-S √
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA
S
69. Menimbang : a. bahwa pengembangan potensi I.E.3 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-P- O
peserta didik sebagaimana MAHA ESA) S-P-Pel.
dimaksud dalam tujuan (Ket. Alat) √
pendidikan nasional dapat (MENTERI PENDIDIKAN DAN
diwujudkan melalui kegiatan KEBUDAYAAN REPUBLIK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

184

ekstrakurikuler yang INDONESIA)


merupakan salah satu (S)
kegiatan dalam program Menimbang
kurikuler; P
bahwa pengembangan potensi peserta
didik… dalam program kurikuler;
O
bahwa pengembangan potensi… melalui
kegiatan ekstrakurikuler
S
dapat diwujudkan
P
melalui kegiatan ekstrakurikuler yang
merupakan salah satu kegiatan dalam
program kurikuler;
Pelengkap
b. bahwa kegiatan ekstrakurikuler dapat (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-(P)- O
memfasilitasi pengembangan potensi peserta MAHA ESA) S-P-O
didik melalui pengembangan bakat, minat, dan (Ket. Alat)
kreativitas serta kemampuan berkomunikasi dan (MENTERI PENDIDIKAN DAN
bekerja sama dengan orang lain; KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Menimbang)
(P)

bahwa kegiatan ekstrakurikuler…
bekerja sama dengan orang lain;
O
bahwa kegiatan ekstrakurikuler
S
dapat memfasilitasi
P
pengembangan potensi peserta… bekerja
sama dengan orang lain;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

185

O
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-(P)- O
dimaksud pada huruf a dan huruf b perlu MAHA ESA) K-P-O
menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan (Ket. Alat)
Kebudayaan tentang Kegiatan Ekstrakurikuler (MENTERI PENDIDIKAN DAN
pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah; KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Menimbang)
(P)
bahwa berdasarkan pertimbangan… √
Dasar dan Pendidikan Menengah;
O
bahwa berdasarkan pertimbangan…
pada huruf a dan huruf b
Ket. Sebab
perlu menetapkan
P
Peraturan Menteri Pendidikan… Dasar
dan Pendidikan Menengah;
O
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
2003 tentang Sistem Pendidikan MAHA ESA)
Nasional (Lembaran Negara (Ket. Alat)
Republik Indonesia Tahun 2003 (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Nomor 78, Tambahan Lembaran KEBUDAYAAN REPUBLIK
Negara Republik Indonesia Nomor INDONESIA) (K)-(S)-P-O

4301); (S)
Mengingat
P
Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003… Indonesia Nomor 4301);
O
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

186

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG


tentang Gerakan Pramuka (Lembaran Negara MAHA ESA)
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 131, (Ket. Alat)
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Nomor 5169); KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(S)
(Mengingat)
(P)
Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2010… Indonesia Nomor 5169);
O
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
tentang Standar Nasional Pendidikan MAHA ESA)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan (Ket. Alat)
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 KEBUDAYAAN REPUBLIK
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun (S)
2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara (Mengingat)
Republik Indonesia Nomor 5410); (P)
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005… Indonesia Nomor 5410);
O
4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
tentang Pembentukan dan Organisasi MAHA ESA)
Kementerian Negara Republik Indonesia (Ket. Alat)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir (MENTERI PENDIDIKAN DAN
dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia KEBUDAYAAN REPUBLIK (K)-(S)-(P)-O

Nomor 13 Tahun 2014; INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

187

2009… Nomor 13 Tahun 2014;


O
5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan MAHA ESA)
Organisasi, dan Tata kerja Kementerian Negara (Ket. Alat)
Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa (MENTERI PENDIDIKAN DAN
kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden KEBUDAYAAN REPUBLIK
Nomor 14 Tahun 2014; INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun
2010… Nomor 14 Tahun 2014;
O
6. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia MAHA ESA)
Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah (Ket. Alat)
terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 54/P (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Tahun 2014; KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(S)
(Mengingat)
(P)
Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun
2009… Nomor 54/P Tahun 2014;
O
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar MAHA ESA)
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan (Ket. Alat)
Menengah; (MENTERI PENDIDIKAN DAN (K)-(S)-(P)-O

KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

188

(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan… Dasar dan Menengah;
O
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi MAHA ESA)
Pendidikan Dasar dan Menengah; (Ket. Alat)

(MENTERI PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN REPUBLIK
(K)-(S)-(P)-O
INDONESIA) √
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan… Dasar dan Menengah;
O
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses MAHA ESA)
Pendidikan Dasar dan Menengah; (Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan… Dasar dan Menengah;
O
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang MAHA ESA)
(K)-(S)-(P)-O
Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan (Ket. Alat) √
Menengah; (MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

189

INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan… Dasar dan Menengah;
O
MEMUTUSKAN: (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Menetapkan: PERATURAN MENTERI MAHA ESA)
PENDIDIKAN DAN (Ket. Alat)
KEBUDAYAAN TENTANG (MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEGIATAN KEBUDAYAAN REPUBLIK
EKSTRAKURIKULER PADA INDONESIA) (K)-(S)-P-O
PENDIDIKAN DASAR DAN (S)
PENDIDIKAN MENENGAH. MEMUTUSKAN
P
Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN… MENENGAH.
O
70. Pasal 1 I.E.4 Dalam Peraturan Menteri ini yang
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dimaksud dengan
dengan: Ket. Tempat
1. Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan Kegiatan Ekstrakurikuler
kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik di S
K-S-P
luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan
kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan dan oleh peserta didik di luar jam belajar
pengawasan satuan pendidikan. kegiatan intrakurikuler dan kegiatan
kokurikuler, di bawah bimbingan dan
pengawasan satuan pendidikan.
P
71. 2. Satuan pendidikan adalah Sekolah I.E.5 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah dimaksud dengan) (K)-S-P

Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (Ket. Tempat)
(SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Satuan pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

190

Aliyah (SMA/MA), dan Sekolah Menengah S


Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan adalah Sekolah Dasar/Madrasah
(SMK/MAK). Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs), Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), dan
Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah
Aliyah Kejuruan (SMK/MAK).
P
72. Pasal 2 I.E.6 Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan Ekstrakurikuler diselenggarakan dengan S
tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat, diselenggarakan
minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan P S-P-K √
kemandirian peserta didik secara optimal dalam dengan tujuan untuk mengembangkan…
rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan tujuan pendidikan nasional.
nasional. Ket. Tujuan
73. Pasal 3 I.E.7 Kegiatan Ekstrakurikuler
(1) Kegiatan Ekstrakurikuler terdiri atas: S
a. Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib; dan terdiri atas
P S-P-Pel. √
b. Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan.
Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib; dan b.
Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan.
Pelengkap
74. (2) Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib sebagaimana I.E.9 Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib… pada
dimaksud pada ayat (1) huruf a merupakan ayat (1) huruf a.
Kegiatan Ekstrakurikuler yang wajib S
diselenggarakan oleh satuan pendidikan dan wajib merupakan
S-P-Pel. √
diikuti oleh seluruh peserta didik. P
Kegiatan Ekstrakurikuler yang wajib…
oleh seluruh peserta didik.
Pelengkap
75. (3) Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib sebagaimana I.E.10 Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib… pada
dimaksud pada ayat (1) huruf a berbentuk ayat (1) huruf a S-P-Pel. √
pendidikan kepramukaan. S
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

191

berbentuk
P
pendidikan kepramukaan.
Pel.
76. (4) Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan sebagaimana I.E.11 Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan…
dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan dimaksud pada ayat (1) huruf b
Kegiatan Ekstrakurikuler yang dikembangkan dan S
diselenggarakan oleh satuan pendidikan sesuai merupakan
bakat dan minat peserta didik. P S-P-Pel. √
Kegiatan Ekstrakurikuler yang
dikembangkan… dan minat peserta
didik.
Pelengkap
77. (5) Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan sebagaimana I.E.12 Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan… pada
dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat berbentuk ayat (1) huruf b
latihan olah-bakat dan latihan olah-minat. S
dapat berbentuk
S-P-Pel. √
P
latihan olah-bakat dan latihan olah-
minat.
Pelengkap
78. Pasal 4 I.E.13 Pengembangan berbagai bentuk Kegiatan
(1) Pengembangan berbagai bentuk Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan
Ekstrakurikuler Pilihan dilakukan dengan S
mengacu pada prinsip: dilakukan
a. partisipasi aktif; dan . P S-P-K √
b. menyenangkan. dengan mengacu pada prinsip partisipasi
aktif; dan b. menyenangkan.
Ket. Cara
79. (2) Pengembangan berbagai bentuk Kegiatan I.E.14 Pengembangan berbagai bentuk Kegiatan
Ekstrakurikuler Pilihan dilakukan melalui Ekstrakurikuler Pilihan
tahapan: S S-P-K √
a. identifikasi kebutuhan, potensi, dan minat dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

192

peserta didik; P
b. analisis sumber daya yang diperlukan untuk melalui tahapan a.identifikasi kebutuhan,
penyelenggaraannya; potensi, dan minat peserta didik; b.
c. pemenuhan kebutuhan sumber daya sesuai analisis sumber daya yang diperlukan
pilihan peserta didik atau menyalurkannya ke untuk penyelenggaraannya;
satuan pendidikan atau lembaga lainnya; c. pemenuhan kebutuhan sumber daya
d. penyusunan program Kegiatan Ekstrakurikuler; sesuai pilihan peserta didik atau
dan menyalurkannya ke satuan pendidikan
e. penetapan bentuk kegiatan yang atau lembaga lainnya;
diselenggarakan. d. penyusunan program Kegiatan
Ekstrakurikuler; dan
e. penetapan bentuk kegiatan yang
diselenggarakan;
Ket. Cara
80. Pasal 5 I.E.15 Satuan pendidikan
(1) Satuan pendidikan wajib menyusun program S
Kegiatan Ekstrakurikuler yang merupakan bagian wajib menyusun
dari Rencana Kerja Sekolah. P S-P-O √
program Kegiatan Ekstrakurikuler…
bagian dari Rencana Kerja Sekolah.
O
81. (2) Program Kegiatan Ekstrakurikuler I.E.16 Program Kegiatan Ekstrakurikuler
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat: sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
a. rasional dan tujuan umum; S
b. deskripsi setiap kegiatan ekstrakurikuler; memuat
c. pengelolaan; P
S-P-O √
d. pendanaan; dan a.rasional dan tujuan umum b. deskripsi
e. evaluasi. setiap kegiatan ekstrakurikuler; c.
pengelolaan; d. pendanaan; dan e.
evaluasi.
O
82. (3) Program Kegiatan Ekstrakurikuler I.E.17 Program Kegiatan Ekstrakurikuler
S-P-Pel. √
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

193

disosialisasikan kepada peserta didik dan S


orangtua/wali pada setiap awal tahun pelajaran. disosialisasikan
P
kepada peserta didik dan orangtua/wali
pada setiap awal tahun pelajaran.
Pelengkap
83. Pasal 6 I.E.18 Pelaksanaan program Kegiatan
(1) Pelaksanaan program Kegiatan Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler mempertimbangkan penggunaan S
sumber daya bersama yang tersedia pada gugus mempertimbangkan
S-P-O √
sekolah atau klaster sekolah. P
penggunaan sumber daya… pada gugus
sekolah atau klaster sekolah.
O
84. (2) Penggunaan sumber daya bersama I.E.19 Penggunaan sumber daya bersama
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) difasilitasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
oleh pemerintah provinsi atau pemerintah S
kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya. difasilitasi
S-P-Pel. √
P
oleh pemerintah provinsi… sesuai
dengan kewenangannya.
Pelengkap
85. Pasal 7 I.E.20 Satuan pendidikan
(1) Satuan pendidikan memberikan penilaian S
terhadap kinerja peserta didik dalam Kegiatan memberikan
Ekstrakurikuler secara kualitatif dan P
dideskripsikan pada rapor peserta didik. penilaian terhadap kinerja…
Ekstrakurikuler secara kualitatif S-P-O-P-K √
O
dideskripsikan
P
pada rapor peserta didik.
Ket. Tempat
86. (2) Satuan pendidikan melakukan evaluasi I.E.21 Satuan pendidikan S-P-O √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

194

Program Kegiatan Ekstrakurikuler pada setiap S


akhir tahun ajaran untuk mengukur ketercapaian melakukan
tujuan pada setiap indikator yang telah ditetapkan. P
evaluasi Program Kegiatan… setiap
indikator yang telah ditetapkan.
O
87. (3) Hasil evaluasi Program Kegiatan I.E.22 Hasil evaluasi Program… sebagaimana
Ekstrakurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat dimaksud pada ayat (2)
(2) digunakan untuk penyempurnaan Program S
Kegiatan Ekstrakurikuler tahun ajaran berikutnya. digunakan
S-P-K √
P
untuk penyempurnaan Program… tahun
ajaran berikutnya
Ket. Tujuan
88. Pasal 8 I.E.23 Kegiatan Ekstrakurikuler pada
Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar Pendidikan Dasar dan Pendidikan
dan Pendidikan Menengah menggunakan Menengah
Pedoman sebagaimana tercantum dalam S
Lampiran yang merupakan bagian tidak menggunakan
S-P-O √
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. P
Pedoman sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
O
89. Pasal 9 I.E.24 Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Ket. Alat
ketentuan dalam Peraturan Menteri Nomor 81A ketentuan dalam Peraturan… tentang
Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Implementasi Kurikulum yang mengatur
K-S-P √
yang mengatur mengenai Kegiatan mengenai Kegiatan Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler dicabut dan dinyatakan tidak S
berlaku. dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
P
90. Pasal 10 I.E.25 Peraturan ini
S-P-K √
S
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

195

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal mulai berlaku


diundangkan. P
pada tanggal diundangkan.
Ket. Waktu
91. Agar setiap orang mengetahuinya, I.E.26 Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri Ket. Tujuan
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara memerintahkan
Republik Indonesia. P
Pengundangan Peraturan Menteri ini K-P-O-K √
O
dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Ket. Cara
92. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2 Juli 2014, I.E.27 Ditetapkan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik P
Indonesia. di Jakarta pada tanggal 2 Juli 2014,
Ket. Waktu
P-K-Pel. √
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Pelengkap
93. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 11 Juli 2014 I.E.28 Diundangkan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik P
Indonesia, Amir Syamsudin, berita Negara di Jakarta pada tanggal 11 Juli 2014
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 958. Ket. Waktu P-K-Pel. √
Menteri Hukum… Tahun 2014 Nomor
958.
Pelengkap
94. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN I.F.1 Frasa (tidak mengandung unsur S P O
KEBUDAYAAN Pel. Ket).
REPUBLIK INDONESIA
F √
NOMOR 63 TAHUN 2014
TENTANG
PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

196

SEBAGAI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER


WAJIB
PADA PENDIDIKAN DASAR DAN
PENDIDIKAN MENENGAH
95. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA I.F.2 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
ESA MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN Ket. Alat
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PENDIDIKAN DAN
K-S √
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA
S

96. Menimbang: a. bahwa Pendidikan Kepramukaan I.F.3 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-P- O
dilaksanakan untuk MAHA ESA) S-P-K
menginternalisasikan nilai (Ket. Alat)
ketuhanan, kebudayaan, (MENTERI PENDIDIKAN DAN
kepemimpinan, kebersamaan, KEBUDAYAAN REPUBLIK
sosial, kecintaan alam, dan INDONESIA)
kemandirian pada peserta didik; (S)
Menimbang
P

bahwa Pendidikan Kepramukaan… pada
peserta didik;
O
bahwa Pendidikan Kepramukaan
S
dilaksanakan
P
untuk menginternalisasikan nilai
ketuhanan,… pada peserta didik;
Ket. Tujuan
b. bahwa nilai-nilai dalam sikap dan keterampilan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-(P)- O

sebagai muatan Kurikulum 2013 dan muatan MAHA ESA) S-P-K
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

197

Pendidikan Kepramukaan dapat bersinergi secara (Ket. Alat)


koheren; (MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Menimbang)
(P)
bahwa nilai-nilai dalam sikap…
bersinergi secara koheren;
O
bahwa nilai-nilai dalam sikap… muatan
Pendidikan Kepramukaan
S
dapat bersinergi
P
secara koheren;
Ket. Cara
c. bahwa sehubungan dengan pertimbangan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-(P)- O
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b MAHA ESA) K-P-O
perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan (Ket. Alat)
dan Kebudayaan tentang Pendidikan (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler KEBUDAYAAN REPUBLIK
Wajib pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan INDONESIA)
Menengah; (S)
(Menimbang)
(P) √
bahwa sehubungan dengan… Dasar dan
Pendidikan Menengah;
O
bahwa sehubungan dengan… pada
huruf a dan huruf b
Ket. Sebab
perlu menetapkan
P
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

198

Peraturan Menteri Pendidikan… Dasar


dan Pendidikan Menengah;
O
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
2003 tentang Sistem Pendidikan MAHA ESA)
Nasional (Lembaran Negara (Ket. Alat)
Republik Indonesia Tahun 2003 (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Nomor 78, Tambahan Lembaran KEBUDAYAAN REPUBLIK
Negara Republik Indonesia INDONESIA) (K)-(S)-P-O

Nomor 4301); (S)
Mengingat
P
Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003… Indonesia Nomor 4301);
O
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
tentang Gerakan Pramuka (Lembaran Negara MAHA ESA)
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 131, (Ket. Alat)
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Nomor 5169); KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun
2010… Nomor 5169);
O
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
tentang Standar Nasional Pendidikan MAHA ESA)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan (Ket. Alat)
(K)-(S)-(P)-O
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang (MENTERI PENDIDIKAN DAN √
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 KEBUDAYAAN REPUBLIK
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan INDONESIA)
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun (S)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

199

2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara (Mengingat)


Republik Indonesia Nomor 5410); (P)
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 … Nomor 5410);
O
4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
tentang Pembentukan dan Organisasi MAHA ESA)
Kementerian Negara Republik Indonesia (Ket. Alat)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir (MENTERI PENDIDIKAN DAN
dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia KEBUDAYAAN REPUBLIK
Nomor 13 Tahun 2014; INDONESIA)
(K)-(S)-(P)-O
(S) √
(Mengingat)
(P)

Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun


2009… Nomor 13 Tahun 2014;
O
5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan MAHA ESA)
Organisasi, dan Tata kerja Kementerian Negara (Ket. Alat)
Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa (MENTERI PENDIDIKAN DAN
kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden KEBUDAYAAN REPUBLIK
Nomor 14 Tahun 2014; INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun
2010 … Nomor 14 Tahun 2014;
O
6. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia MAHA ESA) (K)-(S)-(P)-O

Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah (Ket. Alat)
terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 54/P (MENTERI PENDIDIKAN DAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

200

Tahun 2014; KEBUDAYAAN REPUBLIK


INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Keputusan Presiden Nomor 84/P…
Nomor 54/P Tahun 2014;
O
7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan; MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan… tentang
Pembinaan Kesiswaan;
O
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2013 MAHA ESA)
tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum (Ket. Alat)
SD/MI; (MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan… Struktur
Kurikulum SD/MI;
O
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-(P)-O

Republik Indonesia Nomor 68 Tahun 2013 MAHA ESA)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

201

tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum (Ket. Alat)


SMP/MTs. (MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan…
Struktur Kurikulum SMP/MTs.
O

10. Peraturan Menteri Pendidikan dan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG


Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 69 MAHA ESA)
Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur (Ket. Alat)
Kurikulum SMA/MA; (MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan…
Struktur Kurikulum SMA/MA;
O
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 70 MAHA ESA)
Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur (Ket. Alat)
Kurikulum SMK/MAK; (MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
(K)-(S)-(P)-O
INDONESIA) √
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan…
Struktur Kurikulum SMK/MAK;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

202

O
12. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Pramuka Nomor 231 Tahun 2007 Tentang MAHA ESA)
Petunjuk Penyelenggaraan Gugus depan Gerakan (Ket. Alat)
Pramuka; (MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(K)-(S)-(P)-O
(S) √

(Mengingat)
(P)
Keputusan Kwartir Nasional Gerakan…
depan Gerakan Pramuka;
O
13. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Pramuka Nomor 056 Tahun 1982 Tentang MAHA ESA)
Petunjuk Penyelenggaraan Karang Pamitran; (Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O
(S)
(Mengingat)
(P)
Keputusan Kwartir Nasional…
Penyelenggaraan Karang Pamitran;
O
MEMUTUSKAN: (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Menetapkan: PERATURAN MENTERI MAHA ESA)
PENDIDIKAN DAN (Ket. Alat)
KEBUDAYAAN TENTANG (MENTERI PENDIDIKAN DAN (K)-(S)-P-O

PENDIDIKAN KEBUDAYAAN REPUBLIK
KEPRAMUKAAN INDONESIA)
SEBAGAI KEGIATAN (S)
EKSTRAKURIKULER MEMUTUSKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

203

WAJIB PADA P
PENDIDIKAN DASAR Menetapkan: PERATURAN MENTERI
DAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN… MENENGAH.
MENENGAH. O
97. Pasal 1 I.F.4 Dalam Peraturan Menteri ini yang
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dimaksud dengan
dengan: Ket. Tempat
1. Pendidikan Kepramukaan adalah proses Pendidikan Kepramukaan
K-S-P
pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan S √
akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan adalah proses pembentukan
pengamalan nilai-nilai kepramukaan; kepribadian,… pengamalan nilai-nilai
kepramukaan;
P
98. 2. Satuan Pendidikan adalah Sekolah I.F.5 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah dimaksud dengan)
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (Ket. Tempat)
(SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Satuan Pendidikan
(K)-S-P
Aliyah (SMA/MA), dan Sekolah Menengah S √
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan adalah Sekolah Dasar/Madrasah
(SMK/MAK). Ibtidaiyah (SD/MI),… Kejuruan
(SMK/MAK).
P
99. 3. Gerakan Pramuka adalah organisasi yang I.F.6 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan dimaksud dengan)
pendidikan kepramukaan; (Ket. Tempat )
Gerakan Pramuka (K)-S-P

S
adalah organisasi yang dibentuk oleh…
pendidikan kepramukaan;
P
100. 4. Pramuka adalah warga negara Indonesia yang I.F.7 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
aktif dalam pendidikan kepramukaan serta dimaksud dengan) (K)-S-P

mengamalkan Satya Pramuka dan Darma (Ket. Tempat)
Pramuka; Pramuka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

204

S
adalah warga negara Indonesia… Satya
Pramuka dan Darma Pramuka;
P
101. 5. Kepramukaan adalah segala aspek yang I.F.8 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
berkaitan dengan pramuka; dimaksud dengan)
(Ket. Tempat)
Kepramukaan (K)-S-P

S
adalah segala aspek yang berkaitan
dengan pramuka;
P
102. 6. Menteri adalah menteri yang I.F.9 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang dimaksud dengan)
pendidikan; (Ket. Tempat)
Menteri
(K)-S-P
S √
adalah menteri yang
menyelenggarakan… di bidang
pendidikan;
P
103. Pasal 2 I.F.10 Pendidikan Kepramukaan
(1) Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan S
sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler wajib pada dilaksanakan sebagai
pendidikan dasar dan menengah. P S-P-Pel. √
Kegiatan Ekstrakurikuler… pendidikan
dasar dan menengah.
Pelengkap
104. (2) Kegiatan Ekstrakurikuler wajib merupakan I.F.11 Kegiatan Ekstrakurikuler wajib
kegiatan ekstrakurikuler yang harus diikuti oleh S
seluruh peserta didik; merupakan
S-P-Pel. √
P
kegiatan ekstrakurikuler yang harus
diikuti oleh seluruh peserta didik;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

205

Pelengkap
105. Pasal 3 I.F.12 Pendidikan Kepramukaan
(1) Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan dalam S
3 (tiga) Model meliputi Model Blok, Model
Aktualisasi, dan Model Reguler. dilaksanakan
P S-P-K √
dalam 3 (tiga) Model meliputi Model
Blok, Model Aktualisasi, dan Model
Reguler.
Ket. Tempat
106. (2) Model Blok sebagaimana dimaksud pada ayat I.F.13 Model Blok sebagaimana dimaksud pada
(1) merupakan kegiatan wajib dalam bentuk ayat (1)
perkemahan yang dilaksanakan setahun sekali dan S
diberikan penilaian umum. merupakan
P S-P-Pel. √
kegiatan wajib dalam bentuk
perkemahan yang dilaksanakan setahun
sekali dan diberikan penilaian umum.
Pelengkap
107. (3) Model Aktualisasi sebagaimana dimaksud I.F.14 Model Aktualisasi sebagaimana
pada ayat (1) merupakan kegiatan wajib dalam dimaksud pada ayat (1)
bentuk penerapan sikap dan keterampilan yang S
dipelajari didalam kelas yang dilaksanakan dalam merupakan
kegiatan Kepramukaan secara rutin, terjadwal, P
dan diberikan penilaian formal. kegiatan wajib dalam bentuk penerapan
S-P-Pel. √
sikap dan keterampilan yang dipelajari
didalam kelas yang dilaksanakan dalam
kegiatan Kepramukaan secara rutin,
terjadwal, dan diberikan penilaian
formal.
Pelengkap
108. (4) Model Reguler sebagaimana dimaksud pada I.F.15 Model Reguler sebagaimana dimaksud
ayat (1) merupakan kegiatan sukarela berbasis pada ayat (1) S-P-Pel. √
minat peserta didik yang dilaksanakan di Gugus S
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

206

depan. merupakan
P
kegiatan sukarela berbasis minat peserta
didik yang dilaksanakan di Gugus depan.
Pelengkap
109. Pasal 4 I.F.16 Pendidikan Kepramukaan
Pendidikan Kepramukaan berisi perpaduan proses S
pengembangan nilai sikap dan keterampilan. berisi
P S-P-Pel. √
perpaduan proses pengembangan nilai
sikap dan keterampilan.
Pelengkap
110. Pasal 5 I.F.17 Pola Kegiatan Pendidikan Kepramukaan
(1) Pola Kegiatan Pendidikan Kepramukaan S
diwujudkan dalam bentuk upacara dan diwujudkan
keterampilan Kepramukaan dengan menggunakan P
S-P-K √
berbagai metode dan teknik. dalam bentuk upacara dan
keterampilan… berbagai metode dan
teknik.
Ket. Tempat
111. (2) Upacara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) I.F.18 Upacara sebagaimana dimaksud pada
meliputi upacara pembukaan dan penutupan. ayat (1)
S
meliputi S-P-O √
P
upacara pembukaan dan penutupan.
O
112. (3) Keterampilan Kepramukaan sebagaimana I.F.19 Keterampilan Kepramukaan
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sebagai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
perwujudan komitmen Kepramukaan dalam S
bentuk pembiasan dan penguatan sikap dan dilaksanakan S-P-Pel. √
keterampilan sesuai dengan kebutuhan P
pembelajaran. perwujudan komitmen Kepramukaan…
dengan kebutuhan pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

207

Pelengkap
113. (4) Metode dan teknik sebagaimana dimaksud I.F.20 Metode dan teknik sebagaimana
pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk belajar dimaksud pada ayat (1)
interaktif dan progresif disesuaikan dengan S
kemampuan fisik dan mental peserta didik. dituangkan
S-P-K √
P
dalam bentuk belajar interaktif… fisik
dan mental peserta didik.
Ket. Tempat
114. Pasal 6 I.F.21 Penilaian dalam Pendidikan
(1) Penilaian dalam Pendidikan Kepramukaan Kepramukaan
dilaksanakan dengan menggunakan penilaian S
yang bersifat otentik mencakup penilaian sikap dilaksanakan
S-P-K √
dan keterampilan. P
dengan menggunakan penilaian…
penilaian sikap dan keterampilan.
Ket. Cara
115. (2) Penilaian sikap sebagaimana dimaksud pada I.F.22 Penilaian sikap sebagaimana dimaksud
ayat (1) dilakukan dengan menggunakan pada ayat (1)
penilaian berdasarkan pengamatan, penilaian diri, S
dan penilaian teman sebaya. dilakukan
S-P-K √
P
dengan menggunakan penilaian…
penilaian teman sebaya.
Ket. Cara
116. (3) Penilaian keterampilan sebagaimana dimaksud I.F.23 Penilaian keterampilan sebagaimana
pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan dimaksud pada ayat (1)
penilaian unjuk kerja. S
dilakukan
S-P-K √
P
dengan menggunakan penilaian unjuk
kerja.
Ket. Cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

208

117. (4) Penilaian sikap dan keterampilan sebagaimana I.F.24 Penilaian sikap dan keterampilan
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
menggunakan jurnal pendidik dan portofolio. ayat (3)
S
S-P-O √
menggunakan
P
jurnal pendidik dan portofolio.
O
118. Pasal 7 I.F.25 Pengelolaan Pendidikan Kepramukaan…
(1) Pengelolaan Pendidikan Kepramukaan sebagai pendidikan dasar dan menengah
kegiatan ekstrakurikuler wajib pada satuan S
pendidikan dasar dan menengah merupakan merupakan
S-P-O √
tanggung jawab kepala sekolah dengan pelaksana P
pembina pramuka. tanggung jawab kepala sekolah dengan
pelaksana pembina pramuka.
O
119. (2) Pembina Pramuka sebagaimana dimaksud I.F.26 Pembina Pramuka sebagaimana
pada ayat (1) adalah Guru kelas/Guru mata dimaksud pada ayat (1)
pelajaran yang telah memperoleh sertifikat paling S
rendah kursus mahir dasar atau Pembina Pramuka adalah Guru kelas/Guru mata S-P √
yang bukan guru kelas/guru mata pelajaran. pelajaran… bukan guru kelas/guru mata
pelajaran.
P
120. (3) Guru kelas/guru mata pelajaran yang I.F.27 Guru kelas/guru mata pelajaran yang
melaksanakan tugas tambahan sebagai Pembina melaksanakan tugas tambahan sebagai
Pramuka dihitung sebagai bagian dari pemenuhan Pembina Pramuka
beban kerja guru dengan beban kerja paling S
banyak 2 jam pelajaran per minggu. dihitung S-P-Pel. √
P
Sebagai tugas tambahan sebagai
Pembina… 2 jam pelajaran per minggu.
Pelengkap
121. Pasal 8 I.F.28 Pendidikan Kepramukaan sebagai

(1) Pendidikan Kepramukaan sebagai kegiatan kegiatan ekstrakurikuler
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

209

ekstrakurikuler wajib merujuk pada Pedoman S


Penyelenggaraan Pendidikan Kepramukaan wajib merujuk S-P-K
sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib dan P
Prosedur Operasi Standar (POS) Penyelenggaraan pada Pedoman Penyelenggaraan…
Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib.
Ekstrakurikuler Wajib. Ket. Tempat
122. (2) Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan I.F.29 Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan
Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Kepramukaan sebagai Kegiatan
Wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Ekstrakurikuler Wajib sebagaimana
tercantum dalam Lampiran I yang merupakan dimaksud pada ayat (1)
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri S
ini. tercantum S-P-K √
P
dalam Lampiran I yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Ket. Tempat
123. (3) Prosedur Operasi Standar (POS) I.F.30 Prosedur Operasi Standar (POS)
Penyelenggaraan Pendidikan Kepramukaan Penyelenggaraan Pendidikan
sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib Kepramukaan sebagai Kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum Ekstrakurikuler Wajib sebagaimana
dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak dimaksud pada ayat (1)
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. S
S-P-K √
tercantum
P
dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Ket. Tempat
124. Pasal 9 I.F.31 Peraturan ini
S-P-K
S
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal mulai berlaku √
diundangkan. P
pada tanggal diundangkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

210

Ket. Waktu
125. Agar setiap orang mengetahuinya, I.F.32 Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri Ket. Tujuan
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara memerintahkan
Republik Indonesia. P
Pengundangan Peraturan Menteri ini K-P-O-K √
O
dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Ket. Cara
126. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2 Juli 2014, I.F.33 Ditetapkan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik P
Indonesia. di Jakarta pada tanggal 2 Juli 2014,
Ket. Waktu P-K-Pel. √
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Pelengkap
127. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 11 Juli 2014 I.F.34 Diundangkan √
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik P
Indonesia, Amir Syamsudin, berita Negara di Jakarta pada tanggal 11 Juli 2014
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 959. Ket. Waktu
P-K-Pel.
Menteri Hukum… Tahun 2014 Nomor
959.
Pelengkap

128. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN I.G.1 Frasa (tidak mengandung unsur S P O √
KEBUDAYAAN Pel. Ket).
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 65 TAHUN 2014
TENTANG F
BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU
PANDUAN GURU KURIKULUM 2013
KELOMPOK PEMINATAN PENDIDIKAN
MENENGAH YANG MEMENUHI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

211

SYARAT KELAYAKAN UNTUK


DIGUNAKAN DALAM PEMBELAJARAN
129. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA I.G.2 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
ESA MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN Ket. Alat
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PENDIDIKAN DAN K-S √
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA
S
130. Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan I.G.3 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-P- O
ketentuan Pasal 43 ayat (5) MAHA ESA) K-S-P-O
Peraturan Pemerintah (Ket. Alat)
Nomor 19 Tahun 2005 (MENTERI PENDIDIKAN DAN
tentang Standar Nasional KEBUDAYAAN REPUBLIK
Pendidikan, Badan Standar INDONESIA)
Nasional Pendidikan telah (S)
melakukan penilaian Menimbang
kelayakan isi, bahasa, P
penyajian, dan kegrafikaan bahwa untuk melaksanakan…
buku teks pelajaran digunakan dalam pembelajaran;

Kurikulum 2013 untuk O
digunakan dalam bahwa untuk melaksanakan… Standar
pembelajaran; Nasional Pendidikan
Ket. Tujuan
Badan Standar Nasional Pendidikan
S
telah melakukan
P
penilaian kelayakan isi, bahasa,…
digunakan dalam pembelajaran;
O
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-(P)- O
dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan MAHA ESA) K-P-O √
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Ket. Alat)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

212

tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Guru Kurikulum 2013 Kelompok Peminatan KEBUDAYAAN REPUBLIK
Pendidikan Menengah yang Memenuhi Syarat INDONESIA)
Kelayakan untuk Digunakan Dalam (S)
Pembelajaran; (Menimbang)
(P)
bahwa berdasarkan pertimbangan…
Digunakan Dalam Pembelajaran;
O
bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud pada huruf a,
Ket. Sebab
perlu menetapkan
P
Peraturan Menteri Pendidikan…
Digunakan Dalam Pembelajaran;
O
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional MAHA ESA)
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun (Ket. Alat)
2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Nomor 4301); KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-P-O

(S)
Mengingat
P
Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003… Indonesia Nomor 4301);
O
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran MAHA ESA)
(K)-(S)-(P)-O
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4 (Ket. Alat) √
1 , Tambahan Lembaran Negara Republik (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah KEBUDAYAAN REPUBLIK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

213

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun INDONESIA)


2013 tentang Perubahan Atas Peraturan (S)
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang (Mengingat)
Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara (P)
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 2005… Indonesia Nomor 5410);
Nomor 5410); O
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
tentang MAHA ESA)
Pembentukan dan Organisasi Kementerian (Ket. Alat)
Negara, sebagaimana telah beberapa kali diubah (MENTERI PENDIDIKAN DAN
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 55 KEBUDAYAAN REPUBLIK
Tahun 2013 tentang Perubahan Keempat atas INDONESIA)
(K)-(S)-(P)-O
Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang (S) √
Pembentukan dan Organisasi Kementerian (Mengingat)
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia (P)
Tahun 2013 Nomor 125);
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun
2009 … Tahun 2013 Nomor 125);
O
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi MAHA ESA)
Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, (Ket. Alat)
Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara (MENTERI PENDIDIKAN DAN
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir KEBUDAYAAN REPUBLIK
dengan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2013 INDONESIA)
tentang Perubahan Keempat atas Peraturan (S) (K)-(S)-(P)-O

Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang (Mengingat)
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian (P)
Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
Fungsi Eselon I Kementerian Negara (Lembaran 2010… Tahun 2013 Nomor 126);
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor O
126);
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

214

5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG


84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet MAHA ESA)
Indonesia Bersatu II sebagaimana telah beberapa (Ket. Alat)
kali diubah, terakhir dengan Keputusan Presiden
Nomor 8/P Tahun 2014; (MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(S)
(Mengingat)
(P)
Keputusan Presiden Republik
Indonesia… Nomor 8/P Tahun 2014;
O

6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG


2 Tahun 2008 tentang Buku; MAHA ESA)
(Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(K)-(S)-(P)-O
(S) √
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 2 Tahun 2008 tentang Buku;
O

MEMUTUSKAN: (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG


Menetapkan: PERATURAN MENTERI MAHA ESA)
PENDIDIKAN DAN (Ket. Alat)
(K)-(S)-P-O
KEBUDAYAAN (MENTERI PENDIDIKAN DAN √
TENTANG BUKU TEKS KEBUDAYAAN REPUBLIK
PELAJARAN DAN BUKU INDONESIA)
PANDUAN GURU (S)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

215

KURIKULUM 2013 MEMUTUSKAN


KELOMPOK PEMINATAN P1
PENDIDIKAN Menetapkan: PERATURAN MENTERI
MENENGAH YANG PENDIDIKAN… PEMBELAJARAN.
MEMENUHI SYARAT O
KELAYAKAN UNTUK
DIGUNAKAN DALAM
PEMBELAJARAN.

131. Pasal 1 I.G.4 Buku kurikulum 2013 untuk SMA/MA


(1) Buku kurikulum 2013 untuk SMA/MA kelas kelas X kelompok peminatan
X kelompok peminatan Matematika dan Ilmu- Matematika dan Ilmu-Ilmu Alam yang
Ilmu Alam yang terdiri atas: terdiri atas:
a. Buku Teks Pelajaran sebagai buku siswa a. Buku Teks Pelajaran sebagai buku
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang siswa sebagaimana tercantum dalam
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Lampiran I yang merupakan bagian yang
Peraturan Menteri ini; dan tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
b. Buku Panduan Guru sebagai buku guru ini; dan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang b. Buku Panduan Guru sebagai buku
S-P-O √
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari guru sebagaimana tercantum dalam
Peraturan Menteri ini, Lampiran II yang merupakan bagian
memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan yang tidak terpisahkan dari Peraturan
dalam pembelajaran. Menteri ini,
S
memenuhi
P
syarat kelayakan untuk digunakan dalam
pembelajaran.
O
132. (2) Buku kurikulum 2013 untuk SMA/MA kelas I.G.5 Buku kurikulum 2013 untuk SMA/MA
X kelompok peminatan Ilmu-Ilmu Sosial terdiri kelas X kelompok peminatan Ilmu-Ilmu
atas: Sosial terdiri atas: S-P-O √
a. Buku Teks Pelajaran sebagai buku siswa a. Buku Teks Pelajaran sebagai buku
sebagaimana tercantum dalam Lampiran III yang siswa sebagaimana tercantum dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

216

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Lampiran III yang merupakan bagian
Peraturan Menteri ini; dan yang tidak terpisahkan dari Peraturan
b. Buku Panduan Guru sebagai buku guru Menteri ini; dan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang b. Buku Panduan Guru sebagai buku
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari guru sebagaimana tercantum dalam
Peraturan Menteri ini, Lampiran IV yang merupakan bagian
memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan yang tidak terpisahkan dari Peraturan
dalam pembelajaran. Menteri ini,
S
memenuhi
P
syarat kelayakan untuk digunakan dalam
pembelajaran.
O
133. (3) Buku kurikulum 2013 untuk SMA/MA kelas I.G.6 (3) Buku kurikulum 2013 untuk
X kelompok peminatan ilmu-ilmu bahasa dan SMA/MA kelas X kelompok peminatan
budaya yang terdiri atas: ilmu-ilmu bahasa dan budaya yang
a. Buku Teks Pelajaran sebagai buku siswa terdiri atas:
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V yang a. Buku Teks Pelajaran sebagai buku
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari siswa sebagaimana tercantum dalam
Peraturan Menteri ini; dan Lampiran V yang merupakan bagian
b. Buku Panduan Guru sebagai buku guru yang tidak terpisahkan dari Peraturan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI yang Menteri ini; dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari b. Buku Panduan Guru sebagai buku
S-P-O √
Peraturan Menteri ini, guru sebagaimana tercantum dalam
memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan Lampiran VI yang merupakan bagian
dalam pembelajaran. yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini,
S
memenuhi
P
syarat kelayakan untuk digunakan dalam
pembelajaran.
O
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

217

134. Pasal 2 I.G.7 Perubahan atas isi buku teks pelajaran


Perubahan atas isi buku teks pelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 wajib S
mendapat persetujuan dari Badan Standar wajib mendapat
Nasional Pendidikan (BSNP). P S-P-O √
persetujuan dari Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP).
O

Pasal 3 I.G.8 Peraturan ini


S S-P-K
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal mulai berlaku

diundangkan. P
pada tanggal diundangkan.
Ket. Waktu
135. Agar setiap orang mengetahuinya, I.G.9 Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri Ket. Tujuan
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara memerintahkan
Republik Indonesia. P
Pengundangan Peraturan Menteri ini K-P-O-K √
O
dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Ket. Cara
136. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2 Juli 2014, I.G.10 Ditetapkan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik P
Indonesia. di Jakarta pada tanggal 2 Juli 2014,
Ket. Waktu P-K-Pel. √
Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
Pelengkap
137. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 11 Juli 2014 I.G.11 Diundangkan
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik P P-K-Pel. √
Indonesia, Amir Syamsudin, berita Negara di Jakarta pada tanggal 11 Juli 2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

218

Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 961. Ket. Waktu


Menteri Hukum… Tahun 2014 Nomor
961
Pelengkap
138. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN I.H.1 Frasa (tidak mengandung unsur S P O
KEBUDAYAAN Pel. Ket).
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 103 TAHUN 2014 F √
TENTANG
PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN
DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH
139. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA I.H.2 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
ESA MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN Ket. Alat
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PENDIDIKAN DAN K-S √
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA
S
140. Menimbang: bahwa dalam rangka implementasi I.H.3 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-P- O
kurikulum sebagaimana telah MAHA ESA) K-P-O
diatur dalam Pasal 77O ayat (2) (Ket. Alat)
huruf c dan Pasal 77P ayat (2) (MENTERI PENDIDIKAN DAN
huruf c Peraturan Pemerintah KEBUDAYAAN REPUBLIK
Nomor 32 Tahun 2013 tentang INDONESIA)
Perubahan Atas Peraturan (S)
Pemerintah Nomor 19 Tahun Menimbang

2005 tentang Standar Nasional P
Pendidikan, perlu menetapkan bahwa dalam rangka implementasi…
Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
dan Kebudayaan tentang O
Pedoman Pembelajaran pada bahwa dalam rangka implementasi…
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Standar Nasional Pendidikan,
Menengah; Ket. Tempat
perlu menetapkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

219

P
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan… Pendidikan Menengah;
O
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
2003 tentang Sistem Pendidikan MAHA ESA)
Nasional (Lembaran Negara (Ket. Alat)
Republik Indonesia Tahun 2003 (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Nomor 78, Tambahan Lembaran KEBUDAYAAN REPUBLIK
Negara Republik Indonesia INDONESIA) (K)-(S)-P-O

Nomor 4301); (S)
Mengingat
P
Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003… Indonesia Nomor 4301);
O
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
tentang Standar Nasional Pendidikan MAHA ESA)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan (Ket. Alat)
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 KEBUDAYAAN REPUBLIK
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun (S)
2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara (Mengingat)
Republik Indonesia Nomor 5410); (P)
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005… Indonesia Nomor 5410);
O
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
tentang Pembentukan dan Organisasi MAHA ESA)
Kementerian Negara Republik Indonesia (Ket. Alat) (K)-(S)-(P)-O

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir (MENTERI PENDIDIKAN DAN
dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia KEBUDAYAAN REPUBLIK
Nomor 13 Tahun 2014; INDONESIA)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

220

(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun
2009… Nomor 13 Tahun 2014;
O
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan MAHA ESA)
Organisasi, dan Tata kerja Kementerian Negara (Ket. Alat)
Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa (MENTERI PENDIDIKAN DAN
kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden KEBUDAYAAN REPUBLIK
Nomor 14 Tahun 2014; INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun
2010… Nomor 14 Tahun 2014;
O
5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia MAHA ESA)
Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah (Ket. Alat)
terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 54/P (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Tahun 2014; KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(S)
(Mengingat)
(P)
Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun
2009… Tahun 2014;
O
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar MAHA ESA) (K)-(S)-(P)-O

Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan (Ket. Alat)
Menengah;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

221

(MENTERI PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan… Dasar dan Menengah;
O
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi MAHA ESA)
Pendidikan Dasar dan Menengah; (Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan… Dasar dan Menengah;
O
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (DENGAN RAHMAT TUHAN
Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses YANG MAHA ESA)
Pendidikan Dasar dan Menengah; (Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan… Dasar dan Menengah;
O
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-(P)-O √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

222

Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian MAHA ESA)


Pendidikan Dasar dan Menengah; (Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan… Dasar dan Menengah;
O
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Kebudayaan Nomor 57 Tahun 2014 tentang MAHA ESA)
Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah (Ket. Alat)
Ibtidaiyah; (MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan… Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
O
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2014 tentang MAHA ESA)
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah (Ket. Alat)
Pertama/Madrasah Tsanawiyah; (MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
(K)-(S)-(P)-O
INDONESIA) √
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan…
Pertama/Madrasah Tsanawiyah;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

223

O
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang MAHA ESA)
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah (Ket. Alat)
Atas/Madrasah Aliyah; (MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan…
Menengah Atas/Madrasah Aliyah;
O
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Kebudayaan Nomor 60 Tahun 2014 tentang MAHA ESA)
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah (Ket. Alat)
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan; (MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan…
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan;
O
MEMUTUSKAN: (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Menetapkan: PERATURAN MENTERI MAHA ESA)
PENDIDIKAN DAN (Ket. Alat)
KEBUDAYAAN TENTANG (MENTERI PENDIDIKAN DAN
(K)-(S)-P-O
PEMBELAJARAN PADA KEBUDAYAAN REPUBLIK √
PENDIDIKAN DASAR DAN INDONESIA)
PENDIDIKAN MENENGAH. (S)
MEMUTUSKAN
P
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

224

Menetapkan PERATURAN MENTERI


PENDIDIKAN…PENDIDIKAN
MENENGAH.
O
141. Pasal 1 I.H.4 Dalam Peraturan Menteri ini yang
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dimaksud dengan
dengan: Ket. Tempat
1. Pembelajaran adalah proses interaksi Pembelajaran
K-S-P √
antarpeserta didik dan antara peserta didik dengan S
pendidik dan sumber belajar pada suatu adalah proses interaksi antarpeserta…
lingkungan belajar. suatu lingkungan belajar.
P
142. 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran selanjutnya I.H.5 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
disebut dengan RPP adalah rencana pembelajaran dimaksud dengan)
yang dikembangkan mengacu pada silabus; (Ket. Tempat)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
selanjutnya disebut dengan RPP (K)-S-P √
S
adalah rencana pembelajaran yang
dikembangkan mengacu pada silabus
P
143. 3. Satuan pendidikan adalah Sekolah I.H.6 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Luar dimaksud dengan)
Biasa (SD/MI/SDLB), Sekolah Menengah (Ket. Tempat)
Pertama/Madrasah Tsanawiyah/ Sekolah Satuan pendidikan
Menengah Pertama Luar Biasa S
(SMP/MTs/SMPLB), Sekolah Menengah adalah Sekolah Dasar/Madrasah
(K)-S-P √
Atas/Madrasah Aliyah /Sekolah Menengah Atas Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Luar Biasa
Luar Biasa (SMA/MA/SMALB), dan Sekolah (SD/MI/SDLB),… Sekolah Menengah
Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan/Sekolah Menengah Kejuruan Luar Kejuruan/Sekolah Menengah Kejuruan
Biasa (SMK/MAK/SMKLB). Luar Biasa (SMK/MAK/SMKLB).
P
144. Pasal 2 I.H.7 Pembelajaran S-P-Pel. √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

225

(1) Pembelajaran dilaksanakan berbasis aktivitas S


dengan karakteristik: dilaksanakan
a. interaktif dan inspiratif; P
b. menyenangkan, menantang, dan memotivasi Berbasis aktivitas dengan karakteristik a.
peserta didik untuk berpartisipasi aktif; interaktif dan inspiratif; b.
c. kontekstual dan kolaboratif; menyenangkan, menantang, dan
d. memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, memotivasi peserta didik untuk
kreativitas, dan kemandirian peserta didik; dan berpartisipasi aktif; c. kontekstual dan
e. sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan kolaboratif; d. memberikan ruang yang
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian peserta didik; dan e. sesuai
dengan bakat, minat, kemampuan, dan
perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik.
Pelengkap
145. (2) Pembelajaran menggunakan pendekatan, I.H.8 Pembelajaran
strategi, model, dan metode yang mengacu pada S
karakteristik sebagaimana dimaksud pada ayat menggunakan
(1). P S-P-O √
pendekatan, strategi, model, dan
metode… dimaksud pada ayat (1).
O
146. (3) Pendekatan pembelajaran sebagaimana I.H.9 Pendekatan pembelajaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) merupakan cara pandang dimaksud pada ayat (2)
pendidik yang digunakan untuk menciptakan S
lingkungan pembelajaran yang memungkinkan merupakan
terjadinya proses pembelajaran dan tercapainya P S-P-Pel. √
kompetensi yang ditentukan. cara pandang pendidik yang
digunakan… kompetensi yang
ditentukan.
Pelengkap
147. (4) Strategi pembelajaran sebagaimana dimaksud I.H.10 Strategi pembelajaran sebagaimana
pada ayat (2) merupakan langkah-langkah dimaksud pada ayat (2) S-P-Pel. √
sistematik dan sistemik yang digunakan pendidik S
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

226

untuk menciptakan lingkungan pembelajaran merupakan


yang memungkinkan terjadinya proses P
pembelajaran dan tercapainya kompetensi yang langkah-langkah sistematik dan
ditentukan. sistemik… kompetensi yang ditentukan.
Pelengkap
148. (5) Model pembelajaran sebagaimana dimaksud I.H.11 Model pembelajaran sebagaimana
pada ayat (2) merupakan kerangka konseptual dan dimaksud pada ayat (2)
operasional pembelajaran yang memiliki nama, S
ciri, urutan logis, pengaturan, dan budaya. merupakan
S-P-Pel. √
P
kerangka konseptual dan operasional…
pengaturan, dan budaya.
Pelengkap
149. (6) Metode pembelajaran sebagaimana dimaksud I.H.12 Metode pembelajaran sebagaimana
pada ayat (2) merupakan cara atau teknik yang dimaksud pada ayat (2)
digunakan oleh pendidik untuk menangani suatu S
kegiatan pembelajaran yang mencakup antara lain merupakan
S-P-Pel. √
ceramah, tanya-jawab, diskusi. P
cara atau teknik yang digunakan…
ceramah, tanya-jawab, diskusi.
Pelengkap
150. (7) Pendekatan pembelajaran sebagaimana I.H.13 Pendekatan pembelajaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) menggunakan pendekatan dimaksud pada ayat (3)
saintifik/pendekatan berbasis proses keilmuan. S
menggunakan
S-P-O √
P
pendekatan saintifik/pendekatan berbasis
proses keilmuan.
O
151. (8) Pendekatan saintifik/pendekatan berbasis I.H.14 Pendekatan saintifik/pendekatan berbasis
proses keilmuan sebagaimana dimaksud pada ayat proses keilmuan sebagaimana dimaksud
(7) merupakan pengorganisasian pengalaman pada ayat (7) S-P-Pel. √
belajar dengan urutan logis meliputi proses S
pembelajaran: merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

227

a. mengamati; P
b. menanya; proses pembelajaran: a. mengamati; b.
c. mengumpulkan informasi/mencoba; menanya; c. mengumpulkan
d. menalar/mengasosiasi; dan informasi/mencoba;d.
e. mengomunikasikan. menalar/mengasosiasi; dan e.
mengomunikasikan.;
Pelengkap
152. (9) Urutan logis sebagaimana dimaksud pada ayat I.H.15 Urutan logis sebagaimana dimaksud
(8) dapat dikembangkan dan digunakan dalam pada ayat (8)
satu atau lebih pertemuan. S
dapat dikembangkan dan digunakan S-P-K √
P
dalam satu atau lebih pertemuan.
Ket. Tempat
153. (10) Pendekatan saintifik/pendekatan berbasis I.H.16 Pendekatan saintifik/pendekatan…
proses keilmuan sebagaimana dimaksud pada ayat sebagaimana dimaksud pada ayat (8)
(8) dilaksanakan dengan menggunakan modus S
pembelajaran langsung atau tidak langsung
sebagai landasan dalam menerapkan berbagai dilaksanakan S-P-K √
strategi dan model pembelajaran sesuai dengan P
Kompetensi Dasar yang ingin dicapai. dengan menggunakan modus…
Kompetensi Dasar yang ingin dicapai.
Ket. Cara
154. Pasal 3 I.H.17 Pembelajaran
(1) Pembelajaran dilaksanakan dengan S
menggunakan RPP. dilaksanakan
S-P-K √
P
dengan menggunakan RPP.
Ket. Cara
155. (2) RPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) I.H.18 RPP sebagaimana dimaksud pada ayat
disusun oleh guru dengan mengacu pada silabus (1)
dengan prinsip: S S-P-Pel.-K √
a. memuat secara utuh kompetensi dasar sikap disusun
spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan P
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

228

keterampilan; oleh guru


b. dapat dilaksanakan dalam satu atau lebih dari Pelengkap
satu kali pertemuan;
c. memperhatikan perbedaan individual peserta dengan mengacu pada silabus dengan
didik; prinsip: a. memuat secara utuh
d. berpusat pada peserta didik; kompetensi dasar sikap spiritual, sikap
e. berbasis konteks; sosial, pengetahuan, dan keterampilan; b.
f. berorientasi kekinian; dapat dilaksanakan dalam satu atau lebih
h. memberikan umpan balik dan tindak lanjut dari satu kali pertemuan; c.
pembelajaran; memperhatikan perbedaan individual
i. memiliki keterkaitan dan keterpaduan peserta didik; d. berpusat pada peserta
antarkompetensi dan/atau antarmuatan; dan didik; e. berbasis konteks; f. berorientasi
j. memanfaatkan teknologi informasi dan kekinian; g. mengembangkan
komunikasi. kemandirian belajar; h. memberikan
umpan balik dan tindak lanjut
pembelajaran; i. memiliki keterkaitan
dan keterpaduan antarkompetensi
dan/atau antarmuatan; dan j.
memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
Ket. Cara
156. (3) Prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (2) I.H.19 Prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat
diwujudkan dalam bentuk pembelajaran reguler, (2)
pengayaan, dan remedial. S
diwujudkan
S-P-K √
P
dalam bentuk pembelajaran reguler,
pengayaan, dan remedial.
Ket. Tempat
157. (4) RPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) I.H.20 RPP sebagaimana dimaksud pada ayat
paling sedikit memuat: (1)
a. identitas sekolah/madrasah, mata pelajaran atau S S-P-O √
tema, kelas/semester, dan alokasi waktu; paling sedikit memuat
b. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan P
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

229

indikator pencapaian kompetensi; a. identitas sekolah/madrasah, mata


c. materi pembelajaran; pelajaran atau tema, kelas/semester, dan
d. kegiatan pembelajaran yang meliputi kegiatan alokasi waktu; b. Kompetensi Inti,
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup; Kompetensi Dasar, dan indikator
e. penilaian, pembelajaran remedial, dan pencapaian kompetensi; c. materi
pengayaan; dan pembelajaran; d. kegiatan pembelajaran
f. media, alat, bahan, dan sumber belajar. yang meliputi kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti, dan kegiatan penutup; e.
penilaian, pembelajaran remedial, dan
pengayaan; dan f. media, alat, bahan,
dan sumber belajar.
O
158. (5) Indikator pencapaian kompetensi sebagaimana I.H.21 Indikator pencapaian kompetensi
dimaksud pada ayat (4) huruf b merupakan: sebagaimana … pada ayat (4) huruf b
a. kemampuan yang dapat diobservasi untuk S
disimpulkan sebagai pemenuhan Kompetensi merupakan
Dasar pada Kompetensi Inti 1 dan Kompetensi P
Inti 2; dan Kemampuan yang dapat diobservasi…
S-P-Pel.
b. kemampuan yang dapat diukur dan/atau Kompetensi Inti 2; dan b. kemampuan √
diobservasi untuk disimpulkan sebagai yang dapat diukur dan/atau diobservasi
pemenuhan Kompetensi Dasar pada Kompetensi untuk disimpulkan sebagai pemenuhan
Inti 3 dan Kompetensi Inti 4. Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti
3 dan Kompetensi Inti 4.
Pelengkap

159. (6) Kegiatan pembelajaran sebagaimana I.H.22 Kegiatan pembelajaran sebagaimana


dimaksud pada ayat (4) huruf d mengacu pada dimaksud pada ayat (4) huruf d
pendekatan, strategi, model, dan metode S
pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal mengacu
2 ayat (3) sampai dengan ayat (9). P S-P-O √
pada pendekatan, strategi, model, dan
metode pembelajaran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (3) sampai
dengan ayat (9).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

230

O
160. Pasal 4 I.H.23 Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan
Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Pendidikan Menengah dilaksanakan sesuai S
pedoman sebagaimana tercantum dalam Lampiran dilaksanakan
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari P
S-P-Pel. √
Peraturan Menteri ini. sesuai pedoman sebagaimana tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
Pelengkap
161. Pasal 5 I.H.24 Semua ketentuan tentang Pembelajaran
Semua ketentuan tentang Pembelajaran pada pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Menengah dalam Peraturan Menteri yang
dalam Peraturan Menteri yang sudah ada sebelum sudah ada sebelum Peraturan Menteri ini
Peraturan Menteri ini berlaku, tetap berlaku berlaku,
sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan S S-P-K √
dalam Peraturan Menteri ini. tetap berlaku
P
sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
Ket. Waktu
162. Pasal 6 I.H.25 Peraturan ini
S
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal mulai berlaku S-P-K

diundangkan. P
pada tanggal diundangkan.
Ket. Waktu
163. Agar setiap orang mengetahuinya, I.H.26 Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri Ket. Tujuan
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara memerintahkan
K-P-O-K √
Republik Indonesia. P
Pengundangan Peraturan Menteri ini
O
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

231

dengan penempatannya dalam Berita


Negara Republik Indonesia.
Ket. Cara
164. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 3 Oktober I.H.27 Ditetapkan
2014, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan P
Republik Indonesia. di Jakarta pada tanggal 3 Oktober 2014
Ket. Waktu P-K-Pel. √
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Pelengkap
165. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 8 Oktober I.H.28 Diundangkan
2014 Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia P
Republik Indonesia, Amir Syamsudin, berita di Jakarta pada tanggal 8 Oktober 2014
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor Ket. Waktu P-K-Pel. √
1506. Menteri Hukum… Tahun 2014 Nomor
1506.
Pelengkap
166. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN I.I.1 Frasa (tidak mengandung unsur S P O
KEBUDAYAAN Pel. Ket).
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 105 TAHUN 2014
TENTANG F √
PENDAMPINGAN PELAKSANAAN
KURIKULUM 2013
PADA PENDIDIKAN DASAR DAN
PENDIDIKAN MENENGAH
167. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA I.I.2 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
ESA MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN Ket. Alat
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PENDIDIKAN DAN K-S √
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA
S
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

232

168. Menimbang: bahwa dalam rangka menjamin I.I.3 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-P- O
terlaksananya Kurikulum 2013 MAHA ESA) K-P-O
secara efektif dan efisien pada (Ket. Alat)
satuan pendidikan, perlu (MENTERI PENDIDIKAN DAN
menetapkan Peraturan Menteri KEBUDAYAAN REPUBLIK
Pendidikan dan Kebudayaan INDONESIA)
tentang Pendampingan (S)
Pelaksanaan Kurikulum 2013 Menimbang
pada Pendidikan Dasar dan P
Pendidikan Menengah; bahwa dalam rangka menjamin… Dasar

dan Pendidikan Menengah;
O
bahwa dalam rangka menjamin… pada
satuan pendidikan,
Ket. Tempat
perlu menetapkan
P
Peraturan Menteri Pendidikan… Dasar
dan Pendidikan Menengah;
O
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
2003 tentang Sistem Pendidikan MAHA ESA)
Nasional (Lembaran Negara (Ket. Alat)
Republik Indonesia Tahun 2003 (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Nomor 78, Tambahan Lembaran KEBUDAYAAN REPUBLIK
Negara Republik Indonesia INDONESIA) (K)-(S)-P-O

Nomor 4301); (S)
Mengingat
P
Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003… Indonesia Nomor 4301);
O
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-(P)-O

tentang Standar Nasional Pendidikan MAHA ESA)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

233

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan (Ket. Alat)


Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 KEBUDAYAAN REPUBLIK
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan INDONESIA)
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun (S)
2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara (Mengingat)
Republik Indonesia Nomor 5410); (P)
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005… Indonesia Nomor 5410);
O
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
tentang Pembentukan dan Organisasi MAHA ESA)
Kementerian Negara Republik Indonesia (Ket. Alat)
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir (MENTERI PENDIDIKAN DAN
dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia KEBUDAYAAN REPUBLIK
Nomor 13 Tahun 2014; INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun
2009… Nomor 13 Tahun 2014;
O
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan MAHA ESA)
Organisasi, dan Tata kerja Kementerian Negara (Ket. Alat)
Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa (MENTERI PENDIDIKAN DAN
kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden KEBUDAYAAN REPUBLIK
Nomor 14 Tahun 2014; INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun
2010… Nomor 14 Tahun 2014;
O
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

234

5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia MAHA ESA)
Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah (Ket. Alat)
terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 41/P (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Tahun 2014; KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden Nomor 84/P Tahun
2009… Nomor 41/P Tahun 2014;
O
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar MAHA ESA)
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan (Ket. Alat)
Menengah; (MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan … Dasar dan Menengah;
O
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi MAHA ESA)
Pendidikan Dasar dan Menengah; (Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK (K)-(S)-(P)-O

INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

235

Kebudayaan … Dasar dan Menengah;


O
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses MAHA ESA)
Pendidikan Dasar dan Menengah; (Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(K)-(S)-(P)-O
(S) √

(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan … Dasar dan Menengah;
O
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian MAHA ESA)
Pendidikan Dasar dan Menengah; (Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan … Dasar dan Menengah;
O
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Kebudayaan Nomor 57 Tahun 2014 tentang MAHA ESA)
Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah (Ket. Alat)
(K)-(S)-(P)-O
Ibtidaiyah; (MENTERI PENDIDIKAN DAN √
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

236

(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan…
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
O
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2014 tentang MAHA ESA)
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah (Ket. Alat)
Pertama/Madrasah Tsanawiyah; (MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan…
Pertama/Madrasah Tsanawiyah;
O
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang MAHA ESA)
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah (Ket. Alat)
Atas/Madrasah Aliyah; (MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O

(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan…
Atas/Madrasah Aliyah;
O
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Kebudayaan Nomor 60 Tahun 2014 tentang MAHA ESA)
(K)-(S)-(P)-O
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah (Ket. Alat) √
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan; (MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

237

INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan…
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan;
O
MEMUTUSKAN: (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Menetapkan: PERATURAN MENTERI MAHA ESA)
PENDIDIKAN DAN (Ket. Alat)
KEBUDAYAAN TENTANG (MENTERI PENDIDIKAN DAN
PENDAMPINGAN KEBUDAYAAN REPUBLIK
PELAKSANAAN INDONESIA)
(K)-(S)-P-O
KURIKULUM 2013 PADA (S) √
PENDIDIKAN DASAR MEMUTUSKAN
DAN PENDIDIKAN P1
MENENGAH. Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN… ATAS LUAR
BIASA.
O
169. Pasal 1 I.I.4 Dalam Peraturan Menteri ini yang
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dimaksud dengan:
dengan: Ket. Tempat
1. Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013 Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum
yang selanjutnya disebut Pendampingan adalah 2013 yang selanjutnya disebut
proses pemberian bantuan penguatan pelaksanaan Pendampingan K-S-P √
Kurikulum 2013 pada satuan pendidikan; S
adalah proses pemberian bantuan
penguatan pelaksanaan Kurikulum 2013
pada satuan pendidikan;
P
170. 2. Satuan pendidikan adalah Sekolah I.I.5 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Luar dimaksud dengan) (K)-S-P √
Biasa (SD/MI/SDLB), Sekolah Menengah (Ket. Tempat)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

238

Pertama/Madrasah Tsanawiyah/Sekolah Satuan pendidikan


Menengah Pertama Luar Biasa S
(SMP/MTs/SMPLB), Sekolah Menengah Adalah Sekolah Dasar/Madrasah
Atas/Madrasah Aliyah/Sekolah Menengah Atas Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Luar Biasa
Luar Biasa (SMA/MA/SMALB), dan Sekolah (SD/MI/SDLB), Sekolah Menengah
Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Pertama/Madrasah Tsanawiyah/Sekolah
Kejuruan/Sekolah Menengah Kejuruan Luar Menengah Pertama Luar Biasa
Biasa (SMK/MAK/SMKLB). (SMP/MTs/SMPLB), Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah/Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa
(SMA/MA/SMALB), dan Sekolah
Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan/Sekolah Menengah Kejuruan
Luar Biasa (SMK/MAK/SMKLB).
P
171. Pasal 2 I.I.6 Pendampingan
(1) Pendampingan memiliki tujuan: S
a. memfasilitasi proses adopsi Kurikulum 2013 memiliki
pada satuan pendidikan; P
b. memfasilitasi pengayaan/kontekstualisasi tujuan a. memfasilitasi proses adopsi
sebagai bagian dari pengembangan Kurikulum Kurikulum 2013 pada satuan pendidikan;
2013 pada satuan pendidikan; b.memfasilitasi
c. memperkuat keterlaksanaan Kurikulum 2013 pengayaan/kontekstualisasi sebagai
pada satuan pendidikan; dan bagian dari pengembangan Kurikulum S-P-O √
d. memperkuat pemahaman dan membangun 2013 pada satuan pendidikan;
kepercayaan diri dalam pelaksanaan pembelajaran c.memperkuat keterlaksanaan Kurikulum
berbasis Kurikulum 2013. 2013 pada satuan pendidikan; dan
d.memperkuat pemahaman dan
membangun kepercayaan diri dalam
pelaksanaan pembelajaran berbasis
Kurikulum 2013.
O
172. (2) Pendampingan sebagaimana dimaksud pada I.I.10 Pendampingan sebagaimana dimaksud
S-P-O √
ayat (1) memiliki sasaran: pada ayat (1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

239

a. pengawas satuan pendidikan; S


b. kepala satuan pendidikan; dan memiliki
c. pendidik. P
Sasaran a. pengawas satuan pendidikan;
b. kepala satuan pendidikan; dan c.
pendidik.
O
173. (3) Sasaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) I.I.11 Sasaran sebagaimana dimaksud pada
memperoleh substansi pendampingan sesuai ayat (2)
dengan status dan peran masing-masing. S
memperoleh
S-P-O √
P
substansi pendampingan sesuai dengan
status dan peran masing-masing.
O
174. Pasal 3 I.I.12 Pendampingan
(1) Pendampingan dilakukan berdasarkan prinsip: S
a. profesional; dilakukan
b. kolegial; P
S-P-K √
c. sikap saling percaya; dan berdasarkan prinsip a. profesional; b.
d. berkelanjutan. kolegial; c. sikap saling percaya; dan
d. berkelanjutan.
Ket. Sebab
175. (2) Prinsip profesional sebagaimana dimaksud I.I.13 Prinsip profesional sebagaimana
pada ayat (1) huruf a merupakan kegiatan dimaksud pada ayat (1) huruf a
pendampingan yang dilakukan dengan kriteria S
dan prosedur keahlian. merupakan
S-P-Pel. √
P
kegiatan pendampingan yang dilakukan
dengan kriteria dan prosedur keahlian.
Pelengkap
176. (3) Prinsip kolegial sebagaimana dimaksud pada I.I.14 Prinsip kolegial sebagaimana dimaksud
ayat (1) huruf b merupakan kegiatan pada ayat (1) huruf b S-P-Pel. √
pendampingan yang dilakukan dengan S
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

240

pendekatan dan iklim kesejawatan antara merupakan


pendamping dan yang didampingi. P
kegiatan pendampingan yang dilakukan
dengan pendekatan dan iklim
kesejawatan antara pendamping dan
yang didampingi.
Pelengkap
177. (4) Prinsip sikap saling percaya sebagaimana I.I.15 Prinsip sikap saling percaya sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan dimaksud pada ayat (1) huruf c
kegiatan pendampingan yang dilakukan dengan S
saling menghormati dan bertanggungjawab. merupakan
S-P-Pel. √
P
kegiatan… saling menghormati dan
bertanggungjawab.
Pelengkap
178. (5) Prinsip berkelanjutan sebagaimana dimaksud I.I.16 Prinsip berkelanjutan sebagaimana
pada ayat (1) huruf d merupakan kegiatan dimaksud pada ayat (1) huruf d
pendampingan yang dilakukan secara terencana, S
terus-menerus, dan semakin meningkat. merupakan
P S-P-Pel. √
kegiatan pendampingan yang dilakukan
secara terencana, terus-menerus, dan
semakin meningkat.
Pelengkap.
179. Pasal 4 I.I.17 Pendampingan pelaksanaan Kurikulum
Pendampingan pelaksanaan Kurikulum 2013 2013
berisi: S
a. penguatan substansi bahan ajar untuk setiap berisi
mata pelajaran dan/atau tema pembelajaran; P
S-P-Pel. √
b. penguatan sistem pembelajaran pada a.penguatan substansi bahan ajar untuk
Kurikulum 2013; setiap mata pelajaran dan/atau tema
c. penguatan sistem penilaian hasil belajar oleh pembelajaran; b. penguatan sistem
pendidik pada Kurikulum 2013 dan pengisian pembelajaran pada Kurikulum 2013; c.
laporan hasil belajar peserta didik; penguatan sistem penilaian hasil belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

241

d. pengembangan perangkat Kurikulum Tingkat oleh pendidik pada Kurikulum 2013 dan
Satuan Pendidikan; dan pengisian laporan hasil belajar peserta
e. pengembangan model penelusuran minat didik; d. pengembangan perangkat
peserta didik melalui bimbingan dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan;
konseling. dan e. pengembangan model penelusuran
minat peserta didik melalui bimbingan
dan konseling.
Pelengkap
180. Pasal 5 I.I.18 Pengelolaan pendampingan
Pengelolaan pendampingan dilaksanakan oleh S
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan dilaksanakan
Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah P
bekerjasama dengan dinas pendidikan provinsi oleh Direktorat Jenderal Pendidikan
dan dinas pendidikan kabupaten/kota sesuai Dasar dan Direktorat Jenderal S-P-Pel. √
dengan kewenangannya. Pendidikan Menengah bekerjasama
dengan dinas pendidikan provinsi dan
dinas pendidikan kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangannya.
Pelengkap
181. Pasal 6 I.I.19 Pendampingan
(1) Pendampingan dilaksanakan secara S
berkesinambungan dengan: dilaksanakan
a. model pendampingan di induk kluster/gugus; P
dan secara berkesinambungan dengan model S-P-K √
b. model pendampingan di satuan pendidikan. pendampingan di induk kluster/gugus.
dan b. model pendampingan di satuan
pendidikan.
Ket. Cara
182. (2) Model Pendampingan berbasis kluster/gugus I.I.20 Model Pendampingan berbasis
satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada kluster/gugus satuan pendidikan
ayat (1) huruf a dilakukan oleh guru pendamping. sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
S-P-Pel. √
huruf a
S
dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

242

P
oleh guru pendamping.
Pelengkap
183. (3) Model pendampingan di satuan pendidikan I.I.21 Model pendampingan di satuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b pendidikan sebagaimana dimaksud pada
dilakukan oleh guru pendamping yang ada di ayat (1) huruf b
satuan pendidikan tersebut. S
dilakukan S-P-Pel. √
P
oleh guru pendamping yang ada di
satuan pendidikan tersebut.
Pelengkap
184. Pasal 7 I.I.22 Guru pendamping dalam pelaksanaan
(1) Guru pendamping dalam pelaksanaan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 terdiri atas unsur: S
a. pengawas satuan pendidikan; terdiri atas
S-P-Pel.
b. kepala satuan pendidikan; dan P √
c. pendidik. unsur a. pengawas satuan pendidikan; b.
kepala satuan pendidikan; dan c.
pendidik.
Pelengkap
185. (2) Syarat sebagai pendamping dalam I.I.23 Syarat sebagai pendamping dalam
pelaksanaan Kurikulum 2013 sebagaimana pelaksanaan Kurikulum 2013
dimaksud pada ayat (1) adalah: sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
a. telah lulus pelatihan Kurikulum 2013 dengan S
prestasi sekurang-kurangnya dengan predikat adalah telah lulus pelatihan Kurikulum
S-P √
memuaskan (M); dan 2013 dengan prestasi sekurang-
b. telah lulus dalam bimbingan teknis guru kurangnya dengan predikat memuaskan
pendamping (M); dan b. telah lulus dalam bimbingan
teknis guru pendamping
P
186. (3) Penyelenggara satuan pendidikan yang I.I.24 (3) Penyelenggara satuan pendidikan
didirikan oleh masyarakat dapat menyediakan yang didirikan oleh masyarakat S-P-O √
sumber daya pendidikan dalam pelaksanaan S
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

243

pendampingan pada satuan pendidikan. dapat menyediakan


P
sumber daya pendidikan dalam
pelaksanaan pendampingan pada satuan
pendidikan.
O
187. Pasal 8 I.I.25 Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum
Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada 2013 pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Pendidikan Menengah
menggunakan Pedoman sebagaimana tercantum S
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak menggunakan
S-P-O √
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. P
Pedoman sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
O
188. Pasal 9 I.I.26 Peraturan ini
S
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal mulai berlaku S-P-K

diundangkan. P
pada tanggal diundangkan.
Ket. Waktu
189. Agar setiap orang mengetahuinya, I.I.27 Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri Ket. Tujuan
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara memerintahkan
Republik Indonesia. P
Pengundangan Peraturan Menteri ini K-P-O-K √
O
dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Ket. Cara
190. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 3 Oktober I.I.28 Ditetapkan
2014, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan P P-K-Pel. √
Republik Indonesia. di Jakarta pada tanggal 3 Oktober 2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

244

Ket. Waktu
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Pelengkap
191. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 8 Oktober I.I.29 Diundangkan
2014 Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia P
Republik Indonesia, Amir Syamsudin, berita di Jakarta pada tanggal 8 Oktober 2014
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor Ket. Waktu P-K-Pel. √
1508. Menteri Hukum… Tahun 2014 Nomor
1508.
Pelengkap
192. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN I.J.1 Frasa (tidak mengandung unsur S P O
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA Pel. Ket).
NOMOR 160 TAHUN 2014 F √
PEMBERLAKUAN KURIKULUM TAHUN
2006 DAN KURIKULUM 2013
193. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA I.J.2 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
ESA MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN Ket. Alat
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PENDIDIKAN DAN
K-S √
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA
S

194. Menimbang: bahwa dalam rangka kelancaran I.J.3 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-P- O
proses pendidikan pada satuan MAHA ESA) K-P-O
pendidikan anak usia dini, (Ket. Alat)
pendidikan dasar, dan pendidikan (MENTERI PENDIDIKAN DAN
menengah, perlu menetapkan KEBUDAYAAN REPUBLIK

Peraturan Menteri Pendidikan INDONESIA)
dan Kebudayaan tentang (S)
Pemberlakuan Kurikulum Tahun Menimbang
2006 dan Kurikulum 2013; P
bahwa dalam rangka kelancaran… dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

245

Kurikulum 2013;
O
bahwa dalam rangka kelancaran proses
pendidikan pada satuan pendidikan anak
usia dini, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah,
Ket. Tempat
perlu menetapkan
P
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Pemberlakuan
Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum
2013;
O
Mengingat: 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
2003 tentang Sistem MAHA ESA)
Pendidikan Nasional (Ket. Alat)
(Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2003 Nomor (MENTERI PENDIDIKAN DAN
78, Tambahan Lembaran KEBUDAYAAN REPUBLIK
(K)-(S)-P-O
Negara Republik Indonesia INDONESIA) √
Nomor 4301); (S)
Mengingat
P
Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003… Indonesia Nomor 4301);
O
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
tentang Standar Nasional Pendidikan MAHA ESA)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan (Ket. Alat)
(K)-(S)-(P)-O
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang (MENTERI PENDIDIKAN DAN √
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 KEBUDAYAAN REPUBLIK
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan INDONESIA)
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun (S)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

246

2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara (Mengingat)


Republik Indonesia Nomor 5410); (P)
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan… Indonesia Nomor 5410);
O
3. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
tentang Pembentukan Kementerian dan MAHA ESA)
Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja; (Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S) (K)-(S)-(P)-O

(Mengingat)
(P)
Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun
2014 tentang Pembentukan Kementerian
dan Pengangkatan Menteri Kabinet
Kerja;
O
MEMUTUSKAN: (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Menetapkan: PERATURAN MENTERI MAHA ESA)
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN (Ket. Alat)
TENTANG PEMBERLAKUAN KURIKULUM (MENTERI PENDIDIKAN DAN
TAHUN 2006 DAN KURIKULUM 2013. KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-P-O

(S)
MEMUTUSKAN
P
Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN… KURIKULUM 2013.
O
195. Pasal 1 I.J.4 Satuan pendidikan dasar dan pendidikan
S-P-O √
menengah yang melaksanakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

247

Satuan pendidikan dasar dan pendidikan Kurikulum 2013 sejak semester pertama
menengah yang melaksanakan Kurikulum 2013 tahun pelajaran 2014/2015
sejak semester pertama tahun pelajaran S
2014/2015 kembali melaksanakan Kurikulum kembali melaksanakan
Tahun 2006 mulai semester kedua tahun pelajaran P
2014/2015 sampai ada ketetapan dari Kurikulum Tahun 2006 mulai semester
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk kedua tahun pelajaran 2014/2015 sampai
melaksanakan Kurikulum 2013. ada ketetapan dari Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan untuk
melaksanakan Kurikulum 2013.
O
Pasal 2 I.J.5 Satuan pendidikan dasar dan pendidikan
(1) Satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang telah melaksanakan
menengah yang telah melaksanakan Kurikulum Kurikulum 2013 selama 3 (tiga) semester
2013 selama 3 (tiga) semester tetap menggunakan S
S-P-O √
Kurikulum 2013. tetap menggunakan
P
Kurikulum 2013
O
196. (2) Satuan pendidikan dasar dan pendidikan I.J.6 Satuan pendidikan dasar dan pendidikan
menengah yang melaksanakan Kurikulum 2013 menengah yang melaksanakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Kurikulum 2013
satuan pendidikan rintisan penerapan Kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
2013. S
S-P-Pel. √
merupakan
P
satuan pendidikan rintisan penerapan
Kurikulum 2013.
Pelengkap
197. (3) Satuan pendidikan rintisian sebagaimana I.J.7 (3) Satuan pendidikan rintisian
dimaksud pada ayat (2) dapat berganti sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
S-P-Pel.
melaksanakan Kurikulum Tahun 2006 dengan S √
melapor kepada dinas pendidikan dapat berganti
provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan P
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

248

kewenangannya. melaksanakan Kurikulum Tahun 2006 ...


provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya.
Pelengkap
198. Pasal 3 I.J.8 Satuan pendidikan dasar dan pendidikan
(1) Satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang belum melaksanakan
menengah yang belum melaksanakan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 mendapatkan pelatihan dan S
pendampingan bagi: mendapatkan
a. Kepala satuan pendidikan; P S-P-O √
b. Pendidik; a.pelatihan dan pendampingan bagi
c. Tenaga kependidikan; dan kepala satuan pendidikan; b. Pendidik;
d. Pengawas satuan pendidikan. c. Tenaga kependidikan; dan d.
Pengawas satuan pendidikan.
O
199. (2) Pelatihan dan pendampingan sebagaimana I.J.9 Pelatihan dan pendampingan
dimaksud pada ayat (1) bertujuan meningkatkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
kompetensi dan penyiapan pelaksanaan S
Kurikulum 2013. Bertujuan
S-P-Pel. √
P
meningkatkan kompetensi dan penyiapan
pelaksanaan Kurikulum 2013.
Pelengkap
200. (3) Pelatihan dan pendampingan sebagaimana I.J.10 Pelatihan dan pendampingan
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
standar yang ditetapkan oleh Kementerian S
Pendidikan dan Kebudayaan. dilakukan
P S-P-Pel. √
sesuai dengan standar yang ditetapkan
oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Pelengkap
201. Pasal 4 I.J.11 Satuan pendidikan dasar dan pendidikan
S-P-O √
Satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

249

menengah dapat melaksanakan Kurikulum Tahun S


2006 paling lama sampai dengan tahun pelajaran dapat melaksanakan
2019/2020. P
Kurikulum Tahun 2006 paling lama
sampai dengan tahun pelajaran
2019/2020.
O

202. Pasal 5 I.J.12 Hal-hal yang belum diatur…


Hal-hal yang belum diatur terkait dengan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
prosedur pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 S
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 serta tata diatur
cara satuan pendidikan yang siap melaksanakan P
S-P-Pel. √
Kurikulum 2013 sebagaimana dimaksud dalam oleh Direktur Jenderal Pendidikan
Pasal 3 diatur oleh Direktur Jenderal Pendidikan Dasar… Penelitian dan Pengembangan.
Dasar dan Direktur Jenderal Pendidikan Pelengkap
Menengah setelah berkoordinasi dengan Kepala
Badan Penelitian dan Pengembangan.
203. Pasal 6 I.J.13 Ketentuan lebih lanjut mengenai
Ketentuan lebih lanjut mengenai Kurikulum Kurikulum Tahun 2006 sebagaimana
Tahun 2006 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dimaksud dalam Pasal 1
diatur dalam Peraturan Menteri tersendiri. S
S-P-Pel. √
diatur
P
dalam Peraturan Menteri tersendiri.
Pelengkap
204. Pasal 7 I.J.14 Satuan pendidikan anak usia dini
Satuan pendidikan anak usia dini melaksanakan S
Kurikulum 2013 sesuai dengan ketentuan melaksanakan
4peraturan perundang-undangan. P S-P-O √
Kurikulum 2013 sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
O
205. Pasal 8 I.J.15 Satuan pendidikan khusus S-P-O √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

250

Satuan pendidikan khusus melaksanakan S


Kurikulum 2013 sesuai dengan ketentuan melaksanakan
peraturan perundang-undangan. P
Kurikulum 2013 sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
O
206. Pasal 9 I.J.16 Peraturan ini
S
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal mulai berlaku S-P-K

diundangkan. P
pada tanggal diundangkan.
Ket. Waktu
207. Agar setiap orang mengetahuinya, I.J.17 Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri Ket. Tujuan
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara memerintahkan
Republik Indonesia. P
Pengundangan Peraturan Menteri ini K-P-O-K √
O
dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Ket. Cara
208. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 Desember I.J.18 Ditetapkan
2014, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan P
Republik Indonesia. di Jakarta pada tanggal 11 Desember
2014
P-K-Pel. √
Ket. Waktu
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Pelengkap
209. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 12 I.J.19 Diundangkan
Desember 2014 Menteri Hukum dan Hak Asasi P
Manusia Republik Indonesia, Amir Syamsudin, di Jakarta pada tanggal 12 Desember P-K-Pel. √
berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 2014
Nomor 1902. Ket. Waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

251

Menteri Hukum… Tahun 2014 Nomor


1902.
Pelengkap

II. Analisis paragraf


Triangulator
Nomor Pola Keterangan
No. Data Kode Komponen Paragraf Setuju Tidak
Permendikbud Pengembangan
Setuju
1. Permendikbud DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA II.A.1
Nomor 44 ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang: a. bahwa dalam rangka


melaksanakan ketentuan
Pasal 43 ayat (5) Peraturan
Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 tentang Pemerincian

Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Kalimat topik
Tahun 2005 tentang
Standar Nasional
Pendidikan, Tim Penilai
Buku telah melakukan
penilaian kelayakan isi,
bahasa, penyajian, dan
kegrafikaan buku teks
pelajaran dan buku panduan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

252

guru untuk digunakan


dalam pembelajaran di
Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa;
b. bahwa berdasarkan
pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a,
perlu menetapkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Buku
Teks Pelajaran dan Buku
Panduan Guru untuk
Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa;
Mengingat: 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun
2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 Nomor 41 ,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor
4496), sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahanatas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

253

2005 tentang Standar Nasional


Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 71, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 5410);
3. Peraturan Presiden Nomor 47
Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara
sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 13 Tahun 2014;
4. Peraturan Presiden Nomor 24
Tahun 2010 tentang Kedudukan,
Tugas, dan Fungsi Kementerian
Negara, serta Susunan
Organisasi, Tugas, dan Fungsi
Eselon I Kementerian Negara
sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 14
Tahun 2014;
5. Keputusan Presiden Nomor
84/P Tahun 2009
mengenai Pembentukan Kabinet
Indonesia Bersatu II sebagaimana
telah diubah terakhir dengan
Keputusan Presiden Nomor 8/P
Tahun 2014;
6. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 54
Tahun 2013 tentang Standar
Kompetensi Lulusan;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

254

7. Peraturan Menteri Pendidikan


dan Kebudayaan Nomor64
Tahun 2013 tentang Standar Isi;
MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN TENTANG
BUKU TEKS PELAJARAN
DAN BUKU PANDUAN GURU
UNTUK SEKOLAH
MENENGAH ATAS LUAR
BIASA.
2. Pasal 1 II.A.2
(4) Menetapkan Buku Teks Pelajaran dan Kalimat topik:
Buku Panduan Guru sebagai buku siswa (1) Menetapkan Buku Teks
dan buku guru yang layak digunakan dalam Pelajaran… Atas Luar Biasa.
pembelajaran di Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa. Kalimat pengembang:
(5) Buku Teks Pelajaran sebagaimana (2) Buku Teks Pelajaran…
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam tidak terpisahkan dari Pemerincian

Lampiran I yang merupakan bagian yang Peraturan Menteri ini.
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini. Kalimat pengembang:
(6) Buku Panduan Guru sebagaimana (3) Buku Panduan Guru
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam sebagaimana… tidak
Lampiran II yang merupakan bagian yang terpisahkan dari Peraturan
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Menteri ini.
ini.
3. Pasal 2 II.A.3 Kalimat pengembang :
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal Peraturan ini mulai berlaku
Pemerincian
diundangkan. pada tanggal diundangkan. √
Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

255

Menteri ini dengan penempatannya dalam Kalimat pengembang:


Berita Negara Republik Indonesia. Agar setiap orang… Berita
Ditetapkan di Jakarta Negara Republik Indonesia.
pada tanggal 9 Juni 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN Kalimat pengembang:
KEBUDAYAAN Ditetapkan di …Republik
REPUBLIK INDONESIA, Indonesia.

Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 20 Juni 2014 Kalimat pengembang:
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI Diundangkan di … TAHUN
MANUSIA 2014 NOMOR 853.
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2014 NOMOR 853
4. Permendikbud DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA II.B.1
Nomor 45 ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

Menimbang : a. bahwa dalam rangka


memperkuat jati diri bangsa
diperlukan pembinaan dan
pengembangan kesiswaan Pemerincian √
untuk menciptakan suasana
Kalimat topik
dan tata kehidupan satuan
pendidikan yang baik dan
sehat, sehingga menjamin
kelancaran proses belajar
mengajar;
a. bahwa salah satu upaya dalam
rangka memperkuat jati diri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

256

bangsa sebagaimana
dimaksud pada huruf a,
perlu diatur pakaian
seragam sekolah guna
meningkatkan citra satuan
pendidikan serta
meningkatkan persatuan
dan kesatuan di kalangan
peserta didik;
b. bahwa berdasarkan
pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan
b, perlu menetapkan
Peraturan Menteri
Pendidikan dan
Kebudayaan tentang
Pakaian Seragam Sekolah
bagi Peserta Didik Jenjang
Pendidikan Dasar dan
Menengah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20


Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun
2003 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia
Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
42, Tambahan Lembaran Negara Republik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

257

Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah


diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 tentang Perubahan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71,
Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5410);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010
tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan
Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 23, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5105) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010
tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 112,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5157);
4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009
tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 13 Tahun 2014;
5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010
tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara serta Susunan, Organisasi,
Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara
sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014;
6. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009
mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia
Bersatu II sebagaimana telah diubah beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

258

kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor


8/P Tahun 2014;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2012 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 25 Tahun 2014;
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan
Kesiswaan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG PAKAIAN SERAGAM
SEKOLAH BAGI PESERTA DIDIK PADA
JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN
MENENGAH.
5. BAB I II.B.2
KETENTUAN UMUM Kalimat topik:
Dalam Peraturan Menteri ini
Pasal 1 yang dimaksud dengan:
1. Sekolah adalah Sekolah
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud Dasar/Sekolah Dasar
dengan: Luar Biasa
1. Sekolah adalah Sekolah Dasar/Sekolah Dasar (SD/SDLB)… baik
Definisi √
Luar Biasa (SD/SDLB), Sekolah Menengah negeri maupun swasta.
Pertama/Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
(SMP/SMPLB), Sekolah Menengah Kalimat topik:
Atas/Sekolah Menengah Atas Luar Biasa 2. Pakaian seragam
(SMA/SMALB), dan Sekolah Menengah nasional adalah
Kejuruan/Sekolah Menengah Kejuruan Luar pakaian… berlaku secara
Biasa (SMK/SMKLB) baik negeri maupun nasional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

259

swasta. Kalimat topik:


2. Pakaian seragam nasional adalah pakaian 3. Pakaian seragam khas
yang dikenakan pada hari belajar oleh peserta sekolah adalah
didik di sekolah, yang jenis, model, dan pakaian… didik terhadap
warnanya sama berlaku secara nasional. sekolahnya.
3. Pakaian seragam khas sekolah adalah pakaian Kalimat topik:
seragam bercirikan karakteristik sekolah yang 4. Pakaian seragam khas
dikenakan oleh peserta didik pada hari tertentu, muslimah adalah
dalam rangka meningkatkan kebanggaan peserta pakaian… pakaian
didik terhadap sekolahnya. seragam sekolah.
4. Pakaian seragam khas muslimah adalah
pakaian seragam yang dikenakan oleh peserta Kalimat topik:
didik muslimah karena keyakinan pribadinya 5. Atribut adalah
sesuai dengan jenis, model, dan warna yang kelengkapan pakaian…
telah ditentukan dalam kegiatan proses belajar sekolah dan nama
mengajar untuk semua jenis pakaian seragam kabupaten/kota.
sekolah.
5. Atribut adalah kelengkapan pakaian seragam
nasional yang menunjukkan identitas masing-
masing sekolah terdiri dari badge organisasi
kesiswaan, badge merah putih, badge nama
peserta didik, badge nama sekolah dan nama
kabupaten/kota.

6. BAB II II.B.3
TUJUAN
Pasal 2
Penetapan pakaian seragam sekolah bertujuan: Kalimat Pengembang
Pemerincian √
a. menanamkan dan menumbuhkan rasa
nasionalisme, kebersamaan, serta memperkuat
persaudaraan sehingga dapat menumbuhkan
semangat kesatuan dan persatuan di kalangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

260

peserta didik;
b. meningkatkan rasa kesetaraan tanpa
memandang kesenjangan sosial ekonomi
orangtua/wali peserta didik;
c. meningkatkan disiplin dan tanggungjawab
peserta didik serta kepatuhan terhadap peraturan
yang berlaku; dan
d. menjadi acuan bagi sekolah dalam menyusun
tata tertib dan disiplin peserta didik khususnya
yang mengatur pakaian seragam sekolah.
7. BAB III II.B.4 Kalimat pengembang:
JENIS, WARNA, DAN MODEL (1)Pakaian seragam
Pasal 3 sekolah… seragam khas
(1) Pakaian seragam sekolah terdiri dari: sekolah.
a. Pakaian seragam nasional;
b. Pakaian seragam kepramukaan; atau Kalimat pengembang:
c. Pakaian seragam khas sekolah. (2) Jenis pakaian seragam
(2) Jenis pakaian seragam sekolah terdiri dari: sekolah… untuk peserta
a. Pakaian seragam sekolah untuk peserta didik didik putri.
putra;
Kalimat pengembang:
b. Pakaian seragam sekolah untuk peserta didik
(3) Warna pakaian Pemerincian √
putri.
seragam… celana/rok warna
(3) Warna pakaian seragam nasional untuk:
abu-abu.
a. SD/SDLB: kemeja putih, celana/rok warna
merah hati; Kalimat pengembang:
b. SMP/SMPLB: kemeja putih, celana/rok (4) Ketentuan pakaian
warna biru tua; seragam… agamanya
c. SMA/SMALB/SMK/SMKLB: kemeja putih, masing-masing.
celana/rok warna abu-abu.
(4) Ketentuan pakaian seragam sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

261

a. Pakaian seragam nasional mengacu pada


Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini;
b. Model pakaian seragam nasional
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
c. Pakaian seragam kepramukaan mengacu pada
ketentuan peraturan kwartir nasional gerakan
pramuka;
d. Pakaian seragam khas sekolah diatur oleh
masing-masing sekolah dengan tetap
memperhatikan hak setiap warga negara untuk
menjalankan keyakinan agamanya masing-
masing.
8. BAB IV II.B.5 Kalimat topik:
PENGADAAN DAN PENGGUNAAN (1) Pengadaan pakaian
Pasal 4 seragam… orangtua atau
(1) Pengadaan pakaian seragam sekolah wali peserta didik
diusahakan sendiri oleh orangtua atau wali Pemerincian √
peserta didik. Kalimat pengembang:
(2) Pengadaan pakaian seragam sekolah tidak (2) Pengadaan pakaian
boleh dikaitkan dengan pelaksanaan penerimaan seragam… baru atau
peserta didik baru atau kenaikan kelas. kenaikan kelas.
9. Pasal 5 II.B.6 Kalimat topik:
(1) Pakaian seragam nasional dikenakan pada (1)Pakaian seragam nasional
hari Senin, Selasa, dan pada hari lain saat dikenakan… pelaksanaan
pelaksanaan Upacara Bendera. Upacara Bendera.
Pemerincian √
(2) Pada saat Upacara Bendera dilengkapi topi
pet dan dasi sesuai warna seragam masing- Kalimat pengembang:
masing jenjang sekolah, dilengkapi dengan logo (2)Pada saat Upacara
tut wuri handayani di bagian depan topi. Bendera… di bagian depan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

262

(3) Selain hari sebagaimana dimaksud pada ayat topi.


(1) peserta didik dapat mengenakan pakaian
seragam kepramukaan atau pakaian seragam khas Kalimat pengembang:
sekolah yang diatur oleh masing-masing sekolah. (3)Selain hari sebagaimana…
oleh masing-masing sekolah.
10. BAB V II.B.7 Kalimat pengembang:
SANKSI Sekolah yang melangga…
Pasal 6 peraturan perundang-
Sekolah yang melanggar ketentuan dalam undangan. Pemerincian √
Peraturan Menteri ini akan dikenakan sanksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
11. BAB VI II.B.8 Kalimat pengembang :
PENUTUP Peraturan ini mulai berlaku
Pasal 7 pada tanggal diundangkan.
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan. Kalimat pengembang:
Agar setiap orang mengetahuinya, Agar setiap orang… Berita
memerintahkan pengundangan Peraturan Negara Republik Indonesia.
Menteri ini dengan penempatannya dalam
Berita Negara Republik Indonesia. Kalimat pengembang:
Ditetapkan di Jakarta Ditetapkan di …Republik
pada tanggal 9 Juni 2014 Indonesia.
Pemerincian √
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN Kalimat pengembang:
REPUBLIK INDONESIA, Diundangkan di …. TAHUN
Diundangkan di Jakarta 2014 NOMOR 768.
pada tanggal 11 Juni 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

263

TAHUN 2014 NOMOR 768.


12. Permendikbud DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA II.C.1
Nomor 51 ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang: a. bahwa dalam rangka
melaksanakan ketentuan Pasal
43 ayat (5) Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun
2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, Tim
Penelaah Buku telah
melakukan penilaian kelayakan
isi, kebahasaan, penyajian, dan
kegrafikaan buku teks
pelajaran dan buku panduan Kalimat topik Pemerincian √
guru untuk digunakan dalam
pembelajaran
b. bahwa berdasarkan
pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a perlu
menetapkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan
tentang Buku Teks Pelajaran
dan Buku Panduan Guru untuk
Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

264

78, Tambahan Lembaran


Negara Republik Indonesia
Nomor 4301.
2. Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor
41, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 4496) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun
2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor
71, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 5410);
3. Peraturan Presiden Nomor
47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara,
sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 13
Tahun 2013 tentang Perubahan
Kelima atas Peraturan Presiden
Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

265

4. Peraturan Presiden Nomor


24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan
Fungsi Eselon I Kementerian
Negara sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden
Nomor 14 Tahun 2013 tentang
Perubahan Kelima atas
Peraturan Presiden Nomor 24
Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan
Fungsi Eselon 1 Kementerian
Negara;
5. Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 84/P Tahun
2009 mengenai Pembentukan
Kabinet Indonesia Bersatu II
sebagaimana telah beberapa
kali diubah, terakhir dengan
Keputusan Presiden Nomor 8/P
Tahun 2014;
6. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 54
Tahun 2013 tentang Standar
Kompetensi Lulusan;
7. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 64
Tahun 2013 tentang Standar
Isi;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

266

8. Peraturan Menteri Pendidikan


dan Kebudayaan Nomor 67
Tahun 2013 tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum
Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah;
9. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 68
Tahun 2013 tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum
Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah
Tsanawiyah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 69
Tahun 2013 tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum
Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah;
11. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 70
Tahun 2013 tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum
Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan;
MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN MENTERI


PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG BUKU TEKS PELAJARAN DAN
BUKU PANDUAN GURU UNTUK
PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN
MENENGAH.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

267

13. Pasal 1 II.C.2 Kalimat topik:


(1) Menetapkan buku teks pelajaran sebagai (1) Menetapkan Buku Teks
buku siswa dan buku panduan guru untuk Pelajaran… digunakan dalam
Pendidikan Dasar dan Pendidikan pembelajaran.
Menengah yaitu kelas II, Kelas V, Kelas
VIII, kelas X, dan kelas XI yang layak Kalimat pengembang:
digunakan dalam pembelajaran. (2) Buku Teks Pelajaran…
(2) Buku teks pelajaran sebagai buku siswa tidak terpisahkan dari
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Peraturan Menteri ini.
tercantum dalam Lampiran I yang
Pemerincian √
merupakan bagian yang tidak terpisahkan Kalimat pengembang:
dari Peraturan Menteri ini. (3) Buku Panduan Guru
(3) Buku panduan guru sebagaimana dimaksud sebagaimana… tidak
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II terpisahkan dari Peraturan
yang merupakan bagian yang tidak Menteri ini.
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

14. Pasal 2 II.C.3 Kalimat pengembang :


Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal Peraturan ini mulai berlaku
diundangkan. pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Kalimat pengembang:
Menteri ini dengan penempatannya dalam Agar setiap orang… Berita
Berita Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia. Pemerincian

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 19 Juni 2014 Kalimat pengembang:
MENTERI PENDIDIKAN DAN Ditetapkan di …Republik
KEBUDAYAAN Indonesia.
REPUBLIK INDONESIA,

Diundangkan di Jakarta Kalimat pengembang:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

268

pada tanggal 24 Juni 2014 Diundangkan di …. TAHUN


MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI 2014 NOMOR 862.
MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2014 NOMOR 862.

15. Permendikbud DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA II.D.1


Nomor 55 ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang: a. bahwa dalam rangka pengenalan
program sekolah, lingkungan
sekolah, cara belajar, dan
konsep pengenalan diri terhadap
peserta didik baru perlu
dilaksanakan masa orientasi
peserta didik baru;
b. bahwa berdasarkan Kalimat topik
Pemerincian √
pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a,
perlu menetapkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Masa
Orientasi Peserta Didik
Baru di Sekolah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

269

Tambahan Lembaran Negara


Republik Indonesia Nomor
4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor
17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor
23, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 5105) sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 66 Tahun
2010 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Nomor
5157);
3. Peraturan Presiden Nomor 47
Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara
sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 13
Tahun 2014;
4. Peraturan Presiden Nomor 24
Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas dan
Fungsi Eselon I Kementerian
Negara, sebagaimana telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

270

diubah dengan Peraturan


Presiden Nomor 14 Tahun
2014;
5. Keputusan Presiden Nomor
84/P Tahun 2009 mengenai
Pembentukan Kabinet
Indonesia Bersatu I I
sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Presiden
Nomor 8/P Tahun 2014;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG MASA ORIENTASI PESERTA
DIDIK DI SEKOLAH.
16. Pasal 1 II.D.2
Setiap sekolah menyelenggarakan masa
orientasi peserta didik bagi peserta didik baru
selama jam belajar di sekolah pada minggu Kalimat topik Pemerincian √
pertama masuk sekolah selama 3 (tiga) sampai
dengan 5 (lima) hari.

17. Pasal 2 II.D.3


Masa orientasi peserta didik bertujuan untuk
mengenalkan program sekolah, lingkungan
sekolah, cara belajar, penanaman konsep
pengenalan diri peserta didik, dan kepramukaan Kalimat pengembang Pemerincian √
sebagai pembinaan awal ke arah terbentuknya
kultur sekolah yang kondusif bagi proses
pembelajaran lebih lanjut sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional.
18. Pasal 3 II.D.4
(1) Sekolah dilarang melaksanakan masa Kalimat pengembang Pemerincian √
orientasi peserta didik yang mengarah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

271

kepada tindakan kekerasan, pelecehan


dan/atau tindakan destruktif lainnya yang
merugikan peserta didik baru baik secara
fisik maupun psikologis baik di dalam
maupun di luar sekolah.
(2) Sekolah dilarang memungut biaya dan
membebani orangtua dan peserta didik
dalam bentuk apapun.
19. Pasal 4 II.D.5
Kepala sekolah dan guru di sekolah yang
bersangkutan bertanggungjawab dan wajib Kalimat pengembang Pemerincian √
melaksanakan ketentuan sebagaimana diatur
dalam Peraturan Menteri ini.
20. Pasal 5 II.D.6
Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota
mengendalikan masa orientasi peserta didik
baru menjadi kegiatan yang bermanfaat, bersifat
Kalimat pengembang Pemerincian √
edukatif dan kreatif, bukan mengarah kepada
tindakan destruktif dan/atau berbagai kegiatan
lain yang merugikan siswa baru baik secara fisik
maupun psikologis.
21. Pasal 6 II.D.7
Kepala sekolah dan guru yang membiarkan
terjadinya penyimpangan dan/atau pelanggaran
Kalimat pengembang Pemerincian √
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
22. Pasal 7 II.D.8
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini,
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor Kalimat pengembang Pemerincian √
112/U/2001 tentang Masa Orientasi Siswa di
Sekolah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
23. Pasal 8 II.D.9 Kalimat pengembang : Pemerincian √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

272

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal Peraturan ini mulai berlaku
diundangkan. pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Kalimat pengembang:
Menteri ini dengan penempatannya dalam Agar setiap orang… Berita
Berita Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Juli 2014 Kalimat pengembang:
MENTERI PENDIDIKAN DAN Ditetapkan di …Republik
KEBUDAYAAN Indonesia.
REPUBLIK INDONESIA,
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 4 Juli 2014 Kalimat pengembang:
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI Diundangkan di …. TAHUN
MANUSIA 2014 NOMOR 920.
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2014 NOMOR 920.
24. Permendikbud DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA II.E.1
Nomor 62 ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang: a. bahwa pengembangan potensi
peserta didik sebagaimana
dimaksud dalam tujuan
Kalimat topik Pemerincian √
pendidikan nasional dapat
diwujudkan melalui kegiatan
ekstrakurikuler yang merupakan
salah satu kegiatan dalam
program kurikuler;
b. bahwa kegiatan ekstrakurikuler
dapat memfasilitasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

273

pengembangan potensi peserta


didik melalui pengembangan
bakat, minat, dan kreativitas serta
kemampuan berkomunikasi dan
bekerja sama dengan orang lain;
c. bahwa berdasarkan
pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan huruf
b perlu menetapkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Kegiatan
Ekstrakurikuler pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah;
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor
4301);
2. Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2010 tentang Gerakan
Pramuka (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 131, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 5169);
3. Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 tentang Perubahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

274

Atas Peraturan Pemerintah


Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 71,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor
5410);
4. Peraturan Presiden Nomor 47
Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara Republik
Indonesia sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2014;
5. Peraturan Presiden Nomor 24
Tahun 2010 tentang Kedudukan,
Tugas, Fungsi, Susunan
Organisasi, dan Tata kerja
Kementerian Negara Republik
Indonesia sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden
Nomor 14 Tahun 2014;
6. Keputusan Presiden Nomor
84/P Tahun 2009 mengenai
Pembentukan Kabinet Indonesia
Bersatu II sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir
dengan Keputusan Presiden
Nomor 54/P Tahun 2014;
7. Peraturan Menteri Pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

275

dan Kebudayaan Nomor 54


Tahun 2013 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan
Dasar dan Menengah;
8. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 64
Tahun 2013 tentang Standar Isi
Pendidikan Dasar dan Menengah;
9. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 65
Tahun 2013 tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 66
Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian Pendidikan Dasar dan
Menengah;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG KEGIATAN
EKSTRAKURIKULER PADA PENDIDIKAN
DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH.
25. Pasal 1 II.E.2 Kalimat topik:
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud Dalam Peraturan Menteri
dengan: ini… pengawasan satuan
1. Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan pendidikan.
kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik
Definisi √
di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler Kalimat topik:
dan kegiatan kokurikuler, di bawah (2) Satuan pendidikan adalah
bimbingan dan pengawasan satuan Sekolah Dasar/Madrasah…
pendidikan. Aliyah Kejuruan
2. Satuan pendidikan adalah Sekolah (SMK/MAK).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

276

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI),


Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA), dan Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan
(SMK/MAK).

26. Pasal 2 II.E.3


Kegiatan Ekstrakurikuler diselenggarakan
dengan tujuan untuk mengembangkan potensi,
bakat, minat, kemampuan, kepribadian, Kalimat topik Pemerincian √
kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara
optimal dalam rangka mendukung pencapaian
tujuan pendidikan nasional.
27. Pasal 3 II.E.4 Kalimat topik:
(1) Kegiatan Ekstrakurikuler terdiri atas: (1) Kegiatan Ekstrakurikuler
a. Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib; dan terdiri atas:… Kegiatan
b. Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan. Ekstrakurikuler Pilihan.
(2) Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a Kalimat pengembang:
merupakan Kegiatan Ekstrakurikuler yang wajib (2) Kegiatan Ekstrakurikuler
diselenggarakan oleh satuan pendidikan dan Wajib sebagaimana…
wajib diikuti oleh seluruh peserta didik. seluruh peserta didik.
(3) Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib Pemerincian √
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a Kalimat pengembang:
berbentuk pendidikan kepramukaan. (3) Kegiatan Ekstrakurikuler
(4) Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan Wajib sebagaimana…
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b berbentuk pendidikan
merupakan Kegiatan Ekstrakurikuler yang kepramukaan.
dikembangkan dan diselenggarakan oleh satuan
pendidikan sesuai bakat dan minat peserta didik. Kalimat pengembang:
(5) Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan (4) Kegiatan Ekstrakurikuler
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b Pilihan sebagaimana…
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

277

dapat berbentuk latihan olah-bakat dan latihan pendidikan sesuai bakat


olah-minat. dan minat peserta didik.

Kalimat pengembang:
(5) Kegiatan Ekstrakurikuler
Pilihan sebagaimana…
berbentuk latihan olah-
bakat dan latihan olah-
minat.
28. Pasal 4 II.E.5 Kalimat topik:
(1) Pengembangan berbagai bentuk Kegiatan (1) Pengembangan berbagai
Ekstrakurikuler Pilihan dilakukan dengan bentuk…
mengacu pada prinsip: b. menyenangkan.
a. partisipasi aktif; dan .
b. menyenangkan. Kalimat topik:
(2) Pengembangan berbagai bentuk Kegiatan (2) Pengembangan berbagai
Ekstrakurikuler Pilihan dilakukan melalui bentuk Kegiatan… kegiatan
tahapan: yang diselenggarakan;
a. identifikasi kebutuhan, potensi, dan minat Pemerincian √
peserta didik;
b. analisis sumber daya yang diperlukan untuk
penyelenggaraannya;
c. pemenuhan kebutuhan sumber daya sesuai
pilihan peserta didik atau menyalurkannya ke
satuan pendidikan atau lembaga lainnya;
d. penyusunan program Kegiatan
Ekstrakurikuler; dan
e. penetapan bentuk kegiatan yang
diselenggarakan;
29. Pasal 5 II.E.6 Kalimat topik:
(1) Satuan pendidikan wajib menyusun program (1) Satuan pendidikan wajib
Definisi √
Kegiatan Ekstrakurikuler yang merupakan menyusun… Rencana
bagian dari Rencana Kerja Sekolah. Kerja Sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

278

(2) Program Kegiatan Ekstrakurikuler


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat: Kalimat pengembang:
a. rasional dan tujuan umum; (2) Program Kegiatan
b. deskripsi setiap kegiatan ekstrakurikuler; Ekstrakurikuler
c. pengelolaan; sebagaimana…
d. pendanaan; dan e.evaluasi
e. evaluasi
(3) Program Kegiatan Ekstrakurikuler Kalimat pengembang:
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) (3) Program Kegiatan
disosialisasikan kepada peserta didik dan Ekstrakurikuler
orangtua/wali pada setiap awal tahun pelajaran. sebagaimana… setiap awal
tahun pelajaran.

30. Pasal 6 II.E.7 Kalimat pengembang:


(1) Pelaksanaan program Kegiatan (1) Pelaksanaan program
Ekstrakurikuler mempertimbangkan Kegiatan… sekolah atau
penggunaan sumber daya bersama yang klaster sekolah.
tersedia pada gugus sekolah atau klaster
sekolah. Kalimat pengembang: Pemerincian √
(2) Penggunaan sumber daya bersama (2) Penggunaan sumber
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) daya bersama… sesuai
difasilitasi oleh pemerintah provinsi atau dengan kewenangannya.
pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan
kewenangannya.
31. Pasal 7 II.E.8 Kalimat topik:
(1) Satuan pendidikan memberikan penilaian (1) Satuan pendidikan
terhadap kinerja peserta didik dalam memberikan…
Kegiatan Ekstrakurikuler secara kualitatif dideskripsikan pada
dan dideskripsikan pada rapor peserta rapor peserta didik.
Pemerincian √
didik.
(2) Satuan pendidikan melakukan evaluasi Kalimat topik:
Program Kegiatan Ekstrakurikuler pada Satuan pendidikan
setiap akhir tahun ajaran untuk mengukur melakukan… indikator yang
ketercapaian tujuan pada setiap indikator telah ditetapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

279

yang telah ditetapkan.


(3) Hasil evaluasi Program Kegiatan Kalimat pengembang:
Ekstrakurikuler sebagaimana dimaksud Hasil evaluasi Program
pada ayat (2) digunakan untuk Kegiatan… Ekstrakurikuler
penyempurnaan Program Kegiatan tahun ajaran berikutnya.
Ekstrakurikuler tahun ajaran berikutnya.
32. Pasal 8 II.E.9
Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah menggunakan Kalimat pengembang
Pemerincian √
Pedoman sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
33. Pasal 9 II.E.10
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini,
ketentuan dalam Peraturan Menteri Nomor 81A
Kalimat pengembang
Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum Pemerincian √
yang mengatur mengenai Kegiatan
Ekstrakurikuler dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
34. Pasal 10 II.E.11 Kalimat pengembang :
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal Peraturan ini mulai berlaku
diundangkan. pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Kalimat pengembang:
Menteri ini dengan penempatannya dalam Agar setiap orang… Berita
Berita Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta Pemerincian √
pada tanggal 2 Juli 2014 Kalimat pengembang:
MENTERI PENDIDIKAN DAN Ditetapkan di …Republik
KEBUDAYAAN Indonesia.
REPUBLIK INDONESIA,
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 11 Juli 2014 Kalimat pengembang:
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI Diundangkan di …. TAHUN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

280

MANUSIA 2014 NOMOR 958.


REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2014 NOMOR 958.
35. Permendikbud DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA II.F.1
Nomor 63 ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang: a. bahwa Pendidikan
Kepramukaan dilaksanakan
untuk menginternalisasikan
nilai ketuhanan, kebudayaan,
kepemimpinan, kebersamaan,
sosial, kecintaan alam, dan
kemandirian pada peserta
didik;
b. bahwa nilai-nilai dalam sikap
dan keterampilan sebagai
Kalimat topik Pemerincian √
muatan Kurikulum 2013 dan
muatan Pendidikan
Kepramukaan dapat bersinergi
secara koheren;
c. bahwa sehubungan dengan
pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan
huruf b perlu menetapkan
Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan tentang
Pendidikan Kepramukaan
sebagai Kegiatan
Ekstrakurikuler Wajib pada
Pendidikan Dasar dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

281

Pendidikan Menengah;
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor
4301);
2. Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2010 tentang Gerakan
Pramuka (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 131, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5169);
3. Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 71, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5410);
4. Peraturan Presiden Nomor 47
Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara Republik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

282

Indonesia sebagaimana telah


beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2014;
5. Peraturan Presiden Nomor 24
Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Susunan Organisasi, dan Tata
kerja Kementerian Negara
Republik Indonesia
sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 14
Tahun 2014;
6. Keputusan Presiden Nomor
84/P Tahun 2009 mengenai
Pembentukan Kabinet
Indonesia Bersatu II
sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan
Keputusan Presiden Nomor
54/P Tahun 2014;
7. Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 39
Tahun 2008 tentang Pembinaan
Kesiswaan
8. Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 67
Tahun 2013 tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum
SD/MI;
9. Peraturan Menteri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

283

Pendidikan dan Kebudayaan


Republik Indonesia Nomor 68
Tahun 2013 tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum
SMP/MTs.
10. Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 69
Tahun 2013 tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum
SMA/MA;
11. Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 70
Tahun 2013 tentang Kerangka
Dasar dan Struktur Kurikulum
SMK/MAK;
12. Keputusan Kwartir Nasional
Gerakan Pramuka Nomor 231
Tahun 2007 Tentang Petunjuk
Penyelenggaraan Gugus depan
Gerakan Pramuka;
13. Keputusan Kwartir Nasional
Gerakan Pramuka Nomor 056
Tahun 1982 Tentang Petunjuk
Penyelenggaraan Karang
Pamitran;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN
SEBAGAI KEGIATAN
EKSTRAKURIKULER WAJIB PADA
PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

284

MENENGAH.
36. Pasal 1 II.F.2 Kalimat topik:
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud 1. Pendidikan
dengan: Kepramukaan adalah…
1. Pendidikan Kepramukaan adalah proses pengamalan nilai-nilai
pembentukan kepribadian, kecakapan kepramukaan;
hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui
penghayatan dan pengamalan nilai-nilai Kalimat topik:
kepramukaan; 2. Satuan Pendidikan
2. Satuan Pendidikan adalah Sekolah adalah…
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Kejuruan/Madrasah
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Aliyah Kejuruan
Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah (SMK/MAK).
Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA), dan Sekolah Menengah Kalimat topik:
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan 3. Gerakan Pramuka
(SMK/MAK). adalah…
3. Gerakan Pramuka adalah organisasi yang menyelenggarakan Definisi √
dibentuk oleh pramuka untuk pendidikan
menyelenggarakan pendidikan kepramukaan;
kepramukaan;
4. Pramuka adalah warga negara Indonesia Kalimat topik:
yang aktif dalam pendidikan kepramukaan 4. Pramuka adalah warga
serta mengamalkan Satya Pramuka dan negara Indonesia…
Darma Pramuka; Pramuka dan Darma
5. Kepramukaan adalah segala aspek yang Pramuka;
berkaitan dengan pramuka;
6. Menteri adalah menteri yang Kalimat topik:
menyelenggarakan urusan pemerintahan di 5. Kepramukaan adalah
bidang pendidikan; segala aspek yang
berkaitan dengan
pramuka;
Kalimat topik:
6. Menteri adalah menteri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

285

yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di
bidang pendidikan;
37. Pasal 2 II.F.3 Kalimat topik:
(1) Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan (1) Pendidikan
sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler wajib Kepramukaan
pada pendidikan dasar dan menengah. dilaksanakan…
(2) Kegiatan Ekstrakurikuler wajib pendidikan dasar dan
merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang menengah. Definisi √
harus diikuti oleh seluruh peserta didik;
Kalimat topik:
Kegiatan Ekstrakurikuler
wajib merupakan… diikuti
oleh seluruh peserta didik;
38. Pasal 3 II.F.4 Kalimat topik:
(1) Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan (1) Pendidikan
dalam 3 (tiga) Model meliputi Model Blok, Kepramukaan
Model Aktualisasi, dan Model Reguler. dilaksanakan… Model
(2) Model Blok sebagaimana dimaksud pada Aktualisasi, dan Model
ayat (1) merupakan kegiatan wajib dalam Reguler.
bentuk perkemahan yang dilaksanakan
setahun sekali dan diberikan penilaian Kalimat pengembang:
umum. (2) Model Blok
(3) Model Aktualisasi sebagaimana dimaksud sebagaimana…
Pemerincian √
pada ayat (1) merupakan kegiatan wajib diberikan penilaian
dalam bentuk penerapan sikap dan umum.
keterampilan yang dipelajari didalam kelas
yang dilaksanakan dalam kegiatan Kalimat pengembang:
Kepramukaan secara rutin, terjadwal, dan (3) Model Blok
diberikan penilaian formal. sebagaimana…
(4) Model Reguler sebagaimana dimaksud diberikan penilaian
pada ayat (1) merupakan kegiatan sukarela formal.
berbasis minat peserta didik yang
dilaksanakan di Gugus depan. Kalimat pengembang:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

286

(4) Model Blok


sebagaimana…
dilaksanakan di Gugus
depan.

39. Pasal 4 II.F.5


Pendidikan Kepramukaan berisi perpaduan
Kalimat pengembang Pemerincian √
proses pengembangan nilai sikap dan
keterampilan.
40. Pasal 5 II.F.6 Kalimat topik:
(1) Pola Kegiatan Pendidikan Kepramukaan (1) Pola Kegiatan
diwujudkan dalam bentuk upacara dan Pendidikan
keterampilan Kepramukaan dengan Kepramukaan…
menggunakan berbagai metode dan teknik. berbagai metode dan
(2) Upacara sebagaimana dimaksud pada ayat teknik.
(1) meliputi upacara pembukaan dan
penutupan. Kalimat pengembang:
(3) Keterampilan Kepramukaan sebagaimana (2) Upacara sebagaimana…
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan upacara pembukaan dan
sebagai perwujudan komitmen penutupan.
Kepramukaan dalam bentuk pembiasan Pemerincian √
dan penguatan sikap dan keterampilan Kalimat pengembang:
sesuai dengan kebutuhan pembelajaran. (3) Keterampilan
(4) Metode dan teknik sebagaimana dimaksud Kepramukaan
pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk sebagaimana… dengan
belajar interaktif dan progresif disesuaikan kebutuhan pembelajaran.
dengan kemampuan fisik dan mental
peserta didik. Kalimat pengembang:
(4) Metode dan teknik
sebagaimana…
kemampuan fisik dan
mental peserta didik.
41. Pasal 6 II.F.7 Kalimat topik:
Pemerincian √
(1) Penilaian dalam Pendidikan Kepramukaan (1) Penilaian dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

287

dilaksanakan dengan menggunakan Pendidikan


penilaian yang bersifat otentik mencakup Kepramukaan…
penilaian sikap dan keterampilan. penilaian sikap dan
(2) Penilaian sikap sebagaimana dimaksud keterampilan.
pada ayat (1) dilakukan dengan
menggunakan penilaian berdasarkan Kalimat pengembang:
pengamatan, penilaian diri, dan penilaian (2) Penilaian sikap
teman sebaya. sebagaimana… penilaian
(3) Penilaian keterampilan sebagaimana diri, dan penilaian teman
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan sebaya.
menggunakan penilaian unjuk kerja.
(4) Penilaian sikap dan keterampilan Kalimat pengembang:
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan (3) Penilaian keterampilan
ayat (3) menggunakan jurnal pendidik dan sebagaimana…
portofolio. menggunakan penilaian
unjuk kerja.

Kalimat pengembang:
(4) Penilaian sikap dan
keterampilan…
menggunakan jurnal
pendidik dan portofolio.
42. Pasal 7 II.F.8 Kalimat topik:
(1) Pengelolaan Pendidikan Kepramukaan (1) Pengelolaan Pendidikan
sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib pada Kepramukaan… dengan
satuan pendidikan dasar dan menengah pelaksana pembina
merupakan tanggung jawab kepala sekolah pramuka.
dengan pelaksana pembina pramuka. (2)
Definisi √
(2) Pembina Pramuka sebagaimana dimaksud Kalimat pengembang:
pada ayat (1) adalah Guru kelas/Guru mata (3) Pembina Pramuka
pelajaran yang telah memperoleh sertifikat sebagaimana… guru
paling rendah kursus mahir dasar atau Pembina kelas/guru mata
Pramuka yang bukan guru kelas/guru mata pelajaran.
pelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

288

(3) Guru kelas/guru mata pelajaran yang Kalimat pengembang:


melaksanakan tugas tambahan sebagai Pembina (4) Guru kelas/guru mata
Pramuka dihitung sebagai bagian dari pelajaran… beban kerja
pemenuhan beban kerja guru dengan beban paling banyak 2 jam
kerja paling banyak 2 jam pelajaran per minggu. pelajaran per minggu.
43. Pasal 8 II.F.9 Kalimat topik:
(1) Pendidikan Kepramukaan sebagai (1) Pendidikan
kegiatan ekstrakurikuler wajib merujuk Kepramukaan sebagai
pada Pedoman Penyelenggaraan kegiatan
Pendidikan Kepramukaan sebagai ekstrakurikuler…
Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib dan Kegiatan Ekstrakurikuler
Prosedur Operasi Standar (POS) Wajib.
Penyelenggaraan Pendidikan
Kepramukaan sebagai Kegiatan Kalimat pengembang:
Ekstrakurikuler Wajib. (2) Pedoman
(2) Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Penyelenggaraan
Kepramukaan sebagai Kegiatan Pendidikan… tidak Pemerincian √
Ekstrakurikuler Wajib sebagaimana terpisahkan dari
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Peraturan Menteri ini.
Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. Kalimat pengembang:
(3) Prosedur Operasi Standar (POS) Prosedur Operasi Standar
Penyelenggaraan Pendidikan (POS) Penyelenggaraan…
Kepramukaan sebagai Kegiatan Peraturan Menteri ini.
Ekstrakurikuler Wajib sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
44. Pasal 9 II.F.10 Kalimat pengembang :
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal Peraturan ini mulai berlaku
diundangkan. pada tanggal diundangkan.
Pemerincian √
Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Kalimat pengembang:
Menteri ini dengan penempatannya dalam Agar setiap orang… Berita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

289

Berita Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia.


Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Juli 2014 Kalimat pengembang:
MENTERI PENDIDIKAN DAN Ditetapkan di …Republik
KEBUDAYAAN Indonesia.
REPUBLIK INDONESIA,
Diundangkan di Jakarta Kalimat pengembang:
pada tanggal 11 Juli 2014 Diundangkan di …. TAHUN
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI 2014 NOMOR 959.
MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2014 NOMOR 959.
45. Permendikbud DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA II.G.1
Nomor 65 ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang: a. bahwa untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 43 ayat (5)
Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, Badan
Standar Nasional Pendidikan Kalimat topik Pemerincian √
telah melakukan penilaian
kelayakan isi, bahasa,
penyajian, dan kegrafikaan
buku teks pelajaran Kurikulum
2013 untuk digunakan dalam
pembelajaran;
b.bahwa berdasarkan
pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a, perlu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

290

menetapkan Peraturan Menteri


Pendidikan dan Kebudayaan
tentang Buku Teks Pelajaran
dan Buku Panduan Guru
Kurikulum 2013 Kelompok
Peminatan Pendidikan
Menengah yang Memenuhi
Syarat Kelayakan untuk
Digunakan Dalam
Pembelajaran;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20


Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 4
1 , Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor
4496) sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 71, Tambahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

291

Lembaran Negara Republik


Indonesia Nomor 5410);
3. Peraturan Presiden Nomor 47
Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara,
sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 55
Tahun 2013 tentang Perubahan
Keempat atas Peraturan
Presiden Nomor 47 Tahun 2009
tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor
125);
4. Peraturan Presiden Nomor 24
Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan
Fungsi Eselon I Kementerian
Negara sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden
Nomor 56 Tahun 2013 tentang
Perubahan Keempat atas
Peraturan Presiden Nomor 24
Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara serta
Susunan Organisasi, Tugas, dan
Fungsi Eselon I Kementerian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

292

Negara (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 126);
5. Keputusan Presiden Republik
Indonesia Nomor 84/P Tahun
2009 mengenai Pembentukan
Kabinet Indonesia Bersatu II
sebagaimana telah beberapa kali
diubah, terakhir dengan
Keputusan Presiden Nomor 8/P
Tahun 2014;
6. Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Nomor 2 Tahun 2008
tentang Buku;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN
TENTANG BUKU TEKS
PELAJARAN DAN BUKU
PANDUAN GURU
KURIKULUM 2013
KELOMPOK
PEMINATAN
PENDIDIKAN
MENENGAH YANG
MEMENUHI SYARAT
KELAYAKAN UNTUK
DIGUNAKAN DALAM
PEMBELAJARAN.
46. Pasal 1 II.G.2 Kalimat pengembang:
(1) Buku kurikulum 2013 untuk SMA/MA kelas (1)Buku kurikulum 2013
Pemerincian √
X kelompok peminatan Matematika dan Ilmu- untuk… digunakan dalam
Ilmu Alam yang terdiri atas: pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

293

a. Buku Teks Pelajaran sebagai buku


siswa sebagaimana tercantum dalam Kalimat pengembang:
Lampiran I yang merupakan bagian yang (2) Buku kurikulum 2013
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri untuk… digunakan dalam
ini; dan pembelajaran.
b. Buku Panduan Guru sebagai buku guru
sebagaimana tercantum dalam Lampiran II
yang merupakan bagian yang tidak Kalimat pengembang:
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini, (3) Buku kurikulum 2013
memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan untuk… digunakan dalam
dalam pembelajaran. pembelajaran.
(2) Buku kurikulum 2013 untuk SMA/MA kelas
X kelompok peminatan Ilmu-Ilmu Sosial terdiri
atas:
a. Buku Teks Pelajaran sebagai buku
siswa sebagaimana tercantum dalam
Lampiran III yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini; dan
b. Buku Panduan Guru sebagai buku guru
sebagaimana tercantum dalam Lampiran
IV yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini,
memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan
dalam pembelajaran.
(3) Buku kurikulum 2013 untuk SMA/MA kelas
X kelompok peminatan ilmu-ilmu bahasa dan
budaya yang terdiri atas:
a. Buku Teks Pelajaran sebagai buku
siswa sebagaimana tercantum dalam
Lampiran V yang merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini; dan
b. Buku Panduan Guru sebagai buku guru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

294

sebagaimana tercantum dalam Lampiran


VI yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini,
memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan
dalam pembelajaran.

47. Pasal 2 II.G.3


Perubahan atas isi buku teks pelajaran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 wajib Kalimat pengembang Pemerincian √
mendapat persetujuan dari Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP).
48. Pasal 3 II.G.4 Kalimat pengembang :
Peraturan ini mulai berlaku
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal pada tanggal diundangkan.
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, Kalimat pengembang:
memerintahkan pengundangan Peraturan Agar setiap orang… Berita
Menteri ini dengan penempatannya dalam Negara Republik Indonesia.
Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta Kalimat pengembang:
pada tanggal 2 Juli 2014 Ditetapkan di …Republik
MENTERI PENDIDIKAN DAN Indonesia.
KEBUDAYAAN Pemerincian √
REPUBLIK INDONESIA, Kalimat pengembang:
Diundangkan di …. TAHUN
Diundangkan di Jakarta 2014 NOMOR 959.
pada tanggal 11 Juli 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2014 NOMOR 959.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

295

49. Permendikbud DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA II.H.1


Nomor 103 ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang: bahwa dalam rangka implementasi
kurikulum sebagaimana telah
diatur dalam Pasal 77O ayat
(2) huruf c dan Pasal 77P ayat
(2) huruf c Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun
2013 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan,
perlu menetapkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Pedoman
Kalimat topik Pemerincian √
Pembelajaran pada
Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah;
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor
4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana
telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

296

Nomor 32 Tahun 2013


tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 71,
Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 5410);
3. Peraturan Presiden Nomor 47
Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan
Organisasi Kementerian
Negara Republik Indonesia
sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor
13 Tahun 2014;
4. Peraturan Presiden Nomor 24
Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Susunan Organisasi, dan
Tata kerja Kementerian
Negara Republik Indonesia
sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor
14 Tahun 2014;
5. Keputusan Presiden Nomor
84/P Tahun 2009 mengenai
Pembentukan Kabinet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

297

Indonesia Bersatu II
sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan
Keputusan Presiden Nomor
54/P Tahun 2014;
6. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 54
Tahun 2013 tentang Standar
Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar dan
Menengah;
7. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 64
Tahun 2013 tentang Standar
Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah;
8. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 65
Tahun 2013 tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar
dan Menengah;
9. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 66
Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian Pendidikan Dasar
dan Menengah;
10. Peraturan Menteri
Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 57
Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
11. Peraturan Menteri
Pendidikan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

298

Kebudayaan Nomor 58
Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah
Menengah
Pertama/Madrasah
Tsanawiyah;
12. Peraturan Menteri
Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 59
Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah
Menengah Atas/Madrasah
Aliyah;
13. Peraturan Menteri
Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 60
Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah
Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG PEMBELAJARAN PADA
PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN
MENENGAH.
50. Pasal 1 II.H.2 Kalimat topik:
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud Dalam Peraturan Menteri ini
dengan: yang dimaksud dengan:
1. Pembelajaran adalah proses interaksi 1. Pembelajaran adalah Definisi √
antarpeserta didik dan antara peserta didik proses interaksi… pada
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu suatu lingkungan belajar.
lingkungan belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

299

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kalimat topik:


selanjutnya disebut dengan RPP adalah rencana 2. Rencana Pelaksanaan
pembelajaran yang dikembangkan mengacu Pembelajaran
pada silabus; selanjutnya disebut
3. Satuan pendidikan adalah Sekolah dengan…
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Luar dikembangkan mengacu
Biasa (SD/MI/SDLB), Sekolah Menengah pada silabus;
Pertama/Madrasah Tsanawiyah/ Sekolah
Menengah Pertama Luar Biasa Kalimat topik:
(SMP/MTs/SMPLB), Sekolah Menengah 3. Satuan pendidikan
Atas/Madrasah Aliyah /Sekolah Menengah Atas adalah Sekolah
Luar Biasa (SMA/MA/SMALB), dan Sekolah Dasar/Madrasah…
Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan Luar Biasa
Kejuruan/Sekolah Menengah Kejuruan Luar (SMK/MAK/SMKLB).
Biasa (SMK/MAK/SMKLB).
51. Pasal 2 II.H.3 Kalimat topik:
(1) Pembelajaran dilaksanakan berbasis aktivitas (1) Pembelajaran
dengan karakteristik: dilaksanakan berbasis…
a. interaktif dan inspiratif; kemampuan, dan
b. menyenangkan, menantang, dan perkembangan fisik serta
memotivasi peserta didik untuk psikologis peserta didik.
berpartisipasi aktif;
c. kontekstual dan kolaboratif; Kalimat pengembang:
d. memberikan ruang yang cukup bagi (2) Pembelajaran
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian menggunakan Pemerincian √
peserta didik; dan pendekatan,… pada
e. sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, karakteristik
dan perkembangan fisik serta psikologis sebagaimana dimaksud
peserta didik. pada ayat (1).
(2) Pembelajaran menggunakan pendekatan,
strategi, model, dan metode yang mengacu pada Kalimat pengembang:
karakteristik sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pendekatan
(1). pembelajaran
(3) Pendekatan pembelajaran sebagaimana sebagaimana dimaksud
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

300

dimaksud pada ayat (2) merupakan cara pada… kompetensi


pandang pendidik yang digunakan untuk yang ditentukan.
menciptakan lingkungan pembelajaran yang
memungkinkan terjadinya proses pembelajaran Kalimat pengembang:
dan tercapainya kompetensi yang ditentukan. (4) Strategi pembelajaran
(4) Strategi pembelajaran sebagaimana sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) merupakan langkah- dimaksud… kompetensi
langkah sistematik dan sistemik yang digunakan yang ditentukan.
pendidik untuk menciptakan lingkungan
pembelajaran yang memungkinkan terjadinya Kalimat pengembang:
proses pembelajaran dan tercapainya (5) Model pembelajaran
kompetensi yang ditentukan. sebagaimana… urutan
(5) Model pembelajaran sebagaimana dimaksud logis, pengaturan, dan
pada ayat (2) merupakan kerangka konseptual budaya.
dan operasional pembelajaran yang memiliki
nama, ciri, urutan logis, pengaturan, dan
budaya.
(6) Metode pembelajaran sebagaimana Kalimat pengembang:
dimaksud pada ayat (2) merupakan cara atau (6) Metode pembelajaran
teknik yang digunakan oleh pendidik untuk sebagaimana… mencakup
menangani suatu kegiatan pembelajaran yang antara lain ceramah, tanya-
mencakup antara lain ceramah, tanya-jawab, jawab, diskusi
diskusi.
(7) Pendekatan pembelajaran sebagaimana Kalimat pengembang:
dimaksud pada ayat (3) menggunakan (7) Pendekatan pembelajaran
pendekatan saintifik/pendekatan berbasis proses sebagaimana… berbasis
keilmuan. proses keilmuan.
(8) Pendekatan saintifik/pendekatan berbasis
proses keilmuan sebagaimana dimaksud pada Kalimat pengembang:
ayat (7) merupakan pengorganisasian (8) Pendekatan
pengalaman belajar dengan urutan logis saintifik/pendekatan
meliputi proses pembelajaran: berbasis…
a. mengamati; e. mengomunikasikan.
b. menanya;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

301

c. mengumpulkan informasi/mencoba; Kalimat pengembang:


d. menalar/mengasosiasi; dan (9) Urutan logis
e. mengomunikasikan. sebagaimana… dalam satu
(9) Urutan logis sebagaimana dimaksud pada atau lebih pertemuan.
ayat (8) dapat dikembangkan dan digunakan
dalam satu atau lebih pertemuan. Kalimat pengembang:
(10) Pendekatan saintifik/pendekatan berbasis (10) Pendekatan
proses keilmuan sebagaimana dimaksud pada saintifik/pendekatan
ayat (8) dilaksanakan dengan menggunakan berbasis… dengan
modus pembelajaran langsung atau tidak Kompetensi Dasar yang ingin
langsung sebagai landasan dalam menerapkan dicapai.
berbagai strategi dan model pembelajaran sesuai
dengan Kompetensi Dasar yang ingin dicapai.
52. Pasal 3 II.H.4 Kalimat topik:
(1) Pembelajaran dilaksanakan dengan (1) Pembelajaran
menggunakan RPP. dilaksanakan dengan
(2) RPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan RPP.
disusun oleh guru dengan mengacu pada
silabus dengan prinsip: Kalimat pengembang:
a. memuat secara utuh kompetensi dasar (2) RPP sebagaimana
sikap spiritual, sikap sosial, dimaksud pada ayat
pengetahuan, dan keterampilan; (1)… memanfaatkan
b. dapat dilaksanakan dalam satu atau teknologi informasi dan
lebih dari satu kali pertemuan; komunikasi. Pemerincian √
c. memperhatikan perbedaan individual
peserta didik; Kalimat pengembang:
d. berpusat pada peserta didik; (3) Prinsip sebagaimana
e. berbasis konteks; dimaksud… reguler,
f. berorientasi kekinian; pengayaan, dan
g. mengembangkan kemandirian belajar; remedial.
h. memberikan umpan balik dan tindak
lanjut pembelajaran; Kalimat pengembang:
i. memiliki keterkaitan dan keterpaduan (4) RPP sebagaimana
antarkompetensi dan/atau antarmuatan; dimaksud… bahan, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

302

dan sumber belajar.


j. memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi. Kalimat pengembang:
(3) Prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (5) Indikator pencapaian
(2) diwujudkan dalam bentuk pembelajaran kompetensi… Kompetensi
reguler, pengayaan, dan remedial. Inti 3 dan Kompetensi Inti 4.
(4) RPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
paling sedikit memuat: Kalimat pengembang:
a. identitas sekolah/madrasah, mata Kegiatan pembelajaran
pelajaran atau tema, kelas/semester, dan sebagaimana… sampai
alokasi waktu; dengan ayat (9).
b. Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, dan
indikator pencapaian kompetensi;
c. materi pembelajaran;
d. kegiatan pembelajaran yang meliputi
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup;
e. penilaian, pembelajaran remedial, dan
pengayaan; dan
f. media, alat, bahan, dan sumber belajar.

(5) Indikator pencapaian kompetensi


sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b
merupakan:
a. kemampuan yang dapat diobservasi untuk
disimpulkan sebagai pemenuhan
Kompetensi Dasar pada Kompetensi Inti 1
dan Kompetensi Inti 2; dan
b. kemampuan yang dapat diukur dan/atau
diobservasi untuk disimpulkan sebagai
pemenuhan Kompetensi Dasar pada
Kompetensi Inti 3 dan Kompetensi Inti 4.
(6) Kegiatan pembelajaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) huruf d mengacu pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

303

pendekatan, strategi, model, dan metode


pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (3) sampai dengan ayat (9).
53. Pasal 4 II.H.5
Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah dilaksanakan sesuai
Kalimat Pengembang Pemerincian √
pedoman sebagaimana tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
54. Pasal 5 II.H.6
Semua ketentuan tentang Pembelajaran pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
dalam Peraturan Menteri yang sudah ada Kalimat Pengembang Pemerincian √
sebelum Peraturan Menteri ini berlaku, tetap
berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
55. Pasal 6 II.H.7
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal
Kalimat pengembang :
diundangkan.
Peraturan ini mulai berlaku
Agar setiap orang mengetahuinya,
pada tanggal diundangkan.
memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam
Kalimat pengembang:
Berita Negara Republik Indonesia.
Agar setiap orang… Berita
Ditetapkan di Jakarta
Negara Republik Indonesia.
pada tanggal 3 Oktober 2014
Pemerincian √
MENTERI PENDIDIKAN DAN
Kalimat pengembang:
KEBUDAYAAN
Ditetapkan di …Republik
REPUBLIK INDONESIA,
Indonesia.
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 8 Oktober 2014
Kalimat pengembang:
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
Diundangkan di …. TAHUN
MANUSIA
2014 NOMOR 1506.
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

304

AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2014 NOMOR 1506.
56. Permendikbud DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA II.I.1
Nomor 105 ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang: bahwa dalam rangka menjamin
terlaksananya Kurikulum 2013 secara efektif
dan efisien pada satuan pendidikan, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Pendampingan
Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah;
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4301); Kalimat Topik Pemerincian √
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5410);
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009
tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara Republik Indonesia
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

305

Nomor 13 Tahun 2014;


4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan
Organisasi, dan Tata kerja Kementerian Negara
Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 14 Tahun 2014;
5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009
mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia
Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Keputusan Presiden
Nomor 41/P Tahun 2014;
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar
dan Menengah;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah;
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang
Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan
Menengah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 57 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah
Ibtidaiyah;
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

306

Pertama/Madrasah Tsanawiyah;
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah;
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 60 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG PENDAMPINGAN
PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA
PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN
MENENGAH.
57. Pasal 1 II.I.2 Kalimat topik:
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud Dalam Peraturan Menteri ini
dengan: yang dimaksud dengan:
1. Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 1. Pendampingan
2013 yang selanjutnya disebut Pelaksanaan
Pendampingan adalah proses pemberian Kurikulum 2013 yang
bantuan penguatan pelaksanaan Kurikulum selanjutnya disebut
2013 pada satuan pendidikan; Pendampingan adalah
2. Satuan pendidikan adalah Sekolah proses pemberian…
Definisi √
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar pada satuan
Luar Biasa (SD/MI/SDLB), Sekolah pendidikan;
Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah/Sekolah Menengah Pertama Kalimat topik:
Luar Biasa (SMP/MTs/SMPLB), Sekolah 2. Satuan pendidikan
Menengah Atas/Madrasah Aliyah/Sekolah adalah Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa Dasar/Madrasah…
(SMA/MA/SMALB), dan Sekolah Kejuruan Luar Biasa
Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah (SMK/MAK/SMKLB)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

307

Kejuruan/Sekolah Menengah Kejuruan .


Luar Biasa (SMK/MAK/SMKLB).
58. Pasal 2 II.I.3 Kalimat topik:
(1) Pendampingan memiliki tujuan: (1) Pendampingan memiliki
a. memfasilitasi proses adopsi Kurikulum 2013 tujuan:
pada satuan pendidikan; a. memfasilitasi…
b. memfasilitasi pengayaan/kontekstualisasi pembelajaran berbasis
sebagai bagian dari pengembangan Kurikulum Kurikulum 2013.
2013 pada satuan pendidikan;
c. memperkuat keterlaksanaan Kurikulum 2013 Kalimat pengembang:
pada satuan pendidikan; dan (2) Pendampingan
d. memperkuat pemahaman dan membangun sebagaimana dimaksud… c.
Pemerincian √
kepercayaan diri dalam pelaksanaan pendidik.
pembelajaran berbasis Kurikulum 2013.
(2) Pendampingan sebagaimana dimaksud pada Kalimat pengembang:
ayat (1) memiliki sasaran: (3) Sasaran sebagaimana
a. pengawas satuan pendidikan; dimaksud pada… status dan
b. kepala satuan pendidikan; dan peran masing-masing.
c. pendidik.
(3) Sasaran sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) memperoleh substansi pendampingan sesuai
dengan status dan peran masing-masing.
59. Pasal 3 II.I.4 Kalimat topik:
(1) Pendampingan dilakukan berdasarkan (1) Pendampingan dilakukan
prinsip: berdasarkan… d.
a. profesional; berkelanjutan.
b. kolegial;
c. sikap saling percaya; dan
Pemerincian √
d. berkelanjutan. Kalimat pengembang:
(2) Prinsip profesional sebagaimana dimaksud (2) Prinsip profesional
pada ayat (1) huruf a merupakan kegiatan sebagaimana… kriteria dan
pendampingan yang dilakukan dengan kriteria prosedur keahlian.
dan prosedur keahlian.
(3) Prinsip kolegial sebagaimana dimaksud pada Kalimat pengembang:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

308

ayat (1) huruf b merupakan kegiatan (3) Prinsip kolegial


pendampingan yang dilakukan dengan sebagaimana… pendamping
pendekatan dan iklim kesejawatan antara dan yang didampingi.
pendamping dan yang didampingi.
(4) Prinsip sikap saling percaya sebagaimana Kalimat pengembang:
dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan (4) Prinsip sikap saling
kegiatan pendampingan yang dilakukan dengan percaya sebagaimana…
saling menghormati dan bertanggungjawab. menghormati dan
(5) Prinsip berkelanjutan sebagaimana dimaksud bertanggungjawab.
pada ayat (1) huruf d merupakan kegiatan
pendampingan yang dilakukan secara terencana, Kalimat pengembang:
terus-menerus, dan semakin meningkat. (5) Prinsip berkelanjutan
sebagaimana… terus-
menerus, dan semakin
meningkat.
60. Pasal 4 II.I.5
Pendampingan pelaksanaan Kurikulum 2013
berisi:
a. penguatan substansi bahan ajar untuk setiap
mata pelajaran dan/atau tema pembelajaran;
b. penguatan sistem pembelajaran pada
Kurikulum 2013;
c. penguatan sistem penilaian hasil belajar
Kalimat topik Pemerincian √
oleh pendidik pada Kurikulum 2013 dan
pengisian laporan hasil belajar peserta
didik;
d. pengembangan perangkat Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan; dan
e. pengembangan model penelusuran minat
peserta didik melalui bimbingan dan
konseling.
61. Pasal 5 II.I.6
Pengelolaan pendampingan dilaksanakan oleh Kalimat topik Pemerincian √
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

309

Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah


bekerjasama dengan dinas pendidikan provinsi
dan dinas pendidikan kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangannya.
62. Pasal 6 II.I.7 Kalimat topik:
(1) Pendampingan dilaksanakan secara (1)Pendampingan
berkesinambungan dengan: dilaksanakan secara
a. model pendampingan di induk kluster/gugus; berkesinambungan dengan:
dan a. model pendampingan… di
b. model pendampingan di satuan pendidikan. satuan pendidikan.
(2) Model Pendampingan berbasis kluster/gugus Kalimat pengembang:
satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada (2) Model Pendampingan Pemerincian √
ayat (1) huruf a dilakukan oleh guru berbasis… dilakukan oleh
pendamping. guru pendamping.
(3) Model pendampingan di satuan pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b Kalimat pengembang:
dilakukan oleh guru pendamping yang ada di (3) Model pendampingan di
satuan pendidikan tersebut. satuan… di satuan
pendidikan tersebut.
63. Pasal 7 II.I.8 Kalimat topik:
(1) Guru pendamping dalam pelaksanaan (1) Guru pendamping dalam
Kurikulum 2013 terdiri atas unsur: pelaksanaan…
a. pengawas satuan pendidikan; c. pendidik
b. kepala satuan pendidikan; dan
c. pendidik. Kalimat pengembang:
(2) Syarat sebagai pendamping dalam (2) Syarat sebagai
pelaksanaan Kurikulum 2013 sebagaimana pendamping dalam Pemerincian √
dimaksud pada ayat (1) adalah: pelaksanaan… teknis
a. telah lulus pelatihan Kurikulum 2013 dengan guru pendamping.
prestasi sekurang-kurangnya dengan predikat
memuaskan (M); dan Kalimat pengembang:
b. telah lulus dalam bimbingan teknis guru (3) Penyelenggara satuan
pendamping. pendidikan… pada satuan
(3) Penyelenggara satuan pendidikan yang pendidikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

310

didirikan oleh masyarakat dapat menyediakan


sumber daya pendidikan dalam pelaksanaan
pendampingan pada satuan pendidikan.
64. Pasal 8 II.I.9
Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013
pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah menggunakan Pedoman sebagaimana Kalimat pengembang Pemerincian √
tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
65. Pasal 9 II.I.10
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, Kalimat pengembang :
memerintahkan pengundangan Peraturan Peraturan ini mulai berlaku
Menteri ini dengan penempatannya dalam pada tanggal diundangkan.
Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta Kalimat pengembang:
pada tanggal 3 Oktober 2014 Agar setiap orang… Berita
MENTERI PENDIDIKAN DAN Negara Republik Indonesia.
KEBUDAYAAN Pemerincian √
REPUBLIK INDONESIA, Kalimat pengembang:
Diundangkan; di Jakarta Ditetapkan di …Republik
pada tanggal 8 Oktober 2014 Indonesia.
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA Kalimat pengembang:
REPUBLIK INDONESIA, Diundangkan di …. TAHUN
TTD. 2014 NOMOR 1508.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2014 NOMOR 1506.
66. Permendikbud DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA II.J.1
Nomor 160 ESA Kalimat Topik Pemerincian √
MENTERI PENDIDIKAN DAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

311

KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,


Menimbang: bahwa dalam rangka kelancaran
proses pendidikan pada satuan
pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah, perlu menetapkan
Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan tentang
Pemberlakuan Kurikulum Tahun
2006 dan Kurikulum 2013;
Mengingat: 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara
Republik Indonesia tahun 2003
Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 4301);
2.Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 71,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor
5410);
3. Keputusan Presiden Nomor
121/P Tahun 2014 tentang
Pembentukan Kementerian dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

312

Pengangkatan Menteri Kabinet


Kerja;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG PEMBERLAKUAN
KURIKULUM TAHUN 2006 DAN
KURIKULUM 2013.
67. Pasal 1 II.J.2

Satuan pendidikan dasar dan pendidikan


menengah yang melaksanakan Kurikulum 2013
sejak semester pertama tahun pelajaran
Kalimat pengembang Pemerincian √
2014/2015 kembali melaksanakan Kurikulum
Tahun 2006 mulai semester kedua tahun
pelajaran 2014/2015 sampai ada ketetapan dari
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk
melaksanakan Kurikulum 2013.
68. Pasal 2 II.J.3 Kalimat topik:
(1) Satuan pendidikan dasar dan pendidikan (1) Satuan pendidikan
menengah yang telah melaksanakan dasar… menggunakan
Kurikulum 2013 selama 3 (tiga) semester Kurikulum 2013.
tetap menggunakan Kurikulum 2013.
(2) Satuan pendidikan dasar dan pendidikan Kalimat pengembang:
menengah yang melaksanakan Kurikulum (2) Satuan pendidikan dasar
2013 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan pendidikan…
Pemerincian √
merupakan satuan pendidikan rintisan rintisan penerapan
penerapan Kurikulum 2013. Kurikulum 2013.
(3) Satuan pendidikan rintisan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dapat berganti Kalimat pengembang:
melaksanakan Kurikulum Tahun 2006 (3) Satuan pendidikan
dengan melapor kepada dinas pendidikan rintisan sebagaimana…
provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan sesuai dengan
kewenangannya. kewenangannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

313

69. Pasal 3 II.J.4 Kalimat topik:


(1) Satuan pendidikan dasar dan pendidikan (1) Satuan pendidikan dasar
menengah yang belum melaksanakan dan pendidikan…
Kurikulum 2013 mendapatkan pelatihan Pengawas satuan
dan pendampingan bagi: pendidikan.
a. Kepala satuan pendidikan;
b. Pendidik; Kalimat pengembang:
c. Tenaga kependidikan; dan (2) Pelatihan dan
d. Pengawas satuan pendidikan. pendampingan
Pemerincian √
(2) Pelatihan dan pendampingan sebagaimana sebagaimana… pelaksanaan
dimaksud pada ayat (1) bertujuan Kurikulum 2013.
meningkatkan kompetensi dan penyiapan
pelaksanaan Kurikulum 2013. Kalimat pengembang:
(3) Pelatihan dan pendampingan sebagaimana (3) Pelatihan dan
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan pendampingan
standar yang ditetapkan oleh Kementerian sebagaimana…
Pendidikan dan Kebudayaan. Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
70. Pasal 4 II.J.5
Satuan pendidikan dasar dan pendidikan
menengah dapat melaksanakan Kurikulum Kalimat pengembang Pemerincian √
Tahun 2006 paling lama sampai dengan tahun
pelajaran 2019/2020.
71. Pasal 5 II.J.6
Hal-hal yang belum diatur terkait dengan
prosedur pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 serta tata
cara satuan pendidikan yang siap melaksanakan
Kurikulum 2013 sebagaimana dimaksud dalam Kalimat pengembang Pemerincian √
Pasal 3 diatur oleh Direktur Jenderal Pendidikan
Dasar dan Direktur Jenderal Pendidikan
Menengah setelah berkoordinasi dengan Kepala
Badan Penelitian dan Pengembangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

314

72. Pasal 6 II.J.7


Ketentuan lebih lanjut mengenai Kurikulum
Kalimat pengembang Pemerincian √
Tahun 2006 sebagaimana dimaksud dalam Pasal
1 diatur dalam Peraturan Menteri tersendiri.
73. Pasal 7 II.J.8
Satuan pendidikan anak usia dini melaksanakan
Kalimat pengembang Pemerincian √
Kurikulum 2013 sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
74. Pasal 8 II.J.9
Satuan pendidikan khusus melaksanakan
Kalimat pengembang Pemerincian √
Kurikulum 2013 sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
75. Pasal 9 II.J.10

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal


diundangkan.
Kalimat pengembang :
Agar setiap orang mengetahuinya,
Peraturan ini mulai berlaku
memerintahkan pengundangan Peraturan
pada tanggal diundangkan.
Menteri ini dengan penempatannya dalam
Berita Negara Republik Indonesia.
Kalimat pengembang:
Ditetapkan di Jakarta
Agar setiap orang… Berita
pada tanggal 11 Desember 2014
Negara Republik Indonesia.
MENTERI PENDIDIKAN DAN
Pemerincian √
KEBUDAYAAN
Kalimat pengembang:
REPUBLIK INDONESIA,
Ditetapkan di …Republik
Diundangkan; di Jakarta
Indonesia.
pada tanggal 12 Desember 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
Kalimat pengembang:
MANUSIA
Diundangkan di …. TAHUN
REPUBLIK INDONESIA,
2014 NOMOR 1902.
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2014 NOMOR 1902.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

315
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

316

.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

317

Transkrip dan Coding Hasil Wawancara Dengan Praktisi Hukum

Waktu Pelaksanaan : Kamis, 25 Februari 2016

Pukul : 16.21-16.51 WIB

Pertanyaan Jawaban Kategori

Baik, selamat sore Pak Heri, Oke, saya Heri Sabto Widodo. Jadi,
sebelumnya saya akan saya notaris di BAN PPAT di
memperkenalkan diri. Saya adalah Kabupaten Bantul. Saya ini lulus S1
salah satu mahasiswa Pendidikan Fakultas Hukum di Universitas
Bahasa dan Sastra Indonesia dari Islam Indonesia dan kemudian
Universitas Sanata Dharma program spesialis notariat di
Yogyakarta ingin mewawancarai Universitas Gajah Mada
Identitas Praktisi
Bapak berkaitan dengan penelitian Yogyakarta. Kemudian saya selain
Hukum
saya. Sebelumnya, silahkan Bapak saya notaris, saya juga jabatan saya
memperkenalkan diri, nama Ketua Ikatan Notaris Indonesia
lengkap dan jenjang pendidikan Kabupaten Bantul dan sekaligus
Bapak. Sekretaris Umum Ikatan Notaris
Indonesia Daerah Istimewa
Yogyakarta. Ya, itu mungkin dari
saya. (PH1)

Yang pertama dalam penelitian ini, Ya, jadi mungkin kalau menurut
saya mengutip pendapat Anton M. Anton saya pikir tinjauannya Perspektif Bapak
Moeliono dalam buku karangan mungkin dari sisi bahasa ya. Saya Heri tentang
Hadikusuma yang berjudul “Bahasa nggak mengerti yang dimaksudkan pendapat Anton M.
Hukum Indonesia”. Menurut beliau, Anton ini kalimat tunggal dan Moeliono
salah satu ciri-ciri ragam bahasa bercorak hemat itu seperti apa. Tapi,
Perundang-Undangan, yaitu yang saya maknai adalah bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

318

bercorak hemat, hanya kata yang memang yang namanya bahasa


diperlukan dalam penggunaannya Perundang-Undangan ini memang
dan bentuk, makna, dan fungsinya cenderung sederhana ya, cenderung
lebih mantap dan stabil. Nah, baku, dan singkat memang karena
menurut Bapak, apakah benar kan menghindari banyak penafsiran
argumen Anton M. Moeliono yang yang mungkin akan dimunculkan
mengatakan bahwa bahasa pada saat bahasa itu menjadi banyak.
Perundang-Undangan itu berupa Nah, makannya kalaupun Pak Anton
kalimat tunggal atau bercorak ini bilang bahasanya lebih, lebih apa
hemat? ya lebih simple ya, lebih eee apa
lebih mantap itu saya pikir saya
setuju juga. Tapi, makna dari saya.
Artinya tafsiran dari saya sendiri,
terlepas itu benar atau tidak menurut
Pak Anton, eee saya melihat
memang bahasa hukum perlu
sederhana, singkat, dan tidak terlalu
apa ya tidak terlalu gladrah itu
sehingga bisa diartikan semua orang
sama, seperti itu. (PH2)

Lalu, bagaimana dengan pendapat Ya, secara eee kontekstual saya pikir
Anton M. Moeliono yang kedua kalau Pak Anton benar juga.
yang mengatakan bahwa bahasa Artinya, dia kalau bahasa hukum itu
Perundang-Undangan itu singkat dan padat, maka Perspektif Bapak

mempunyai bentuk, makna, dan kemungkinan berarti bahasa hukum Heri tentang

fungsi yang lebih mantap dan stabil itu mantap. Iya, mantap, jadi, pendapat Anton M.

atau ciri-cirinya mempunyai mantap disini itu tidak menimbulkan Moeliono

kalimat yang baku dan efektif. banyak penafsiran, gitu ya. Jadi, eee
Menurut Bapak, apakah benar kalau bahasa itu terlalu banyak
pernyataan tersebut? Sedangkan fungsinya, maka dia akan cenderung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

319

dalam penelitian saya, masih ada lebih banyak penafsirannya sehingga


beberapa kalimat yang perlu kalau itu singkat dan padat mungkin
dibenahi untuk mengikuti kaidah- bisa berarti mantap. Jadi, saya lebih
kaidah bahasa Indonesia. setuju, lebih setuju. Kalau
kemungkinan dalam proses apa ya,
pemakaiannya, aplikasinya, dalam
pemakaian di bahasa Indonesia ya
karena memang bahasa Indonesia itu
kan banyak sekali menyerap ya,
menyerap idiom-idiom yang dari
manapun. Jadi, kemungkinan juga
disitu juga ada banyak yang harus
disesuaikan. (PH3)

Menurut Pak Heri selaku Praktisi Kalau ciri-ciri bahasa hukum itu,
Hukum, ciri-ciri bahasa hukum saya pikir ya tadi saya mengikuti
Indonesia itu apa saja? Pak Anton saja. Cuman kalau
menurut saya, ciri-ciri yang paling
banyak dipakai yaitu, ya satu, ya itu
baku bahasanya. Yang keduanya,
memang singkat, nggak terlalu
banyak variatif, gitu ya. Kemudian Ciri-ciri bahasa
artinya jelas, gitu sehingga kalaupun hukum Indonesia
orang sekali membaca itu dia
mengerti yang dimaksudkan seperti
apa karena kalau nggak, maka dia
akan menimbulkan banyak arti.
Nah, kalau sudah menimbulkan
banyak arti, maka kemudian menjadi
multitafsir sehingga dalam
penerjemahan hukum akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

320

menimbulkan silang pendapat.


Sementara dalam hukum sendiri itu
kan dihindarkan terjadi silang
pendapat. Walaupun, orang hukum
selalu bersilang pendapat. (PH4)

Bisa dijelaskan pak, maksud dari Jadi, dalam satu kata itu jika itu
silang pendapat itu apa? berarti banyak, mungkin punya arti
lebih dari satu, maka itu
menimbulkan silang pendapat. Kan
orang hukum sukanya membeda-
bedakan arti, ya. Pada saat bahasa
hukum itu diperlukan untuk
mengartikan sesuatu dan akan
menjadi fungsi meringankan
tuntutan, meringankan hukuman
atau kemudian menjadi sandaran
untuk sebuah keinginan orang itu Maksud silang
terhadap arti hukum itu sendiri. pendapat
Maka kemudian orang akan
membawa kepentingannya terhadap
bahasa itu. Jadi, dimana
kepentingannya yang negatif, maka
bahasa itu akan diarahkan ke arah
kepentingannya. Itu yang
sebenarnya dihindarkan sehingga
diambil bahasa hukum itu singkat
dan artinya itu tidak terlalu banyak.
Ya, artinya ya satu. Siapapun yang
mengartikan ya sama. Itu yang
mungkin yang dimaksudkan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

321

lebih efektif seperti itu kalau


menurut saya. Jadi, jangan sampai
bahasa hukum itu justru malah
menimbulkan rancu dalam orang
melihat, seperti. (PH5)

Dalam penelitian ini, saya Jadi begini, eee dalam sebuah


menemukan kalimat-kalimat yang pembuatan Undang-Undang, aturan,
digunakan panjang-panjang dan kontrak, perjanjian, atau apapun itu
sukar dimengerti. Menurut Bapak, yang berwujud kemudian itu
mengapa kalimat dalam bahasa menghasilkan sesuatu, yang harus
hukum seperti itu? diikuti orang, maka disitu
diharapkan pembuatannya harus
memang detail. Jadi, orang
membaca itu sampai detail. Maka
kemudian muncullah kalau sebuah
aturan itu pasal-pasalnya dan aturan
penjelasannya untuk menghindarkan Karakteristik

hal-hal yang tadi itu, yang kemudian kalimat bahasa

terjadi banyak tafsiran. Nah, kenapa hukum

kemudian dia menjadi panjang?


Karena dia kan menjelaskan detail
dari maksud setiap aturan itu, setiap
kata-kata atau kalimat yang dibuat
dalam aturan, perjanjian, atau
kontrak atau apapun itu yang dibuat
sehingga dengan demikian maka
orang cenderung lebih bosan
membacanya. Tapi, sebenarnya dia
akan menjadi lebih jelas pada saat
dia membaca sampai selesai. Karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

322

kalau dia membaca secara terputus-


putus atau perbagian-bagian saja,
tanpa dia membaca sampai akhir
ataupun penjelasannya, maka dia
akan tidak akan mendapatkan arti
yang sesungguhnya. Nah, hal-hal
yang semacam ini kadang-kadang
justru dimanfaatkan orang untuk
memelintir bahasa-bahasa hukum itu
sendiri menjadi yang tidak sesuai
dengan apa yang dimaksud Undang-
Undang pada saat dibuatnya, seperti
itu. (PH6)

Berarti ciri kalimat yang panjang- Iya, lebih konkrit, lebih detail
panjang dalam bahasa hukum itu sehingga tidak muncul penafsiran
mempunyai tujuan tersendiri untuk yang seponggal-ponggal. Kalau
menjelaskan lebih konkrit? nanti orang bicara, Undang-Undang
A pasalnya yang dibaca cuman pasal
5. Sementara pasal 5 ini, dia sama
dibaca dengan pasal 10 karena pasal
Ciri kalimat dalam
6, 7, 8, dan 9 akan menjelaskan
bahasa hukum
pasal 5 itu maunya kemana.
Kemudian setelah itu disusul pula
ayat-ayat penjelasan. Itu yang
sehingga dia terasa lebih panjang,
bahkan harus dibaca sampai selesai
Undang-Undang itu, seperti itu.
(PH7)

Sebelumnya, Pak Heri mengatakan Ya, seperti tadi saya bilang.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

323

bahwa bahasa hukum Indonesia itu Sebenarnya bahasa hukum itu kan
multitafsir. Bisa dijelaskan kembali dibuat untuk tidak menimbulkan
berkaitan dengan hal tersebut? multitafsir. Nah, kemudian maka
dibuat dia lebih sederhana, lebih Bahasa hukum
baku, dan lebih simple. Nah, cuman Indonesia
dalam penjelasannya, dia akan
menjadi lebih panjang karena dia
menghindarkan multitafsir tadi.
Tapi, kebanyakan orang dalam
membacanya tidak sampai selesai
dan tidak dibaca ayat-ayat
penjelasan di akhir Undang-
Undangnya. Maka kemudian pada
saat itu dimunculkan, menimbulkan
multitafsir sehingga kalau orang
baca Undang-Undang, orang baca
hukum ya harus tuntas, jangan
separo-separo. Kalau separo-separo
dia akan pasti multitafsir. Nah,
multitafsir ini muncul dari berbagai
macam kepentingan. Kalaupun
dalam sebuah satu ayat dalam
sebuah Undang-Undang, kemudian
itu ditafsirkan oleh lawan ya mereka
yang saling bersitegang dan
berlawanan, maka akan
memunculkan berbeda-beda
penafsirannya, sesuai dengan
kepentingannya masing-masing.
Nah, inilah yang seharusnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

324

dihindarkan sehingga bahasa hukum


harus jelas, singkat, dan baku.
Kalaupun itu ditafsirkan oleh dua
orang saling bersitegang atau saling
berbeda kepentingan, maka tetap
saja hasilnya sama. Itulah kemudian
muncullah ada lembaga-lembaga
banding. Misalnya, pembandingan
peradilan tingkat pertama, peradilan
hak asasi karena biar bisa
meminimalisir penafsiran kalau ada
lembaga di atasnya yang nanti
menguji materi itu, Undang-Undang
yang sudah keluar, seperti itu. (PH8)

Kemarin, saya sempat mendengar Iya, Eropa Kontinental. Jadi


kata “Kontinental”, itu artinya apa memang kan sistem hukum kita itu
Pak? mengikuti Sistem Hukum Eropa
Kontinental. Jadi kalau ada beberapa
sistem hukum di dunia kan, salah
satunya adalah Eropa Kontinental
dan Inkluseksion. Kalau Eropa
Kontinental itu banyak diikuti oleh Pengertian kata

Belanda, Belgia, dan lain-lain. Tapi, kontinental

kalau Inkluseksion itu seperti


Inggris, kemudian negara-negara
yang menjadi negara jajahan Inggris,
seperti Australia, Malaysia, dan
Amerika yang lebih cenderung
nafasnya sama. Itu yang cuma
membedakan saja, sistemnya saja,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

325

sistem hukum itu. Itu yang diadopsi


kita. (PH9)

Berarti akar permasalahannya, Ya, negara kita memang masih


kenapa munculnya bahasa hukum banyak yang mengikuti Belanda.
Indonesia itu karena negara Walaupun sekarang pelan-pelan
Indonesia sudah termasuk negara sudah dimodifikasi ya, sudah
yang dijajah oleh Belanda. dirubah dengan menjadi hukum
nasional. Tapi, hawanya dan
nafasnya masih mengikuti hukum-
Penyebab
hukum Eropa, seperti itu. Nah, ini
munculnya bahasa
memang perlu waktu panjang untuk
hukum Indonesia
proses ini bisa kemudian menjadi
hukum Nasionalis yang milik kita
sendiri, nafasnya milik kita sendiri,
kemudian dan akhirnya membuat
ketahanan hukum sendiri untuk
bangsa yang memang sesuai dengan
karakter kita sendiri. (PH10)

Dalam membuat dokumen negara, Ya, sekarang kalau kita memang


bahasa apa yang Bapak gunakan? meminimalisir kaidah-kaidah yang
bahasa hukum Indonesia yang menggunakan bahasa hukum
masih berupa kata serapan dari Belanda sehingga kita cenderung
bahasa Belanda atau bahasa hukum sekarang lebih banyak diarahkan Bahasa hukum

Indonesia yang mengikuti kaidah- untuk menggunakan istilah-istilah yang digunakan

kaidah bahasa Indonesia? bahasa Indonesia. Bahkan, sekarang oleh Bapak Heri

untuk nama-nama badan hukum


pun, PT misalnya, itu harus
menggunakan nama-nama
Indonesia, tidak boleh nama-nama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

326

asing. Tapi, kan ada idiom-idiom


hukum yang memang belum bisa
diartikan oleh bahasa kita, gitu lho
sehingga kadang-kadang orang
masih menggunakan bahasa
Belanda. Tapi, itu perlahan-lahan
akan kita kikis dan kemudian
menjadi bahasa-bahasa kita sendiri
sehingga lebih bisa dipahami.
(PH11)

Berarti alasan Pak Heri Iya, pasti. Karena ketidaktahuan kita


menggunakan bahasa hukum yang dengan bahasa hukum kemudian
sudah mengikuti kaidah-kaidah memberatkan dari sisi orang itu
bahasa Indonesia dalam membuat sehingga jangan sampai orang
dokumen negara agar lebih mudah pengennya melek hukum, malah
dipahami? justru dia semakin nggak ngerti
hukum karena dengan bahasa-
bahasa yang samar, bahasa-bahasa Alasan

yang dia nggak ngerti. Padahal kan menggunakan

hukum itu justru biar orang lebih bahasa hukum yang

ngerti karena hukum itu dianggap sudah mengikuti

semua orang mengerti. Jadi, kaidah-kaidah

memang harus tetap mengerti, bahasa Indonesia

karena mau tidak mau dianggap


masyarakat mengerti. Semua orang
begitu ada Undang-Undang baru,
isinya apa kadang-kadang tidak
mengerti. Lho kok ada Undang-
Undang ini ternyata? Dan kita tidak
pernah membaca. Lalu, kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

327

melanggar. Mau tidak mau kita


dihukum dalah Undang-Undang itu,
walaupun kita tidak mengerti
Undang-Undang itu. Itulah hukum.
Jadi, mau tidak mau, ada dan tidak
ada kalau itu sudah ada dan sudah
diundangkan oleh badan legislatif,
maka mau tidak mau harus kita
ikuti, seperti itu. Untuk itu, bahasa-
bahasa yang digunakan dalam
pembuatan Undang-Undang itu
memang bahasa-bahasa yang dapat
dimengerti orang, seharusnya seperti
ini. Jadi, jangan malah orang
membuat Undang-Undang diputar-
putar, diplintir-plintir nggak karuan
sehingga orang justru lebih tidak
mengerti. Pada akhirnya orang
banyak melanggar sehingga muncul
ada kalimat “Hukum dibuat untuk
dilanggar”. Jangan sampai kan
seperti itu. Masak hukum dibuat
untuk dilanggar, hukum dibuat
untuk dipatuhi ya saya pikir ya,
bukan untuk dilanggar. Baik, kurang
lebihnya seperti itu. (PH12)

Dalam penelitian ini, saya Tujuan penggunaan pola Tujuan penggunaan


menemukan paragraf yang pengembangan definisi dalam pola pengembangan
mempunyai pola pengembangan Peraturan Menteri adalah untuk definisi dan
paragraf definisi dan pemerincian. mengumumkan dan mengartikan pemerincian yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

328

Apa tujuan penggunaan pola sesuatu yang akan dia keluarkan digunakan dalam
pengembangan definisi dan sehingga disitu definisinya harus Peraturan Menteri
pemerincian yang digunakan dalam jelas terhadap istilah yang dipakai.
Peraturan Menteri? Jadi, dalam sebuah peraturan, dia
kan akan menjelaskan tentang
sesuatu. Nah, dalam menjelaskan
sesuatu, dia harus definitif, harus
menjelaskan sesuatu itu sehingga
begitu orang membaca itu dia harus
tahu karena Undang-Undang atau
Peraturan itu dianggap semua orang
tahu. Jadi, begitu dia diumumkan,
diundangkan, atau dikeluarkan oleh
Pemerintah, maka semua orang itu
dianggap tahu. Jadi tidak boleh
orang itu kemudian „Saya tidak
mengerti ada peraturan itu‟. Jadi
tidak bisa seperti itu. Jika orang itu
melanggar maka harus dihukum.
Maka, pada setiap peraturan harus
jelas definisinya. Apa yang
dimaksud kata-kata dalam peraturan
itu, harus dijelaskan satu persatu.

Nah, gini jadi dalam setiap peraturan


itu kan dia mendetailkan apa yang
diatur. Jadi hukum itu untuk
menghindari beda persepsi. Maka,
hukum itu dalam sebuah peraturan
dia harus mengatur detailnya
sehingga item-item hukum yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

329

diatur dalam sebuah peraturan itu


jelas. (PH13)

Kapan seorang pembuat hukum Jadi, setiap peraturan atau hukum


menulis Peraturan Menteri dengan yang dikeluarkan biasanya langsung
pola pengembangan paragraf membuat pola pengembangan
definisi dan pemerincian? paragraf definisi untuk mengartikan
sesuatu, lalu diikuti pola
pengembangan pemerincian untuk Penulisan Peraturan
menjelaskan lebih rinci. Adanya Menteri
pola pengembangan definisi atau
pemerincian itu tergantung peraturan
yang akan ditulis, tergantung
peraturan itu butuh definisi atau
tidak. (PH14)

Kenapa Peraturan Menteri tidak Karena memang peraturannya


menggunakan pola pengembangan seperti itu. Saya pikir kalau
kronologi dan ilustrasi? menggunakan pola pengembangan
ilustrasi malah seperti komik ya?
Undang-Undang tidak boleh dengan Penyebab Peraturan
ilustrasi. Kalau penjelasan kasus Menteri tidak
boleh menggunakan kronologi dan menggunakan pola
ilustrasi. Peraturan Menteri itu kan pengembangan
tentang sebuah aturan dan tidak kronologi dan
perlu bercerita. Kalau Peraturan ilustrasi
Menteri itu harus tegas, simple, pasti
dan dia tidak diharapkan
menimbulkan persepsi yang
berbeda. (PH15)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

330

Kenapa ada struktur yang banyak Pada prinsipnya, para pembuat


dan ada struktur yang sedikit dalam hukum tidak pernah memperhatikan
Peraturan Menteri? struktur kalimat dalam pembuatan
Peraturan Menteri, ya. Jadi, yang
saya lihat berdasarkan fungsinya
bahwa kalimat yang mempunyai
struktur yang banyak itu berfungsi
untuk memperjelas maksud yang
ingin disampaikan oleh pembuat
hukum sehingga orang yang
Struktur kalimat
membacanya menjadi jelas dan
paham. Kalau struktur kalimat yang
sedikit, ya karena tidak perlu ada
penjelasan lagi, jika dengan kalimat
yang mempunyai struktur sedikit itu
sudah cukup menjelaskan apa yang
dimaksud oleh pembuat hukum. Itu
kembali lagi kepada ciri bahasa
hukum yang singkat dan padat.
(PH16)

Dalam penelitian ini, saya Menurut saya, kenapa kalimat S-P-K


menemukan struktur kalimat S-P-K sering muncul agar tidak
yang sering muncul dalam menimbulkan multitafsir maka
Peraturan Menteri. Menurut Pak dipilihlah kalimat berstruktur S-P-K
Heri, kenapa struktur S-P-K yang digunakan oleh pembuat Struktur kalimat
merupakan struktur yang sering hukum untuk memberitahukan pada
muncul? pembaca tujuan dari peraturan ini
dikeluarkan. Hal ini terjadi agar
tujuan dari dikeluarkannya Peraturan
Perundang-Undangan dapat tercapai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

331

(PH17)

Kenapa komponen paragraf yang Kembali lagi pada fungsi atau tujuan
sering digunakan dalam Peraturan pembuat hukum menulis Peraturan
Menteri adalah kalimat Menteri. Kalimat pokok itu adalah
pengembang? kalimat yang berisi ide pokok. Jadi,
kenapa lebih banyak kalimat
pengembang ya karena pembuat
hukum ingin mengembangkan Struktur Paragraf
gagasan atau ide pokoknya melalui
kalimat pengembang sehingga
pembaca dapat memahami dengan
baik dan jelas apa yang dimaksud
oleh penulis atau pembuat hukum.
(PH18)

Menurut Pak Heri, dokumen negara Ada traktat, KUH Pidana, dan KUH
apa saja yang masih menggunakan Perdata. Dokumen-dokumen negara
Dokumen negara
istilah asing (selain Peraturan tersebut masih menggunakan istilah-
Menteri)? istilah asing. (PH19)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

332

BIOGRAFI PENULIS

Novie Lita Istiqomah lahir di Jakarta Timur pada

tanggal 2 November 1993. Pendidikan dasarnya

ditempuh di SD Negeri Ungaran 2 Yogyakarta pada

tahun 1999. Pada tahun 2005 ia melanjutkan

pendidikan menengah di SMP Muhammadiyah 3

Yogyakarta. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan di

SMK Negeri 1 Yogyakarta pada tahun 2008 dan

dinyatakan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2012 ia tercatat menjadi

mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Masa

pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis skripsi sebagai

tugas akhir dengan judul Struktur Kalimat, Struktur Paragraf, dan Pola

Pengembangan Paragraf Dalam Wacana Perundang-Undangan Tentang

Pendidikan Tahun 2014.

Anda mungkin juga menyukai