SKRIPSI
Oleh:
Novie Lita Istiqomah
121224025
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan sebagai tanda syukur dan terima kasih kepada:
2. Bapak dan Ibuku tercinta dan tersayang, Samiyo dan Lilis Eni Rokhimah
yang selama ini selalu memberikan doa, restu, kasih sayang, motivasi, dan
kepercayaan.
3. Adik tersayang, Maylisa Audry Istiqomah yang selama ini selalu memberikan
persatu atas doa, motivasi, dan semangat yang diberikan selama ini.
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTTO
-G.A.-
“Kunci utama untuk meraih kesuksesan adalah kerja keras, pantang menyerah,
dan doa.”
-Bapak-
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Istiqomah, Novie Lita. 2016. Struktur Kalimat, Struktur Paragraf, dan Pola
Pengembangan Paragraf dalam Wacana Perundang-Undangan
Tentang Pendidikan Tahun 2014. Skripsi. Yogyakarta: Program
Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan
Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma.
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini struktur kalimat, struktur
paragraf, dan pola pengembangan wacana perundang-undangan bidang
Pendidikan tahun 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan struktur
kalimat, struktur paragraf, dan pola pengembangan paragraf yang digunakan
dalam wacana perundang-undangan bidang pendidikan tahun 2014.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Metode
pengumpulan data yang digunakan adalah metode simak dengan menggunakan
teknik dasar sadap, teknik lanjutan catat, dan teknik lanjutan rekam. Metode
analisis data yang digunakan adalah metode agih dengan teknik bagi unsur
langsung (BUL), teknik triangulasi, dan teknik analisis deskriptif.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa 12 struktur kalimat, K-S-P-O, P-
O1-O2-O3-O4-O5-O6-O7, P; P-O, S-P-K, K-P-O-K, P-K-Pel., K-S-P, S-P-Pel., S-P,
K-P-Pel.-P-K-K, K-S-P-O, S-P-O, S-P-O-P-K, dan S-P-Pel.-K. Struktur
paragrafnya adalah P1= kalimat topik, P2= kalimat topik+kalimat pengembang,
dan P3= kalimat pengembang. Pola pengembangan paragraf yang digunakan
adalah pola pengembangan paragraf definisi dan pola pengembangan paragraf
pemerincian.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
waktu. Tugas akhir dalam bentuk skripsi ini ditulis untuk memenuhi salah satu
syarat untuk menyelesaikan studi strata satu dan memperoleh Gelar Sarjana
Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai tepat waktu atas
bantuan dari berbagai pihak yang selalu memberikan dukungan dan bimbingan
dalam proses penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
berbagai saran dan kritikan yang sangat berharga bagi penulis dari proses
4. Galih Kusumo, S. Pd., M.Pd., selaku triangulator data pertama yang dengan
5. Dr. Y. Karmin. M.Pd., selaku triangulator data kedua yang dengan sabar dan
8. Heri Sabto Widodo, S.H., yang telah bersedia melakukan wawancara dengan
peneliti.
9. Bapak dan Ibuku tercinta dan tersayang, Samiyo dan Lilis Eni Rokhimah
yang selama ini selalu memberikan doa, restu, kasih sayang, motivasi, dan
kepercayaan.
10. Adik tersayang, Maylisa Audry Istiqomah yang selama ini selalu memberikan
11. Almarhumah Simbah Sadinem yang telah di Surga, terima kasih atas doa dan
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Herning, Iwed, Tyas, Indah, Tito, Didi, Jibon, Mbak Ira, Anita, Ayu, Reni,
13. Teman-teman PBSI kelas A, B, dan C yang tidak dapat disebutkan satu
persatu atas doa, motivasi, dan semangat yang diberikan selama ini.
penulisan skripsi ini. Dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga
Penulis
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN..........................................................................iv
MOTTO.................................................................................................................v
ABSTRAK..........................................................................................................viii
ABSTRACT...........................................................................................................ix
KATA PENGANTAR...........................................................................................x
DAFTAR ISI......................................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xv
DAFTAR BAGAN..............................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................3
C. Tujuan Penulisan................................................................................................4
D. Manfaat Penulisan..............................................................................................4
E. Batasan Istilah.....................................................................................................5
F. Sistematika Penyajian.........................................................................................6
BAB V PENUTUP.............................................................................................116
A. Kesimpulan.....................................................................................................116
B. Saran...............................................................................................................117
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................119
LAMPIRAN……...…………………………………………………………..120
BIOGRAFI PENULIS......................................................................................332
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR BAGAN
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
The Five Clock membagi variasi bahasa atas lima macam, yaitu gaya atau
ragam beku (frozen), gaya atau ragam resmi (formal), gaya atau ragam usaha
(konsultatif), gaya atau ragam santai (casual), dan gaya atau ragam akrab
(intimate) (Chaer, Abdul dan Leonie Agustina, 2004: 70). Bahasa yang
termasuk gaya atau ragam beku karena pola dan kaidahnya sudah ditetapkan
secara mantap dan tidak boleh berubah. Susunan kalimat dalam bahasa hukum
Indonesia. Menurut TBBBI (2010: 321), kalimat minimal terdiri atas unsur
predikat dan unsur subjek. Kedua unsur kalimat tersebut merupakan unsur
undangan yang mengacu kaidah bahasa tulis baku. Dilihat dari jumlah
urutan, klausa bawahan diikuti klausa utama. Struktur tersebut tidak gramatikal
karena tidak hadirnya unsur subjek pada klausa utama dan klausa bawahannya
Menurut Hadikusuma (2013: 3), bahasa hukum adalah bahasa aturan dan
bahasa nasional negara Indonesia dan bahasa resmi yang digunakan dalam
menjalankan roda pemerintahan negara. Hal ini sesuai dengan bunyi pasal 36
Maka dari itu, bahasa yang digunakan untuk membuat peraturan perundang-
orang awam hanya mengikuti atau seolah-olah mengerti. Sementara itu, bahasa
adalah adanya istilah-istilah hukum yang diambil atau disadur dari bahasa
Indonesia sudah berlaku sejak masuknya agama Hindu dan Islam, kemudian
selama tiga setengah abad. Oleh sebab itu, penting bagi masyarakat untuk
undangan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
tertarik mempelajari penggunaan bahasa hukum. Selain itu, hasil penelitian ini
E. Batasan Istilah
1. Kalimat
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan,
2. Paragraf
merupakan satu kesatuan ekspresi pikiran yang relevan dan mendukung pikiran
3. Variasi bahasa
oleh para penuturnya yang tidak homogen, tetapi juga karena kegiatan
interaksi sosial yang mereka lakukan sangat beragam (Chaer, 2004: 61).
10 Tahun 2004 adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara
atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum (Kurnia, 2009: 48).
F. Sistematika Penyajian
yang terdiri dari lima bab. Bab I berisi uraian tentang latar belakang masalah,
penelitian lain sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini, yaitu landasan
teori tentang kalimat, paragraf, variasi bahasa, diksi, dan bahasa Indonesia
metode penelitian yang berisi cara dan prosedur yang akan ditempuh peneliti.
Bagian ini meliputi jenis penelitian sumber data, teknik pengumpulan data,
instrumen penelitian, dan teknik analisis data. Bab IV merupakan bab yang
berisi pembahasan. Bab ini memuat deskripsi data, hasil analisis, dan
penutup yang terdiri dari subbab kesimpulan terhadap analisis data dan subbab
BAB II
LANDASAN TEORI
perundang-undangan di Indonesia.
dilakukan oleh Melody Violine pada Desember 2008 dalam bentuk skripsi.
Judul yang ia ambil adalah Bahasa Hukum Indonesia dalam Berita Acara
penempatan tanda baca, penulisan kata serapan, dan hampir semua paragraf
Penelitian kedua pernah dilakukan oleh Eka Dian Savitri pada tahun 2011
dalam bentuk tesis. Judul yang ia ambil adalah Bahasa Kitab Undang-Undang
10
yang berfokus pada segi-segi bahasa dalam upaya menemukan pola-pola atau
kualitatif. Temuan dari penelitian yang dilakukan oleh Eka Dian Savitri
bahasa KUH Perdata. Masalah yang ditemukan oleh peneliti adalah peneliti
dari bahasa Belanda, bahasa Perancis, bahasa Latin, bahasa Portugal, bahasa
Inggris, bahasa Arab, bahasa Sansekerta, bahasa Jawa Kuno, dan bahasa Jawa
sebagian besar merupakan bentuk paduan leksem dengan makna khusus yaitu
dalam KUH Perdata karena penggunaan kalimat yang panjang dengan banyak
Penelitian ketiga pernah dilakukan oleh Galih Puji Haryanto pada Januari
2015 dalam bentuk skripsi. Judul yang ia ambil adalah Analisis Struktur
deskriptif kualitatif. Temuan dari penelitian yang dilakukan oleh Galih Puji
11
tidak jelas. Selain itu peneliti juga menjumpai masalah dalam menentukan
B.Kalimat
1. Pengertian Kalimat
Menurut Alwi, dkk., (TBBBI Edisi ke-3 2010: 317), kalimat adalah satuan
bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran
yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun
dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti
bunyi ataupun proses fonologis lainnya. Dalam wujud tulisan berhuruf Latin,
kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda
tanya (?), tanda seru (!); sementara itu, di dalamnya disertakan pula berbagai
tanda baca seperti koma(,), titik dua (:), tanda pisah (-), dan spasi. Kalimat
adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh jeda panjang yang disertai nada
akhir atau turun (Ramlan, 2005: 23). Menurut Rahardi (2010: 4), sekurang-
kurangnya kalimat dalam bahasa Indonesia terdiri atas dua buah unsur pokok,
yakni subjek dan predikat. Dalam konstruksi yang lengkap, kedua unsur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
pokok itu dapat dilengkapi lagi dengan objek, komplemen atau pelengkap,
gramatik yang mengungkapkan pikiran yang utuh baik dalam wujud lisan
maupun tulisan.
2. Bagian-bagian Kalimat
Menurut Alwi, dkk (2010: 318), dilihat dari segi bentuknya kalimat dapat
dirumuskan sebagai kontruksi sintaksis terbesar yang terdiri atas dua kata atau
lebih. Antara kalimat dan kata terdapat dua satuan sintaksis, yaitu klausa dan
frasa. Klausa merupakan satuan sintaksis yang terdiri atas dua kata atau lebih
yang mengandung predikasi (Alwi, dkk , 2010: 318). Menurut Ramlan (2005:
23), klausa terdiri dari S P (O) (P) (PEL) (KET). Tanda kurung menandakan
Menurut Alwi (2010: 318), frasa adalah satuan sintaksis yang terdiri dari
dua kata atau lebih yang tidak mengandung predikasi. Sedangkan menurut
Ramlan (2005: 138), frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata
Kalimat pada dasarnya terdiri dari unsur predikat dan unsur subjek. Kedua
unsur tersebut merupakan unsur yang bersifat wajib. Di samping kedua unsur
tersebut, kadang-kadang ada kata atau kelompok kata yang dapat dihilangkan
tanpa mempengaruhi status bagian yang tersisa sebagai kalimat, tetapi ada pula
13
wajib dan unsur tak wajib (manasuka). Unsur wajib itu terdiri atas konstituen
kalimat yang tidak dapat dihilangkan, sedangkan unsur takwajib terdiri atas
kalimat berklausa dan kalimat tidak berklausa. Dalam hal ini, klausa dijelaskan
sebagai satuan gramatik yang terdiri dari subjek dan predikat disertai objek,
pelengkap dan keterangan. Kalimat tidak berklausa adalah kalimat yang tidak
terdapat satuan gramatik yang terdiri dari subjek dan predikat yang disertai
objek, pelengkap dan keterangan. Contoh tentang kalimat tidak berklausa dapat
a. Astaga!
b. Selamat pagi.
c. Bagaimana?
dengan jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. Jika terdiri dari S
P (O) (PEL) (KET) kalimat judul itu termasuk golongan kalimat berklausa.
sebagai berikut.
14
Akan tetapi, jika tidak terdiri dari klausa, maka kalimat judul itu termasuk
golongan kalimat tak berklausa yang semuanya berwujud satuan frase. Contoh
kalimat judul yang termasuk golongan kalimat tak berklausa adalah sebagai
berikut.
Menurut Alwi, dkk (2010: 333), Untuk dapat mengetahui fungsi unsur
kalimat, kita perlu mengenal ciri umum tiap-tiap fungsi sintaksis. Subjek
merupakan fungsi sintaksis yang berupa nomina, frasa nominal, atau klausa
Subjek sering juga berupa frasa verbal. Contoh kalimat yang mempunyai
15
Pada umumnya, subjek terletak di sebelah kiri predikat. Jika unsur subjek
Subjek pada kalimat imperaktif adalah orang kedua atau orang pertama
jamak dan biasanya tidak hadir. Contoh kalimat imperatif yang mempunyai
Subjek pada kalimat aktif transitif akan menjadi pelengkap bila kalimat itu
Predikat kalimat biasanya berupa frasa verbal atau frasa adjektival. Pada
kalimat yang berpola SP, predikat dapat pula berupa frasa nominal, frasa
yang berupa frasa verbal, frasa adjektival, frasa nominal, frasa numeral, dan
16
yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Letak objek selalu setelah
merupakan pembentuk verba transitif. Pada contoh (1) berikut Icuk merupakan
objek yang dapat dikenal dengan mudah oleh kehadiran verba transitif
Objek biasanya berupa nomina atau frasa nominal. Jika objek tergolong
nomina, frasa nominal tak bernyawa, atau persona ketiga tunggal, nomina
objek itu dapat diganti dengan pronomina –nya; dan jika berupa pronomina aku
dan kamu (tunggal), bentuk –ku dan –mu dapat digunakan. Contoh kalimat
sebagai berikut.
Adi mengunjunginya.
Beliau mengatakannya.
17
Selain satuan berupa nomina dan frasa nominal, objek dapat pula berupa
Objek pada kalimat aktif akan menjadi subjek jika kalimat itu dipasifkan
tersebut dapat dimengerti karena antara kedua fungsi tersebut memang terdapat
keduanya juga sering menduduki tempat yang sama, yakni di belakang verba.
Pada contoh di atas tampak bahwa ruangan saya adalah frasa nominal dan
di belakang verba dibersihkan. Akan tetapi, pada kalimat (a) frasa nominal
tersebut dinamakan objek, sedangkan pada (b) disebut pelengkap, yang juga
dinamakan komplemen. Objek pada kalimat (a) berubah menjadi subjek pada
kalimat (b) karena kalimat (a) merupakan kalimat aktif yang diubah menjadi
Persamaan antara objek dan pelengkap dapat dilihat pada ciri-ciri berikut.
Objek Pelengkap
18
Perbedaan antara objek dan pelengkap dapat dilihat pada ciri-ciri berikut.
Objek Pelengkap
merupakan keterangan yang sifatnya manasuka. Selain berupa kata atau frasa,
fungsi keterangan dapat pula diisi oleh klausa seperti contoh berikut.
19
sebelum dia mendapat peringatan dari sekolah serta setelah dia diterima
sebaliknya P mungkin terletak di muka S. Kalimat (a) dan (b) di atas dapat
Unsur tidak berlari-lari (a) dan sangat lemah (b) menduduki fungsi P,
sedangkan unsur ibu (a) dan tubuhnya (b) menduduki fungsi S. Objek selalu
terletak di belakang predikat yang terdiri dari kata verbal transitif. Jika Predikat
itu terdiri dari kata verbal transitif, maka klausa tersebut dapat diubah menjadi
klausa pasif dan kata yang menduduki fungsi O akan menjadi fungsi S. Contoh
kalimat yang mengandung kata verbal transitif yang kemudian dapat diubah
belakang predikat. Perbedaan antara objek dan pelengkap adalah objek selalu
20
dalam klausa yang tidak dapat diubah menjadi bentuk pasif atau juga terdapat
pelengkap.
Frase baju baru pada kalimat (a) menduduki fungsi PEL karena frase itu
selalu terletak di belakang predikat dalam klausa pasif. Sedangkan, frase oleh
Pak Sastro pada kalimat di bawah ini menduduki fungsi KET karena unsur ini
mempunyai letak yang bebas, dapat terletak di depan S P, bahkan dapat juga
Pada umumnya KET mempunyai letak yang bebas, artinya dapat terletak di
depan S dan P, dapat terletak di antara S dan P, dan dapat juga terletak di
antara P dan O serta terletak di antara P dan PEL karena O dan PEL dapat
Dalam kalimat di atas unsur yang menduduki fungsi KET adalah unsur
akibat taufan yang terletak di muka S dan P. Unsur KET itu dapat dipindahkan
sebagai berikut.
21
mengungkapkan pikiran yang utuh baik dalam wujud lisan maupun tulisan.
Jadi, struktur kalimat adalah pengaturan pola satuan gramatik yang sintagmatis
untuk mengungkapkan pikiran yang utuh baik dalam wujud lisan maupun
tulisan.
Alwi (dalam Alwi, dkk., 2010: 320) mengatakan bahwa kalimat merupakan
konstruksi sintaksis terbesar yang terdiri atas dua kata atau lebih. Baik kalimat
maupun kelompok kata yang menjadi unsur kalimat dapat dipandang sebagai
konstituen. Menurut Alwi, dkk (2010: 326), kalimat dasar adalah kalimat yang
pengingkaran. Setiap bentuk kata atau frasa yang menjadi konstituen kalimat
mempunyai peran semantis pula. Hubungan antara bentuk, kategori, dan peran
Bentuk Ibu saya Tidak Membeli baju baru untuk kami Minggu lalu
Kategori Kata N Pron Adv V N Adj Prep N N V
Frasa FN FV FV FPrep FN
Fungsi Subjek Predikat Objek Pelengkap Keterangan
Peran Pelaku Perbuatan Sasaran Peruntung Waktu
Gambar 2.1: hubungan bentuk, kategori, fungsi, dan peran unsur kalimat (TBBBI, 2010: 327).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Pada gambar 2.1 di atas tampak lima fungsi sintaksis yang digunakan
untuk pemerian kalimat. Dalam suatu kalimat tidak selalu kelima fungsi
sintaksis itu terisi, tetapi paling tidak, ada konstituen pengisi subjek dan
pengisi predikat (Alwi, dkk 2010: 328). Contoh kehadiran konstituen lain yang
b. Mereka (S) sedang belajar (P) bahasa Inggris (Pel) sekarang (Ket).
e. Ayah (S) membeli (P) baju (O) untuk adik (Pel) tadi siang (Ket).
f. Dia (S) meletakkan (P) uang (O) di atas meja itu (Ket) kemarin (Ket).
Pada contoh di atas konstituen yang dicetak miring dapat dihilangkan tanpa
dipahami. Dari contoh itu hanya kalimat (6) yang memiliki konstituen pengisi
keterangan. Pada umumnya banyak dari kalimat yang urutan unsurnya berbeda
23
Selain itu, ada banyak kalimat yang letak predikatnya mendahului subjek
sehingga berpola S-P. Contoh : Tidak banyak (P) manusia yang mampu tinggal
dalam kesendirian (S) dapat diubah menjadi Manusia hidup dalam kesendirian
(S) tidak banyak (P). Pola umum kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah
tidak selalu harus hadir dalam kalimat dan jumlah keterangan dapat lebih dari
Dari pola umum kalimat dasar tersebut dapat diturunkan pola dasar
kalimat. Menurut Alwi, dkk (2010: 329), ada enam pola dasar kalimat. Keenam
24
disampaikan dalam kalimat menjadi lebih jelas dan memiliki struktur yang
jelas. Contoh kalimat yang mengandung perluasan pola kalimat adalah sebagai
berikut.
Jika dilihat dari jumlah kosakata, kalimat di atas cukup panjang. Walaupun
demikian, pola dasar dari kalimat tersebut dapat diubah menjadi kalimat yang
belum lengkap. Suatu kalimat yang panjang merupakan perluasan dari pola
dasar kalimat.
dan logis sehingga informasi akan jelas dan mudah dipahami. Begitu juga
25
C. Paragraf
Gorys Keraf (1980: 62) berpendapat bahwa paragraf atau alinea adalah
suatu kesatuan pikiran yang lebih tinggi atau lebih luas dari kalimat. Menurut
Asul Wiyanto (2004: 15), paragraf adalah sekelompok kalimat yang saling
mendukung buah pikiran yang lebih besar, yaitu buah pikiran yang
dikendalikan oleh satu ide pokok. Ide pokok paragraf harus dikemas dalam
Tujuan sebuah alinea atau paragraf menurut Gorys Keraf (1980: 63) yang
tema dari tema yang lain. Oleh sebab itu, tiap paragraf hanya boleh
mengandung satu tema. Bila terdapat dua tema maka paragraf atau alinea
26
Walaupun pada prinsipnya sebuah paragraf atau alinea harus terdiri dari
rangkaian kalimat, tetapi ada juga alinea yang hanya terdiri dari satu kalimat.
Ada beberapa alasan mengapa terdapat paragraf semacam ini. Pertama, alinea
sebuah paragraf yang hanya terdiri dari sebuah kalimat dapat bertindak sebagai
63).
1. Komponen Paragraf
a. Transisi (Transition),
suatu karangan. Transisi tidak selalu harus ada dalam setiap paragraf.
Bila pengarang merasa perlu ada transisi demi kejelasan informasi, maka
pokoknya dengan jernih tanpa transisi, maka transisi tidak perlu hadir dalam
paragraf tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Alat penanda transisi berupa kata dan kelompok kata sangat banyak dan
a) Penanda hubungan kelanjutan, seperti kata dan, lagi, serta, lagi pula, dan
tambahan lagi.
dan seterusnya.
bagaikan.
f) Penanda urutan jarak, seperti kata di sini, di situ, di sana, dekat, jauh, dan
sebelah.
akibatnya.
28
dan rangkuman.
Menurut Tarigan (1987: 18), transisi berupa kalimat lebih dikenal dengan
Letaknya selalu mendahului kalimat topik. Bila dalam suatu paragraf terdapat
kalimat penuntun sebagai transisi, maka kalimat topik terdapat setelah kalimat
Ringkasnya tata bahasa meliputi tiga hal, yakni (1) fonologi, (2) morfologi dan
(3) sintaksis. Fonologi berhubungan dengan studi tata bunyi, morfologi
mengenai studi tata kata dan sintaksis membicarakan tata kalimat.
b. Kalimat Topik (Topik Sentence),
pernyataan ide pokok paragraf dalam bentuk umum. Ada tiga kemungkinan
letak kalimat topik dalam suatu paragraf. Kemungkinan pertama, pada bagian
awal paragraf, setelah transisi kalau ada transisi pada paragraf tersebut.
c. Kalimat Pengembang
29
topik berkaitan dengan jarak, biasanya berkaitan dengan benda, peristiwa, atau
hal dengan ukuran jarak. Urutannya, dimulai dari jarak yang paling dekat-lebih
d. Kalimat Penegas
Menurut Tarigan (1987: 20), kalimat penegas adalah elemen paragraf yang
keempat dan terakhir. Elemen pertama transisi, elemen kedua kalimat topik,
dan elemen ketiga kalimat pengembang. Fungsi kalimat penegas ada dua.
sebagai daya penarik bagi pembaca atau sebagai selingan untuk menghilangkan
mutlak. Berbeda dengan kalimat topik dan kalimat pengembang yang bersifat
30
merupakan suatu perangkat agar paragraf yang ditulis menjadi paragraf yang
a. Kesatuan
Isi paragraf harus jelas dan terperinci serta hanya membahas satu hal saja.
b. Koherensi (kepaduan)
Hubungan antar kalimat dalam paragraf harus berkaitan erat satu sama lain.
penegas (bila ada). Tidak boleh terselip kalimat yang tidak ada hubungannya
c. Pengembangan Paragraf
sudah sampai kepada semua aspek artinya tidak ada bagian-bagian yang
31
3. Struktur Paragraf
a. Kemungkinan Pertama
sebagai berikut.
TEKS UNSUR
____________________ Transisi
________________________________
________________________________
berikut.
32
tema karangan, menjelaskan bila dan di bagian mana suatu hal akan
dibicarakan. (4) Fungsi bagian isi antara lain, merupakan penghubung
antara bagian pendahuluan dengan bagian penutup atau merupakan
penjelasan terperinci terhadap apa yang diutarakan di bagian pendahuluan.
(5) Fungsi bagian penutup ialah salah satu atau kombinasi dari fungsi untuk
memberikan kesimpulan, penekanan bagian-bagian tertentu, klimaks,
melengkapi, dan merangsang pembaca mengerjakan sesuatu tentang apa
yang sudah dijelaskan atau diceritakan. (6) Setiap bagian utama karangan
mempunyai fungsi tertentu.
Unsur-unsur paragraf tersebut di atas dapat diperinci sebagai berikut.
b. Kemungkinan Kedua
TEKS UNSUR
________________________________ topik
________________________________
________________________________
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
________________________________
(1) = transisi
c. Kemungkinan Ketiga
TEKS UNSUR
34
________________________________
________________________________
________________________________
d. Kemungkinan Keempat
35
TEKS UNSUR
_________________________ Transisi
________________________________
________________________________
________________________________
berikut.
(1) Umumnya (2) orang yang mau istirahat memilih tempat yang sejuk
dan jauh dari keramaian. (3) Pilihan pertama Puncak dan sekitarnya. (4) Atau
di Lembang yang hawanya sejuk dan segar. (5) Orang-orang di sekitar
Surabaya akan memilih Malang tempat istirahat. (6) Di daerah Medan boleh
pilih Bandar Baru atau Berastagi. (7) Di daerah Ujung Pandang pilihan
tempat istirahat tentulah Malino. (8) Di daerah Cirebon tentu saja orang akan
beristirahat di Linggarjati.
Unsur-unsur paragraf tersebut adalah sebagai berikut.
36
e. Kemungkinan Kelima
TEKS UNSUR
____________________ Transisi
________________________________
________________________________
berikut.
37
f. Kemungkinan Keenam
TEKS UNSUR
____________________
________________________________
________________________________
________________________________
38
g. Kemungkinan Ketujuh
TEKS UNSUR
____________________
________________________________
________________________________
(1) Menstop bola dengan dada dan kaki dapat ia lakukan secara
sempurna. (2) Tembakan kaki kanan dan kanan kiri tepat arahnya lagi keras.
(3) Sundulan kepalanya sering memperdayakan kiper lawan. (4) Bola seolah-
olah menurut kehendaknya. (5) Larinya cepat bagaikan kijang. (6) Lawan
sukar mengambil bola dari kakinya. (7) Operan bolanya tepat dan terarah. (8)
Amin benar-benar pemain bola jempolan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
h. Kemungkinan Kedelapan
TEKS UNSUR
________________________________
________________________________
________________________________
Contoh paragraf yang mempunyai dua unsur dengan tiga susunan: kalimat
sebagai berikut.
(1) Tingkah lakunya menawan. (2) Tutur katanya sopan. (3) Murah
senyum, jarang marah. (4) Tidak pernah berbohong. (5) Tidak mau
mempercakapkan orang lain. (6) Suka menolong sesama teman. (7) Pantas
Esih gadis pujaan. (8) Tambahan lagi wajah cantik. (9) Pandai pula
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
berdandan. (10) Tidak sombong. (11) Otaknya cukup encer. (12) Mudah diri.
(15) Ramah terhadap siapapun.
kalimat pengembang terhadap ide pokok yang terdapat pada kalimat pokok.
utama, maupun mengurutkan rincian-rincian itu dengan teratur. Oleh karena itu
sebagai berikut.
41
penulis mulai dari suatu gagasan atau tema yang dianggap paling tinggi
b. Sudut Pandangan
sesuatu.
d. Analogi
analogi merupakan perbandingan yang sistematis dari dua hal yang berbeda,
tetapi dengan memperlihatkan kesamaan segi atau fungsi dari kedua hal tadi.
e. Contoh
pembaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
f. Proses
dan menghasilkan sesuatu atau urutan dari suatu kejadian atau peristiwa.
g. Sebab-akibat
h. Umum-khusus, khusus-umum
Kedua cara ini merupakan cara yang paling umum dalam mengembangkan
yaitu gagasan utama terdapat pada awal paragraf dan diakhir diulang lagi.
i. Klasifikasi
j. Definisi luas
43
kalimat topiknya berisi pernyataan yang bersifat umum. Dalam hal ini, dapat
mengenalkan sebuah istilah yang dianggap baru dan belum dikenal. Kalimat
definisi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
Frustasi adalah perasaan yang muncul pada seseorang karena tidak dapat
memperoleh apa yang diinginkan atau diharapkan. Ketika seorang pemuda
tidak dapat merebut hati seorang gadis yang sangat dicintainya atau ketika
seorang petani yang sudah menginvestasikan sebagian besar uangnya untuk
menanam padi, tetapi ternyata tidak panen sama sekali. Dengan kata lain,
frustasi pada dasarnya adalah perasaan kecewa seseorang karena tidak
berhasil memperoleh apa yang diinginkan.
menunjang pikiran pokok yang berupa fakta atau pendapat. Ide pokok itu
sebuah kota. Lalu, diperinci dengan berapa jumlah mobil dinas, mobil pribadi,
suatu gambaran atau melukiskan suatu objek. Sebuah kalimat pokok yang
berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Chairil Anwar yang pertama kalim dilihat sebagian orang. Kemudian ide
Sekitar 10 tahun yang lalu, Bagas mulai terjun dalam dunia kehumasan.
Pada waktu itu, ia telah menyelesaikan sarjana dalam bidang manajemen dari
Universitas Indonesia di Jakarta. Setelah bekerja selama dua tahun di Hotel
Sahid Jaya di Jakarta, dia melanjutkan sekolahnya di Australia National
University di Melbourne, Australia sambil menjadi karyawan di kantor
perwakilan agen perjalanan milik Hotel Sahid Australia. Dalam waktu yang
relatif singkat, dua tahun, ia mampu menyelesaikan studinya dan meraih gelar
Master of Science dalam bidang pemasaran. Kemudian ia kembali ke Jakarta
dan mendapat kesempatan menduduki posisi manajer hubungan masyarakat di
Hotel Sahid Jaya. Kini, seiring dengan pengalaman, Bagas telah menduduki
jabatan sebagai direktur hubungan masyarakat sebuah hotel berbintang lima,
Sangri-La yang terletak di Jakarta Pusat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Ide pokok atau gagasan pokok paragraf di atas adalah tentang Bagas yang
sejak 10 tahun yang lalu mulai bekerja di bidang kehumasan. Kemudian secara
karangan ilmiah, antara lain untuk (1) mengemukakan alasan yang logis, (2)
demikian dan (4) memprediksi runtutan peristiwa yang akan terjadi. Contoh
dalam negeri masih dalam kondisi rapuh. Ide pokok tersebut merupakan
sebab, sedangkan yang menjadi akibatnya ada dua, yaitu, sulit diharapkan
impor.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
untuk menyatakan persamaan dan perbedaan dua hal yang disebut sebagai ide
sebagai berikut.
Anak sulungku yang kini berusia tujuh tahun benar-benar berbeda dengan
adiknya. Wajah sulung anakku lebih mirip ibunya, sedangkan adiknya lebih
mirip saya. Dalam hal makan, sulit sekali membujuk si sulung agar mau
makan. Ia hanya menggemari makanan-makanan seperti coklat atau es krim.
Sementara adiknya tidak pernah menolak makanan apa pun. Bahkan, obat-
obat yang diberikan dokter ketika sakit pun dianggapnya makanan juga.
Akibat nafsu makan yang berbeda ini, tubuh si sulung jauh lebih kurus
dibandingkan dengan adiknya. Akan tetapi, baik si sulung maupun adiknya
mudah marah jika tidak memperoleh yang diinginkannya. Dalam hal ini,
mereka lebih mirip dengan saya.
Ide pokok paragraf di atas adalah perbedaan dan persamaan si sulung dan
kegemaran makan. Lalu, kesamaannya adalah tentang sifat suka marah kalau
tidak memperoleh yang diinginkan dan hal ini sama dengan sifat ayahnya.
ide pokok yang diulang pada kalimat-kalimat penjelas. Hal ini dilakukan untuk
mengingatkan kembali pada ide pokok itu. Contoh paragraf yang mengandung
48
49
D. Variasi Bahasa
bervariasi. Terjadinya keragaman ini bukan hanya oleh penuturnya yang tidak
homogen, tetapi juga karena kegiatan interaksi sosial yang mereka lakukan
bertambah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
a. Idiolek
masing. Variasi idiolek ini berkenaan dengan “warna” suara, pilihan kata, gaya
bahasa, dan susunan kalimat. Namun, yang paling dominan adalah “warna”
suara sehingga jika kita cukup akrab dengan seseorang, hanya dengan
b. Dialek
relatif dan berada pada suatu tempat, wilayah, atau area tertentu. Misalnya,
bahasa Jawa dialek Wonosari mempunyai ciri tersendiri yang berbeda dengan
ciri yang dimiliki bahasa Jawa dialek Bantul, dan dialek Surabaya. Para
penutur bahasa Jawa dialek Wonosari dapat berkomunikasi secara baik dengan
para penutur bahasa Jawa dialek Bantul, dan dialek Surabaya karena dialek-
dialek tersebut masih termasuk bahasa yang sama, yaitu bahasa Jawa.
c. Kronolek
pada masa tertentu. Variasi bahasa Indonesia pada masa tahun tiga puluhan,
variasi yang digunakan tahun lima puluhan, dan variasi yang digunakan pada
masa kini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
d. Sosiolek
dan kelas sosial para penuturnya. Dalam sosiolinguistik biasanya variasi inilah
yang paling banyak dibicarakan dan paling banyak menyita waktu untuk
dan keadaan sosial ekonomi. Berdasarkan usia, kita bisa melihat perbedaan
variasi bahasa yang digunakan oleh anak-anak, para remaja, orang dewasa, dan
orang yang tergolong lansia. Perbedaan variasi bahasa ini bukanlah berkenaan
Berdasarkan pendidikan, kita juga bisa melihat adanya variasi sosial ini.
tidak berpendidikan sama sekali. Perbedaan ini paling jelas adalah dalam
kelamin) penutur dapat pula disaksikan adanya dua jenis variasi bahasa.
52
Menurut Nababan (via Chaer, 2004: 68), variasi ini biasanya dibicarakan
atau tertentu yang tidak ada dalam bidang lain. Menurut Chaer (2004: 68-70),
mempunyai kosakata yang bersifat estetis, mempunyai ciri eufoni dan daya
Ungkapan “Saya sudah tua”, tetapi dalam bahasa sastra Ali Hasjmi,
53
Ragam bahasa militer dikenal dengan cirinya yang ringkas dan bersifat
tegas, sesuai dengan tugas dan kehidupan kemiliteran yang penuh dengan
disiplin dan intruksi. Ragam bahasa militer di Indonesia dikenal dengan cirinya
singkatan dan akronim. Bagi orang di luar kalangan militer, singkatan dan
akronim itu memang seringkali sukar dipahami, tetapi bagi kalangan militer itu
sendiri tidak menjadi masalah. Contoh singkatan dan akronim yang digunakan
54
Ragam bahasa ilmiah yang juga dikenal dengan cirinya yang lugas, jelas,
dan bebas dari keambiguan, segala macam metafora dan idiom. Bebas dari
keilmuan secara jelas dan tanpa keraguan akan makna. Oleh karena itu, bahasa
The Five Clock (via Chaer, 2004: 70) membagi variasi bahasa menjadi lima
macam ragam, yaitu ragam beku (frozen), ragam resmi (formal), ragam usaha
Ragam Beku (frozen) adalah variasi bahasa yang paling formal yang
undang, dan akta notaris. Disebut ragam beku karena pola dan kaidahnya sudah
Dasar, akte notaries, naskah-naskah perjanjian jual beli atau sewa menyewa.
55
Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh
sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak
sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
Kalimat-kalimat yang dimulai dengan kata bahwa, maka, dan
Dengan demikian para penutur dan pendengar ragam beku dituntut keseriusan
Ragam Resmi (formal) adalah variasi bahasa yang digunakan dalam pidato
buku pelajaran. Pola dan kaidah ragam resmi sudah ditetapkan secara mantap
sebagai suatu standar. Ragam resmi ini pada dasarnya sama dengan ragam
bahasa baku atau standar yang hanya digunakan dalam situasi resmi.
Percakapan dengan teman yang sudah akrab atau percakapan dalam keluarga
tidak menggunakan ragam resmi ini. Tetapi, ragam resmi ini digunakan ketika
perkuliahan.
berorientasi kepada hasil atau produksi. Wujud ragam usaha berada di antara
56
Ragam santai (casual) adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi
tidak resmi untuk berbincang-bincang dengan keluarga atau teman karib pada
Ragam akrab (intimate) adalah variasi bahasa yang biasa digunakan oleh
atau antar teman yang sudah karib. Ragam ini ditandai dengan penggunaan
seringkali tidak jelas. Hal ini terjadi karena di antara partisipan sudah ada
Tingkat keformalan kalimat (1) lebih tinggi daripada kalimat (2) dan (3).
Kalimat (2) juga mempunyai tingkat keformalan lebih tinggi daripada kalimat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
(3). Kalimat (1) termasuk ragam usaha, kalimat (2) termasuk ragam santai,
E. Diksi
Dalam bahasa Indonesia, kata diksi berasal dari kata dictionary (bahasa
Inggris yang kata dasarnya diction) berarti perihal pemilihan kata. Diksi
atau pilihan kata adalah penggunaan kata-kata secara tepat untuk mewakili
pikiran dan perasaan yang ingin dinyatakan dalam pola suatu kalimat.
sebagai berikut.
1. Denotasi
Denotasi adalah konsep dasar yang didukung oleh suatu kata (makna itu
menunjuk pada konsep, referen, atau ide). Denotasi juga merupakan batasan
kamus atau definisi utama suatu kata, sebagai lawan dari pada konotasi atau
makna yang ada kaitannya dengan itu. Denotasi mengacu pada makna yang
2. Konotasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Konotasi adalah suatu jenis makna kata yang mengandung arti tambahan,
mengacu pada makna kias atau makna bukan sebenarnya. Contoh kalimat yang
3. Kata Abstrak
Kata abstrak adalah kata yang mempunyai referen berupa konsep, kata
4. Kata Konkrit
Kata Konkrit adalah kata yang menunjuk pada sesuatu yang dapat dilihat
atau diindera secara langsung oleh satu atau lebih dari pancaindera. Kata-kata
konkrit menunjuk kepada barang yang aktual dan spesifik dalam pengalaman.
Kata konkrit digunakan untuk menyajikan gambaran yang hidup dalam pikiran
pembaca melebihi kata-kata yang lain. Contoh kalimat yang mengandung kata
5. Kata Umum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Kata umum adalah kata yang mempunyai cakupan ruang lingkup yang luas,
kata-kata umum menunjuk kepada banyak hal, kepada himpunan, dan kepada
6. Kata Khusus
objek yang khusus. Contoh kalimat yang mengandung kata khusus seperti
7. Kata Ilmiah
Kata ilmiah adalah kata yang dipakai oleh kaum terpelajar, terutama dalam
8. Kata populer
Kata populer adalah kata-kata yang umum dipakai oleh semua lapisan
masyarakat, baik oleh kaum terpelajar atau oleh orang kebanyakan. Contoh
dan aneh.
9. Jargon
Jargon adalah kata-kata teknis atau rahasia dalam suatu bidang ilmu
60
sikon (situasi dan kondusi), pro dan kon (pro dan kontra), kep (kapten), dok
Kata slang adalah kata-kata non standar yang informal, yang disusun secara
khas, bertenaga dan jenaka yang dipakai dalam percakapan, kata slang juga
mengandung kata slang seperti mana tahan, eh ketemu lagi, unyu-unyu, dan
cabi.
Kata asing adalah unsur-unsur yang berasal dari bahasa asing yang masih
Contoh kalimat yang mengandung kata asing seperti computer, cyber, internet,
dan go public.
Kata serapan adalah kata dari bahasa asing yang telah disesuaikan dengan
wujud atau struktur bahasa Indonesia. Contoh kalimat yang mengandung kata
dengan manusia lain. Jika manusia menyatakan kata-kata dengan ucapan, kita
sebut bahasa lisan. Jika kata-kata itu dilukiskan dalam bentuk tulisan kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
sebut bahasa tulisan. Jika kata-kata itu berbentuk lukisan, gambar atau tanda,
syarat dan kaidah bahasa Indonesia. Adanya bahasa hukum bertujuan untuk
Bahasa hukum Indonesia masih bergaya orde lama karena bahasa hukum
Hal ini terjadi karena sebelum kemerdekaan, bahasa hukum yang digunakan
adalah bahasa hukum Belanda atau terjemahan dari hukum yang dibuat dalam
Belanda “Hij die”. Istilah “Hij die” bukan berarti “barang kepunyaan
siapa”, tetapi artinya “dia yang berbuat atau dia yang melakukan” atau
62
mengerti bahasa hukum adalah karena bahasa hukum itu bersifat eksoteris.
membuatnya saja.
Berikut ini akan dipaparkan kalimat dan paragraf dalam bahasa hukum
Indonesia.
63
Hadikusuma (2013: 5), bahasa hukum mempunyai sifat-sifat khusus yang tidak
apabila ada kalimat yang berbunyi “Badu memukul Tatang”, maka menurut
ketentuan ilmu bahasa, “Badu” adalah subjek, “memukul” adalah predikat, dan
“Tatang” adalah objek dari kalimat tersebut. Sedangkan dalam ilmu hukum,
Pada penelitian ini, ayat termasuk dalam kalimat karena pada awal penulisan
diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Berikut contoh
64
(2008) adalah bagian dari bab dalam undang-undang. Sebuah pasal terdiri dari
Pasal 1
65
Pada pasal yang telah disajikan di atas, dapat dilihat bahwa satu pasal
terdiri dari beberapa ayat yang bertugas menjelaskan pasal (1). Pasal (1) di atas
nasional dan pengembangan muatan lokal pada tingkat daerah serta pedoman
Kalimat pengembang pada paragraf di atas adalah (3) Kerangka dasar dan
struktur kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
sesuatu yang ingin ditulis oleh pembuat hukum dalam membuat peraturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
tidak ada waktu khusus dalam menuliskan sebuah peraturan menteri dengan
PH13).
G. Kerangka Berpikir
Kajian teori pada penelitian ini adalah kalimat dan paragraf. Kalimat
adalah satuan gramatik yang mengungkapkan pikiran yang utuh baik dalam
wujud lisan atau tulisan. Sedangkan paragraf adalah sekolompok kalimat yang
sintaksis kalimat, yaitu teori milik Alwi, dkk dan teori milik Ramlan. Peneliti
mengikuti teori milik Alwi, dkk dalam bukunya yang berjudul Tata Bahasa
terhadap fungsi sintaksis kalimat jika dibandingkan oleh teori Ramlan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
dua teori pola pengembangan paragraf yaitu teori milik Gorys Keraf dan
Abdul Chaer. Peneliti mengikuti teori Abdul Chaer karena menurut peneliti
ragam bahasa baku yang tentunya berkaitan dengan teori pola pengembangan
paragraf milik Abdul Chaer. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan tujuh
persamaan pola pengembangan paragraf antara teori Gorys Keraf dan Abdul
Terdapat pula perbedaan teori antara teori Gorys Keraf dan teori Abdul
68
Indonesia Tentang Pendidikan Tahun 2014. Dalam teori Gorys Keraf tidak
Penelitian ini mencari struktur kalimat dan struktur paragraf serta pola
Ayat pada penelitian ini termasuk dalam kalimat karena ayat memenuhi
syarat dari terbentuknya kalimat yang meliputi pada tulisan berhuruf latin
diawali dengan huruf kapital dan diakhiri tanda titik (.) merupakan satu
gagasan yang utuh, dan pada bahasa lisan diucapkan dengan suara naik turun
dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti
oleh kesenyapan.
Pasal pada penelitian ini termasuk dalam paragraf karena ayat memenuhi
tiga syarat terbentuknya sebuah paragraf. Syarat yang pertama adalah kesatuan.
pasal yang ditandai dengan beberapa kata penghubung seperti kata ini dan nya.
69
Kerangka Berpikir
KAJIAN TEORI
Paragraf Kalimat
PASAL
Pada penelitian ini pasal termasuk AYAT
dalam paragraf karena pasal Pada penelitian ini ayat
memenuhi ketiga syarat dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
tahun 2014.
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
71
Penelitian ini dikatakan penelitian kualitatif karena data yang diperoleh adalah
Pendidikan memerikan objek dari sudut pandang peneliti dan tidak dituang
dalam bentuk angka-angka dan hasil analisis data dipaparkan dalam bentuk
uraian naratif.
B. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah, (1) Peraturan Menteri Nomor 44 tahun
2014 tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru Untuk Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa, (2) Peraturan Menteri Nomor 45 tahun 2014
Dasar dan Menengah, (3) Peraturan Menteri Nomor 51 tahun 2014 tentang
Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru Untuk Pendidikan Dasar dan
Masa Orientasi Peserta Didik Baru di Sekolah, (5) Peraturan Menteri Nomor
65 tahun 2014 tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru
72
Nomor 160 tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum tahun 2006 dan
Kurikulum 2013.
ini adalah untuk menyimak struktur kalimat, struktur paragraf, dan pola
Tentang Pendidikan Tahun 2014. Metode simak ini mempunyai dua teknik
dasar yang digunakan peneliti adalah teknik dasar sadap. Teknik sadap
mendapatkan data dengan menyadap kalimat dan paragraf yang terdapat pada
2014.
Pada penelitian ini teknik dasar sadap diikuti dengan teknik lanjutan catat.
Dalam penelitian ini peneliti mencatat data-data kalimat dan paragraf pada
73
maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
PPAT, yaitu Heri Sabto Widodo, SH. Kartono (Gunawan, 2013: 171)
suatu masalah tertentu, ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
penentu bagian dari bahasa yang bersangkutan itu sendiri. Alat penentu dalam
rangka kerja metode agih itu jelas dan selalu berupa bagian atau unsur dari
bahasa objek sasaran penelitian itu sendiri, seperti kata (kata ingkar, preposisi,
keterangan), klausa, dan lain-lain. Pada penelitian ini alat penentunya adalah
74
Teknik analisis data pada penelitian ini adalah teknik bagi unsur langsung
(BUL), teknik triangulasi, dan teknik analisis deskriptif. Teknik bagi unsur
langsung adalah cara yang digunakan pada awal kerja analisis ialah membagi
satuan lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur Sudaryanto (2015:
Data tersebut biasanya tercantum dalam bentuk tabel dan analisis didasarkan
pada data tabel tersebut (Nurastuti, 2007: 130). Penelitian ini menggunakan
penelitian.
1. Dalam teknik bagi unsur langsung (BUL), peneliti membagi satuan lingual
kalimat data dan satuan paragraf data untuk menganalisis struktur kalimat,
analisis deskriptif untuk menjelaskan hasil analisis data secara panjang dan
jelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
E. Triangulasi
kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu mengumpulkan data
(dalam Moleong, 2014: 331), berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat
diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu teori atau lebih. Dalam penelitian
pengumpulan data ialah Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd dan Dr. Y. Karmin, M.Pd.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
BAB IV
Bab ini berisi tiga bagian, yaitu deskripsi data, analisis, dan pembahasan
analisis. Analisis meliputi tiga hal, yaitu struktur kalimat dan struktur serta
yang meliputi analisis struktur kalimat, analisis struktur paragraf dan pola
pada subbab C.
A. Deskripsi Data
tahun 2014, yakni (1) Peraturan Menteri Nomor 44 tahun 2014 tentang Buku
Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru Untuk Sekolah Menengah Atas Luar
Biasa, (2) Peraturan Menteri Nomor 45 tahun 2014 tentang Pakaian Seragam
Sekolah Bagi Peserta Didik Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah, (3)
Peraturan Menteri Nomor 51 tahun 2014 tentang Buku Teks Pelajaran dan
Buku Panduan Guru Untuk Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, (4)
Didik Baru di Sekolah, (5) Peraturan Menteri Nomor 62 tahun 2014 tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
2014 tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru Kurikulum 2013
Nomor 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah, (9) Peraturan Menteri Nomor 105 tahun 2014 tentang
Pendidikan Menengah, dan (10) Peraturan Menteri Nomor 160 tahun 2014
Objek yang diteliti pada penelitian ini adalah struktur kalimat dan struktur
dalam kalimat adalah ayat dan yang termasuk dalam paragraf adalah pasal.
Jumlah total paragraf dan kalimat pada penelitian ini adalah 75 paragraf yang
meliputi 241 kalimat. Peraturan Menteri Nomor 44 tahun 2014 tentang Buku
Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru Untuk Sekolah Menengah Atas Luar
Biasa terdiri dari tiga paragraf yang meliputi 10 kalimat. Peraturan Menteri
Nomor 45 tahun 2014 tentang Pakaian Seragam Sekolah Bagi Peserta Didik
Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah terdiri dari delapan paragraf yang
Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru Untuk Pendidikan Dasar dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru Kurikulum 2013
yang meliputi 14 kalimat. Peraturan Menteri Nomor 103 tahun 2014 tentang
tujuh paragraf yang meliputi 51 kalimat. Peraturan Menteri Nomor 105 tahun
Kurikulum tahun 2006 dan Kurikulum 2013 terdiri dari 10 paragraf yang
meliputi 22 kalimat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
B. Analisis Data
Pada bagian ini akan disajikan kalimat dan paragraf yang terdapat dalam
Berikut ini disajikan salah satu hasil analisis struktur kalimat pada 10
Struktur
No. Data Unsur Kalimat
Kalimat
80
REPUBLIK INDONESIA
S
3. Menimbang: a. bahwa dalam (DENGAN RAHMAT (K)-(S)-P- O
rangka TUHAN YANG MAHA K-S-P-O
melaksanaka ESA)
(Ket. Alat)
n
ketentuan (MENTERI PENDIDIKAN
Pasal 43 DAN KEBUDAYAAN
ayat (5) REPUBLIK INDONESIA)
Peraturan (S)
Pemerintah Menimbang
Nomor 32 P
bahwa dalam rangka… di
Tahun 2013
Sekolah Menengah Atas
tentang
Luar Biasa;
Perubahan
O
Atas
bahwa dalam rangka…
Peraturan
tentang Standar Nasional
Pemerintah Pendidikan,
Nomor 19 Ket. Tempat
Tahun 2005
tentang Tim Penilai Buku
Standar S
Nasional telah melakukan
P
Pendidikan,
penilaian kelayakan isi,… di
Tim Penilai Sekolah Menengah Atas
Buku telah Luar Biasa;
melakukan O
penilaian
kelayakan
isi, bahasa,
penyajian,
dan
kegrafikaan
buku teks
pelajaran
dan buku
panduan
guru untuk
digunakan
dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
pembelajara
n di Sekolah
Menengah
Atas Luar
Biasa;
82
Indonesia O
tahun 2003
Nomor 78,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah (DENGAN RAHMAT
Nomor 19 Tahun 2005 TUHAN YANG MAHA
tentang Standar Nasional ESA)
Pendidikan (Lembaran (Ket. Alat)
Negara Republik Indonesia (MENTERI PENDIDIKAN
Tahun 2005 Nomor 41 , DAN KEBUDAYAAN
Tambahan Lembaran Negara REPUBLIK INDONESIA)
Republik Indonesia Nomor (S)
4496), sebagaimana telah (Mengingat)
diubah dengan Peraturan (P) (K)-(S)-(P)-O
Pemerintah Nomor 32 Tahun Peraturan Pemerintah Nomor
2013 tentang Perubahanatas 19 Tahun 2005… Indonesia
Peraturan Pemerintah Nomor Nomor 5410);
19 Tahun 2005 tentang
O
Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor
71, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 5410);
3. Peraturan Presiden Nomor (DENGAN RAHMAT
47 Tahun 2009 tentang TUHAN YANG MAHA
Pembentukan dan Organisasi ESA)
Kementerian Negara (Ket. Alat)
sebagaimana telah beberapa (MENTERI PENDIDIKAN
kali diubah terakhir dengan DAN KEBUDAYAAN
Peraturan Presiden Nomor 13 REPUBLIK INDONESIA)
(K)-(S)-(P)-O
Tahun 2014; (S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden Nomor
47 Tahun 2009… Nomor 13
Tahun 2014;
O
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
84
85
86
Berikut ini disajikan salah satu hasil analisis struktur dan pola
a. Paragraf I
87
88
MEMUTUSKAN:
1) Struktur Paragraf:
2) Pola Pengembangan:
b. Paragraf II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Pasal 1
(1) Menetapkan Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru sebagai buku siswa dan
buku guru yang layak digunakan dalam pembelajaran di Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa.
(2) Buku Teks Pelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran
I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(3) Buku Panduan Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran
II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
1) Struktur Paragraf:
a) Kalimat topik:
b) Kalimat pengembang:
(1) Buku Teks Pelajaran… tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Menteri ini.
2) Pola Pengembangan:
dan rinci kepada pembaca tentang buku teks pelajaran dan buku panduan
guru untuk sekolah menengah atas luar biasa yang dimaksud pada
90
b) Paragraf III
Pasal 2
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 20 Juni 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR
853
1) Struktur Paragraf:
a) Kalimat pengembang:
2) Pola Pengembangan:
jelas dan rinci kepada pembaca bahwa kapan berlakunya peraturan ini,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
C. Pembahasan
P-O atau yang mempunyai objek lebih dari satu. Pada peraturan ini ditemukan
Salah satu kalimat majemuk kompleks yang mempunyai struktur kalimat K-S-P-
92
93
MEMUTUSKAN:
94
penanda konjungsi dan. Struktur serupa ditemukan pula sembilan kalimat lain
dalam lampiran pada I.B.1, I.C.1, I.D.1, I.E.1, I.F.1, I.G.1, I.H.1, I.I.1, dan
I.J.1.
oleh pembuat hukum sehingga orang yang membacanya menjadi jelas dan
paham. Sedangkan adanya struktur kalimat yang sedikit dianggap tidak perlu
ada penjelasan lagi dan kalimat tersebut sudah cukup menjelaskan apa yang
dimaksud oleh pembuat hukum. Hal ini membuktikan bahwa bahasa hukum
mempunyai ciri bahasa yang singkat dan padat (dalam lampiran Transkrip
Pada penelitian ini diketahui bahwa peraturan menteri ini lebih dominan
Pasal 2
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 44 Tahun 2014)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
predikat frase verbal, predikatnya adalah mulai berlaku kemudian diikuti oleh
pengecualian, keterangan tempat, dan keterangan waktu. Hal ini terjadi agar
Hukum, PH17).
struktur S-P-K. Struktur serupa ditemukan pula 35 kalimat yang lain dalam
lampiran I.A.5, I.A.6, I.B.24, I.B.28, I,C.5, I.C.6, I.C.7, I.D.5, I.D.12, I.E.6,
I.E.13, I.E.14, I.E.22, I.E.25, I.F.12, I.F.17, I.F.20, I.F.21, I.F.22, I.F.28,
I.F.29, I.F.30, I.F.31, I.G.8, I.H.15, I.H.16, I.H.17, I.H.19, I.H.24, I.H.25,
96
lampiran pada I.B.32, I.C.8, I.D.13, I.E.36, I.F.32, I.G.12, I.H.49, I.I.40, dan
I.J.20.
kalimat di atas termasuk predikat kata kerja pasif. Diikuti oleh keterangan
tempat di Jakarta pada tanggal 9 Juni 2014 dan diakhiri dengan pelengkap
oleh subjek. Hal tersebut terjadi karena struktur kalimat di atas adalah susunan
97
dalam lampiran pada I.A.10, I.B.33, I.B.34, I.C.9, I.C.10, I.D.14, I.D.15,
I.E.37, I.E.38, I.F.33, I.F.34, I.G.13, I.G.14, I.H.50, I.H.51, I.I.41, I.I.42,
dalam bahasa Indonesia karena tidak diawali fungsi subjek. Struktur P-K-Pel.
terjadi karena struktur kalimat di atas adalah susunan dari format tanda tangan
Pasal 5
Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota mengendalikan masa orientasi
peserta didik baru menjadi kegiatan yang bermanfaat, bersifat edukatif dan
kreatif, bukan mengarah kepada tindakan destruktif dan/atau berbagai
kegiatan lain yang merugikan siswa baru baik secara fisik maupun
psikologis.
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 55 Tahun 2014)
predikat kata kerja aktif. Kemudian objek kalimat di atas adalah masa
berbagai kegiatan lain yang merugikan siswa baru baik secara fisik maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
kalimat lain dalam lampiran pada I.D.4, I.D.6, I.D.7, I.E.15, I.E.16, I.E.18,
I.E.21, I.E.23, I.F.18, I.F.24, I.F.25, I.G.4, I.G.5, I.G.6, I.G.7, I.H.8, I.H.13,
I.H.20, I.H.22, I.I.6, I.I.10, I.I.11, I.I.24, I.I.25, I.J.4, I.J.5, I.J.8, I.J.11, I.J.14,
dan I.J.15.
BAB III
JENIS, WARNA, DAN MODEL
Pasal 3
(1) Pakaian seragam sekolah terdiri dari:
a. Pakaian seragam nasional;
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45 Tahun 2014)
atas adalah Pakaian seragam sekolah. Predikat kalimat di atas adalah terdiri
peraturan menteri ini ditemukan ada 49 kalimat yang mempunyai struktur S-P-
pada I.B.9, I.B.14, I.B.18, I.B.19, I.B.20, I.B.21, I.B.22, I.B.23, I.B.27, I.D.10,
I.E.7, I.E.9, I.E.10, I.E.11, I.E.12, I.E.17, I.E.19, I.F.10, I.F.11, I.F.13, I.F.14,
I.F.15, I.F.16, I.F.19, I.F.27, I.H.7, I.H.9, I.H.10, I.H.11, I.H.12, I.H.14,
I.H.21, I.H.23, I.I.13, I.I.14, I.I.15, I.I.16, I.I.17, I.I.18, I.I.20, I.I.21, I.I22,
99
(2) Pada saat Upacara Bendera dilengkapi topi pet dan dasi sesuai warna
seragam masing-masing jenjang sekolah, dilengkapi dengan logo tut wuri
handayani di bagian depan topi.
mempunyai dua klausa dalam satu kalimat, tetapi kalimat tersebut tidak
Pelengkap pada kalimat tersebut adalah topi pet dan dasi sesuai warna
adalah dilengkapi. Keterangan alat pada kalimat di atas adalah dengan logo
tut wuri handayani. Keterangan alat pada kalimat di atas adalah di bagian
depan topi. Pada peraturan menteri ini ditemukan ada satu kalimat yang
Pasal 7
(1) Satuan pendidikan memberikan penilaian terhadap kinerja peserta
didik dalam Kegiatan Ekstrakurikuler secara kualitatif dan
dideskripsikan pada rapor peserta didik.
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 62 Tahun 2014)
dua klausa dan kedudukan klausanya tidak setara. Subjek kalimat di atas
Objek1 kalimat di atas adalah penilaian terhadap kinerja peserta didik dalam
100
hubungan penambahan yang menjadi salah satu ciri bahwa kalimat ini
Pada peraturan menteri ini ditemukan ada satu kalimat yang mempunyai
struktur S-P-O-P-K.
bahasa Indonesia karena berstruktur S-P. Subjek kalimat di atas adalah Warna
kemeja putih, celana/rok warna merah hati. Pada peraturan menteri ini
ditemukan ada enam kalimat yang mempunyai struktur S-P. Struktur serupa
ditemukan pula lima kalimat lain dalam lampiran pada I.B.16, I.B.17, I.D.8,
101
di atas adalah (2) RPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Predikat
menteri ini ditemukan ada satu kalimat yang mempunyai struktur S-P-
Pel.-K.
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
102
adalah Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan. Subjek kalimat
ditemukan pula 19 kalimat lain dalam lampiran pada I.B.5, I.B.6, I.B.7, I.B.8,
I.D.11, I.E.4, I.E.5, I.E.24, I.F.4, I.F.5, I.F.6, I.F.7, I.F. 8, I.F.9, I.H.4, I.H.5,
(3) Selain hari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) peserta didik dapat
mengenakan pakaian seragam kepramukaan atau pakaian seragam
khas sekolah yang diatur oleh masing-masing sekolah.
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45 Tahun 2014)
kalimat di atas adalah Selain hari sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Subjek kalimat di atas adalah peserta didik. Predikat kalimat di atas adalah
103
kepramukaan atau pakaian seragam khas sekolah yang diatur oleh masing-
masing sekolah. Pada peraturan menteri ini ditemukan ada satu kalimat yang
struktur kalimat yang mengikuti pola umum kalimat bahasa Indonesia, dan
satu struktur kalimat yang tidak mengikuti pola umum kalimat Bahasa
Peraturan Menteri ini terdapat satu struktur kalimat majemuk setara, yaitu S-P-
struktur kalimat efektif atau kalimat yang mengikuti pola umum bahasa
Indonesia, yaitu S-P, S-P-K, S-P-O, S-P-Pelengkap, K-S-P, K-S-P-O, dan S-P-
Pel.-K. Satu struktur kalimat yang tidak mengikuti pola umum bahasa
adalah judul yang termasuk frase dan diperhitungkan sebagai kalimat tak
berklausa.
Struktur judul terdiri dari frase yang tidak mengandung unsur subjek,
sebanyak 10 frasa yang termasuk dalam kalimat tak berklausa. Salah satu frasa
yang ditemukan dari 10 peraturan menteri yang diteliti adalah sebagai berikut,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Judul pada peraturan menteri ini termasuk dalam kalimat karena judul
suatu karangan selalu diakhiri dengan jeda panjang yang disertai nada akhir
turun atau naik walaupun tidak mengandung unsur subjek, predikat, objek,
penelitian ini ditemukan tiga struktur paragraf, yaitu P1= kalimat topik,
pemerincian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Pada peraturan menteri ini ditemukan paragraf yang hanya memiliki satu
kalimat saja, yaitu kalimat topik. Berikut contoh dari paragraf yang hanya
106
MEMUTUSKAN:
Struktur paragraf di atas adalah P1= kalimat topik. Ide pokok pada
107
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Sekolah adalah Sekolah Dasar/Sekolah Dasar Luar Biasa (SD/SDLB),
Sekolah Menengah Pertama/Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa
(SMP/SMPLB), Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Atas Luar
Biasa (SMA/SMALB), dan Sekolah Menengah Kejuruan/Sekolah
Menengah Kejuruan Luar Biasa (SMK/SMKLB) baik negeri maupun
swasta.
2. Pakaian seragam nasional adalah pakaian yang dikenakan pada hari
belajar oleh peserta didik di sekolah, yang jenis, model, dan warnanya
sama berlaku secara nasional.
3. Pakaian seragam khas sekolah adalah pakaian seragam bercirikan
karakteristik sekolah yang dikenakan oleh peserta didik pada hari tertentu,
dalam rangka meningkatkan kebanggaan peserta didik terhadap
sekolahnya.
4. Pakaian seragam khas muslimah adalah pakaian seragam yang
dikenakan oleh peserta didik muslimah karena keyakinan pribadinya
sesuai dengan jenis, model, dan warna yang telah ditentukan dalam
kegiatan proses belajar mengajar untuk semua jenis pakaian seragam
sekolah.
5. Atribut adalah kelengkapan pakaian seragam nasional yang
menunjukkan identitas masing-masing sekolah terdiri dari badge
organisasi kesiswaan, badge merah putih, badge nama peserta didik,
badge nama sekolah dan nama kabupaten/kota
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 45 Tahun 2014)
Kalimat tersebut termasuk kalimat topik karena gagasan utama paragraf di atas
108
mengenalkan sebuah istilah atau pengertian yang dianggap baru dan belum
ditemukan pula pada 19 kalimat lain dalam lampiran pada II.B.1, II.C.1,
II.D.1, II.D.2, II.E.1, II.E.2, II.E.3, II.E.5, II.F.1, II.F.2, II.F.3, II.G.1, II.H.1,
Pasal 1
(1) Menetapkan Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru sebagai
buku siswa dan buku guru yang layak digunakan dalam pembelajaran di
Sekolah Menengah Atas Luar Biasa.
(2) Buku Teks Pelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
(3) Buku Panduan Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
(Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 44 Tahun 2014)
Pelajaran dan Buku Panduan Guru sebagai buku siswa dan buku guru yang
Kalimat tersebut termasuk kalimat topik karena gagasan utama paragraf di atas
adalah mengenai penetapan buku teks pelajaran dan buku panduan guru
sebagai buku siswa dan buku guru yang layak digunakan di Sekolah Menengah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Atas Luar Biasa. Kalimat (2) dan (3) adalah kalimat pengembang yang
ide pokok tersebut dirinci dengan sejumlah fakta lain. Pikiran pokok pada
paragraf di atas adalah tentang penetapan buku teks pelajaran dan buku
panduan guru untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa. Lalu, diperinci
dengan letak peraturan ini beserta lampirannya merupakan bagian yang tidak
terpisahkan.
serupa ditemukan pula pada 19 kalimat lain dalam lampiran pada II.B.5, II.B.6,
II.C.2, II.E.4, II.E.6, II.E.8, II.F.4, II.F.6, II.F.7, II.F.8, II.F.9, II.H.3, II.H.4,
sebagai berikut.
Pasal 2
110
Kalimat topik yang dikembangkan dari paragraf di atas adalah sebagai berikut.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : … ATAS LUAR BIASA.
acuan kata ganti ini yang mengacu pada paragraf pertama. Pola pengembangan
Sebab, pada paragraf tersebut dirinci lagi dengan kapan mulai berlakunya
111
ditemukan pula pada 33 kalimat lain dalam lampiran pada II.B.3, II.B.4,
II.B.7, II.B.8, II.C.3, II.D.3, II.D.4, II.D.5, II.D.6, II.D.7, II.D.8, II.D.9, II.E.7,
II.E.9, II.E.10, II.E.11, II.F.5, II.F.10, II.G.2, II.G.3, II.G.4, II.H.5, II.H.6,
II.H.7, II.I.9, II.I.10, II.J.2, II.J.5, II.J.6, II.J.7, II.J.8, II.J.9, dan II.J.10.
kepada masyarakat bahwa ada peraturan yang harus diikuti oleh setiap warga
setiap warga negara mengerti, memahami, dan melakukan seperti yang tertulis
digunakan pada peraturan ini berbeda dengan paragraf lazimnya dalam bahasa
Indonesia. Tetapi, hal ini dapat teratasi setelah peneliti membaca kembali
temukan paragraf yang hanya menggunakan satu kalimat. Heri Sabto Widodo
112
dalam bahasa hukum ayat merupakan kalimat dan pasal merupakan paragraf,
peraturan menteri. Menurut kajian teori yang digunakan oleh peneliti, ada
113
pada Peraturan menteri lebih dominan daripada struktur P1= kalimat topik dan
dan jelas apa yang dimaksud oleh penulis atau pembuat hukum (dalam
PH18).
yang dilakukan oleh peneliti dan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Galih Puji Haryanto pada bulan Januari 2015 dalam bentuk skripsi. Judul yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
ia ambil adalah Analisis Struktur Kalimat dan Struktur Paragraf serta Pola
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Galih Puji Haryanto adalah sebagai
berikut.
Persamaan
No. Penelitian yang dilakukan oleh
Penelitian terdahulu
peneliti
1. Peneliti menemukan pola Terdapat pola pengembangan
pengembangan paragraf paragraf pemerincian dan pola
pemerincian dan pola pengembangan paragraf definisi.
pengembangan paragraf
definisi.
2. Peneliti menemukan struktur Terdapat struktur paragraf yang
paragraf yang digunakan dalam digunakan dalam Peraturan
Peraturan Menteri adalah P1= Menteri adalah P1= kalimat topik,
kalimat topik, P2= kalimat P2= kalimat topik+kalimat
topik+kalimat pengembang, dan pengembang, dan P3= kalimat
P3= kalimat pengembang. pengembang.
dan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Galih Puji Haryanto adalah
sebagai berikut.
Perbedaan
No.
Penelitian yang dilakukan oleh
Penelitian terdahulu
peneliti
115
116
BAB V
PENUTUP
Dalam bab penutup ini dikaji dua hal, yaitu kesimpulan dan saran.
Kesimpulan ada tiga, yakni struktur kalimat, struktur paragraf, dan pola
Tentang Pendidikan Tahun 2014. Saran meliputi hal-hal relevan yang kiranya
A. Kesimpulan
1. Struktur Kalimat
kalimat, S-P berjumlah enam kalimat dan S-P-Pel.-K berjumlah satu kalimat.
117
2. Struktur Paragraf
Kebudayaan tahun 2014 terdiri dari P1= kalimat topik yang berjumlah 21
berjumlah 67 paragraf.
B. Saran
pembuat hukum dan peneliti lain. Kedua saran tersebut akan dijelaskan
sebagai berikut.
nantinya harus ditaati oleh masyarakat. Oleh karena itu, pembuat hukum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
struktur paragraf yang berlaku dalam bahasa Indonesia sehingga apa yang
menjadi maksud dari pembuat hukum dapat tersampaikan dengan baik oleh
pembaca.
dengan sumber data lain, seperti traktat, KUH Pidana, dan KUH Perdata.
Traktat, KUH Pidana, dan KUH Perdata dapat dikaji mengenai penggunaan
119
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 2010. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.
Jakarta: Pusat Bahasa.
Chaer, Abdul. 2011. Tata Bahasa Indonesia Praktis. Jakarta: Rineka Cipta.
Gunawan, I.2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hadikusuma, Hilman. H. 2013. Bahasa Hukum Indonesia. Bandung: Alumni.
120
Said, Umar. 2009. Pengantar Hukum Indonesia: Sejarah dan Dasar-dasar Tata
Hukum Serta Politik Hukum Indonesia. Malang: Setara Press.
Soeprapto, Maria Farida Indrati. 2002. Ilmu Perundang-undangan. Yogyakarta:
Kanisius.
Sudaryanto, 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:
Diandra Primamitra.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Manajemen. Bandung: Alfabeta.
Referensi Online
http://www.kemdikbud.go.id/
http://jdih.kemdikbud.go.id/diknasrokum/
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
TENTANG
BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU PANDUAN GURU
UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA
122
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU PANDUAN
GURU UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA.
Pasal 1
(1) Menetapkan Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru sebagai buku siswa
dan buku guru yang layak digunakan dalam pembelajaran di Sekolah Menengah
Atas Luar Biasa.
(2) Buku Teks Pelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini .
(3) Buku Panduan Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini .
Pasal 2
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri i n i dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan d i Jakarta
pada tanggal 9 Juni 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
MOHAMMAD NUH
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 20 Juni 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 853
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
TENTANG
Menimbang : a. bahwa dalam rangka memperkuat jati diri bangsa diperlukan pembinaan
dan pengembangan kesiswaan untuk menciptakan suasana dan tata kehidupan
satuan pendidikan yang baik dan sehat, sehingga menjamin kelancaran proses
belajar mengajar;
b. bahwa salah satu upaya dalam rangka memperkuat jati diri bangsa
sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu diatur pakaian seragam sekolah
guna meningkatkan citra satuan pendidikan serta meningkatkan persatuan dan
kesatuan di kalangan peserta didik;
c.bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan
b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang
Pakaian Seragam Sekolah bagi Peserta Didik Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
124
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2012 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 25 Tahun 2014;
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan
Kesiswaan;
9.
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG
PAKAIAN SERAGAM SEKOLAH BAGI PESERTA DIDIK PADA JENJANG
PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Sekolah adalah Sekolah Dasar/Sekolah Dasar Luar Biasa (SD/SDLB), Sekolah Menengah
Pertama/Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMP/SMPLB), Sekolah Menengah
Atas/Sekolah Menengah Atas Luar Biasa (SMA/SMALB), dan Sekolah Menengah
Kejuruan/Sekolah Menengah Kejuruan Luar Biasa (SMK/SMKLB) baik negeri maupun swasta.
2. Pakaian seragam nasional adalah pakaian yang dikenakan pada hari belajar oleh peserta didik
di sekolah, yang jenis, model, dan warnanya sama berlaku secara nasional.
3. Pakaian seragam khas sekolah adalah pakaian seragam bercirikan karakteristik sekolah yang
dikenakan oleh peserta didik pada hari tertentu, dalam rangka meningkatkan kebanggaan peserta
didik terhadap sekolahnya.
4. Pakaian seragam khas muslimah adalah pakaian seragam yang dikenakan oleh peserta didik
muslimah karena keyakinan pribadinya sesuai dengan jenis, model, dan warna yang telah
ditentukan dalam kegiatan proses belajar mengajar untuk semua jenis pakaian seragam sekolah.
5. Atribut adalah kelengkapan pakaian seragam nasional yang menunjukkan identitas masing-
masing sekolah terdiri dari badge organisasi kesiswaan, badge merah putih, badge nama peserta
didik, badge nama sekolah dan nama kabupaten/kota.
BAB II
TUJUAN
Pasal 2
Penetapan pakaian seragam sekolah bertujuan:
a. menanamkan dan menumbuhkan rasa nasionalisme, kebersamaan, serta memperkuat
persaudaraan sehingga dapat menumbuhkan semangat kesatuan dan persatuan di kalangan peserta
didik;
b. meningkatkan rasa kesetaraan tanpa memandang kesenjangan sosial ekonomi orangtua/wali
peserta didik;
c. meningkatkan disiplin dan tanggungjawab peserta didik serta kepatuhan terhadap peraturan
yang berlaku; dan
d. menjadi acuan bagi sekolah dalam menyusun tata tertib dan disiplin peserta didik khususnya
yang mengatur pakaian seragam sekolah.
BAB III
JENIS, WARNA, DAN MODEL
Pasal 3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
(4) Ketentuan pakaian seragam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:
a. Pakaian seragam nasional mengacu pada Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Menteri ini;
b. Model pakaian seragam nasional sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
c. Pakaian seragam kepramukaan mengacu pada ketentuan peraturan kwartir nasional gerakan
pramuka;
d. Pakaian seragam khas sekolah diatur oleh masing-masing sekolah dengan tetap memperhatikan
hak setiap warga negara untuk menjalankan keyakinan agamanya masing-masing.
BAB IV
PENGADAAN DAN PENGGUNAAN
Pasal 4
(1) Pengadaan pakaian seragam sekolah diusahakan sendiri oleh orangtua atau wali peserta didik.
(2) Pengadaan pakaian seragam sekolah tidak boleh dikaitkan dengan pelaksanaan penerimaan
peserta didik baru atau kenaikan kelas.
Pasal 5
(1) Pakaian seragam nasional dikenakan pada hari Senin, Selasa, dan pada hari lain saat
pelaksanaan Upacara Bendera.
(2) Pada saat Upacara Bendera dilengkapi topi pet dan dasi sesuai warna seragam masing-masing
jenjang sekolah, dilengkapi dengan logo tut wuri handayani di bagian depan topi.
(3) Selain hari sebagaimana dimaksud pada ayat (1) peserta didik dapat mengenakan pakaian
seragam kepramukaan atau pakaian seragam khas sekolah yang diatur oleh masing-masing
sekolah.
BAB V
SANKSI
Pasal 6
Sekolah yang melanggar ketentuan dalam Peraturan Menteri ini akan dikenakan sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BAB VI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
PENUTUP
Pasal 7
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 Juni 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
MOHAMMAD NUH
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 11 Juni 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 768
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
128
Pasal 2
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 19 Juni 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
MOHAMMAD NUH
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 24 Juni 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 862
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
TENTANG
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG MASA ORIENTASI PESERTA DIDIK DI SEKOLAH.
Pasal 1
Setiap sekolah menyelenggarakan masa orientasi peserta didik bagi peserta didik baru selama jam
belajar di sekolah pada minggu pertama masuk sekolah selama 3
(tiga) sampai dengan 5 (lima) hari.
Pasal 2
Masa orientasi peserta didik bertujuan untuk mengenalkan program sekolah,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
lingkungan sekolah, cara belajar, penanaman konsep pengenalan diri peserta didik, dan
kepramukaan sebagai pembinaan awal ke arah terbentuknya kultur sekolah yang kondusif bagi
proses pembelajaran lebih lanjut sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional.
Pasal 3
(1) Sekolah dilarang melaksanakan masa orientasi peserta didik yang mengarah
kepada tindakan kekerasan, pelecehan dan/atau tindakan destruktif lainnya
yang merugikan peserta didik baru baik secara fisik maupun psikologis baik di
dalam maupun di luar sekolah.
(2) Sekolah dilarang memungut biaya dan membebani orangtua dan peserta didik
dalam bentuk apapun.
Pasal 4
Kepala sekolah dan guru di sekolah yang bersangkutan bertanggungjawab dan
wajib melaksanakan ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini.
Pasal 5
Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota mengendalikan masa orientasi peserta
didik baru menjadi kegiatan yang bermanfaat, bersifat edukatif dan kreatif, buk an mengarah
kepada tindakan destruktif dan/atau berbagai kegiatan lain yang
merugikan siswa baru baik secara fisik maupun psikologis.
Pasal 6
Kepala sekolah dan guru yang membiarkan terjadinya penyimpangan dan/atau
pelanggaran ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 dikenakan sanksi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 7
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor
112/U/2001 tentang Masa Orientasi Siswa di Sekolah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
Pasal 8
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Juli 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
MOHAMMAD NUH
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 4 Juli 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 920
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
TENTANG
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER
PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH
Menimbang : a. bahwa pengembangan potensi peserta didik sebagaimana dimaksud dalam tujuan
pendidikan nasional dapat diwujudkan melalui kegiatan ekstrakurikuler yang
merupakan salah satu kegiatan dalam program kurikuler;
b. bahwa kegiatan ekstrakurikuler dapat memfasilitasi pengembangan potensi
peserta didik melalui pengembangan bakat, minat, dan kreativitas serta
kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan
huruf b perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 131, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5169);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5410);
4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2014;
5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan
Organisasi, dan Tata kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014;
6. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia
Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor
54/P Tahun 2014;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi
Pendidikan Dasar dan Menengah;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG
KEGIATAN EKSTRAKURIKULER PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN
MENENGAH.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik di luar
jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan dan
pengawasan satuan pendidikan.
2. Satuan pendidikan adalah Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK).
Pasal 2
Kegiatan Ekstrakurikuler diselenggarakan dengan tujuan untuk mengembangkan potensi, bakat,
minat, kemampuan, kepribadian, kerjasama, dan kemandirian peserta didik secara optimal dalam
rangka mendukung pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Pasal 3
Pasal 4
(1) Pengembangan berbagai bentuk Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan dilakukan dengan mengacu
pada prinsip:
a. partisipasi aktif; dan
b. menyenangkan.
(2) Pengembangan berbagai bentuk Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan dilakukan melalui tahapan:
a. identifikasi kebutuhan, potensi, dan minat peserta didik;
b. analisis sumber daya yang diperlukan untuk penyelenggaraannya;
c. pemenuhan kebutuhan sumber daya sesuai pilihan peserta didik atau menyalurkannya ke satuan
pendidikan atau lembaga lainnya;
d. penyusunan program Kegiatan Ekstrakurikuler; dan
e. penetapan bentuk kegiatan yang diselenggarakan;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Pasal 5
(1) Satuan pendidikan wajib menyusun program Kegiatan Ekstrakurikuler yang merupakan
bagian dari Rencana Kerja Sekolah.
(2) Program Kegiatan Ekstrakurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat:
a. rasional dan tujuan umum;
b. deskripsi setiap kegiatan ekstrakurikuler;
c. pengelolaan;
d. pendanaan; dan
e. evaluasi.
(3) Program Kegiatan Ekstrakurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disosialisasikan
kepada peserta didik dan orangtua/wali pada setiap awal tahun pelajaran.
Pasal 6
(1) Pelaksanaan program Kegiatan Ekstrakurikuler mempertimbangkan penggunaan sumber daya
bersama yang tersedia pada gugus sekolah atau klaster sekolah.
(2) Penggunaan sumber daya bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (4) difasilitasi oleh
pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 7
(1) Satuan pendidikan memberikan penilaian terhadap kinerja peserta didik dalam Kegiatan
Ekstrakurikuler secara kualitatif dan dideskripsikan pada rapor peserta didik.
(2) Satuan pendidikan melakukan evaluasi Program Kegiatan Ekstrakurikuler pada setiap akhir
tahun ajaran untuk mengukur ketercapaian tujuan pada setiap indikator yang telah ditetapkan.
(3) Hasil evaluasi Program Kegiatan Ekstrakurikuler sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
digunakan untuk penyempurnaan Program Kegiatan Ekstrakurikuler tahun ajaran berikutnya.
Pasal 8
Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah menggunakan
Pedoman sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 9
Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, ketentuan dalam Peraturan Menteri Nomor 81A Tahun
2013 tentang Implementasi Kurikulum yang mengatur mengenai Kegiatan Ekstrakurikuler
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 10
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Juli 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
MOHAMMAD NUH
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 11 Juli 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 958
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
TENTANG
PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN
SEBAGAI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER WAJIB
PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH
135
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG
PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER WAJIB
PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Pendidikan Kepramukaan adalah proses pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan
akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai nilai kepramukaan;
2. Satuan Pendidikan adalah Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA), dan Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK).
3. Gerakan Pramuka adalah organisasi yang dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan
pendidikan kepramukaan;
4. Pramuka adalah warga negara Indonesia yang aktif dalam pendidikan kepramukaan serta
mengamalkan Satya Pramuka dan Darma Pramuka;
5. Kepramukaan adalah segala aspek yang berkaitan dengan pramuka;
6. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan;
Pasal 2
(1) Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler wajib pada
pendidikan dasar dan menengah.
(2) Kegiatan Ekstrakurikuler wajib merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang harus diikuti oleh
seluruh peserta didik;
Pasal 3
(1) Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan dalam 3 (tiga) Model meliputi Model Blok, Model
Aktualisasi, dan Model Reguler.
(2) Model Blok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kegiatan wajib dalam bentuk
perkemahan yang dilaksanakan setahun sekali dan diberikan penilaian umum.
(3) Model Aktualisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kegiatan wajib dalam
bentuk penerapan sikap dan keterampilan yang dipelajari didalam kelas yang dilaksanakan dalam
kegiatan Kepramukaan secara rutin, terjadwal, dan diberikan penilaian formal.
(4) Model Reguler sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kegiatan sukarela berbasis
minat peserta didik yang dilaksanakan di Gugus depan.
Pasal 4
Pendidikan Kepramukaan berisi perpaduan proses pengembangan nilai sikap dan keterampilan.
Pasal 5
(1) Pola Kegiatan Pendidikan Kepramukaan diwujudkan dalam bentuk upacara dan keterampilan
Kepramukaan dengan menggunakan berbagai metode dan teknik.
(2) Upacara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi upacara pembukaan dan penutupan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
(3) Keterampilan Kepramukaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sebagai
perwujudan komitmen Kepramukaan dalam bentuk pembiasan dan penguatan sikap dan
keterampilan sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.
(4) Metode dan teknik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk belajar
interaktif dan progresif disesuaikan dengan kemampuan fisik dan mental peserta didik.
Pasal 6
(1) Penilaian dalam Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan dengan menggunakan penilaian yang
bersifat otentik mencakup penilaian sikap dan keterampilan.
(2) Penilaian sikap sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan
penilaian berdasarkan pengamatan, penilaian diri, dan penilaian teman sebaya.
(3) Penilaian keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan
penilaian unjuk kerja.
(4) Penilaian sikap dan keterampilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
menggunakan jurnal pendidik dan portofolio.
Pasal 7
(1) Pengelolaan Pendidikan Kepramukaan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib pada satuan
pendidikan dasar dan menengah merupakan tanggung jawab kepala sekolah dengan pelaksana
pembina pramuka.
(2) Pembina Pramuka sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Guru kelas/Guru mata
pelajaran yang telah memperoleh sertifikat paling rendah kursus mahir dasar atau Pembina
Pramuka yang bukan guru kelas/guru mata pelajaran.
(3) Guru kelas/guru mata pelajaran yang melaksanakan tugas tambahan sebagai Pembina
Pramuka dihitung sebagai bagian dari pemenuhan beban kerja guru dengan beban kerja paling
banyak 2 jam pelajaran per minggu.
Pasal 8
(1) Pendidikan Kepramukaan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib merujuk pada Pedoman
Penyelenggaraan Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib dan Prosedur
Operasi Standar (POS) Penyelenggaraan Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan
Ekstrakurikuler Wajib.
(2) Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler Wajib
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(3) Prosedur Operasi Standar (POS) Penyelenggaraan Pendidikan Kepramukaan sebagai Kegiatan
Ekstrakurikuler Wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 9
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Juli 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
MOHAMMAD NUH
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 11 Juli 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 959
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
TENTANG
138
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU PANDUAN GURU
KURIKULUM 2013 KELOMPOK PEMINATAN PENDIDIKAN
MENENGAH YANG MEMENUHI SYARAT KELAYAKAN UNTUK
DIGUNAKAN DALAM PEMBELAJARAN.
Pasal 1
(1) Buku kurikulum 2013 untuk SMA/MA kelas X kelompok peminatan Matematika dan Ilmu-
Ilmu Alam yang terdiri atas:
a. Buku Teks Pelajaran sebagai buku siswa sebagaimana tercantum dalam
Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini; dan
b. Buku Panduan Guru sebagai buku guru sebagaimana tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini,
memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam pembelajaran.
(2) Buku kurikulum 2013 untuk SMA/MA kelas X kelompok peminatan Ilmu-Ilmu Sosial yang
terdiri atas:
a. Buku Teks Pelajaran sebagai buku siswa sebagaimana tercantum dalam
Lampiran III yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini; dan
b. Buku Panduan Guru sebagai buku guru sebagaimana tercantum dalam
Lampiran IV yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini,
memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam pembelajaran.
(3) Buku kurikulum 2013 untuk SMA/MA kelas X kelompok peminatan ilmu-ilmu bahasa dan
budaya yang terdiri atas:
a. Buku Teks Pelajaran sebagai buku siswa sebagaimana tercantum dalam
Lampiran V yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini; dan
b. Buku Panduan Guru sebagai buku guru sebagaimana tercantum dalam
Lampiran VI yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini,
memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan dalam pembelajaran.
Pasal 2
Perubahan atas isi buku teks pelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 mendapat
persetujuan dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
wajib mendapat persetujuan dari Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Pasal 3
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
139
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Juli 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
MOHAMMAD NUH
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 11 Juli 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 961
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
TENTANG
Menimbang : bahwa dalam rangka implementasi kurikulum sebagaimana telah diatur dalam Pasal
77O ayat (2) huruf c dan Pasal 77P ayat (2) huruf c Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Pedoman Pembelajaran pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5410);
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2014;
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,
Susunan Organisasi, dan Tata kerja Kementerian Negara Republik Indonesia
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden
Nomor 14 Tahun 2014;
5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet
Indonesia Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Keputusan Presiden Nomor 54/P Tahun 2014;
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 54 Tahun 2013 tentang
Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah;
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 66 Tahun 2013 tentang
Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 57 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 58 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah;
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 59 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah;
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 60 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG
PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH.
Pasal 1
Pasal 2
142
Pasal 3
Pasal 4
Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dilaksanakan sesuai pedoman
sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
Pasal 5
Semua ketentuan tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah dalam
Peraturan Menteri yang sudah ada sebelum Peraturan Menteri ini berlaku, tetap berlaku sepanjang
tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
Pasal 6
143
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 3 Oktober 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
MOHAMMAD NUH
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 8 Oktober 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 1506
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
TENTANG
Menimbang : bahwa dalam rangka menjamin terlaksananya Kurikulum 2013 secara efektif dan
efisien pada satuan pendidikan, perlu menetapkan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan tentang Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum
2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5410);
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 13 Tahun 2014;
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata kerja Kementerian Negara Republik
Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 14 Tahun 2014;
5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan
Kabinet Indonesia Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Keputusan Presiden Nomor 41/P Tahun 2014;
145
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TENTANG
PENDAMPINGAN PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR
DAN PENDIDIKAN MENENGAH.
Pasal 1
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
146
c. penguatan sistem penilaian hasil belajar oleh pendidik pada Kurikulum 2013 dan pengisian
laporan hasil belajar peserta didik;
d. pengembangan perangkat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; dan
e. pengembangan model penelusuran minat peserta didik melalui bimbingan dan konseling.
Pasal 5
Pengelolaan pendampingan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan
Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah bekerjasama dengan dinas pendidikan provinsi dan
dinas pendidikan kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.
Pasal 6
(1) Pendampingan dilaksanakan secara berkesinambungan dengan:
a. model pendampingan di induk kluster/gugus; dan
b. model pendampingan di satuan pendidikan.
(2) Model Pendampingan berbasis kluster/gugus satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a dilakukan oleh guru pendamping.
(3) Model pendampingan di satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dilakukan oleh guru pendamping yang ada di satuan pendidikan tersebut.
Pasal 7
(1) Guru pendamping dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 terdiri atas unsur:
a. pengawas satuan pendidikan;
b. kepala satuan pendidikan; dan
c. pendidik.
(2) Syarat sebagai pendamping dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah:
a. telah lulus pelatihan Kurikulum 2013 dengan prestasi sekurang-kurangnya dengan predikat
memuaskan (M); dan
b. telah lulus dalam bimbingan teknis guru pendamping.
(3) Penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan oleh masyarakat dapat menyediakan sumber
daya pendidikan dalam pelaksanaan pendampingan pada satuan pendidikan.
Pasal 8
Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
menggunakan Pedoman sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 9
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 3 Oktober 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
MOHAMMAD NUH
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 8 Oktober 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 1508
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
TENTANG
MEMUTUSKAN:
148
Pasal 5
Hal-hal yang belum diatur terkait dengan prosedur pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 serta tata cara satuan pendidikan yang siap
melaksanakan Kurikulum 2013 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 diatur oleh Direktur
Jenderal Pendidikan Dasar dan Direktur Jenderal Pendidikan Menengah setelah berkoordinasi
dengan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan.
Pasal 6
Ketentuan lebih lanjut mengenai Kurikulum Tahun 2006 sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1 diatur dalam Peraturan Menteri tersendiri.
Pasal 7
Satuan pendidikan anak usia dini melaksanakan Kurikulum 2013 sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Pasal 8
Satuan pendidikan khusus melaksanakan Kurikulum 2013 sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 9
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 11 Desember 2014
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
ANIES BASWEDAN
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 12 Desember 2014
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
YASONNA H. LAOLY
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2014 NOMOR 1902
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
TRIANGULASI DATA
Berikut ini adalah hasil data penelitian “Wacana Perundang-Undangan Tentang Pendidikan Tahun 2014: Struktur Kalimat dan Struktur Paragraf serta
Pola Pengembangannya” yang perlu ditriangulasi oleh ahli atau pakar. Berilah tanda centang (√) pada kolom “setuju” atau “tidak setuju” yang
menggambarkan penilaian Anda terhadap hasil analisis struktur kalimat dan struktur paragraf serta pola pengembangannya, kemudian berilah catatan pada
kolom keterangan yang dapat membantu kebenaran hasil analisis struktur kalimat dan struktur paragraf serta pola pengembangannya.
I. Analisis kalimat
Triangulator
Kete-
No. Data Kode Unsur Kalimat Struktur Kalimat Tidak
Setuju rangan
Setuju
1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN I.A.1 Frasa (tidak mengandung unsur S P O
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA Pel. Ket).
NOMOR 44 TAHUN 2014
TENTANG √
F
BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU
PANDUAN GURU
UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR
BIASA
2. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA I.A.2 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
ESA MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Ket. Alat
REPUBLIK INDONESIA MENTERI PENDIDIKAN DAN K-S √
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA
S
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
3. Menimbang : a. bahwa dalam rangka I.A.3 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-P- O
melaksanakan ketentuan MAHA ESA) K-S-P-O
Pasal 43 ayat (5) Peraturan (Ket. Alat)
Pemerintah Nomor 32 Tahun (MENTERI PENDIDIKAN DAN
2013 tentang Perubahan Atas KEBUDAYAAN REPUBLIK
Peraturan Pemerintah Nomor INDONESIA)
19 Tahun 2005 tentang (S)
Standar Nasional Pendidikan, Menimbang
Tim Penilai Buku telah P
melakukan penilaian bahwa dalam rangka… di Sekolah
kelayakan isi, bahasa, Menengah Atas Luar Biasa;
penyajian, dan kegrafikaan O √
buku teks pelajaran dan buku bahwa dalam rangka… tentang Standar
panduan guru untuk digunakan Nasional Pendidikan,
dalam pembelajaran di Ket. Tempat
Sekolah Menengah Atas Luar
Biasa; Tim Penilai Buku
S
telah melakukan
P
penilaian kelayakan isi,… di Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa;
O
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
152
153
154
155
156
Ket. Waktu
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Pelengkap
10. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 20 Juni I.A.10 Diundangkan
2014 Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia P
Republik Indonesia, Amir Syamsudin, berita di Jakarta pada tanggal 20 Juni 2014
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor Ket. Waktu P-K-Pel. √
853. Menteri Hukum… Tahun 2014 Nomor
853.
Pelengkap
11. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN I.B.1 Frasa (tidak mengandung unsur S P O
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA Pel. Ket).
NOMOR 45 TAHUN 2014
F √
TENTANG
STANDAR PROSES PENDIDIKAN DASAR
DAN MENENGAH
12. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA I.B.2 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
ESA MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN Ket. Alat
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PENDIDIKAN DAN K-S √
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA
S
13. Menimbang: I.B.3 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-P- O
a. bahwa dalam rangka MAHA ESA) K-P-Pel.
memperkuat jati diri bangsa (Ket. Alat)
diperlukan pembinaan dan (MENTERI PENDIDIKAN DAN
pengembangan kesiswaan KEBUDAYAAN REPUBLIK
√
untuk menciptakan suasana INDONESIA)
dan tata kehidupan satuan (S)
pendidikan yang baik dan Menimbang
sehat, sehingga menjamin P
kelancaran proses belajar bahwa dalam rangka … proses belajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
mengajar; mengajar;
O
bahwa dalam rangka memperkuat jati
diri bangsa
Ket. Tempat
diperlukan
P
pembinaan dan pengembangan
kesiswaan untuk menciptakan suasana
dan tata kehidupan satuan pendidikan
yang baik dan sehat, sehingga menjamin
kelancaran proses belajar mengajar;
Pelengkap
b. bahwa salah satu upaya dalam rangka (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-(P)- O
memperkuat jati diri bangsa sebagaimana MAHA ESA) K-P-Pel.
dimaksud pada huruf a, perlu diatur pakaian (Ket. Alat)
seragam sekolah guna meningkatkan citra satuan (MENTERI PENDIDIKAN DAN
pendidikan serta meningkatkan persatuan dan KEBUDAYAAN REPUBLIK
kesatuan di kalangan peserta didik; INDONESIA)
(S)
(Menimbang)
(P)
bahwa salah satu upaya… di kalangan
√
peserta didik;
O
bahwa salah satu upaya…sebagaimana
dimaksud pada huruf a
Ket. Cara
perlu diatur
P
pakaian seragam sekolah… kesatuan di
kalangan peserta didik;
Pelengkap
c.bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-(P)- O √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
159
160
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden… Peraturan Presiden
Nomor 13 Tahun 2014.
O
5.Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi MAHA ESA)
Kementerian Negara serta Susunan, Organisasi, (Ket. Alat)
Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara (MENTERI PENDIDIKAN DAN
sebagaimana telah diubah terakhir dengan KEBUDAYAAN REPUBLIK
Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014; INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O
√
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden … Peraturan Presiden
Nomor 14 Tahun 2014
O
6.Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia MAHA ESA)
Bersatu II sebagaimana telah diubah beberapa kali (Ket. Alat)
terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 8/P (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Tahun 2014; KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S) (K)-(S)-(P)-O
√
(Mengingat)
(P)
161
162
163
18. 5. Atribut adalah kelengkapan pakaian seragam I.B.8 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
nasional yang menunjukkan identitas masing- dimaksud dengan)
masing sekolah terdiri dari badge organisasi (Ket. Tempat)
kesiswaan, badge merah putih, badge nama atribut (K)-S-P
√
peserta didik, badge nama sekolah dan nama S
kabupaten/kota. adalah kelengkapan pakaian seragam…
nama sekolah dan nama kabupaten/kota.
P
19. BAB II I.B.9 Penetapan pakaian seragam sekolah
TUJUAN S
Pasal 2 bertujuan
P
Penetapan pakaian seragam sekolah bertujuan: menanamkan dan menumbuhkan rasa…
S-P-Pel. √
a. menanamkan dan menumbuhkan rasa di kalangan peserta didik.
nasionalisme, kebersamaan, serta memperkuat Pelengkap
persaudaraan sehingga dapat menumbuhkan
semangat kesatuan dan persatuan di kalangan
peserta didik;
20. b. meningkatkan rasa kesetaraan tanpa I.B.10 (Penetapan pakaian seragam sekolah)
memandang kesenjangan sosial ekonomi (S)
orangtua/wali peserta didik; (bertujuan)
(P) (S)-(P)- Pel. √
meningkatkan rasa kesetaraan…
orangtua/wali peserta didik.
Pelengkap
21. c. meningkatkan disiplin dan tanggungjawab I.B.11 (Penetapan pakaian seragam sekolah)
peserta didik serta kepatuhan terhadap peraturan (S)
(S)-(P)- Pel. √
yang berlaku; dan (bertujuan)
(P)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
165
166
Pelengkap
30. c. Pakaian seragam kepramukaan mengacu pada I.B.20 (Ketentuan pakaian seragam
ketentuan peraturan kwartir nasional gerakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1))
pramuka; (S)
(sebagai berikut)
(P)
Pakaian seragam kepramukaan mengacu
pada ketentuan peraturan kwartir (S)-(P)-Pel.
√
nasional gerakan pramuka; S-P
Pelengkap
Pakaian seragam kepramukaan
S
mengacu pada ketentuan peraturan
kwartir nasional gerakan pramuka;
P
31. d. Pakaian seragam khas sekolah diatur oleh I.B.21 (Ketentuan pakaian seragam
masing-masing sekolah dengan tetap sebagaimana dimaksud pada ayat (1))
memperhatikan hak setiap warga negara untuk (S)
menjalankan keyakinan agamanya masing- (sebagai berikut)
masing. (P)
Pakaian seragam khas sekolah diatur
oleh masing-masing sekolah dengan
tetap memperhatikan hak setiap warga
negara untuk menjalankan keyakinan
agamanya masing-masing. (S)-(P)-Pel. √
Pelengkap S-P-Pel.
Pakaian seragam khas sekolah
S
diatur
P
oleh masing-masing sekolah dengan
tetap memperhatikan hak setiap warga
negara untuk menjalankan keyakinan
agamanya masing-masing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
Pel.
32. BAB IV I.B.22 Pengadaan pakaian seragam sekolah
PENGADAAN DAN PENGGUNAAN S
Pasal 4 diusahakan sendiri
P S-P-Pel. √
(1) Pengadaan pakaian seragam sekolah oleh orangtua atau wali peserta didik.
diusahakan sendiri oleh orangtua atau wali peserta Pelengkap
didik.
33. 2) Pengadaan pakaian seragam sekolah tidak I.B.23 Pengadaan pakaian seragam sekolah
boleh dikaitkan dengan pelaksanaan penerimaan S
peserta didik baru atau kenaikan kelas. tidak boleh dikaitkan
P S-P-Pel. √
dengan pelaksanaan penerimaan… atau
kenaikan kelas.
Pelengkap
34. Pasal 5 I.B.24 Pakaian seragam nasional
S
(1) Pakaian seragam nasional dikenakan pada hari dikenakan
Senin, Selasa, dan pada hari lain saat pelaksanaan P S-P-K √
Upacara Bendera. pada hari Senin,… lain saat pelaksanaan
Upacara Bendera.
Ket. Waktu
35. (2) Pada saat Upacara Bendera dilengkapi topi pet I.B.25 Pada saat Upacara Bendera
dan dasi sesuai warna seragam masing-masing Ket. Waktu
jenjang sekolah, dilengkapi dengan logo tut wuri dilengkapi
handayani di bagian depan topi. P1
topi pet dan dasi sesuai… masing-masing
jenjang sekolah.
K- P1-Pel.- P2-K-K √
Pelengkap
dilengkapi
P2
dengan logo tut wuri handayani
Ket. Alat
di bagian depan topi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
Ket. Tempat
36. (3) Selain hari sebagaimana dimaksud pada ayat I.B.26 Selain hari sebagaimana dimaksud pada
(1) peserta didik dapat mengenakan pakaian ayat (1)
seragam kepramukaan atau pakaian seragam khas Ket. Pengecualian
sekolah yang diatur oleh masing-masing sekolah. peserta didik
S
dapat mengenakan K-S-P-O √
P
pakaian seragam kepramukaan atau
pakaian seragam khas sekolah yang
diatur oleh masing-masing sekolah.
O
37. BAB V I.B.27 Sekolah yang melanggar ketentuan
SANKSI dalam Peraturan Menteri ini
Pasal 6 S
akan dikenakan
S-P-Pel. √
Sekolah yang melanggar ketentuan dalam P
Peraturan Menteri ini akan dikenakan sanksi sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- perundang-undangan.
undangan. Pelengkap
38. BAB VI I.B.28 Peraturan ini
PENUTUP S
Pasal 7 mulai berlaku
S-P-K √
P
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal pada tanggal diundangkan.
diundangkan. Ket. Waktu
39. Agar setiap orang mengetahuinya, I.B.29 Agar setiap orang mengetahuinya
memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri Ket. Tujuan
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara memerintahkan
Republik Indonesia. P
K-P-O-K √
Pengundangan Peraturan Menteri ini
O
dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
Ket. Cara
40. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 9 Juni 2014, I.B.30 Ditetapkan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik P
Indonesia. di Jakarta pada tanggal 9 Juni 2014,
Ket. Waktu P-K-Pel. √
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Pelengkap
41. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 11 Juni I.B.31 Diundangkan
2014 Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia P
Republik Indonesia, Amir Syamsudin, berita di Jakarta pada tanggal 11 Juni 2014
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor Ket. Waktu P-K-Pel. √
768. Menteri Hukum… Tahun 2014 Nomor
768.
Pelengkap
42. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN I.C.1 Frasa (tidak mengandung unsur S P O
KEBUDAYAAN Pel. Ket).
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 51 TAHUN 2014
TENTANG F √
BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU
PANDUAN GURU
UNTUK PENDIDIKAN DASAR DAN
PENDIDIKAN MENENGAH
43. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA I.C.2 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
ESA MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN Ket. Alat
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PENDIDIKAN DAN K-S √
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA
S
44. Menimbang: a. bahwa dalam rangka I.C.3 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-P- O
√
melaksanakan ketentuan Pasal MAHA ESA) K-S-P-O
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
171
Ket. Sebab
perlu menetapkan
P
Peraturan Menteri Pendidikan …
Pendidikan Menengah;
O
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
2003 Tentang Sistem Pendidikan MAHA ESA)
Nasional (Lembaran Negara (Ket. Alat)
Republik Indonesia Tahun 2003 (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Nomor 78, Tambahan Lembaran KEBUDAYAAN REPUBLIK
Negara Republik Indonesia INDONESIA) (K)-(S)-P-O
√
Nomor 4301); (S)
Mengingat
P
Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003… Indonesia Nomor 4301);
O
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran MAHA ESA)
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor (Ket. Alat)
41, Tambahan Lembaran Negara Republik (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah KEBUDAYAAN REPUBLIK
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O
√
2013 tentang Perubahan Atas Peraturan (S)
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang (Mengingat)
Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara (P)
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun… Indonesia Nomor 5410);
Nomor 5410); O
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 (DENGAN RAHMAT TUHAN
tentang YANG MAHA ESA) (K)-(S)-(P)-O
√
Pembentukan dan Organisasi Kementerian (Ket. Alat)
Negara, (MENTERI PENDIDIKAN DAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
173
174
175
176
177
Pelengkap
52. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN I.D.1 Frasa (tidak mengandung unsur S P O
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA Pel.I Ket).
NOMOR 55 TAHUN 2014 .
F √
TENTANG D
MASA ORIENTASI PESERTA DIDIK BARU .
DI SEKOLAH
53. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA I.D.2 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
ESA MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN Ket. Alat
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PENDIDIKAN DAN K-S √
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA
S
54. Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengenalan I.D.3 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-P- O
program sekolah, lingkungan MAHA ESA) K-P-Pel.
sekolah, cara belajar, dan (Ket. Alat)
konsep pengenalan diri (MENTERI PENDIDIKAN DAN
terhadap peserta didik baru KEBUDAYAAN REPUBLIK
perlu dilaksanakan masa INDONESIA)
orientasi peserta didik baru; (S)
Menimbang
P
bahwa dalam rangka pengenalan √
program… terhadap peserta didik baru;
O
bahwa dalam rangka pengenalan…
terhadap peserta didik baru
Ket. Tempat
perlu dilaksanakan
P
masa orientasi peserta didik baru;
Pelengkap
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-(P)- O √
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
179
180
181
pengenalan diri peserta didik, dan kepramukaan untuk mengenalkan program sekolah,…
sebagai pembinaan awal ke arah terbentuknya tujuan pendidikan nasional.
kultur sekolah yang kondusif bagi proses Ket. Tujuan
pembelajaran lebih lanjut sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional.
57. Pasal 3 I.D.6 Sekolah
(1) Sekolah dilarang melaksanakan masa orientasi S
peserta didik yang mengarah kepada tindakan dilarang melaksanakan
S-P-O
kekerasan, pelecehan dan/atau tindakan destruktif P √
lainnya yang merugikan peserta didik baru baik masa orientasi peserta didik… di dalam
secara fisik maupun psikologis baik di dalam maupun di luar sekolah.
maupun di luar sekolah. O
58. (2) Sekolah dilarang memungut biaya dan I.D.7 Sekolah
membebani orangtua dan peserta didik dalam S
bentuk apapun. dilarang memungut
P S-P-O √
biaya dan membebani orangtua dan
peserta didik dalam bentuk apapun.
O
59. Pasal 4 I.D.8 Kepala sekolah dan guru di sekolah yang
Kepala sekolah dan guru di sekolah yang bersangkutan
bersangkutan bertanggungjawab dan wajib S
melaksanakan ketentuan sebagaimana diatur bertanggungjawab dan wajib S-P √
dalam Peraturan Menteri ini. melaksanakan ketentuan sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri ini.
P
60. Pasal 5 I.D.9 Dinas pendidikan
Dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota provinsi/kabupaten/kota
mengendalikan masa orientasi peserta didik baru S
menjadi kegiatan yang bermanfaat, bersifat mengendalikan
S-P-O √
edukatif dan kreatif, bukan mengarah kepada P
tindakan destruktif dan/atau berbagai kegiatan masa orientasi peserta didik baru… fisik
lain yang merugikan siswa baru baik secara fisik maupun psikologis.
maupun psikologis. O
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
183
184
185
O
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-(P)- O
dimaksud pada huruf a dan huruf b perlu MAHA ESA) K-P-O
menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan (Ket. Alat)
Kebudayaan tentang Kegiatan Ekstrakurikuler (MENTERI PENDIDIKAN DAN
pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah; KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
(Menimbang)
(P)
bahwa berdasarkan pertimbangan… √
Dasar dan Pendidikan Menengah;
O
bahwa berdasarkan pertimbangan…
pada huruf a dan huruf b
Ket. Sebab
perlu menetapkan
P
Peraturan Menteri Pendidikan… Dasar
dan Pendidikan Menengah;
O
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
2003 tentang Sistem Pendidikan MAHA ESA)
Nasional (Lembaran Negara (Ket. Alat)
Republik Indonesia Tahun 2003 (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Nomor 78, Tambahan Lembaran KEBUDAYAAN REPUBLIK
Negara Republik Indonesia Nomor INDONESIA) (K)-(S)-P-O
√
4301); (S)
Mengingat
P
Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003… Indonesia Nomor 4301);
O
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
187
188
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan… Dasar dan Menengah;
O
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi MAHA ESA)
Pendidikan Dasar dan Menengah; (Ket. Alat)
189
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan… Dasar dan Menengah;
O
MEMUTUSKAN: (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Menetapkan: PERATURAN MENTERI MAHA ESA)
PENDIDIKAN DAN (Ket. Alat)
KEBUDAYAAN TENTANG (MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEGIATAN KEBUDAYAAN REPUBLIK
EKSTRAKURIKULER PADA INDONESIA) (K)-(S)-P-O
PENDIDIKAN DASAR DAN (S)
PENDIDIKAN MENENGAH. MEMUTUSKAN
P
Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN… MENENGAH.
O
70. Pasal 1 I.E.4 Dalam Peraturan Menteri ini yang
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dimaksud dengan
dengan: Ket. Tempat
1. Kegiatan Ekstrakurikuler adalah kegiatan Kegiatan Ekstrakurikuler
kurikuler yang dilakukan oleh peserta didik di S
K-S-P
luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan adalah kegiatan kurikuler yang dilakukan
kegiatan kokurikuler, di bawah bimbingan dan oleh peserta didik di luar jam belajar
pengawasan satuan pendidikan. kegiatan intrakurikuler dan kegiatan
kokurikuler, di bawah bimbingan dan
pengawasan satuan pendidikan.
P
71. 2. Satuan pendidikan adalah Sekolah I.E.5 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah dimaksud dengan) (K)-S-P
√
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (Ket. Tempat)
(SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Satuan pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
191
berbentuk
P
pendidikan kepramukaan.
Pel.
76. (4) Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan sebagaimana I.E.11 Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan…
dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan dimaksud pada ayat (1) huruf b
Kegiatan Ekstrakurikuler yang dikembangkan dan S
diselenggarakan oleh satuan pendidikan sesuai merupakan
bakat dan minat peserta didik. P S-P-Pel. √
Kegiatan Ekstrakurikuler yang
dikembangkan… dan minat peserta
didik.
Pelengkap
77. (5) Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan sebagaimana I.E.12 Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan… pada
dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat berbentuk ayat (1) huruf b
latihan olah-bakat dan latihan olah-minat. S
dapat berbentuk
S-P-Pel. √
P
latihan olah-bakat dan latihan olah-
minat.
Pelengkap
78. Pasal 4 I.E.13 Pengembangan berbagai bentuk Kegiatan
(1) Pengembangan berbagai bentuk Kegiatan Ekstrakurikuler Pilihan
Ekstrakurikuler Pilihan dilakukan dengan S
mengacu pada prinsip: dilakukan
a. partisipasi aktif; dan . P S-P-K √
b. menyenangkan. dengan mengacu pada prinsip partisipasi
aktif; dan b. menyenangkan.
Ket. Cara
79. (2) Pengembangan berbagai bentuk Kegiatan I.E.14 Pengembangan berbagai bentuk Kegiatan
Ekstrakurikuler Pilihan dilakukan melalui Ekstrakurikuler Pilihan
tahapan: S S-P-K √
a. identifikasi kebutuhan, potensi, dan minat dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
peserta didik; P
b. analisis sumber daya yang diperlukan untuk melalui tahapan a.identifikasi kebutuhan,
penyelenggaraannya; potensi, dan minat peserta didik; b.
c. pemenuhan kebutuhan sumber daya sesuai analisis sumber daya yang diperlukan
pilihan peserta didik atau menyalurkannya ke untuk penyelenggaraannya;
satuan pendidikan atau lembaga lainnya; c. pemenuhan kebutuhan sumber daya
d. penyusunan program Kegiatan Ekstrakurikuler; sesuai pilihan peserta didik atau
dan menyalurkannya ke satuan pendidikan
e. penetapan bentuk kegiatan yang atau lembaga lainnya;
diselenggarakan. d. penyusunan program Kegiatan
Ekstrakurikuler; dan
e. penetapan bentuk kegiatan yang
diselenggarakan;
Ket. Cara
80. Pasal 5 I.E.15 Satuan pendidikan
(1) Satuan pendidikan wajib menyusun program S
Kegiatan Ekstrakurikuler yang merupakan bagian wajib menyusun
dari Rencana Kerja Sekolah. P S-P-O √
program Kegiatan Ekstrakurikuler…
bagian dari Rencana Kerja Sekolah.
O
81. (2) Program Kegiatan Ekstrakurikuler I.E.16 Program Kegiatan Ekstrakurikuler
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat: sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
a. rasional dan tujuan umum; S
b. deskripsi setiap kegiatan ekstrakurikuler; memuat
c. pengelolaan; P
S-P-O √
d. pendanaan; dan a.rasional dan tujuan umum b. deskripsi
e. evaluasi. setiap kegiatan ekstrakurikuler; c.
pengelolaan; d. pendanaan; dan e.
evaluasi.
O
82. (3) Program Kegiatan Ekstrakurikuler I.E.17 Program Kegiatan Ekstrakurikuler
S-P-Pel. √
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
194
195
196
96. Menimbang: a. bahwa Pendidikan Kepramukaan I.F.3 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-P- O
dilaksanakan untuk MAHA ESA) S-P-K
menginternalisasikan nilai (Ket. Alat)
ketuhanan, kebudayaan, (MENTERI PENDIDIKAN DAN
kepemimpinan, kebersamaan, KEBUDAYAAN REPUBLIK
sosial, kecintaan alam, dan INDONESIA)
kemandirian pada peserta didik; (S)
Menimbang
P
√
bahwa Pendidikan Kepramukaan… pada
peserta didik;
O
bahwa Pendidikan Kepramukaan
S
dilaksanakan
P
untuk menginternalisasikan nilai
ketuhanan,… pada peserta didik;
Ket. Tujuan
b. bahwa nilai-nilai dalam sikap dan keterampilan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-(P)- O
√
sebagai muatan Kurikulum 2013 dan muatan MAHA ESA) S-P-K
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
198
199
200
201
202
O
12. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Pramuka Nomor 231 Tahun 2007 Tentang MAHA ESA)
Petunjuk Penyelenggaraan Gugus depan Gerakan (Ket. Alat)
Pramuka; (MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(K)-(S)-(P)-O
(S) √
(Mengingat)
(P)
Keputusan Kwartir Nasional Gerakan…
depan Gerakan Pramuka;
O
13. Keputusan Kwartir Nasional Gerakan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Pramuka Nomor 056 Tahun 1982 Tentang MAHA ESA)
Petunjuk Penyelenggaraan Karang Pamitran; (Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O
(S)
(Mengingat)
(P)
Keputusan Kwartir Nasional…
Penyelenggaraan Karang Pamitran;
O
MEMUTUSKAN: (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Menetapkan: PERATURAN MENTERI MAHA ESA)
PENDIDIKAN DAN (Ket. Alat)
KEBUDAYAAN TENTANG (MENTERI PENDIDIKAN DAN (K)-(S)-P-O
√
PENDIDIKAN KEBUDAYAAN REPUBLIK
KEPRAMUKAAN INDONESIA)
SEBAGAI KEGIATAN (S)
EKSTRAKURIKULER MEMUTUSKAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
WAJIB PADA P
PENDIDIKAN DASAR Menetapkan: PERATURAN MENTERI
DAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN… MENENGAH.
MENENGAH. O
97. Pasal 1 I.F.4 Dalam Peraturan Menteri ini yang
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dimaksud dengan
dengan: Ket. Tempat
1. Pendidikan Kepramukaan adalah proses Pendidikan Kepramukaan
K-S-P
pembentukan kepribadian, kecakapan hidup, dan S √
akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan adalah proses pembentukan
pengamalan nilai-nilai kepramukaan; kepribadian,… pengamalan nilai-nilai
kepramukaan;
P
98. 2. Satuan Pendidikan adalah Sekolah I.F.5 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Sekolah dimaksud dengan)
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (Ket. Tempat)
(SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Satuan Pendidikan
(K)-S-P
Aliyah (SMA/MA), dan Sekolah Menengah S √
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan adalah Sekolah Dasar/Madrasah
(SMK/MAK). Ibtidaiyah (SD/MI),… Kejuruan
(SMK/MAK).
P
99. 3. Gerakan Pramuka adalah organisasi yang I.F.6 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
dibentuk oleh pramuka untuk menyelenggarakan dimaksud dengan)
pendidikan kepramukaan; (Ket. Tempat )
Gerakan Pramuka (K)-S-P
√
S
adalah organisasi yang dibentuk oleh…
pendidikan kepramukaan;
P
100. 4. Pramuka adalah warga negara Indonesia yang I.F.7 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
aktif dalam pendidikan kepramukaan serta dimaksud dengan) (K)-S-P
√
mengamalkan Satya Pramuka dan Darma (Ket. Tempat)
Pramuka; Pramuka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
S
adalah warga negara Indonesia… Satya
Pramuka dan Darma Pramuka;
P
101. 5. Kepramukaan adalah segala aspek yang I.F.8 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
berkaitan dengan pramuka; dimaksud dengan)
(Ket. Tempat)
Kepramukaan (K)-S-P
√
S
adalah segala aspek yang berkaitan
dengan pramuka;
P
102. 6. Menteri adalah menteri yang I.F.9 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang dimaksud dengan)
pendidikan; (Ket. Tempat)
Menteri
(K)-S-P
S √
adalah menteri yang
menyelenggarakan… di bidang
pendidikan;
P
103. Pasal 2 I.F.10 Pendidikan Kepramukaan
(1) Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan S
sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler wajib pada dilaksanakan sebagai
pendidikan dasar dan menengah. P S-P-Pel. √
Kegiatan Ekstrakurikuler… pendidikan
dasar dan menengah.
Pelengkap
104. (2) Kegiatan Ekstrakurikuler wajib merupakan I.F.11 Kegiatan Ekstrakurikuler wajib
kegiatan ekstrakurikuler yang harus diikuti oleh S
seluruh peserta didik; merupakan
S-P-Pel. √
P
kegiatan ekstrakurikuler yang harus
diikuti oleh seluruh peserta didik;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
Pelengkap
105. Pasal 3 I.F.12 Pendidikan Kepramukaan
(1) Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan dalam S
3 (tiga) Model meliputi Model Blok, Model
Aktualisasi, dan Model Reguler. dilaksanakan
P S-P-K √
dalam 3 (tiga) Model meliputi Model
Blok, Model Aktualisasi, dan Model
Reguler.
Ket. Tempat
106. (2) Model Blok sebagaimana dimaksud pada ayat I.F.13 Model Blok sebagaimana dimaksud pada
(1) merupakan kegiatan wajib dalam bentuk ayat (1)
perkemahan yang dilaksanakan setahun sekali dan S
diberikan penilaian umum. merupakan
P S-P-Pel. √
kegiatan wajib dalam bentuk
perkemahan yang dilaksanakan setahun
sekali dan diberikan penilaian umum.
Pelengkap
107. (3) Model Aktualisasi sebagaimana dimaksud I.F.14 Model Aktualisasi sebagaimana
pada ayat (1) merupakan kegiatan wajib dalam dimaksud pada ayat (1)
bentuk penerapan sikap dan keterampilan yang S
dipelajari didalam kelas yang dilaksanakan dalam merupakan
kegiatan Kepramukaan secara rutin, terjadwal, P
dan diberikan penilaian formal. kegiatan wajib dalam bentuk penerapan
S-P-Pel. √
sikap dan keterampilan yang dipelajari
didalam kelas yang dilaksanakan dalam
kegiatan Kepramukaan secara rutin,
terjadwal, dan diberikan penilaian
formal.
Pelengkap
108. (4) Model Reguler sebagaimana dimaksud pada I.F.15 Model Reguler sebagaimana dimaksud
ayat (1) merupakan kegiatan sukarela berbasis pada ayat (1) S-P-Pel. √
minat peserta didik yang dilaksanakan di Gugus S
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
depan. merupakan
P
kegiatan sukarela berbasis minat peserta
didik yang dilaksanakan di Gugus depan.
Pelengkap
109. Pasal 4 I.F.16 Pendidikan Kepramukaan
Pendidikan Kepramukaan berisi perpaduan proses S
pengembangan nilai sikap dan keterampilan. berisi
P S-P-Pel. √
perpaduan proses pengembangan nilai
sikap dan keterampilan.
Pelengkap
110. Pasal 5 I.F.17 Pola Kegiatan Pendidikan Kepramukaan
(1) Pola Kegiatan Pendidikan Kepramukaan S
diwujudkan dalam bentuk upacara dan diwujudkan
keterampilan Kepramukaan dengan menggunakan P
S-P-K √
berbagai metode dan teknik. dalam bentuk upacara dan
keterampilan… berbagai metode dan
teknik.
Ket. Tempat
111. (2) Upacara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) I.F.18 Upacara sebagaimana dimaksud pada
meliputi upacara pembukaan dan penutupan. ayat (1)
S
meliputi S-P-O √
P
upacara pembukaan dan penutupan.
O
112. (3) Keterampilan Kepramukaan sebagaimana I.F.19 Keterampilan Kepramukaan
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sebagai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
perwujudan komitmen Kepramukaan dalam S
bentuk pembiasan dan penguatan sikap dan dilaksanakan S-P-Pel. √
keterampilan sesuai dengan kebutuhan P
pembelajaran. perwujudan komitmen Kepramukaan…
dengan kebutuhan pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
Pelengkap
113. (4) Metode dan teknik sebagaimana dimaksud I.F.20 Metode dan teknik sebagaimana
pada ayat (1) dituangkan dalam bentuk belajar dimaksud pada ayat (1)
interaktif dan progresif disesuaikan dengan S
kemampuan fisik dan mental peserta didik. dituangkan
S-P-K √
P
dalam bentuk belajar interaktif… fisik
dan mental peserta didik.
Ket. Tempat
114. Pasal 6 I.F.21 Penilaian dalam Pendidikan
(1) Penilaian dalam Pendidikan Kepramukaan Kepramukaan
dilaksanakan dengan menggunakan penilaian S
yang bersifat otentik mencakup penilaian sikap dilaksanakan
S-P-K √
dan keterampilan. P
dengan menggunakan penilaian…
penilaian sikap dan keterampilan.
Ket. Cara
115. (2) Penilaian sikap sebagaimana dimaksud pada I.F.22 Penilaian sikap sebagaimana dimaksud
ayat (1) dilakukan dengan menggunakan pada ayat (1)
penilaian berdasarkan pengamatan, penilaian diri, S
dan penilaian teman sebaya. dilakukan
S-P-K √
P
dengan menggunakan penilaian…
penilaian teman sebaya.
Ket. Cara
116. (3) Penilaian keterampilan sebagaimana dimaksud I.F.23 Penilaian keterampilan sebagaimana
pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan dimaksud pada ayat (1)
penilaian unjuk kerja. S
dilakukan
S-P-K √
P
dengan menggunakan penilaian unjuk
kerja.
Ket. Cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
208
117. (4) Penilaian sikap dan keterampilan sebagaimana I.F.24 Penilaian sikap dan keterampilan
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
menggunakan jurnal pendidik dan portofolio. ayat (3)
S
S-P-O √
menggunakan
P
jurnal pendidik dan portofolio.
O
118. Pasal 7 I.F.25 Pengelolaan Pendidikan Kepramukaan…
(1) Pengelolaan Pendidikan Kepramukaan sebagai pendidikan dasar dan menengah
kegiatan ekstrakurikuler wajib pada satuan S
pendidikan dasar dan menengah merupakan merupakan
S-P-O √
tanggung jawab kepala sekolah dengan pelaksana P
pembina pramuka. tanggung jawab kepala sekolah dengan
pelaksana pembina pramuka.
O
119. (2) Pembina Pramuka sebagaimana dimaksud I.F.26 Pembina Pramuka sebagaimana
pada ayat (1) adalah Guru kelas/Guru mata dimaksud pada ayat (1)
pelajaran yang telah memperoleh sertifikat paling S
rendah kursus mahir dasar atau Pembina Pramuka adalah Guru kelas/Guru mata S-P √
yang bukan guru kelas/guru mata pelajaran. pelajaran… bukan guru kelas/guru mata
pelajaran.
P
120. (3) Guru kelas/guru mata pelajaran yang I.F.27 Guru kelas/guru mata pelajaran yang
melaksanakan tugas tambahan sebagai Pembina melaksanakan tugas tambahan sebagai
Pramuka dihitung sebagai bagian dari pemenuhan Pembina Pramuka
beban kerja guru dengan beban kerja paling S
banyak 2 jam pelajaran per minggu. dihitung S-P-Pel. √
P
Sebagai tugas tambahan sebagai
Pembina… 2 jam pelajaran per minggu.
Pelengkap
121. Pasal 8 I.F.28 Pendidikan Kepramukaan sebagai
√
(1) Pendidikan Kepramukaan sebagai kegiatan kegiatan ekstrakurikuler
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
209
210
Ket. Waktu
125. Agar setiap orang mengetahuinya, I.F.32 Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri Ket. Tujuan
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara memerintahkan
Republik Indonesia. P
Pengundangan Peraturan Menteri ini K-P-O-K √
O
dengan penempatannya dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
Ket. Cara
126. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 2 Juli 2014, I.F.33 Ditetapkan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik P
Indonesia. di Jakarta pada tanggal 2 Juli 2014,
Ket. Waktu P-K-Pel. √
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Pelengkap
127. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 11 Juli 2014 I.F.34 Diundangkan √
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik P
Indonesia, Amir Syamsudin, berita Negara di Jakarta pada tanggal 11 Juli 2014
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 959. Ket. Waktu
P-K-Pel.
Menteri Hukum… Tahun 2014 Nomor
959.
Pelengkap
128. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN I.G.1 Frasa (tidak mengandung unsur S P O √
KEBUDAYAAN Pel. Ket).
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 65 TAHUN 2014
TENTANG F
BUKU TEKS PELAJARAN DAN BUKU
PANDUAN GURU KURIKULUM 2013
KELOMPOK PEMINATAN PENDIDIKAN
MENENGAH YANG MEMENUHI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
211
212
tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Guru Kurikulum 2013 Kelompok Peminatan KEBUDAYAAN REPUBLIK
Pendidikan Menengah yang Memenuhi Syarat INDONESIA)
Kelayakan untuk Digunakan Dalam (S)
Pembelajaran; (Menimbang)
(P)
bahwa berdasarkan pertimbangan…
Digunakan Dalam Pembelajaran;
O
bahwa berdasarkan pertimbangan
sebagaimana dimaksud pada huruf a,
Ket. Sebab
perlu menetapkan
P
Peraturan Menteri Pendidikan…
Digunakan Dalam Pembelajaran;
O
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional MAHA ESA)
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun (Ket. Alat)
2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Nomor 4301); KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-P-O
√
(S)
Mengingat
P
Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003… Indonesia Nomor 4301);
O
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran MAHA ESA)
(K)-(S)-(P)-O
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 4 (Ket. Alat) √
1 , Tambahan Lembaran Negara Republik (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah KEBUDAYAAN REPUBLIK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
213
214
215
216
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Lampiran III yang merupakan bagian
Peraturan Menteri ini; dan yang tidak terpisahkan dari Peraturan
b. Buku Panduan Guru sebagai buku guru Menteri ini; dan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang b. Buku Panduan Guru sebagai buku
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari guru sebagaimana tercantum dalam
Peraturan Menteri ini, Lampiran IV yang merupakan bagian
memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan yang tidak terpisahkan dari Peraturan
dalam pembelajaran. Menteri ini,
S
memenuhi
P
syarat kelayakan untuk digunakan dalam
pembelajaran.
O
133. (3) Buku kurikulum 2013 untuk SMA/MA kelas I.G.6 (3) Buku kurikulum 2013 untuk
X kelompok peminatan ilmu-ilmu bahasa dan SMA/MA kelas X kelompok peminatan
budaya yang terdiri atas: ilmu-ilmu bahasa dan budaya yang
a. Buku Teks Pelajaran sebagai buku siswa terdiri atas:
sebagaimana tercantum dalam Lampiran V yang a. Buku Teks Pelajaran sebagai buku
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari siswa sebagaimana tercantum dalam
Peraturan Menteri ini; dan Lampiran V yang merupakan bagian
b. Buku Panduan Guru sebagai buku guru yang tidak terpisahkan dari Peraturan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran VI yang Menteri ini; dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari b. Buku Panduan Guru sebagai buku
S-P-O √
Peraturan Menteri ini, guru sebagaimana tercantum dalam
memenuhi syarat kelayakan untuk digunakan Lampiran VI yang merupakan bagian
dalam pembelajaran. yang tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini,
S
memenuhi
P
syarat kelayakan untuk digunakan dalam
pembelajaran.
O
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
217
218
219
P
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan… Pendidikan Menengah;
O
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
2003 tentang Sistem Pendidikan MAHA ESA)
Nasional (Lembaran Negara (Ket. Alat)
Republik Indonesia Tahun 2003 (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Nomor 78, Tambahan Lembaran KEBUDAYAAN REPUBLIK
Negara Republik Indonesia INDONESIA) (K)-(S)-P-O
√
Nomor 4301); (S)
Mengingat
P
Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003… Indonesia Nomor 4301);
O
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
tentang Standar Nasional Pendidikan MAHA ESA)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan (Ket. Alat)
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 KEBUDAYAAN REPUBLIK
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O
√
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun (S)
2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara (Mengingat)
Republik Indonesia Nomor 5410); (P)
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005… Indonesia Nomor 5410);
O
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
tentang Pembentukan dan Organisasi MAHA ESA)
Kementerian Negara Republik Indonesia (Ket. Alat) (K)-(S)-(P)-O
√
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir (MENTERI PENDIDIKAN DAN
dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia KEBUDAYAAN REPUBLIK
Nomor 13 Tahun 2014; INDONESIA)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
220
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun
2009… Nomor 13 Tahun 2014;
O
4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan MAHA ESA)
Organisasi, dan Tata kerja Kementerian Negara (Ket. Alat)
Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa (MENTERI PENDIDIKAN DAN
kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden KEBUDAYAAN REPUBLIK
Nomor 14 Tahun 2014; INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O
√
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun
2010… Nomor 14 Tahun 2014;
O
5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia MAHA ESA)
Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah (Ket. Alat)
terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 54/P (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Tahun 2014; KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O
√
(S)
(Mengingat)
(P)
Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun
2009… Tahun 2014;
O
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar MAHA ESA) (K)-(S)-(P)-O
√
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan (Ket. Alat)
Menengah;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
221
222
223
O
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang MAHA ESA)
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah (Ket. Alat)
Atas/Madrasah Aliyah; (MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O
√
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan…
Menengah Atas/Madrasah Aliyah;
O
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Kebudayaan Nomor 60 Tahun 2014 tentang MAHA ESA)
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah (Ket. Alat)
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan; (MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O
√
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan…
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan;
O
MEMUTUSKAN: (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Menetapkan: PERATURAN MENTERI MAHA ESA)
PENDIDIKAN DAN (Ket. Alat)
KEBUDAYAAN TENTANG (MENTERI PENDIDIKAN DAN
(K)-(S)-P-O
PEMBELAJARAN PADA KEBUDAYAAN REPUBLIK √
PENDIDIKAN DASAR DAN INDONESIA)
PENDIDIKAN MENENGAH. (S)
MEMUTUSKAN
P
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
224
225
226
227
a. mengamati; P
b. menanya; proses pembelajaran: a. mengamati; b.
c. mengumpulkan informasi/mencoba; menanya; c. mengumpulkan
d. menalar/mengasosiasi; dan informasi/mencoba;d.
e. mengomunikasikan. menalar/mengasosiasi; dan e.
mengomunikasikan.;
Pelengkap
152. (9) Urutan logis sebagaimana dimaksud pada ayat I.H.15 Urutan logis sebagaimana dimaksud
(8) dapat dikembangkan dan digunakan dalam pada ayat (8)
satu atau lebih pertemuan. S
dapat dikembangkan dan digunakan S-P-K √
P
dalam satu atau lebih pertemuan.
Ket. Tempat
153. (10) Pendekatan saintifik/pendekatan berbasis I.H.16 Pendekatan saintifik/pendekatan…
proses keilmuan sebagaimana dimaksud pada ayat sebagaimana dimaksud pada ayat (8)
(8) dilaksanakan dengan menggunakan modus S
pembelajaran langsung atau tidak langsung
sebagai landasan dalam menerapkan berbagai dilaksanakan S-P-K √
strategi dan model pembelajaran sesuai dengan P
Kompetensi Dasar yang ingin dicapai. dengan menggunakan modus…
Kompetensi Dasar yang ingin dicapai.
Ket. Cara
154. Pasal 3 I.H.17 Pembelajaran
(1) Pembelajaran dilaksanakan dengan S
menggunakan RPP. dilaksanakan
S-P-K √
P
dengan menggunakan RPP.
Ket. Cara
155. (2) RPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) I.H.18 RPP sebagaimana dimaksud pada ayat
disusun oleh guru dengan mengacu pada silabus (1)
dengan prinsip: S S-P-Pel.-K √
a. memuat secara utuh kompetensi dasar sikap disusun
spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan P
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
228
229
230
O
160. Pasal 4 I.H.23 Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan
Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
Pendidikan Menengah dilaksanakan sesuai S
pedoman sebagaimana tercantum dalam Lampiran dilaksanakan
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari P
S-P-Pel. √
Peraturan Menteri ini. sesuai pedoman sebagaimana tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
Pelengkap
161. Pasal 5 I.H.24 Semua ketentuan tentang Pembelajaran
Semua ketentuan tentang Pembelajaran pada pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah Menengah dalam Peraturan Menteri yang
dalam Peraturan Menteri yang sudah ada sebelum sudah ada sebelum Peraturan Menteri ini
Peraturan Menteri ini berlaku, tetap berlaku berlaku,
sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan S S-P-K √
dalam Peraturan Menteri ini. tetap berlaku
P
sepanjang tidak bertentangan dengan
ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.
Ket. Waktu
162. Pasal 6 I.H.25 Peraturan ini
S
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal mulai berlaku S-P-K
√
diundangkan. P
pada tanggal diundangkan.
Ket. Waktu
163. Agar setiap orang mengetahuinya, I.H.26 Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri Ket. Tujuan
ini dengan penempatannya dalam Berita Negara memerintahkan
K-P-O-K √
Republik Indonesia. P
Pengundangan Peraturan Menteri ini
O
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
231
232
168. Menimbang: bahwa dalam rangka menjamin I.I.3 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-P- O
terlaksananya Kurikulum 2013 MAHA ESA) K-P-O
secara efektif dan efisien pada (Ket. Alat)
satuan pendidikan, perlu (MENTERI PENDIDIKAN DAN
menetapkan Peraturan Menteri KEBUDAYAAN REPUBLIK
Pendidikan dan Kebudayaan INDONESIA)
tentang Pendampingan (S)
Pelaksanaan Kurikulum 2013 Menimbang
pada Pendidikan Dasar dan P
Pendidikan Menengah; bahwa dalam rangka menjamin… Dasar
√
dan Pendidikan Menengah;
O
bahwa dalam rangka menjamin… pada
satuan pendidikan,
Ket. Tempat
perlu menetapkan
P
Peraturan Menteri Pendidikan… Dasar
dan Pendidikan Menengah;
O
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
2003 tentang Sistem Pendidikan MAHA ESA)
Nasional (Lembaran Negara (Ket. Alat)
Republik Indonesia Tahun 2003 (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Nomor 78, Tambahan Lembaran KEBUDAYAAN REPUBLIK
Negara Republik Indonesia INDONESIA) (K)-(S)-P-O
√
Nomor 4301); (S)
Mengingat
P
Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003… Indonesia Nomor 4301);
O
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-(P)-O
√
tentang Standar Nasional Pendidikan MAHA ESA)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
233
234
5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia MAHA ESA)
Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah (Ket. Alat)
terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 41/P (MENTERI PENDIDIKAN DAN
Tahun 2014; KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O
√
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Presiden Nomor 84/P Tahun
2009… Nomor 41/P Tahun 2014;
O
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar MAHA ESA)
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan (Ket. Alat)
Menengah; (MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O
√
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan … Dasar dan Menengah;
O
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi MAHA ESA)
Pendidikan Dasar dan Menengah; (Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK (K)-(S)-(P)-O
√
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
235
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan … Dasar dan Menengah;
O
9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian MAHA ESA)
Pendidikan Dasar dan Menengah; (Ket. Alat)
(MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O
√
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan … Dasar dan Menengah;
O
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Kebudayaan Nomor 57 Tahun 2014 tentang MAHA ESA)
Kurikulum 2013 Sekolah Dasar/Madrasah (Ket. Alat)
(K)-(S)-(P)-O
Ibtidaiyah; (MENTERI PENDIDIKAN DAN √
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA)
(S)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
236
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan…
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
O
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Kebudayaan Nomor 58 Tahun 2014 tentang MAHA ESA)
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah (Ket. Alat)
Pertama/Madrasah Tsanawiyah; (MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan…
Pertama/Madrasah Tsanawiyah;
O
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang MAHA ESA)
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah (Ket. Alat)
Atas/Madrasah Aliyah; (MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA) (K)-(S)-(P)-O
√
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan…
Atas/Madrasah Aliyah;
O
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Kebudayaan Nomor 60 Tahun 2014 tentang MAHA ESA)
(K)-(S)-(P)-O
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah (Ket. Alat) √
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan; (MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
237
INDONESIA)
(S)
(Mengingat)
(P)
Peraturan Menteri Pendidikan…
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan;
O
MEMUTUSKAN: (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Menetapkan: PERATURAN MENTERI MAHA ESA)
PENDIDIKAN DAN (Ket. Alat)
KEBUDAYAAN TENTANG (MENTERI PENDIDIKAN DAN
PENDAMPINGAN KEBUDAYAAN REPUBLIK
PELAKSANAAN INDONESIA)
(K)-(S)-P-O
KURIKULUM 2013 PADA (S) √
PENDIDIKAN DASAR MEMUTUSKAN
DAN PENDIDIKAN P1
MENENGAH. Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN… ATAS LUAR
BIASA.
O
169. Pasal 1 I.I.4 Dalam Peraturan Menteri ini yang
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dimaksud dengan:
dengan: Ket. Tempat
1. Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 2013 Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum
yang selanjutnya disebut Pendampingan adalah 2013 yang selanjutnya disebut
proses pemberian bantuan penguatan pelaksanaan Pendampingan K-S-P √
Kurikulum 2013 pada satuan pendidikan; S
adalah proses pemberian bantuan
penguatan pelaksanaan Kurikulum 2013
pada satuan pendidikan;
P
170. 2. Satuan pendidikan adalah Sekolah I.I.5 (Dalam Peraturan Menteri ini yang
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar Luar dimaksud dengan) (K)-S-P √
Biasa (SD/MI/SDLB), Sekolah Menengah (Ket. Tempat)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
238
239
240
241
d. pengembangan perangkat Kurikulum Tingkat oleh pendidik pada Kurikulum 2013 dan
Satuan Pendidikan; dan pengisian laporan hasil belajar peserta
e. pengembangan model penelusuran minat didik; d. pengembangan perangkat
peserta didik melalui bimbingan dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan;
konseling. dan e. pengembangan model penelusuran
minat peserta didik melalui bimbingan
dan konseling.
Pelengkap
180. Pasal 5 I.I.18 Pengelolaan pendampingan
Pengelolaan pendampingan dilaksanakan oleh S
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan dilaksanakan
Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah P
bekerjasama dengan dinas pendidikan provinsi oleh Direktorat Jenderal Pendidikan
dan dinas pendidikan kabupaten/kota sesuai Dasar dan Direktorat Jenderal S-P-Pel. √
dengan kewenangannya. Pendidikan Menengah bekerjasama
dengan dinas pendidikan provinsi dan
dinas pendidikan kabupaten/kota sesuai
dengan kewenangannya.
Pelengkap
181. Pasal 6 I.I.19 Pendampingan
(1) Pendampingan dilaksanakan secara S
berkesinambungan dengan: dilaksanakan
a. model pendampingan di induk kluster/gugus; P
dan secara berkesinambungan dengan model S-P-K √
b. model pendampingan di satuan pendidikan. pendampingan di induk kluster/gugus.
dan b. model pendampingan di satuan
pendidikan.
Ket. Cara
182. (2) Model Pendampingan berbasis kluster/gugus I.I.20 Model Pendampingan berbasis
satuan pendidikan sebagaimana dimaksud pada kluster/gugus satuan pendidikan
ayat (1) huruf a dilakukan oleh guru pendamping. sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
S-P-Pel. √
huruf a
S
dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
242
P
oleh guru pendamping.
Pelengkap
183. (3) Model pendampingan di satuan pendidikan I.I.21 Model pendampingan di satuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b pendidikan sebagaimana dimaksud pada
dilakukan oleh guru pendamping yang ada di ayat (1) huruf b
satuan pendidikan tersebut. S
dilakukan S-P-Pel. √
P
oleh guru pendamping yang ada di
satuan pendidikan tersebut.
Pelengkap
184. Pasal 7 I.I.22 Guru pendamping dalam pelaksanaan
(1) Guru pendamping dalam pelaksanaan Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 terdiri atas unsur: S
a. pengawas satuan pendidikan; terdiri atas
S-P-Pel.
b. kepala satuan pendidikan; dan P √
c. pendidik. unsur a. pengawas satuan pendidikan; b.
kepala satuan pendidikan; dan c.
pendidik.
Pelengkap
185. (2) Syarat sebagai pendamping dalam I.I.23 Syarat sebagai pendamping dalam
pelaksanaan Kurikulum 2013 sebagaimana pelaksanaan Kurikulum 2013
dimaksud pada ayat (1) adalah: sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
a. telah lulus pelatihan Kurikulum 2013 dengan S
prestasi sekurang-kurangnya dengan predikat adalah telah lulus pelatihan Kurikulum
S-P √
memuaskan (M); dan 2013 dengan prestasi sekurang-
b. telah lulus dalam bimbingan teknis guru kurangnya dengan predikat memuaskan
pendamping (M); dan b. telah lulus dalam bimbingan
teknis guru pendamping
P
186. (3) Penyelenggara satuan pendidikan yang I.I.24 (3) Penyelenggara satuan pendidikan
didirikan oleh masyarakat dapat menyediakan yang didirikan oleh masyarakat S-P-O √
sumber daya pendidikan dalam pelaksanaan S
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
243
244
Ket. Waktu
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Pelengkap
191. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 8 Oktober I.I.29 Diundangkan
2014 Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia P
Republik Indonesia, Amir Syamsudin, berita di Jakarta pada tanggal 8 Oktober 2014
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor Ket. Waktu P-K-Pel. √
1508. Menteri Hukum… Tahun 2014 Nomor
1508.
Pelengkap
192. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN I.J.1 Frasa (tidak mengandung unsur S P O
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA Pel. Ket).
NOMOR 160 TAHUN 2014 F √
PEMBERLAKUAN KURIKULUM TAHUN
2006 DAN KURIKULUM 2013
193. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA I.J.2 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
ESA MAHA ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN Ket. Alat
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PENDIDIKAN DAN
K-S √
KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA
S
194. Menimbang: bahwa dalam rangka kelancaran I.J.3 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG (K)-(S)-P- O
proses pendidikan pada satuan MAHA ESA) K-P-O
pendidikan anak usia dini, (Ket. Alat)
pendidikan dasar, dan pendidikan (MENTERI PENDIDIKAN DAN
menengah, perlu menetapkan KEBUDAYAAN REPUBLIK
√
Peraturan Menteri Pendidikan INDONESIA)
dan Kebudayaan tentang (S)
Pemberlakuan Kurikulum Tahun Menimbang
2006 dan Kurikulum 2013; P
bahwa dalam rangka kelancaran… dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
245
Kurikulum 2013;
O
bahwa dalam rangka kelancaran proses
pendidikan pada satuan pendidikan anak
usia dini, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah,
Ket. Tempat
perlu menetapkan
P
Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Pemberlakuan
Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum
2013;
O
Mengingat: 1. Undang-undang Nomor 20 Tahun (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
2003 tentang Sistem MAHA ESA)
Pendidikan Nasional (Ket. Alat)
(Lembaran Negara Republik
Indonesia tahun 2003 Nomor (MENTERI PENDIDIKAN DAN
78, Tambahan Lembaran KEBUDAYAAN REPUBLIK
(K)-(S)-P-O
Negara Republik Indonesia INDONESIA) √
Nomor 4301); (S)
Mengingat
P
Undang-undang Nomor 20 Tahun
2003… Indonesia Nomor 4301);
O
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 (DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
tentang Standar Nasional Pendidikan MAHA ESA)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan (Ket. Alat)
(K)-(S)-(P)-O
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang (MENTERI PENDIDIKAN DAN √
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 KEBUDAYAAN REPUBLIK
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan INDONESIA)
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun (S)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
246
247
Satuan pendidikan dasar dan pendidikan Kurikulum 2013 sejak semester pertama
menengah yang melaksanakan Kurikulum 2013 tahun pelajaran 2014/2015
sejak semester pertama tahun pelajaran S
2014/2015 kembali melaksanakan Kurikulum kembali melaksanakan
Tahun 2006 mulai semester kedua tahun pelajaran P
2014/2015 sampai ada ketetapan dari Kurikulum Tahun 2006 mulai semester
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk kedua tahun pelajaran 2014/2015 sampai
melaksanakan Kurikulum 2013. ada ketetapan dari Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan untuk
melaksanakan Kurikulum 2013.
O
Pasal 2 I.J.5 Satuan pendidikan dasar dan pendidikan
(1) Satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang telah melaksanakan
menengah yang telah melaksanakan Kurikulum Kurikulum 2013 selama 3 (tiga) semester
2013 selama 3 (tiga) semester tetap menggunakan S
S-P-O √
Kurikulum 2013. tetap menggunakan
P
Kurikulum 2013
O
196. (2) Satuan pendidikan dasar dan pendidikan I.J.6 Satuan pendidikan dasar dan pendidikan
menengah yang melaksanakan Kurikulum 2013 menengah yang melaksanakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Kurikulum 2013
satuan pendidikan rintisan penerapan Kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
2013. S
S-P-Pel. √
merupakan
P
satuan pendidikan rintisan penerapan
Kurikulum 2013.
Pelengkap
197. (3) Satuan pendidikan rintisian sebagaimana I.J.7 (3) Satuan pendidikan rintisian
dimaksud pada ayat (2) dapat berganti sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
S-P-Pel.
melaksanakan Kurikulum Tahun 2006 dengan S √
melapor kepada dinas pendidikan dapat berganti
provinsi/kabupaten/kota sesuai dengan P
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
248
249
250
251
252
253
254
Menetapkan: PERATURAN
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN TENTANG
BUKU TEKS PELAJARAN
DAN BUKU PANDUAN GURU
UNTUK SEKOLAH
MENENGAH ATAS LUAR
BIASA.
2. Pasal 1 II.A.2
(4) Menetapkan Buku Teks Pelajaran dan Kalimat topik:
Buku Panduan Guru sebagai buku siswa (1) Menetapkan Buku Teks
dan buku guru yang layak digunakan dalam Pelajaran… Atas Luar Biasa.
pembelajaran di Sekolah Menengah Atas
Luar Biasa. Kalimat pengembang:
(5) Buku Teks Pelajaran sebagaimana (2) Buku Teks Pelajaran…
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam tidak terpisahkan dari Pemerincian
√
Lampiran I yang merupakan bagian yang Peraturan Menteri ini.
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini. Kalimat pengembang:
(6) Buku Panduan Guru sebagaimana (3) Buku Panduan Guru
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam sebagaimana… tidak
Lampiran II yang merupakan bagian yang terpisahkan dari Peraturan
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri Menteri ini.
ini.
3. Pasal 2 II.A.3 Kalimat pengembang :
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal Peraturan ini mulai berlaku
Pemerincian
diundangkan. pada tanggal diundangkan. √
Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
255
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 20 Juni 2014 Kalimat pengembang:
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI Diundangkan di … TAHUN
MANUSIA 2014 NOMOR 853.
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2014 NOMOR 853
4. Permendikbud DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA II.B.1
Nomor 45 ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
256
bangsa sebagaimana
dimaksud pada huruf a,
perlu diatur pakaian
seragam sekolah guna
meningkatkan citra satuan
pendidikan serta
meningkatkan persatuan
dan kesatuan di kalangan
peserta didik;
b. bahwa berdasarkan
pertimbangan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan
b, perlu menetapkan
Peraturan Menteri
Pendidikan dan
Kebudayaan tentang
Pakaian Seragam Sekolah
bagi Peserta Didik Jenjang
Pendidikan Dasar dan
Menengah;
257
258
259
6. BAB II II.B.3
TUJUAN
Pasal 2
Penetapan pakaian seragam sekolah bertujuan: Kalimat Pengembang
Pemerincian √
a. menanamkan dan menumbuhkan rasa
nasionalisme, kebersamaan, serta memperkuat
persaudaraan sehingga dapat menumbuhkan
semangat kesatuan dan persatuan di kalangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
260
peserta didik;
b. meningkatkan rasa kesetaraan tanpa
memandang kesenjangan sosial ekonomi
orangtua/wali peserta didik;
c. meningkatkan disiplin dan tanggungjawab
peserta didik serta kepatuhan terhadap peraturan
yang berlaku; dan
d. menjadi acuan bagi sekolah dalam menyusun
tata tertib dan disiplin peserta didik khususnya
yang mengatur pakaian seragam sekolah.
7. BAB III II.B.4 Kalimat pengembang:
JENIS, WARNA, DAN MODEL (1)Pakaian seragam
Pasal 3 sekolah… seragam khas
(1) Pakaian seragam sekolah terdiri dari: sekolah.
a. Pakaian seragam nasional;
b. Pakaian seragam kepramukaan; atau Kalimat pengembang:
c. Pakaian seragam khas sekolah. (2) Jenis pakaian seragam
(2) Jenis pakaian seragam sekolah terdiri dari: sekolah… untuk peserta
a. Pakaian seragam sekolah untuk peserta didik didik putri.
putra;
Kalimat pengembang:
b. Pakaian seragam sekolah untuk peserta didik
(3) Warna pakaian Pemerincian √
putri.
seragam… celana/rok warna
(3) Warna pakaian seragam nasional untuk:
abu-abu.
a. SD/SDLB: kemeja putih, celana/rok warna
merah hati; Kalimat pengembang:
b. SMP/SMPLB: kemeja putih, celana/rok (4) Ketentuan pakaian
warna biru tua; seragam… agamanya
c. SMA/SMALB/SMK/SMKLB: kemeja putih, masing-masing.
celana/rok warna abu-abu.
(4) Ketentuan pakaian seragam sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
261
262
263
264
265
266
267
268
269
270
271
272
Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal Peraturan ini mulai berlaku
diundangkan. pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Peraturan Kalimat pengembang:
Menteri ini dengan penempatannya dalam Agar setiap orang… Berita
Berita Negara Republik Indonesia. Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 2 Juli 2014 Kalimat pengembang:
MENTERI PENDIDIKAN DAN Ditetapkan di …Republik
KEBUDAYAAN Indonesia.
REPUBLIK INDONESIA,
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 4 Juli 2014 Kalimat pengembang:
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI Diundangkan di …. TAHUN
MANUSIA 2014 NOMOR 920.
REPUBLIK INDONESIA,
TTD.
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2014 NOMOR 920.
24. Permendikbud DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA II.E.1
Nomor 62 ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang: a. bahwa pengembangan potensi
peserta didik sebagaimana
dimaksud dalam tujuan
Kalimat topik Pemerincian √
pendidikan nasional dapat
diwujudkan melalui kegiatan
ekstrakurikuler yang merupakan
salah satu kegiatan dalam
program kurikuler;
b. bahwa kegiatan ekstrakurikuler
dapat memfasilitasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
273
274
275
276
277
Kalimat pengembang:
(5) Kegiatan Ekstrakurikuler
Pilihan sebagaimana…
berbentuk latihan olah-
bakat dan latihan olah-
minat.
28. Pasal 4 II.E.5 Kalimat topik:
(1) Pengembangan berbagai bentuk Kegiatan (1) Pengembangan berbagai
Ekstrakurikuler Pilihan dilakukan dengan bentuk…
mengacu pada prinsip: b. menyenangkan.
a. partisipasi aktif; dan .
b. menyenangkan. Kalimat topik:
(2) Pengembangan berbagai bentuk Kegiatan (2) Pengembangan berbagai
Ekstrakurikuler Pilihan dilakukan melalui bentuk Kegiatan… kegiatan
tahapan: yang diselenggarakan;
a. identifikasi kebutuhan, potensi, dan minat Pemerincian √
peserta didik;
b. analisis sumber daya yang diperlukan untuk
penyelenggaraannya;
c. pemenuhan kebutuhan sumber daya sesuai
pilihan peserta didik atau menyalurkannya ke
satuan pendidikan atau lembaga lainnya;
d. penyusunan program Kegiatan
Ekstrakurikuler; dan
e. penetapan bentuk kegiatan yang
diselenggarakan;
29. Pasal 5 II.E.6 Kalimat topik:
(1) Satuan pendidikan wajib menyusun program (1) Satuan pendidikan wajib
Definisi √
Kegiatan Ekstrakurikuler yang merupakan menyusun… Rencana
bagian dari Rencana Kerja Sekolah. Kerja Sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
278
279
280
281
Pendidikan Menengah;
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78,
Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor
4301);
2. Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2010 tentang Gerakan
Pramuka (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010
Nomor 131, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5169);
3. Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 71, Tambahan
Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5410);
4. Peraturan Presiden Nomor 47
Tahun 2009 tentang
Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara Republik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
282
283
284
MENENGAH.
36. Pasal 1 II.F.2 Kalimat topik:
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud 1. Pendidikan
dengan: Kepramukaan adalah…
1. Pendidikan Kepramukaan adalah proses pengamalan nilai-nilai
pembentukan kepribadian, kecakapan kepramukaan;
hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui
penghayatan dan pengamalan nilai-nilai Kalimat topik:
kepramukaan; 2. Satuan Pendidikan
2. Satuan Pendidikan adalah Sekolah adalah…
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), Kejuruan/Madrasah
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Aliyah Kejuruan
Tsanawiyah (SMP/MTs), Sekolah (SMK/MAK).
Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA), dan Sekolah Menengah Kalimat topik:
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan 3. Gerakan Pramuka
(SMK/MAK). adalah…
3. Gerakan Pramuka adalah organisasi yang menyelenggarakan Definisi √
dibentuk oleh pramuka untuk pendidikan
menyelenggarakan pendidikan kepramukaan;
kepramukaan;
4. Pramuka adalah warga negara Indonesia Kalimat topik:
yang aktif dalam pendidikan kepramukaan 4. Pramuka adalah warga
serta mengamalkan Satya Pramuka dan negara Indonesia…
Darma Pramuka; Pramuka dan Darma
5. Kepramukaan adalah segala aspek yang Pramuka;
berkaitan dengan pramuka;
6. Menteri adalah menteri yang Kalimat topik:
menyelenggarakan urusan pemerintahan di 5. Kepramukaan adalah
bidang pendidikan; segala aspek yang
berkaitan dengan
pramuka;
Kalimat topik:
6. Menteri adalah menteri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
285
yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di
bidang pendidikan;
37. Pasal 2 II.F.3 Kalimat topik:
(1) Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan (1) Pendidikan
sebagai Kegiatan Ekstrakurikuler wajib Kepramukaan
pada pendidikan dasar dan menengah. dilaksanakan…
(2) Kegiatan Ekstrakurikuler wajib pendidikan dasar dan
merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang menengah. Definisi √
harus diikuti oleh seluruh peserta didik;
Kalimat topik:
Kegiatan Ekstrakurikuler
wajib merupakan… diikuti
oleh seluruh peserta didik;
38. Pasal 3 II.F.4 Kalimat topik:
(1) Pendidikan Kepramukaan dilaksanakan (1) Pendidikan
dalam 3 (tiga) Model meliputi Model Blok, Kepramukaan
Model Aktualisasi, dan Model Reguler. dilaksanakan… Model
(2) Model Blok sebagaimana dimaksud pada Aktualisasi, dan Model
ayat (1) merupakan kegiatan wajib dalam Reguler.
bentuk perkemahan yang dilaksanakan
setahun sekali dan diberikan penilaian Kalimat pengembang:
umum. (2) Model Blok
(3) Model Aktualisasi sebagaimana dimaksud sebagaimana…
Pemerincian √
pada ayat (1) merupakan kegiatan wajib diberikan penilaian
dalam bentuk penerapan sikap dan umum.
keterampilan yang dipelajari didalam kelas
yang dilaksanakan dalam kegiatan Kalimat pengembang:
Kepramukaan secara rutin, terjadwal, dan (3) Model Blok
diberikan penilaian formal. sebagaimana…
(4) Model Reguler sebagaimana dimaksud diberikan penilaian
pada ayat (1) merupakan kegiatan sukarela formal.
berbasis minat peserta didik yang
dilaksanakan di Gugus depan. Kalimat pengembang:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
286
287
Kalimat pengembang:
(4) Penilaian sikap dan
keterampilan…
menggunakan jurnal
pendidik dan portofolio.
42. Pasal 7 II.F.8 Kalimat topik:
(1) Pengelolaan Pendidikan Kepramukaan (1) Pengelolaan Pendidikan
sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib pada Kepramukaan… dengan
satuan pendidikan dasar dan menengah pelaksana pembina
merupakan tanggung jawab kepala sekolah pramuka.
dengan pelaksana pembina pramuka. (2)
Definisi √
(2) Pembina Pramuka sebagaimana dimaksud Kalimat pengembang:
pada ayat (1) adalah Guru kelas/Guru mata (3) Pembina Pramuka
pelajaran yang telah memperoleh sertifikat sebagaimana… guru
paling rendah kursus mahir dasar atau Pembina kelas/guru mata
Pramuka yang bukan guru kelas/guru mata pelajaran.
pelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
288
289
290
291
292
293
294
295
296
297
Indonesia Bersatu II
sebagaimana telah beberapa
kali diubah terakhir dengan
Keputusan Presiden Nomor
54/P Tahun 2014;
6. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 54
Tahun 2013 tentang Standar
Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar dan
Menengah;
7. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 64
Tahun 2013 tentang Standar
Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah;
8. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 65
Tahun 2013 tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar
dan Menengah;
9. Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 66
Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian Pendidikan Dasar
dan Menengah;
10. Peraturan Menteri
Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 57
Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
11. Peraturan Menteri
Pendidikan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
298
Kebudayaan Nomor 58
Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah
Menengah
Pertama/Madrasah
Tsanawiyah;
12. Peraturan Menteri
Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 59
Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah
Menengah Atas/Madrasah
Aliyah;
13. Peraturan Menteri
Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 60
Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah
Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG PEMBELAJARAN PADA
PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN
MENENGAH.
50. Pasal 1 II.H.2 Kalimat topik:
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud Dalam Peraturan Menteri ini
dengan: yang dimaksud dengan:
1. Pembelajaran adalah proses interaksi 1. Pembelajaran adalah Definisi √
antarpeserta didik dan antara peserta didik proses interaksi… pada
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu suatu lingkungan belajar.
lingkungan belajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
299
300
301
302
303
304
AMIR SYAMSUDIN
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2014 NOMOR 1506.
56. Permendikbud DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA II.I.1
Nomor 105 ESA
MENTERI PENDIDIKAN DAN
KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang: bahwa dalam rangka menjamin
terlaksananya Kurikulum 2013 secara efektif
dan efisien pada satuan pendidikan, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan tentang Pendampingan
Pelaksanaan Kurikulum 2013 pada Pendidikan
Dasar dan Pendidikan Menengah;
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4301); Kalimat Topik Pemerincian √
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5410);
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009
tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara Republik Indonesia
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
305
306
Pertama/Madrasah Tsanawiyah;
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah;
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 60 Tahun 2014 tentang
Kurikulum 2013 Sekolah Menengah
Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN MENTERI
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG PENDAMPINGAN
PELAKSANAAN KURIKULUM 2013 PADA
PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN
MENENGAH.
57. Pasal 1 II.I.2 Kalimat topik:
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud Dalam Peraturan Menteri ini
dengan: yang dimaksud dengan:
1. Pendampingan Pelaksanaan Kurikulum 1. Pendampingan
2013 yang selanjutnya disebut Pelaksanaan
Pendampingan adalah proses pemberian Kurikulum 2013 yang
bantuan penguatan pelaksanaan Kurikulum selanjutnya disebut
2013 pada satuan pendidikan; Pendampingan adalah
2. Satuan pendidikan adalah Sekolah proses pemberian…
Definisi √
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah/Sekolah Dasar pada satuan
Luar Biasa (SD/MI/SDLB), Sekolah pendidikan;
Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah/Sekolah Menengah Pertama Kalimat topik:
Luar Biasa (SMP/MTs/SMPLB), Sekolah 2. Satuan pendidikan
Menengah Atas/Madrasah Aliyah/Sekolah adalah Sekolah
Menengah Atas Luar Biasa Dasar/Madrasah…
(SMA/MA/SMALB), dan Sekolah Kejuruan Luar Biasa
Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah (SMK/MAK/SMKLB)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
307
308
309
310
311
312
313
314
315
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
316
.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
317
Baik, selamat sore Pak Heri, Oke, saya Heri Sabto Widodo. Jadi,
sebelumnya saya akan saya notaris di BAN PPAT di
memperkenalkan diri. Saya adalah Kabupaten Bantul. Saya ini lulus S1
salah satu mahasiswa Pendidikan Fakultas Hukum di Universitas
Bahasa dan Sastra Indonesia dari Islam Indonesia dan kemudian
Universitas Sanata Dharma program spesialis notariat di
Yogyakarta ingin mewawancarai Universitas Gajah Mada
Identitas Praktisi
Bapak berkaitan dengan penelitian Yogyakarta. Kemudian saya selain
Hukum
saya. Sebelumnya, silahkan Bapak saya notaris, saya juga jabatan saya
memperkenalkan diri, nama Ketua Ikatan Notaris Indonesia
lengkap dan jenjang pendidikan Kabupaten Bantul dan sekaligus
Bapak. Sekretaris Umum Ikatan Notaris
Indonesia Daerah Istimewa
Yogyakarta. Ya, itu mungkin dari
saya. (PH1)
Yang pertama dalam penelitian ini, Ya, jadi mungkin kalau menurut
saya mengutip pendapat Anton M. Anton saya pikir tinjauannya Perspektif Bapak
Moeliono dalam buku karangan mungkin dari sisi bahasa ya. Saya Heri tentang
Hadikusuma yang berjudul “Bahasa nggak mengerti yang dimaksudkan pendapat Anton M.
Hukum Indonesia”. Menurut beliau, Anton ini kalimat tunggal dan Moeliono
salah satu ciri-ciri ragam bahasa bercorak hemat itu seperti apa. Tapi,
Perundang-Undangan, yaitu yang saya maknai adalah bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
318
Lalu, bagaimana dengan pendapat Ya, secara eee kontekstual saya pikir
Anton M. Moeliono yang kedua kalau Pak Anton benar juga.
yang mengatakan bahwa bahasa Artinya, dia kalau bahasa hukum itu
Perundang-Undangan itu singkat dan padat, maka Perspektif Bapak
mempunyai bentuk, makna, dan kemungkinan berarti bahasa hukum Heri tentang
fungsi yang lebih mantap dan stabil itu mantap. Iya, mantap, jadi, pendapat Anton M.
kalimat yang baku dan efektif. banyak penafsiran, gitu ya. Jadi, eee
Menurut Bapak, apakah benar kalau bahasa itu terlalu banyak
pernyataan tersebut? Sedangkan fungsinya, maka dia akan cenderung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
319
Menurut Pak Heri selaku Praktisi Kalau ciri-ciri bahasa hukum itu,
Hukum, ciri-ciri bahasa hukum saya pikir ya tadi saya mengikuti
Indonesia itu apa saja? Pak Anton saja. Cuman kalau
menurut saya, ciri-ciri yang paling
banyak dipakai yaitu, ya satu, ya itu
baku bahasanya. Yang keduanya,
memang singkat, nggak terlalu
banyak variatif, gitu ya. Kemudian Ciri-ciri bahasa
artinya jelas, gitu sehingga kalaupun hukum Indonesia
orang sekali membaca itu dia
mengerti yang dimaksudkan seperti
apa karena kalau nggak, maka dia
akan menimbulkan banyak arti.
Nah, kalau sudah menimbulkan
banyak arti, maka kemudian menjadi
multitafsir sehingga dalam
penerjemahan hukum akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
320
Bisa dijelaskan pak, maksud dari Jadi, dalam satu kata itu jika itu
silang pendapat itu apa? berarti banyak, mungkin punya arti
lebih dari satu, maka itu
menimbulkan silang pendapat. Kan
orang hukum sukanya membeda-
bedakan arti, ya. Pada saat bahasa
hukum itu diperlukan untuk
mengartikan sesuatu dan akan
menjadi fungsi meringankan
tuntutan, meringankan hukuman
atau kemudian menjadi sandaran
untuk sebuah keinginan orang itu Maksud silang
terhadap arti hukum itu sendiri. pendapat
Maka kemudian orang akan
membawa kepentingannya terhadap
bahasa itu. Jadi, dimana
kepentingannya yang negatif, maka
bahasa itu akan diarahkan ke arah
kepentingannya. Itu yang
sebenarnya dihindarkan sehingga
diambil bahasa hukum itu singkat
dan artinya itu tidak terlalu banyak.
Ya, artinya ya satu. Siapapun yang
mengartikan ya sama. Itu yang
mungkin yang dimaksudkan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
321
322
Berarti ciri kalimat yang panjang- Iya, lebih konkrit, lebih detail
panjang dalam bahasa hukum itu sehingga tidak muncul penafsiran
mempunyai tujuan tersendiri untuk yang seponggal-ponggal. Kalau
menjelaskan lebih konkrit? nanti orang bicara, Undang-Undang
A pasalnya yang dibaca cuman pasal
5. Sementara pasal 5 ini, dia sama
dibaca dengan pasal 10 karena pasal
Ciri kalimat dalam
6, 7, 8, dan 9 akan menjelaskan
bahasa hukum
pasal 5 itu maunya kemana.
Kemudian setelah itu disusul pula
ayat-ayat penjelasan. Itu yang
sehingga dia terasa lebih panjang,
bahkan harus dibaca sampai selesai
Undang-Undang itu, seperti itu.
(PH7)
323
bahwa bahasa hukum Indonesia itu Sebenarnya bahasa hukum itu kan
multitafsir. Bisa dijelaskan kembali dibuat untuk tidak menimbulkan
berkaitan dengan hal tersebut? multitafsir. Nah, kemudian maka
dibuat dia lebih sederhana, lebih Bahasa hukum
baku, dan lebih simple. Nah, cuman Indonesia
dalam penjelasannya, dia akan
menjadi lebih panjang karena dia
menghindarkan multitafsir tadi.
Tapi, kebanyakan orang dalam
membacanya tidak sampai selesai
dan tidak dibaca ayat-ayat
penjelasan di akhir Undang-
Undangnya. Maka kemudian pada
saat itu dimunculkan, menimbulkan
multitafsir sehingga kalau orang
baca Undang-Undang, orang baca
hukum ya harus tuntas, jangan
separo-separo. Kalau separo-separo
dia akan pasti multitafsir. Nah,
multitafsir ini muncul dari berbagai
macam kepentingan. Kalaupun
dalam sebuah satu ayat dalam
sebuah Undang-Undang, kemudian
itu ditafsirkan oleh lawan ya mereka
yang saling bersitegang dan
berlawanan, maka akan
memunculkan berbeda-beda
penafsirannya, sesuai dengan
kepentingannya masing-masing.
Nah, inilah yang seharusnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
324
325
kaidah bahasa Indonesia? bahasa Indonesia. Bahkan, sekarang oleh Bapak Heri
326
327
328
Apa tujuan penggunaan pola sesuatu yang akan dia keluarkan digunakan dalam
pengembangan definisi dan sehingga disitu definisinya harus Peraturan Menteri
pemerincian yang digunakan dalam jelas terhadap istilah yang dipakai.
Peraturan Menteri? Jadi, dalam sebuah peraturan, dia
kan akan menjelaskan tentang
sesuatu. Nah, dalam menjelaskan
sesuatu, dia harus definitif, harus
menjelaskan sesuatu itu sehingga
begitu orang membaca itu dia harus
tahu karena Undang-Undang atau
Peraturan itu dianggap semua orang
tahu. Jadi, begitu dia diumumkan,
diundangkan, atau dikeluarkan oleh
Pemerintah, maka semua orang itu
dianggap tahu. Jadi tidak boleh
orang itu kemudian „Saya tidak
mengerti ada peraturan itu‟. Jadi
tidak bisa seperti itu. Jika orang itu
melanggar maka harus dihukum.
Maka, pada setiap peraturan harus
jelas definisinya. Apa yang
dimaksud kata-kata dalam peraturan
itu, harus dijelaskan satu persatu.
329
330
331
(PH17)
Kenapa komponen paragraf yang Kembali lagi pada fungsi atau tujuan
sering digunakan dalam Peraturan pembuat hukum menulis Peraturan
Menteri adalah kalimat Menteri. Kalimat pokok itu adalah
pengembang? kalimat yang berisi ide pokok. Jadi,
kenapa lebih banyak kalimat
pengembang ya karena pembuat
hukum ingin mengembangkan Struktur Paragraf
gagasan atau ide pokoknya melalui
kalimat pengembang sehingga
pembaca dapat memahami dengan
baik dan jelas apa yang dimaksud
oleh penulis atau pembuat hukum.
(PH18)
Menurut Pak Heri, dokumen negara Ada traktat, KUH Pidana, dan KUH
apa saja yang masih menggunakan Perdata. Dokumen-dokumen negara
Dokumen negara
istilah asing (selain Peraturan tersebut masih menggunakan istilah-
Menteri)? istilah asing. (PH19)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
332
BIOGRAFI PENULIS
dinyatakan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2012 ia tercatat menjadi
tugas akhir dengan judul Struktur Kalimat, Struktur Paragraf, dan Pola