Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENGEMBANGAN DAN PENGORGANISASIAN

MASYARAKAT

PARTICIPATORY COMMUNITY APPRAISAL (PCA)

Disusun Oleh:

 Yesi Tria Paramita (J410170055)


 M. Hafiz Herza Mahendra (J410170059)
 Nurul Alif Khofifah (J410170065)
 Aisyah Farrah Y.P (J410170077)
 Atika Dwi Minawati (J410170090)
 Ikha Widyastuti (J410170093)
 Farah Adilah (J410170100)
 Destya Putri Sakhina (J410170105)
 Rina Millati F (J410170121)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengembangan dan pemberdayaan masyarakat seringkali mengalami


perbedaan antara ekspetasi dengan realita.Beberapa penyebab yang mendasar
adalah perbedaan status sosial masyarakat, tingkat pendidikan yang berbeda,
kurang keterbukaan masyarakat, pengaruh budaya, dan peran tokoh
masyarakat.Terkait dengan hal ini pula, pengembangan masyarakat masih terpaku
pada profesi praktisi pengembangan masyarakat.Sehingga metode yang digunakan
dalam pengembangan masyarakat bukanlah didasarkan pada karakteristik
masyarakat namun didasarkan pada profesi.

Konflik merupakan kondisi yang terjadi ketika dua pihak atau lebih
menganggap ada perbedaan yang tidak selaras, tidak cukup sumber, dan tindakan
salah satu pihak menghalangi, atau mencampuri atau dalam beberapa hal
membuat tujuan pihak lain kurang berhasil. Tidak satu masyarakat pun yang tidak
pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat
lainnya. Konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu
sendiri. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu
dalam suatu interaksi.Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah
menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain
sebagainya. Oleh karena itu diperlukannya pendekatan konflik dalam sistem sosial
agar konflik tersebut dapat terselesaikan.

Makalah ini mengangkat topik tentang pendekatan konflik kekuasaan


dalam penyelesaian masalah dan pemberdayaan masyarakat.Masyarakat yang
percaya atas kemampuan para anggotanya untuk menciptakan kehidupan yang
lebih baik akan menyadari hak-hak dan kewajibannya dalam hidup
bermasyarakat. Dalam hal ini kondisi pemberdayaan akan terwujud apabila
anggota masyarakat memperoleh kesempatan agar semakin berdaya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian “Pendekatan Konflik” ?


2. Bagaimana “Pendekatan Konflik Kekuatan”?
3. Apa sajakah tahapan terjadinya konflik dan dampak yang ditimbulkan?

C. Tujuan

1. untuk mengetahui pengertian pendekatan konflik


2. untuk memahami bagaimana pendekatan konflik dalam system sosial
3. untuk mengetahui tahapan terjadinya konflik dan dampak yang di
timbulkan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN PENDEKATAN KONFLIK

Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling
memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial
antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak
berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-
ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi.Perbedaan-perbedaan
tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian,
pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan
dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik
merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu
masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya
atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang
bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik bertentangan
dengan integrasi.Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di
masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi.
Sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik. 3
Beberapa pengertian konflik menurut para ahli yakni sebagai berikut:

1. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan


warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan
akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan
pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.

2. Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan


kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal
ini terjadi jika masing-masing komponen organisasi memiliki kepentingan
atau tujuan sendiri-sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.

3. Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi


ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak
menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik
tersebut dianggap tidak ada.Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan
bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah
menjadi kenyataan.

4. Menurut Minnery (1985), konflik organisasi merupakan interaksi antara


dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling
tergantung, namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan. Perbedaan pendapat
tidak selalu berarti perbedaan keinginan.Oleh karena konflik bersumber
pada keinginan, maka perbedaan pendapat tidak selalu berarti konflik.

Pendekatan Konflik adalah salah satu Pendekatan dalam Sistem


Sosial yang dipelopori oleh David Lockwood bahwa tidak hanya
pendekatan fungsional struktural melainkan ada pendekatan lain yaitu
pendekatan konflik. Konflik yang dalam bahasa lndonesia seringkali
disebut sebagai pertentangan atau perselisihan dapat terjadi pada hubungan
yang bersifat individual yang terjadi sebagai akibat perilaku atau perebutan
kepentingan masing-masing individu yang bersangkutan.Kepentingan itu
bisa berkenaan dengan harta, kedudukan atau jabatan, kehormatan, dan
lain sebagainya.

Konflik sosial berarti pertentangan antara kelompok-kelompok


sosial dalam masyarakat yang diikat atas dasar suku, ras, gender,
kelompok, status ekonomi, status sosial, bahasa, agama, dan keyakinan
politik dalam suatu interaksi sosial yang bersifat dinamis.Baik dalam
masyarakat homogen maupun dalam masyarakat majemuk konflik sosial
merupakan hal yang biasa terjadi, bahkan menjadi unsur dinamis yang
melahirkan berbagai kreatifitas masyarakat.
Konflik sosial mustahil dihilangkan sama sekali. Yang harus
dicegah adalah konflik yang menjurus pada pengrusakan dan penghilangan
salah satu pihak atau para pihak yang berkonflik.Oleh karena itu konflik
harus dikendalikan, dikelola, dan diselesaikan melalui hukum.Yang berarti
melalui jalan damai (konsensus).

Setiap masyarakat mengandung konflik di dalam dirinya.Konflik


merupakan gejala yang melekat di dalam setiap masyarakat.Setiap unsur di
dalam masyarakat memberikan sumbangan bagi terjadinya dis-integrasi
dan perubahan sosial. Setiap masyarakat terintegrasi di atas penguasaan
atau dominasi oleh sejumlah orang atas jumlah orang-orang lain.

B. PENDEKATAN KONFLIK KEKUATAN

Pendekatan konflik-kekuatan memandang komunitas sebagai suatu


interaksi komponen yang kompleks dan setiap komponen saling
mempengaruhi dari sektor privat dan publik yang pada waktu dan situasi
berbeda memiliki perbedaan kapasitas dalam kekuasaan. Asumsi dasar
pendekatan ini bahwa tindakan berbentuk intervensi sosial dalam
pengembangan komunitas berhubungan dengan penciptaan konflik antara
bagian komunitas dan pembuat keputusan pada komunitas yang lebih
besar.Peningkatan bagian komunitas menguntungkan bagi komunitas.

Pendekatan konflik-kekuatan sebgaai upaya memperbaiki


komunitas dengan gagasan yang didukung oleh kekuatan yang bersumber
dari kekuasaan, kecerdasan, kekayaan dan lain-lain yang berasal dari
warga komunitas.Kelebihannya, kekuasaan sebagai salah satu masukan
dalam menentukan akhir pelaksanaan pengembangan
komunitas.Kekuasaan juga berarti hasil dari peranan dan interaksi antar
bagian yang bersifat kompleks.

Peran pekerja komunitas menjadi jembatan antara sumber


kekuasaan dalam komunitas dengan tujuan memaksimalkan sumber daya
dengan mengunakan seperangkat ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sesuai dengan tujuan-tujuan khusus. Sehingga semua kekuatan yang
terlibat dalam proses pengembangan komunitas mampu diarahkan kepada
hasil yang jelas.

Perbedaan pendekatan-pendekatan dalam pengembangan


masyarakat karena perubahan sikap dalam memandang komunitas. Selain
itu pada rangkaian implementasi pendekatan yang bersifat kronologis dan
memiliki tekanan temporal. Sedangkan persamaan semua pendekatan
tersebut sebelumnya yakni fokus yang sama terhadap diseminasi informasi
dan tindakan kelompk (group action). Setiap pengembangan masyarakat
bisa menggunakan berbagai pendekatan berdasarkan karakteristik
komunitas dan tujuan yang hendak dicapai.

C. MENGETAHUI TAHAPAN TERJADINYA KONFLIK DAN


DAMPAK YANG DITIMBULKAN

Menurut Louis R. Pondy (dalam George & Jones, 1999:660)


merumuskan lima episode konflik yang disebut "Pondys Model of
Organizational Conflict". Menurutnya, konflik berkembang melalui lima
fase secara beruntun, yaitu: latent conflict, perceived conflict, felt conflict,
manifest conflict and conflict aftermath.

1. Tahap I, Konflik terpendam. Konflik ini merupakan bibit konflik yang bisa
terjadi dalam interaksi individu ataupun kelompok dalam organisasi, oleh
karena manajemen organisasi dan perbedaan konsepsi, namun masih di
bawahpermukaan. Konflik ini berpotensi untuk sewaktu-waktu muncul ke
permukaan.
2. Tahap II, Konflik yang terpersepsi. Fase ini dimulai ketika para aktor yg
terlibat mulai mengkonsepsi situasi-situasi konflik termasuk cara mereka
memandang, menentukan pentingnya isu-isu, membuat asumsi-asumsi
terhadap motif-motif dan posisi kelompok lawan.
3. Tahap III, Konflik yang terasa. Fase ini dimulai ketika para individu atau
kelompok yang terlibat menyadari konflik dan merasakan
penglamanpengalaman yang bersifat emosi, seperti kemarahan, frustasi,
ketakutan, dan kegelisahan yang melukai perasaan.
4. Tahap IV, Konflik yang termanifestasi. Pada fase ini salah satu pihak
memutuskan bereaksi menghadapi kelompok dan sama-sama mencoba
saling menyakiti dan menggagalkan tujuan lawan. Misalnya agresi
terbuka, demonstrasi, sabotase, pemecatan, pemogokan dan sebagainya.
5. Tahap V, Konflik sesudah penyelesaian. Fase ini adalah fase sesudah
konflik diolah. Bila konflik dapat diselesaikan dengan baik hasilnya
berpengaruh baik pada organisasi (fungsional) atau sebaliknya
(disfungsional).

Pickering (2006:22,23) membagi tahap-tahap perkembangan konflik, yaitu


tahap pertama, dimana terjadi perselisihan-perselisihan kecil sehari-hari.
Biasanya dalam kelompok terdapat perbedaan nilai kehidupan, budaya,
kebutuhan, dan tujuan hidup.Perbedaan-perbedaan ini, mulai
bersinggungan dan menimbulkan rasa jengkel, dansebagainya.Kemudian,
tahap kedua, dimana tantangan menjadi lebih besar.Unsur persaingan
mulai menonjol. Bahkan sudah menyangkut urusan pribadi, dan mulai
mencari kesalahan orang lain. Terakhir, adalah tahap ketiga, dimana
terjadi pertarungan terbuka, mengakibatkan tujuan bergeser dari ingin
menang menjadi ingin menyakiti.

D. DAMPAK KONFLIK

Sejatinya dampak konflik yang terjadi diantara seseorang dengan


orang lain ataupun dengan suatu kelompok dengan kelompok lain
memberikan dua dampak yakni bisa dampak positif ataupun bisa dampak
negatif . Dampak positif dari konflik yaitu:

1. Mendorong untuk kembali mengkoreksi diri.

Dengan adanya konflik yang terjadi, akan membuat kesempatan bagi salah
satu ataupun kedua belah pihak untuk saling merenungi kembali, berpikir
ulang tentang kenapa bisa terjadi perselisihan ataupun konflik diantara
mereka.

2. Meningkatkan Prestasi.

Dengan adanya konflik, bisa saja membuat orang yang termajinalkan oleh
konflik menjadi merasa mempunyai kekuatan ekstra sendiri untuk
membuktikan bahwa ia mampu dan sukses dan tidak pantas untuk
“dihina”.

3. Mengembangkan alternative yang baik.


Bisa saja dengan adanya konflikyang terjadi diantara orang per orang,
membuat seseorang berpikir dia harus mulai mencari alternatif yang lebih
baik dengan misalnya bekerja sama dengan orang lain.

 Dampak negatif dari konflik yakni :

1. Menghambat kerjasama.

Sejatinya konflik langsung atau tidak langsung akan berdampak buruk


terhadap kerjasama yang sedang dijalin oleh kedua belah pihak ataupun
kerjasama yang akan direncanakan diadakan antara kedua belah pihak.

2. Apriori.

Selalu berapriori terhadap “lawan”.Terkadang kita tidak meneliti benar


tidaknya permasalahan, jika melihat sumber dari persoalan adalah dari
lawan konflik kita.

3. Saling menjatuhkan.

Ini salah satu akibat paling nyata dari konflik yang terjadi diantara sesama
orang di dalam suatu organisasi, akan selalu muncul tindakaan ataupun
upaya untuk saling menjatuhkan satu sama lain dan membuat kesan lawan
masing-masing rendah dan penuh dengan masalah.
BAB III

PEMBAHASAN

Pendekatan konflikkekuasaan (powerconflict approach) biasanya


Tindakan berbentuk intervensi dalam pengembangan
komunitasberhubungan langsungpenciptaan konflikantara sub
komunitasatau komponen danpembuat keputusanpada komunitas
yanglebih besar. Sedangkan dalam pemahaman komunitas sebagaisuatu
interaksikomponen yangkompleks, dan antarkomponen
salingmempengaruhi dariprivat dan yangpada waktu dansituasi yang
berbedamemiliki perbedaankapasitas dalam kekuasaan.

Power conflict approach (PCA) adalah suatu pendekatan yang


didesain untuk membantu mengembangkan suatu framework yang akan
mensintesis beberapa komponen yang mempengaruhi intervensi komunitas
sehingga mampu menciptakan suatu unit yang komprehensif dan
managable. Dalam PCA kekuasaan dipahami sebagai titik pusat perubahan
komunitas.

Contoh penerapan Pendekatan konflikkekuasaan (power conflict


approach) pada diri sendiri menurut teori Kurt Lewin perilaku sejak kecil
hingga dewasa dipengaruhi oleh ruang lingkup kehidupan.Selain peran
orang tua dalam mendidik anaknya dengan sebaik mungkin agar terbentuk
perilaku yang baik dalam diri anak tersebut, juga menyekolahkan anak
dengan ruang lingkup yang baik.Jadi penerapan konflik kekuasaan
dipengaruhi oleh kemampuan dari tiap pribadi masing-masing.

Sedangkan penerapannya pada masyarakat, perilaku seseorang


dapat terbentuk dengan faktor utama yaitu keluarga dan lingkungan.Faktor
lingkungan yang dimaksudkan seperti tempat tinggal, sekolah, pergaulan
atau bahkan dengan komunitas yang biasa diikuti. Salah satu contohnya
yaitu anak berandalan atau anak jalanan punya perilaku yang sangat
berbeda dengan anak berpendidikan, hal tersebut dapat dilihat dari
bagaimana cara berbicara dari
BAB IV

KESIMPULAN

1. Pendekatan konflik adalah salah satu pendekatan dalam Sistem Sosial


yang dipelopori oleh David Lockwood bahwa tidak hanya pendekatan
fungsional struktur melainkanada pendekatanlain yaitu pendekatan
konflik.

2. Pendekatan konflik-kekuatan sebagai upaya memperbaiki komunitas


dengan gagasan yang didukung oleh kekuatan yang bersumber dari
kekuasaan, kecerdasan, kekayaan dan lain-lain yang berasal dari warga
komunitas.

3. Tahapan terjadinya konflik dan dan dampak yang ditimbulkan yaitu :


o Tahap I, Konflik terpendam.
o Tahap II, Konflik yang terpersepsi.
o Tahap III, Konflik yang terasa.
o Tahap IV, Konflik yang termanifestasi
o Tahap V, Konflik sesudah penyelesaian

4. Dampak yang Ditimbulkan

a. Dampak Positif

 Mendorong untuk kembali mengkoreksi diri.


 Meningkatkan Prestasi.
 Mengembangkan alternative yang baik.

b. Dampak Negatif

 Menghambat kerjasama.
 Apriori.
 Saling menjatuhkan.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai