Anda di halaman 1dari 20

KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RS Dr.

TADJUDDIN CHALID MAKASSAR

NOMOR : HK.04.02 / II.3.4 / /2017

TENTANG

KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI

RS Dr. TADJUDDIN CHALID MAKASSAR

DIREKTUR UTAMA RS Dr. TADJUDDIN CHALID

Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian di Rumah

Sakit yang berorientasi pada keselamatan pasien, diperlukan suatu

standar kebijakan yang dapat digunakan sebagai acuan dalam

pelayanan kefarmasian;

b. bahwa perlu penyesuaian terhadap keputusan Direktur Utama nomor

HK.02.04/II.3.4/0112/16 agar sejalan dengan perkembangan pelayanan

kefarmasian di RS Dr. Tadjuddin Chalid Makassar;

c. bahwa bedasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

1 dan b, perlu ditetapkan Keputusan Direktur Utama RS Dr. Tadjuddin

Chalid tentang Kebijakan Pelayanan Farmasi

Mengingat : 1. Undang – Undang RI Nomor 36, tahun 2009 tentang Kesehatan;

2. Undang – Undang RI Nomor 44, tahun 2009 tentang Rumah Sakit;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1998 tentang Pengamanan

Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan

Kefarmasian;

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 tahun 2014

Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit;

1
MEMUTUSKAN

Menetapkan : SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RS Dr. TADJUDDIN CHALID

MAKASSAR TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI RS Dr.

TADJUDDIN CHALID MAKASSAR

Pertama : Mencabut Surat Keputusan Direktur Utama nomor HK.02.04/II.3.4/0112/16

tentang Kebijakan Pelayanan Farmasi dan dinyatakan tidak berlaku lagi

sejak Surat Keputusan ini ditetapkan

Kedua : Kebijakan Pelayanan Farmasi RS Dr. Tadjuddin Chalid Makassar

sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pelayanan farmasi RS Dr.

Tadjuddin Chalid Makassar dilaksanakan oleh Direktur pelayanan RS Dr.

Tadjuddin Chalid Makassar

Keempat : Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya, dan apabila dikemudian

hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan

perbaikan sebagaimana mestinya

DITETAPKAN : DI MAKASSAR
PADA TANGGAL : 3 Januari 2017
DIREKTUR UTAMA
RS Dr. TADJUDDIN CHALID MAKASSAR

dr. I Gusti Lanang Suartana Putra, MM, MARS


NIP.196401281990031002

2
LAMPIRAN : SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RS Dr. TADJUDDIN CHALID

MAKASSAR TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI RS Dr.

TADJUDDIN CHALID MAKASSAR NOMOR : HK.04.02 / II.3.4 / /2017

KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI DI RS Dr. TADJUDDIN CHALID MAKASSAR :

A. KEBIJAKAN UMUM

1. Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem

pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan

sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan habis pakai yang bermutu dan terjangkau bagi

semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik.

2. Pelayanan Kefarmasian dilaksanakan oleh Instalasi Farmasi dengan sistem 1 pintu, dan

Instalasi Farmasi bertanggung jawab terhadap semua sediaan farmasi/perbekalan farmasi

yang beredar di Rumah Sakit.

3. Pelayanan Kefarmasian di Rumah sakit meliputi 2 (dua) kegiatan, yaitu kegiatan yang

bersifat manajerial berupa pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis

habis pakai dan kegiatan pelayanan farmasi klinik.

4. Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai meliputi :

pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaaan, penerimaan, penyimpanan,

pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan administrasi.

5. Pelayanan farmasi klinik meliputi : pengkajian dan pelayanan resep, penelusuran riwayat

penggunaan obat, rekonsiliasi obat, pelayanan informasi obat (PIO), konseling, visite,

pemantauan terapi obat (PTO), monitoring efek samping obat (MESO), evaluasi penggunaan

obat (EPO), dispensing sediaan steril dan pemantauan kadar obat dalam darah (PKOD).

6. Dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian sistem satu pintu, Instalasi Farmasi adalah

satu-satunya penyelenggara pelayanan kefarmasian yang melakukan :

3
a. Pengawasan dan pengendalian penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan

medis habis pakai

b. Standarisasi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai

c. Menjamin mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai

d. Pengendalian harga sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai

7. Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang Apoteker yang memiliki Surat Tanda Registrasi

Apoteker (STRA) dan Surat Izin Penanggung Jawab Apotek (SIPA), dan merupakan

Apoteker penanggung jawab seluruh pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit.

8. Kepala Instalasi Farmasi bertugas untuk memimpin, mengatur, mengkoordinasi, mengawasi

dan melakukan supervisi terhadap seluruh pelayanan kefarmasian di RS Dr. Tadjuddin

Chalid Makassar.

9. Supervisi dilakukan dengan cara mengunjungi ruangan yang akan disupervisi dan mencatat

temuan yang tidak sesuai dengan standar, selain itu juga dilakukan wawancara dengan

petugas ruangan. Hasil supervisi dicatat di buku dan di Lembar Supervisi yang

ditandatangani oleh petugas ruangan setelah dilakukan konfirmasi

10. Pelaksanaan pelayanan kefarmasian di Instalasi Farmasi dilakukan oleh Apoteker dan

Tenaga Teknis Kefarmasian yang memenuhi persyaratan administrasi seperti yang telah

ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

11. Instalasi Farmasi bekerjasama dengan Komite Farmasi dan Terapi mengawasi penggunaan

obat di Rumah Sakit agar sesuai dengan Formularium dan meningkatkan upaya penggunaan

obat secara rasional. Pengawasan juga dilakukan dengan cara melakukan monitoring

adanya kesalahan obat atau efek obat yang tidak diharapkan, dalam hal ini IFRS

bekerjasama dengan tim KPRS.

12. Semua obat baru yang tergolong obat yang baru beredar atau kelas terapi baru dilakukan

monitoring untuk mengantisipasi kejadian tidak diharapkan (KTD). Monitoring dilakukan

bersama antara IFRS, perawat dan dokter dan dicatat dalam Formulir Monitoring Obat baru.

4
13. Instalasi Farmasi RS Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tidak menyediakan dan menyimpan

obat radioaktif.

14. Instalasi Farmasi RS Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tidak menyediakan dan menyimpan

obat sampel.

15. Instalasi Farmasi RS Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tidak menyediakan dan menyimpan

obat sitostatika.

16. Pelayanan farmasi harus mengimplementasikan prosedur S.B.A.R (Situation, Background

Assessment, Recommendation) kepada pasien yang disampaikan secara verbal, baik

langsung maupun melalui telepon.

B. PEMILIHAN/SELEKSI

1. Pemilihan/seleksi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai didasarkan

pada Formularium Rumah Sakit, Standar/pedoman Diagnosa dan Terapi, pola penyakit,

efektifitas dan keamanan, pengobatan berbasis bukti, mutu, harga dan ketersediaaan di

pasaran.

2. Formularium Rumah Sakit disusun mengacu pada Formularium Nasional. Formularium

Rumah Sakit merupakan daftar obat yang disepakati staf medis dan disusun oleh Tim

Farmasi dan Terapi yang telah ditetapkan oleh Direktur Utama Rumah Sakit

3. Formularium Rumah sakit dievaluasi minimal setahun sekali berdasarkan efektifitas dan

keamanannya.

4. Dokter yang ingin mengusulkan obat diluar formularium harus mengisi Formulir Pengajuan

Obat Baru disertai alas an penggunaan dan bukti tentang efektifitas dan kemanannya.

5. Sumber informasi obat yang digunakan di RS Dr. Tadjuddin Chalid Makassar adalah

Informasi Spesialite Obat (ISO) Indonesia edisi terbaru dan Formularium Rumah Sakit Dr.

Tadjuddin Chalid Makassar. Sumber informasi obat tersedia di semua unit pelayanan.

5
C. PERENCANAAN KEBUTUHAN

1. Perencanaan kebutuhan dilakukan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan

sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai untuk menjamin terpenuhinya

kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Dalam perencanaan kebutuhan

harus dipertimbangkan : anggaran yang tersedia, penetapan prioritas, sisa persediaan, data

pemakaian periode yang lalu, waktu tunggu pemesanan dan rencana pengembangan.

2. Seluruh yang terlibat dalam pelayanan dilibatkan dalam proses perencanaan dengan cara

mengajukan daftar usulan kebutuhan selama 1 tahun.

D. PENGADAAN

1. Pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan dengan

cara sistem lelang, pembelian langsung, e-purcahasing (untuk obat e-katalog) dan produksi.

2. Produksi sediaan farmasi dilakukan terhadap sediaan farmasi yang tidak ada di pasaran,

sediaan farmasi dengan formula khusus, dan re-packing.

3. Jika terjadi kekosongan obat khususnya obat-obatan e-katalog pada distributor farmasi,

dilakukan peminjaman sediaan farmasi pada rumah sakit yang telah menjalin kerjasama

dengan RS Dr. Tadjuddin Chalid Makassar.

E. PENERIMAAN

1. Penerimaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan dengan

menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan, harga yang tertera

dalam dokumen penerimaan barang dengan kondisi fisik barang.

2. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang diterima memiliki batas

kadaluarsa minimal 2 (dua) tahun setelah tanggal sediaan farmasi, alat kesehatan dan

bahan medis habis pakai tersebut diterima.

F. PENYIMPANAN

1. Penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai disesuaikan

dengan bentuk sediaan dan jenisnya, dengan mempertimbangkan persyaratan stabilitas dan

6
keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, dan ventilasi sesuai petunjuk penyimpanan

masing-masing sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.

2. Pedoman penyimpanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai :

a. Sediaan farmasi disusun secara alphabetis. Pengeluaran Perbekalan Farmasi

menggunakan sistem kombinasi FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First

Out) serta disertai dengan sistem manajemen.

b. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi label yang

secara jelas terbaca dan memuat : nama, tanggal pertama kemasan dibuka, tanggal

kadaluarsa dan peringatan khusus.

c. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan, kecuali untuk kebutuhan

klinis yang penting. Unit perawatan yang boleh menyimpan elektrolit konsentasi tinggi

adalah ICU (hanya KCl 7.46 mg) dan Kamar Bersalin (hanya MgSO4 20 5 dan 40 %).

Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan di unit perawatan pasien dilengkapi dengan

pengamanan, harus diberi label yang jelas (label HIGH ALERT) dan disimpan pada area

yang dibatasi secara ketat (restricted) untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang

hati-hati. Lemari penyimpanan elektrolit konsentrasi tinggi diberi tanda merah

disekelilingnya.

d. Penyimpanan sediaan farmasi dengan penampilan dan penamaan yang mirip (LASA,

Look Alike Sound Alike) di Instalasi Farmasi tidak boleh ditempatkan secara bersisihan

tetapi kotak obat LASA yang satu dengan yang lainnya dipisah minimal 1 kotak obat lain

dan diberi label kuning dengan stiker LASA dan stiker HIGH ALERT untuk mencegah

terjadinya kesalahan pengambilan obat. Lemari penyimpanan obat LASA diberi tanda

merah disekelilingnya

e. Obat dengan resiko tinggi (High Alert) berdasarkan ISMPs disimpan di lemari/tempat

khusus yang terpisah dari obat lain dan diberi label merah dengan tulisan HIGH ALERT.

Lemari penyimpanan obat High Alert diberi tanda merah disekelilingnya

7
f. Penyimpanan untuk Sediaan Narkotika menggunakan lemari dengan 2 (dua) kunci

(double lock) dan kunci dipegang oleh 2 orang yang diberi tanggung jawab. Sediaan

Psikotropika disimpan di lemari yang terkunci yang berada di Instalasi Farmasi.

g. Produk nutrisi parenteral disimpan di lemari/tempat khusus yang terpisah dari obat lain

dan diberi label merah dengan tulisan HIGH ALERT. Lemari penyimpanan produk nutrisi

parenteral diberi tanda merah disekelilingnya

h. Bahan beracun dan berbahaya (B3) termasuk bahan yang mudah meledak/terbakar

(misalnya : formalin, alkohol), beracun, dan berbahaya diberi tanda peringatan yang

sesuai dan disimpan dalam ruang/lemari khusus B3 yang ada di Farmasi dan terkunci.

Kunci dipegang oleh penanggung jawab ruangan.

i. Obat emergency tersedia di tiap tempat yang telah ditentukan oleh Tim Code Blue dan

disimpan dalam lemari khusus/trolley emergency. Trolley emergency atau tempat

penyimpanan obat emergensi harus mudah diakses dan selalu siap pakai, terjaga

isinya/aman dipasangi kunci, isi sesuai standar, isi tidak boleh dicampur dengan obat

lain, hanya digunakan dalam keadaan darurat, serta sesudah dipakai harus dilaporkan

untuk segera diganti. Troli emergensi dicek secara berkala setiap 2 minggu sekali untuk

mencegah adanya obat rusak atau kadaluarsa.

j. Penyimpanan obat High Alert di troli emergensi di pisahkan dari obat lainnya dan diberi

warna merah disekelilingnya.

k. Semua ruangan yang digunakan untuk menyimpan obat, termasuk menyimpan troli

emergensi harus dilengkapi dengan pengatur suhu ruangan. Pemantauan suhu

penyimpanan di seluruh tempat penyimpanan obat termasuk penyimpanan troli

emergensi di RS Dr. Tadjuddin Chalid Makassar dilakukan setiap hari untuk memastikan

penyimpanan obat sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan. Pemantauan meliputi

lemari pendingin (Suhu dingin yaitu 2°-8°C) dan suhu penyimpanan di rak/laci/lemari

8
(Suhu ruang yaitu ≤ 25°C). Jika terjadi kerusakan pada pengatur suhu, maka

penanggung jawab ruangan harus segera menghubungi Instalasi Pemeliharaan Sarana.

l. Pemantauan kelembaban ruang di RS Dr. Tadjuddin Chalid Makassar dilakukan setiap

hari untuk memastikan standar kelembaban sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan

(kelembaban ruang 40%-60%).

m. Reagen untuk keperluan laboratorium, Film untuk radiologi langsung didistribusikan ke

unit tersebut setelah diterima oleh bagian logistik farmasi dari supplier.

n. Penyimpanan gas medis harus terpisah dari tempat penyimpanan sediaan farmasi,

bebas dari sumber api, ditempat yang berventilasi baik, dengan troli pengaman dan

diberi label dan warna yang sesuai.

o. Pemeriksaan tanggal kadaluarsa sediaan farmasi dilakukan minimal 1 kali dalam

sebulan oleh apoteker atau tenaga tehnis farmasi atau pada saat stok opname.

3. Seluruh tempat penyimpanan sediaan farmasi dinspeksi oleh Kepala Instalasi farmasi setiap

bulan untuk memastikan sediaan farmasi disimpan secara benar.

4. Obat yang dibawa oleh pasien baru rawat inap dari luar rumah sakit harus dilakukan

verifikasi terlebih dahulu oleh petugas Instalasi Farmasi RS Dr. Tadjuddin Chalid Makassar

dan dicatat dalam Formulir Rekonsiliasi Obat serta disimpan di tempat/lemari tersendiri di

Instalasi Farmasi.

G. PENDISTRIBUSIAN

1. Distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dari Instalasi

Farmasi dilakukan dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan

waktu.

2. Distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai dari Gudang

Farmasi ke unit-unit lain di Rumah Sakit dilakukan dengan cara mengampra barang di

Gudang Farmasi oleh unit-unit yang membutuhkan. Untuk penyerahan barang menggunakan

9
sistem mutasi, atas persetujuan Kepala Bidang Medis, Kepala Instalasi Farmasi, dan Kepala

Gudang Farmasi.

3. Sistem Distribusi untuk pasien rawat inap menggunakan Sistem Unit Dosis (Unit Dose

Dispensing).

4. Sistem distribusi untuk pasien rawat jalan menggunakan sistem resep perorangan.

H. PEMUSNAHAN DAN PENARIKAN

1. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang telah kadaluarsa dicatat

untuk dimusnahkan. Pemeriksaan tanggal kadaluarsa sediaan farmasi, alat kesehatan dan

bahan medis habis pakai yang telah kadaluarsa dilakukan setiap bulan pada saat stok

opname. Penarikan obat kadaluarsa di Instalasi Farmasi dilakukan pada awal bulan pada

bulan yang sama dengan tanggal kadaluarsa.

2. Pemusnahan dilakukan terhadap sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis

pakai yang telah kadaluarsa yang tidak bisa dikembalikan ke distributor atau rusak sehingga

sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai tersebut tidak digunakan

ataupun disalahgunakan untuk kepentingan tertentu. Pemusnahan sediaan farmasi, alat

kesehatan dan bahan medis habis pakai dilakukan 2 – 3 tahun sekali oleh petugas farmasi

dan disaksikan oleh apoteker dan wakil dari bagian umum serta petugas dari Badan POM

dan dibuat berita acara dalam waktu 2 x 24 jam , laporan berita acara di tanda tangani oleh

Kepala Instalasi Farmasi, saksi-saksi dan Direktur Utama RS Dr. Tadjuddin Chalid.

3. Sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang telah kadaluarsa dan

belum sempat dimusnahkan disimpan di tempat tersendiri di Instalasi Farmasi yang terpisah

dari sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai yang digunakan untuk

pelayanan.

4. Penarikan perbekalan farmasi (recall) dilakukan apabila ada pemberitahuan resmi bahwa

ada penarikan suatu produk dengan nomor produksi tertentu dikarenakan :

a. Tidak sesuai dengan standar wajib yang telah ditentukan pemerintah

10
b. Adanya temuan yang dapat membahayakan keselamatan dan keamanan konsumen.

c. Adanya kasus/kejadian/peristiwa terhadap produk tersebut yang telah berakibat

membahayakan keselamatan konsumen.

5. Perbekalan farmasi dalam status Recall segera ditindaklanjuti oleh petugas farmasi dengan

memastikan bahwa produk tersebut tidak ada lagi di lingkungan RS Dr. Tadjuddin Chalid dan

berkoordinasi dengan pihak distributor atau produsen.

I. PENGENDALIAN

1. Pengendalian dilakukan terhadap sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis

pakai dengan tujuan :

a. Penggunaan obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit/Formularium Nasional

b. Penggunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi

c. Memastikan persediaan efektif dan efisien dan tidak terjadi kelebihan dan

kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluarsa, dan kehilangan serta pengembalian

pesanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai.

2. Pengendalian dilakukan dengan cara :

a. Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving)

b. Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu 3 (tiga) bulan

berturut-turut (death Stock)

c. Stok Opname yang dilakukan secara periodik dan berkala

3. Pengawasan sediaan farmasi di RS Dr. Tadjuddin Chalid Makassar dilakukan dengan

pemeriksaan kesesuaian stok antara stok fisik dengan sistem informasi rumah sakit (stok

opname) dan dilakukan 1 kali dalam sebulan untuk mengurangi adanya ketidaksesuaian stok

dan mencegah adanya kehilangan akibat pencurian.

4. Semua unit farmasi/depo obat harus melaporkan hasil stock opname dan laporan

penggunaan sediaan farmasi ke Kepala Instalasi Farmasi setiap bulan.

11
5. Apabila ada obat baru yang beredar di RS Dr. Tadjuddin Chalid Makassar maka harus

dilakukan monitoring terhadap penggunaan, efek samping dan KTD yang tidak diantisipasi.

6. Review terhadap sediaan farmasi yang beredar dilakukan setahun sekali berdasarkan

keamanan (safety) dan efektifitas.

J. ADMINISTRASI

1. Administrasi dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk memudahkan

penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Kegiatan administrasi meliputi pencatatan dan

pelaporan, adminstrasi keuangan, serta administrasi penghapusan.

2. Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaaan sediaan farmasi, alat kesehatan

dan bahan medis habis pakai dilakukan secara periodik dan berkala dalam jangka waktu

tertentu. Pencatatan dan pelaporan yang dilakukan adalah :

a. Laporan Penggunaan Sediaan Narkotika setiap bulan

b. Laporan Penggunaan Sediaan Psikotropika setioap 3 bulan

c. Laporan Pemusnahan Resep

d. Laporan pemusnahan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai

yang kadaluarsa

e. Laporan penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai

setiap bulan

f. Laporan bulanan, triwulan, semester dan tahunan sediaan farmasi, alat kesehatan dan

bahan medis habis pakai di Gudang Farmasi

3. Semua Depo Obat dan Gudang Farmasi wajib melaporkan kegiatan pengelolaan sediaan

farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis setiap bulan kepada Kepala Instalasi

Farmasi

4. Administrasi keuangan dilakukan terhadap penerimaan dana yang berasal dari pembelian

sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai oleh pasien umum/non

jaminan.

12
5. Administrasi penghapusan dilakukan terhadap sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan

medis habis pakai yang tidak terpakai karena kadaluarsa, rusak, mutu tidak memenuhi

standar, dengan cara membuat usulan penghapusan sediaan farmasi, alat kesehatan dan

bahan medis habis pakai sesuai prosedur.

K. PERESEPAN/PEMESANAN OBAT

1. Instalasi Farmasi RS Dr. Tadjuddin Chalid Makassar tidak melayani resep eksternal dari

dokter yang tidak berpraktek di RS Dr. Tadjuddin Chalid. Pelayanan resep hanya dilakukan

terhadap pasien yang terdaftar di RS Dr. Tadjuddin Chalid Makassar.

2. Hanya dokter yang terdaftar sebagai dokter di RS Dr. Tadjiddin Chalid atau dokter yang

mendapat persetujuan dari Direktur Utama dan Direktur Pelayanan yang berhak menuliskan

resep di RS Dr. Tadjuddin Chalid Makassar.

3. Elemen penulisan resep harus memuat :

a. Data identifikasi pasien yang akurat meliputi : nama, tanggal lahir, No. Rekam Medik,

berat badan untuk pasien anak, dan alergi obat (jika ada)

b. Data penulis resep meliputi nama dokter, tanda tangan dokter dan No. Surat Ijin Praktek

c. Elemen penilisan resep meliputi tanggal resep, asal ruangan, tanda R/ pada setiap

sediaan

d. Persyaratan farmasetik, meliputi nama obat, bentuk dan kekuatan sediaan

e. Untuk nama obat tunggal ditulis dengan nama generik. Untuk obat kombinasi ditulis

sesuai nama dalam Formularium, dilengkapi dengan bentuk sediaan kekuatan obat

f. Bila obat berupa racikan dituliskan nama setiap jenis/bahan obat dan jumlah bahan obat

(untuk bahan padat : mikrogram, milligram, gram, dan untuk cairan : tetes, millimeter,

liter )

g. Aturan pakai (frekuensi, dosis, rute pemberian). Untuk aturan pakai jika perlu atau “prn”

atau pro re nata harus dituliskan dosis maksimal dalam sehari

13
4. Penulisan resep harus dilakukan pada blanko resep yang tersedia di RS Dr. Tadjuddin

Chalid Makassar dan sesuai dengan spesialisasinya.

5. Penulis resep harus memperhatikan : kontra indikasi, interaksi obat, reaksi alergi.

6. Tulisan pada resep harus jelas dan dapat dibaca serta tidak menggunakan singkatan yang

dilarang. Untuk resep yang tidak jelas atau tidak terbaca harus dilakukan konfirmasi ke

dokter penulis resep.

7. Pesanan obat secara verbal atau melalui telepon harus dilakukan dengan cara tulis lengkap,

baca ulang dan konfirmasi.

8. Batasan penulisan resep untuk sediaan narkotika adalah maksimal 10 hari, untuk sediaan

psikotropika maksimal 10 hari kecuali untuk psikiatri maksimal 1 bulan.

9. Untuk resep narkotika dalam bentuk sediaan injeksi hanya boleh ditulis oleh dokter anestesi

dengan mencantumkan nama dokter, tanda tangan, alamat lengkap dan Nomor Surat Ijin

Praktek.

10. Elektrolit pekat diresepkan menggunakan lembar khusu yang mencantumkan nama zat

terlarut, jumlah zat terlarut, nama zat pelarut, dan volume zat pelarut

11. Untuk obat-obat tertentu dapat dilakukan automatic stop order oleh Instalasi Farmasi

12. Untuk pasien rawat inap yang membawa obat dari luar rumah sakit harus dilakukan

rekonsiliasi obat oleh farmasi, order pertama obat harus dibandingkan terlebih dahulu

dengan Form Rekonsiliasi Obat. Formulir Rekonsiliasi Obat memuat nama obat, dosis,

frekuensi, rute, obat mulai diberikan, diganti, dilanjutkan atau dihentikan, riwayat alergi

pasien serta efek samping obat yang pernah terjadi. Formulir Rekonsiliasi Obat dicantumkan

dalam status pasien.

13. Obat yang diresepkan atau dipesan dicatat pada rekam medis pasien atau diselipkan ke

dalam status pasien pada saat pemulangan atau dipindahkan.

14
L. PELAYANAN RESEP DAN DISPENSING SEDIAAN FARMASI

1. Waktu pelayanan farmasi untuk pasien rawat inap dan dan pasien gawat darurat adalah 24

jam, waktu pelayanan farmasi untuk pasien rawat jalan dari pukul 08.00 sampai pukul 16.00,

sedangkan logistik farmasi pukul 08.00 sampai dengan pukul 15.00. Pelayanan diluar jam

kerja dilayani di Depo Obat III (Depo Obat UGD)

2. Standar waktu pelayanan resep rawat inap untuk pasien baru yaitu 30 menit (terhitung sejak

order diterima oleh petugas farmasi). Sedangkan waktu tunggu obat pasien pulang yaitu 30

menit (terhitung sejak order diterima oleh petugas farmasi).

3. Standar waktu pelayanan resep rawat jalan yaitu 30 menit untuk obat racikan dan 15 menit

untuk obat non racikan (terhitung sejak order diterima sampai dengan obat diserahkan)

4. Semua obat disiapkan dan dikemas dengan kemasan yang baik dan benar dalam area yang

bersih dan bebas kontaminasi. Peralatan yang digunakan untuk meracik obat harus

dibersihkan sebelum dan setelah digunakan.

5. Pencampuran produk steril yang sifatnya melarutkan didelegasikan kepada perawat sesuai

kompetensi dan kewenangannya. Pencampuran dilakukan di tempat tersendiri yang terpisah

dari ruang tempat pelayanan pasien.

6. Untuk obat multidose yang telah dilarutkan harus diberi label pada botol/kemasan yang

mencantumkan tanggal buka, tanggal kadaluarsa yang sesuai dengan stabilitas obat setelah

dilarutkan dan disimpan pada kondisi yang sesuai dengan stabilitasnya.

7. Semua produk steril dan pengenceran elektrolit pekat hendaklah disiapkan pada kondisi

yang terkendali dan dipantau dengan teliti.

8. Pada penyiapan resep racikan rawat jalan maupun rawat inap dilakukan pengecekan

kembali nama obat, bentuk, kekuatan sediaan, dan waktu kadaluarsa dan setelah obat

tersebut diracik maka dilakukan pengecekan terhadap jumlah kemasan racikan dan etiket.

15
9. Obat-obat yang telah disiapkan harus diberi label / etiket obat yang memuat nama pasien,

tanggal lahir, No. Rekam medik, tanggal resep, nama obat, aturan pakai dan tanggal

kadaluarsa obat.

10. Obat yang sudah dikeluarkan dari kemasan, seperti obat los-losan harus ditambahkan nama

obat, dan tanggal kadaluarsa.

11. Telaah resep dilakukan sebelum obat disiapkan. Telaah resep meliputi kejelasan tulisan

resep, benar pasien (nama, umur, jenis kelamin, berat badan dan tinggi badan), benar dokter

(nama, No. ijin, alamat dan paraf), tanggal resep, asal ruangan, benar obat (bentuk dan

kekuatan), benar dosis( dosis dan jumlah obat), stabilitas, benar rute (cara penggunaan),

benar waktu pemberian (aturan pakai), benar informasi, benar dokumentasi, duplikasi obat,

alergi dan ROTD, kontra indikasi, dan interaksi obat.

12. Yang berwenang melakukan telaah resep adalah Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian

yang memiliki kompetensi dan telah mengikuti pelatihan telaah resep.

13. Sumber informasi yang digunakan untuk mengecek interaksi obat adalah wesite Pelayanan

Informasi Obat Binfar Kemenkes dan medscape. Pengecekan dilakukan melalui internet.

14. Obat in patient dikembalikan jika terjadi alergi atau pasien meninggal dunia atau hal lain

dengan persetujuan dokter. Obat yang dikembalikan adalah berasal dari Instalasi Farmasi

dan masih dalam keadaan utuh atau belum terpakai.

15. Sebelum obat diserahkan dilakukan telaah obat oleh Apoteker atau tenaga teknis

kefarmasian yang meliputi : benar pasien dengan resep, benar obat dengan resep, benar

jumlah/dosis dengan resep, benar rute dengan resep, dan benar waktu dan frekuensi

pemberian pasien dengan resep, serta dilakukan pengecekan terhadap tanggal kadaluarsa

obat.

16. Pemberian obat untuk pasien rawat jalan diberikan langsung kepada pasien yang

bersangkutan. Obat diserahkan oleh Apoteker atau tenaga teknis kefarmasian yang terdaftar

sebagai pegawai di RS Dr. Tadjuddin Chalid Makassar, memiliki sertifikat kompetensi.

16
memiliki Surat Tanda Registrasi, serta memiliki Surat Izin Praktek. Penyerahan obat harus

disertai dengan informasi yang jelas sesuai kebutuhan.

17. Untuk pasien rawat inap dan pasien rawat IRD, obat diberikan oleh perawat sesuai

kompetensi dan kewenangannya. Sebelum obat diberikan dilakukan pemeriksaan oleh

perawat dengan memperhatikan 5 benar (benar pasien, benar obat, benar dosis, benar rute

pemberian, dan benar waktu pemberian). Perawat yang boleh memberikan obat adalah

mereka yang terdaftar sebagai pegawai di RS Dr. Tadjuddin Chalid Makassar, memiliki

sertifikat kompetensi. memiliki Surat Tanda Registrasi, memiliki Surat Izin Praktek dan

memiliki kewenangan klinis yang dibuktikan dengan SPK (Surat Penugasan Klinis) dan RKK

(Rincian Kewenangan Klinis). Pemberian obat oleh perawat hanya untuk 1 (satu) kali

pemberian (unit dose).

18. Obat yang dibawa oleh pasien rawat inap dari luar rumah sakit harus dilakukan rekonsiliasi

obat oleh farmasi. Formulir Rekonsiliasi Obat memuat nama obat, dosis, frekuensi, rute, obat

mulai diberikan, diganti, dilanjutkan atau dihentikan, riwayat alergi pasien serta efek samping

obat yang pernah terjadi. Formulir Rekonsiliasi Obat dicantumkan dalam status pasien.

M. PELAYANAN FARMASI KLINIK

1. Pemberian Informasi Obat diberikan kepada pasien, keluarga pasien, petugas kesehatan

lain, dan masyarakat melalui tanya jawab langsung, melalui telepon, surat, dan pembuatan

brosur, leaflet tentang obat.

2. Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan Apoteker secara

mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara

langsung, dan mengkaji masalah terkait obat, mamantau terapi obat dan Reaksi Obat yang

Tidak Dikehendaki, meningkatkan terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat

kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya.

17
3. Pemberian konseling obat dilakukan terhadap pasien yang menderita penyakit kronis, pasien

anak, pasien geriatri, pasien yang mendapat obat dengan penggunaan khusus, dan pasien

rujukan dari dokter.

4. Petugas farmasi melakukan visite ke ruang rawat inap dalam rangka pencapaian hasil terapi

obat dan meminimalkan kesalahan penggunaan obat (medication error).

5. Pemantauan terapi obat (PTO) adalah suatu proses kegiatan untuk memastikan terapi obat

yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. PTO bertujuan untuk meningkatkan efektivitas

terapi dan meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD). Pasien yang

mendapat PTO diseleksi berdasarkan kriteria pasien dan obat yang digunakan.

6. Seleksi PTO berdasarkan kriteria pasien meliputi : pasien multi penyakit/polifarmasi, pasien

gangguan fungsi organ terutama hati dan ginjal, pasien geriatrik dan pediatrik, pasien hamil

dan menyusui, serta pasien yang sedang dalam perawatan intensif.

7. Seleksi PTO berdasarkan kriteria obat meliputi : jenis obat dan kompleksitas regimen.

Berdasarkan jenis obat yaitu pasien yang mendapat obat yang berisiko tinggi, meliputi : obat

dengan indeks terapi sempit, obat yang bersifat nefrotoksik, antikoagulan, obat yang sering

menimbulkan ROTD, dan obat kardiovaskular. Berdasarkan kompleksitas regimen meliputi :

polifarmasi, variasi rute pemberian, variasi aturan pakai, dan cara pemberian khusus

(misalnya inhalasi).

8. Monitoring terhadap efek obat dilakukan bersama antara dokter, farmasi dan perawat.

9. Setiap adanya kecurigaan efek samping obat atau efek obat yang tidak diharapkan yang

terjadi selama pengobatan dilaporkan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Efek samping

obat dan efek obat yang tidak diharapkan pada pasien rawat inap dan pasien rawat jalan

yangh terjadi dicatat dalam rekam medis pasien dan dilaporkan dalam kurun waktu 2 x 24

jam sejak terjadinya efek samping dan efek obat yang tidak diharapkan terjadi. Laporan

diserahkan kepada Direktur Utama melalui Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS).

18
10. Efek samping obat dan efek obat yang tidak diharapkan yang dilaporkan adalah semua

reaksi efek obat yang terjadi dan reaksi efek samping yang dicurigai sebagai akibat interaksi

obat, misalnya anafilaktik, aritmia jantung, perforasi usus, diskrasia darah, perdarahan

lambung, edema laring, serangan epilepsy dan neuropati, kelainan congenital, efek toksik

pada hati, gagal ginjal, efek karsinogenik, Sindroma Steven Johson, dan semua efek fatal

lainnya.

11. Yang tergolong kejadian Sentinel akibat obat adalah kematian karena kesalahan pemberian

obat. Setiap kejadian sentinel akibat penggunaan obat dilaporkan dalam waktu selambat-

lambatnya 1 x 24 jam kepada Direktur Utama melalui Tim KPRS untuk dilakukan analisis

akar masalah (Root Cause Analysis, RCA) dalam kurun waktu 45 hari setelah kejadian.

12. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) atau Adverse events dilaporkan kepada tim KPRS untuk

penetapan grading berdasarkan dampak (consequences) dan probabilitas (likelihood).

Grading hijau dan biru dilakukan investigasi sederhana, grading merah dan kuning dilakukan

analisis akar masalah (RCA) untuk menentukan tindakan yang perlu dilakukan. Pelaporan

kejadian KTD selambat-lambatnya 2 x 24 jam setelah kejadian, dan dilaporkan ke Direktur

Utama melalui Tim KPRS.

13. Yang termasuk insiden kesalahan obat dan KNC adalah :

a. Kesalahan peresepan (prescription error) : tulisan tidak terbaca/tidak jelas, salah tulis

nama obat, bentuk sediaan, dosis, rute pemberian dan waktu pemberian

b. Kesalahan pengeluaran dan pengemasan obat (dispensing error) : salah menyiapkan

obat, salah tulis etiket/label obat, obat diberi tidak sesuai dengan stabilitasnya, obat

diberi lewat tanggal kadaluarsa

c. Kekosongan stok obat

14. Kesalahan obat dan KNC terkait penggunaan obat dilaporkan kepada Tim KPRS dalam

kurun waktu 2 x 24 jam untuk dilakukan penetapan grading berdasarkan dampak dan

probabilitas. Tim KPRS melaporkan kepada Direktur Utama melalui Direktur Pelayanan.

19
15. Informasi kesalahan obat dan KNC terkait penggunaan obat digunakan sebagai dasar untuk

perbaikan proses baik melalui redesign atau pembuatan FMEA.

N. MANAJEMEN MUTU

1. Instalasi Farmasi RS Dr. Tadjuddin Chalid Makassar berkewajiban melaksanakan program

pengendalian mutu pelayanan. Indikator mutu yang diukur adalah indikator waktu tunggu

obat jadi, kepatuhan terhadap penulisan resep sesuai fornas, persentase kejadian kesalahan

dispensing, penulisan resep yang tidak terbaca, serta ketepatan dan kepatuhan

penyimpanan dan pemberian label obat LASA.

2. Monitoring dan evaluasi mutu pelayanan dilakukan terhadap pelayanan secara prospektif,

konkuren, dan retrospektif.

3. Evaluasi mutu pelayanan dilakukan dengan cara audit (pengawasan), review (penilaian),

Survei dan observasi langsung.

DITETAPKAN : DI MAKASSAR
PADA TANGGAL : 3 Januari 2017
DIREKTUR UTAMA
RS Dr. TADJUDDIN CHALID MAKASSAR

dr. I Gusti Lanang Suartana Putra, MM, MARS


NIP.196401281990031002

20

Anda mungkin juga menyukai