Anda di halaman 1dari 46

STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI TAHU

KEMASAN DI KABUPATEN MOJOKERTO

MOKHAMMAD HASHFI CANDRAWARDANA

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Studi Kelayakan Pendirian


Industri Tahu Kemasan di Kabupaten Mojokerto adalah benar karya saya dengan
arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini pula saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2018

Mokhammad Hashfi Candrawardana


NIM F34140054
ABSTRAK
MOKHAMMAD HASHFI CANDRAWARDANA. Studi Kelayakan Pendirian
Industri Tahu Kemasan di Kabupaten Mojokerto. Dibimbing oleh SUKARDI.

Industri tahu di Kabupaten Mojokerto saat ini memiliki dua permasalahan


yaitu tingkat higienitas produk dan umur simpan yang relatif singkat. Kedua hal
tersebut dikarenakan keterbatasan keuangan. Oleh karena itu, Penelitian ini
bertujuan mengetahui kelayakan pendirian industri tahu dengan penambahan
kemasan dan penggunaan peralatan stainless steel di Kabupaten Mojokerto serta
membandingkan tingkat keuntungan pendirian industri tersebut. Metode yang
digunakan ialah metode deskriptif dengan melakukan studi kelayakan yang
meliputi analisa dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis,
aspek manajemen dan organisasi, aspek lingkungan, serta aspek finansial. Hasil
penelitian didapat bahwa industri tahu kemasan akan mendapatkan laba dengan
batas minimum penjualan 60% dari kapasitas produksi. Perhitungan analisis
finansial dilakukan dengan membandingkan 3 sumber modal antara lain : modal
sendiri, modal dari kerabat dan modal dari bank. Dari perhitungan analisis
finansial diperoleh bahwa modal sendiri lebih layak dan menguntungkan
dibandingkan dengan lainnya dengan NPV Rp. 9 183 201 000, IRR 33%, B/C
ratio 1.29, dan payback period selama 43 bulan.

Kata Kunci: industri tahu, modal, studi kelayakan, tahu kemasan,

ABSTRACT

MOKHAMMAD HASHFI CANDRAWARDANA. Feasibility Study of


Establishment of Tofu Packaging Industry in Mojokerto Regency. Supervised by
SUKARDI.

The tofu industry in Mojokerto Regency currently has two problems as


the level of product hygiene and shelf life is relatively short. Both of the problems
becaused low financial. This research aims to determine the feasibility of the
establishment of tofu industry with additional packaging and all of equipment
made from stainlees steel in Mojokerto regency , to compare the level profit level
of establishment of the industry. The methods are used is a descriptive method by
conducting feasibility study covering analysis from market and marketing aspect,
technical and technological aspect, management and organization aspect,
environmental aspect, and financial aspect. The results obtained that the tofu
industry will get a profit with a minimum sales limit of 60% of production
capacity. From the calculation of financial analysis is done by comparing with
three sources of capital, among other : own capital, capital from relatives and
capital from bank.Calculation of financial analysis obtained that own capital is
more feasible and profitable with the value NPV Rp. 9 183 201 000, IRR 33%,
B/C ratio 1.29, dan payback period for 43 months

Keywords: capital, feasible study, tofu industry, tofu packaging


STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI TAHU
KEMASAN DI KABUPATEN MOJOKERTO

MOKHAMMAD HASHFI CANDRAWARDANA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2018
Judul Skripsi : Studi Kelayakan Pendirian Industri Tahu Kemasan di Kabupaten
Mojokerto
Nama : Mokhammad Hashfi Candrawardana
NIM : F34140054

Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Sukardi, MM.


Pembimbing

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Suprihatin


Ketua Departemen

Tanggal Lulus:
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2018 ini ialah studi
kelayakan, dengan judul Analisis Kelayakan Pendirian Industri tahu Kemasan di
Kabupaten Mojokerto Berdasarkan Penanaman Modal Awal.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sukardi, MM. selaku pembimbing Akademik atas
perhatian serta bimbingannya.
2. Bapak Sungkono selaku anggota PRIMKOPTI Jakarta Selatan atas segala
informasi yang telah diberikan.
3. UD. Sumber Agung Mojokerto, dan UD. Winarto Gondo selaku industri
tahu di Kabupaten Mojokerto yang telah membantu selama pengumpulan
data.
4. Ungkapan terima kasih kepada ayah, ibu, keluarga serta seluruh kerabat,
atas segala doa dan kasih sayangnya.
5. Wahyu Nur Khalish yang telah memberikan berbagai informasi
bermanfaat selama pengolahan data.
6. Seluruh sahabat,teman, sanak dan kerabat yang tidak dapat disebutkan
satu-persatu.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2018

Mokhammad Hashfi Candrawardana


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODE 3
Waktu dan Tempat Penelitian 3
Jenis Data 3
Metode Pengolahan dan Analisis Data 3
HASIL DAN PEMBAHASAN 9
Analisis Pasar dan Pemasaran 9
Analisis Teknis dan Teknologis 11
Analisis Manajemen dan Organisasi 13
Analisis Lingkungan 14
Panduan Finansial 15
SIMPULAN DAN SARAN 21
Simpulan 21
Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 22
LAMPIRAN 24
RIWAYAT HIDUP 36
DAFTAR TABEL
1 Jumlah Penduduk Kabupaten Mojokerto 9
2 Produsen Tahu Kemasan yang Berkembang di Pasar 9
3 Total Produksi Kedelai Kab. Mojokerto 11
4 Kebutuhan tenaga Kerja dan Kualifikasinya 13
5 Biaya Alat dan Mesin 16
6 Biaya Perlengkapan 16
7 Total Biaya Investasi 17
8 Total Biaya Tetap 17
9 Total Biaya Variabel 18
10 Hasil Perhitungan Kriteria Kelayakan Investasi 19

DAFTAR GAMBAR
1 Diagram Alir Proses Analisis Pasar dan Pemasaran 4
2 Diagram Aliran Proses Analisis Teknis dan Teknologis 6
3 Diagram Alir Proses Manajemen dan Organisasi 6
4 Diagram Alir Proses Analisis Finansial 8
5 Struktur Organisasi Industri Tahu Kemasan 14

DAFTAR LAMPIRAN
1 Spesifikasi Mesin dan Peralatan 25
2 Neraca Massa Proses Produksi tahu Kemasan 26
3 Rincian Biaya Produksi 27
4 Proyeksi Laba Rugi 28
5 Rincian Aliran Kas 29
6 Kriteria Kelayakan Investasi 32
7 Arus Kas Modal Dari Kerabat Saat Industri Mengalami Kerugian 34
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tahu merupakan makanan tradisional masyarakat Indonesia sebagai


makanan sumber protein berupa padatan lunak yang terbuat dari proses
pengolahan kedelai (Glycine sp.). Tahu diproduksi dengan memanfaatkan
karakteristik protein yaitu menggumpal apabila bereaksi dengan asam.
Penggumpalan protein berlangsung cukup cepat dan merata pada sari kedelai,
kemudian sebagian besar air dikeluarkan dari gumpalan protein dengan
memberikan tekanan pada gumpalan tersebut. Gumpalan protein setelah
dikeluarkannya kadungan air itulah yang disebut dengan Tahu.
Kabupaten Mojokerto merupakan salah satu daerah yang berada di
wilayah Jawa Timur dan memiliki luas wilayah sebesar 969 360 Km2 dengan luas
lahan kedelai seluas 3 271 Ha (DISPERTA 2013). Sedangkan wilayah Jawa
Timur memiliki luas lahan kedelai sebesar 181 810 Ha (BPS 2015). Luasnya
ketersediaan lahan pertanian kedelai menunjukkan dekatnya jarak bahan baku
kedelai di wilayah Kabupaten Mojokerto. Oleh karena itu, wilayah tersebut
merupakan lokasi yang strategis untuk mendirikan industri tahu.
Menurut data yang diperoleh dari Wahyuningsih (2006) Tingkat konsumsi
tahu dan tempe di Indonesia pada tahun 2002–2015 mencapai 14.7
kg/kapita/tahun. Sedangkan tingkat konsumsi tahu sendiri mencapai 7.5
kg/kapita/tahun. Tingginya permintaan akan konsumsi tahu merupakan salah satu
faktor penting dalam mendirikan industri tahu. Namun sejauh ini industri tahu
didominasi oleh industri skala rumah tangga yang dihadapkan dengan
permasalahan keterbatasan dana sehingga berpengaruh kepada teknologi proses,
jumlah produksi, tingkat higenis yang rendah. Padahal Sistem pangan Indonesia,
tidak hanya dituntut untuk memberikan pasokan produk pangan dalam jumlah dan
gizi yang cukup (nutritionally adequate), tetapi juga aman (safe) (Hariyadi 1992).
Faktanya bebrapa industri tahu di Kabupaten Mojokerto menggunakan peralatan
yang belum memenuhi standar keamanan. Menurut Hariyadi (2014) bahwa
kebersihan peralatan dari mikrobiologi merupakan salah satu standar keamanan.
Selain itu permasalahan yang terdapat pada industri tahu di Kabupaten Mojokerto
saat ini ialah umur simpan tahu yang relatif rendah. Menurut Ihwani (2008)
mangatakan bahwa tahu yang dibiarkan pada udara terbuka hanya bertahan 10 jam
dan apabila dilakukan penyimpanan pada suhu rendah tahu mampu bertahan
selama 2 hari. Hal tersebut mengakibatkan produk tidak dapat mengjangkau pasar
luar.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan keamanan pangan wilayah
Kabupaten Mojokerto, diperlukan pendirian industri tahu skala kecil-menengah
dengan teknologi proses yang memadai serta adanya inovasi baru berupa kemasan
tahu agar umur simpan tahu lebih panjang. Pendirian industri tahu kemasan dari
kedelai ini memerlukan proses studi pendahuluan berupa studi kelayakan. Studi
kelayakan merupakan suatu analisis perencanaan yang sistematis yang menjadi
dasar pengambilan keputusan sebuah proyek. Analisis kelayakan juga ditinjau dari
sumber penanaman modal awal pendirian. Pada penelitian ini sumber penanaman
modal awal dibedakan menjadi 3, yaitu modal sendiri, modal dari kerabat dan
2

modal pinjaman dari bank. Berdasarkan hasil studi kelayakan proyek yang
bersangkutan nantinya dapat diketahui sumber modal mana yang lebih
menguntungkan atau lebih layak digunakan serta dapat diketahui apakah proyek
dapat direalisasikan, dibatalkan, atau dikaji ulang. Aspek studi kelayakan yang
diperlukan dalam pendirian industri ini terdiri dari aspek pasar dan pemasaran,
teknis dan teknologi, manajemen dan organisasi, lingkungan, serta analisis
finansial.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sumber modal terhadap


keuntungan proyek, serta mengkaji kelayakan pendirian industri tahu dari
tanaman kedelai (Glycine sp.) di Kabupaten Mojokerto berdasarkan aspek pasar
dan pemasaran, teknis dan teknologi, manajemen dan organisasi, lingkungan, dan
finansial.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dan acuan dalam


pendirian industri tahu di kabupaten Mojokerto, serta dapat memberikan hasil
yang menyatakan bahwa industri tahu tersebut layak, layak bersyarat, ataupun
tidak layak. Jika layak, maka pendirian tersebut dapat direalisasikan, jika layak
bersyarat maka industri tersebut harus memenuhi kondisi persyaratan, sedangkan
jika tidak layak maka industri tersebut tidak memungkinkan untuk direalisasikan.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini terdiri dari aspek-aspek yang mempengaruhi


pendirian industri tahu di lokasi terpilih, yaitu sebagai berikut :
1. Analisis aspek pasar dan pemasaran, meliputi analisis pasar, rencana
pemasaran, strategi pemasaran, dan bauran pemasaran.
2. Analisis aspek teknis dan teknologi, meliputi spesifikasi dan ketersediaan
bahan baku, kapasitas produksi, jenis teknologi dan neraca massa, mesin
dan peralatan yang digunakan, lokasi industri, dan tata letak pabrik.
3. Analisis aspek manajemen dan organisasi, meliputi penentuan struktur
organisasi, kebutuhan tenaga kerja baik itu manajerial maupun operasional,
serta deskripsi dan spesifikasi kerja.
4. Analisis aspek lingkungan, meliputi peraturan pemerintah terkait pendirian
industri, perizinan yang harus dipenuhi, dan analisis dampak lingkungan
akibat dari pendirian industri tahu di kabupaten Mojokerto.
5. Analisis aspek finansial, meliputi perkiraan jumlah biaya yang dibutuhkan,
perhitungan investasi, HPP, penentuan harga, laba-rugi industri. Selain itu
pada aspek finansial dilakukan perbandingan kelayakan finansial
berdasarkan sumber modal yang digunakan.
3

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini berlangsung dari bulan Februari - Mei 2018. Pengambilan


data dan pengamatan langsung di lapangan (survei) di wilayah kabupaten
Mojokerto, yang dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan bahwa
Kabupaten Mojokerto memiliki luas lahan pertanian kedelai yang cukup luas
namun industri tahu di wilayah tersebut masih memiliki industri tahu dengan
sanitasi yang minimum.

Jenis Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri data primer dan data sekunder :

1. Data primer didapatkan dari wawancara dan survei lapang. Wawancara


dilakukan kepada beberapa pelaku usaha tahu di Kabupaten Mojokerto.
Data primer yang dibutuhkan yaitu jenis dan harga bahan baku, harga jual
kedelai, harga jual tahu, sistem produksi tahu, serta sistem distribusi tahu
dan jenis konsumen.
2. Data sekunder yang dibutuhkan pada penelitian ini ialah perkembangan
penduduk Kabupaten Mojokerto, produksi kedelai di Kabupaten
Mojokerto, gambaran umum Kabupaten Mojokerto. Instansi yang terkait
dengan penelitian ini adalah Dinas pertanian.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif


digunakan karena dapat menggambarkan keadaan subjek atau objek dalam
penelitian secara aktual atau apa adanya. Pengolahan data dalam penelitian ini
dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan data kualitatif pada
penelitian ini adalah analisis aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan
teknologis, aspek manajemen dan organisasi, aspek lingkungan. Selain itu
pengolahan data kuantitatif yaitu analisis aspek finansial dengan beberapa kriteria
kelayakan investasi seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR),
B/C ratio, dan Payback Period (PP).

Studi Kelayakan
Studi kelayakan merupakan penelitian yang menyangkut berbagai aspek
baik dari aspek hukum, pasar dan pemasaran, teknis dan teknologis serta aspek
manajemen keuangan dimana semua aspek tersebut dijadikan landasan bisnis
dapat dikatakan layak atau tidak layak untuk didirikan (Umar 2003) Kata layak
atau tidaknya industri dapat dibedakan menjadi 2, yaitu berdasarkan orientasi laba
atau orientasi tidak pada laba (sosial) (Sulastri 2016). Menurut Subagyo (2008)
bahwa studi kelayakan ini bertujuan untuk meminimalisir dan mengendalikan
resiko kegagalan ataupun kerugian yang akan dialami nantinya.
Objek studi kelayakan dibedakan menjadi tiga jenis (Subagyo 2008) :
1. Pendirian, objek yang dikaji merupakan usaha baru yang akan didirikan.
4

2. Pengembangan, objek yang dikaji usahanya sudah berdiri namun


akan dilakukan pengembangan.
3. Merger atau akuisisi, objek merupakan usaha yang sudah berdiri dan
akan diambil alih oleh perusahaan lain.
Berdasarkan pengertian tersebut, objek penelitian ini merupakan pendirian
usaha baru yaitu industri tahu di Kabupaten Mojokerto dengan parameter
kelayakan berorientasi laba.

Analisis Pasar dan Pemasaran


Analisis pasar dan pemasaran diawali dengan pencarian data yang
dibutuhkan pada aspek pemasaran. Dari data yang didapatkan akan digunakan
untuk menganalisis beberapa aspek seperti analisis pesaing dan potensi pasar,
strategi pemasaran, dan bauran pemasaran. Strategi pemasaran dilakukan dengan
menggunakan analisis Segmenting, Targeting, dan Positioning (STP). Rismiati
dan Suratno (2001) mengatakan bahwa segmentasi pasar merupakan suatu proses
pengelompokkan konsumen ke dalam kotak-kotak yang lebih homogen sehingga
lebih efisien dan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Targeting merupakan
proses penentuan pasar dari hasil segmentasi yang telah dilakukan evaluasi
sebelumnya (Widjaya 2017). Positioning merupakan penempatan produk dan
bauran pemasaran agar tercipta kesan tertentu diingatan konsumen (Wijaya dan
Sirine 2016). Agar strategi pemasaran dapat berjalan dengan efektif maka
diperlukan bauran pemasaran yang meliputi Product, Price, Place, dan Promote
(4P). Langkah-langkah dalam analisis pasar dana pemasaran ini dapat dilihat pada
Gambar 1.

Mulai

Pencarian data permintaan tahu,


harga pesaing

Analisis pesaing dan potensi pasar

Strategi Pemasaran (Analisis STP)

Bauran Pemasaran (Analisis 4P)

Selesai

Gambar 1 Diagram Alir Proses Analisis Pasar dan Pemasaran


5

Analisis Teknis dan Teknologis


Analasis teknis dan teknologis meliputi beberapa hal yaitu kapasitas
produksi, ketersediaan bahan baku, penentuan lokasi, peralatan dan mesin
produksi. Langkah-langkah dalam analisis teknis dan teknologis dapat dilihat pada
Gambar 2.

a. Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi merupakan besaran maksimum output yang dapat
diproduksi dalam satuan waktu tertentu. Kapasitas produksi ditentukan oleh
kapasitas sumber daya yang dimiliki seperti kapasitas mesin, kapasitas tenaga
kerja,kapasitas bahan baku dan kapasitas modal (Yamit 2003). Beberapa faktor
yang diperhatikan dalam penentuan kapasitas produksi :
1. Kapasitas bahan baku, yaitu jumlah bahan baku yang dapat disediakan
dalam jumlah tertentu
2. Jam Tenaga Kerja, yaitu jumlah jam tenaga kerja normal yang disediakan
dan dipengaruhi oleh tenaga kerja dan jam kerja
3. Jam kerja mesin, yaitu jam kerja yang dapat dilakukan mesin secara
normal dalam melaksannakan kegitan produksi
4. Modal kerja,yaitu kemampuanpenyediaan dana dalam melaksanakan
proses produksi.

b. Ketersediaan Bahan Baku


Bahan baku merupakan salah satu faktor penting dalam pendirian sebuah
industri. Oleh karena itu, ketersediaan bahan baku menjadi faktor kritis untuk
menjamin kelancaran proses produksi. Beberapa faktor yang mempengaruhi
ketersediaan bahan baku adalah :
1. Perkiraan pemakaian bahan baku sebelum perusahaan melakukan
pembelian bahan baku.
2. Harga bahan baku yang akan digunakan dalam proses produksi.
3. Biaya persedian yang meliputi biaya biaya penyimpanan, biaya kemasan,
dan biaya tetap persedian.
4. Kebijakan pelaksanaan pembelanjaan bahan baku yang dilakukan
perusahaan.

c. Penentuan Lokasi Industri


Menurut Djojodipura (1992) keberadaan lokasi industri berdampak pada
ekonomi dan lingkungan. Terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam penentuan lokasi industri diantaranya adalah jarak bahan baku, pasar, biaya
transportasi, tenaga kerja, sumber energi/listrik, kondisi air.

d. Pemilihan Mesin dan Peralatan Produksi


Mesin dan peralatan merupakan fasilitas utama yang ada di dalam industri.
Untuk melakukan pembelian mesin dan peralatan, harus dipertimbangkan secara
ekonomis serta disesuaikan dengan jumlah produk yang dihasilkan. Beberapa
faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan mesin dan peralatan industri ialah
kapasitas mesin, ketersediaan peralatan pelengkap yang diperlukan, keamanan,
penggunaan dan pemeliharaan.
6
Mulai

Pencarian data ketersediaan bahan baku

Penentuan teknologi proses, kapasitas produksi, peralatan

Penentuan neraca massa

Penentuan tata letak dan kebutuhan luas ruangan

Selesai

Gambar 2 Diagram alir proses analisis teknis dan teknologis

Analisis Manajemen dan Organisasi


Analisis terhadap aspek manajemen dan organisasi meliputi penentuan
kebutuhan tenaga kerja, struktur organisasi, serta deskripsi pekerjaan. Tenaga
kerja merupakan salah satu faktor utama sebuah industri namun akan menjadi
cost apabila jumlah tenaga kerja berlebihan. Oleh karena itu penentuan tenaga
kerja dapat dikategorikan menjadi tenaga kerja langsung dan tak langsung.
Setelah dilakukan penentuan jumlah tenaga kerja beserta spesifikasi tenaga
kerja maka diperlukan struktur organisasi perusahaan. Struktur organisasi
merupaan hubungan antara bagian dan posisi dalam berorganisasi. Struktur
organisasi bertujuan untuk menjelaskan pembagian aktivitas kerja serta
memperlihatkan fungsi, aktivitas, dan batas-batas setiap pekerja.
Mulai

Penentuan jumlah tenaga kerja

Penentuan struktur organisasi

Penentuan deskripsi pekerjaan

Selesai

Gambar 3 Diagram Alir Proses Manajemen dan Organisasi


7

Analisis Lingkungan
Analisis lingkungan meliputi kajian terhadap keadaan lingkungan yang
menunjang pendirian industri terutama dalam hal sumber daya seperti air, energi,
manusia, dan dampak terhadap lingkungan. Pengaruh lingkungan yang dianalisis
dalam penelitian ini yaitu pengaruh limbah yang dihasilkan serta proses
pengolahan yang dapat dilakukan untuk meminimalisir limbah.

Analisis Finansial
Analisis finansial bertujuan untuk menilai kebutuhan biaya dalam pendirian
industri baik itu biaya investasi maupun biaya produksi. Pada analisis finansial ini
diawali dengan pencarian data mengenai harga peralatan dan setiap kebutuhan
produksi. Kriteria-kriteria yang digunakan untuk melihat kelayakan industri secara
finansial terdiri dari Payback Period, Net Present Value (NPV),B/C ratio dan
Internal Rate Return (IRR). Analisis finansial dilakukan pada 3 jenis sumber
modal antara lain modal sendiri, modal dari kerabat, dan modal dari bank.
Langkah-langkah dalam analisis finansial dapat dilihat pada Gambar 4.
a. Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) merupakan suatu teknik capital budgeting.
Teknik ini didasarkan atas konsep diskonto dari hasil total benefit dikurangi
dengan cost selama umur proyek ke nilai sekarang (Fredrik et al. 2013). Dalam
investasi proyek akan dikatakan layak apabila NPV bernilai positif dan begitu
sebaliknya. Bentuk persamaan NPV secara sistematis sebagai berikut :
NPV = PVB – PVC

Dimana : NPV = Net Present Value


PVB = Present Value Benefit
PVC = Present value Cost
Atau
𝑛
𝐴𝑡
𝑁𝑃𝑉 = ∑ (1+𝑖)𝑡
𝑡=0
Dengan : i = Discount rate yang digunakan
At= Arus kas tahunan setelah pajak dalam periode tahunan t
t = Jumlah tahun analisa
n = Periode yang terakhir dari arus kas yang diharapkan
Kriteria penilaian NPV adalah :
1. Jika NPV > 0, maka usaha layak untuk dilaksanakan
2. Jika NPV < 0, maka usaha tidak layak untuk dilaksanakan
3. Jika NPV = 0, maka usaha tidak rugi dan tidak untung.

b. Internal Rate Return (IRR)


Internal rate return (IRR) merupakan tingkat keuntungan yang digambarkan
sebagai suku bunga diskon yang sama dengan arus kas saat ini dari arus kas masa
depan (Kriswanto 2011). Bentuk persamaan IRR secara sistematis sebagai
berikut:
𝑛 𝑛
𝐵𝑡 𝐶𝑡
IRR = ∑ 𝑛 =∑
(1 + 𝑖) (1 + 𝑖)𝑛
𝑡=0 𝑡=0
Dengan : i = Discount rate yang digunakan
8

Bt= Jumlah benefit dalam periode tahunan t


Ct= Jumlah cost dalam periode tahunan t
t = Jumlah tahun analisa
n = Periode yang terakhir dari arus kas yang diharapkan
Kriteria penilaian IRR adalah :
1. Jika IRR lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat suku bunga
pengembalian investasi (discount rate), maka proyek investasi layak; dan
2. Jika IRR lebih rendah dibandingkan dengan tingkat suku bunga
pengembalian investasi (discount rate), maka proyek investasi tidak layak.

c. Gross B/C ratio


Gross B/C ratio adalah perbandingan antara jumlah PV benefit dengan
jumlah PV cost. PV benefit sebagai pembilang dan PV cost sebagai penyebut.
Bentuk persamaan secara sistematis sebagai berikut:
𝐵𝑡
∑𝑛𝑡=0 𝑛
(1+𝑖)
𝐺𝑟𝑜𝑠𝑠 𝐵⁄𝐶 𝑟𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝐶𝑡
∑𝑛𝑡=0 𝑛
(1+𝑖)
Dengan : i = Discount rate yang digunakan
Bt= Jumlah benefit dalam periode tahunan t
Ct= Jumlah cost dalam periode tahunan t
t = Jumlah tahun analisa
n = Periode yang terakhir dari arus kas yang diharapkan
Kriteria penilaian Gross B/C adalah :
1. Jika Gross B/C > 1, maka proyek layak untuk dilaksanakan; dan
2. Jika Gross B/C < 1, maka proyek tidak layak untuk dilaksanakan.

d. Payback Period (PP)


Payback period (PP) merupakan jangka waktu atau periode yang diperlukan
untuk mengembalikan total investasi, dihitung dari aliran kas bersih (Yasuha dan
Saifi 2017). Secara sistematis dapat ditulis sebagai berikut :
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖
𝑃𝑃 =
𝐴𝑙𝑖𝑟𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑠 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

Mulai

Penentuan Harga Pokok dan Jual


Produk

Penentuan PP, NPV, IRR, B/C ratio

Perbandingan Hasil analisis finansial


berdasarkan modal

Selesai

Gambar 4 Diagram Alir Proses Analisis Finansial


9

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Pasar dan Pemasaran

Potensi Pasar
Tahu merupakan makanan tradisional masyarakat Indoensia sebagai
makanan sumber protein berupa padatan lunak yang terbuat dari proses
pengolahan kedelai (Glycine sp.) dengan cara pengendapan protein. Menurut data
yang diperoleh dari Sri Wahyuningsih (2006) Tingkat konsumsi tahu dan tempe di
Indonesia pada tahun 2002–2015 mencapai 14.7 kg/kapita/tahun dan konsumsi
tahu sendiri mencapai 7.3 kg/kapita/tahun. Berdasarkan data dari Dinas
kependudukan dan Catatan Sipil (2017) menunjukkan bahwa adanya peningkatan
jumlah penduduk dalam 3 tahun terakhir. Jumlah penduduk Kabupaten Mojokerto
pada tahun 2017 mencapai 1.1 juta jiwa. Sehingga dapat diperkirakan potensi
pasar produk tahu juga terus meningkat. Peningkatan jumlah penduduk dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Jumlah Penduduk Kabupaten Mojokerto
Tahun Pria Wanita Total (jiwa)
2017 573 415 564 847 1 138 262
2016 562 684 554 720 1 117 404
2015 555 736 548 786 1 104 522

Tahu bersifat mudah rusak pada kondisi normal (suhu kamar) daya
tahannya rata-rata sekitar 1–2 hari saja. Setelah lebih dari batas tersebut sifat fisik
tahu akan berubah seperti rasanya menjadi asam dan terjadi penyimpangan warna,
aroma, dan tekstur sehingga tidak layak untuk dikonsumsi. Hal ini disebabkan
oleh kadar air dan protein tahu relatif tinggi, masing-masing 86% dan 8–12%.
Tahu mengandung lemak 4.8 persen dan karbohidrat 1.6 persen. Dengan
komposisi nutrisi tersebut, tahu merupakan media yang cocok untuk pertumbuhan
mikroorganisme pembusuk, terutama bakteri (Koswara 1992). Adanya kemasan
pada produk tahu mampu menjaga produk agar tidak mudah terkontaminasi oleh
berbgai jenis mikroorganisme terutama mikroorganisme pembusuk. Saat ini ada 2
jenis tahu kemasan yang banyak berkembang di pasar dengan jenis kemasanyang
sama. Kedua jenis tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Produsen Tahu Kemasan yang Berkembang di Pasar


Nama Berat (gr) Harga (Rp./pcs) Bahan Baku Gambar
Tahu 300 7 000 Kedelai
Sakura

Tahu Yun- 560 14 700 Kedelai


Yi
10

Strategi Pemasaran
strategi pemasaran merupakan langkah atau cara yang harus dilakukan oleh
perusahaan dalam menukarkan produknya kepada pelanggan dengan menerima
nilai atas produk tersebut dalam bentuk harga yang harus diperoleh perusahaan
(Kotler 2000). Menurut Kotler dan Keller (2009) semua strategi pemasaran dibuat
berdasarkan konsep STP (Segmenting, Targeting, Positioning). Ketiga hal
tersebut merupakan konsep yang saling berkaitan dan memiliki tahapan-tahapan
tertentu.
Segmentasi pasar (segmenting) adalah proses menempatkan konsumen
dalam subkelompok di pasar-produk, sehingga para pembeli memiliki tanggapan
yang hampir sama dengan strategi pemasaran dalam penentuan posisi perusahaan.
Segmentasi mengidentifikasikan kelompok konsumen dalam pasar-produk, di
mana setiap segmen terdiri dari pembeli dengan preferensi produk yang hampir
sama. Setiap segmen merupakan pasar sasaran organisasi untuk bersaing di pasar
(Hendro 2011). Berdasarkan tingkat konsumsi tahu yang tinggi menunjukkan
bahwa tahu merupakan makanan yang digemari oleh semua kalangan baik
kalangan bawah hingga kalangan atas. Menu olahan makanan dari tahu pun makin
bervariasi oleh karena itu segmentasi dari produk ini ialah seluruh masayarakat di
indonesia terutama masyarakat Kabupaten Mojokerto.
Penentuan pasar sasaran (targeting) merupakan proses pengevaluasian dan
pemilihan setiap segmen yang akan dilayani oleh perusahaan. Perusahaan dapat
saja menetapkan satu, sedikit, atau beberapa dari segmen pasar yang telah
dilakukan. Target dari produk ini terbagi menjadi dua yaitu ibu rumah tangga dan
business to business. Klasifikasi ibu rumah tangga yang dimaksud lebih
ditekankan pada ibu rumah tangga yang bekerja (wanita karir), hal ini dikarenakan
keunggulan produk yang bersifat praktis. Pada strategi pemasaran business to
business yang menjadi target utama ialah hotel dan rumah sakit yang ada disekitar
kabupaten mojokerto. Berdasarkan data pada Mojokerto dalam angka (2017)
menunjukkan bahwa terdapat 27 rumah sakit dan puskesmas rawat inap serta total
terdapat 97 penginapan/hotel di Kabupaten Mojokerto.
Strategi penentuan posisi (positioning) merupakan kombinasi kegiatan
pemasaran yang dilakukan manajemen untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
setiap pasar sasaran. Oleh karena itu setiap industri harus memiliki keunggulan
produk agar dapat bersaing dengan produk lain. Keunggulan tersebut yang akan
menciptakan posisi (positioning) yang berbeda pada produk tersebut di pasaran.
Konsep positioning yang akan diterapkan pada produk ini yaitu menciptakan tahu
dalam kemasan dengan proses pembuatan yang aman bagi bahan pangan.
Keunggulan dari produk ini yaitu memiliki daya simpan yang lebih lama serta
jaminan mutu baik.

Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran atau lebih dikenal dengan sebutan marketing mix
merupakan suatu alat pemasaran yang dapat dikendalikan untuk mencapai target
pasar yang dituju. Bauran pemasaran ini terdiri dari empat variabel (4P) yaitu
Product, Price, Promotion, dan Place.
Menurut Kotler (2000) produk merupakan sesuatu yang dapat ditawarkan
ke pasar untuk mendapatkan perhatian untuk dibeli, untuk digunakan atau
dikonsumsi yang dapat memenuhi kinginan dan kebutuhan. Produk yang akan
11

diproduksi yaitu produk tahu putih kemasan dengan berat sebesar 300 gr/pcs dan
dikemasan dengan menggunakan plastik mika di bagian bawah dan plastik HDPE
bening pada bagian atas dimana wadah dan tutup direkatkan dengan sealer.
Kemasan berfungsi wadah untuk melindungi produk dari fisik, kimia, dan biologis
sehingga dapat memperpanjang umur simpan produk (Klimchuk 2006). Dengan
adanya kemasan produk tidak hanya dapat dipasarkan melalui pasar tradisional
namun juga dapat dipasarkan di pasar modern atau minimarket. Hal tersebut
disesuaikan dengan segmen pasar yang diharapkan yaitu masyarakat menengah
atas.
Menurut Saiman (2011) harga adalah sejumlah nilai yang harus dibayar
oleh konsumen untuk membeli atau menikmati barang atau jasa yang ditawarkan.
Penentuan strategi harga sangat penting untuk diperhatikan mengingat harga
produk merupakan salah satu penyebab laku atau tidaknya produk yang
ditawarkan. Penetapan harga produk tahu dipengaruhi oleh 2 hal yaitu harga
Pokok Produksi (HPP) dan harga pesaing. Berdasarkan perhitungan, harga pokok
produksi tahu kemasan adalah Rp 2 400/pcs. Harga tahu kemasan pesaing di
pasaran berkisar antara Rp 7 000–15 000/pcs dengan bahan baku yang berbeda.
Penentuan harga tahu kemasan berdasarkan harga pesaing. Harga tersebut
ditetapkan untuk mengantisipasi kenaikan harga produk ketika masuk ke
minimarket.
Publikasi produk tahu putih kemasan dapat dilakukan dengan cara
pendirian retail di minimarket serta pemberian diskon hal ini dilakukan untuk
menarik perhatian konsumen sehingga konsumen lebih cepat mengenal produk
tahu kemasan ini. Selain itu menawarkan secara personal kepada rumah sakit dan
hotel sekitar, Produk tahu putih kemasan ini masih belum diketahui oleh
masyarakat.
Sistem distribusi tahu ini menggunakan 2 sistem yaitu sistem langsung dan
tak langsung. Sistem distribusi langsung merupakan sistem yang paling pendek
yaitu dari produsen langsung didistribusikan ke konsumen. Sistem distribusi tak
langsung merupakan sistem pemasaran melalui pedagang atau toko/retailer
sebelum didistribusikan ke konsumen.

Analisis Teknis dan teknologis

Ketersediaan Bahan Baku


Industri tahu kemasan didirikan di Kecamatan Gedeg, Kabupaten
Mojokerto. Bahan baku dasar yang digunakan pada industri ini adalah kedelai
yang didapatkan dari berbagai petani kedelai yang berada di kawasan Kabupaten
Mojokerto terutama Kecamatan Gedeg. Berdasarkan data dari BPS (2016) jumlah
produksi kedelai di Kabupaten Mojokerto sejumlah 4.439 ton/tahun. Kecamatan
Gedeg dalam setahun memiliki total produksi mencapai 163 ton/tahun. Total
produksi kedelai Kabupaten Mojokerto dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Total Produksi Kedelai Kab. Mojokerto
Tahun Produksi (ton)
2016 2 659
2015 4 782
2014 4 263
2013 4.439
12

Jika diasumsikan dalam satu tahun terdapat 312 hari kerja, maka maksimal
produksi tahu per hari sebanyak 360 kg/hari. Jumlah tersebut cukup untuk suplai
bahan baku tahu kemasan.

Penentuan Lokasi Pabrik


Penentuan lokasi pabrik merupakan strategi yang penting dalam pendirian
industri. Salah satu kunci keberhasilan pada sistem industri adalah prosses
konversi input menjadi output serta perpindahan produk dari produsen ke
pelanggan. Oleh karena itu, lokasi pendirian industri sangat menentukan
kesuksesan sebuah produk dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Pemilihan lokasi industri setidaknya mempertimbangkan dua hal yaitu sumber
bahan baku dan pasar yang dituju. Pertimbangan berdasarkan bahan baku
dilakukan jika bahan baku bersifat mudah rusak dan kamba. Pertimbangan dekat
dengan pasar dilakukan apabila karakteristik produk mudah rusak atau bahan baku
yang digunakan tahan lama dan intensitas pembeliannya kecil.
Pada pemilihan lokasi industri tahu kemasan mengedapankan lokasi
industri yang dekat dengan pasar. Lokasi pabrik yang dipilih ialah Kecamatan
Gedeg, Kabupaten Mojokerto. Pemilihan lokasi tersebut dikarenakan sumber
bahan baku yang tersebar merata diseluruh kecamatan Kabupaten Mojokerto,
serta sifat bahan baku yang tidak mudah rusak. Selain itu letak Kecamatan Gedeg
cukup strategis dikarenakan lokasi tersebut dekat berbagai kota seperti Surabaya,
Sidoarjo, Gresik, Lamongan dan kota Mojokerto. Sehingga produk tahu kemasan
sendiri dapat didistribusikan dengan cepat ke berbagai kota yang berada di sekitar
Kecamatan Gedeg.

Mesin dan peralatan Produksi


Proses produksi pengolahan kedelai menjadi tahu kemasan membutuhkan
mesin dan peralatan. Jenis serta psesifikasi masing-masing mesin dan peralatan
dapa dilihat pada Lampiran 1.
1. Grinder
Grinder merupakan alat yang berfungsi untuk memperkecil ukuran
kedelai. Kapasitas grinder sebesar 30kg kedelai dengan kecepatan maksimal
rotor 4 500 r/menit.
2. Packaging Sealer
Packaging sealer merupakan alat utama yang digunakan dalam
pembuatan tahu kemasan. Alat ini berfungsi untuk menyatukan bagian
tutup dan wadah kemasan tahu. Pemberian kemasan ini bertujuan untuk
menjaga tahu dari masuknya bakteri dari lingkungan.
3. Boiler air
Boiler air merupakan alat penunjang untuk pemasakan tahu, alat ini
berfungsi untuk memberikan uap panas saat pemasakan. Suhu uap panas
yang dihasilkan boiler sebesar 95oC selama kurang lebih 1 jam.

Teknologi Proses Produksi


Proses produksi tahu kemasan diawali dengan proses pencucian, pencucian
dilakukan untuk menghilangkan kotoran sehingga dapat memperbaiki kualitas
tahu. Setelah itu dilakukan proses perendaman selama 3-5 jam dan dilanjutan
dengan penggilingan kedelai menjadi bubur kedelai. Setelah menjadi bubur,
13

kedelai dipindahkan ke wadah logam dengan penambahan air untuk dilakukan


pemasakan. Penambahan air pada proses ini bertujuan untuk mengikat protein
yang terdapat pada kedelai, dan proses pemasakan bertujuan untuk membantu
mempercepat protein keluar dari kedelai. Sari kedelai yang diperoleh kemudian
disaring untuk memisahkan limbah padat dari kedelai, dan sari kedelai dicampur
dengan asam sehingga protein akan menggumpal. Penggumpalan protein inilah
yang disebut dengan tahu. Setelah dilakukan penggumpalan makan dilakukan
pencetakan tahu yang berbutujuan untuk membentuk tahu sesuai ukuran dan
bentuk yang diinginkan. Selain itu pencetakan juga bertujuan mengeluarkan air
yang terdapat didalam tahu. Setelah tahu telah dibentuk sesuai ukuran yaitu 9x5x5
cm, tahu dikemas menggunakan alat pengemasan. Diagram alir dan neraca massa
proses produksi tahu kemasan disajikan pada Lampiran 2.

Perencanaan Kapasitas Produksi


Penentuan kapasitas produksi dapat dilihat dari tiga aspek yaitu
kemampuan pasar menyerap produk, kemampuan teknis industri, dan ketersediaan
bahan baku yang ada. Berdasarkan ketiga aspek tersebut penentuan kapasitas
produksi tahu kemasan dapat ditentukan dari ketersediaan bahan baku yang ada.
Jika dilihat dari lokasi industri bahan baku yang tersedia dalam setahun sejumlah
163 ton setara dengan 163 580 kg/tahun. Sehingga dalam sehari kapasitas
produksi tahu kemasan sebesar 524 kg/hari hasil tersebut setara dengan 8 lini
dalam satu industri dan sehari dilakukan 4 batch produksi. Namun dikarenakan
jumlah panen kedelai setiap tahunnya berbeda dan tidak pasti oleh karena itu
hanya diberlalukan 6 lini produksi dengn jumlah batch per hari sebanyak 4 kali,
dengan begitu total bahan baku yang digunakan sebanyak 360 kg/hari atau
mencapai 112 320 kg/tahun.

Analisis Manajemen dan Organisasi

Kebutuhan Tenaga Kerja

Kebutuhan tenaga kerja di industri ini dapat dibeddakan menjadi dua yaitu
tenaga kerja langsung dan tak langsung. Tenaga kerja langsung yaitu tenaga kerja
yang berhubungan langsung dengan proses produksi. Tenaga kerja tak langsung
sifatnya tidak bergantung dengan proses produksi. Tenaga kerja akan dibedakan
berdasarkan kualifikasi tertentu sesuai dengan pekerjaannya. Kualifikasi pekerja
akan dibedakan berdasarkan tingkat penddikannya yaitu lulusan SMP, SMA, dan
S1. Pendidikan SMP akan berfungsi untuk pekerjaan sederhana. Pendidikan SMA
berfungsi sebagai pekerja langsung pada bagian produksi. Pendidikan minimum
S1 bertugas sebagai pekerja tak langsung dan bisa juga sebagai pengawas ataupun
perencanaan. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam industri tahu kemasan
sebanyak 10 orang. Kebutuhan tenaga kerja beserta kualifikasinya disajikan pada
Tabel 4.
Tabel 4 Kebutuhan tenaga kerja beserta kualifikasinya
No. Jabatan Kualifikasi Jumlah(orang)
1 Kepala pabrik S1 Tek. Industri 1
2 Operator SMA sederajat 8
3 Sopir SMP sederajat 1
14

Struktur Organisasi
Struktur organisasi dibuat bertujuan untuk memperjelas fungsi pekerjaan
dan tanggung jawa kegiatan yang akan dibebankan kepad setiap pekerja. Menurut
Robbins dan Coulter dalam Tatik dan Ahmad (2013) menjelaskan bahwa Struktur
organisasi dapat diartikan sebagai kerangka kerja formal organisasi yang nantinya
kerangka tersebut sebagai panduan pembagian,pengelompokkan dan
mengkoordinasikan pekerjaan. Menurut Siswanto (2005) Struktur organisasi
menspesifikasikan pembagian kerja serta memberikan fungsi/aktivitas yang
beraneka ragam namun tetap terhubung sampai batas tertentu. Dari uraian tersebut,
maka struktur organisasi berfungsi untuk menggerakan aktivitas atau kegiatan
secara efisien dalam mewujudkan tujuan organisasi. Berikut merupaka struktur
organiasi industri tahu kemasan yang dipimpin oleh kepala pabrik dapat dilihat
pada Gambar 5.

Kepala Pabrik

Sopir Operator

Gambar 5 Struktur Organisasi Industri Tahu Kemasan


Deskripsi Pekerjaan
1. Kepala Pabrik
Kepala pabrik merupakan pemimpin tertinggi dalam perusahaan.
Tugas dari seorang kepala pabrik meliputi kegiatan penyusunan
kebijaksanaan perusahaan, mengatur keuangan, pengadaan kerjasama dengan
pihak luar perusahaan, serta perencanaan dan pengawasan setiap personalia
yang bekerja di perusahaan. Selain itu kepala pabrik juga memiliki fungsi
operasional yaitu melakukan kontrol terhadap proses produksi.
2. Operator
Operator merupakan tenaga kerja langsung yang bertugas
melaksanakan produksi pembuatan tahu kemasan.
3. Sopir
Sopir bertugas dalam distribusi produk ke berbagai pasar yang tersebar
di wilayah Kabupaten Mojokerto.

Analisis Lingkungan

Aspek Lingkungan
Industri tahu kemasan menghasilkan dua jenis limbah yaitu limbah cair dan
limbah padat. Limbah cair berupa hasil samping dari proses pencucian kedelai dan
proses pencetakan tahu. Limbah cair tahu bersifat asam karena efek dari campuran
biang (pH 4) yang diberikan saat proses penggumpalan protein. Berdasarkan hasil
pengamatan lapang industri tahu di kabupaten mojokerto bahwa limbah cair
dilakukan penyaringan dan dialirkan di sungai, cara pengolahan ini tidak terdapat
pengaruh yang signifikan dari lingkungan sekitar industri.
15

Limbah padat tahu dihasilkan dari proses penyaringan yang berupa ampas
kedelai. Jumlah limbah padat yang dihasilkan dari satu kali produksi tahu
sebanyak 30 kg limbah. Bedasarkan hasil pengamatan lapang, limbah padat tahu
dapat dimanfaat sebagai pakan ternak. Oleh karena itu limbah padat tahu dapat
dijual ke peternak sekitar dengan harga Rp. 3 000/kg ampas kedelai. Selain
bermanfaat bagi sekitar, limbah padat juga dapat memberikan pemasukan bagi
perusahaan.

Analisis Finansial

Analisis finansial bertujuan untuk menentukan perhitungan biaya dan


manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan pengeluaran dan pendapatan.
Selain itu, analisis finansial dilakukan untuk membandingkan manfaat yang
didapat dari berbagai sumber modal yang berbeda. Untuk menentukan perkiraan
biaya diperlukan beberapa asumsi yang dijadikan sebagai dasar perhitungan.
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam perhitungan analisis finansial ialah :
1. Harga-harga yang digunakan berdasarkan tingkat harga pada bulan januari-
mei 2018;
2. Analisis finansial dilakukan selama 10 tahun;
3. Jumlah hari kerja dalam 1 tahun sebanding dengan 312 hari;
4. Discount factor sebesar 12%
5. Pajak pertambahan nilai (PPn) sebesar 10%
6. Kapasitas produksi pada tahun pertama dimulai dari 60%, 70%, 80%, 90%,
pada tahun kelima dan setertusnya 100%
7. Modal kerja ditentukan untuk kebutuhan 3 bulan
Biaya Investasi
Biaya investasi pendirian industri tahu kemasan terdiri dari biaya tanah
dan bangunan, biaya alat dan mesin, biaya perlengkapan, biaya instalasi mesin
dan alat, biaya transportasi, dan biaya kontingensi.
1. Biaya tanah dan bangunan
Luas tanah yang dibutuhkan untuk pendirian industri tahu kemasan seluas
900m2 dengan luas bangunan dan lahan parkir masing-masing 516 m2 dan 384 m2.
Biaya estimasi tanah di kabupaten mojokerto sebesar Rp. 750 000/m2. Sedangkan
biaya estimasi bangunan Rp. 2 000 000/m2 dan estimasi biaya lahan parkir Rp.
35000/m2. Sehingga total biaya yang dibutuhkan untuk tanah dan bangunan
industri tahu kemasan sebesar Rp. 1 720 440 000.
2. Biaya alat dan mesin
Biaya alat dan mesin merupakan biaya yang dikeluarkan untuk pembelian
peralatan dan mesin untuk produksi tahu kemasan. Alat dan mesin yang
digunakan pada produksi tahu kemasan berbahan stainless steel. Penggunaan
bahan stainless steel ini disesuaikan dengan spesifikasi alat berdasarkan BPOM
(2002) yaitu peralatan produksi industri rumah tangga terbuat dari bahan yang
kuat, tidak berkarat, dan mudah dibersihkan. Berikut total pembelian alat dan
mesin industri tahu kemasan ditunjukkan pada Tabel 5.
16

Tabel 5 Biaya Alat dan Mesin


No. Jenis Jumlah Harga (ribuan Total Harga
rupiah) (ribuan rupiah)
1 Panci pemasakan (300L) 6 3 700 22 200
2 Panci Koagulan (300L) 6 3 700 22 200
3 Mobil 1 121 750 121 750
4 Centong 6 50 300
5 tabung gas (12 kg) 4 100 400
6 Wadah Pencetak 8 300 14 400
7 Kain Cetak 8 10 480
8 bak Air (250L) 6 3 000 18 000
9 Bak Asam 6 3 000 18 000
10 Cutter 6 300 1 800
11 Boiler Gas 1 35 000 35 000
12 Bak air Pencucian 2 5 000 10 000
13 grinder 1 10 000 10 000
14 mesin packaging 1 53 500 53 500
15 krat 0 78 6 240
16 meja produksi 6 1 800 10 800
17 wadah pencucian
2 250 3 000
kedelai
18 bak penampung grinder 6 800 4 800
19 meja produk 1 3 000 3 000
20 pompa 1 2 000 2 000
TOTAL 357 870

3. Biaya perlengkapan
Biaya perlengkapan merupakan biaya investasi yang berhubungan dengan
kebutuhan kantor dan tidak berpengaruh terhadap produksi. Berikut total
pembelian perlengkapan industri tahu kemsan ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6 Biaya Perlengkapan


No Jenis Jumlah Harga (ribuan Total Harga (ribuan
rupiah) rupiah)
1 Komputer 1 6 872 6 872
2 Printer 1 465 465
3 Meja 3 225 675
4 Kursi 5 165 825
TOTAL 8 837

4. Biaya instalasi alat dan mesin


Biaya instalasi alat dan mesin terdiri dari biaya material serta pemasangan
alat dan mesin. Biaya instalasi alat dan mesin diasumsikan sebesar 2% dari harga
alat dan mesin. Biaya instalasi alat dan mesin yang dibutuhkan Rp. 7 157 000.
5. Biaya transportasi
Biaya transportasi merupaka biaya yang dikeluarkan untuk pembelian
mobil yang digunakan untuk distribusi produk. Mobil yang digunakan yaitu mobil
box dengan harga Rp. 121 750 000.
17

6. Biaya kontingensi
Biaya kontingensi merupakan anggaran biaya untuk kejadian tak terduga
contohnya seperti kesalahan estimasi biaya atau bencana alam. Menurut Hakiki
(2011) biaya kontingensi diasumsikan sebesar 10% dari total biaya alat dan mesin.
Total biaya kontingensi sebesar Rp. 35 787 000.
Total biaya investasi industri tahu kemasan sebesar Rp. 2 251 841 000
Total biaya investasi dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Total Biaya Investasi


No. Jenis Total harga (ribuan rupiah)
1 Biaya tanah dan bangunan 1 720 440
2 Biaya alat dan mesin 357 870
3 Biaya perlengkapan 8 837
4 Biaya instalasi alat dan mesin 7 157
5 Biaya transportasi 121 750
6 Biaya kontingensi 35 787
TOTAL 2 251 841

Prakiraan Biaya Produksi


Prakiraan biaya produksi merupakan biaya yang dibutuhkan saat produksi
berlangsung, biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap
terdiri dari gaji pegawai, asuransi, biaya penyusutan, dan biaya pemeliharaan.
Sedangkan biaya variabel terdiri dari biaya bahan baku, biaya kemasan dan biaya
bahan bakar. Total biaya produksi Rp. 4 359 325 000/tahun.

A. Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang tidak dipengaruhi oleh jumlah atau
volume produksi. Biaya tetap akan bernilai sama meskipun volume produksi
berubah-ubah.Total biaya tetap yang dibutuhkan sebesar Rp. 669 794 000/tahun.
Total biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Total Biaya Tetap


No. Jenis Biaya (ribuan
rupiah/tahun)
1 Gaji Pegawai 498 000
2 Biaya Asuransi 8 870
3 Biaya Penyusutan 134 857
4 Biaya Pemeliharaan 28 066
TOTAL 669 794

B. Biaya Variabel
Biaya variabel ialah biaya yang berpengaruh langsung terhadap jumlah
atau volume produksi. Semakin tinggi jumlah produksi maka semakin banyak
biaya variabel yang harus dikeluarkan. Total biaya variabel yang dibutuhkan
sebsar Rp. 3 689 531 000/tahun. Total biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 9.
18

Tabel 9 Total Biaya Variabel


No. Jenis Biaya (ribuan
rupiah/tahun)
1 Biaya Bahan Baku 856 103
2 Biaya kemasan 2 628 288
3 Biaya Bahan Bakar 205 140
TOTAL 3 689 531

Modal Kerja
Modal kerja merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memenuhi biaya
produksi pada masa awal pendirian industri. Modal kerja yang dibutuhkan industri
tahu kemasan yaitu pada 3 bulan awal tahap pendirian industri tahu kemasan.
Apabila total biaya produksi dalam setahun sebesar Rp. 4 359 325 000/tahun
maka kebutuhan modal kerja Rp. 1 089 831 000.

Proyeksi Laba Rugi


Tingkat profitabilitas suatu proyek industri dapat diketahui dari proyeksi
laba rugi. Dalam perhitungan laba rugi diasumsikan dalam satu tahun total produk
tahu sebanyak 1 842 048 produk tahu kemasan. Satu produk tahu kemasan
memiliki bentuk balok berukuran 9x5x5cm dengan berat 300 gram. Produk tahu
kemasan ini dijual dengan harga sebesar Rp.4500 per satuan produk kemasan.

A. Harga Pokok Produk (HPP)


Harga pokok produk merupakan biaya langsung yang timbul dari barang
yang diproduksi atau dijual dalam kegiatan bisnis. Harga pokok produk juga dapat
diartikan sebagai biaya yang keluar untuk membuat satu produk tahu kemasan,
sehingga HPP dijadikan batasan harga dalam penjualan produk tahu kemasan.
Penentuan HPP didapatkan dari hasil pembagian antara biaya total produksi dan
total produk yang dihasilkan. Harga pokok produk yang didapatkan sebesar
Rp.2400 per satu produk tahu kemasan.

B. Laba rugi
Laba rugi merupakan selisih antara penjualan bersih produk dengan total
biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu. Penjualan bersih industri tahu
kemasan sebesar Rp. 8 289 216 000/tahun dan total biaya yang dikeluarkan
sebesar Rp. 4 359 325 000/tahun. Laba bersih sebesar Rp. 3 929 891 000/tahun.

Sumber Modal Awal Industri


Pada analisis finansial industri tahu kemasan dilakukan perbedaan sumber
modal awal untuk mengetahui pengaruh pinjaman awal terhadap manfaat atau
laba yang didapatkan pada proyeksi industri. Sumber pinjaman modal terbagi
menjadi 3 yaitu : modal sendiri, modal dari pinjaman kerabat atau saudara
(pinjaman tanpa bunga). Modal sendiri diartikan sebagai seluruh modal berasal
dari modal pribadi dan tidak ada pengembalian. Modal dari kerabat seluruh modal
berasal dari kerabat atau keluarga dekat dimana total peminjaman bernilai sama
dengan total pengembalian (tanpa bunga). Modal dari bank pengembalian modal
terdiri dari biaya pokok dan bunga 12%.
19

Aliran Kas
Aliran arus kas proyek terbagi menjadi dua yaitu aliran kas keluar dan
aliran kas masuk. Aliran kas keluar terdiri dari biaya investasi, biaya produksi,
pajak penghasilan, dan hutang. Aliran kas masuk terdiri dari biaya penyusutan dan
pendapatan. Rincian aliran kas industri tahu kemasan dapat dilihat pada Lampiran
3.

Nilai Kriteria kelayakan Industri


Kriteria investasi yang digunakan dalam penilaian kelayakan industri tahu
kemasan diantaranya adalah Net Present Value (NPV), Internal rate Return (IRR),
Benefit Cost ratio (BC ratio), dan Payback Period (PP). Net Present Value (NPV)
merupakan selisih antara pemasukan dan pengeluaran yang telah dikalikan atau
didiskon dengan discount factor (DF). Apabila penerimaan kas bersih di masa
yang akan datang lebih besar dibandingkan nilai masa sekarang maka NPV akan
dikatakan bernilai positif dan menguntungkan (Suryani et al. 2005). IRR
merupakan besarnya suku bunga yang apabila digunakan untuk mendiskonto
seluruh kas yang masuk pada tahun-tahun operasi proyek akan menghasilkan
jumlah kas yang sama dengan total investasi proyek. B/C ratio merupakan angka
perbandingan antara present value pendapatan dan present value pengeluaran.
Industri akan dikatakan layak apabila mendapatkan nilai B/C ratio diatas 1.
Payback period merrupakan jangka waktu atau lamanya modal investasi yang
ditanam akan kembali. Semakin cepat pengembalian investasi maka semakin baik.
Hasil perhitungan kriterian kelayakan investasi dari ketiga sumber modal dapat
dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Hasil Perhitungan Kriteria Kelayakan Investasi


Kriteria Modal Sendiri Modal dari Bank Modal dari Kerabat
NPV(ribuan rupiah) 9 183 201 5 462 566 7 334 780
IRR (%) 33 17 26
Net B/C 1.29 1.15 1.22
PP (bulan) 43 68 49

Dari Tabel 10 didapatkan hasil perhitungan NPV dari ketiga sumber modal
bernilai positif walaupun nilai yang didapatkan berbeda-beda. Berdasarkan hasil
tersebut, pendirian industri tahu kemasan dikatakan layak untuk dilakukan dengan
ketiga sumber modal. Nilai NPV tertinggi dimiliki oleh modal sendiri yaitu
sebesar Rp. 9 183 201 000. Modal dari bank memiliki nilai NPV terendah sebesar
Rp. 5 462 566 000. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sumber modal sendiri
memiliki tingkat keuntungan yang paling tinggi jika dibandingkan dengan kedua
sumber modal lainnya.
Kriteria IRR digunakan sebagai dasar pembanding berupadiscount factor
(DF). DF yang digunakan pada penilitian ini adalah 12%. Sehingga industri tahu
kemasan akan dikatakan layak jika nilai IRR lebih besar dari 12%, semakin besar
selisih antara IRR dan DF maka semakin baik. Hasil perhitungan IRR
menunjukkan bahwa ketiga sumber modal memiliki nilai IRR diatas 12%. Nilai
IRR modal sendiri bernilai paling besar yaitu 33%. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa modal sendiri lebih baik dibandingkan modal lainnya.
20

B/C ratio dari ketiga sumber modal bernilai diatas 1. Modal sendiri
memiliki nilai B/C ratio terbesar yaitu 1.29 tidak berbeda jauh dengan modal dari
kerabat dan modal dari bank masing-masing sebesar 1.22, 1.15. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa usaha layak dijalankan dengan margin keuntungan terbesar
dimiliki oleh modal sendiri.
Payback Period merupakan lama modal investasi kembali, sehingga
semakin cepat pengembalian modal maka semakin baik. Berdasarkan hasil
tersebut, didapatkan bahwa modal sendiri memiliki nilai payback period tercepat
yaitu 43 bulan, dan modal dari bank terlama yaitu 68 bulan.
Berdasarkan keempat kriteria investasi dapat disimpulkan bahwa jenis
modal yang memiliki keuntungan yang paling baik berturut-turut ialah modal
sendiri; modal dari kerabat dan modal dari bank. Berdasarkan hasil tersebut
diketahui bahwa sumber modal terbaik untuk investasi ialah modal sendiri,
meskipun cara mendapatkan biaya investasi dari modal sendiri tidak semudah jika
dibandingkan dengan pinjaman dari bank. Namun apabila industri mengalami
kegagalan produksi atau pemasaran resiko modal dari bank lebih besar jika
dibandingkan dengan modal sendiri, hal ini dikarenakan apabila peminjaman dari
bank setiap tahunnya pemilik usaha harus melakukan angsuran pengembalian
kepada pihak bank. Sehingga pemilik usaha harus berusaha minimal penjualan
mencukupi untuk melakukan pengembalian atau hutang. Apabila pemilik usaha
tidak dapat melakukan pengembalian maka pemilik usaha harus meminjam modal
lagi dan hutang akan semakin banyak. Jika hutang semakin banyak maka target
penjualan juga akan meningkat.
Berbeda dengan modal sendiri, dalam pelaksaan bisnis tidak terdapat
pengembalian sehingga keuntungan yang dimiliki oleh pemilik usaha murni
keuntungan tanpa harus dikurangi dengan biaya pengembalian atau hutang.
Apabila industri mengalami kegagalan produksi maka industri tetap bisa berjalan
tanpa harus meminjam uang namun dengan cara mengurangi jumlah produksi.
Modal dari kerabat terlihat lebih menguntungkan jika dibandingkan dengan
modal dari bank, namun modal dari kerabat tidak cukup adil bagi kerabat yang
mau meminjamkan sebagian uangnya untuk modal investasi. Hal tersebut
dikarenakan ketika industri mendapatkan keuntungan, maka keuntungan tersebut
hanya dirasakan oleh pihak industri saja. Sebaliknya apabila industri mengalami
kerugian maka dari pihak industri meminta agar pelunasan hutang dapat ditunda
atau ditoleransi oleh kerabat. Oleh karena itu, penanaman modal dari kerabat
bukan merupakan jenis modal yang menguntungkan walau hasil dari keempat
kriteria kelayakan modal dari kerabat mendapatkan nilai yang berbeda sedikit dari
modal sendiri. Aliran arus kas modal dari kerabat ketika industri mendapat
kerugian dapat dilihat pada Lampiran 7.
21

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Industri tahu kemasan di Kabupaten Mojokerto layak untuk dijalankan


berdasarkan aspek pasar dan pemasaran, teknis dan teknologis, manajemen dan
organisasi, lingkungan dan analisis finansial. Produk tahu kemasan belum banyak
diketahui oleh masyarakat oleh karena itu harus dilakukan promosi secara intensif
untuk memperkenalkan produk tersebut. Dari sisi analisis finansial Industri tahu
kemasan jenis modal berpengaruh terhadap keuntungan industri. Modal sendiri
merupakan jenis modal yang tepat untuk melakukan pendirian industri tahu
karena memiliki nilai NPV, IRR, dan B/C ratio lebih tinggi jika dibandingkan
dengan jenis modal yang lain. Berdasarkan kriteria investasi pada analisis
finansial dengan jenis modal sendiri diperoleh nilai NPV Rp. 9 183 201 000, IRR
33%, B/C ratio 1.29, dan payback period selama 43 bulan. Sedangkan modal dari
kerabat memiliki nilai NPV, IRR, B/C ratio berturut-turut Rp.7 334 780 000, 26%,
1.22 dengan payback period selama 49 bulan dan modal dari bank memiliki nilai
NPV, IRR, B/C ratio berturut-turut Rp. 5 462 566 000, 17%, 1.15 dengan
payback period selama 68 bulan.

Saran

Diperlukan penelitian lanjutan terhadap penggunaan bahan baku kedelai


impor pada produksi tahu kemasan. Sehingga nantinya dapat dibandingkan dari
sisi finansial penggunaan bahan baku lokal dan impor di Kabupaten Mojokerto.
22

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistika Jawa Timur. 2015. Luas panen, Produktivitas,
Produksi Kedelai di Jawa Timur. [Internet]. [Diunduh 2018 Februari 2].
Tersedia pada https://jatim.bps.go.id/statictable/2017/09/27/625/luas-
panen-produktivitas-dan-produksi-kedelai-di-jawa-timur-2002-2016.html.
[BPS] Badan Pusat Statistika Jawa Timur. 2016. Produksi Kedelai Menurut
Kabupaten/Kota di Jawa Timur. [Internet]. [Diakses 2018 Agustus 15].
Tersedia pada https://jatim.bps.go.id/statictable/2018/02/07/861/produksi-
kedelai-menurut-kabupaten-kota-di-jawa-timur-ton-2007-2016-.html
[BPS] Badan Pusat Statistika Nasional. 2017. Rata-rata konsumsi per kapita
Seminggu beberapa bahan makananan penting 20017-2017. [Internet].
[Diunduh 2018 Agustus 13]. Tersedia pada
https://www.bps.go.id/statictable/2014/09/08/950/rata-rata-konsumsi-per-
kapita-seminggu-beberapa-macam-bahan-makanan-penting--2007-
2017.html.
[BPOM] Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2002. Pedoman Cara Produksi
Pangan yang Baik untuk Industri Rumah Tangga (CPPB-IRT).
Jakarta(ID): Badan Pengawas Obat dan Makanan
[DISPERTA] Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto. 2013. Luas panen,
Produktivitas, Produksi Kedelai di Kabupaten Mojokerto. [Internet].
[Diunduh 2018 Februari 2]. Tersedia pada
https://disperta.mojokertokab.go.id/upload/0d19fca639472aa319098288d4
cc587e.pdf .
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Mojokerto. 2017. Jumlah
Penduduk Kabupaten Mojokerto. [Internet]. [Diunduh 2018 Juli 12].
Tersedia Pada http://www.mojokertokab.go.id/thm/v1/?vi=data&mode=1 .
Djojodipura M. 1992. Teori Lokasi. Jakarta(ID) : Fakultas Ekonomi UI
Fredrik S, Tjakra J, Mandagi RJM, Sibi M. 2013. Analisis biaya investasi pada
perumahan griya paniki indah. Jurnal Sipil Statik. 1 (5) : 377-381.
Hakiki DN. 2011. Studi kelayakan pendirian industri surfaktan metil ester sulfonat
berbasis minyak kelapa sawit (studi kasus : untuk aplikasi enhanced oil
recovery). [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.
Hariyadi P. 1992. Isu terkini terkait dengan keamanan pangan. [artikel] Rome:
FAO/WHO International Conference on Nutrition (ICN)
Hariyadi P. 2014. Desain Saniter untuk Mesin dan Peralatan Industri Pangan.
Foodreview Indonesia. 9 (1) : Januari
Hendro.2011. Dasar-Dasar Kewirausahaa. Jakarta (ID) : Penerbit Erlangga.
Klimchuk, Marianne dan Sandra A. Krasovec. 2006. Desain Kemasan.
Jakarta(ID) : Erlangga.
Koswara, S. 1992. Teknologi Pengolahan Kedelai. Jakarta (ID):Pustaka Sinar
harapan.
Kotler P dan Keller K. 2009. Manajemen Pemasaran Edisi 13 Jilid 1.
Jakarta(ID) : Salemba Empat
Kotler, Philip. 2000. Manajemen Pemasaran Perspektif Asia. Buku 1.
Yogyakarta(ID) : Penerbit ANDI and Pearson Education Asia.
23

Kriswanto. 2011. Analisis strategi bisnis NPV, IRR, PI dan DPB pada golden
restaurant jakarta. Binus Business Review. 2(1) : 2274-285.
Nurhayati T, Darwansyah A. 2013. Peran struktur organisasi dan sistem
remunerasi dalam meningkatkan kinerja. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. 14(2).
Rismiati, Suratno B. 2001. Pemasaran Barang dan Jasa.Yogyakarta (ID):
kanisius.
Siswanto B. 2005. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta(ID) : PT. Rineka Cipta
Subagyo A. 2008. Studi Kelayakan. Jakarta (ID) : PT Elex Media Komputindo.
Sulastri, Lilis. 2016. Studi Kelayakan Bisnis untuk Wirausaha. Bandung(ID) :
LGM- LaGood’s Publishing.
Suryani A, Erliza H, dan Encep H.2005. Aneka Produk Olahan Limbah Ikan dan
Udang. Depok (ID) : Penebar Swadaya.
Umar H. 2003. Business An Introduction. Jakarta (ID) : PT Gramedia Pustaka
Utama.
Wahyuningsih,Sri. 2006. Buletin Pangan, Volume 7 jilid I. Jakarta(ID) : Pusat
Data dan Sistem Informasi Pertanian – Kementerian Pertanian
Widjaya PG. 2017. Analisis segmenting, targeting, positioning, dan marketing
mix pada PT murni jaya. AGORA. 5 (1) : 1-8.
Wijaya H, Sirine H. 2016. Strategi segmentasi, targeting, positioning serta strategi
harga pada perusahaan kecap blekok di cilacap. AJIE. 1 (03) : 2477-0574.
Yamit Z. 2012. Manajemen Produksi dan Operasional. Second Edition.
Yogyakarta(ID) : Ekonosia Fakultas Ekonomi.
Yasuha JXL, Saifi M. 2017. Analisis kelayakan investasi atas rencana
penambahan aktiva tetap (studi kasus pada PT pelabuhan indonesia III
(persero) cabang tanjung perak (terminal nilam). Jurnal Administrasi
Bisnis. 46 (1) : 113-121
24

LAMPIRAN
25

Lampiran 1 Spesifikasi Peralatan dan Mesin

No. Nama Mesin Spesifikasi


1 Boiler Output : Uap air
Kapasitas : 0,5 – 20 ton
Dimensi : 300x150x180cm
Suhu uap : 184oC
Tekanan : 10 bar
Voltage : 220-460 V
2 Grinder Kapasitas : 350 kg/jam
Dimensi : 80x48x95cm
Voltage : 220V
Daya : 4 kW
Efisiensi : 98%
3 Mesin Kemasan Material Kemasan : plastik, kertas
Kapasitas : 1200 b/jam
Dimensi : 120x86x175cm
Voltage : 220V
Daya : 2,5 kW
26

Lampiran 2 Neraca Massa dan Proses Produksi Tahu Kemasan

Kedelai 15 kg

Air 25 L Pencucian

Perendaman Air Limbah 15L

Air 20 L Penggilingan

Air 80L Pemasakan Uap 1 L

Air 160L Penyaringan Ampas Tahu 30kg

Penambahan asam (30L) dan


Pengadukan

Pengepresan Air Limbah 110L

Pencetakan

Tahu 74 kg
27

Lampiran 3 Rincian Biaya Produksi

a. Biaya Kebutuhan Produksi


Kebutuhan Jumlah/hari Harga Ribuan Ribuan
(ribuan rupiah/hari rupiah/tahun
rupiah)
Kedelai (kg) 360 7 2 520 786 240
Air (L) 18660 0.012 224 69 863
Kemasan Tutup (pcs) 6480 0.3 1 944 606 528
Kemasan Wadah (pcs) 6480 1 6 480 2 021 760
Bahan Bakar (L) 15 7 105 32 760
Listrik (kWh) 3 1.5 4.5 1 404
Gas (12kg) 4 137 548 170 976
TOTAL 11 826 3 689 531

b. Biaya Tenaga kerja


Jabatan Jumlah (orang) Gaji (ribuan Biaya (ribuan
rupiah/bulan) rupiah/tahun)
Kepala Pabrik 1 10 000 10 000
Karyawan 8 3 500 28 000
Sopir 1 3 500 3 500
TOTAL 41 500
28

Lampiran 4 Proyeksi Laba Rugi


Kapasitas Produksi 10% 20% 30%
Pendapatan (ribuan rupiah) 857 002 1 685 923 2 514 845
Pengeluaran (ribuan rupiah) 4 442 217 4 525 109 4 608 001
Laba Bersih (ribuan rupiah) -3 585 215 -2 839 186 -2 093 157

Kapasitas Produksi 40% 50% 60%


Pendapatan (ribuan rupiah) 3 343 766 4 172 688 5 001 610
Pengeluaran (ribuan rupiah) 4 690 893 4 773 786 4 856 678
Laba Bersih (ribuan rupiah) -1 347 127 -601 098 144 932

Kapasitas Produksi 70% 80% 90%


Pendapatan (ribuan rupiah) 5 830 531 6 659 453 7 488 374
Pengeluaran (ribuan rupiah) 4 939 570 5 022 462 5 105 354
Laba Bersih (ribuan rupiah) 890 961 1 636 991 2 383 020

Kapasitas Produksi 100%


Pendapatan (ribuan rupiah) 8 317 296
Pengeluaran (ribuan rupiah) 5 188 246
Laba Bersih (ribuan rupiah) 3 129 050
29

Lampiran 5 Aliran Kas

a. Modal Sendiri (ribuan rupiah)


Tahun Investasi Biaya Variabel PPH Total Cost
0 2 251 841 0 0 2 251 841
1 1 166 522 4 359 325 497 353 5 946 509
2 4 359 325 580 245 4 939 570
3 31 020 4 359 325 663 137 5 053 482
4 4 359 325 746 029 5 105 354
5 4 359 325 828 922 5 188 246
6 31 020 4 359 325 828 922 5 219 266
7 4 359 325 828 922 5 188 246
8 4 359 325 828 922 5 188 246
9 31 020 4 359 325 828 922 5 219 266
10 4 359 325 828 922 5 188 246

Tahun Penyusutan Harga Penerimaan Total Benefit Arus kas


Pakan
0 0 0 0 0 -2 251841
1 134 857 28 080 4 973 530 5 136 467 -810 042
2 134 857 28 080 5 802 451 5 965 389 1 025 819
3 134 857 28 080 6 631 373 6 794 310 1 740 828
4 134 857 28 080 7 460 294 7 623 232 2 517 877
5 134 857 28 080 8 289 216 8 452 153 3 263 907
6 134 857 28 080 8 289 216 8 452 153 3 232 887
7 134 857 28 080 8 289 216 8 452 153 3 263 907
8 134 857 28 080 8 289 216 8 452 153 3 263 907
9 134 857 28 080 8 289 216 8 452 153 3 232 887
10 134 857 28 080 8 289 216 8 452 153 3 263 907
30

b. Modal dari Kerabat (ribuan rupiah)


Tahun Investasi Pinjaman Biaya Variabel PPH Total Cost
0 2 251 841 0 0 2 251 841
1 1 166 522 225 184 4 359 325 497 353 6 171 693
2 354 798 4 359 325 580 245 5 285 846
3 31 020 354 798 4 359 325 663 137 5 399 759
4 354 798 4 359 325 746 029 5 451 631
5 354 798 4 359 325 828 922 5 534 523
6 31 020 354 798 4 359 325 828 922 5 565 543
7 354 798 4 359 325 828 922 5 534 523
8 354 798 4 359 325 828 922 5 534 523
9 31 020 354 798 4 359 325 828 922 5 565 543
10 354 798 4 359 325 828 922 5 534 523

Tahun Penyusutan Harga Penerimaan Total Benefit Arus kas


Pakan
0 0 0 0 0 -2 251 841
1 134 857 28 080 4 973 530 5 136 467 -1 035 226
2 134 857 28 080 5 802 451 5 965 389 679 542
3 134 857 28 080 6 631 373 6 794 310 1 394 551
4 134 857 28 080 7 460 294 7 623 232 2 171 601
5 134 857 28 080 8 289 216 8 452 153 2 917 630
6 134 857 28 080 8 289 216 8 452 153 2 886 610
7 134 857 28 080 8 289 216 8 452 153 2 917 630
8 134 857 28 080 8 289 216 8 452 153 2 917 630
9 134 857 28 080 8 289 216 8 452 153 2 886 610
10 134 857 28 080 8 289 216 8 452 153 2 917 630
31

c. Modal dari Bank (ribuan rupiah)


Tahun Investasi Pinjaman Biaya Variabel PPH Total Cost
0 2 251 841 0 0 0 2 251 841
1 1 166 522 720.760 4 359 325 497 353 6 667 269
2 1.098.120 4 359 325 580 245 6 009 076
3 31 020 1.098.120 4 359 325 663 137 6 122 988
4 1.098.120 4 359 325 746 029 6 174 860
5 1.098.120 4 359 325 828 922 6 257 752
6 31 020 377.360 4 359 325 828 922 5 568 012
7 0 4 359 325 828 922 5 188 246
8 0 4 359 325 828 922 5 188 246
9 31 020 0 4 359 325 828 922 5 219 266
10 0 4 359 325 828 922 5 188 246

Tahun Penyusutan Harga Penerimaan Total Benefit Arus kas


Pakan
0 0 0 0 0 -2 251 841
1 134 857 28 080 4 973 530 5 136 467 -1 530 802
2 134 857 28 080 5 802 451 5 965 389 -43 687
3 134 857 28 080 6 631 373 6 794 310 671 322
4 134 857 28 080 7 460 294 7 623 232 1 448 371
5 134 857 28 080 8 289 216 8 452 153 2 194 401
6 134 857 28 080 8 289 216 8 452 153 2 884 141
7 134 857 28 080 8 289 216 8 452 153 3 263 907
8 134 857 28 080 8 289 216 8 452 153 3 263 907
9 134 857 28 080 8 289 216 8 452 153 3 232 887
10 134 857 28 080 8 289 216 8 452 153 3 263 907
32

Lampiran 6 Kriteria Kelayakan Investasi


a. Modal Sendiri (ribuan rupiah)
Tahun Arus Kas DF (12%) Present Value (PV) Akumulasi (PV)
0 -2 251 841 1.00 -2 251 841 -2 251 841
1 -810 042 0.89 -723 252 -2 975 093
2 1 025 819 0.80 817 776 -2 157 317
3 1 740 828 0.71 1 239 087 -918 230
4 2 517 877 0.64 1 600 157 681 927
5 3 263 907 0.57 1 852 028 2 533 955
6 3 232 887 0.51 1 637 881 4 171 836
7 3 263 907 0.45 1 476 426 5 648 262
8 3 263 907 0.40 1 318 237 6 966 499
9 3 232 887 0.36 1 165 811 8 132 310
10 3 263 907 0.32 1 050 891 9 183 201

Kriteria Nilai
NPV(ribuan rupiah) 9 183 201
IRR 33%
B/C ratio 1,29
PP 43 bulan

b. Modal dari Kerabat (ribuan rupiah)


Tahun Arus Kas DF (12%) Present Value (PV) Akumulasi (PV)
0 -2 251 841 1.00 -2 251 841 -2 251 841
1 -1 035 226 0.89 -924 309 -3 176 151
2 679 542 0.80 541 727 -2 634 424
3 1 394 551 0.71 992 614 -1 641 810
4 2 171 601 0.64 1 380 092 -261 718
5 2 917 630 0.57 1 655 542 1 393 824
6 2 886 610 0.51 1 462 447 2 856 271
7 2 917 630 0.45 1 319 788 4 176 058
8 2 917 630 0.40 1 178 382 5 354 440
9 2 886 610 0.36 1 040 941 6 395 381
10 2 917 630 0.32 939.399 7 334 780

Kriteria Nilai
NPV(ribuan rupiah) 7 334 780
IRR 26%
B/C ratio 1.22
PP 49 bulan
33

Modal dari Bank


Tahun Arus Kas DF (12%) Present Value (PV) Akumulasi (PV)
0 -2 251 841 1.00 -2 251 841 -2 251 841
1 -1 530 802 0.89 -1 366 788 -3 618 629
2 -43 687 0.80 -34 827 -3 653 456
3 671 322 0.71 477 834 -3 175 623
4 1 448 371 0.64 920 466 -2 255 156
5 2 194 401 0.57 1 245 162 -1 009 994
6 2 884 141 0.51 1 461 196 451 201
7 3 263 907 0.45 1 476 426 1 927 627
8 3 263 907 0.40 1 318 237 3 245 864
9 3 232 887 0.36 1 165 811 4 411 675
10 3 263 907 0.32 1 050 891 5 462 566

Kriteria Nilai
NPV(ribuan rupiah) 5 462 566
IRR 17%
B/C ratio 1.15
PP 68 bulan
34

Lampiran 7 Arus Kas Modal Dari Kerabat Saat Industri Mengalami Kerugian

a. Dengan Toleransi
Tahun Investasi Pinjaman Biaya PPH Total Cost
Variabel
0 2 251 841 0 0 2 251 841
1 1 166 522 225 184 4 359 325 497 353 6 171 693
2 346 276 4 359 325 580 245 5 285 846
3 31 020 346 276 4 359 325 663 137 5 399 759
4 346 276 4 359 325 704 583 5 410 185
5 4 359 325 455 907 4 815 232
6 31 020 692 553 4 359 325 580 245 5 663 143
7 4 359 325 455 907 4 815 232
8 346 276 4 359 325 455 907 5 507 785
9 31 020 346 276 4 359 325 455 907 5 192 528
10 346 276 4 359 325 455 907 5 161 508

Tahun Penyusutan Harga Penerimaan Total Benefit Arus kas


Pakan
0 0 0 0 0 -2 251 841
1 134 857 28 080 4 973 530 5 136 467 -1 035 226
2 134 857 28 080 5 802 451 5 965 389 679 542
3 134 857 28 080 6 631 373 6 794 310 1 394 551
4 134 857 28 080 7 045 834 7 208 771 1 798 586
5 134 857 28 080 4 559 069 4 722 006 -93 226
6 134 857 28 080 5 802 451 5 965 389 302 246
7 134 857 28 080 4 559 069 4 722 006 -93 226
8 134 857 28 080 4 559 069 4 722 006 -785 779
9 134 857 28 080 4 559 069 4 722 006 -470 522
10 134 857 28 080 4 559 069 4 722 006 -439 502
35

b. Tanpa Toleransi
Tahun Investasi Pinjaman Biaya PPH Total Cost
Variabel
0 2 251 841 0 0 2 251 841
1 1 166 522 225 184 4 359 325 497 353 6 171 693
2 346 276 4 359 325 580 245 5 285 846
3 31 020 346 276 4 359 325 663 137 5 399 759
4 346 276 4 359 325 704 583 5 410 185
5 346 276 4 359 325 455 907 5 161 508
6 31 020 346 276 4 359 325 580 245 5 316 866
7 346 276 4 359 325 455 907 5 161 508
8 346 276 4 359 325 455 907 5 161 508
9 31 020 346 276 4 359 325 455 907 5 192 528
10 346 276 4 359 325 455 907 5 161 508

Tahun Penyusutan Harga Penerimaan Total Benefit Arus kas


Pakan
0 0 0 0 0 -2 251 841
1 134 857 28 080 4 973 530 5 136 467 -1 035 226
2 134 857 28 080 5 802 451 5 965 389 679 542
3 134 857 28 080 6 631 373 6 794 310 1 394 551
4 134 857 28 080 7 045 834 7 208 771 1 798 586
5 134 857 28 080 4 559 069 4 722 006 -439 502
6 134 857 28 080 5 802 451 5 965 389 648 522
7 134 857 28 080 4 559 069 4 722 006 -439 502
8 134 857 28 080 4 559 069 4 722 006 -439 502
9 134 857 28 080 4 559 069 4 722 006 -470 522
10 134 857 28 080 4 559 069 4 722 006 -439 502
36

RIWAYAT HIDUP

Penulis Lahir pada tanggal 10 April 1996 di Mojokerto


yang merupakan putra dari Bapak Soekarno Koentjoro dan
Ibu Tatik Lutfiati. Penulis merupakan anak ketiga dari empat
bersaudara. Penulis merupakan alumni SMAN 1 Puri
kabupaten Mojokerto pada tahun 2014 dan diterima di Institut
Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN. Penulis
diterima pada program studi Teknologi Industri Pertanian,
Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian.
Penulis aktif pada organisasi kampus yaitu International Association of
Students in Agricultural and Related Sciences (IAAS LC IPB) sebagai staff
departemen HRD (2104-2015). Selain itu penulis juga aktif di Himpunan
Mahasiswa Teknologi Industri (HIMALOGIN) sebagai staff Departemen
Technopreneur tahun 2015-2016 dan sebagai ketua Departemen technopreneur
tahun 2016-2017. Pada bidang non-akademik penulis aktif di Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM) Tennis lapang IPB. Penulis merupakan salah satu mahasiswa
yang mendapat beasiswa PPA pada semester 5 (2016) dan semester 7 (2017).
Pada tahun 2017, penulis melaksanakan praktik lapangan di PT. Corinthian
Industries Indonesia selama 40 hari dengan judul “Mempelajari Aspek
Perencanaan Proses Produksi dan Distribusi serta Menganalisis Produktivitas pada
Mesin DET1”. Tugas akhir penulis berjudul “Studi Kelayakan Pendirian Industri
Tahu Kemasan di kabupaten Mojokerto” dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Sukardi,
MM.

Anda mungkin juga menyukai