Anda di halaman 1dari 5

PENDIDIKAN AKLAK DALAM ISLAM

Dalam ajaran Islam masalah akhlak bukanlah hanya sekedar untuk mewujudkan
ketentraman ditengah-tengah masyarakat, tetapi juga berhubungan dengan kwalitas
keimanan seorang muslim. Karena akhlak seseorang pasti mempengaruhi tingkah laku.
Orang yang tidak memiliki akhlak, maka perbuatan dan tingkah lakunya akan jauh dari
sikap terpuji. Maraknya perbuatan maksiat yang oleh masyarakat dinilai sebagai sebuah
perbuatan yang lazim, adalah sebuah bukti telah terjadinya krisis akhlak ditengah-
tengah masyarakat.

Imam Ghazali mengungkapkan dalam kitab Al ihya ulumuddin pengertian


akhlak sebagai berikut ; al khuluq ialah sifat-sifat yang tertanam dalam jiwa, yang
menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa
memerlukan pertimbangann dan pemikiran, suatu kondisi atau sifat yang telah meresap
dalam jiwa dan menjadi keperibadian, hingga dari situ timbullah berbagai macam
perbuatan yang secara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan
pemikiran. Apabila dari kondisi tersebut timbul tingkah laku yang baik dan terpuji
menurut pandangan syariat dan akal pikiran, maka ia dikatakan telah memiliki akhlak
atau budi pekerti mulia. namun sebaliknya apabila yang lahir adalah kelakuan yang
buruk yang bertentangan dengaan syariat Islam dan norma-norma yang ada dalam
masyarakat, maka disebutlah ia telah melakukan perbuatan tercela dan tidak berakhlak.

Nashiruddin Abdullah, yang menyatakan bahwa, secara garis besar dikenal dua
jenis akhlak; yaitu akhlaq al karimah (akhlak terpuji), akhlak yang baik dan benar
menurut syariat Islam, dan akhlaq al mazmumah (akhlak tercela), akhlak yang tidak
baik dan tidak benar menurut syariat Islam. Akhlak yang baik dilahirkan oleh sifat-sifat
yang baik pula, demikian sebaliknya akhlak yang buruk terlahir dari sifat yang buruk.
Sedangkan yang dimaksud dengan akhlaq al mazmumah adalah perbuatan atau
perkataan yang mungkar, serta sikap dan perbuatan yang tidak sesuai dengan syariat
Allah, baik itu perintah maupun larangan Nya, dan tidak sesuai dengan akal dan fitrah
yang sehat.
Nabi Muhammad SAW, nabi dan rasul terakhir yang diturunkan ke muka bumi
ini setelah limaratus tahun lamanya Allah tidak mengutus seorang pun menjadi nabi dan
rasul. Kenapa tiba-tiba saja Allah mengutus Nabi Muhammd ke dunia dengan salah
satu misi terbesarnya untuk memperbaiki akhlak. Ya memperbaiki akhlak, kenapa bisa
begitu, kenapa harus akhlak.

Dari Nawwas bin Sim’an al-Anshari, katanya, “Saya bertanya kepada


Rasulullah saw tentang kebaikan dan tentang dosa. Baginda menjawab, “Baik adalah
akhlak mulia, dan dosa adalah sesuatu yang terlintas dalam dadamu (untuk hendak
dikerjakan) dan engkau merasa tidak enang bila orang lain mengetahuinya (bila itu
akan dikerjakan)” (H.R. Imam Muslim, al-Turmudzi, Ahmad, dan al-Darimi).

Hadits lain menyebutkan: Dari Abu Darda‘, dari Nabi saw, beliau bersabda, “Tidak ada
sesuatu yang lebih berat timbangannya (di Hari Kiamat) dibanding khlak mulia” (H.R.
Abu Daud, Ibn Majah, al-Turmudzi, dan Ahmad).

Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah saw pernah bersabda, “Sesungguhnya


saya diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak.” (H.R. Ahmad).

Hadits lain berbunyi: Dari Abdullah ibn Amr ra, katanya, Rasulullah itu tidak kotor dan
tidak melakukan perbuatan keji, dan pernah berkata, “Sesungguhnya sebaik-baik kamu
adalah yang bagus akhlaknya” (H.R. Bukhari dan Muslim).

Dalam dakwahnya, Rasulullah melalui banyak surat dalam Al-Qur’an


menunjukkan contoh bahwa sombong dan berbuat kerusakan seperti yang diperankan
oleh raja Namrud terhadap Nabi Ibrahim dan Fir’aun terhadap Nabi Musa adalah akhlak
yang tercela dan akan mendapatkan balasan, bukan hanya di akhirat tetapi juga di
dunia. Kekuasaan, menurut kisah yang disampaikan oleh Rasulullah kepada umatnya,
membuat orang menjadi angkuh dan berbuat kerusakan serta permusuhan. Kisah seperti
itu dimaksudkan menjadi cermin kehidupan sosial umat Muhammad saw, baik yang
bertemu langsung dengan Nabi maupun yang hidup dalam kurun waktu sesudahnya
agar dihindari. untuk menentukan perbuatan dan tindakan manusia itu baik atau buruk,
Islam menggunakan parameter syariat agama Islam yang berdasarkan wahyu Allah swt.
Sedangkan masyarakat umum lainnya ada yang menggunakan norma-norma adat
istiadat ataupun tatanan nilai masyarakat yang dirumuskan berdasarkan norma etika dan
moral. dalam Islam,tatanan nilai yang menentukan suatu perbuatan itu baik atau buruk
dirumuskan dalam konsep akhlakul karimah, yang merupakan suatu konsep yang
mengatur hubungan antara manusia dengan manusia, manusia dengan sang Maha
Pencipta yaitu Allah SWT dan manusia dengan alam sekitarnya. Secara lebih khusus
juga mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri.

Ruang lingkup akhlak adalah seluruh aspek kehidupan seseorang sebagai


individu, yang bersinggungan dengan sesuatu yang ada diluar dirinya. Karena sebagai
individu, dia pasti berinteraksi dengan lingkungan alam sekitarnya, dan juga
berinteraksi dengan berbagai kelompok kehidupan manusia secara sosiologis, dan juga
berinteraksi secara methaphisik dengan Allah swt. sebagai pencipta alam semesta.

Nafi`atur Rohmaniyah menyebutkan bahwa ruang lingkup akhlak meliputi :

1. Akhlak terhadap Allah, yaitu ;


a. Bertaqwa dan mengabdi hanya kepada Allah,dan tidak mempersekutukannya.
b. Tunduk dan patuh pada perintah Allah swt.
c. Tawakkal dan hanya berserah diri kepada Allah swt.
d. Bersyukur kepada Allah swt.
e. Penuh harap hanya kepada Allah swt.
f. Ikhlas menerima kepuusan Allah swt.
g. Tadlarru` dan khusuk dalam beribadah.
h. Husnud-dhan,yaitu berbaik sangka kepada Allah swt.
i. Taubat dan istighfar.
2. Akhlak terhadap makhluk,yaitu ;
a. Akhlak kepada manusia
b. Akhlak terhadap orang tua.
c. Akhlak terhadap diri sendiri.
d. Akhlak terhadap keluarga dan karib kerabat.
e. Akhlak terhadap tetangga.
f. Akhlak terhadap masyarakat
g. Akhlak kepada bukan manusia atau lingkungan hidup.
Ulil Amri Syafri, dia membagi ruang lingkup akhlak menjadi tiga bagian besar,
yaitu ;
Pertama, Akhlak kepada Allah swt. dan Rasulullah saw., yang merupakan sikap
atau perbuatan manusia yang seharusnya sebagai makhluk kepada sang khalik, yang
antara lain meliputi sikap tidak mempersekutukan Nya, bertawakkal kepada Nya,
mensyukuri nikmat-nikmatnya, dan lain-lain.
Kedua , Akhlak pribadi dan keluarga, yang mencakup bahasan tentang sikap dan
propil muslim yang mulia, memperlakukan keluarga dan manusia dengan baik, cara
berinteraksi dengan manusia lain, dan lain-lain.
Ketiga, Akhlak bermasyarakat dan muamalah ,didalamnya mencakup hubungan
antar manusia. Akhlak ini mengatur konsep hidup seorang muslim dalam bermuamalah
disegala sektor, seperti dalam sector ekonomi, kenegaraan, maupun sektor komunikasi,
baik itu kepada muslim atau non muslim dalam tataran lokal ataupun global.
Akhlak mulia dalam agama Islam adalah melaksanakan ke wajiban kewajiban
menjauhi segala larangan larangan dan memberikan hak kepada yang mempunyainya.
baik yang berhubungan dengan Allah maupun yang berhubungan dengan makhluk,
dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya dengan sebaik baiknya seakanakan dia
melihat Allah dan apabila tidak bisa melihat Allah, maka harus yakin bahwa Allah
selalu melihatnya, sehingga perbuatan itu benar benar dilaksanakan dengan sebaik
baiknya. dan semuanya itu dilandasi iman dan taqqarrub kepada Allah.
Berikut ini beberapa keutamaan akhlak :
1. “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.”(HR. at-
Tirmidzi)
2. “Sesungguhnya seorang Mukmin-karena kebaikan akhlaknya-menyamai derajat orang
yang biasa melakukan shaum dan menunaikan shalat malam.”(HR Abu Dawud)
3. “Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat kedudukannya dengan
majelisku pada Hari Kiamat nanti adalah orang yang paling baik akhlaknya. Sebaliknya,
orang yang aku benci dan paling jauh dari diriku adalah orang yang terlalu banyak
bicara dan sombong.”HR at-Tirmidzi).
4. “Sesungguhnya yang terbaik di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya.”(HR
al-Bukhari dan Muslim).
5. “Tidak ada sesuatu pun yang lebih berat dalam timbangan seorang Mukmin pada Hari
Kiamat nanti selain akhlak mulia. Sesungguhnya Allah membenci orang yang berbuat
keji dan berkata-keta keji.”(HR at-Tirmidzi).

Dari penjabaran tentang pendidikan akhlak di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
pendidikan akhlak merupakan perbuatan yang muncul dari dalam diri individu tanpa
dorongan, pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu, oleh karena itu perlu untuk
menanamkan akhlak yang mulia kepada anak sejak dini, yang mana harus diawali dari
kehidupannya di rumah dan orang tua lah yang sangat berperan dalam pendidikan
akhlak tersebut.

Anda mungkin juga menyukai