Anda di halaman 1dari 31

LANGKAH KERJA

BAB IV
DATA PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN

● Manual Desain Perkerasan Jalan 2017 (revisi 2012)

4.1 Data Perencanaan :


a. Umur Rencana : 20 Tahun (2018 - 2038)
b. Fungsi Jalan : Lokal ( 2 lajur 2 Arah )
c. Kelas Jalan : III
d. Traffic Multiplier ( TM ) : 1.8 - 2 ( diambil 2 )

4.2 Menghitung Beban Sumbu Standar Kumulatif ( CESAL )


a. Data Lintas Harian Rata - Rata 2 arah

Jumlah Distribusi Beban


No. Jenis Kendaraan Berat Total
(Kend) Depan Tengah Belakang
1 Mobil Penumpang 2,3,4 2 ton 780 50% - 50%
2 Bus Besar (5b) 9 ton 150 34% - 66%
3 Truk Sedang 2 Sumbu (6b) 8.3 ton 100 34% - 66%
4 Truk 3 Sumbu (7a) 25 ton 120 25% - 75%
5 Truk 4 Sumbu Trailer (7c1) 42 ton 57 16% 28% 54%
b. Menghitung LHR ( Lalu-Lintas Harian Rata-Rata) d. Menentukan Faktor D
Tabel Faktor Distribu
Jumlah Lajur
LHR = ( 1 + i )n x jumlah kendaraan
Setiap Arah
1
Dimana : n = Waktu ( tahun ) 2
i = Tingkat pertumbuhan lalu lintas (%)= 3.5 % 3
4.5 4
Data LHR awal 2015; tahun pertama setelah pembukaan untuk lalu lintas
2018 (3 tahun setelah 2015); permulan beban normal MST 12 ton tahun 2020 e. Menghitung Beban S
( 5 tahun setelah 2015 ) Menggunakan VDF m
Contoh perhitungan LHR 201( n = 3 tahun)
a Bus Besar (5b)
Jumlah kendaraa = 150
LHR 2018 = ( 1 + 5 % ) 2 x 273 = 292.44

Contoh perhitungan LHR 202( n = 5 tahun)


b Bus Besar (5b)
Jumlah kendaraa = 150
LHR 2018 = ( 1 + 5 % ) 4 x 273 = 325.56

c. Menghitung Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas (i) (%)

( 1 + 0.01 i )UR-1
R =
0.01 i

Dimana : R : faktor pengali pertumbuhan lalu lintas


i : laju pertumbuhan lalu lintas tahunan Contoh Perhitungan
UR : Umur Rencana Jenis kendaraan :
VDFfaktual
Umur Rencana disesuai berdasarkan panduan bina marga dimana
diperkirakan beban faktual kendaraan akan kembali stabil (menjadi beban VDFnormal
Normal) pada tahun 2020. maka perhitungan laju pertumbuhan lau lintas ( R ) DD
harus berbeda dengan tahun sebelum 2020. DL
R
( 1 + 0.01 4 ) 2 -1
R = = 2.0350 > R2018 - 2020 Faktual
0.01 x 3.5 ESATH-1

( 1 + 0.01 4 ) 18 -1
R = = 24.4997 > R2021 - 2038 Normal
0.01 x 3.5
Untuk perhitungan b
Menentukan Faktor Dsitribusi Lajur ( DL )
Tabel Faktor Distribusi Lajur ( DL )
Jumlah Lajur Kendaraan Niaga Pada Lajur Desain (%
Setiap Arah terhadap populasi kendaraan niaga )
1 100
2 80
3 60
4 50

Menghitung Beban Sumbu Standar Kumulatif ( CESAL )


Menggunakan VDF masing - masing Kendaraan niaga

ESATH-1 = ( ∑LHRTJK x VDFJK ) x 365 x DD x DL x R

Keterangan :
ESATH-1 = kumulatif lintasan sumbu standar ekivalen (equivalent standard
axle) pada tahun pertama
LHRTJK = Lintas harian rata – rata tiap jenis kendaraan niaga (satuan
kendaraan per hari).
VDFJK = Faktor Ekivalen Beban (Vehicle Damage Factor) tiap jenis
kendaraan niaga Tabel 9 dan Tabel 10.
DD = Faktor distribusi arah
DL = Faktor distribusi lajur (table 4)
CESAL = Kumulatif beban sumbu standar ekivalen selama umur rencana.
R = Faktor pengali pertumbuhan lalu lintas kumulatif

Contoh Perhitungan
Jenis kendaraan : Bus Besar (5b)
VDFfaktual = 1.0 (berdasarkan tabel 10)
VDFnormal = 1.0 (berdasarkan tabel 10)
DD = 0.5 (berdasarkan data yang diketahui)
DL = 1 ( berdasarkan tabel 4)
R = 2.0350 ( R18-20)

ESATH-1 = ( ∑LHRTJK x VDFJK ) x 365 x DD x DL x R


= ( 292.44 x 1.0 ) x 365 x 0.5 x 1 x 2.035
= 108610.20388969

Untuk perhitungan beban sumbu selanjutnya, ada pada Tabel 4.1


TABEL 4.9 PERHITUNGAN BEBAN SUMBU STANDAR KUMULATIF ( CESA5 40 tahun )

Lalu Lintas
VDF 5 ESA 5 faktual ESA 5 normal
Jenis Kendaraan Harian Rata - LHR 2020 LHR 2022 VDF 5 normal
faktual ( 2020-2022) ( 2023-2060 )
rata (2 arah)
1 2 3 4 5 6 7 8
Bus Besar (5b) 233 249.5954 277.8568 1.0 1.0 109322.796 2331188.273

Truk Sedang 2 Sumbu (6b) 413 442.4159 492.5102 9.0 4.0 1744003.576 16528425.005

Truk 3 Sumbu (7a) 63 67.4872 75.1287 11.4 6.7 336976.962 4223152.660

Truk 4 Sumbu Trailer (7c1) 43 46.0627 51.2783 25.5 8.8 514474.017 3785929.795
Jumlah ESA5 2704777.351785 26868695.7336419
CESA519-59 29573473.0854269
(3) = ( 1 + 0,040 )4 (2)
(4) = ( 1 + 0,040 ) 5
(2)
(5) = (berdasarkan tabel 2.14)
(6) = (berdasarkan tabel 2.14)
(7) = ( 3 x 5 ) x 365 x DD x DL x R19-23
(8) = ( 4 x 6 ) x 365 x DD x DL x R24-59

DD = 0.6 (berdasarkan data yang diketahui)


DL = 1 ( berdasarkan tabel 4)

R19-23 = 2.000
R24-59 = 38.310
TABEL 4.7 PERHITUNGAN BEBAN SUMBU STANDAR KUMULATIF ( CESA4 20 tahun )

Lalu Lintas
VDF 4 ESA 4 faktual ( ESA 4 normal
Jenis Kendaraan Harian Rata - LHR 2020 LHR 2022 VDF 4 normal
faktual 2020-2022 ) ( 2023-2040 )
rata (2 arah)
1 2 3 4 5 6 7 8
Bus Besar (5b) 233 249.5954 277.8568 1.0 1.0 109322.796 1099571.185

Truk Sedang 2 Sumbu (6b) 413 442.4159 492.5102 4.9 2.9 949513.058 5652173.424

Truk 3 Sumbu (7a) 63 67.4872 75.1287 7.2 4.9 212827.555 1456813.840

Truk 4 Sumbu Trailer (7c1) 43 46.0627 51.2783 13.2 6.5 266315.962 1319013.503

Jumlah ESA4 1537979.371245 9527571.95170169


CESA419-39 11065551.3229467
(3) = ( 1 + 0,040 )4 (2)
(4) = ( 1 + 0,040 )5 (2)
(5) = (berdasarkan tabel 2.14)
(6) = (berdasarkan tabel 2.14)
(7) = ( 3 x 5 ) x 365 x DD x DL x R19-22
(8) = ( 4 x 6 ) x 365 x DD x DL x R23-39

DD = 0.6 (berdasarkan data yang diketahui)


DL = 1 ( berdasarkan tabel 4)

R19-22 = 2.000
R23-39 = 18.070
TABEL 4.8 PERHITUNGAN BEBAN SUMBU STANDAR KUMULATIF ( CESA5 20 tahun )

Lalu Lintas
VDF 5 ESA 5 faktual ( ESA 5 normal
Jenis Kendaraan Harian Rata - LHR 2020 LHR 2022 VDF 5 normal
faktual 2020-2022 ) ( 2023-2040 )
rata (2 arah)
1 2 3 4 5 6 7 8

Bus Besar (5b) 233 249.5954 277.8568 1.0 1.0 109322.796 1099571.185

Truk Sedang 2 Sumbu (6b) 413 442.4159 492.5102 9.0 4.0 1744003.576 7796101.275

Truk 3 Sumbu (7a) 63 67.4872 75.1287 11.4 6.7 336976.962 1991969.944

Truk 4 Sumbu Trailer (7c1) 43 46.0627 51.2783 25.5 8.8 514474.017 1785741.357

Jumlah ESA5 2704777.351785 12673383.7616003


CESA519-39 15378161.1133853

(3) = ( 1 + 0,040 )4 (2)

(4) = ( 1 + 0,040 )5 (2)


(5) = (berdasarkan tabel 2.14)
(6) = (berdasarkan tabel 2.14)
(7) = ( 3 x 5 ) x 365 x DD x DL x R19-23
(8) = ( 4 x 6 ) x 365 x DD x DL x R24-39

DD = 0.6 (berdasarkan data yang diketahui)


DL = 1 ( berdasarkan tabel 4)

R19-23 = 2.000
R24-39 = 18.070
4.3 Pemilihan Jenis Perkerasan

Berdasarkan umur rencana 20 tahun dan nilai CESA5 yang sudah diperoleh
dari perhitungan sebelumya. Maka, jenis stuktur perkerasan yang dipilih
adalah AC dengan CTB (ESA pangkat 5) dan acuan berdasarkan dari bagan
desain 3.
c. CBR Segmen 3

No 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
STASION 00+4100 00+4200 00+4300 00+4400 00+4500 00+4600 00+4700 00+4800 00+4900 00+5000 00+5100 00+5200 00+5300 00+5400 00+5500 00+5600 00+5700 00+5800 00+5900 00+6000
CBR 7 7 7 8 8 9 9 8 10 9 9 11 11 9 9 10 9 9 8 8

12
Segmen 3

10

6
CBR

0
00+4100 00+4200 00+4300 00+4400 00+4500 00+4600 00+4700 00+4800 00+4900 00+5000 00+5100 00+5200 00+5300 00+5400 00+5500 00+5600 00+5700 00+5800 00+5900 00+6000

Station
4.4.1 CBR Grafik

Frekuensi lebih besar atau sama dengan untuk CBR segmen 1

CBR Jumlah Data Frekuensi % Lebih besar atau sama dengan

3 1 20 100.00

4 2 19 95.00

5 7 17 85.00

6 7 10 50.00

7 2 3 15.00

8 1 1 5.00
% L E B IH B E S A R ATA U S A M A D E N G A N

Jumlah 20

100

90

80

70

60

50

40

30

20

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

4,5 CBR

Gambar 4.1 Grafik penentuan CBR design untuk segmen 1

Dengan menggunakan persamaan garis linear maka nilai CBR yang mewakili CBR design kepadatan 90% untuk segmen 1 adalah 4.50%

Untuk mendapatkan Daya Dukung Tanah digunakan Rumus DDT = 1,6649 + 4,3592 Log(CBR)

maka DDT = 4.512

Frekuensi lebih besar atau sama dengan untuk CBR segmen 2

CBR Jumlah Data Frekuensi % Lebih besar atau sama dengan

5 1 20 100.00

6 1 19 95.00

7 7 18 90.00

8 6 11 55.00

9 5 5 25.00
% L E B I H B E S A R ATA U S A M A D E N G A N

Jumlah 20

100

90

80

70

60

50

40

30

20

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

CBR

Gambar 4.2 Grafik penentuan CBR design untuk segmen 2

Dengan menggunakan persamaan garis linear maka nilai CBR yang mewakili CBR design kepadatan 90% untuk segmen 2 adalah 7%

Untuk mendapatkan Daya Dukung Tanah digunakan Rumus DDT = 1,6649 + 4,3592 Log(CBR)

maka DDT = 5.349

Frekuensi lebih besar atau sama dengan untuk CBR segmen 3

CBR Jumlah Data Frekuensi % Lebih besar atau sama dengan

7 3 20 100.00

8 5 17 85.00

9 8 12 60.00

10 2 4 20.00

11 2 2 10.00

Jumlah 20
% L E B IH B E S A R A TA U S A M A D E N G A N

100

90

80

70

60

50

40

30

20

10

0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
CBR

7,6

Gambar 4.3 Grafik penentuan CBR design untuk segmen 3

Dengan menggunakan persamaan garis linear maka nilai CBR yang mewakili CBR design kepadatan 90% untuk segmen 3 adalah 7.60%

Untuk mendapatkan Daya Dukung Tanah digunakan Rumus DDT = 1,6649 + 4,3592 Log(CBR)

maka DDT = 5.505


4.4.2 CBR Analitis 4.4.3 CBR Karakteri

Tabel nilai R untuk perhitungan CBR segmen :

Jumlah Titik Uji Nilai R


2 1.41
3 1.91
4 2.24
5 2.48
6 2.67
7 2.83
8 2.96
9 3.08
> 10 3.18

a. Segmen 1
Diketahui :
CBR rata-rata = 5.50
CBR tertinggi = 8.00
CBR terendah = 3.00
R = 3.18

( CBR tertinggi - CBR terendah )


CBR Analitis = CBR rata-rata -
R
( 8.00 - 3.00 )
= 5.50 -
3.18
= 3.93

b. Segmen 2
Diketahui :
CBR rata-rata = 7.65
CBR tertinggi = 9.00
CBR terendah = 5.00
R = 3.18

( CBR tertinggi - CBR terendah )


CBR Analitis = CBR rata-rata -
R
( 9.00 - 5.00 )
= 7.65 -
3.18
= 6.39
c. Segmen 3
Diketahui :
CBR rata-rata = 8.75
CBR tertinggi = 11.00
CBR terendah = 7.00
R = 3.18

( CBR tertinggi - CBR terendah )


CBR Analitis = CBR rata-rata -
R
( 11.00 - 7.00 )
= 8.75 -
3.18
= 7.49
4.4.3 CBR Karakteristik TABEL 4.2 KESIMPULA

SEGMEN
Tabel nilai f untuk menghitung CBR segmen :
1
Penggunaan Jalan Probabilitas Koefisien f
2
Jalan tol atau jalan bebas 95% 1.645
hambatan
3
90% 1.282
Jalan Arteri dan Kolektor
Dalam perhitungan digunaka
80% 0.842
Jalan Lokal dan kecil dengan tujuan untuk mempe

a. Segmen 1
Diketahui :
CBR rata-rata = 5.50
Standar Deviasi = 1.147
f = 0.842

CBR Karakteristik CBR rata-rat - f x Standar Deviasi


= 5.50 - 0.842 x 1.147
= 4.53

b. Segmen 2
Diketahui :
CBR rata-rata = 7.65
Standar Deviasi = 1.089
f = 0.842

CBR Karakteristik CBR rata-rat - f x Standar Deviasi


= 7.65 - 0.842 x 1.089
= 6.73

c. Segmen 3
Diketahui :
CBR rata-rata = 8.75
Standar Deviasi = 1.164
f = 0.842

CBR Karakteristik CBR rata-rat - f x Standar Deviasi


= 8.75 - 0.842 x 1.164
= 7.77
TABEL 4.2 KESIMPULAN NILAI CBR

SEGMEN CBR Grafik CBR Analitis CBR Karakteristik

1 4.50 3.93 4.53

2 7.00 6.73 6.73

3 7.60 7.77 7.77

Dalam perhitungan digunakan nilai CBR Analitis karena memberikan nilai CBR terendah
dengan tujuan untuk memperoleh tebal perkerasan yang aman
4.5 Menentukan Struktur pondasi perkerasan
Diketahui :
CESA5 = 15378161.1134 ss/thn

Berdasarkan nilai CBR tanah dasar dan CESA5 dapat ditentukan desain
pondasi yang dibutuhkan, dilihat dari Bagan Desain 2 :

a. Segmen 1
CBR = 3.93

Dari tabel diperoleh :


Kelas kekuatan tanah dasar: SG4
Uraian struktur fondasi : Stabilisasi semen atau material timbunan pilihan
Tebal Peningkatan : 200 mm

CBR stabilisasi = CBR tanah asal x 2 (tebal lapis stabilisasi dalam mm)/150
= 3.93 x 2 200/150
= 9.90

b. Segmen 2
CBR = 6.73
Dari tabel diperoleh :
Kelas kekuatan tanah dasar: SG6
Uraian struktur fondasi : Tidak memerlukan perbaikan
Tebal Peningkatan : -

c. Segmen 3
CBR = 7.77

Dari tabel diperoleh :


Kelas kekuatan tanah dasar: SG6
Uraian struktur fondasi : Tidak memerlukan perbaikan
Tebal Peningkatan : -
4.6 Menentukan Struktur Perkerasan
Dengan nilai CESA5 = 15378161.113 dapat ditentukan tebal lapisan perkerasan .
Untuk struktur perkerasan AC dengan CTB digunakan Bagan 3

Dari Bagan di peroleh tebal lapisan perkerasan :

AC WC 40 mm
AC BC 60 mm
AC Base 75 mm

CTB 150 mm

LPA 150 mm

Sketsa susunan tebal lapis perkerasan yang diperoleh dari bagan desain
Metode Desain Manual Perkerasan Jalan 2017
4.7 Menentukan Koefisien Drainase (m)

Secara umum perencana harus menerapkan desain yang dapat menghasilkan “faktor m”

1,0 kecuali jika kondisi di lapangan tidak memungkinkan. Apabila drainase bawah
permukaan
tidak dapat disediakan maka tebal lapis fondasi agregat harus disesuaikan dengan
menggunakan nilai koefisien drainase “m” sesuai ketentuan AASHTO 1993 atau Pt T-
01-2002
a.)
B. Air hilang pada sistem drainase dalam waktu 1 hari. Berdasarkan Pt T-01-2002-B
drainase tersebut dinyatakan kualitas drainase baik.

b.) Jumlah hujan per tahun :


18 kali hujan 1 jam
27 kali hujan 2 jam
29 kali hujan 3 jam
Maka presentase jumlah hujan pertahun adalah :

= ((1�18)+(2�27)+(3�29))/365
�24 x 100%
= 1.815 %

Berdasarkan Tabel Koefisien Drainase pada Pt T-01-2002-B maka nilai m


didapat berkisar 1,25-1,15

Catatan:
Apabila kondisi drainase menyebabkan nilai m lebih kecil dari 1 maka tebal
lapis fondasi agregat seperti tercantum dalam bagan desain harus dikoreksi
menggunakan formula berikut:
4.8 Menetapkan kebutuhan daya dukung tepi perkerasan

a. Segmen 1

Tebal lapisan perkerasan D = 475 mm


Tebal perbaikan tanah dasar S = 200 mm
Tebal lapisan penopang C = - mm
Lebar Tepi luar = 675 mm

b. Segmen 2

Tebal lapisan perkerasan D = 475 mm


Tebal perbaikan tanah dasar S = - mm
Tebal lapisan penopang C = - mm
Lebar Tepi luar = 475 mm

c. Segmen 3

Tebal lapisan perkerasan D = 475 mm


Tebal perbaikan tanah dasar S = - mm
Tebal lapisan penopang C = - mm
Lebar Tepi luar = 475 mm
4.9 Menentukan Bahu jalan
a. Segmen 1 b. Segmen 2
1. Diketahui : 1.
CBR tanah dasar = 3.93
Beban gandar kumulatif = 1.54E+07 ESA
Tebal Peningkatan = 200 mm

AC WC 40 mm
AC BC 60 mm
AC Base 75 mm

CTB 150 mm

LPA 150 mm

Tanah dasar stabilisasi 200 mm

2. Beban rencana bahu jala = 10% x 1.54E+07 = 1.54E+06 ESA 2.

3. Dengan menyiapkan fondasi yang sama dengan lajur utama diperoleh daya dukung fonda 3.
perkerasan bahu jalan ekuivalen C = 9.90
- Berdasarkan bagan desain 7 untuk beb 1.54E+06 ESA dan CBR 9.90
diperlukan penutup seteb 275 mm.
- Tebal total perkerasan lajur uta = 475 > 275 mm (tebal minimum )
- Tebal lapis beraspal pada lajur utam= 175 mm , digunakan permukaan
bahu jalan berupa lapis fondasi agregat kelas S seteb 175 mm
- Untuk memastikan air permukaan yang meresap ke perkerasan dapat dialirkan,
pasang LFA kelas A di bawah LFA kelas S dengan tebal (535 mm – 200 mm)
di bawah lapis permukaan LFA kelas S.
Digunakan Tebal LFA kelas A = 300 mm

AC WC 40 mm
175 mm LFA Kelas S AC BC 60 mm
AC Base 75 mm

CTB 150 mm
300 mm LFA Kelas A
LPA 150 mm

Tanah dasar stabilisasi Tanah dasar stabilisasi 200 mm


200 mm
b. Segmen 2 c. Segmen 3
Diketahui : 1. Diketahui :
CBR tanah dasar = 6.73 CBR tanah dasar
Beban gandar kumulat= 1.54E+07 ESA Beban gandar kumulat
Tebal Peningkatan = - mm Tebal Peningkatan

AC WC 40 mm AC WC
AC BC 60 mm AC BC
AC Base 75 mm AC Base

CTB 150 mm CTB

LPA 150 mm LPA

Beban rencana bahu jala = 10% x 1.54E+07 = 1.54E+06 ESA 2. Beban rencana bahu jala

Dengan menyiapkan fondasi yang sama dengan lajur utama diperoleh daya dukung fonda 3. Dengan menyiapkan fon
perkerasan bahu jalan ekuivalen C = 6.73 perkerasan bahu jalan ek
- Berdasarkan bagan desain 7 untuk beb 1.54E+06 ESA dan CBR 6.73 - Berdasarkan bagan d
diperlukan penutup seteb 330 mm. diperlukan penutup s
- Tebal total perkerasan lajur uta = 475 > 330 mm (tebal minimum ) - Tebal total perkerasan
- Tebal lapis beraspal pada lajur utam= 175 mm , digunakan permukaan - Tebal lapis beraspal p
bahu jalan berupa lapis fondasi agregat kelas S seteb 175 mm bahu jalan berupa lap
- Untuk memastikan air permukaan yang meresap ke perkerasan dapat dialirkan, - Untuk memastikan ai
pasang LFA kelas A di bawah LFA kelas S dengan tebal (535 mm – 200 mm) pasang LFA kelas A d
di bawah lapis permukaan LFA kelas S. di bawah lapis permu
Digunakan Tebal LFA kelas A = 300 mm Digunakan Tebal LF

AC WC 40 mm
175 mm LFA Kelas S AC BC 60 mm 175
AC Base 75 mm

CTB 150 mm
300 mm LFA Kelas A 300
LPA 150 mm
c. Segmen 3
Diketahui :
CBR tanah dasar = 7.77
Beban gandar kumulat= 1.54E+07 ESA
Tebal Peningkatan = - mm

AC WC 40 mm
AC BC 60 mm
AC Base 75 mm

CTB 150 mm

LPA 150 mm

Beban rencana bahu jala = 10% x 1.54E+07 = 1.54E+06 ESA

Dengan menyiapkan fondasi yang sama dengan lajur utama diperoleh daya dukung fondasi
perkerasan bahu jalan ekuivalen C = 7.77
Berdasarkan bagan desain 7 untuk beb 1.54E+06 ESA dan CBR 7.77
diperlukan penutup seteb 320 mm.
Tebal total perkerasan lajur uta = 475 > 320 mm (tebal minimum )
Tebal lapis beraspal pada lajur utam= 175 mm , digunakan permukaan
bahu jalan berupa lapis fondasi agregat kelas S seteb 175 mm
Untuk memastikan air permukaan yang meresap ke perkerasan dapat dialirkan,
pasang LFA kelas A di bawah LFA kelas S dengan tebal (535 mm – 200 mm)
di bawah lapis permukaan LFA kelas S.
Digunakan Tebal LFA kelas A = 300 mm

AC WC 40 mm
mm LFA Kelas S AC BC 60 mm
AC Base 75 mm

CTB 150 mm
mm LFA Kelas A
LPA 150 mm
Modulus elastisitas E
Lapisan Perkerasan Poisson ratio μ Tebal Perkerasan (cm)
(Kpa)

Surface 1200000 0.4 6

Base 500000 0.35 10

Sub base 1600000 0.4 10

Subgrade 883300 0.45 -


et 1.352E-04 758110786.4
ec 1.270E-04 378794262.9

112 jt
9M
12 jt

0 cm

Surface
5.995 cm
6 cm

Base
16 cm

Sub base
26 cm
26.004 cm

Subgrade
26.004 cm
4.6 Menentukan Struktur Perkerasan
Dengan nilai CESA5 = 15378161.113 dapat ditentukan tebal lapisan perkerasan .
Untuk struktur perkerasan AC dengan CTB digunakan Bagan 3

Dari Bagan di peroleh tebal lapisan perkerasan :

AC WC 40 mm

AC BC 60 mm

CTB 150 mm

LPA 150 mm

Sketsa susunan tebal lapis perkerasan yang diperoleh dari bagan desain
Metode Desain Manual Perkerasan Jalan 2017

Anda mungkin juga menyukai