Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan memberi inspirasi kepada orang
lain untuk bekerja sama sebagai suatu kelompok agar dapat mencapai suatu
tujuan umum (Suarli & Bahtiar, 2009).
Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi
diantara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan
nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya (Joseph C. Rost., 1993 dalam
Safaria, 2004).
Kepemimpinan merupakan upaya seseorang mempengaruhi sekelompok
orang untuk bersama-sama mencapai sebuah tujuan (Sarwono & Meinarno,
2011)
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain agar
dapat mencapai tujuan bersama dimana didalamnya terjadi hubungan yang
saling mempengaruhi.

B. Pola dasar kepemimpinan


Pola dasar kepemimpinan terdiri dari 2 yaitu :
a. Kepemimpinan formal
Bersifat resmi dalam berorganisasi, diatur sesuai dengan pangkat,
jabatan, hierarki, struktur dalam organisasi
b. Kepemimpinan informal
Lebih bersifat adanya pengakuan nyata dari orang sekitarnya karena
kemampuan yang memikat, kemampuan ilmu dan kemampuan
membina hubungan.
C. Fungsi Kepemimpinan
a. Pemimpin sebagai eksekutif ( executive Leader)
Sering kali disebut sebagai administrator atau manajer. Fungsinya
adalah menerjemahkan kebijaksanaan menjadi suatu kegiatan, dia
memempin dan mengawasi tindakan orang-orang yang menjadi
bawahannya. Dan membuat keputusan – keputusan yang kemudian
memerintahkannya untuk dilaksanakan. Kepemimpinan ini banyak
ditemukan didalam masyarakat dan biasanya bersifat kepemerintahan,
mulai dari pusat sampai ke daerah-daerah memerlukkan fungsi tersebut.
b. Pemimpin sebagai penengah
Dalam masyarakat modern, tanggung jawab keadilan terletak di tangan
pemimpin dengan keahliaanya yang khas dan ditunjuk secara khusus.
Ini dikenal dengan pengadilan. Dan bidang lainnya, umpamanya dalam
bidang olahraga, terdapat wasit yang mempunyai tugas sebagai wasit.
c. Pemimpin sebagai penganjur
Sebagai propagandis, sebagai juru bicara, atau sebagai pengarah opini
merupakan orang-orang penting dalam masyarakat. Mereka bergerak
dalam bidang komunikasi dan publistik yang menguasai ilmu
komunikasi. Penganjur adalah sejenis pemimpin yang memberi inspirasi
kepada orang lain. Seringkali ia merupakkan orang yang pandai bergaul
dan fasih berbicara.
d. Pemimpin sebagai ahli
Pemimpin sebagai ahli dapat dianalogikan sebagai instruktur atau
seorang juru penerang, berada dalam posisi yang khusus dalam
hubungannya dengan unit sosial dimana dia bekerja. Kepemimpinannya
hanya berdasarkan fakta dan hanya pada bidang dimana terdapat fakta.
Termasuk dalam kategori ini adalah guru, petugas sosial, dosen, dokter,
ahli hukum, dan sebagainya yang mencapai dan memelihara
pengaruhnya karena mereka mempunyai pengetahuan untuk diberikkan
kepada orang lain
e. Pemimpin diskusi
Tipe pemimpin yang seperti ini dapat dijumpai dalam lingkungan
kepemimpinan yang demokratis dimana komunikasi memegang
peranan yang sangat penting. Seseorang yang secara lengkap memenuhi
kriteria kepemimpinan demokratis ialah orang yang menerima
peranannya sebagai pemimpin diskusi.

D. Teori Kepemimpinan
Teori kepemimpinan menurut Suarli & Bahtiar (2009) terdiri dari
teori berdasarkan sifat ( traits theory), berdasarkan perilaku (behaviour
theory) dan berdasarkan situasi (contingency Theory). Sedangkan menurut
Nursalam (2011) selain ketiga teori tersebut ada juga teori kontemporer
(kepemimpinan dan manajemen), teori motivasi, teori interaktif, teori X,
teori Y dan teori z.
1. Teori Bakat / Sifat (Traits Theory)
Teori ini menekankan bahwa setiap orang adalah pemimpin (pemimpin
dibawa sejak lahir bukan didapat) dan mereka mempunyai karakteristik
tertentu yang membuat mereka lebih baik dari orang lain. (Nursalam,
2011). Sifat-sifat pemimpin yang diharapkan dari teori ini adalah selalu
antusias; mengenal dirinya sendiri; waspada; mempunyai rasa percaya
diri yang kuat; merasa bertanggung jawab; mempunyai rasa humor
(Suarli & Bahtiar, 2009)
2. Teori Perilaku (behaviour theory)
Teori ini menjelaskan perilaku pemimpin yang membuat seseorang
menjadi pemimpin yang efektif. Pemimpin yang efektif adalah pemimpin
yang menggunakan cara-cara yang dapat mewujudkan sasarannya (Suarli
& Bahtiar, 2009). Sedangkan menurut Nursalam (2011) teori perilaku
lebih menekankan pada apa yang dilakukan pemimpin dan bagaimana
seorang manajer menjalankan fungsinya.
3. Teori Kontingensi dan Situasional
Menurut Suarli & Bahtiar (2009) Teori ini membahas hubungan antara
pemimpin dan situasi. Ada tiga variabel situasional yang dapat
membantu gaya kepemimpinan yang efektif yaitu hubungan atasan
dengan bawahan; struktur tugas yang harus dikerjakan dan posisi
kewenangan seseorang. Teori situasi ini dapat dimanifestasikan sebagai
berikut :
a. Dapat memberi perintah yang akan dilaksanakan
b. Menggunakan saluran yang sudah ditetapkan\
c. Mentaati peraturan
d. Disiplin
e. Mendengarkan informasi dari bawahan
f. Tanggap terhadap situasi
g. Membantu bawahan.
4. Teori Kontemporer
Teori ini menyatakan ada 4 komponen penting dalam suatu pengelolaan,
yaitu:
a. manajer/pemimpin,
b. staf dan atasan,
c. pekaryaan,
d. lingkungan.
Teori ini menekankan bahwa dalam melaksanakan suatu manajemen
seorang pemimpin harus mengintegrasikan keempat unsur tersebut untuk
mencapai tujuan organisasi
5. Teori Interaktif
Teori interaktif menurut Schein (1970) menekankan bahwa staff
atau pegawai adalah manusia sebagai suatu sistem terbuka yang selalu
berinteraksi dengan sekitarnya dan berkembang secara dinamis.
Sedangkan menurut Hollander (1978) pemimpin adalah sebagai proses
dua arah yang dinamis. Tiga dasar komponen yang terlibat didalamnya
yaitu : pemimpin, staff dan lingkungan/situasi.
6. Teori X , Teori Y dan teori Z
Pemimpin yang memegang teori X cenderung menganggap
bawahannya sebagai alat produksi semata, dimotivasi oleh hukuman dan
hadiah, tidak memiliki keinginan untuk maju dan menghindari tanggung
jawab. Akibatnya pemimpin harus mengawasi dengan ketat, membuat
dan menjalankan aturan organisasi dengan keras dan menggunakan
ancaman hukuman untuk menakuti bawahan agar mau bekerja.
Pemimpin juga tidak memiliki kepercayaan terhadap anak buahnya
sehingga pemimpin lebih banyak memberikan perintah, bertindak
otoriter,menginginkan kepatuhan yang tinggi dari bawahan dan
menganggap bawahan tidak bisa diberikan tanggung jawab.
Pemimpin yang memegang teori Y akan beranggapan bahwa
bawahan merupakan individu yang bisa berkembang secara baik,
mempunyai pengendalian diri dan bertanggung jawab atas pekerjaannya.
Akibatnya pemimpin lebih banyak memberikan dorongan, kesempatan
untuk maju bagi bawahannya dan tanggung jawab melalui pendelegasian
tugas. Pemimpin juga mempeunyai kepercayaan yang besar kepada
bawahannya dan meyakini bahwa mereka mempunyai potensi dan
kemampuan yang besar jika dibimbing secara baik. Gaya
kepemimpinannya lebih demokratis dan tidak otoriter.
Teori Z merupakan pengembangan dari teori Y dan mendukung
gaya kepemimpinan yang demokratis. Komponen teori Z meliputi
pengambilan keputusan dan kesepakatan, menempatkan pegawai sesuai
keahliannya, menekankan pada keamanan pekerjaan, promosi yang
lambat dan pendekatan yang holistik terhadap staf. Teori ini lebih
menekankan pada staf dibandingkan dengan kualitas produksi.

Tabel : Perbandingan teori X, Y, Z Douglas Mc. Gregor, Ouchi


(Nursalam 2011)
TEORI X TEORI Y TEORI Z
1. Menghindari 1. Senang bekerja 1. Menekankan
pekerjaan bila ada 2. Mandiri pada teori
kesempatan 3. Mempunyai humanistis
2. Tidak senang bekerja tanggungjawab 2. Focus : motivasi
3. Harus diarahkan 4. Kreatif dan yang lebih
4. Mempunyai sedikit berkembang kepada karyawan
ambisi 5. Menggunakan untuk
5. Menghindar dari pendekatan meningkatkan
tanggung jawab ilmiah kepuasan kerja
6. Memerlukan 6. Memerlukan dan
supervise ketat supervise menghasilkan
7. Termotivasi oleh seperlunya produksi.
hukuman dan hadiah 7. Berminat dalam 3. Karakteristik :
menyelesaikan pengambilan
masalah keputusan
organisasi bersama, masa
bekerja yang
lama, promosi
jabatan yang
lambat dan
bertahap,
supervise tidak
secara langsung,
menekankan
pada pendekatan
holistis.

E. Gaya Kepemimpinan dan tingkat kedewasaan anggota tim


1. Gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah pola tingkah laku yang dirancang untuk
mengintegrasikan tujuan organisasi dengan tujuan individu untuk
mencapai suatu tujuan (Suarli & Bahtiar, 2009). Berikut beberapa
macam gaya kepemimpinan menurut para ahli :
a. Menurut Harris
Harris dalam suarli & Bahtiar (2009) membagi gaya kepemimpinan
menjadi tiga bagian yaitu :
1) Kepemimpinan otokratik
Pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan otokratik
menganggap bahwa semua kewajiban untuk mengambil
keputusan, menjalankan tindakan, mengarahkan, memberikan
motivasi dan mengawasi bawahannya berpusat ditangannya.
Pemimpin merasa hanya dirinya yang berkompeten dan
menganggap bawahannya tidak mampu mengarahkan diri mereka
sendiri.
2) Kepemimpinan partisipatif
Pemimpin dengan gaya partisipatif akan serius mendengarkan
dan menilai pemikiran bawahannya, menerima sumbangan
pemikiran bawahan sejauh pemikiran tersebut bisa dipraktikkan.
Pemimpin akan mendorong stafnya untuk meningkatkan
kemampuan mengambil keputusan, kemampuan mengendalikan
diri dan menerima tanggung jawab yang lebih luas. Pemimpin
akan lebih suportif dalam kontak dengan bawahannya, tidak
bersikap diktator walaupun wewenang terakhir dalam
pengambilan keputusan tetap ada pada pemimpin.
3) Kepemimpinan free reign
Ciri dari gaya kepemimpinan ini adalah adanya pendelegasian
wewenang dari pemimpin ke bawahannya untuk mengambil
keputusan dengan agak lengkap. Disini pemimpin menginginkan
agar staf/bawahan dapat mengendalikan diri mereka masing-
masing dalam menyelesaikan tugas mereka.
b. Menurut Gilles
Menurut Gilles dalam suarli & Bahtiar (2009) ada empat gaya
kepemimpinan yaitu:
1) Otokratis
2) Demokratis
Gaya seorang pemimpin yang menghargai karakteristik dan
kemampuan seseorang. Pemimpin demokratis menggunakan
kekuatan pribadi dan kekuatan jabatan untuk menarik gagasan
dari para pegawai dan memotivasi anggota kelompok kerja untuk
menentukan tujuan, mengembangkan rencana dan mengontrol
praktik mereka sendiri.
3) Partisipatif
4) Laissez Faire
Gaya kepemimpinan Laissez Faire disebut juga gaya
membiarkan adalah gaya mengatur atau mengkoordinasi dan
memaksa bawahannya untuk merencanakan, melakukan dan
menilai pekerjaan mereka sendiri.
c. Menurut Lippith dan White
Menurut Lippith dan White dalam Nursalam (2011), terdapat tiga
gaya kepemimpinan yaitu:
1) Otoriter
Ciri dari gaya kepemimpinan ini adalah : wewenang mutlak
berada pada pimpinan, keputusan dan kebijakan selalu dibuat
oleh pimpinan, komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan
ke bawahan, tugas-tugas bawahan diberikan secara instruktif,
lebih banyak kritik daripada pujian, kasar dalam bersikap dan
tanggung jawab keberhasilan organisasi hanya di pikul oleh
pimpinan.
2) Demokratis
Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam
mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berbagai kegiatan yang
akan dilakukan bersama antara pimpinan dan bawahan.
3) Liberal
Kepemimpinan liberal adalah kemampuan mempengaruhi orang
lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan
cara lebih banyak menyerahkan pelaksanaan berbagai kegiatan
kebawahan.
d. Menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt
Menurut Menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt
dalam Nursalam (2011), gaya kepemimpinan dapat dijelaskan
melalui dua titik ekstrim yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan
dan kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya tersebut
dipengaruhi oleh faktor manajer, faktor karyawan, dan faktor situasi.
Jika pemimpin memandang bahwa kepentingan organisasi harus
didahulukan jika dibanding dengan kepentingan individu, maka
pemimpin akan lebih otoriter, akan tetapi jika bawahan mempunyai
pengalaman yang lebih baik dan menginginkan partisipasi, maka
pemimpin dapat menerapkan gaya partisipasinya
e. Menurut Likert
Likert dalam Nursalam (2011) mengelompokkan gaya
kepemimpinan dalam 4 sistem :
1) Sistem Otoriter-Eksploitatif.
Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang
rendah terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui
ancaman atau hukuman. Komunikasi yang dilakukan satu arah ke
bawah (top-down).
2) Sistem Benevolent-Authoritative.
Pemimpin mempercayai bawahan sampai pada tingkat tertentu,
memotivasi bawahan dengan ancaman atau hukuman tetapi tidak
selalu dan membolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin
memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan wewenang,
meskipun dalam pengambilan keputusan masih melakukan
pengawasan yang ketat.
3) Sistem Consultatif.
Pemimpin mempunyai kepercayaan terhadap bawahan cukup
besar. Pemimpin menggunakan balasan (insentif) untuk
memotivasi bawahan dan kadang-kadang menggunakan ancaman
atau hukuman. Komunikasi dua arah dan menerima keputusan
spesifik yang dibuat oleh bawahan.
4) Sistem Participative.
Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap
bawahan, selalu memanfaatkan ide bawahan, menggunakan
insentif untuk memotivasi bawahan. Komunikasi dua arah dan
menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja.
f. Menurut teori X dan teori Y
Gaya kepemimpinan menurut teori X dan Y dibedakan menjadi 4
macam:
1) Gaya Kepemimpinan Diktator.
Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan
ketakutan serta menggunakan ancaman dan hukuman
merupakan bentuk pelaksanaan dari teori X.
2) Gaya Kepemimpinan Autokratis.
Pada dasarnya gaya kepemimpinan ini hampir sama dengan
gaya kepemimpinan diktator namun bobotnya agak kurang.
Segala keputusan berada ditangan pemimpin, pendapat dari
bawah tidak pernah dibenarkan. Gaya ini juga merupakan
pelaksanaan dari teori X.
3) Gaya Kepemimpinan Demokratis.
Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam
pengambilan sebuah keputusan yang dilakukan dengan cara
musyawarah. Gaya kepemimpinan ini pada dasarnya sesuai
dengan teori Y
4) Gaya Kepemimpinan Santai.
Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat karena segala
keputusan diserahkan pada bawahan. Gaya kepemimpinan ini
sesuai dengan teori Y.
g. Gaya kepemimpinan menurut Robert House
1) Direktif
Pemimpin menyatakan kepada bawahan tentang bagaimana
melaksanakan suatu tugas. Gaya ini mengandung arti bahwa
pemimpin selalu berorientasi pada hasil yang di capai oleh
bawahannya.
2) Supportif
Pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan
bersikap ramah terhadap bawahan.
3) Partisipatif
Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan
masukan dan saran dalam rangka pengambilan sebuah keputusan.
4) Berorientasi tujuan
Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan
mengharapkan bawahan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut
dengan septimal mungkin.
h. Menurut Hersey dan Blanchard
Gaya kepemimpinan Hersey dan Blanchard disebut gaya
kepemimpinan situasional yang didasarkan saling pengaruh antara
perilaku kepemimpinan yang ia terapkan, sejumlah pendukungan
emosional yang ia berikan dan tingkat kematangan bawahannya
(hersey & Blanchard, 2000 dalam Usman, 2013)
Ada 4 gaya dasar kepemimpinan situasional menurut Hersey dan
Blanchard yaitu :
1) Gaya 1 (G1) : Instruksi (memberitahukan)
Ini ditujukkan oleh perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan
dan rendah dukungan, gaya ini dicirikan dengan komunikasi satu
arah. Pemimpin memberikan batasan peranan pengikutnya dan
memberitahu mereka tentang apa, bagaiman, bilamana dan
dimana melaksanakan berbagai tugas. Inisiatif pemecahan
masalah dan pembuatan keputusan semata-mata dilakukan oleh
pemimpin. Pemecahan masalah dan keputusan diumumkan dan
pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh pemimpin.
2) Gaya 2 (G2) : Konsultasi (menjajakan)
Ini ditunjukkan oleh perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan
dan tinggi dukungan, dalam menggunakan gaya ini pempimpin
masih banyak memberikan pengarahan dan masih membuat
hampir sama dengan keputusan, tetapi hal ini diikuti dengan
meningkatkan komunikasi dua arah dan perilaku mendukung,
dengan berusaha mendengar perasaan pengikut tentang
keputusan yang dibuat, serta ide-ide dan saran-saran mereka.
Meskipun dukungan ditingkatkan, pengendalian (control) atas
pengambilan keputusan tetap pada pemimpin.
3) Gaya 3 (G3) : Partisipasi (mengikutsertakan)
Ini ditunjukkan oleh perilaku pemimpin yang tinggi dukungan
dan rendah pengarahan. Posisi kontrol atas pemecahan masalah
dan pembuatan keputusan dipegang secara bergantian. Dengan
penggunaan gaya 3 ini, pemimpin dan pengikut saling tukar-
menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuat keputusan.
Komunikasi dua arah ditingkatkan, dan peranan pemimpin
adalah secara aktif mendengar. Tanggung jawab pemecahan
masalah dan pembuatan keputusan sebagian besar berada pada
pihak pengikut. Hal ini sudah sewajarnya karena pengikut
memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas.
4) Gaya 4 (G4) : Delegasi (mendelegasikan)
Ini ditunjukkan oleh perilaku pemimpin yang rendah dukungan
dan rendah pengarahan. Pemimpin mendiskusikan masalah
bersama-sama dengan bawahan sehingga tercapai kesepakatan
mengenai definisi masalah yang kemudian proses pembuatan
keputusan didelegasikan secara keseluruhan kepada bawahan.
Sekarang bawahanlah yang memiliki kontrol untuk memutuskan
tentang bagaimana cara pelaksanaan tugas. Pemimpin
memberikan kesempatan yang luas bagi bawahan untuk
melaksanakan pertunjukkan mereka sendiri karena mereka
memiliki kemampuan dan keyakinan untuk memikul
tanggungjawab dalam pengarahan perilaku mereka sendiri

Gambar 1. Empat Gaya Dasar Kepemimpinan

2. Tingkat kedewasaan anggota tim


Kematangan (maturity) dalam kepemimpinan situasional dapat
dirumuskan sebagai suatu kemampuan dan kemauan orang-orang
untuk bertanggungjawab dalam mengarahkan perilakunya sendiri.
Ada dua dimensi kematangan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Kematangan Pekerjaan
Dikaitkan dengan kemampuan untuk melakukan sesuatu. Hal ini
berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan. Orang-orang
yang memiliki kematangan pekerjaan yang tinggi dalam bidang
tertentu memiliki pengetahuan, kemampuan, dan pengalaman
untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu tanpa arahan dari orang
lain.
b. Kematangan Psikologis
Dikaitkan dengan kemauan atau motivasi untuk melakukan
sesuatu. Hal ini erat kaitannya dengan rasa yakin dan keikatan.
Orang-orang yang sangat matang secara psikologis dalam bidang
atau tanggungjawab tertentu merasa bahwa tanggungjawab
merupakan hal yang penting serta memiliki rasa yakin terhadap diri
sendiri dan merasa dirinya mampu dalam aspek pekerjaan tertentu.
Mereka tidak membutuhkan dorongan ekstensif untuk mau
melakukan hal-hal dalam bidang tersebut.
Berdasarkan kemampuan dan kemauan yang dijelaskan tersebut,
maka kematangan pengikut dapat dikelompokkan menjadi empat
level kematangan, seperti tertera pada tabel dibawah ini:

Tabel 1. Kontinum Tingkat Kematangan Pengikut

TINGGI SEDANG RENDAH


M4 M3 M2 M1
Mampu dan Mampu tetapi Tidak mampu tapi Tidak mampu dan
mau atau tidak mau atau mau atau percaya tidak mau atau
percaya diri tidak percaya diri diri tidak percaya diri

Indikator dari kesiapan setiap level tersebut adalah sebagai berikut:


1) Dalam Kematangan Level 1 (M1), pengikut tidak mampu dan
kurang komitmen dan motivasi untuk melaksanakan tugasnya atau
dapat juga pengikut tidak mampu dan merasa tidak percaya diri
untuk melaksanakan tugasnya. Indikator M1 atau tak mampu dan
tidak mau antara lain adalah:
a) Tidak melakukan tugas pada level yang dapat diterima
b) Terintimidasi oleh tugasnya
c) Tidak jelas mengenai arah tugas
d) Penundaan pelaksanaan tugas
e) Mengajukan sejumlah pertanyaan mengenai tugas
f) Menghindari tugas
g) Menjadi defensif atau tidak enak untuk melaksanakan tugas.
2) Dalam Kematangan Level 2 (M2), pengikut tidak mampu akan
tetapi mempunyai kemauan untuk melaksanakan tugas. Pemimpin
kurang kemampuannya akan tetapi termotivasi untuk berupaya
melaksanakan tugasnya. Atau pengikut tidak mampu tapi punya
percaya diri untuk melaksanakan tugasnya sepanjang pemimpin
berada di dekatnya untuk memberikan panduan. Indikatornya
adalah sebagai berikut:
a) Tertarik dan responsif
b) Menunjukkan kemampuan sedang
c) Mau menerima masukan
d) Penuh perhatian
e) Antusiastik
f) Mau melaksanakan tugas baru tanpa pengalaman.
3) Dalam Kematangan Level 3 (M3), pengikut mempunyai
kemampuan akan tetapi tidak mempunyai kemauan untuk
mempergunakan kemampuannya untuk melaksanakan tugas.
Dapat juga pengikut mempunyai kemampuan akan tetapi tidak
mempunyai percaya diri untuk melaksanakan tugasnya. Indikator
kesiapan ini adalah sebagai berikut:
a) Telah menunjukkan pengetahuan dan kemampuan
b) Tampak ragu-ragu untuk menyelesaikan atau mengambil
langkah berikutnya dalam melaksanakan tugas
c) Kelihatannya takut, kaget dan bingung
d) Tampak masa bodo untuk melaksanakan tugas sendiri
e) Sering meminta balikan
4) Dalam Kematangan Level 4 (M4), pengikut mempunyai
kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan tugas. Atau
mungkin juga pengikut mempunyai kemampuan dan mempunyai
percaya diri untuk melaksanakan tugasnya. Indikator dari
kesiapan ini adalah:
a) Membuat atasan selalu terinformasi tentang kemajuan
pelaksanaan tugas
b) Mempergunakan sumber secara efisien
c) Bertanggungjawab dan berorientasi pada hasil
d) Dapat melaksanakan tugas secara independent
e) Berbagi berita baik dan buruk
f) Membuat keputusan yang efektif mengenai tugas
g) Melaksanakan standar tinggi
h) Berbagi ide kreatif
i) Menyelesaikan tugas tepat waktu atau lebih cepat
Kepemimpinan situasional berfokus pada kesesuaian atau efektivitas
gaya kepemimpinan sejalan dengan tingkat kematangan atau
perkembangan yang relevan dari para pengikut.
1. Instruksi (G1) diberikan untuk pengikut yang rendah
kematangannya. Orang yang tidak mampu dan mau (M1) memiliki
tanggung jawab untuk melaksanakan sesuatu adalah tidak kompeten
atau tidak memiliki keyakinan.
2. Konsultasi (G2) adalah untuk tingkat kematangan rendah ke sedang.
Orang yang tidak mampu tetapi berkeinginan (M2) untuk memikul
tanggung jawab memiliki keyakinan tetapi kurang memiliki
keterampilan.
3. Partisipasi (G3) adalah bagi tingkat kematangan dari sedang ke
tinggi. Orang-orang pada tingkat perkembangan ini memiliki
kemmapuan tetapi tidak berkeinginan (M3) untuk melakukan suatu
tugas yang diberikan. Ketidakkeinginan mereka itu seringkali
disebabkan karena kurangnya keyakinan.
4. Delegasi (G4) adalah bagi tingkat kematangan yang tinggi. Orang-
orang dengan kematangan seperti ini adalah mampu dan mau, atau
mempunyai keyakinan untuk memikul tanggung jawab.

Gambar 2 Model Kepemimpinan Situasional

3. Ciri dan keterampilan yang harus dikuasai pemimpin yang efektif


1. Ciri-ciri pemimpin yang efektif
Pemimpin yang efektif tidak berdasarkan pada sifat manusia
tertentu, tetapi terletak pada seberapa jauh seorang pemimpin dapat
mengatasi keadaan yang dihadapinya (usman, 2013). Wexley dan
Yulk dalam Usman (2013) menyatakan bahwa terdapat beberapa
persyaratan untuk menjadi pemimpin yang efektif, yaitu
kemmpuan yang lebih tinggi dari rata-rata bawahannya, antara
lain:
a) Memiliki kecerdasan yang cukup
b) Memiliki kemamouan berbicara
c) Memiliki kepercayaan diri
d) Memiliki inisiatif
e) Memiliki motivasi berprestasi
f) Memiliki ambisi

Ciri kepemimpinan efektif menurut teori bakat (Swansburg, 1993;


Nursalam 2011)
Intelegensi Kepribadian Perilaku
1. Pengetahuan 1. Adaptasi 1. Kemampuan
2. Keputusan 2. Kreatif bekerjasama
3. Kelancaran 3. Kooperatif 2. Kemampuan
berbicara 4. Siap/Siaga interpersonal
5. Rasa percaya 3. Kemampuan
diri diplomasi
6. Integritas 4. Partisipasi
7. Keseimbangan social
emosi dan 5. Prestise
mengontrol
8. Independen
9. Tenang

Karakteristik kepemimpinan yang efektif menurut Yulk (2010)


a) Sifat-sifat (motif-motif, kepribadian dan nilai-nilai)
b) Percaya diri dan optimisme
c) Keterampilan dan keahlian
d) Perilaku
e) Integritas (kejujuran, perilaku yang konsisten dengan nilai-
nilai)
f) Taktik atau seni mempengaruhi
g) Atribut tentang pengikut
Kriteria yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin yang
berkualitas (Suarli & Bahtiar, 2009) :
a) Mempunyai keinginan untuk menerima tanggung jawab
b) Mempunyai kemampuan untuk perceptive insight atau
persepsi introspektif
c) Mempunyai kemampuan untuk menentukan prioritas
d) Mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi
4. Keterampilan yang harus dikuasai pemimpin
Pemimpin memerlukan keterampilan, pengetahuan, dan
kemampuan tertentu untuk berhasil. Elemen ini disebut kompetensi.
Untuk mengkaji kompetensi kepeminpinan bisa dengan cara membagi
kompetensi tersebut ke dalam empat kelompok atau domain.
Domain dan kompetensi kepemimpinan (Hillgerman, Diana
(Ed,), The 2004 ACHEAUPHA Pedagogy Enchancement Work
Group, June, 2005. Dalam Buchbinder, 2014.):
a. Domain fungsional dan teknis
Kompetensinya : Pengetahuan usaha , kelihaian, visi strategis,
pengambilan keputusan dan mutu keputusan, etika dan nilai-nilai
manajerial, penyelesaian masalah, mengelola / mengatasi
perubahan, ambiguitas, pemikiran sistem, otoritas
b. Domain pengembangan diri dan pemahaman diri
Kompetensinya : kesadaran diri dan kepercayaan diri, pengaturan
diri dan tanggungjawab pribadi, responsibilitas, kejujuran dan
integritas, pembelajaran seumur hidup, motivasi/ hasrat untuk
berprestasi, empati dan kasih sayang, fleksibilitas, tekad,
keseimbangan hidup/kerja.
c. Domain antar personal
Kompetensinya : komunikasi, memotivasi, pemberdayaan
bawahan, manajemen proses kelompok, manajemen dan resolusi
konflik, negosiasi, presentasi formal, interaksi sosial.
d. Domain organisasi
Kompetensinya : desain organisasi, pembentukkan tim, penetapan
prioritas, kemampuan politis, mengelola dan mengukur
kinerja,mengembangkan orang lain, sumber daya manusia, sumber
daya komunitas dan eksternal, mengelola budaya/perbedaan.
Hersey & Blanchard (1988 dalam Cherry & Jacob, 2008)
mengidentifikasi 3 hal yang diperlukan untuk kepemimpinan yang
efektif yaitu :
a. Technical skills termasuk keahlian klinis dan tehnik
keperawatan.
1) Menjaga keterampilan klinis dan pengetahuan yang terkini.
2) Memimpin anggota/staf dengan adequate dan kompeten
serta bertanggungjawab terhadap apa yang ditugaskan.
3) Bertindak sebagai konsultan dalam menyelesaikan masalah
klinis serta berkontribusi dalam kebijakan keperawatan dan
mampu memberikan pengajaran bagi orang lain.
b. Human skills memiliki kemampuan dan pertimbangan untuk
bekerjasama dengan orang-orang dalam peran kepemimpinan
yang efektif.
1) Mampu mengembangkan dan menjadi role model suatu
komitment untuk menjadi lebih baik.
2) Menjaga kejujuran dan integritas dalam bekerjasama dan
melaksanakan pekerjaan
3) Memberikan dukungan moril dan memberi contoh bagi staf
dalam berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pelayanan
keperawatan.
4) Keluar dari kantor dan perhatikan area pasien, dengarkan
keluhan pasien dan staf (hanya diam dan duduk di kantor).
5) Menjadi seorang yang proaktif dalam menyelesaikan
masalah.
c. Conceptual skills memiliki kemampuan untuk memahami
kompleksitas organisasi secara keseluruhan
1) Membuat komitmen dalam mendukung terhadap misi, visi
dan tujuan organisasi.
2) Memahami kebutuhan customer baik internal maupun
eksternal.
Current Issues

1. Jenjang karir
Jenjang karir keperawatan akhir- akhir ini sedang hangat-hangatnya dibahas
di setiap instansi yang didalamnya melibatkan perawat. Walau pada
kenyataannya tidak semua instansi bisa menerapkan jenjang karir seperti
pedoman jenjang karir perawat yang dikeluarkan oleh depkes. Banyak instansi
melakukan jenjang karirnya disesuaikan dengan keadaan yang ada di instansi
tersebut. Peran pemimpin yang berhubungan dengan jenjang karir diantaranya
yaitu berupa kegiatan/keputusan mengenai:
a. Penilaian Tampilan kerja
b. Promosi jabatan
c. Pemberian kesempatan untuk mengikuti pelatihan atau pendidikan.
2. Kegiatan rotasi – mutasi
Program rotasi dan mutasi perawat adalah suatu program yang ditujukan
bagi perawat yang bekerja di lingkungan RS. Mutasi adalah perpindahan
atau perputaran perawat dari bagian keperawatan ke bagian lain, di luar
lingkungan keperawatan. Adapun rotasi adalah perpindahan intern Ruang
Rawat yang dilakukan oleh Bidang Keperawatan sesuai dengan prosedur
yang berlaku.
Tujuan Umum :
a. Mengetahui pelayanan keperawatan secara menyeluruh.
b. Meningkatkan keterampilan perawat .
c. Menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama mengikuti pendidikan.
Tujuan Khusus :
a. Memenuhi kebutuhan tenaga di suatu ruang atau instalasi.
b. Mengurangi kejenuhan perawat .
c. Memelihara hubungan yang baik antar ruang.
d. Memberikan kesempatan untuk meningkatkan keterampilan.
e. Meningkatkan pelayanan dan motivasi perawat agar mempunyai
kemampuan yang profesional
GAYA KEPEMIMPINAN DAN TINGKAT KEDEWASAAN
ANGGOTA TIM

KELOMPOK 2
DISUSUN OLEH :

AYU ANDIA FAHIRA 16.01.002


ELISA ADYTIA 16.01.006
KLARA YANTI RAMANDEI 16.01.011
MIFTA KHARISMA 16.01.015
NURUL ULFAH MUSPAH 16.01.021
SISILIA FELISITASERA 16.01.028
FAISAL YUSUF 16.01.034

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PANAKKUKANG
MAKASSAR 2018/2019

Anda mungkin juga menyukai