KOLOID
Di susun oleh :
Rahmatika Nur Azzahra
XI MIA 5
SMAN 15 BANDUNG
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sistem koloid berhubungan dengan proses – proses di alam yang mencakup berbagai bidang.
Misalnya saja, makanan yang kita makan (dalam ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh,terlebih
dahulu diproses sehingga berbentuk koloid, dan protoplasma dalam sel – sel makhluk hidup. Dalam
kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui beberapa produk yang merupakan campuran dari beberapa
zat, tetapi zat tersebut dapat bercampur secara merata. Misalnya saja saat kita membuat susu, serbuk
atau tepung susu bercampur secara merata dengan air panas. Kemudian, es krim yang biasa kita
konsumsi, mempunyai rasa yang beragam, es krim tersebut haruslah disimpan dalam lemari es agar
tidak meleleh. Semua itu merupakan contoh sistem koloid.
Udara juga mengandung sistem koloid, misalnya polutan padat yang terdispersi (tercampur)
dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang terdispersi dalam udara yang disebut kabut merupakan
sistem koloid. Mineral – mineral yang terdispersi dalam tanah, yang dibutuhkan oleh tumbuh –
tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun untuk mandi dan mencuci berfungsi untuk
membentuk koloid antara air dengan kotoran yang melekat (minyak). Campuran logam selenium
dengan kaca lampu belakang mobil yang menghasilkan cahaya warna merah juga merupakan sistem
koloid.
BAB II
PEMBAHASAN
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat
yang brukuran koloid tersebar merata dalam zat lain. Ukuran koloid berkisar antara 1-100 nm. Contoh
: mayones dan cat, mayones adalah campuran homogen di air dan minyak dan cat adalah campuran
homogen zat padat dan zat cair.
3. Emulsi
Emulsi adalah suatu system koloid di mana zat terdispersi dan medium pendispersi sama-sama
merupakan cairan. Agar terjadi suatu campuran koloid, harus ditambahkan zat pengemulsi (emulgator).
Susu merupakan emulsi lemak dalam air, dengan kasein sebagai emulgatornya. Obat-obatan yang tidak
larut dalam air banyak yang dibuat dan dipanaskan dalam bentuk emulsi. Contohnya emulsi minyak
ikan. Emulsi yang dalam bentuk semipadat disebut krim.
4. Sifat-sifat Koloid
1. Efek Tyndall
Sifat pengahamburan cahaya oleh koloid di temukan oleh John Tyndall, oleh karena itu sifat ini
dinamakan Tyndall. Efek dari Tyndall digunakan untuk membedakan system koloid dari larutan sejati,
contoh dalam kehidupan sehari – hari dapat diamati dari langit yang tampak berwarna biru atau
terkandang merah/oranye.
Selain itu contoh lainnya adalah pada koloid kanji dan larutan Na2Cr2O7, maka sinar dihamburkan oleh
system koloid tetapi tidak dihamburkan oleh larutan sejati hal ini dapat dilihat terdapat berkas sinar
pada larutan. Larutan koloid kanji memiliki partikel-partikel koloid relatif besar untuk dapat
menhamburkan sinar dan sebaliknya Na2Cr2O7 memiliki partikel-partikel yang relatif kecil sehingga
hamburan yang terjadi sedikit kecil dan sulit diamati.
2. Gerak Brown
Dibawah mikroskop ultra, partikel koloid akan tampak sebagai titik cahaya. Jika pergerakan titik cahaya
atau partikel tersebut diikuti, partikel itu bergerak terus-menerus dengan gerakan zigzag. Hal ini
pertama kali diamati oleh Robert Brown (1773-1858), seorang ahli botani inggris pada tahun 1827. Ia
sedang mengamati butiran sari tumbuhan pada permukaan air dengan mikroskop. Partikel koloid dalam
medium pendispersinya disebut gerak brown. Gerak brown dapat diuraikan sebagai berikut: Partikel –
partikel suatu zat senantiasa bergerak. Gerakan tersebut bersifat acak seperti pada zat cair dan gas.
Sistem koloid dengan medium pendipersi zat cair atau gas, partikel-partikel menghasilkan tumbukan.
Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Partikel koloid cukup kecil, tumbukan cenderung
tidak seimbang. Dan menyebabkan perubahan arah partikel sehingga terjadi gerak zigzag atau gerak
brown.
Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak brown. Semakin besar ukuran partikel,
semakin lambat gerak brown.
Gerak Brown dipengerahui oleh suhu. Semakin tinggi suhu system, koloid, semakin besar energi
kinektik yang dimiliki partikel medium. Akibatnya, gerak Brown dari partikel fase terdispersinya
semakin cepat. Semakin rendah suhu system koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
3. Adsorpsi koloid
Partikel sol padat ditempatkan dalam zat cair atau gas, maka partikel zat cair atau gas akan
terakumulasi. Fenomena disebut adsorpsi. Jadi adsorpsi terkait dengan penyerapan partikel pada
permukaan zat. Partikel koloid sol memiliki kemampuan untuk mengadsorpsi partikel pendispersi pada
permukaanya. Daya adsorpsi partikel koloid tergolong besar Karenna partikelnya memberikan sesuatu
permukaan yang luas. Sifat ini telah digunakan dalam berbagai proses seperti penjernihan air.
4. Muatan koloid sol
Sifat koloid terpenting adalah muatan partikel koloid. Semua partikel koloid memiliki muatan
sejenis (positif dan negatif). Maka terdapat gaya tolak menolak antar partikel koloid. Partikel koloid
tidak dapat bergabung sehingga memberikan kestabilan pada sistem koloid. Sistem koloid secara
keseluruhan bersifat netral.
a. Sumber muatan koloid sol
Partikel-partikel koloid mendapat mutan listrik melalui dua cara, yaitu dengan proses adsorpsi dan
proses ionisasi gugus permukaan partikelnya.
- Proses adsorpsi
Partikel koloid dapat mengadsorpsi partikel bermuatan dari fase pendispersinya. Jenis muatan
tergantung dari jenis partikel yang bermuatan. Partikel sol Fel (OH)3 kemampuan untuk mengadsorpsi
kation dari medium pendisperinya sehingga bermuatan positif, sedangkal partikel sol As2S3
mengadsorpsi anion dari medium pendispersinya sehingga bermuatan negatif. Sol AgCI dalam medium
pendispersi dengan kation Ag+ berlebihan akan mengadsorpsi Ag+ sehingga bermuatan positif. Jika
anion CI- berlebih, maka sol AgCI akan mengadsorpsi ion CI- sehingga bermuatan positif.
- Proses ionisasi gugus permukaan partikel
Beberapa partikel koloid memperoleh muatan dari proses ionisasi gugus-gugus yang ada pada
permukaan partikel koloid.
-). Koloid protein
Koloid protein adalah jenis koloid sol yang mempunyai gugus yang bersifat asam (-COOH) dan biasa
(-NH2). Kedua gugus ini dapat terionisasi dan memberikan muatan pada molekul protein.
Pada ph rendah , gugus basa –NH2 akan menerima proton dan membentuk gugus –NH3. Ph tinggi, gugus
–COOH akan mendonorkan proton dan membentuk gugus –COO-. Pada pH intermediet partikel protein
bermuatan netral karena muatan –NH3+ dan COO- saling meniadakan.
-). Koloid sabun dan deterjen
Pada konsentrasi relatif pekat, molekul ini dapat bergabung membentuk partikel berukuran koloid yang
disebut misel. Zat yang molejulnya bergabung secara spontan dalam suatu fase pendispersi dan
membentuk partikel berukuran koloid disebut koloid terasosiasi.
Sabun adalah garam karboksilat dengan rumus R-COO-Na+.
Anion R-COO- terdiri dari gugus R- yang bersifat non pola. Gugus R- atau ekor non-polar tidak larut
dalam air sehingga akan terorientasi ke pusat.
b. Kestabilan koloid
Muatan partikel koloid adalah sejenis cenderung karena sering tolak-monolak.
c. Lapisan bermutar ganda
Permukaan partikel Koloid mendapat muatan bahwa partikel-partikel. lapisan bermuatan listrik ini
selanjutnya akan menarik ion-ion dengan
Permukaan lapisan ganda ini mengikuti model Helmoslzt. Sekarang model yang lebih akurat adalah :
Lapisan padat : koloid menarik ion-ion dengan muatan yang berlawanan.
Lapisandifusi : merupakan lapisan dimana muatan berlawanan dari medium pendispersi difusi.
d. Elektroforesis
Partikel koloid sol bermuatan listrik, maka partikel ini akan bergerak dalm medan listrik. Pergerakan
partikel koloid dalam medan listrik disebut elektrofesis.
Femonema elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan partikel koloid.
5. Koagulasi
Partikel-partikel koloid yang bersifat stabil karena memiliki muatan listrik sejenis. Apabila muatan
listrik itu hilang , maka partikel koloid tersebut akan bergabung membentuk gumpalan. Proses
penggumpalan partikel koloid dan pengendapannya disebut Koagulasi. Koagulasi biasa digunakan
untuk perebusan telur, pembuatan yoghurt, tahu, lateks, penjernihan air sungai, pembentukan delta, dan
pengolahan asap atau debu. Penghilangan muatan listrik pada partikel koloid ini dapat dilakukan empat
cara yaitu :
a. Menggunakan prinsip elektroforesis
Proses elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid yang bermuatan ke electrode dengan muatan
berlawanan. Ketika partikel mencapai electrode, maka partikel akan kehilangan muatannya.
b. Penambahan koloid lain dengan muatan berlawanan
Sistem koloid bermuatan positif dicampur dengan sistem koloid lain yang bermuatan negatif, kedua
koloid tersebut akan saling mengadsorpsi menjadi netral maka terbentuk kogulasi.
c. Penambahan elektrolit
Elektrolit ditambahkan kedalam sistem koloid maka partikel koloid yang bermuatan negatif akan
menarik ion positif dari elektrolit. Partikel koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif dari
elektrolit. Menyebabkan partikel koloid tersebut dikelilingi lapisan kedua yang memiliki muatan
berlawanan.
d. Pendidihan
Kenaikan suhu sistem koloid menyebabkan jumlah tumbukan antara partikel-partikel sol dengan
molekul-molekul air bertambah banyak. Menyebabkan lepasnya elekrolit yang teradsorpsi pada
permukaan koloid.
6. Koloid pelindung
Ukuran partikel koloid berada di antara partikel larutan dan suspensi, karena itu cara pembuatannya
dapat dilakukan dengan memperbesar partikel larutan atau memperkecil partikel suspensi. Maka dari
itu, ada dua metode dasar dalam pembuatan iystem koloid sol, yaitu:
- Metode kondensasi yang merupakan metode bergabungnya partikel-partikel kecil larutan sejati yang
membentuk partikel-partikel berukuran koloid.
- Metode dispersi yang merupakan metode dipecahnya partikel-partikel besar sehingga menjadi
partikel-partikel berukuran koloid.
Sifat karakteristik kolid yang penting, yaitu sangat bermanfaat untuk mencampur zat-zat yang tidak
dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi skala besar. Oleh karena
sifat tersebut, sistem koloid menjadi banyak kita jumpai dalam industri (aplikasi koloid untuk produksi
cukup luas). Tetapi selain industri, sistem koloid juga banyak dapat kita jumpai dsalam kehidupan kita
sehari-hari, contohnya saja di alam, kedokteran, pertanian, dsb;
Penggumpalan darah
Darah mengandung sejumlah kolid protein yangbermuatan negative. Jika terdapat luka kecil, maka luka
tersebut dapat doibati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al+3 dan Fe+3,
dimana ion-ion tersebut akan membantu menetralkan muatan-muatan partikel koloid protein
danmembnatu penggumpalan darah.
Pemutihan gula
Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae
atau karbon, partikel-partikel koloid kemudian akan mengadsorbsi zat warna tersebut. Sehingga gula
tebu yang masih berwarna dapat diputihkan.
Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur, dan
berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk menjadikannya layak untuk
diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu
dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan
terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi: Al3+ + 3H2O
Al(OH)3 + 3H+ . Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah
liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap bersama tawas
yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat
yang brukuran koloid tersebar merata dalam zat lain.
Sistem koloid adalah suatu campuran yang keadaannya terletak di antara campuran homogen (larutan)
dan heterogen (suspensi).
Sistem koloid terdiri atas dua fase yakni fase terdispersi (fase dalam) dan fase pendispersi (fase luar,
medium). Zat yang fasenya tetap, disebut zat pendispensi. Sementara itu, zat yang fasenya berubah
merupakan zat terdispensi.
Sifat-sifat Koloid yaitu : efek tyndall, gerak brown, adsorpsi koloid, muatan koloid sol, koagulasi, dan
koloid pelindung.
Cara pembuatan sistem koloid dapat dilakukan dengan memperbesar partikel larutan atau memperkecil
partikel suspensi. Ada dua metode dasar dalam pembuatan sistem koloid sol, yaitu:
- Metode kondensasi
- Metode dispersi