Ipi 74627
Ipi 74627
Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Dipenogoro
Kampus Tembalang, Semarang 50275 Telp/Fax. 024-7474698
email: Ahong_pulung@yahoo.com
supri_yantini@yahoo.com
Abstrak
Kepiting bakau (Scylla Serrata) memiliki potensi pasar yang cukup komersial di dalam negeri maupun
luar negeri. Hal tersebut dikarenakan kepiting bakau (Scylla serrata) memiliki rasa yang lezat, enak dan
bergizi tinggi. Masyarakat belum mengetahui kandungan kolesterol yang terdapat pada kepiting bakau
(Scylla serrata) jantan dan betina. Pengetahuan mengenai kandungan kolesterol sangatlah penting untuk
mempertimbangkan asupan nutrisi dalam mengkonsumsi suatu produk yang baik untuk kesehatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kolesterol kepiting bakau (Scylla serrata) jantan
dan betina di Pemalang dan Demak. Penelitian ini menggunakan metode deskiptif. Pengambilan sampel
menggunakan metode purposive random sampling. Penentuan lokasi menggunakan metode
pertimbangan purposive sampling method. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober – 25
November 2011. Materi yang digunakan adalah 30 kepiting jantan dan 30 kepiting betina dengan berat
berkisar antara 60 – 100 gram. Analisis kandungan kolesterol menggunakan metode Lieberman–
Burchad. Hasil penelitian menunjukan bahwa kepiting bakau (Scylla serrata) yang berasal dari Pemalang
mempunyai kandungan kolesterol yang lebih besar dibandingkan kepiting bakau (Scylla serrata) yang
berasal dari Demak. Sementara itu, kepiting jantan yang berasal dari Pemalang maupun Demak memiliki
kandungan kolesterol yang lebih besar dibandingkan dengan kepiting betina, masing – masing sebesar
66,67 mg/100g dan 61,67 mg/100g pada kepiting jantan dan 64,67 mg/100g dan 58,33 mg/100g pada
kepiting betina.
Kata Kunci: Kepiting Bakau (Scylla serrata) Jantan, Kepiting Bakau (Scylla serrata) Betina, Kolesterol,
Pemalang, Demak.
Abstract
Mud crab (Scylla serrata) have potency commercial market in this country and the other country. That
thing because mud crab (Scylla serrata) flesh has a delicious taste and high nutrition. People haven’t
knowed about cholesterol content in both male or female mud crab (Scylla serrata), whereas the
knowledge about cholesterol content is important to consider nutrition intake to keep in good health. This
research aim to determine cholesterol content in Scylla serrata by observing male and female crab in
Pemalang and Demak. This research used descriptive method and sampling used purposive random
sampling method. Determination of sampling position used purposive sampling method. This research
has done in October 30th – November 25th 2011. This research used 30 male and 30 female with mean
body weigh 60 - 100 g. Analysis of cholesterol content used method by Lieberman–Burchad. Result from
this research indicates that S. serrata from Pemalang has cholesterol content more large than S. serrata
from Demak, while the male crab from both place has higher cholesterol content than female crab (66,67
mg/100g and 61,67 mg/100g in male crab, and 64,67 mg/100g and 58,33 mg/100g in female crab).
Key word : Male Mud Crab (Scylla serrata), Female Mud Crab (Scylla serrata), Cholesterol, Pemalang,
Demak.
*)
Penulis penanggung jawab
Journal Of Marine Research. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 49
Tujuan dari penelitian ini, adalah sampel kepiting bakau (Scylla serrata)
untuk mengetahui kandungan kolesterol menggunakan bubu. Setelah itu, dilakukan
kepiting bakau (Scylla serrata) jantan dan pengukuran panjang dan lebar cangkang
betina di Pemalang dan Demak. kepiting bakau (Scylla serrata) menurut
Rahayu et al. (1985) menggunakan jangka
sorong, kemudian dilakukan
MATERI DAN METODE pengelompokan jenis kelamin dan ukuran
kepiting bakau (Scylla serrata).
Materi yang digunakan dalam Daging yang telah didapatkan dari
penelitian ini adalah sampel kepiting bakau beberapa kepiting tersebut kemudian
(Scylla serrata) jantan dan betina yang dikumpulkan menjadi satu dan dibedakan
sudah diambil dagingnya. Daging tersebut sesuai dengan jenis kelamin. Daging dari
diperoleh dari beberapa kepiting yang kepiting bakau (Scylla serrata) tersebut
dikumpulkan menjadi satu dengan dikeringkan menggunakan oven blower
memperhatikan perbedaan jenis kelamin selama 18 jam pada suhu 600C, kemudian
dan lokasi pengambilan sampel. Ukuran daging dimasukan kedalam blender untuk
berat kepiting berkisar antara 60 – 100g. dihaluskan. Sampel daging kepiting yang
Kepiting bakau yang digunakan berasal dari sudah halus kemudian siap dilakukan
kawasan pertambakan di Desa Mojo, analisis kandungan kolesterol
Kecamatan Ulujami, Kabupaten Pemalang menggunakan metode Liebermann–
dan di kawasan mangrove Desa Burchad oleh Growth centre (2011).
Morodemak, Kecamatan Bonang,
Kabupaten Demak. Jumlah keseluruhan
Kepiting bakau yang dipergunakan dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian sebanyak 30 ekor kepiting jantan
dan 30 ekor kepiting betina. Metode Rata – rata kandungan kolesterol
penelitian menggunakan metode deskriptif, kepiting bakau (Scylla serrata) jantan dan
metode pengambilan sampel menggunakan betina di Pemalang dan Demak dapat
metode purposive random sampling dan dilihat pada Gambar 1.
penentuan lokasi penelitian menggunakan
metode pertimbangan purposive sampling
method.
Data hasil penelitian dianalisis
menggunakan Anova. Sebelumnya
dilakukan uji statistik terlebih dahulu, diuji
homogenitas dan normalitasnya. Uji anova
digunakan untuk mengetahui, ada tidaknya
pengaruh perbedaan jenis kelamin kepiting
bakau (Scylla serrata) terhadap kandungan
kolesterol.
Pelaksanaan penelitian meliputi Gambar 1. Rata – rata (± SD) kandungan
pengambilan sampel, pengukuran dan kolesterol kepiting bakau
penimbangan berat kepiting bakau (Scylla (Scylla serrata) jantan dan
serrata), pengeringan sampel, dan analisis betina di Pemalang dan
kandungan kolesterol. Demak.
Sampel kepiting bakau (Scylla
serrata) diambil dari kawasan pertambakan Hasil penelitian menunjukan bahwa
di Desa Mojo, Kecamatan Ulujami, kepiting bakau (Scylla serrata) yang
Kabupaten Pemalang dan di kawasan berasal dari Pemalang, baik jantan maupun
mangrove Desa Morodemak, Kecamatan betina mempunyai kandungan kolesterol
Bonang, Kabupaten Demak. Pengambilan yang lebih tinggi dibandingkan kepiting
Journal Of Marine Research. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 51
bakau (Scylla serrata) yang berasal dari Keterbatasan ruang gerak kepiting bakau
Demak. Selain itu, rata – rata kandungan (Scylla serrata) dan banyaknya
kolesterol kepiting jantan lebih tinggi ketersediaan pakan di daerah tambak,
dibandingkan dengan kepiting betina baik menyebabkan kepiting bakau tidak banyak
yang berasal dari Lokasi Pemalang maupun mengeluarkan energi untuk melakukan
Demak, masing – masing sebesar 66,67 aktivitas seperti mencari makan, bergerak,
mg/100g dan 61,67 mg/100g pada kepiting mempertahankan diri dari pemangsanya.
jantan dan 64,67 mg/100g dan 58,33 Energi yang seharusnya terbuang untuk
mg/100g pada kepiting betina. melakukan aktivitas, akhirnya tersimpan
Kepiting bakau (Scylla serrata) sebagai cadangan makanan berbentuk
yang berasal dari Pemalang, baik jantan lemak yang didalamnya mengandung
maupun betina memiliki kandungan kolesterol.
kolesterol yang lebih tinggi. Hal ini diduga, Kepiting bakau (Scylla serrata) yang
sistem pemeliharaan kepiting bakau (Scylla berasal dari Demak menggunakan energi
serrata) yang berasal dari Pemalang relatif yang lebih besar dibandingkan dengan
lebih baik dan terkontrol untuk kondisi kepiting bakau (Scylla serrata) yang
lingkungan dan pakannya dibandingkan berasal dari Pemalang untuk mencari
dengan kepiting bakau (Scylla serrata) makan, bergerak dan mempertahankan diri
yang berasal dari Demak. dari serangan pemangsanya di kawasan
Kepiting bakau (Scylla serrata) yang ekosistem mangrove. Hal ini menyebabkan,
berasal dari Pemalang diberikan asupan penyimpanan sumber energi dalam bentuk
makanan berupa ikan rucah. Ikan rucah lemak yang didalamnya terdapat kolesterol
sendiri mempunyai kandungan nutrisi yang relatif lebih sedikit. Selain itu, Keenan
cukup tinggi yaitu 60,78% protein, 10,23% (1998) mengatakan, kandungan nutrisi
lemak, 19,12% karbohidrat, dan 70 mg/g pakan yang ada di habitat asli masih lebih
kolesterol (Hadiwiyoto, 1993). Pemberian rendah bila dibandingkan dengan nutrisi
pakan di daerah tambak Pemalang pakan yang diberikan pada kawasan
dilakukan secara berkala yaitu 2 kali sehari tambak, hal ini menyebabkan kandungan
dengan dosis pemberian pakan ± 5 % kolesterol kepiting bakau (Scylla serrata)
perhari dari berat tubuhnya dan rasio yang berasal dari Demak lebih kecil
pemberian pakan lebih banyak pada malam dibandingkan kepiting bakau (Scylla
hari, karena kepiting merupakan hewan serrata) yang berasal dari Pemalang.
yang aktif pada malam hari, sehingga naluri Hasil dari uji anova untuk perbedaan
untuk mencari makanan seperti di habitat jenis kelamin kepiting bakau (Scylla
asli dari kepiting bakau (Scylla serrata) serrata) menunjukan perbedaan nyata (p <
mulai berkurang. 0,05). Hasil tersebut menunjukan adanya
Kolesterol pada kepiting sendiri perbedaan kandungan kolesterol pada jenis
diperlukan untuk mematangkan ovarium. kelamin kepiting bakau (Scylla serrata)
Bahan baku pembentukan kolesterol jantan dan betina. Kandungan kolesterol
diperoleh dari karbohidrat, protein dan pada kepiting jantan baik dari Pemalang
lemak. Kandungan nutrisi pakan yang maupun Demak lebih besar dibandingkan
meliputi karbohirat, protein dan lemak dengan kandungan kolesterol kepiting
cukup tinggi, karbohidrat selain digunakan betina.
sebagai sumber energi utama dalam tubuh Hal ini diduga kepiting jantan
juga dapat dikonversi dalam bentuk lemak, memiliki laju metabolisme yang lebih tinggi
sehingga jumlah kandungan lemak menjadi dibandingkan kepiting betina. Sehingga
lebih besar dibandingkan dengan aktivitas makannya lebih besar
karbohidrat (Catacutan, 2002). dibandingkan kepiting betina. Selain itu,
Kondisi dari tempat tambak yang energi yang tersimpan dalam tubuh
terbatas juga mengurangi daya gerak kepiting jantan hanya digunakan untuk
kepiting bakau (Scylla serrata). pertumbuhan dan pembesaran capit.
Journal Of Marine Research. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 52
Sedangkan pada kepiting betina, energi kolesterol yang lebih besar dibandingkan
yang tersimpan dalam tubuh selain untuk dengan kepiting betina, masing – masing
petumbuhan juga digunakan untuk sebesar 66,67 mg/100g dan 61,67
moulting dan persiapan dalam proses mg/100g pada kepiting jantan dan 64,67
pematangan gonad. Hal ini sesuai yang mg/100g dan 58,33 mg/100g pada kepiting
dinyatakan oleh Gunamalai et al. (2003) betina.
hormon steroid utama pada arthropoda
fungsi utamanya digunakan sebagai
UCAPAN TERIMAKASIH
hormon moulting, mengatur fungsi fisiologi,
seperti pertumbuhan, dan reproduksi. Penulis mengucapkan banyak
Kepiting bakau (Scylla serrata) yang terima kasih kepada dosen pembimbing
berada pada masa pematangan gonad utama saya yaitu Ibu Ir. Endang
membutuhkan hormon steroid, kolesterol Supriyantini, M.Si serta Bapak Ir. Chrisna
yang ada didalam lemak sangat dibutuhkan Adhi S., M.Phil selaku dosen pembimbing
kepiting terutama kepiting betina untuk anggota yang selalu memberikan saran dan
dialihkan sebagai energi yang besar pada masukan dalam pembuatan jurnal ilmiah
proses pematangan gonad. Sehingga ini.
menyebabkan kandungan kolesterol Penulis juga menyampaikan
kepiting betina lebih kecil dibandingkan terimakasih kepada semua pihak yang
kepiting jantan (Gunamalai et al. 2003). membantu untuk pembuatan artikel ini.
Hasil pengukuran parameter kualitas
air lingkungan kepiting bakau (Scylla
serrata) di Pemalang dan Demak adalah DAFTAR PUSTAKA
sebagai berikut :
Almatsier, S. 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
PT. Gedia Pustaka Utama, Jakarta.
333 Hlm.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Karim, M.Y. 2005. Kinerja Pertumbuhan
dilakukuan dapat disimpulkan bahwa, Kepiting Bakau Betina (Scylla serrata
Kepiting jantan yang berasal dari Pemalang Forsskal) pada Berbagai Salinitas
maupun Demak memiliki kandungan Media dan Evaluasinya pada Salinitas
Journal Of Marine Research. Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013, Halaman 53