Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI TUMBUHAN
“Pengangkutan Air Pada Tumbuhan (Difusi, Imbibisi, dan
Osmosis)”

Oleh :

LD.MUH.GIDHAN DJABAL QUBAISY


NIM. D1F118047

PROGRAM STUDI PROTEKSI TANAMAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada umumnya, air dan bahan yang larut di dalamnya masuk dan keluar sel,
bukan sebagai aliran massa, melainkan satu per satu molekul setiap kali. Pergerakkan
neto dari suatu tempat ke tempat lain, akibat aktivitas kinetik acak ataugerak termal
dari molekul atau ion disebut difusi. Dengan kata lain, difusi merupakan perpindahan
molekul dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang rendah akibat energi kinetik.
Makin besar perbedan konsentrasi anatara dua daerah, makamakin tajam pula gradasi
konsentrasinya sehingga makin besar pula kecepatan difusinya. Salah satu contoh dari
proses difusi adalah Kristal CuSO4 yang diletakkan pada permukaan air. Zat warna
tersebut akan melarut dan menyebar (berdifusi) dengan lambat dari sumbernya ke
seluruh bagian cairan.
Difusi adalah penyebaran, dalam hal ini penyebaran molekul-molekul suatu
zat. Definisi lain menyebutkan bahwa difusi adalah pergerakan molekul yang
disebabkan oleh energi kinetiknya dari daerah dengan konsentrasi tinggi ke daerah
konsentrasi yang lebih rendah. Dalam definisi ini difusi terjadi sebagai repon terhadap
perbedaan konsentrasi. Konsentrasi adalah sejumlah zat atau partikel dalam per unit
volume. Penyebaran atau pergerakan molekul ini ditimbulkan oleh suatu gayayang
identik dengan energi atau gaya kinetis tersebut. Baik itu gas, zat cair maupun zat
padat, molekul-molekulnya mempunyai kecenderungan menyebar ke segala arah
sampai terjadi kesetimbangan. Jika partikel suatu zat dapat bergerak bebas tanpa
terhambat oleh gaya tarik, maka dalam jangka waktu tertentu partikel-partikel itu akan
tersebar merata dalam ruang yang ada. Gerakan difusi terdiri atas gerakan molekul per
molekul yang lintasannya putus-putus karena bertumbukan dengan molekul-molekul
zat yang lain,namun pada akhirnya menyebar secara homogen.
Osmosis adalah proses perpindahan air dari daerah yang berkonsentrasi rendah
(hipotonik) kedaerah yang berkonsentrasi tinggi (hipertonik) melalui membran
semipermeabel. Membran semipermeabel adalah selaput pemisah yang hanya bisa
ditembus oleh air dan zat tertentu yang larut didalamnya. Keadaan tegang yang timbul
antara dinding sel dengan dinding isi sel karena menyerap air disebut turgor,
sedangkan tekanan yang ditimbulkan disebut tekanan turgor.
Imbibisi adalah penyusupan atau peresapan air kedalam ruangan antar dinding
sel, sehingga dinding selnya akan mengembang. Sebagai contoh masuknya air pada
biji saat berkecambah dan biji kacang yang direndam dalam air beberapa jam. Ada
banyak hal yang merupakan proses penyerapan air yang terjadi pada makhluk hidup,
penyerapan air dari dalam tanah oleh akar tanaman. Namun penyerapan yang
dimaksudkan disini yaitu penyerapan oleh biji kering. Hal ini banyak kita jumpai di
kehidupan kita sehari-hari yaitu pada proses pembibitan tanaman pada, pembuatan
kecambah (tauge), biji kacang hijau yang terlebih dahulu direndam dengan air. Pada
pristiwa perendaman inilah terjadi proses imbibisi oleh juga memiliki kecepatan
penyerapan air yang berbeda-beda untuk setia jenis biji tanaman.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan praktikum ini supaya kita
dapat mengetahui bagaimana mekanisme pengangkutan air pada tumbuhan (difusi,
osmosis, dan imbibisi).

1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan pada praktikum ini adalah memahami proses molekul tertentu dalam
air sebagai pelarut dalam sel, proses imbibisi molekul organik dan menghitung
kecepatan imbibisinya serta proses osmosis akibat perbedaan konsentrasi larutan.
Kegunaan pada praktikum ini adalah Agar dapat mengetahui proses molekul
tertentu dalam air sebagai pelarut dalam sel, proses imbibisi molekul organik dan
menghitung kecepatan imbibisinya serta proses osmosis akibat perbedaan konsentrasi
larutan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Kentang merupakan jenis tanaman semusim dan berumur pendek karena hanya
sekali berreproduksi, setelah itu mati, berbentuk perdu dan semak. Batangnya agak
keras dan bersegi, akan tetapi tidak begitu kuat hingga mudah roboh ke tanah bila
terkena angin kencang. Umumnya berdaun rimbun dan letak daunnya berselang seling.
Bentuk daun oval dengan ujung meruncing dengan tulang-tulang daunnya menyirip
seperti duri ikan. Warna daun hijau muda sampai hijau tua hingga kelabu (Yahya,
2015).
Tanaman kedelai (Glycine max (L.) Merril) merupakan komoditi pertanian
yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan gizi pangan rakyat. Hal ini disebabkan
kedelai mengandung protein yang cukup tinggi dibandingkan dengan kacang-
kacangan lainnya. Biji kedelai mengandung 30-50% protein. Kadar protein kacang
tanah 20%, beras dan jagung masing-masing 10%. Kandungan protein yang tinggi
memberikan indikasi bahwa tanaman kedelai memerlukan nitrogen yang tinggi pula
(Sri, 2016).
Iodin dalam bentuk iodida atau iodatnya merupakan suatu zat yang dapat
menyebabkan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI). GAKI menjadi kendala
utama untuk meningkatkan kualitas kesehatan manusia. Kualitas kesehatan penduduk
di Indonesia dapat ditentukan dari faktor makanan yang dikonsumsi sehari-hari.
Iodium merupakan salah satu unsur penting dalam makanan yang sebagian besar
terdapat dalam bentuk senyawa kalium iodida (KI) dan kalium iodat (KIO3) (Nisa,
2013).
Zat iodium yang difortifikasikan kedalam garam dalam bentuk kalium iodat
(KIO3) bersifat sangat mudah menguap dan mudah larut dalam air. Diduga selama
produksi (proses fortifikasi dan pengemasan), distribusi sarnpai ke konsumen
menyebabkan kadar iodium yang ada dalam garam beriodium tersebut menjadi tidak
40 ppm lagi. Atas dasar korndisi tersebut telah dilakukan penelitian untuk mengetahui
seberapa banyak kadar iodium (KIO3) yang masih ada dalam garambutiran selama
produksi (pengemasan), distribusi (penyirnpanan) dan sampai pada konsumen
(Subhan, 2014).
Difusi adalah peristiwa mengalirnya atau berpindahnya suatu zat dalam pelarut
dari bagian konsentrasi tinggi ke bagian berkonsentrasi rendah. Perbedaan konsentrasi
yang ada pada dua larutan disebut gradien konsentrasi. Difusi akan terus terjadi hingga
seluruh partikel tersebar luas secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan
dimana perpindahan molekul tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi
(Faedah, 2016).
Difusi adalah pergerakan molekul suatu zat secara random yang menghasilkan
pergerakan molekul efektif dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Contoh-
contohnya adalah difusi zat warna dalam air tenang, difusi glukosa dan teknik
tomografi, difusi zat melalui membran, difusi oksigen dalam membran polimer.
Bahkan difusi tidak hanya terjadi pada skala mikro tetapi juga skala makro, seperti
difusi gas dalam galaksi. Model dasar yang digunakan dalam penelitian tentang difusi
biasanya adalah hukum Fick, namun bentuknya akan bervariasi sesuai dengan asumsi-
asumsi peneliti. Difusi larutan gula sangat penting dalam dunia biologi, contohnya
adalah fenomena transport gula dalam tanaman (Trihandaru, 2012).
Osmosis adalah difusi air menembus membran sel atau osmosis adalah
perpindahan air dari larutan berkonsentrasi rendah kelarutan berkonsentrasi tinggi
melalui selaput semi permeabel. Osmosis berkaitan dengan beberapa keadaan sel
tumbuhan. Berdasarkan jalur yang ditempuh air dan garam mineral yang masuk ke
akar, pengangkutan air dan garam mineral dibedakan menjadi simplas dan apoplas.
Simplas adalah bergeraknya air dan mineral lewar jalur dalam sel, yaitu sitoplasma sel
dengan jalan menembus membran plasma. Sedengkan apoplas adalah bergeraknya air
lewat jalur luar sel atau lewat dinding-dinding sel (Salisbury, K. B. 2009).
Imbibisi adalah penyerapan air (absorbsi) oleh benda-benda yangpadat (solid)
atau agak padat (semi solid) karena benda-benda tersebut mempunyai suatu zat
penyusun dari bahan yang berupa koloid. Ada banyak hal yang merupakan proses
penyerapan air yang terjadi pada makhluk hidup, misalnya penyerapan air dari dalam
tanha oleh akar tanaman. Namun, penyerapan yang dimaksudkan disini yaitu
penyerapan air oleh biji kering. Hal ini juga banyak kita jumpai dikehidupan kita
sehari-hari yaitu pada proses pembibitan tanaman padi, pembuatan kecambah tauge,
biji kacang hijau terlebih dahulu direndam dengan air. Pada peristiwa perendaman
inilah terjadi proses imbibisi oleh kulit biji tanaman tersebut. Tidak hanya itu, proses
imbibisi juga memiliki kecepatan penyerapan air yang berbeda-beda untuk setiap biiji
tanaman (Rezky, 2011).
Mekanisme adaptasi tanaman untuk mengatasi cekaman kurang air adalah
dengan respon control transpirasi dan pengaturan osmotik sel. Pada mekanisme ini
terjadi sintesis dan akumulasi senyawa organik yang dapat menurunkan potensial
osmotik sehingga menurunkan potensial air dalam sel tanpa membatasi fungsi enzim
namun tetap menjaga turgor sel. Beberapa senyawa yang berperan dalam penyesuaian
osmotikal sel antara lain gula osmotik, prolin, betain dan protein dehidrin (Setiawan,
2013).
Bentuk garam yang terkompleks dengan asam organic (Al-Laktat) dan bentuk
garam yang terkompleks dengan asam an-organik (Al-Nitrat) pada media tanam
masam sangat mempengaruhi laju fotosintesis dan kandungan klorofil kedelai
(Glycine max). pemberian Al-Laktat menyebabkan laju fotosintesis lebih baik
dibandingkan dengan pemberian Al-nitrat. Meningkatnya laju fotosintesis pada
pemberian Al-Laktat pada pH 5 dan pH 6, diikuti dengan meningkatnya luas daun dan
kandungan klorofil, sedangkan pemberian Al-Nitrat pada pH 4 terjadi hal sebaliknya
(Proklamasiningsih, 2012).
BAB 3. METODE PRAKTIKUM

3.1. Tempat dan Waktu

Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Agroteknologi Unit Agronomi,


Fakultas Pertanian Universitas Halu oleo pada hari Kamis, 24 Oktober 2019, pukul
15:40 – Selesai WITA.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah kentang (Solanum


tuberosum), Kacang kedelai (Glycine Max), Kristal CuSO4, Aquades dan Larutan
iodin.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Cutter, Mistar, Timbangan
analitik, Cawan petri dan Beaker glass 250 ml.

3.3. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu :


3.3.1. Difusi molekul CuSO4 dalam air :
a. Menuangkan air sebanyak 15 ml ke dalam cawan petri, lalu letakkan di tempat
datar dialasi dengan kertas putih.
b. Memasukkan kristal kecil CuSO4 ke dalam air di cawan petri tadi, lalu ukur
diameter sebaran air setelah selang waktu tertentu.
c. Mengulang kegiatan tersebut beberapa kali, lalu menghitung rata-rata kecepatan
difusinya.
3.3.2. Imbibisi air dalam benih kedelai
Prosedur kerja imbibisi dalam benih kedelai sebagai berikut :
a. Menimbang antara 50-100 benih kedelai dengan timbangan analitik.
b. Merendam benih kedelai dalam gelas beaker 250 ml yang sudah diisi air sekitar
100 ml.
c. Mengangkat dan menimbang kembali benih kedelai dengan interval waktu
rendaman 15 menit.
d. Membuat grafik hubungan waktu perendaman dengan banyaknya air yang diserap
oleh benih kedelai. Jumlah air yang diserap = berat benih kedelai (sesudah
perendaman - sebelum perendaman).
3.3.3. Osmosis
Prosedur kerja osmosis yaitu sebagai berikut :
a. Memotong kentang dalam bentuk kubus 1x1x1 cm.
b. Menyipkan tiga beaker glass berlebel A, B dan C.
c. Menuangkan larutan iodin 1% dan 10% secara berurutan pada beaker glass A, B
dan C (Kontrol) sebagia pembanding.
d. Memasukkan 5 buah kubus kentang dalam setiap beaker glass.
e. Setiap selang waktu 5 menit (selama 25 menit) keluarkan kubus dan potonglah
menjadi 2 bagian.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

Adapun hasil pada praktikum kali ini dapat dilihat pada gambar, grafik dan
tabel di bawah ini:
A. Difusi

Penyebaran CuSO4 Jarak dari tepi cawan ke


No Rerata
setiap detik diameter sebaran
1 1-10 2.1 cm
2 10-20 1.5 cm 1.53 cm
3 20-30 1 cm

B. Osmosis

Larutan 5 menit 10 menit 15 menit 20 menit 25 menit Rerata


Iodin
1% 0 cm 0.1 cm 0.2 cm 0.3 cm 0.5 cm 0.22 cm

10% 0.3 cm 0.4 cm 0.7 cm 0.9 cm 1 cm 0.66 cm

C. Imbibisi

IMBIBISI BIJI KEDELAI


15
Berat (gram)

10

0
0 5 10 15 20
Waktu (menit)

4.2. Pembahasan

Proses penyerapan air oleh biji yaitu mula-mula adanya proses perpindahan
molekul air dari dalam aquades yang berkonsentrasi tinggi ke dalam biji yang
berkonsentrasi rendah. Air yang masuk kedalam sel-sel biji setelah air menembus
dinding dan membran sel. Air yang bergerak menembus membran sel inilah yang
disebut osmosis. Air tadi terus bergerak mengisi ruang-ruang antar sel dan sel sehingga
menyebabkan air masuk kedalam embrio dan membasahi protein serta koloid lain.
Dilanjutkan pembentukan atau pengaktifan enzim yang menyebabkan peningkatan
aktifitas metabolik dan biji menjadi mengembang serta pecah.
Berdasarkan hasil percobaan diatas pada praktikum ini tabel perlakuan difusi
setiap 10 detik se-kali mengalami perubahan pada penyebaran CuSO4 dari daerah
berkonsentrasi tinggi ke daerah berkonsentrasi rendah. Pada tabel osmosis setiap 5
menit sekali mengalami perubahan penambahan ukuran volume kentang pada
konsentrasi larutan. Sedangkan pada tabel imbibisi mengalami perubahan pada berat
biji awal (gram) dan berat biji setelah perendaman (gram).
Pada pengamatan difusi menggunakan penyebaran kristal CuSO4 dalam cawan
petri yang berisikan aquades. Pada 10 detik pertama penyebaran kristal CuSO4 yaitu
2.1 cm lalu berubah menjadi 1.5 cm pada detik ke-20, sampai kristal CuSO4 meyebar
menjadi 1 cm pada detik ke-30. Pengamatan imbibisi pada benih kedelai dilakukan
sebanyak 1 kali pengamatan dengan volume aquades 200 ml, pada beaker glass 1 berat
biji awal adalah 7,84 gram dan berat biji stelah perendaman pertama sebanyak 12,45
gram.
Dari perbedaan tersebut dapat diketahui bahwa semakin besar selisih
penimbangan tiap konsentrasi larutan, persentase air yang masuk juga semakin
kecil atau semakin besar konsentrasi larutan garam yang digunakan penyerapan air
bagi biji juga semakin kecil. Kandungan garam yang tinggi dapat berpengaruh pada
penyerapan air yang dilakukan oleh biji. Konsentrasi garam yang terlalu pekat maka
akan menyebabkan cairan dalam benih akan keluar sehingga dapat merusak benih
sehingga benih tidak dapat berkecambah dengan baik.
Pada pengamatan osmosis pada kentang yang dipotong bentuk kubus sebanyak
5 buah pada konsetrasi 1 % dan 5 buah pada konstentrasi 10% lalu direndam pada
larutan iodin. Pengamatan di 5 menit pertama yaitu 0 cm dengan konsentrasi 1% dan
0,3cm dengan konsentrasi 10%, Menit ke 10 yaitu 0,1 cm dengan konsentrasi 1% dan
0,4 cm dengan konsentrasi 10%. Menit ke 15 yaitu 0,2 cm dengan konsentrasi 1%
dan 0,7 cm dengan konsentrasi 10%. Menit ke 20 yaitu 0,3 cm dengan konsentrasi 1%
dan 0,9 cm dengan konsentrasi 10% dan Menit ke 25 yaitu 0.5 cm dengan konsentrasi
1% dan 1 cm dengan konsentrasi 10%.
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Pada


pengamatan difusi dengan menggunakan kristal CuSO4 mengalami perubahan pada
penyebarannya dari daerah berkonsentrasi tinggi ke daerah berkonsentrasi rendah
setiap selang 10 detik. Pengamatan imbibisi pada benih kedelai mengalami perubahan
berat sebelum dan sesudah perandaman di akibatkan karena semakin besar selisih
penimbangan tiap konsentrasi larutan, persentase air yang masuk juga semakin besar.
Pengamatan osmosis pada kentang mengalami penambahan volume karena adanya
larutan iodin yang masuk kentang, yang awalnya 0 cm menjadi 0.5 cm untuk
konsentrasi 1% dan untuk 10% yaitu awalnya 0.3 menjadi 1 cm setiap selisih waktu 5
menit.

5.1. Saran

Saran pada praktikum ini adalah setiap anggota kelompok pengamatan harus
teliti dalam melakukan praktikum agar mendapat hasil yang maximal dan setiap
praktikan harus selalu menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan sebelum praktikum
dimulai agar tidak mengambil atau menyita waktu praktikum dan untuk asisten agar
jikalau respon waktunya jangan terlalu cepat.
DAFTAR PUSTAKA

Faedah S N. 2016. Proses Difusi Molekul KMnO4 atau CuSO4 Di dalam Aquades dan
Tekanan Osmotik Cairan Sel Daun Rhoe discolor Dalam Larutan Glukosa
Dengan Konsentrasi Yang Berbeda. Riau.

Nisa, Asda’una. 2013. Penentuan Kadar Iodida Secara Spektrofotometri Berdasarkan


Pembentukan Kompleks Iod-Amilum Menggunakan Oksidator Persulfat.
Jurnal Kimia Student. 1(1):85-90.

Proklamasiningsih E, Irfan D. 2012. Laju Fotosintesis dan Kandungan Klorofil


Kedelai pada Media Tanam Masam dengan Pemberian Garam Aluminium.
Jurnal Agrotrop. 2(1):17-24.

Resky, Andi. 2011. Laporan Praktikum Imbibisi. Bogor. Penerbit IPB Bandung.

Salisbury K B, Ross H W. 2009. Fisiologi Tumbuhan. Bandung. ITB.


Setiawan. 2013. Pengaruh Cekaman Kurang Air Terhadap Beberapa Karakter
Fisiologis Tanaman Nilam (Pogostemon cablin.Benth). Jurnal Littri.
19(3):108–116. ISSN : 0853-8212.

Sri D, Saragih. 2016. Respons Pertumbuhan dan Produksi Kedelai (Glycine max (L.)
Merril.) Terhadap Aplikasi Pupuk Hayati dan Tepung Cangkang Telur. Jurnal
Agroteknologi. 4(3) : 2167-2172.

Subhan. 2014. Analisis Kandungan Iodium Dalam Garam Butiran Konsumsi Yang
Beredar Di Pasaran Kota Ambon. Jurnal Fikratuna. 6(2):290-303.

Trihandaru S. 2012. Pemodelan dan Pengukuran Difusi Larutan Gula dengan Lintasan
Cahaya Laser. Yogyakarta : Prosiding Pertemuan Ilmiah XXVI HFI Jateng &
DIY, Purworejo 14 April 201. Jurnal ISSN, 1: 0853-0823.
Yahya. 2015. Perbedaan Tingkat Laju Osmosis Antara Umbi Solonum Tuberosum
Dan Doucus Carota. Jurnal Biology Education. 4(1).

Anda mungkin juga menyukai