LAPORAN PRAKTIKUM
ACARA 7
PROYEKSI PETA
Disusun Oleh :
Haris Arrasyid Nusantara (19.85.0088)
Tanggal Pengumpulan Laporan Tanggal Praktikum
11 Desember 2019 27 November 2019
I. TUJUAN
1. Praktikan mampu membuat jaring-jaring paralel dan meredian pada
proyeksi azimuthal, kerucut, dan silinder
2. Praktikan mampu melakukan transformasi kenampakan bumi dari bidang
bulat (globe) ke dalam bidang datar
3. Praktikan dapat menghitung besarnya distorsi dari proyeksi yang
telah dilakukan
II. BAHAN
1. Globe
2. Kalkulator
3. Busur
4. Penggaris
5. Jangka
6. Kertas milimeter
7. Kertas kalkir
8. Alat tulis (Pensil, penghapus)
permukaan bumi.
Menurut cara memproyeksikan :
1) Geometris, dilakukan dengan cara perspektif dengan prinsip penyinaran.
Ada 3 jenis proyeksi geometris:
a) Proyeksi gnomonik, yaitu proyeksi yang titik Y-nya terletakdi pusat lingkaran.
b) Proyeksi stereografik, yaitu proyeksi yang titik Y-nya berpotongan (berlawanan)
dengan bidang proyeksi.
c) Proyeksi orthografik, yaitu proyeksi yang titik Y-
nyaterletak jauh di luar lingkaran.
2) Cara matematis atau proyeksi “Non Perspective”.
Pemindahan titik-titik permukaan bumi semuanya diperolehdengancara
perhitungan matematis, tidak dengan penyinaran.
3) Semi geometris, sebagian dilakukan dengan cara geometris dansebagian
dilakukan secara perhitungan matematis.
Proyeksi Stereografik
Pada proyeksi ini seolah-olah sumber arah sinar berasal dariarah kutub berlawanan
dengan titik singgung proyeksi. Akibatnya jarak antarlingkaran paralel semakin
membesar ke arah luar.
Proyeksi Orthografik
Pada proyeksi ini seolah-olah sumber arah sinar matahari berasal dari titik jauh
tidak terhingga. Akibatnya sinar proyeksisejajar dengan sumbu Bumi. Jarak antar
lingkaran akan makinmengecil apabila semakin jauh dari pusat.
Proyeksi Silinder
Proyeksi ini menggunakan silinder sebagai bidang proyeksinya dan menyinggung
bola Bumi. Jika proyeksi inimenyinggung wilayah khatulistiwa, maka garis paralel
merupakangaris horizontal dan garis meridian.
Proyeksi Kerucut
Proyeksi ini memiliki paralel melingkar dengan meridian berbentuk jari-jari. Baris
paralel berupa garis lingkaran, sedangkangaris bujur berupa jari-jari. Proyeksi ini
paling tepat digunakanuntuk memetakan daerah lintang 45° atau lintang tengah
1. Proyeksi Kerucut Normal atau StandarProyeksi ini menggunakan kerucut
dengan garis singgungdengan bola Bumi terletak pada suatu paralel (paralel
standar).
2. Proyeksi Kerucut Transversal Pada proyeksi ini sumbu kerucut berada tegak
lurus terhadap sumbu Bumi.
3. Proyeksi Kerucut Oblique (Miring) Pada proyeksi ini sumbu kerucut membentuk
garis miring terhadap sumbu Bumi.
V. HASIL PRAKTIKUM
1. Perhitungan dan Gambar Proyeksi Azimuthal Gnomonis Normal (terlampir)
2. Perhitungan dan Gambar Proyeksi Azimuthal Stereografis Normal (terlampir)
3. Perhitungan dan Gambar Proyeksi Azimuthal Orthografis Normal (terlampir)
4. Perhitungan dan Gambar Proyeksi Silindris Gnomonis Normal (terlampir)
5. Perhitungan dan Gambar Proyeksi Silindris Stereografis Normal (terlampir)
6. Perhitungan dan Gambar Proyeksi Silindris Orthografis Normal (terlampir)
7. Perhitungan distorsi jarak dan luas jaring-jaring proyeksi (terlampir)
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum acara 7 ini akan membahas tentang Proyeksi peta. Proyeksi
peta adalah usaha untuk mengubah bentuk bidang lengkung ke bidang datar,
dengan ketentuan bentuk arah yang diubah harus tetap, luas permukaan yang
diubah harus tetap dan jarak antara satu titik dengan titik yamg lain diatas
permukaan yang diubah harus tetap. Proyeksi peta adalah teknik-teknik yang
digunakan untuk menggambarkan sebagian atau keseluruhan permukaan tiga
dimensi (berbentuk bola) ke permukaan datar dua dimensi dengan distorsi
sesedikit mungkin. Pada praktikum ini terdapat lima macam proyeksi yang
digambarkan yaitu proyeksi azimuthal gnomonis polar, proyeksi azimuthal
strereografis polar, proyeksi azimuthal orthografis polar, proyeksi kerucut, dan
proyeksi silinder normal. Pada proyeksi azimuthal gnomonis polar,
menggunakan bidangdatar sebagai bidang proyeksinya. Proyeksi ini
menyinggung garis bumi dan berpusat pada satu titik lingkaran
paralel. Ekuator tergambar hingga tak terbatas sehingga tidak dapat
digambarkan. Pada daerah lintang 45° akan mengalami pembesaran 3 kali.
Sehingga proyeksi ini lebih tepat digunakan untuk menggambarkan daerah
kutub.
Pada proyeksi azimuthal stereografis polar, menggunakan bidang datar
sebagai proyeksinya, Akibatnya jarak antar lingkaran paralel semakin
membesar ke arah luar. Garis
lintang berbentuk melingkar dan meridian berupa garis lurus yang
berpusat dikutub. Proyeksi ini dapat memproyeksikan permukaan bumi dengan
wilayah yang luas dan ukuran proyeksi yang kecil.
Proyeksi azimuthal orthografis polar, pada proyeksi ini juga menggunakan
bidang datar sebagai bidang proyeksinya. Titik
sumber proyeksinya menggunakan titik yang letaknya tak terhingga. Akibatnya
sinar proyeksinya sejajar dengan sumbu bumi. Lingkaran paralel akan
diproyeksikan dengan keliling yang benar (ekuidistan). Jarak antara lingkaran
garis lintang akan semakin mengecil bila semakin jauh dari pusat.
Proyeksi kerucut, proyeksi ini menggunakan bidang yang menyinggung
garis bumi. Pada proyeksi ini, memiliki paralel melingkar dengan meridian
berbentuk jari-jari. Paralel berwujud garis lingkaran sedangkan bujur berupa
jari-jari. Proyeksi kerucut paling tepat digunakan untuk memetakan daerah 45º
(lintang tengah). Contohnya wilayah Jepang
Proyeksi silinder normal merupakan proyeksi yang menggunakan bidang
proyeksi berupa silinder yang menyinggung permukaan bumi. Proyeksi ini
lebih tepat digunakan untuk menggambarkan wilayah ekuator dan wilayah yang
luas dengan lintang rendah. Contohnya derah Indonesia. Dalam
penggambaranya proyeksi ini mudah diselesaikan jika dibantu dengan adanya
garis x dan y sebagai garis pembantu.
Sistem proyeksi peta mempunyai kelebihan dan kekurangannya karena
setiap pembuatan sistem proyeksi memiliki tujuan tertentu, dan tidak ada sistem
proyeksi di dunia yang sempurna. Misalnya sistem proyeksi silinder tangential,
mempunyai kelebihan dapat memetakan daerah ekuator dengan baik sedangkan
kekurangannya semakin menjauhi ekuator semakin besar distrosinya
VII. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Proyeksi merupakan cara pemindahan garis paralel dan meridian pada globe atau
bidang lengkung ke bidang datar. Dalam pengubahan tersebut akan terjadi
kesalahan (distorsi) berupa luas, jarak, bentuk dan arah.
2. Proyeksi peta dapat diklasifikan menurut bidang proyeksi yang digunakan
(azimuthal, kerucut, dan silinder), posisi sumbu simetri bidang proyeksi
(normal/polar, miring, dan tranversal), kedudukan bidang proyeksi terhadap
bumi (tangent dan secant),dan ketentuan geometrik yang dipenuhi (ekuidistan,
konform, danekuivalen).
3. Proyeksi menurut cara memproyeksikannya meliputi geometris,matematis, dan
semi geometris. Jenis proyeksi geometris yaitugnomonik, stereografik, dan
orthografik.
4. Proyeksi azimuthal lebih tepat digunakan untuk memproyeksikan daerah kutub,
dan berpusat pada satu titik.
5. Proyeksi kerucut lebih tepat digunakan untuk memproyeksikan daerah lintang
tengah.
6. Proyeksi silinder lebih tepat digunakan untuk memproyeksikan daerah yang
berada di kawasan ekuator (menggunakan bidang proyeksi berupa silinder yang
menyinggung garis bumi).
7. Pemilihan sistem proyeksi peta ditentukan berdasarkan pada ciri-ciri tertentu atau
asli yang ingin dipertahankan sesuai dengan tujuan pembuatan / pemakaian
peta, ukuran dan bentuk daerah yang akan dipetakan, serta letak daerah yang
akan dipetakan.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
1. Nur Rusydi, Alfi.2015.Modul Praktikum Kartografi UM.
2. Hidayati, Iswari Nur Petunjuk Praktikum Kartografi Dasar. Yogyakarta :
Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada.
3. Leony Oesman, https://docplayer.info/73032702-Acara-i-pengenalan-sistem-proyeksi-
peta-kartografis.html diakses pada 10 Desember 2019
LAMPIRAN
r (bumi)
R jarring jarring =
penyskalapeta
640.000.000
R jarring jarring =
200.000.000
R jarring jarring = 3,2 cm
I = 0,84
3. Perhitungan jarak
A. Sistem silinder
Silinder gnomonis normal
S = R x tan α
S0˚ 0
S15˚ 0,6
S30˚ 1,6
S45˚ 3,2
S60˚ 5,4
S75˚ 11,8
S90˚ ̃
Silinder stereografis normal
S = 2R x tan ½ α
S0˚ 0
S15˚ 0,6
S30˚ 1,2
S45˚ 1,4
S60˚ 3,2
S75˚ 0,3
S90˚ 6,4
Silinder orthografis normal
S = R x sin α
S0˚ 0
S15˚ 1,2
S30˚ 1,6
S45˚ 2,2
S60˚ 2,5
S75˚ 2,8
S90˚ 3,2
B. Sistem Azimutal
Azimutal Gnomonis Normal
S = R x tan ( 90-𝛽 )
S0˚ ̃
S15˚ 11,8
S30˚ 5,4
S45˚ 3,2
S60˚ 1,6
S75˚ 0,6
S90˚ 0
Azimuthal Stereografis Normal
S = R x tan ½ ( 90-𝛽 )
S0˚ 6,4
S15˚ 4,4
S30˚ 3,2
S45˚ 2,5
S60˚ 1,2
S75˚ 0,6
S90˚ 0
Azimutal Orthografis Normal
S = R x sin ( 90-𝛽 )
S0˚ 3,2
S15˚ 3,1
S30˚ 4,8
S45˚ 4,4
S60˚ 1,7
S75˚ 0,7
S90˚ 0
4. Perhitungan Distorsi Luas
D = L globe – L proyeksi peta
∆𝑀
L globe = 𝑥 2𝜋 𝑥 (𝑟𝑔𝑙𝑜𝑏𝑒 2 ) 𝑥 | (sin 𝛼2² −
360
sin 𝛼1²) | 𝑥 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑒𝑏𝑢𝑡 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑔𝑙𝑜𝑏𝑒²
∆𝑀
L peta = 𝜋 𝑥 [(𝑆22 ) − (𝑆12 ) 𝑥 𝑥 ( 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑒𝑏𝑢𝑡 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑝𝑒𝑡𝑎)2
360
A. Luas globe
∆𝑀
Luas globe = 360 𝑥 2𝜋 𝑥 (𝑟𝑔𝑙𝑜𝑏𝑒 2 ) 𝑥 |(sin 𝛼22 −
sin 𝛼1²) | 𝑥 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑒𝑏𝑢𝑡 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑔𝑙𝑜𝑏𝑒 2 ²
=
30
𝑥 2.3,14 𝑥 (15²) 𝑥 | (sin 150˚)² − (sin 120˚)²| 𝑥 1,80625 𝑥 1010
360
B. Luas peta
a. System silinder gnomonis normal
Luas peta = 𝜋 𝑥 |(𝑆22 ) −
∆𝑀
(𝑆12 )| 𝑥 𝑥 ( 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑒𝑏𝑢𝑡 𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎 𝑝𝑒𝑡𝑎)2
360
30
= 3,14 𝑥 |(𝑆602 ) − (𝑆302 )| 𝑥 𝑥 ( 2 𝑥 108 )²
360
30
= 3,14 𝑥 |(5,42 ) − (1,62 )𝑥 360 𝑥 ( 2 𝑥 108 ) ²
= 3,14 𝑥 26,5 𝑥 0,08 𝑥 4 𝑥 1016
= 26,6272 x 1016