LIKUIDITAS
LIKUIDITAS
KELAS : A (GANJIL)
Kasus bank century menjadi topik terhangat baik dikalangan ekomom maupun
politikus, karena kasus bank century merupakan kasus besar yang berdampak besar pada
kondisi politik dan ekonomi. Secara kronologi kasus Bank Century dimulai dengan tahun
1989 oleh Robert Tantular yang mendirikan Bank Century Intervest Corporation (Bank CIC).
Tahun 1999 pada bulan Maret Bank CIC melakukan penawaran umum terbatas pertama dan
Robert Tantular dinyatakan tidak lolos uji kelayakan dan kepatutan oleh Bank Indonesia.
Pada tahun 2003 pun bank CIC diketahui terdapat masalah yang diindikasikan dengan
adanya surat-surat berharga valuta asing sekitar Rp 2 triliun yang tidak memiliki peringkat,
berjangka panjang, berbunga rendah, dan sulit dijual. Maka BI menyarankan merger untuk
mengatasi ketidakberesan pada bank ini. Pada ahun 2004, dileburlah Bank Danpac dan Bank
Picco ke Bank CIC. Setelah penggabungan nama tiga bank itu menjadi PT Bank Century
Tbk, dan Bank Century memiliki 25 kantor cabang, 31 kantor cabang pembantu, 7 kantor kas,
dan 9 ATM. Tahun 2005 pada bulan Juni Budi Sampoerna menjadi salah satu nasabah
terbesar Bank Century Cabang Kertajaya Surabaya.
Tahun 2008, Bank Century mengalami kesulitan likuiditas karena beberapa nasabah
besar Bank Century menarik dananya seperti Budi Sampoerna akan menarik uangnya yang
mencapai Rp 2 triliun. Sedangkan dana yang ada di bank tidak ada sehingga tidak mampu
mengembalikan uang nasabah dan tanggal 30 Oktober dan 3 November sebanyak US$ 56
juta surat-surat berharga valuta asing jatuh tempo dan gagal bayar. Keadaan ini diperparah
pada tanggal 17 November Antaboga Delta Sekuritas yang dimiliki Robert Tantular mulai tak
sanggup membayar kewajiban atas produk discreationary fund yang dijual Bank Century.
Untuk mengatasi masalah keuangan itu, pada tanggal 15 Oktober 2008, bank central
sebenarnya telah memerintahkan tiga pemegang saham mayoritas bank ini, yakni Robert
Tantular, Rafat Ali Rizfi, dan Hesyam Al Waraq menandatangani letter of commitment yang
isinya memuat janji ketiganya untuk membayar surat berharga yang jatuh tempo dan
menambah modal bank. Selain itu, mereka juga berjanji mencari investor baru untuk
menyelesaikan permasalahan bank paling lambat 31 Maret 2009. Namun, mereka tidak
menepati janjinya sehingga Bank Century tidak bisa memenuhi kewajibannya pada nasabah.