Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris, dimana 40% mata pencaharian

mayoritas penduduknya bertani atau bercocok tanam. Indonesia merupakan

negara agraris karena sebagian besar daratan di Indonesia dilalui oleh

sepertiga lautan dari luas keseluruhan wilayah negara Indonesia. Indonesia

juga dilewati gugusan pegunungan serta masih banyak gunung-gunung yang

aktif sehingga banyak tanah subur yang dapat ditanami berbagai jenis

tumbuhan terutama padi. Letak Negara Indonesia berada di daerah yang

beriklim tropis sehingga membuat proses pelapukan batuan yang terjadi di

Indonesia terjadi secara sempurna yang membuat tanah menjadi subur.

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

17.508 pulau, dan dengan luas daratan 1.922.570 km².

Indonesia juga merupakan negara agraris dengan luas lahan yang

sangat luas dengan keaneka ragaman hayati yang sangat beragam. Hal ini

membuat negara Indonesia menjadi salah satu negara agraris terbesar di dunia.

Sehingga produk pertanian di Indonesia cukup besar, yang mana di Indonesia

pertanian mempunyai kontribusi penting terhadap perekonomian maupun

terhadap pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. Namun dengan semakin

meningkatnya jumlah penduduk yang berarti bahwa kebutuhan dari sektor

1
2

pertanian mengalami peningkatan yang berakibat pada kesejahteraan

masyarakat yang sebagian besar sekarang berada di bawah garis kemiskinan.1

Selanjutnya, pertanian Indonesia kebanyakan yang dihasilkan adalah

padi karena masyarakat Indonesia makanan pokoknya adalah padi. Sehingga

di Indonesia kebanyakan lahan adalah lahan sawah. Indonesia sempat menjadi

salah satu lumbung padi dunia yang mana banyak padi yang diekspor ke

negara-negara lain. Namun, seiring berkembangnya zaman dan semakin

majunya negara maka keadaan tersebut berubah menjadikan Indonesia negara

pengimpor beras dari negara-negara lumbung beras untuk memenuhi

kebutuhan pangan. Karena lahan-lahan persawahan mulai berkurang. Faktor

lainnya adalah sudah ditinggalnya pekerjaan bertani atau bercocok tanam,

pekerjaan tersebut dinilai sudah ketinggalan zaman dan berat. Sekarang

banyak pekerjaan yang menawarkan kenyaman dengan penghasilan yang

tetap.

Tanah merupakan sumber kehidupan bagi makluk hidup khususnya

manusia karena dari tanah kebutuhan pangan manusia dihasilkan, sumber

kekuasaan, dan sumber kesejahteraan. Menyadari bahwa kedudukan tanah

yang strategis, maka dalam politik hukum pertanahan Indonesia, negara

berperan sebagai satu-satunya organisasi kekuasan yang memiliki hak untuk

mengatur peruntukan tanah tersebut. Terjadinya pertambahan penduduk dan

1
Handoko Probo Setiawan, 2016. “Alih Fungsi (Konversi) Lahan Pertanian ke Non Pertanian
Kasus di Kelurahan Simpang Pasir Kecamatan Palaran Kota Samarinda”. Ejurnal Sosiatri-
Sosiologi, Volume 4, 2016: 280-293, hal 281.
3

perkembangan kegiatan ekonomi sehingga permintaan akan lahan atau tanah

semakin meningkat. Dimana luas tanah atau lahan bersifat tetap..2

Pada dasarnya kebijakan mengenai alih fungsi lahan ada sejak

kemerdekaan negara republik Indonesia merdeka tahun 1945, setelah itu

negara Indonesia menerbitkan undang-undang yang khusus mengatur tentang

tanah atau agraria yaitu Undang-Undang Agraria dengan melihat fenomena

penyusutan lahan pertanian di Indonesia maka untuk menjaga lahan pertanian

baik milik negara, milik badan hukum maupun milik pribadi agar tetap terjaga

pemerintah membuat UU No. 41 tahun 2009 tentang perlindungan lahan

pertanian pangan berkelanjutan, dan mengenai lingkungan hidup diatur dalam

UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup, yang mana hal tersebut juga diatur dalam perda kabupaten sukoharjo

No.14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kebupaten

Sukoharjo Tahun 2011 sampai 2031. Namun Pemerintah Daerah mempunyai

hak otonomi daerah yang tercantum dalam Undang-Undang No.32 Tahun

2004 memperluas peluang daerah untuk mendapatkan sumber keuangan.

Diantaranya adalah kewenangan memungut dan mendayagunakan pajak dan

retribusi daerah; hak mendapatkan bagi hasil dari sumberdaya nasional yang

berada di daerah; hak mengelola kekayaan daerah serta sumber pendapatan

lain yang sah. Salah satu desentralisasi tersebut adalah kewenangan konversi

lahan, yang untuk tingkat Kabupaten/Kota ada pada Bupati/Walikota. Yang

2
Harun, 2017. Reformulasi Kebijakan Konversi Lahan Pertanian: Potensi, Dampak dan
Revitalisasi Fungsi di Kabupaten Sukoharjo, Universitas Muhammadiyah Surakarta, hal. 1.
4

sebagian tujuannya adalah dalam rangka memperlancar distribusi

kemakmuran dan kesejahteraan.

Namun dewasa ini perkembangan kegiatan masyarakat yang

membutuhkan lahan sebagai wadah dalam melakukan kegiatan manusia

mengalami peningkatan dengan cepat sejalan dengan perkembangan jumlah

penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Akibatnya terjadi persaingan

pemanfaatan lahan yang hanya menguntungkan diri sendiri maupun kelompok

tertentu hal tersebut terjadi di kawasan-kawasan yang telah berkembang

dimana sediaan lahan relatif sangat terbatas. Pada penggunaan lahan pertanian

meskipun lebih lestari kemampuannya dalam menjamin kehidupan petani,

tetapi hanya dapat memberikan sedikit keuntungan materi atau finansial

dibandingkan sektor industri, permukiman dan jasa lainnya. sehingga konversi

lahan pertanian ke penggunaan lainnya tidap dapat di hambat maupun dicegah

selama permintaan akan lahan semakin bertambah.3

Dengan ditambah lagi paket kebijakan-kebijakan ekonomi yang

dikeluarkan pemerintah yang membuka besar-besaran kran investor baik asing

maupun domestik yang bertujuan untuk mendorong laju perekonomian

nasional yang diharapkan akan memajukan kesejahteraan masyarakat.

Sedangkan daerah memiliki otonomi daerah yaitu daerah harus mengurus

sendiri pemerintahannya, sehingga daerah diberi keleluasan untuk mengatur

daerahnya.

3
Marisa Kurniasri dan Putu Gde Ariastita, 2014. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Fungsi
Lahan Pertanian sebagai Upaya Prediksi Perkembangan Lahan Pertanian di Kabupaten
Lamongan.” Jurnal Teknik Pomits , Vol. 3, No. 2, hal 1.
5

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Sukoharjo, Netty

Harjianti, mengatakan luas lahan produktif di Sukoharjo saat ini tersisa 25.068

hektar. Lahan produktif terdiri atas 20.814 hektar sawah dan 4.254 hektar

tegalan dan pekarangan. Dibutuhkan berbagai dukungan seperti inovasi

teknologi, sarana produksi, perluasan areal tanam, pencetakan lahan sawah

baru, dan lain-lain perlu dikerahkan untuk mewujudkan kemandirian pangan.4

Karena tingginya angka pertambahan penduduk dan ditambah lagi semakin

banyak industri-industri yang berkembang di daerah maka konversi lahan atau

alih fungsi lahan tidak dapat dihindari. konversi lahan atau alih fungsi lahan

pertanian menjadi non pertanian harus mendapatkan izin dari pemerintah. Izin

yang semakin diperketat dan sistem birokrasi yang rumit untuk konversi lahan

tidak dapat mengendalikan laju konversi lahan yang semakin banyak.

Melainkan memunculkan permasalahan yang baru yaitu konversi lahan tanpa

izin atau illegal semakin marak terjadi, yang mana hal tersebut dapat

mempengaruhi lingkungan hidup. Yang mana lingkungan hidup harus dijaga

agar lestari. Untuk mengetahui seberapa besar konversi lahan di sutau daerah

dimana yang akan dilakukan peneliti di daerah sukoharjo maka digunakan

asumsi jumlah penduduk di kecamatan-kecamatan daerah Sukoharjo, semakin

banyak penduduk maka semakin besar pula potensi untuk dilakukan konversi

lahan atau alih fungsi lahan.

4
Netty Harjianti, Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Sukoharjo, Wawancara Pribadi, Kamis, 20
Desember 2017, pukul 10.30 WIB.
6

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul “ANALISIS KONVERSI LAHAN ILLEGAL TERHADAP

LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN SUKOHARJO”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang sebagaimana dikemukakan

di atas, maka penulis mengajukan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana hubungan antara peraturan dengan pelaksanaan konversi lahan

terhadap munculnya konversi illegal?

2. Bagaimana dampak konversi lahan ilegal terhadap lingkungan hidup?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu:

a. Untuk mengetahui hubungan peraturan dengan munculnya alih fungsi

illegal.

b. Untuk mengetahui dampak dari konversi lahan illegal terhadap

lingkungan.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Manfaat teoritis

1) Memberikan sumbangan pemikiran, wawasan dan pengetahuan

bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya mengenai konversi

lahan.
7

2) Memperkaya literatur dalam kepustakaan khususnya tentang

Konversi lahan.

b. Manfaat Praktis

1) Memberikan informasi kepada masyarakat tentang konversi lahan

atau alih fungsi lahan kepada masyarakat Indonesia umumnya

khususnya warga masyarakat Kabupaten Sukoharjo.

2) Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk membuat

suatu kebijakan-kebijakan yang baru mengenai konversi lahan.

D. Kerangka Pemikiran

Pada dasarnya tanah merupakan sumber kehidupan bagi makluk hidup

terutama manusia. Di atas tanah manusia melakukan kegiatan dalam

kelangsungan hidupnya dana dari tanah manusia memperoleh bahan makanan

untuk mempertahankan hidup. Dalam memasok kebutuhan pangan maka

diperlukan lahan untuk menanam tanaman-tanaman yang menghasilkan bahan

makanan pokok seperti tanaman padi yaitu lahan pertanian.

Permasalahan mulau muncul ketika terjadi lonjakan pertumbuhan

penduduk dan sektor ekonomi mulai mengalami kenaikan untuk mengejar

pembangunan nasional hal tersebut dapat berdampak pada kesediaan lahan.

Diamana semakin bertambahnya jumlah penduduk maka semakin bertambah

pula akan permintaan lahan untuk digunakan hunian. Sedangkan pertumbuhan

ekonomi mengakibatkan bertumbuh kembangnya sektor industri. Sektor

industri akan membutuhkan begitu banyak lahan untuk menjalankan


8

perindustrian, yang mana jika suatu daerah dengan pertumbuhan sektor

industri tinggi maka akan mengalami peningkatan ekonomi, pengurangan

pengangguran, dan menambah kesejahteraan rakyat serta melambung tinggi

harga lahan-lahan di sekitar perindustrian tersebut.

Lahan mempunyai sifat tetap sedangkan penduduk terus bertambah

dan di sektor ekonomi mengalami perkembangan yang sangat pesat maka

permintaan akan lahan semakin tinggi sehingga tiap tahunnya lahn mengalami

pengurangan. Tidak hanya perindustrian yang dapat mempengaruhi

pengurangan lahan, pembangunan insfrastruktur oleh pemerintah juga menjadi

salah satu faktor pengurangan lahan.

Lahan yang semakin sempit, dimana setiap tahunnya berkurang

khususnya lahan persawahan akibatnya hasil produksi padi yang semakin

menurun. Oleh sebab itu, pemerintah membuat peraturan yang memperketat

izin melakukan alih fungsi lahan dengan tujuan agar dapat menekan laju

konversi lahan. Jika konversi lahan dapat ditekan maka lahan pertanian tidak

habis dan dapat di manfaatkan secara maksimal.

Pemerintah memperketat izin alih fungsi lahan tetapi permintaan akan

lahan tidak turun tetapi meningkat akibatnya banyak yang melakukan alih

fungsi lahan tanpa izin atau illegal untuk memenuhi kebutuhan akan hunian

maupun yang lainnya. Sehingga alih fungsi illegal tidak dapat di hindarkan

dan hal tersebut dapat mempengaruhi keadaan lingkungan hidup. Karena alih

fungsi tidak direncanakan atau tidak teratur maka akan mengubah pola tata

ruang kota yang akibatnya banyak lingkungan hidup yang tercemar atau rusak.
9

E. Metode Penelitian

Pendekatan masalah yang diperlukan untuk mendapatkan informasi

dari berbagai aspek mengenai penelitian ini:

1. Metode Pengambilan Sampel

Teknik sampling adalah prosedur yang digunakan peneliti untuk

mengumpulkan karakteristik dari suatu populasi dengan mengambil

sebagian kecilnya. Yang mana populasi sendiri bebarti keseluruhan objek

yang akan diteliti dan sampel ialah bagian dari populasi yang mewakili

populasi atau yang menjadi objek penelitian.5 Teknik purposive sampling

dengan pemilihan sekelompok subjek atau ciri-ciri tertentu yang ada

sangkut pautnya dengan populasi.6

2. Metode Pendekatan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

yuridis empiris, merupakan cara prosedur yang digunakan untuk

memecahkan masalah penelitian dengan meneliti data sekunder terlebih

dahulu untuk kemudian dilanjutkan dengan mengadakan penelitian

terhadap data primer di lapangan. 7 Dan pendekatan kauntitatif dengan

menggunakan teori-teori yang sudah ada sebagai variabel penelitian.

Selain itu juga menggunakan survey primer untuk mengetahui kondisi

lahan pertanian di masyarakat dengan observasi.8

5
Zainudin Ali, 2009, Metode Peneltian Hukum, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 98.
6
Amirudin dan Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
7
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2006, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat,
Jakarta: Radja Grafido Persada, hal. 52.
8
Nurmala Kumala Dewi dan Iwan Rudiarto, 2013, ”Identifikasi Alih Fungsi Lahan Pertanian dan
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Daerah Pinggiran di Kecamatan Gunungpati Kota
Semarang,” Jurnal Vol.1, Nomor 2, Hal. 178.
10

3. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penilitian deskriptif.

Dipergunakan untuk menggambarkan berbagai gejala dan fakta yang

terdapat dalam kehidupan sosial secara mendalam. Dengan tujuan

penelitian ini memberikan gambaran terhadap alih fungsi atau konversi

illegal di Kabupateen Sukoharjo.

4. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis mengambil lokasi di Kabupaten

Sukoharjo dengan menggunakan sampling tiga kecamatan yaitu

Sukoharjo, Baki, Tawangsari.

5. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan data primer dan sekunder.

a. Data primer

Data primer Yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber

pertama 9 Dengan melakukan penelitian, wawancara, observasi, dan

survey langsung ke lapangan. Yaitu meninjau lahan pertanian yang

menjadi objek penelitian.

b. Data sekunduer

Data sekunder, antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi,

buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, dan

sebagainya.10

9
Amiruddin dan Zainal Asikin, Op.Cit., hal. 30.
10
Ibid.
11

1) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat

terdiri dari peraturan perundang-undangan dengan objek

penelitian11, dan terdiri dari :

a) Undang-Undang No. 41 Tahun 2009 2009 tentang

Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

b) Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan

Pengelolaan Lingkungan Hidup.

c) Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan

Ruang.

d) Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 1998 tentang Penertiban

dan Pendayagunaan Tanah Terlantar.

e) Peraturan Pemerintah Nomor 16 tahun 2004 tentang

Penatagunaan Tanah.

f) Peraturan Pemerintah No 1 Tahun 2011 tentang Penetapan dan

Alih Fungsi Lahan Pertanian.

g) Peraturan Menteri Negara Agararia Nomor 2 Tahun 1999

tentang Izin Lokasi Penguasaan dan Teknis Tata Guna Tanah.

h) Perda Kabupaten Sukoharjo No 14 Tahun 2011 tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukoharjo.

11
Zainudin Ali, Op.Cit., hal. 106.
12

2) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberi

penjelasan terhadap bahan hukum primer, seperti rancangan

undang-undang, hasil-hasil penelitian, atau pendapat pakar

hukum.12 Dan tidak memiliki kekuatan mengikat. Yang berkaitan

dengan alih fungsi atau konversi illegal.

3) Bahan Hukum Tersier

Bahan-bahan yang memberikan informasi tentang bahan hukum

primer dan bahan hukum sekunder.13 Seperti kamus, dan internet.

6. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data di dalam penelitian ini adalah:

a. Studi Pustaka

Penulis menggunakan teknik pengumpulan data studi kepustakaan

yang dilakukan dengan cara mempelajari, mengkaji, dan menganalisis

peraturan perundang-undangan, dokumen serta penelitian lain yang

berhubungan dengan objek penelitian dan data sekunder yang

diperlukan di dalam penelitian ini. Yang berhubungan dengan alih

fungsi atau konversi lahan illegal.

b. Studi Lapangan

Penulis juga menggunakan teknik pengumpulan data studi lapangan

yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data secara langsung

terhadap obyek yang diteliti dengan teknik observasi dan survei.


12
Amiruddin dan Zaenal Asikin, Op Cit., hal. 32.
13
Khudzalifah Dimyati dan Kelik Wardiyono, 2004, Metode Penelitian Hukum, Surakarta:
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta, hal 19.
13

7. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif

yaitu sifat data yang dikumpulkan dalam jumlah yang besar, mudah

dikualifikasikan ke dalam kategori-kategori.14

F. Sistematika Skripsi

Penulis uraikan dalam penelitian ini, adapun sistematika penulisannya

adalah sebagai serikut

BAB I terdiri dari pendahuluan yang berisi, tentang latar belakang

masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka

pemikirian, metode penelitian dan sistematika skripsi.

BAB II terdiri dari tinjauan pustaka yang mencakup tinjauan umum

tentang konversi lahan, tinjauan umum tentang illegal, dan tinjauan umum

tentang lingkungan hidup.

BAB III terdiri dari hasil penelitian dan pembahasan yang di

dalamnya menguraikan mengenai dampak yang ditimbulkan dari adanya

konversi lahan illegal terhadap lingkungan hidup.

BAB IV terdiri dari penutup yang mencakup kesimpulan dan saran

terkait dengan permasalahan yang diteliti.

14
Amiruddin dan Zainal Asikin, Op.Cit, hal. 168.

Anda mungkin juga menyukai